Anda di halaman 1dari 28

inacay

Mengenai Saya

inacay
Lihat profil lengkapku
Jumat, 06 September 2013
Modul Hukum Maritim Tehnika Kapal Penangkap Ikan
MODUL
HUKUM MARITIM

PROGRAM KEAHLIAN
TEHNIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

OLEH
SITI MUTMAINAH, SH

SMK NEGERI 2 REMBANG

BAB I
RUANG LINGKUP HUKUM MARITIM
1. Pengertian
Hukum maritim adalah himpunan peraturan-peraturan termasuk perintahperintah dan larangan-larangan
yang bersangkut paut dengan lingkungan maritim dalam arti luas, yang mengurus tata tertib dalam
masyarakat maritim dan oleh karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu (Jordan Eerton,2004).

II.Tujuan hukum maritim antara lain :


1. Menjaga kepentingan tiap-tiap menusia dalam masyarakat maritim,supaya kepentingannya tidak dapat
diganggu,
2. Setiap kasus yang menyangkut kemaritiman diselesaikan berdasarkan hukum maritim yang berlaku

Yang bersangkut paut dalam lingkungan hukum kemaritiman itu antara lain dapat dibedakan menjadi 2
batasan antara lain :
a. Subyek Hukum Maritim
contoh (1) : manusia ( Natuurlijke persoon)
a.1. Nakhoda kapal (Ship’s Master)
a.2. Awak kapal (Crew’s)
a.3. Pengusaha kapal (Ship’s operator)
a.4. Pemilik kapal (Ship’s owner)
a.5. Pemilik muatan (Cargo owner)
a.6. Pengirim muatan (Cargo shipper)
a.7. Penumpang kapal (Ship’s passangers)
Contoh (2) : Badan hukum (Recht persoon)
a.8. Perusahaan Pelayaran (Shipping company)
a.9. Ekspedisi Muatan Kapal Laut ( EMKL )
a.10. International Maritime Organization (IMO)
a.11. Ditjen Peruhubungan Laut
a.12. Administrator Pelabuhan
a.13. Kesyahbandaran
a.14. Biro Klasifikasi
b. Obyek Hukum Maritim
Contoh (1) : benda berwujud
b.1. Kapal (dalam arti luas)
b.2. Perlengkapan kapal
b.3. Muatan kapal
b.4. Tumpahan minyak dilaut
b.5. Sampah dilaut
Contoh (2) : benda tak berwujud
b.6. Perjanjian-perjanjian
b.7. Kesepakatan-kesepakatan
b.8. Surat Kuasa
b.9. Perintah lisan
Contoh (3) : benda bergerak
b.10. Perlengkapan kapal
b.11. Muatan kapal
b.12. Tumpahan minyak dilaut
Contoh (4) : benda tak bergerak
b.13. Galangan kapal

Hukum Maritim jika ditinjau dari tempat berlakunya maka ada 2 penggolongan yaitu
1. Hukum Maritim Nasional
2. Hukum Maritim Internasional.

Hukum Maritim Nasional adalah Hukum Maritim yang diberlakukan secara Nasional dalam suatu Negara.
Untuk di Indonesia contohnya adalah :
1. Buku kedua KUHD tentang Hak dan Kewajiban yang timbul dari Pelayaran
2. Buku kedua Bab XXIX KUH Pidana tentang Kejahatan Pelayaran
3. Buku ketiga Bab IX KUH Pidana tentang Pelanggaran Pelayaran
4. Undang-Undang No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
5. Peraturan Pemerintah (PP) No.7 Tahun 2000 tentang Kepelautan

Hukum Maritim Internasional adalah Hukum maritim yang diberlakukan secara internasional sebagai
bagian dari hukum antara Bangsa/Negara.
Contoh Hukum Maritim Internasional :
1. Internastional Convention on Regulation for Preventing Collision at Sea. 1972
2. International Convention on Standard if Training Certification and Watchkeeping for Seafarars 1978, Code
1995.
3. International Convention of Safety of Life At Sea
4. International Convention for the Prevention if Pollution from Ship 1973/
5. Convention on the International Maritime Satellite Organization 1976
6. International Convention on Maritime Search and Rescue 1979

III. IMO
( International Maritime Organisation )

Definisi
IMO adalah suatu badan organisasi dunia / internasional yang khusus menangani masalah kemaritiman.
Badan tersebut dibentuk pertama kali dengan nama Inter Govermental Maritime Consuktative
Organization ( IMCO ).Sepuluh tahun kemudian, yakni pada tahun 1958 organisasi tersebut baru diakui
secara Internasional. Kemudian berubah nama menjadi International Maritime Organization ( IMO )
sejak tanggal, 22 Mei 1982.
International Maritime Organization ( IMO ) berkedudukan di London, dengan alamat 4 Albert
Embankment yang merupakan satu-satunya Badan Spesialisasi PBB yang bermarkas di Inggris.

Sidang Paripurna IMO disebut Assembly melakukan pertemuan tahunan satu kali dalam selang waktu dua
tahun dan biasanya diadakan pada bulan September atau Oktober .
Pertemuan tahunan yang diadakan disebut Council, anggotanya terdiri dari 32 negara yang dipilih oleh
sidang Assembly dan bertindak sebagai Badan Pelaksana harian kegiatan IMO.

Komite-komite dalam IMO :


1. The Marine Safety Committee ( MSC )
Merupakan komite yang paling senior dan khusus menangani pekerjaan yang berhubungan dengan
masalah keselamatan dan teknik. Memiliki beberapa Sub committee sesuai tugas masing-masing.
2. The Marine Environment Protection Committee ( MEPC )
Dibentuk oleh IMO Assembly pada tahun 1973 dengan tugas mengkoordinir kegiatan pencegahan dan
pengontrolan pencemaran laut yang asalnya dari kapal. Sub Committee dari Bulk Chemicals merupakan
juga sub committee dari MEPC kalau menyangkut masalah pencemaran.
3. The Technical C0-Operation Committee
Tugasnya mengkoordinir bantuan teknik dari IMO di bidang maritim terutama untuk negara berkembang.

Sekretariat IMO
Sekretariat IMO dipimpin oleh Secretary General yang dibantu oleh ± 300 tenaga dari berbagai negara
termasuk para penterjemah ke dalam 6 bahasa yang diakui dapat digunakan berkomunikasi dalam sidang
komite, yakni bahasa inggris, Perancis, Rusia, Spanyol, Arab, China dan 3 bahasa teknis

Tugas dan Pekerjaan IMO


Tugas Utama IMO adalah membuat peraturan-peraturan keselamatan kerja dilaut termasuk keselamatan
pelayaran dan pencegahan serta penanggulangan pencemaran lingkungan perairan.
Seperti halnya SOLAS 74/78 diberlakukan oleh pemerintah Indonesia dengan Keputusan Presiden No. 65
tahun 1980 dan MARPOL 73/78 dengan Keputusan Presiden No. 46 tahun 1986. Kedua Keputusan
Presiden tersebut sudah tercakup dalam UU No. 17 tahun 2008 tentang Pelayaran.

Konvensi-konvensi IMO paling penting yang sudah dikeluarkan adalah sebagai berikut :
- Safety Of Life At Sea ( SOLAS ) Convention 1974/1978
- Marine Pollution Prevention ( MARPOL ) Convention 1973/1978
- Standard of Training Certification and Watchkeeping for Seafarers (SCTW) Convention 1978 termasuk
beberapa amandements dari setiap konvensi.

IV. SOLAS 1974 /1978


(Safety Of Live at Sea )

Definisi
SOLAS adalah peraturan yang mengatur keselamatan maritim paling utama. Demikian untuk
meningkatkan jaminan keselamatan hidup dilaut dimulai sejak tahun 1914, karena saat itu mulai
dirasakan bertambah banyak kecelakaan kapal yang menelan banyak korban jiwa dimana-mana.

