Anda di halaman 1dari 12

Tugas online untuk calon kadet Dek di Pertamina

Nama : ANDI WILDA YANTI


Jurusan : NAUTIKA
Institusi : POLITEKNIK ILMU PELAYARAN MAKASSAR
Tanggal : 24 NOVEMBER 2020

1. Apakah yang kamu ketahui tentang ?

 IMO
 SOLAS
 STCW
 MARPOL
 ISM CODE
 ISPS CODE
 COLREG
 OCIMF
 ISGOTT
 P & I Club
 BKI
 GMDSS

2. Gambarkan struktur organisasi diatas kapal dan sebutkan tugas tugasnya ?

3. Apa yang kamu ketahui

 LSA dan FFA


 Sebutkan dan jelaskan nama – nama tsb

4. Siapakah Ship Safety Officer dan Ship Security Officer diatas kapal dan sebutkan tugasnya ?

5. apakah yang dimaksud "EMERGENCY SITUATION" ?

6. Apakah yang di maksud "MUSTER LIST" ?

7. Apakah MUSTER STATION itu ?

8. Sebutkan Emergency Signal

 Abandon Ship
 Fire
 Man Overboard
 Oil Pollution

9. cari sepuluh gambar IMO Symbol and Sign di atas kapal ??

10. Sebutkan PPE /APD yang harus di gunakan diatas kapal saat bekerja ?

RIZAL SURYA TRIANA


1. Apakah yang kamu ketahui tentang
a. IMO
International Maritime Organization, didirikan pada tahun 1948 melalui PBB untuk
mengkoordinasikan keselamatan maritim internasional dan pelaksanaannya. Pada awal
pertama kali dibentuk dengan nama “Inter Govermental Maritime Organization” atau
IMCO tetapi namanya diubah pada tahun 1982 menjadi IMO.
Konvensi IMO mulai berlaku pada tahun 1958. IMO memiliki 174 negara anggota
dengan 50 protokol dan konvensi.

b. SOLAS
Safety Of Life at Sea, tenggelamnya kapal titanic pada 14 April 1912 menginspirasi
berbagai upaya mengevaluasi standar keselamatan pelayaran hingga
diselenggarakannya konfrensi pertama SOLAS pada tahun 1914.
Konfrensi ini di hadiri 13 negara, memperkenalkan persyaratan keselamatan pelayaran
bagi kapal niaga. SOLAS diadopsi pada 20 Januari 1914 dan di tanda tangani oleh hanya
5 negara. Namun SOLAS generasi pertama ini gagal karena adanya perang dunia di
Eropa. Pada tahun 1929 kembali digelar konferensi di London yang dihadiri 18 negara.
Menyepakati sekitar 60 pasal yang meliputi pembangunan kapal, peralatan
keselamatan, pencegahan dan pemadaman kebakaran, peralatan telegrafi nirkabel, alat
bantu navigasi, dan aturan pencegahan tubrukan (Collision Regulations). SOLAS versi
1929 ini mulai berlaku pada tahun 1933. Pada tahun 1948, konfrensi SOLAS yang ketiga,
dan menghasilkan beberapa perubahan dalam format SOLAS 1929 namun lebih detil
dan lebih luas cakupannya.
Konfrensi SOLAS 1960 – yang hasilnya diadopsi pada 17 Juni 1960 dan mulai berlaku
pada 26 Mei 1965 – menjadi tugas pertama bagi IMCO yang baru terbentuk pada 1958.
IMCO adalah Inter-Governmental Maritime Consultative Organization kemudian
berganti nama menjadi IMO pada tahun 1982. IMCO (IMO) dibentuk di Geneva Swiss
oleh PBB dan berkantor di London Inggris hingga hari ini.
Konferensi SOLAS di tahun 1974 diadakan di markas IMO di London sejak 21 Oktober
hingga 1 November, dan dihadiri oleh 71 negara. Menghasilkan konvensi SOLAS 1974
yang formatnya berlaku hingga saat ini. Format SOLAS 1974 mengatur standar
keselamatan pelayaran pada tiga aspek: konstruksi kapal, peralatan, dan operasional,
yang tersebar dalam 14 bab (chapter), plus code yang menjadi derivasinya. Isi dari
SOLAS 1974 cetakan tahun 2014 (Consolidated Edition 2014), adalah sebagai berikut:
I. General Provision
II. 1. Construction – subdivision and stability, machinery and electrical
2. Fire Protection, fire detection and fire extinction
III. Life Saving Appliances and Arrangements
IV. Radio Communication
V. Safety of Navigation
VI. Carriage of Cargoes
VII. Carriage of Dangerous Goods
VIII. Nuclear Ships

