2016
TEORI BELAJAR DAN PRINSIP-PRINSIP
PEMBELAJARAN
DISUSUN OLEH
Ibnu Umar, MP
2016
KATA PENGANTAR
Adalah satu pembelajaran yang luar biasa dalam hidup saya dalam proses menghasilkan
tulisan ini. Sebagai Widyaiswara yang sudah biasa menyusun bahan ajar untuk keperluan
diklat, setiap menyampaikan materi, bahan ajar sepertinya sudah menjadi pekerjaan rutin
yang harus dilakukan. Namun pada saat menyusun bahan ini, ada tantangan untuk
membuat sumbangan baru bagi para pengguna, karena bahan ajar ini diharapkan dapat
menyumbang proses pendidikan di negeri ini. Sebagai suatu tantangan baru, Anda harus
membuat persiapan yang serba baru. Kendati setiap proyek penulisan yang signifikan, yang
pernah saya lakukan, telah memperkuat prinsip ini, ternyata amat mudah juga
melupakannya. Saya mulai mengerjakan buku ini awal tahun ini, dengan pemikiran bahwa
saya dapat mengandalkan proses pembelajaran yang telah saya lalui sepanjang hidup saya,
memfasilitasi diklat, di bidang pedagogik, serhingga untuk menuliskannya tinggal
menuangkannya dengan mudah dalam waktu yang tak akan lebih dari beberapa bulan.
Setelah hampir setahun mengajarkan dan menulis materi ini, saya telah menyelesaikan draft
tulisan awal yang masih kasar, dan merasa sangat senang bahwa akhirnya kami telah
menyelesaikannya.
Pada saat itulah kami mengalami apa yang sering ditemukan oleh para pendaki, ketika
mereka mendaki gunung: Kami sama sekali belum mencapai puncak yang sesungguhnya,
dan baru mencapai puncak bukit yang hanya tampak pertama kali bagi kami. Dari titik
pandang yang yang lebih luas dan lebih jelas, yang baru saja kami capai dengan susah
payah ku, kami bisa melihat hal-hal yang tadinya belum kami lihat— yaitu hal-hal yang
hanya bisa kami lihat setelah kami berada di puncak bukit itu. Karena itu, kami arahkan
tatapan kami ke gunung yang sesungguhnya" dan mulai pendakian baru.
Kami mengalami lagi pengalaman seperti itu lusinan kali, dan setiap kali kami merasa telah
mencapai "puncak"—dengan kata lain, setiap kali kami yakin bahwa akhirnya bukunya
sudah siap—pada saat itu pula kami dengan rendah hati harus menerima kenyataan bahwa
kami baru mencapai tingkat pemahaman yang sangat kritis sifatnya, dan bahwa ada puncak
lain di depan kami. Pendakian gunung yang paling hebat dan paling inspiratif dalam sejarah
bukan merupakan kisah tentang prestasi pribadi, tetapi merupakan kisah tentang suatu
kekuatan luar biasa, yang dimiliki oleh tim yang bersatu padu, berbakat, benar-benar siap
dan yang berjanji terus setia satu sama lain, serta kokoh berpegang pada visi bersama,
sampai titik akhir. Kebanyakan tim pendaki yang bertekad untuk mendaki Gunung Everest
tidak pernah mencapai puncaknya, dan hanya sedikit sekali yang berhasil. Karena satu atau
lain sebab, kebanyakan individu atau tim pendaki, ketika diuji sampai batas ketahanan
mereka oleh kondisi yang ekstrem, menyerah di tengah jalan, dan memilih atau dipaksa oleh
keadaan untuk kembali pulang.
Penulis mengharap bahan ajar ini dapat dipakai oleh pembaca untuk meningkatkan
kompetensi pedagogik, sebagaimana dituntut oleh standar kompetensi tenaga pendidik
yang tertuang dalam permendiknas no 16 tahun 2007, tentang standar kompetensi guru
A. Latar Belakang
Anda telah memilih profesi mengajar, profesi yang menantang, profesi yang
diperuntukkan bukan untuk sembarang orang, hanya orang-orang yang
terpanggil. Ikatan emosi antara anda sebagai pengajar dengan peserta didik
anda akan membangun hubungan yang kuat. Kontak sehari-hari anda
dengan peserta didik anda akan memahamkan kebutuhan pribadi dan
akademik peserta didik anda.
Ruang lingkup bahasan bahan ajar ini mencakup pemahaman teori belajar
dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, dan menerapkan berbagai
pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara
Penyajian bahan ajar ini dikelompokkan menjadi dua kegiatan yaitu kegiatan
pembelajaran pertama adalah teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
yang mendidik, dan menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan
teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran yang
diampu.
B. TUJUAN
C. PETA KOMPETENSI
Kompetensi yang dibahas dalam bahan ajar ini adalah sesuai dengan yang
diamanatkan oleh Perndiknas no 16 tahun 2007. Kompetensi-kompetensi
tersebut disajikan dalam gambar 2 berikut
D. RUANG LINGKUP
Materi pelatihan ini dirancang untuk dipelajari oleh para guru yang ingin
memperdalam penguasaan kompetensi pemahaman teori belajar dan prinsip-
prinsip pembelajaran. Kegiatan pembelajaran satu mencakup pemahaman
teori belajar behavioristik, kognitif, humanistik, dan sibernetik. Kegiatan
pembelajaran kedua membahas tentang prinsip pembelajaran, ditekankan
kepada beberapa prinsip pembelajaran yaitu prinsip pembelajaran menurut
Filbeck, dan pembelajaran menurut Merril, pembelajaran berdasar cara kerja
otak, dan lain-lain.