Sejarah Konvensi SOLAS

 SOLAS pertama kali diberlakukan pada tahun 1914 kemudian mengalami beberapa kali revisi
 SOLAS versi kedua tahun 1929 diberlakukan pada tahun 1933
 SOLAS versi ketiga pada tahun 1948 yang diberlakukan pada tahun 1952
 SOLAS versi keempat pada tahun 1960 yang diberlakukan pada tahun 1965

Yang kemudian mengalami beberapa kali amandemen :


 Amandemen 1966
 Amandemen 1967
 Amandemen 1968
 Amandemen 1969
 Amandemen 1971
 Amandemen 1973
 Amandemen 1974 yang diselenggarakan di London dari tanggal 21 oktober sampai dengan 1 November
1974 yang dihadiri oleh 71 negara.
Ini dikenal dengan konvensi SOLAS 1974 yang diberlakukan mulai tanggal 25 Mei 1980
 Amandemen 1978, protocol yang disetujui adalah tentang Tanker Safety and Pollution Prevention

Struktur dari konvensi SOLAS 74 / 78 adalah

1. Alat Komunikasi
Dengan dikeluarkannya peraturan baru tahun 1990 mengenai keharusan memasang Gobal Maritime
Distress and Safety Systems (GMDSS), maka penerapan semua peraturan yang berhubungan dengan
komunikasi radiotelegraphy dan radio telephony dianggap merupakan suatu
kemajuan terbesar dalam dunia komunikasi Maritim sekarang ini. GMDSS adalah hasil pengembangan
sistim pemberitahuan keadaan bahaya (distress call) dengan sistim otomatis, dapat dikirimkan hanya
dengan menekan tombol (press button), menggantikan fungsi telegraphy
station dan perwira radio sehingga dapat menghemat biaya.

2. Keselamatan Navigasi
Chapter V SOLAS 74/78 membahas mengenai peraturan dan kelengkapan navigasi untuk semua kapal.Bab
tersebut mengatur tentang penyampaian berita bahaya dan informasiyang dibutuhkan dalam
menyampaikan berita yang membahayakan.

3. Sertifikasi
Di dalam Solas 74/78 Chapter 1 Part B-Surveys and Certificates diatur juga sistim pelaksanaan survey dan
sertifikasi yang dibutuhkan dalam rangka pelaksanaan peraturan tersebut.
- Semua kapal harus melalui pemeriksaan yang meliputi inspeksi terhadap struktur dari konstruksi,
permesinan dan semua peralatan agar bisa mendapatkan sertifikat
-Alat-alat keselamatan, peralatan echo sounding, gyro compass,pemadam kebakaran dan Inert Gas System
(IGS) tanker yang berumur diatas 10 tahun harus diperiksa 1 (satu) kali setiap tahun untuk mengetahui
bahwa kondisi dari alat keselamatan tersebut tetap baik,
- Peralatan radio dan Radar yang ada diatas sekoci harus dilakukan pemeriksaan setiap 12 bulan
- Semua aspek konstruksi dan struktur yang menyangkut keselamatan diluar yang tersebut diatas, harus
diperiksa setiap 5 (lima) tahun.
- Bagian-bagian yang diperiksa termasuk steering gear cintrols, bagian luar lambung kapal bagian struktur
kapal, sistim bongkar muat dan pipa bahan bakar.

SOAL – SOAL BAB I

Jawablah pertanyaan berikut dengan benar !


1. Berikan pengertian Hukum Maritim menurut Jordan Aerton ,2004 !
2. Berikan contoh batasan hukum maritim dari unsur subyek hukum maritim !
3. Apa yang anda ketahui tentang Hukum Maritim Internasional dan berikan 5 contohnya !
4. Ceritakanlah sejarah tentang SOLAS dengan bahasa anda sendiri !
5. Sebut dan jelaskan struktur dari konvensi SOLAS!
6. Ceritakanlah sejarah berdirinya IMO ! !
7. Apa tugas dan pekerjaan IMO?
8. Dalam IMO ada berapa komite ? Sebut dan jelaskan tiap-tiap komite tersebut !
9. Sebutkan konvensi-konvensi penting yang sudah dihasilkan oleh IMO !
10. Apa yang anda ketahui tentang Council dan Assembly ?

selesai

BAB II
P2TL
Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut 1972
(Tanggung jawab awak kapal)

I. Sejarah P2TL
Terjadinya sebuah kecelakaan maut yang dialami oleh Kapal-kapal di dunia membuat berbagai kalangan
khususnya bidang kemaritiman untuk mengadakan peraturan guna pencegahan tubrukan di laut, yang
gagasan itu muncul sekitar tahun 1814.
Kemudian pada tahun 1840 di Inggris mulailah berlaku peraturan mengenai pencegahan terjadinya
tubrukan di laut yang merupakan hasil dari LondonTrinity House, yang mana peraturan ini hanya berlaku
di Inggris saja.
Pada tahun 1889 di Washington diadakan Konferensi Laut Internasional yang I mengenai pencegahan
tubrukan dilaut, dilanjutkan dengan konferensi Laut Internasional Ke II pada tahun 1910 yang diadakan di
Brussel.
Dengan mulainya pengoperasian radar di kapal-kapal sebagai tanda kemajuan tehnologi maka aturan
pencegahan tubrukan laut mulai diadakan.
Pada tahun 1960 badan kemaritiman international IMCO mengadakan konferensi di London Inggris yang
disetujui beberapa paragraf baru tentang olah gerak dalam nampak terbatas. Kemudian pada tahun 1972
International Maritim Organisation ( IMO ) mengadakan konferensi pada tanggal 4-20 oktober 1972
sebagai hasil pengembangan serta penyempurnaan dari hasil konfresi tahun 1960, yang hingga sekarang
dikenal dengan Peraturan P2TL 1972 meskipun masih mengalami beberapa kali amandemen lagi.
Tanggung tanggal 1 Juni 1983 dan berlaku untuk semua kapal dilaut lepas dan perairan yang dapat
dilayari kapal.

Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut, 1972


P2TL 1972
Aturan 1
Penerapan

a) Aturan – aturan ini berlaku untuk semua kapal dilaut lepas dan di semua perairan yang dapat dilayari
kapal-kapal laut.
b) Tidak ada suatu apapun dalam aturan-aturan ini yang menghalangi berlakunya aturan-aturan khusus yang
dibuat oleh penguasa yang berwenang, untuk pelabuhan-pelabuhan, bandar-bandar, sungai-sungai,
danau-danau,perairan-perairan lingkungan yang berhubungan dengan laut lepas dan dapat dilayari kapal-
kapal laut. Aturan-aturan khusus demikian itu, harus semirip mungkin dengan aturan-aturan ini.
c) Tidak ada suatu apapun dalam aturan aturan ini akan menghalangi berlakunya aturan-aturan khusus
maupun yang dibuat oleh pemerintah setiap negara, sehubungan dengan tambahan lampu kedudukan
atau lampu isyarat, sosok benda atau isyarat suling untuk kapal perang dan kapal-kapal yang berlayar
dalam konvoi, atau sehubungan dengan tambahan lampu kedudukan atau lampu isyarat atau sosok benda
untuk kapal-kapal nelayan yang sedang menangkap ikan yang merupakan satuan armada.Lampu
kedudukan atau lampu isyarat atau sosok benda atau isyarat bunyi tambahan ini , sedapat mungkin harus
demikian sehingga tidak akan dikelirukan dengan tiap lampu, sosok benda atau isyarat apapun yang
ditetapkan dalam aturan-aturan ini.
d) Bagan-bagan pemisah lalu-lintas dapat disyahkan oleh organisasi untuk maksud aturan-aturan ini.
e) Apabila pemerintah yang bersangkutan memutuskan bahwa kapal dengan konstruksi khusus atau
kegunaan khusus tidak dapat sepenuhnya memenuhi ketentuan dari aturan-aturan ini sehubungan
dengan jumlah, tempat, jarak atau busur tampak lampu-lampu atau sosok benda maupun penempatan
dari ciri-ciri alat isyarat bunyi, tanpa menghalangi pekerjaan khusus kapal-kapal itu , maka kapal demikian
itu harus memenuhi ketentuan-ketentuan lain yang berhubungan dengan jumlah, tempat, jaraka atau
busur tampak lampu-lampu atau sosok benda maupun penempatan dari ciri-ciri alat isyarat bunyi,
sebagaimana ditentukan oleh pemerintahnya ,yang semirip mungkin dengan aturan-aturan ini, bagi kapal
yang bersangkutan.