RIZAL SURYA TRIANA


IX. Management for the safe operation of ships
X. Safety measure for high speed craft
XI. 1. Safety measure to enhance maritime safety
2. safety measure to enhance maritime security
XII. Additional safety measure for bulk carriers
XIII. Verification of compliance
XIV. Safety measure for ships operating in polar waters

c. STCW
Standard of Training Certification and Watchkeeping, Konvensi Internasional
tentang standar latihan, sertifikasi dan dinas jaga untuk pelaut (atau STCW), 1978
menetapkan kualifikasi standar untuk kapten, perwira dan petugas penjaga diatas kapal
niaga yang berlayar. STCW dilahirkan pada 1978 dari konferensi Organisasi Maritim
Internasional (IMO) di London, dan mulai diterapkan pada tahun 1984. Salah satu hal
yang paling penting dari konvensi ini yaitu memberlakukan kapal-kapal yang berasal dari
negara yang tidak tergabung dalam negara bagian ketika mendatangi pelabuhan-
pelabuhan dari negara yang tergabung dalam negara bagian yang merupakan anggota
dari konvensi.
Pada 7 Juli 1995 IMO mengadopsi revisi menyeluruh dari STCW. Mereka juga
memasukkan pengajuan untuk mengembangkan Undang-Undang STCW yang baru, yang
akan berisi tentang detail teknis yang berhubungan dengan ketentuan-ketentuan dari
konvensi. Amendemen-Amendemen ini mulai diberlakukan pada 1 Februari 1997.
Implementasi secara keseluruhan didapatkan pada 1 Februari 2002.
Konvensi IMO tentang standar latihan, sertifikasi dan dinas jaga untuk pelaut
diadopsikan pada amendemen baru di Manila pada tahun 2010 yang disebut
“Amendemen Manila”. Amendemen ini diperlukan untuk menjaga standar latihan yang
berbanding lurus dengan teknologi baru dan persyaratan operasional yang memerlukan
kompetensi kapal yang baru. Amendemen Manila mulai efektif tanggal 1 January 2012.
Amendemen yang signifikan diantaranya:
 Jam Istirahat baru untuk pelaut
 Tingkatan sertifikat kompetensi baru untuk pelaut yang bisa pada dek dan
mesin
 Pelatihan terbaru, persyaratan yang diperbarui
 Pelatihan keamanan yang bersifat wajib
 Tambahan pada standar medis

d. MARPOL
17 Februari 1973, dalam pertemuan Organisasi Maritim Internasional (IMO),
konvensi bernama "International Convention for the Prevention of Pollution from Ships"
(MARPOL) dikeluarkan dan ditandatangani oleh anggota-anggota IMO. Meskipun
demikian, pemberlakuan konvensi tersebut belum diterapkan secara resmi.
Sebagai tanggapan dari serangkaian kecelakaan kapal tanker yang terjadi pada periode
tahun 1976-1977, konvensi tersebut kemudian diamendemen dengan Protokol tahun
1978. Hal ini menyebabkan nama resmi konvensi tersebut diperbarui menjadi
"International Convention for the Prevention of Pollution from Ships, 1973 as modified

