Anda di halaman 1dari 8

KELOMPOK 2

• GILANG RAMADHAN
• ANGGA KURNIAWAN
• M.MIFTAHUL RAMADHANI
• DUTA PRAYOGA
• MUHAMMAD IXMAL
Pengertian solas
Solas (Safety Of Life At Sea). SOLAS adalah akronim dari Safety Of Life At
Sea, merupakan konvensi paling penting dari seluruh konvensi internasional
tentang kemaritiman. SOLAS menjadi standar keselamatan maritim yang wajib
diterapkan pada kapal niaga (merchant vessel) berukuran tertentu dan menjadi
induk bagi terbitnya berbagai standar (code) bagi kontruksi kapal, peralatan, dan
pengoperasian.
Sejarah singkat tentang solas
•Pada tahun 1914 pertama kali diselenggarakan konferensi pertama SOLAS, dengan tujuan mengevaluasi standar keselamatan pelayaran mengacu pada tragedi Titanic. SOLAS
diadopsi pada 20 Januari 1914 dan ditandatangani oleh hanya 5 negara, tetapi batal diberlakukan karena terjadinya Perang Dunia I.
•Pada tahun 1929 kembali diselenggarakan konferensi yang dihadiri 18 negara. Menyepakati beberapa ketentuan perihal pembangunan kapal, peralatan keselamatan, pencegahan dan
pemadaman kebakaran, peralatan komunikasi, alat bantu navigasi, dan aturan pencegahan tubrukan.
•Pada tahun 1948 diselenggarakan konferensi SOLAS yang ketiga, dan menghasilkan beberapa perubahan.
•Pada tahun 1960 diselenggarakan konferensi SOLAS yang hasilnya diadopsi pada 17 Juni 1960 dan mulai berlaku pada 26 Mei 1965
•Pada tahun tahun 1974 diselenggarakan konferensi SOLAS di London dan dihadiri oleh 71 negara. Menghasilkan konvensi SOLAS 1974 dan baru diberlakukan pada tanggal 25 Mei
1980.
•Pada tahun 1988, SOLAS 1974 mengalami perubahan besar sehubungan dengan disetujuinya Sistem survei dan sertifikasi kapal yang diharmonisasikan ( Harmonized System of Survey
and Certification), serta adanya perubahan Peraturan Radio (Radio Regulation) 1987 dari ITU (International Telecommunication Union) dengan menghilangkan Kode Morse menjadi
GMDSS (Global Maritime Distress and Safety System). Dengan adanya perubahan besar tersebut maka di adopsi SOLAS Protocol 1988.
Ruang lingkup dan tujuan
Dari hasil penelitian ternyata 80-85 % resiko kecelakaan disebabkan oleh faktor kesalahan dan
kelalaian manusia yang lebih dominan. Kecelakaan umumnya diakibatkan karena ke tidak tahuan
dimana yang bersangkutan tidak mengetahui bagaimana melakukan pekerjaan dengan aman dan
tidak tahu bahaya-bahaya yang ditimbul-kannya sehingga terjadi kecelakaan. Kerugian-kerugian
tersebut tidak sedikit menelan biaya dan untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya usaha
pencegahan melalui upaya keselamatan navigasi di atas kapal Keselamatan maritim (maritime
safety) adalah konsep yang berlaku secara internasional. Konsep ini berkaitan dengan
perlindungan kehidupan dan properti melalui regulasi, manajemen, dan pengembangan teknologi
dari semua bentuk transportasi yang bergerak melalui wilayah perairan di mana pun itu, yang
secara khusus diurus oleh badan dunia yaitu International Maritime Organization (IMO).
Kurangnya pengetahuan akan keselamatan di atas kapal menyebabkan rendahnya kinerja awak
kapal yang menyebabkan terhambatnya operasional kapal..Rendahnya pengetahuan mengenai
keselamatan di atas kapal disebabkan banyak hal.Selain itu awak kapal yang sudah lama tidak
bekerja di atas kapal juga memiliki pengetahuan mengenai keselamatan yang kurang. Di dalam
organisasi ini terbentuk suatu badan pekerja yang disebut dengan Maritime Safety Committee
(MSC), yaitu komite yang menangani pengaturanpengaturan masalah keselamatan dan keamanan
pelayaran (maritime safety and security) yang lebih fokus memikirkan tentang isu-isu
keselamatan navigasi, stabilitas kapal, konstruksi pembangunan kapal, komunikasi maritim,
keamanan maritim dari ancaman perompakan di laut dan sejenisnya.
Tujuan utama dari konvensi SOLAS adalah untuk
menentukan standard- standard minimum suatu