Aturan 2
Pertanggung Jawaban
a) Tidak ada suatu apapun dalam aturan-aturan ini akan membebaskan setiap kapal atau pemiliknya ,
nahkoda atau awak kapalnya dari pertanggung jawaban atas kelalaian maupun untuk memenuhi aturan-
aturan ini atau kelalaian terhadap tiap tindakan purbajaga yang dipandang perlu menurut kebiasaan
seorang pelaut atau terhadap keadaan-keadaan khusus, dalam mana kapal berada.
b) Dalam mengartikan dan memenuhi aturan-aturan ini hatus memperhatikan semua bahaya navigasi dan
bahaya tubrukan serta keadaan khusus, termasuk keterbatasan kapal yang bersangkutan, yang dapat
memaksa menyimpang dari aturan-aturan ini , guna menghindarkan bahaya yang mendadak.

II.Sistematika P2TL 1972


1. Bagian A tentang umum
2. Bagian B tentang aturan mengemudi dan melayarkan kapal
3. bagian C tentang aturan penerangan dan sosok benda
4. Bagian D tentang isyarat-isyarat bunyi dan isyarat cahaya
5. bagian E tentang pembebasan
6. Ketentuan Tambahan (ANNEX )1 tentang kedudukan dan perincian teknis dari penerangan-penerangan
dan sosok-sosok benda
7. Ketentuan Tambahan (ANNEX ) II tentang isyarat-isyarat tambahan untuk kapal-kapal nelayan yangsedang
menangkap ikan berdekatan
8. Ketentuan Tambahan (ANNEX ) III tentang perincian teknis alat-alat isyarat bunyi
9. Ketentuan Tambahan (ANNEX ) IV tentang isyarat-isyarat bahaya

SOAL – SOAL BAB II

Jawablah pertanyaan berikut dengan benar !


1. Apa yang anda ketahui tentang P2TL?
2. Bagaimana sejarah tentang P2TL,ceritakanlah!
3. Apa tanggungjawab awak kapal menurut P2TL ?
4. Apa maksud dari aturan 1 P2TL,jalaskan jawabanmu?
5. Apa maksud dari aturan 2 P2TL , jelaskan jawabanmu!
6. Tuliskan Sistematika dari P2TL !
7. Kapan P2TL mulai diberlakukan?
8. Apa yang melatarbelakangi timbulnya gagasan adanya peraturan pencegahan tubrukan dilaut ?
9. Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut 1972 diberlakukan untuk kapal apa saja dan daerah perairan
yang bagaimana?
10. Tanggungjawab awak kapal menurut P2TL terdapat dalam aturan berapa ?

selesai

BAB III
Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penyelenggaraan usaha pelayaran

1 . Dokumen Kapal

Adalah Sertifikat dan Surat Kapal harus dimiliki oleh sebuah kapal pertama sekali dimana saat kapal baru
selesai dibangun atau baru dibeli. Tentu perlu diadakan survey untuk melengkapi data-data kapal yang
diperlukan mengeluarkan sertfikat atau surat-surat kapal oleh instansi yang berwewenang dan sesuai
dengan peraturan dan undang-undang yang berlaku, setelah segala sesuatunya selesai, maka kapal yang
bersangkutan diberikan Sertifikat dan atau Surat-surat kapal antara lain :

1. Surat Ukur ( Certificate of Tonnage and Measurement )

Surat Ukur ( Certificate of Tonnage and Measurement ) ialah suatu Sertifikat yang diberikan setelah
diadakan pengukuran terhadap kapal oleh juru ukur dan instansi pemerintah yang berwenang, yang
merupakan sertifikat pengesahan dan ukuran-ukuran dan tonase kapal menurut
ketentuan yang berlaku.
Pasal 347-352 KUHD serta UU. No.17 Th. 2008 mengatur tentang Surat Ukur. Setelah diadakan
pengukuran kepada kapal diberikan Surat Ukur Kapal.
Isi dari sebuah Surat Ukur itu antara lain:
1. Nama Kapal
2. Tanda Selar (Nomor Registerresmi kapal)
3. Tempat asal kapal
4. Jumlah dek
5. Jumlah tiang
6. Dasae berganda
7. Tangki ballast
8. Ukuran Tonnage
9. Volume dan lainnya.
Surut Ukur tidak berlaku lagi atau tidak mempunyai masa berlaku lagi apabila :
1. kapal tidak berganti nama
2. tidak berubah konstruksi
3. tidak tenggelam
4. tidak terbakar
5. musnah dan sejenisnya.
Juru ukur dari instansi pemerintah yang berwenang, biasanya dari pegawai di lingkungan Dirjen
Perhubungan Laut, dan hanya kapal-kapal yang besarnya 20 m3 keatas yang wajib memperoleh Surat
Ukur.

3. Surat Tanda Pendaftaran Kapal

Surat Tanda Pendaftaran Kapal adalah suatu dokumen yang menyatakan bahwa kapal telah dicatat dalam
register kapal-kapal, yaitu setelah memperoleh Surat Ukur, dimana tujuan dari Pendaftaran kapal ini
adalah untuk memperoleh Bukti Kebangsaan Kapal. Pasal 314 KUHD dan UU no 17 Th. 2008 mengatur
tentang pendaftaran kapal. Oleh Pejabat Kesyahbandaran yang membuat Akta/Surat Tanda Pendaftaran
Kapal dikeluarkan sesuai dengan peraturan dan Perundang-undangan yang berlaku.

Maksud dan tujuan Pendaftaran kapal ialah untuk mendapatkan Tanda Kebangsaan dan Surat Laut atau
Surat Pas Kapal. Kapal yang belum didaftarkan dalam register kapal tidak mungkin mendapat suatu bukti
kebangsaan. Tanda bukti kebangsaan berupa Surat laut atau Pas Kapal
itu penting karena dengan mengibarkan bendera kebangsaan dapat diketahui kebangsaan dari kapal yang
bersangkutan.

Manfaat dari Bukti Kebangsaan Kapal (Surat Laut atau Pas Kapal) adalah :
1. Sebagai kekuatan hukum didalam Negara Indonesia, artinya :
- Bahwa kapal sudah didaftarkan dalam register kapal
- Bahwa kapal itu bukan kapal asing, melainkan kapal Indonesia yang tunduk pada hukum Negara
Indonesia
2. Sebagai kekuatan hukum diluar Negara Indonesia, meliputi :
- Bahwa pada saat kapal berada di wilayah teritorial negara lain, diatas kapal itu tetap merupakan wilayah
Kedaulatan Negara Republik Indonesia,
Jadi dapat disimpulkan bahwa kapal diberi surat Ukur setelah diadakan pengukuran oleh Juru Ukur,
kemudian kapal didaftarkan untuk memperoleh Tanda Pendaftaran Kapal. Setelah itu diberikan Bukti
Kebangsaan berupa :
 Surat Laut : diberikan kepada kapal yang besarnya 500 m3 atau lebih (isi kotor) yang bukan kapal nelayan
atau kapal persiar,
 Pas Kapal : diberikan kepada kapal yang besarnya 20 m3 atau lebih (isi kotor) tetapi kurang dari 500 m3 ,
yang bukan kapal nelayan atau kapal pesiar, dengan nama Pas Tahunan,
 Pas Kecil (Pas Biru) : diberikan kepada kapal-kapal yang isi kotornya kurang dari 20 m3 atau kapal nelayan