RIZAL SURYA TRIANA


by the Protocol of 1978" (MARPOL 73/78). Dengan demikian, MARPOL 73/78 pada
akhirnya diberlakukan secara resmi pada 2 Oktober 1983.
Per Januari 2018, konvensi MARPOL 73/78 telah disepakati oleh 158 negara anggota
IMO yang mencakup 98,95% jumlah tonase pengapalan dunia.
MARPOL merupakan konvensi internasional tentang pencegahan polusi di laut dari
kapal akibat dari aktivitas operasional di kapal ataupun kecelakaan kapal. Konvensi ini,
yang berfokus pada penetapan regulasi untuk pencegahan pencemaran lingkungan laut
dari berbagai polutan tertentu yang berhubungan dengan kapal, digelar oleh Organisasi
Maritim Internasional.
Regulasi yang terdapat pada marpol :
Annex I : Regulation for prevention of pollution by oil
Annex II : Regulation for prevention of pollution by noxious liquid subtances in bulk
Annex III : Regulation for prevention of pollution by harmful subtances carried by
sea in package form
Annex IV : Regulation for prevention of pollution by sewage from ship
Annex V : Regulation for prevention of pollution by garbage
Annex VI : Regulation for prevention of pollution by air pollution from ship

e. ISM Code (International Safety Management Code)


ISM Code lahir dari kebutuhan pengelolaan keselamatan di kapal yang disebabkan
oleh tingginya angka kecelakaan kerja di bidang maritim dan dunia pelayaran.
Berdasarkan resolusi IMO A.741(18) yang disahkan pada tanggal 4 November 1993
lahirlah International Management Code for the Safe Operation and for Pollution
Prevention. Code atau ketentuan ini kemudian diadopsi oleh SOLAS (Safety of Life At
Sea) dalam satu bab sendiri yaitu pada bab IX. SOLAS salah satu konvensi internasional
untuk keselamatan di dunia maritim.
Berikut adalah aturan, ketentuan, kode (atau klausul) yang terdapat pada ISM:
1) Umum (terdiri dari Definisi, Tujuan, Aplikasi dan persyaratan fungsional untuk
safety management system)
2) Kebijakan Keselamatan dan Perlindungan Lingkungan
3) Tanggung Jawab dan Kewenangan Perusahaan
4) Personil yang ditunjuk
5) Tanggung Jawab dan Kewenangan Nakhoda
6) Sumber Daya dan Personil
7) Pengembangan Rencana Pengoperasian di Kapal
8) Kesiagaan Keadaan Darurat
9) Laporan dan Analisis Ketidaksesuaian, Kecelakaan dan Kejadian Berbahaya
10) Pemeliharaan Kapal dan Peralatannya
11) Dokumentasi
12) Verifikasi, Peninjauan dan Evaluasi Perusahaan
13) Sertifikasi, Verifikasi dan Pengendalian
14) sertifikasi sementara
15) formulir sertifikat
16) verifikasi

RIZAL SURYA TRIANA


Sertifikat ISMCode ini terdiri dari dua sertifikat yaitu Document of Complianc (DOC)
dan Safety Management Certificate (SMC). DOC diberikan kepada Perusahaan
pemilik kapal sedangkan SMC diberikan kepada Kapal. Untuk kapal berbendera
Indonesia, baik DOC dan SMC diterbitkan oleh Pemerintah
Indonesia. Sedangkan untuk kapal berbendera asing, sertifikatnya diterbitkan
oleh negara asal. Kedua sertifikat ini berlaku selama 5 tahun.