konstruksi, peralatan dan pengoperasian kapal- kapal,
sesuai dengan keselamatan mereka.
Pokok-pokok isi solas
Format SOLAS 1974 mengatur standar keselamatan pelayaran pada tiga aspek: konstruksi kapal, peralatan, dan operasional, yang tersebar dalam 14 bab (chapter), plus code yang menjadi
derivasinya. Isi dari SOLAS 1974 cetakan tahun 2014 (Consolidated Edition 2014), adalah sebagai berikut:
Bab I: Ketentuan Umum, berisi tentang peraturan-peraturan survei berbagai jenis kapal, dan ketentuan pemeriksaan kapal oleh negara lain.
Bab II-1: Konstruksi, berisi persyaratan konstruksi kapal, sekat-sekat kedap air, stabilitas kapal, permesinan kapal dan kelistrikan.
Bab II-2: Perlindungan dari kebakaran, deteksi kebakaran dan pemadam kebakaran. Berisi tentang ketentuan tentang sekat kedap api, sistim deteksi kebakaran, dan peralatan, jenis dan
jumlah pemadam kebakaran diberbagai jenis kapal. Detail bab ini dapat dilihat di FP Code.
Bab III: Alat-alat keselamatan dan penempatannya. Dari Bab ini kemudian diberlakukan LSA Code.
Bab IV: Komunikasi Radio (Radio Communications), berisi ketentuan pembagian wilayah laut, jenis dan jumlah alat komunikasi yang harus ada di kapal serta peroperasiannya. Derivasi dari bab
ini adalah GMDSS.
Bab V: Keselamatan Navigasi (Safety of Navigation), berisi ketentuan tentang peralatan navigasi yang harus ada di kapal, termasuk Radar, AIS, VDR dan mesin serta kemudi kapal.
Bab VI: Pengangkutan muatan (Carriage of Cargoes), berisi ketentuan tentang bagaimana menyiapkan dan penanganan ruang muat dan muatan, pengaturan muatan termasuk lashing.
Derivasinya adalah IG (International Grain) Code.
Implementasi di indonesia
 Hal ini dilatarbelakangi dengan adanya ketentuan mengenai penerapan ISPS Code di sebuah
negara yang merupakan tanggung jawab dari pemerintah dan instansi pemerintah yang berada di
Pelabuhan serta perusahaan dan pemilik kapal dengan rute Internasional. Di Indonesia, terdapat
pelabuhan-pelabuhan yang dinyatakan Comply terhadap ISPS Code, tetapi masih ada kendala-
kendala yang dihadapi pelabuhan-pelabuhan tersebut. Dalam upaya mengetahui dan menganalisa
tentang bagaimana Implementasi Amandemen SOLAS 1974 khususnya di Pelabuhan Utama
Tanjung Perak Surabaya, kendala dan upaya mengoptimalkan implementasinya, metode
pendekatan yang dipakai adalah yuridis empiris, yaitu mengkaji dan menganalisa permasalahan
yang ditetapkan secara yuridis dengan melihat kondisi objek penelitian secara obyektif, kemudian
seluruh data yang ada di analisa secara deskriptif analitis. Berdasarkan hasil penelitian, penulis
memperoleh jawaban atas permasalahan yang ada, bahwa Implementasi Amandemen SOLAS
1974 khususnya di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, berjalan dengan baik, meskipun belum
dapat diterapkan secara optimal. Kendala yang dihadapi dalam implementasi Amandemen SOLAS
1974 khususnya di Pelabuhan Utama Tanjung Perak Surabaya, terkait keberadaan kapal-kapal
kecil di wilayah perairan Tanjung Perak, kurangnya fasilitas-fasilitas penunjang keamanan di
beberapa wilayah yang telah comply dengan ISPS Code, kurangnya kesadaran dan pemahaman
dari beberapa pedagang asongan dan kaki lima di wilayah pelabuhan terhadap aturan ISPS Code,
serta penumpang gelap.. Upaya mengoptimalkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 33
Tahun 2003 Tentang Pemberlakuan Amandemen SOLAS 1974 khususnya di Pelabuhan Utama
Tanjung Perak Surabaya dengan cara mengajukan penambahan fasilitas unit patroli air,
penambahan BBM untuk menambah waktu patroli air, dan membuat pagar pembatas yang
permanen, serta penambahan jumlah personil keamanan di wilayah yang telah comply dengan
ISPS Code. Disamping itu, diperlukan penambahan fasilitas-fasilitas penunjang keamanan yang
ditentukan di dalam ISPS Code sehingga penerapan ISPS Code dapat berjalan secara optimal.

Anda mungkin juga menyukai