4. Bendera Kemudahan ( Flag Of Convenience )

Bendera kemudahan itu adalah kapal yang menggunakan Bendera Kebangsaan Negara yang tidak sama
dengan Kebangsaan dari pemilik kapal tersebut.
Contoh sebuah kapal yang menggunakan bendera kemudahan itu adalah bila pemilik kapal adalah warga
negara Indonesia akan tetapi kapalnya didaftarkan di Panama, jadi kapal tersebut mempunyai register
Panama.
Ada beberapa hal yang penting perlu diketahui mengapa banyak kapal yang mencari bendera kemudahan
itu dikarenakan :
1. Pemilik kapal dengan sengaja menghindari Pajak Nasional
2. Menghindari peraturan-peraturan keselamatan pelayaran
3. Menghindari adanya standae Pelatihan dan sertifikasi untuk para pelaut
4. Menghindari peranan Organisasi Pelaut dalam melindungi tenaga kerja Pelaut
5. Membayar Upah Pelaut dibawah standar ITF (International Transport workers Federation)

Beberapa nama Negara yang dapat memberikan Bendera Kemudahan (Flag Of Convenience) antara lain :
Antigua & Barbuda, Aruba, Bahamas, Belize, Bermuda, Cambodia, Canary Island, Caymand Island, Cook
Island Cyprus, German International, Ship Register (GIS), Honduras, Lebanon, Liberia, Luxemburg, Malta,
Marshall Island, Mauritius, Metherland Antilles, Panama, St. Vincent, Sri Langka, Tuvalu, Vanuta, Burma.

5. Sertifikat Garis Muat ( Load Line Certificate )

Sertifikat Garis Muat ( Load Line Certificate ) dalah suatu sertifikat yang diterbitkan oleh Pemerintah
Negara Kebangsaan kapal, berdasarkan Perjanjian Internasional (konvensi) tentang garis muat dan
lambung timbul (free board) yang memberikan pembatasan garis muat untuk tiap-tiap musim atau daerah
atau jenis perairan dimana kapal berlayar.
Maksud dan Tujuan dari setifikat garis muat itu adalah agar kapal tidak dimuati lebih dari garis muat yang
diijinkan sehingga kapal tetap memiliki daya aping cadangan ( reserve of buoyance).
Adapun isi dari sertifikat garis muat meliputi :
 Nama kapal
 nama panggilan kapal
 nama pelabuhan pendaftaran
 isi kotor
 ukuran serta susunan lambung timbul/Merkah Kambangan/Plimsol
4. Sertifikat Penumpang ( Passanger Ship Safety Certificate )

Sertifikat penumpang hanya diberikan kepada kapal penumpang yang mengangkut penumpang lebih dari
12 orang. Sebuah kapal penumpang dapat diberi sertifikat kapal penumpang harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
- Mengenai konstruksinya
- Mengenai Radio Tekegraphy dan/atau Radio Telephony
- Mengenai Garis muatnya
- Mengenai Akonodasi bagi penumpangnya
- Mengenai alat-alat penolongnya (safety equipment)

6. Sertifikat Hapus Tikus ( Dreating Certificate )

Sertifikat Hapus Tikus (dreating Certifikat) adalah suatu sertifikat yang diberikan kepada sebuah kapal oleh
Departemen Kesehatan yaitu Kesehatan Pelabuhan ( Port Health ), setelah kapal yang bersangkutan di
semprot dengan uap campuran belerang atau cyanida dan telah diteliti tidak terdapat tikus di kapal atau
relatif sudah sangat sedikit jumlahnya.Masa berlaku sertifikat ini adalah 6 bulan dan dapat diperpanjang
selama 1 tahun.

7. Surat-surat Kapal Yang Lain


Kapal yang datang dari laut dengan membawa muatan dan/atau penumpang, Nakhoda sudah membuat
dan menyiapkan dokumen-dokumen kapal yang lain seperti :
 Crew List adalah Daftar nama dari seluruh anggota/awak kapal
 Personal Effect List adalah Dafttar nama dan jumlah barang pribadi milik awak kapal dibuat dalam
kepentingan pemeriksaan Petugas Bea dan Cukai. Dibuat untuk kapal yang datang dari luar negeri.
 Cargo Manifest adalah daftar muatan di kapal
 Cargo Discharging List adalah Daftar muatan yang akan dibongkar di pelabuhan yang bersangkutan
 Passangers List adalahDaftar nama penumpang dikapal
 Harbour Report (Warta Kapal) merupakan suatu warta kapal yang berisi segala keterangan mengenai kapal,
muatan, air tawar, bahan bakar penumpang, hewan ada tidaknya senjata api dikapal, tempat berlabuh
atau tempat sandar.
 International Declaration of Health adalah suatu pernyataan bahwa kapal sehat, tidak tersangka dan tidak
terjangkit suatu penyakit menular
 Daftar / Sijil Awak kapal adalah suatu buku yang berisi Daftar nama dan jabatan Anak Kapal, yaitu mereka
yang melakukan tugas diatas kapal yang harus diketahui serta disyahkan oleh Syahbandar (Pasal 375
KUHD).

Perbedaan Crew List dengan Sijil Awak kapal dapat dilihat dari :
a. Crew List hanya berlaku sekali pakai yaitu pada saat kapal memasuki pelabuhan. Sijil Awak Kapal berlaku
terus, sepanjang tidak ada alasan untuk menggugurkannya
b. Crew List dibuat dan ditanda tangani oleh Nakhoda setiap kali masuk pelabuhan. Sijil Awak kapal ditanda
tangani oleh Syahbandar setiap ada Awak kapal yang naik dan turun dari kapal (sign on atau sign off ).

II. Administrasi Kapal berdasarkan Aturan Syahbandar

Prosedur pendaftaran sebuah kapal untuk memperoleh Surat Tanda Pendaftaran adalah sebagai berikut
, pendaftaran kapal ditujukan kepada Pejabat kesyahbandaran dengan dilampiri :
 Akte penjualan (Bill of Sale)
 perjanjian Jual-Beli
 Surat Pernyataan Kebangsaan
 Anggaran Dasar (AD) Perusahaan, Salinan Surat Ukur
 Sertifikasi Pelepasan dari Negara sebelumnya
 Surat ijin pembelian
 Surat Kuasa (jika pengurusannya dikuasakan kepada orang lain).
Syahbandar adalah pejabat yang ditunjuk oleh pemerintah sebagai pejabat pengawasan pelayaran seperti
yang tersebut dalam undang-undang dan peraturan-peraturan

III. Ijin Usaha Penangkapan Ikan

Hal yang perlu diketahui oleh para nelayan, pemilik kapal,dan pengusaha penangkapan ikan adalah
bahwa bagi siapapun yang usahanya berkaitan dengan penangkapan ikan di wilayah perairan Indonesia
sebaiknya memahami peraturan dan perundangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia tentang
usaha penangkapan ikan di perairan setempat.