f. ISPS Code
International Ship and Port Security Code (ISPS Code) adalah regulasi IMO
(International Maritime Organization) yang secara khusus mengatur tentang kegiatan-
kegiatan dan langkah-langkah yang harus diambil oleh setiap negara dalam
menanggulangi ancaman Terorisme di laut. Setelah melalui penandatangan secara resmi
oleh negara-negara anggota IMO, ISPS CODE akhirnya berlaku efektif sejak 1 Juli 2004.
Penyusunan ISPS CODE dimulai sejak tahun 2001, dalam hal ini oleh Maritime Safety
Committee (MSC) bekerja sama dengan Maritime Security Working Group (MSWG).
Kedua badan tersebut dalam suatu sidang Majelis pada November tahun 2001,
mengadopsi resolusi A.924(22). Isi dari resolusi tersebut adalah melakukan tinjauan
ulang terhadap segala tindakan dan prosedur dalam mencegah kemungkinan aksi teroris
yang mengancam keamanan maritim, khususnya terhadap penumpang kapal dan awak
kapal, serta keselamatan kapal pada umumnya.
Beberapa istilah penting adalah:
1) Ship Security Plan (Rencana Keamanan Kapal),
2) Port facility Security Plan (Rencana Keamanan Fasilitas Pelabuhan
3) Ship Security Officer
4) Company Security Officer
5) Port Facilities Security Officer
6) Security Level

g. COLREG
International Regulations for Preventing Collisions at Sea (Colreg) merupakan sebuah
Konvensi internasional yang digagas oleh IMO (International Maritime Organization).
Dalam bahasa indonesia Colreg biasa dikenal dengan P2TL (Peraturan Pencegahan
Tubrukan Laut). Colreg berlaku pada setiap kapal termasuk kapal perang. Hal ini sejalan
dengan fungsi colreg sebagai aturan dan tata cara pencegahan tubrukan di laut. saat ini
colreg telah mengalami 4 kali amandemen (1987,1989,1993,2001) semenjak rilis
pertamanya pada tahun 1972, (IMO). Colreg memiliki 41 aturan yang terbagi dalam 6
Bagian :
1) Part A – General;
2) Part B – Steering and Sailing;
3) Part C – Lights and Shapes;
4) Part D – Sound and Light signals;
5) Part E – Exemptions; dan
6) Part F – Verification of compliance with the provisions of the Convention

RIZAL SURYA TRIANA


h. OCIMF
Didirikan pada tahun 1970, Oil Companies International Marine Forum (OCIMF)
adalah asosiasi sukarela perusahaan minyak yang memiliki kepentingan dalam
pengiriman dan penghentian minyak mentah, produk minyak, petrokimia dan gas, dan
termasuk perusahaan yang bergerak dalam operasi kelautan lepas pantai yang
mendukung minyak dan gas. eksplorasi, pengembangan dan produksi.
Visi OCIMF adalah: Industri kelautan global yang tidak membahayakan manusia atau
lingkungan.
Misi OCIMF adalah: Memimpin industri kelautan global dalam mempromosikan
pengangkutan minyak mentah, produk minyak, petrokimia dan gas yang aman dan
bertanggung jawab secara lingkungan, dan untuk mendorong nilai yang sama dalam
pengelolaan operasi kelautan lepas pantai terkait.
OCIMF dibentuk pada pertemuan di London pada tanggal 8 April 1970. Ini pada awalnya
merupakan respon industri minyak untuk meningkatkan kesadaran publik
tentang pencemaran laut , terutama oleh minyak, setelah insiden Torrey Canyon .
Struktur komite OCIMF terdiri dari Komite Eksekutif di kepalanya dan empat komite
senior yang memiliki wewenang untuk membentuk sub-komite atau forum jika
diperlukan.

i. ISGOTT
ISGOTT (INTERNATIONAL SAFETY GUIDE FOR OIL TANKERS AND TERMINALS) Tujuan
dibuatnya ISGOTT pertama kali diterbitkan pada tahun 1978 dan dikombinasikan isi
'Tanker Keselamatan Guide (Petroleum)', diterbitkan oleh International Chamber of
Shipping (ICS), dan 'Tanker Minyak Internasional dan Terminal Keselamatan Guide', oleh
Perusahaan Minyak Internasional Kelautan Forum (OCIMF). Edisi ini juga
memperhitungkan perubahan terbaru dalam prosedur operasi dianjurkan, terutama
yang didorong oleh pengenalan Manajemen Keselamatan Internasional (ISM) Code,
yang menjadi wajib untuk kapal tanker pada 1 Juli 1998 Panduan memberikan nasihat
operasional untuk secara langsung membantu personel yang terlibat dalam tanker dan
operasi terminal, termasuk pedoman tentang, dan contoh, aspek-aspek tertentu dari
tanker dan operasi terminal dan bagaimana mereka dapat dikelola.

j. P&I Club
Protection & Indemnity Club atau dikenal dengan P&I Club yang dibentuk oleh
kumpulan pemilik kapal dengan dasar bahwa tidak semua kerugian dapat ditanggung
oleh perusahaan asuransi seperti H&M dan Marine Cargo Insurance. P&I Club dibentuk
oleh Shipowners untuk memberikan perlindungan terhadap kemungkinan kerugian
dalam kapal yang berkaitan dengan tanggung jawab hukum pihak ke tiga sebagai akibat
dari tidak penuhnya Kewajiban yang di cover serta pengecualian yang ada dalam
Asuransi Hull & Machinery.
Pada awalnya jaminan P&I hanya dijamin oleh P&I Club dimana premi bersifat mutual
dengan penjelasan sebagai berikut:
1) Advance Call: premi pada awal penutupan oleh anggota pada saat disetujui oleh
Club.
2) Jika premi advance yang terkumpul tidak mencukupi untuk menutup biaya
operasional dan klaim maka para anggota akan ditambahkan biaya-biaya kontribusi

RIZAL SURYA TRIANA


premi begitupun sebaliknya. Apabila anggota tidak menambah atau pindah klub
maka akan dikenalan biaya tambahan premi atau penalti atau disebut dengan
Release Call

k. BKI (Biro Klasifikasi Indonesia)


BKI adalah suatu badan organisasi pemerintah indonesia di bidang perkapalan yang
bertugas untuk mengecek dan menginspeksi kapal, baik yang akan dibuat ataupun yang
sedang beroperasi di Indonesia.
BKI didirikan pada tanggal 1 Juli 1964
Tugas BKI :
1) Melakukan pengetesan peralatan maupun perlengkapan kapal yang berhubungan
dengan kelas kapal
2) Tergantung permintaan, mengadakan survey pada waktu tertentu, seperti annual
survey, class survey
3) Memberikan sertifikat sertifikat yang sangat penting untuk keperluan operasi kapal
seperti chartering.

l. GMDSS ( Global Maritime Distress and Safety System)


GMDSS diterapkan pada tanggal 1 Februari 1999, GMDSS merupakan standar yang
ditetapkan untuk penggunaan protokol komunikasi, prosedur dan peralatan
keselamatan yang akan digunakan pada saat situasi darurat oleh kapal.
Area 1 : 20 – 50 mil (VHF DSC)
Area 2 : 50 – 400 mil (MF)
Area 3 : 70o N - 70o S (INMARSAT)
Area 4 : Diatas 70o LU atau LS (HF)
GMDSS equipment :
 INMARSAT
 NAVTEX
 EPIRB
 SART
 Digital Selective Calling (DSC)