Beberapa peraturan perundangan yang perlu diketahui antara lain:


 PP. No.141 Tahun 2000 Tentang Usaha Perikanan
 SK Menteri Eksplorasi Laut dan Perikanan Tahun 2000 Tentang Perijinan Usaha Perikanan
 Undang-Undang N0.45 Tahun 2009 Tentang Perikanan

Definisi-definisi

 Usaha Perikanan adalah semua usaha perorangan atau Badan Hukum untuk menangkap atau
membudidayakan ikan, termasuk kegiatan menyimpan , mendinginkan atau mengawetkan ikan untuk
tujuan komersil.
 Surat izin usaha perikanan, yang selanjutnya disebut SIUP, adalah izin tertulis yang harus dimiliki
perusahaanperikanan untuk melakukan usaha perikanan denganmenggunakan sarana produksi yang
tercantum dalam izin tersebut.
 Surat izin penangkapan ikan, yang selanjutnya disebut SIPI, adalah izin tertulis yang harus dimiliki setiap
kapalperikanan untuk melakukan penangkapan ikan yangmerupakan bagian tidak terpisahkan dari SIUP.
 Surat izin kapal pengangkut ikan, yang selanjutnya disebut SIKPI, adalah izin tertulis yang harus dimiliki
setiap kapalperikanan untuk melakukan pengangkutan ikan.
Ukuran dan Kategori Kapal Penangkap Ikan
SIUP,SIPI, dan SIKPI kepada perusahaan perikanan Indonesia yang melakukan penangkapan dan / atau
pengangkutan ikan yang berdomisili di wilayah administrasinya menggunakan :
 kapal perikanan tidak bermotor
 Kapal perikanan bermotor luar
 Kapal perikanan bermotor dalam
Dengan ukuran :
 Diatas 10 Gross Tonnage
 Tidak lebih dari 30 Gross Tonnage
 Mesinnya berkekuatan tidak lebih dari 90 DK
Persyaratan Permohonan SIUP, SIPI dan SIKPI (untuk kapal ukuran kurang dari 30 GT)
 Pemilik mengajukan permohonan
 Melengkapi dokumen kapal:Pas Tahunan, Sertifikat kelaikan dan Pengawaan Kapal Ikan serta surat Ukur
 Foto copy KTP pemilik
Tata cara permohonan perijinan usaha perikanan
 Pemohon ( pemilik kapal ) melengkapi dokumen persyaratan perijinan
 Pemohon atau yang mewakili datang ke Dinas Perikanan dan Kelautan Prop.Jawa Tengah ( untuk kapal
berukurann tidak lebih dari 30 gross Tonnage )
 Pemohon mengisi formulir permohonan perijinan yang disediakan
 Setelah formulir diisi kemudian diperiksa oleh petugas dan akan diketahui apakah permohonannya akan
ditolak atau diterima
 Jika permohonan diterima maka berkas akan diprosesdan pemohon mendapat tanda bukti berkas perijinan
 Bila surat telah diterbitkan maka pemohon dapat mengambilnya dengan membawa bukti berkas perijinan
Kewajiban pemegang SIUP, SIPI, SIKPI
 Melaksanakan semua kegiatan yang tercantum dalam dokumen perijinan
 Membuat laporan kegitan usaha setiap 6 bulan (bagi kapal berbendera Indonesia ) dan setiap 3 bulan bagi
kapal asing

SOAL – SOAL BAB III


Jawablah pertanyaan berikut dengan benar !
1. Sebutkan dokumen kapal apa saja yang harus dimiliki oleh kapal perikanan !
2. Apa isi dari surat ukur itu ?
3. Sebutkan manfaat dari bukti Kebangsaan kapal !
4. Apa alasan seorang pengusaha/pemilik kapal mencari bendera kemudahan ?
5. Sebutkan negara-negara mana saja yang bisa memberkan bendera kemudahan !
6. Bagaimana cara memperoleh serifikat hapus tikus ?
7. Apa perbedaan antara crew list dan sijil awak kapal?
8. Sebutka beberapa peraturan perundangan yang berkaitan dengan ijin usaha penangkapan ikan !
9. Apa yang anda ketahui tentang :
a. SIUP
b. SIPI
c. SIKPI
10. Bagaimana ukuran dan kategori untuk kapal penangkap ikan yang berlaku di Indonesia ?

BAB IV
Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan awak kapal
1. Struktur Organisasi kapal

Struktur organisasi kapal terdiri dari seorang Nakhoda selaku pimpinan umum di atas kapal dan Anak Buah
kapal yang terdiri dari para perwira kapal dan non perwira/bawahan (subordinate crew).

Gambar 1.1

Nahkoda

Mualim II

Mualim I

Masinis III

Masinis II

Masinis I

Juru Masak I

Kep. Stewart

Markonis

Mandor Mesin

Juru Mudi

Juru Minyak

Serang / Bosun

Mualim III

Juru Masak II

Juru Las

Kelasi Mesin

Kelasi

Juru Mudi

Juru Mudi

Juru Minyak

Juru Minyak

Pelayan

Pelayan

Kelasi Mesin

Kelasi
Gambar1.1 diatas adalah struktur organisasi kapal secara umum

Gambar 1.2
Nahkoda

( ANKAPIN I )

NAUTIKA

Mualim I ( Ankapin I)

Serang

Panjar Wala

Juru Mudi

Masinis II

Masinis III (ATKAPIN I/II )

Mandor minyak

Juru Minyak (I,II,III)

Mualim II

Mualim III (ANKAPIN I/II)

KAMAR MESIN

KKM ( ATKAPIN I)

RADIO KOMUNIKASI

Perwira Radio (ROC)

Juru Masak

Kelasi Pandega
Gambar1.2 diatas adalah struktur organisasi kapal Perikanan

2. Nakhoda Kapal

UU. No.17 Tahun 2008 dan pasal 341.b KUHD dengan tegas menyatakan bahwa Nakhoda adalah
pemimpin kapal, maka definisi dari Nakhoda menurut UU No.17 Tahun 2008 adalah sebagai berikut :
“ Nakhoda kapal ialah seseorang yang sudah menanda tangani Perjanjian Kerja Laut (PKL) dengan
Pengusaha Kapal dimana dinyatakan sebagai Nakhoda, serta memenuhi syarat sebagai Nakhoda dalam
arti untuk memimpin kapal sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku “

Pasal 342 KUHD secara ekplisit menyatakan bahwa tanggung jawab atas kapal hanya berada pada tangan
Nakhoda, tidak ada yang lain. Jadi apapun yang terjadi diatas kapal menjadi tanggung jawab Nakhoda,
kecuali perbuatan kriminal.

Dengan demikian secara ringkas tanggung jawab Nakhoda kapal antara lain :
1. Memperlengkapi kapalnya dengan sempurna
2. Mengawaki kapalnya secara layak sesuai prosedur/aturan
3. Membuat kapalnya layak laut (seaworthy)
4. Bertanggung jawab atas keselamatan pelayaran
5. Bertanggung jawab atas keselamatan para pelayar yang ada diatas kapalnya
6. Mematuhi perintah Pengusaha kapal selama tidak menyimpang dari peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Jabatan-jabatan Nakhoda diatas kapal yang diatur oleh peraturan dan perundang-undangan yaitu :
1. Nahkoda sebagai Pemegang Kewibawaan Umum di atas kapal. (pasal 384, 385 KUHD serta UU No
17 tahun 2008).
Mengandung pengertian bahwa semua orang yang berada di atas kapal,tanpa kecuali harus taat serta
patuh kepada perintah-perintah Nakhoda demi terciptanya keamanan dan ketertiban di atas kapal.Tidak
ada suatu alasan apapun yang dapat dipakai oleh orang-orang yang berada di atas kapal untuk menentang
perintah Nakhoda sepanjang perintah itu tidak menyimpang dari peraturan perundang-undangan.Setiap
penentangan terhadap perintah Nakhoda yang demikian itu merupakan pelanggaran hukum, sesuai
dengan pasal 459 dam 460 KUH.Pidana, serta UU. No.17, Th.2008
Jadi menentang perintah atasan bagi awak kapal dianggap menentang perintah Nakhoda karena atasan
itu bertindak untuk dan atas nama Nakhoda.

2. Nahkoda sebagai Pemimpin Kapal. (pasal 341 KUHD, pasal 55 UU. No. 17 Th. 2008 serta pasal 1/1 (c)
STCW 1978).
Nakhoda bertanggung jawab dalam membawa kapal berlayar dari pelabuhan satu ke pelabuhan lain atau
dari tempat satu ke tempat lain dengan selamat, aman sampai tujuan terhadap penumpang dan segala
muatannya.