RIZAL SURYA TRIANA


2. STRUKTUR ORGANISASI

CAPTAIN

CHIEF ENGINEER CHIEF OFFICER

2nd ENGINEER
2nd OFFICER
CHIEF COOK

3rd ENGINEER
3rd OFFICER
2nd COOK

4th ENGINEER BOATSWAIN


MESSBOY

ELECTRICIAN
PUMPMAN

ENG FOREMAN A/B SEAMAN

OILER A/B SEAMAN

OILER A/B SEAMAN

OILER Ord. SEAMAN

WIPER Ord. SEMAN

WIPER Ord. SEAMAN

ENGINE CADET DECK CADET

RIZAL SURYA TRIANA


TUGAS TUGAS

 MASTER, adalah pemimpin dan penggung jawab pelayaran


 CHIEF OFFICER, bertugas mengatur muatan dan mengatur arah navigasi
 2nd OFFICER, bertugas membuat jalur atau rute pelayaran yang akan dilakukan dan
bertanggung jawab atas seluruh alat navigasi dan radio anjungan dan pengatur arah
navigasi
 3rd OFFICER, bertugas sebagai pengatur, memeriksa, memelihara, semua alat alat
keselamatan kapal dan juga sebagai pengatur arah navigasi
 BOATSWAIN, bertugas sebagai kepala kerja bawahan bagian dek
 PUMPMAN, bertugas sebagai operator atau juru pompa kargo
 A/B, mengemudikan kapal
 Ord SEAMAN, bertugas sebagai bawahan bagian dek
 DECK CADET, melaksanakan praktek
 CHIEF ENGINER, pimpinan dan penanggung jawab atas semua mesin yang ada di kapal
baik itu mesin induk maupun mesin bantu, mesin pompa, mesin crane, mesin sekoci,
mesin kemudi, mesin freezer, dll.
 2nd ENGINEER, bertanggung jawab atas mesin induk
 3rd ENGINEER, bertanggung jawab atas semua mesin bantu
 4th ENGINEER, bertanggung jawab atas semua mesin pompa
 ELECTRICIAN, bertanggung jawab atas semua mesin yang menggunakan tenaga listrik
dan seluruh tenaga cadangan
 ENGINE FOREMAN, bertugas sebagai kepala kerja bawahan bagian mesin
 OILER, bertugas sebagai juru minyak
 WIPER, bertugas sebagai bawahan bagian mesin
 ENGINE CADET, melaksanakan praktek
 CHIEF COOK, bertanggung jawab atas segala makanan, baik itu memasak, pengaturan
menu makanan, dan persediaan makanan
 MESSBOY, bertugas membantu juru masak

3. LSA DAN FFA


a. LSA (LIFE SAVING APPLIANCES)
LSA merupakan sebuah standar keselamatan diatas kapal yang harus dipebuhi
sebuah kapal untuk menjamin keselamatan awak kapal apabila terjadi bencana. LSA
merupakan bagian dari SOLAS pada chapter III.
Peralatan komunikasi : radio dua arah, radar transponder, 12 rocket parachute flare.
Perlengkapan keselamatan personal : life jacket, immersion suit, life buoy.
Survival craft, life boat, line throwing.
b. FFA ( FIRE FIGHTING APPLIANCES)
FFA merupakan alat alat pemadam kebakaran yang harus ada diatas kapal.
Peralatannya sebagai berikut :
Fireman out fit, sepatu boat, helmet, breathing apparatus, EEBD, fire extinguisher,
smoke detectore, fire blunket, fire hose and nozzle, fire hydrant, fixed fire extinguisher.

RIZAL SURYA TRIANA


Jenis jenis alat pemadam :
 water and foam, alat pemadam water hanya dapat digunakan untuk kebakaran
kelas A sedangkan foam digunakan untuk kebakaran kelas B
 CO2 , alat dapat digunakan pada kebakaran kelas B dan C
 Dry Chemical, digunakan pada kebakaran kelas B dan C
 Wet Chemical, digunakan pada kebakaran Kelas K
 Halogenasi atau Agen bersih, efektif digunakan pada kebakaran kelas A, B, dan C
 Dry Powder, digunakan pada kebakaran kelas D

4. Ship Safety Officer


Ditunjuk untuk menjaga keselamatan sesama awak kapal dan untuk mempromosikan
budaya keselamatan dan menyebarkan kesadaran keselamatan melalui pelatihan dan
motivasi