3. Nahkoda sebagai Penegak Hukum. (pasal 387, 388, 390, 394 (a) KUHD, serta UU No 17 Tahun 2008).
Nakhoda adalah sebagai penegak atau abdi hukum di atas kapal sehingga apabila diatas kapal terjadi
peristiwa pidana, maka Nakhoda berwenang bertindak selaku Polisi atau Jaksa. Dalam kaitannya selaku
penegak hukum, Nakhoda dapat mengambil tindakan antara lain :
- menahan/mengurung tersangka di atas kapal
- membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP)
- mengumpulkan bukti-bukti
- menyerahkan tersangka dan bukti-bukti serta Berita Acara
Pemeriksaan (BAP) pada pihak Polisi atau Jaksa di pelabuhan pertama yang disinggahi.

4. Nahkoda sebagai Pegawai Pencatatan Sipil. (Reglemen Pencatatan Sipil bagi Kelahiran dan Kematian, serta
UU. No.17. Th.2008).
Apabila diatas kapal terjadi peristiwa-peristiwa seperti kelahiran dan kematian maka Nakhoda berwenang
bertindak selaku Pegawai Catatan Sipil. Tindakan-tindakan yang harus dilakukan Nakhoda jika didalam
pelayaran terjadi kelahiran antara lain :
1. Membuat Berita Acara Kelahiran dengan 2 orang saksi (biasanya Perwira kapal)
2. Mencatat terjadinya kelahiran tersebut dalam Buku Harian Kapal Sipil di pelabuhan pertama yang
disinggahi
Jikaterjadi kematian :
1. Membuat Berita Acara Kematian dengan 2 orang saksi (biasanya Perwira kapal)
2. Mencatat terjadinya kematian tersebut dalam Buku Harian Kapal
3. Menyerahkan Berita Acara Kematian tersebut pada Kantor Catatan Sipil di pelabuhan pertama yang
disinggahi
4. Sebab-sebab kematian tidak boleh ditulis dalam Berita Acara Kematian maupun Buku Harian Kapal, karena
wewenang membuat visum ada pada tangan dokter
Apabila kelahiran maupun kematian terjadi di luar negeri, Berita Acaranya diserahkan pada Kantor
Kedutaan Besar R.I. yang berada di negara yang bersangkutan.

5. Nahkoda Sebagai Notaris. (pasal 947 dan 952 KUHPerdata, serta UU.No. 17 Th. 2008).
3. Anak Buah Kapal

Anak Buah Kapal (ABK) adalah semua orang yang mempunyai jabatan diatas kapal kecuali jabatan
Nakhoda.
Awak kapal adalah semua orang yang mempunyai jabatan di atas kapal kapal, termasuk Nakhoda.
Hak-hak Anak Buah Kapal
 Hak Atas Upah
 Hak Atas Tempat Tinggal dan Makan
 Hak Atas Perawatan waktu sakit/kecelakaan
 Hak Atas Cuti
 Hak Atas Pengangkutan untuk dipulangkan
Kewajiban Anak Buah Kapal
 Taat kepada perintah atasan, teristimewa terhadap perintah Nakhoda
 Meninggalkan kapal (turun ke darat) harus dengan ijin Nakhoda atau yang mewakilinya
 Tidak membawa barang dagangan, minum-minuman keras, dan senjata (api) di atas kapal
 Melakukan tugas tambahan atau kerja lembur jika dianggap perlu oleh Nakhoda
 Turut membantu menyelamatakan kapal, penumpang, dan muatannya, dalam kecelakaan kapal
 Berprilaku sopan, serta tidak mabuk-mabukan di kapal dalam rangka turut menciptakan keamanan dan
ketertiban diatas kapal

4. Peraturan Pengawakan Kapal


Ketentuan pengawakan kapal penangkap ikan sesuai dengan ukuran kapal dan daerah operasinya
sebagai berikut :
1. Kapal penangkap ikan dengan bobot 35 GT dan daerah pelayaran <60mil 60="" :="" kecakapan=""
keterangan="" kkm="" memiliki="" mil="" nakhoda="" o:p="" surat="">
2. Kapal penangkap ikan dengan bobot sampai dengan 88 GT dan daerah pelayaran < 200
Mil laut ;
3. Nakhoda memiliki surat keterangan kecakapan 60 Mil Plus ;
4. Kapal penangkap ikan dengan bobot 88 GT s/d 353 GT dengan pelayaran seluruh
Indonesia :
Nakhoda : Mualim Perikanan Laut TK II
Mualim I : Mualim Perikanan Laut TK II
KKM : Ahli Mesin Kapal Perikanan Laut TK II
Masinis II : Ahli Mesin Kapal Perikanan Laut TK II
5. Kapal Penangkap Ikan dengan bobot 88 GT s/d 353 GT dengan daerah pelayaran seluruh
lautan :
Nakhoda : Mualim Perikanan Laut Tingkat I
Mualim I : Mualim Perikanan Laut Tingkat I
Mualim II : Mualim Perikanan Laut Tingkat II
KKM : Ahli Mesin Kapal Perikanan Laut TK I
Masinis I : Ahli Mesin Kapal Perikanan Laut TK I
Masinis II : Ahli Mesin Kapal Perikanan Laut TK II
LAIK TANGKAP
Kapal Penangkap ikan harus dilengkapi dengan dokumen laik tangkap sesuai Kepmen Kelautan dan
Perikanan No. 10/ Tahun 2003 mencakup : Ijin Usaha Perikanan (IUP) Yaitu surat ijin tertulis yang harus
dimiliki oleh perusahaan/ perorangan yang akan melakukan usaha penangkapan ikan di laut dengan
menggunakan kapal dengan daerah penangkapan dan jumlah kapal perikanan yang akandioperasikan

Dengan diberlakukannya Amandemen International Convention on Standard of Training Certification and


Watchkeeping for Seafarers (STCW) 1995 sebagai penyempurnaan STCW 1978, maka Menteri
Perhubungan menetapkan peraturan dalam bentuk Keputusan Menteri Perhubungan No.70 Th.1998
tanggal, 21 Oktober 1998 tentang Pengawakan Kapal Niaga.
Pada BAB.II Pasal 2 ayat (1) dan (2) bahwa pada setiap kapal niaga yang berlayar harus diawaki dengan
susunan terdiri dari : seorang Nakhoda, sejumlah perwira, sejumlah rating. Susunan awak kapal
didasarkan pada : daerah pelayaran, tonase kotor kapal (gross tonnage/GT) dan ukuran tenaga penggerak
kapal (kilowatt/KW).
Pada pasal 8 menetapkan dan memperjelas bahwa awak kapal yang mengawaki kapal niaga sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. bagi Nakhoda, Mualim atau Masinis harus memiliki sertifikat keahlian pelaut yang jenis dan tingkat
sertifikatnya sesuai dengan daerah pelayaran, tonase kotor dan ukuran tenaga penggerak kapal dan
memiliki sertifikat ketrampilan pelaut
b. bagi operator radio harus memiliki sertifikat keahlian pelaut bidang radio yang jenis dan tingkat
sertifikatnya sesuai dengan peralatan radio yang ada di kapal dan memiliki sertifikat ketrampilan pelaut
c. bagi rating harus memiliki sertifikat keahlian pelaut dan sertifikat ketrampilan pelaut yang jenis
sertifikatnya sesuai dengan jenis tugas, ukuran dan jenis kapal serta tata susunan kapal.

Macam-macam Sertifikat Kepelautan pada kapal perikanan :


1. Sertifikat Keahlian Pelaut (Certificate Of Competency / COC)
a. Sertifikat Keahlian Pelaut Nautika
- Sertifikat Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan Tingkat I ( ANKAPIN I )
- Sertifikat Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan Tingkat II ( ANKAPIN II )
- Sertifikat Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan Tingkat III ( ANKAPIN III )
- Sertifikat Keahlian Pelaut Teknik Permesinan
- Sertifikat Ahli Teknika Kapal Penangkap Ikan Tingkat I ( ATKAPIN I )
- Sertifikat Ahli Teknika Kapal Penangkap Ikan Tingkat II ( ATKAPIN II )
- Sertifikat Ahli Teknika Kapal Penangkap Ikan Tingkat III ( ATKAPIN III )
c. Sertifikat Keahlian Pelaut Radio Elektronika
- Sertifikat Ahli Elektronika I ( REK I )
- Sertifikat Ahli Elektronika II ( REK II )
- Sertifikat Operator Radio Umum ( ORU )
- Sertifikat Operator Radio Terbatas ( ORT )
2. Sertifikat Ketrampilan Pelaut ( Certificate Of Proficiency / COP )
a. Sertifikat Ketrampilan Dasar Keselamatan( Basic Safety Training / BST )
b. Sertifikat Ketrampilan Khusus
 Sertifikat Ketrampilan Keselamatan Kapal Tangki
- Familirialisasi Kapal Tangki
- Program Pelatihan Tingkat Lanjut Tentang Pengoperasian Kapal Tangki Minyak
- Program Pelatihan Tingkat Lanjut Tentang Pengoperasian Kapal Tangki Bahan Kimia
- Program Pelatihan Tingkat Lanjut Tentang Pengoperasian Kapal Tangki Gas Cair
 Sertifikat Ketrampilan Keselamatan Kapal Penumpang RoRo
- Pelatihan Manajemen Pengendalian Massa
- Pelatihan Familiarisasi Kapal Penumpang Ro-Ro
- Pelatihan Keselamatan untuk Personil yang memberikan pelayanan penumpang kepada penumpang pada
ruang-ruang penumpang
- Pelatihan Keselamatan Penumpang, Muatan dan Kekedapan Lambung
- Pelatihan Pengendalian Krisis dan Prilaku Manusia
 Sertifikat-sertifikat lainnya yang harus dimiliki antara lain :
Sertifikat Ketrampilan Penggunaan Pesawat Luput Maut dan Sekoci Penyelamat
Sertifikat Ketrampilan Sekoci Penyelamat Cepat
Sertifikat Ketrampilan Pemadaman Kebakaran Tingkat Lanjut
Sertifikat Ketrampilan Pertolongan Pertama
Sertifikat Ketrampilan Perawatan Medis di atas Kapal
Sertifikat Ketrampilan Pengoperasian Radar Simulator & Alat Bantu Plotting Radar Otomati

SOAL – SOAL BAB IV

Jawablah pertanyaan berikut dengan benar !


1. Buatlah bagan struktur organisasi kapal penangkap ikan !
2. Sebut dan jelaskan jabatan-jabatan nahkoda diatas kapal !
3. Sebutkan tanggung jawab Nahkoda selama pelayaran !
4. Berikan contoh tentang tindakan nahkoda sebagai penegak hukum !
5. Sebutkan hak dan kewajiban ABK dalam pelayaran !
6. Berikan definisi tentang Nahkoda dan Anak Buah Kapal menurut UU No.17 Tahun 2008 !
7. Sebutkan macam-macam sertifikat keahlian pelaut untuk kapal penangkap ikan !
8. Sebutkan macam-macam sertifikat ketrampilan pelaut untuk kapal penangkap ikan !
9. Apa yang harus dilakukan oleh seorang Nahkoda jika diatas kapal terjadi suatu kelahiran ?
10. Pada peraturan pengawakan kapal, kapal penangkap ikan harus diawaki oleh siapa saja dan susunan
awak kapal didasarkan pada apa saja ?

Bab V
Perjanjian Kerja Laut ( PKL )
I. PENGERTIAN PKL

Perjanjian Kerja Laut adalah suatu persetujuan antara seseorang dengan pengusaha angkutan perairan
untuk bekerja menurut ketentuan yang berlaku ( pasal 395 KUHD ) serta perjanjian tersebut dibuat dan
ditandatangani oleh syahbandar.

II. Jenis Perjanjian Kerja Laut

Perjanjian Kerja Laut jika ditinjau dari waktu / periode kerjanya dibagi menjadi:
1. PKL Trip, yaitu PKL yang berdasarkan pelayaran dari suatu pelabuhan ke pelabuhan yang lain.
2. PKL Periode, yaitu PKL menurut waktu tertentu.
3. PKL Tak Tertentu yaitu PKL yang tidak ditetapkan masa berlakunya ( pasal 398 KUHD ). Berakhirnya
perjanjian sesuai dengan persetujuan kedua belah pihak.

Perjanjian Kerja Laut jika ditinjau dari sudut perbedaannya dalam Undang-Undang dibagi :

1. Perjanjian Kerja Laut untuk Nahkoda


2. Perjanjian Kerja Laut untuk ABK
Perbedaan antara kedua jenis ini menyangkut persoalan alasan-alasan sah untuk pemutusan hubungan
kerja.

Perjanjian Kerja Laut jika ditinjau dari pihak yang mengikatkan diri maka dibagi:

1. PKL Pribadi,PKL yang menyangkut seseorang dengan majikan / pengusaha kapal


2. PKL kolektif, PKL antara majikan / gabungan majikan dengan gabungan pelaut, yang masing-masing harus
berbadan hukum.

Berlakunya PKL
PKL berlaku sesuai perjanjian yang telah ditetapkan dalam perjanjian atau setelah pelaut terdaftar dalam
sijil ABK. ditandatanganinya perjanjian kerja laut tersebut ( pasal 408-pasal 413 KUHD )

III. ISI PERJANJIAN KERJA LAUT

Isi perjanjian kerja laut menurut pasal 400 dan 401 KUHD :
1. Nama pelaut (sesuai dengan akta kelahiran )
2. Umur pelaut
3. Tempat dan tanggal perjanjian dibuat
4. Nama kapal/ kapal-kapal dimana pelaut akan berlayar
5. Trip/waktu jika perjanjian bersifat trip
6. Jabatan pelaut di kapal
7. Pernyataan pelaut,apakah pelaut juga mengikatkan diri untuk tugas-tugas yang lain selain tugas-tugas
dikapal
8. Nama Syahbandar
9. Gaji pelaut
10. Tanggal atau saat perjanjian mulai berlaku
11. Pernyataan mengenai peraturan hari libur/cuti
12. Pernyataan mengenai pemutusan hubungan kerja
13. Tanda tangan buruh,majikan,Syahbandar
14. Tanggal ditanda tanganinya disyahkannya PKL

IV. AKHIR PERJANJIAN KERJA LAUT

1.Perjanjian kerja laut berakhir karena alasan-alasan wajar antara lain :


1. Waktu perjanjian berakhir
2. Pelaut meninggal dunia
3. Persetujuan kedua belah pihak
4. Jika perjanjian tidak sah
5. Jika salah satu pihak tidak setuju selama masa percobaan (3 bulan menurut UU perburuhan)
6. Perusahaan Likwidasi
2.Perjanjian kerja laut berakhir karena alasan-alasan mendesak antara lain:
1. Apabila anak buah menganiaya nahkoda atau salah seorang pelaut
2. Apabila pelaut tidak melapor seperti apa yang telah ditetapkan oleh pengusaha
3. Apabila pelaut menyelundupkan barang terlarang tanpa sepengetahuan nahkoda
4. Apabila pelaut memberikan keterangan palsu
5. Apabila pelaut kurang cakap
6. Apabila pelaut suka mabuk-mabukan
7. Apabila pelaut melakukan pencurian
8. Apabila pelaut sengaja melakukan tindakan yang membahayakan dirinya
9. Apabila pelaut sering menolak perintah-perintah nahkoda
10. Apabila pelaut melalaikan kewajiban yang dibebankan padanya

V. Surat berhenti
Pada tiap akhir perjanjian kerja laut, pengusaha wajib memberikan surat keterangan berhenti bila
dikehendaki oleh pelaut (KUH Perdata pasal 1638 a) . Dalam surat keterangan berhenti tersebut
dicantumkan mengenai :
 Macam atau jenis pekerjaan yang telah dilakukan oleh pelaut
 Lamanya bekerja
 Bukti diri pelaut
 Alasan pemutusan hubungan kerja
 Tanggal dan tanda tangan

SOAL – SOAL BAB V

Kerjakan soal-soal dibawah ini dengan benar !