 Untuk mensurvei kapal terkait semua bahaya potensial yang secara langsung
mempengaruhi kesehatan dan keselamatan awak kapal
 Mengawasi dan memastikan kepatuhan dengan SMS kapal dan setiap aspeknya
termasuk pembaruan dan amandemen yang melibatkan penghubung dengan Master
dan perwakilan keselamatan perusahaan
 Mengkoordinasikan langkah-langkah keselamatan yang harus dipertahankan ketika
pekerjaan kargo sedang berlangsung dengan bekerja sama perwakilan pelabuhan.
Sekali lagi, kepatuhan terhadap SMS penting dalam hal ini
 Menunjukkan kekurangan dalam setiap rencana / tindakan keamanan yang ada dan
membawa perubahan dengan mengkomunikasikan hal yang sama kepada Master
Untuk melakukan inspeksi keselamatan secara berkala (setidaknya sekali dalam setiap
tiga bulan)
 Melaporkan kepada Master tentang ketidaksesuaian dengan SMS termasuk deficiency
Petugas keselamatan kapal tidak diharuskan untuk melakukan tugas-tugas yang
disebutkan di atas ketika tindakan atau tanggapan darurat dilaksanakan untuk melindungi
nyawa atau keselamatan sebuah kapal. Selain itu, ia juga tidak bertanggung jawab atas
segala jenis perawatan medis atau pertolongan pertama dalam keadaan darurat.

Ship Security Officer


Merupakan personil diatas kapal yang ditunjuk oleh perusahaan pemilik atau operator
kapal serta bertanggung jawab kepada Nakhoda atau Master. SSO ini bertanggung jawab
terhadap keamanan diatas kapal, termasuk menerapkan dan memelihara rencana
keamanan kapal (ship security plan) , mewakili kapal terkait komunikasi dengan Port
Facility Security Officers (PFSO) dan Company Security Officer (CSO).
Tugas dan tanggung jawab dari SSO diantaranya :
Malakukan pemeriksaan keamanan kapal secara regular ;
 Memelihara dan sebagai supervisi pelaksanaan SSP ;
 Berkoordinasi aspek keamanan dengan personil kapal dan PFSO dalam hal
pengamanan muatan dan perbekalan kapal ;
 Mengusulkan modifikasi SSP ;

RIZAL SURYA TRIANA


 Melaporkan ke perusahaan kekurangan dan NC pada saat internalaudit, review,
inspeksi keamanan, verifikasi ketidaksesuaian
 Pelaksanaan tindakan perbaikan ;
 Peningkatan kepedulian dan kewaspadaan keamanan dikapal ;
 Pelaksanaan pelatihan dan gladi diatas kapal ;
 Melaporkan insiden diatas kapal jika ada

5. Emergency Situation adalah suatu keadaan diluar keadaan normal yang terjadi diatas kapal
yang mempunyai tingkat kecenderungan akan dapat membahayakan jiwa manusia harta
benda dan lingkungan dimana kapal berada.
Contoh emergency situation : tubrukan, kebakaran, kandas, kebocoran, ledakan, pergeseran
muatan, kerusakan mesin.

6. Muster List adalah daftar yang berisi nama dan jabatan serta tugas khusus dan tanggung
jawab yang harus dilakukan pada saat terjadi keadaan darurat/latihan keselamatan
meninggalkan kapal.

7. Muster Station adalah sebuah tempat para crew berkumpul. Biasanya digunakan pada saat
crew sedang lifeboat drill atau latihan.

8. A. Abandon ship =.......-


B. Fire =.-.-.
C. Man overboard =---
D. Oil pollution = General alarm continous ringing

9. IMO SYMBOL AND SIGN

RIZAL SURYA TRIANA


10. PPE YANG DIGUNAKAN DIATAS KAPAL PADA SAAT BEKERJA
a. wearpack
b. Safety Helmet
c. Safety shoes
d. Hand gloves
e. Goggles glass
f. Ear Plug
g. Safety harness
h. Mask
i. Chemical suit

RIZAL SURYA TRIANA

Anda mungkin juga menyukai