1. Hal-hal yang berhubungan dengan PKL diatur dimana ?


2. Apa yang kamu ketahui tentang PKL ?
3. Sebut dan jelaskan pembagian jenis PKL menurut periode/waktu kerjanya !
4. Kapan PKL mulai berlaku ?
5. Sebutkan isi dari PKL ? Siapa saja yang berhak ikut menandatangani PKL ?
6. Sebutkan hak-hak awak kapal yang bisa didapatkan dalam PKL !
7. Sebutkan alasan –alasan wajar berakhirnya PKL !
8. Berikan contoh tindakan – tindakan yang bisa mengakibatkan berakhirnya suatu PKL secara mendesak !
9. Hal-hal apa saja yang dicantumkan dalam surat keterangan berhenti dalam PKL !
10. Hal-hal apa saja yang akan anda lakukan sebelum anda menandatangani PKL?

BAB VI
KELAIKLAUTAN KAPAL
I .Keselamatan Kapal

Setiap pengadaan, pembangunan dan pengerjaan kapal termasuk perlengkapanya serta pengoperasian
kapal diperairan Indonesia harus memenuhi persyaratan kapal. Persyaratan kapal tersebut meliputi :
 Material
 Konstruksi
 Bangunan
 Permesinan dan perlistrikan
 Stabilitas
 Tata susunan serta perlengkapan termasuk perlengkapan radio dan alat penolong
 Elektronikla kapal.

Kapal yang memenuhi persyaratan keselamatan kapal diberikan sertifikat keselamatan oleh Menteri yang
terdiri atas :
 Sertifikat keselamatan kapal penumpang
 Sertifikat keselamatan kapal barang
 Sertifikat kelaikan dan pengawakan kapal penangkap ikan

Sertifikat kapal tidak berlaku apabila :


1. Masa berlaku sudah berakhir
2. Endorsement
3. Kapal rusak dan dinyatakan tidak memenuhi syarat keselamatan
4. Kapal berubah nama
5. Kapal berganti bendera
6. Kapal tidak sesuai lagi daftar teknis dalam sertifikat keselamatan kapal
7. Kapal mengalami perombakan
8. Kapal tenggelamilang
9. Kapal ditutuh /scrapping
Sertifikat kapal dibatalkan apabila:
1. Keterangan dalam kapal yang digunakan untuk penerbitan sertifikat ternyata tidak sesuai dengan
keadaan sebenarnya
2. Kapal sudah dinyatakan tidak memenuhi syarat keselamatan
3. Sertifikatdiperoleh secara tidak sah

II. Pencegahan Pencemaran dari Kapal


Setiap kapal yang beroperasi di Indonesia harus memenuhi persyaratan pencegahan dan pengendalian
pencemaran.Kapal yang memenuhi syarat pencegahan dan pengendalian pencemaran diberikan sertifikat
pencegahan pencemaran oleh menteri.

III. Pengawakan kapal


Setiap kapal wajib diawaki oleh awak kapal yang memenuhi persyaratan kualifikasi dan kompetensi sesuai
dengan ketentuan nasional dan internasional.

IV. Garis muat kapal dan Pemuatan

Setiap kapal yang berlayar harus ditetapkan garis muatnya sesuai dengan persyaratan yang mana
penetapan garis muat kapal dinyatakan dalam Sertifikat Garis Muat /Load Line Certificate . Pada setiap
kapal sesuai dengan jenis dan ukurannya harus dipasang Marka Garis Muat secara tetap sesuai dengan
daerah pelayarannya.

V. kesejahteraan awak kapal dan Kesehatan Awak kapal


Setiap awak kapal berhak mendapatkan kesejahteraan yang meliputi :
1. Gaji
2. Jam kerja dan jam istirahat
3. Jaminan pemberangkatan ke tempat tujuan dan pemulangan ke tempat asal
4. Kompensasi apabila kapal tidak dapat berlayar karena kecelakaan
5. Kesempatan mengembangkan karir
6. Pemberian akomodasi,fasilitas rekreasi,makanan dan minuman
7. Pemeliharaan dan perawatan kesehatan serta pemberiann asuransi kecelakaan kerja

VI. Status Hukum Kapal


Status hukum kapal dapat ditentukan setelah melalui proses:
1. Pengukuran kapal
2. Pendaftaran kapal
3. Penetapan kebangsaan kapal

VII.Management keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal


Pemilik atau operator kapal yang mengopersikan kapal untuk jenis dan ukuran tertentu harus memenuhi
persyaratan Management keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal. Kapal yang telah
memenuhi persyaratan tersebut akan mendapatkan sertifikat Management keselamatan dan pencegahan
pencemaran dari kapal berupa Dokumen Penyesuaian Manajemen Keselamatan kapal (Document of
Compliance/ DOC) untuk perusahaan dan Sertifikat Manajemen Keselamatan Kapal (Safety Management
Serticate/SMC) untuk kapal.

VIII. Manajemen Keamanan Kapal


Pemilik atau operator kapal yang mengopersikan kapal untuk ukuran tertentu harus memenuhi
persyaratan manajemen keselamatan kapal. Kapal yang telah memenuhi persyaratan tersebut akan
mendapatkan sertifikat Manajeman Keselamatan Kapal berupa Sertifikat Keamanan Kapal International
(International Ship Security Certificate / ISSC)

IX. Sanksi Administratif


Setiap orang yang melanggar ketentuan dalam peraturan kelaiklautan kapal sebagaimana dalam UU No.
17 Tahun 2008 pasal 125 s/d 160 akan dikenakan sanksi administratif berupa :
1. Peringatan
2. Denda administratif
3. Pembekuan izin/sertifikat
4. Pencabutan izin/sertifikat
5. Tidak diberikan sertifikat
6. Tidak diberikan surat perssetujuan berlayar

SOAL – SOAL BAB VI

Kerjakan soal-soal berikut dengan benar !


1. Persyaratan kapal apa saja yang harus dipenuhi untuk memperoleh sertifikat keselamatan kapal agar
kapal laiklaut ?
2. Sebutkan hal-hal yang mempengaruhi sertifikat kapal tidak dapat berlaku kembali !
3. Sebutkan peraturan-peraturan pencegahan pencemaran dari kapal yang anda ketahui !
4. Apa nama sertifikat yang harus dimiliki kapal Indonesia sebagai bukti pencegaha pencemaran?
5. Apa yang dimakud dengan sertifikat garis muat ?
6. Berupa sanki administrasi apa yang diberikan kepada seseorang jika melanggar ketentuan dalam
peraturan kelaiklautan kapal ?
7. Sebutkan peraturan-pewraturan apa saja yang berkaitan dengan kelaiklautan kapal !

selesai

Diposting oleh inacay di 07.53


1 KOMENTAR:

Sell Tiket mengatakan...


Cari Tiket Pesawat dan tiket kapal Online Super Cepat dan murah??
http://selltiket.com
Booking di SELLTIKET.COM aja!!!
CEPAT,….TEPAT,….DAN HARGA TERJANGKAU!!!

Ingin usaha menjadi agen tiket pesawat??


Yang memiliki potensi penghasilan tanpa batas.
Bergabung segera di http://agenselltiket.com

INFO LEBIH LANJUT HUBUNGI:


No handphone : 085372801819
PIN : D10398A5

19 Agustus 2016 03.43


Posting Komentar

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)


Arsip Blog
 ▼ 2013 (3)
o ▼ September (3)
 Siapa mo pakai masker kopi ??????????????? ...
 Modul Hukum Maritim Tehnika Kapal Penangkap Ikan
 indahnya waduk greneng disore hari
 ► 2011 (1)
 ► 2008 (4)

Anda mungkin juga menyukai