Selain membaca materi dalam bahan ajar ini, Anda diminta melakukan
diskusi kelompok, latihan-latihan, dan praktik dalam pendalaman materi yang
mendorong kreativitas untuk berinovasi. Pelaksanaan pembelajaran
menggunakan pendekatan andragogi, yaitu lebih mengutamakan
pengungkapan kembali pengalaman peserta pelatihan, menganalisis,
menyimpulkan, dan menggeneralisasi dalam suasana diklat yang aktif,
inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan bermakna.
A. TUJUAN
C. URAIAN MATERI
Teori belajar adalah teori yang pragmatik dan eklektik. Teori pragmatic
adalah teori-teori yang berbasis kepada pengalaman nyata, sedangkan teori
eklektik adalah teori yang berusaha meramu teori-teori yang sudah ada,
dengan cara meramu/mengambil keunggulan-keunggulan teori-teori yang
sudah ada. Teori dengan sifat demikian ini hampir dipastikan tidak pernah
mempunyai sifat sifat ekstrim. Tidak ada teori belajar yang secara ekstrim
memperhatikan aspek pesertadidik saja, misalnya. Atau teori belajar yang
hanya mementingkan aspek pendidik saja, kurikulum saja, dan sebagainya.
Titik fokus yang menjadikan pusat perhatian suatu teori selalu ada. Ada yang
menekankan proses belajar, ada yang lebih menekankan sistem informasi
yang diolah dalam proses belajar, dan lain-lain. Namun faktor-faktor lain
diluar titik fokus itu juga selalu diperlukan untuk menjelaskan seluruh
persoalan belajar yang dibahas.
Menurut aliran ini, belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai
akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Atau lebih tepat,
perubahan yang dialami peserta didik dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara
stimulus dan respon. Meskipun semua penganut aliran ini setuju dengan
premis ini, namun mereka berbeda pendapat dalam beberapa hal
penting.
Berikut kita kaji hasil karya dari beberapa penganut aliran ini yang
penting, yaitu Thorndike, Waston, Hull, Gathrie, dan Skiner.
1. Thorndike
Menurut Thorndike (salah satu pendiri aliran tingkah laku), belajar adalah
proses interaksi antara Stimulus (yang mungkin berupa fikiran, perasaan,
atau gerakan) dan Respon (yang juga bisa berupa fikiran, perasaan, atau
gerakan). Jelasnya, menurut Thorndike, perubahan tingkah laku itu boleh
berwujud sesuatu yang konkrit ( dapat diamati) atau yang non kongkrit
(tidak dapat diamati).
2. Watson
Kita lihat disini. Penganut aliran behavioristik lebih senang memilih untuk
tidak memikirkan hal-hal yang tidak dapat diukur, meskipun mereka tetap
mengakui bahwa semua hal penting. Teori Waston ini juga disebut
sebagai aliran Tingkah laku (Behaviorism)
Tiga pakar lainnya adalah Clark Hull, Edwin Guthrie, dan BF.Skiner.
Seperti kedua pakar terdahulu, ketiga orang yang terahir juga
menggunakan variabel Stimulus-Respon untuk menjelaskan teori-teori
mereka. Namun meskipun ketiga pakar ini mendapat julukan yang sama,
yaitu pendiri Aliran Tingkah Laku Baru (Neo Behaviorist), mereka
berbeda satu sama lainnya dalam beberapa hal prinsipil.
Clark Hull sangat terpengaruh oleh teori evolusi yang dikembangkan oleh
Charles Darwin. Bagi Hull, seperti dalam teori evolusi, semua fungsi
tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga kelangsungan hidup.
Karena itu, dalam teori ini kebutuhan biologis dan pemuasan ini sangat
dominan, meskipun respon mungkin bermacam-macam bentuknya.
4. Edwin Guthrie
5. Skinner
Dari semua pendukung tingkah laku. Mungkin teori Skinerlah yang paling
besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar. Beberapa
program pembelajaran seperti teaching Machine, Mathematics, atau
program-program lain yang memakai konsep stimulus respon, dan faktor
penguat (Reinforcement), adalah contoh—contoh program yang
memanfaatkan teori skiner ini
d. Penguatan Positif
e. Penguatan Intermiten
f. Penghapusan
g. Percontohan (modeling)
h. Token Ekonomi
Namun, sudah terang bahwa teori tingkah laku ini tidak bebas dari
kritik. Teori tingkah laku ini dikritik karena sering tidak mampu
menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak hal di dunia
pendidikan yang tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan
stimulus dan respon.
b. Aliran Kognitif
1. Piaget
Menurut Jean Peaget (salah satu penganut aliran kognitivisme yang kuat),
proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni asimilasi,
akomodasi dan equilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi adalah proses
penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah
Jika peserta didik ini diberi sebuah soal perkalian, maka situasi ini disebut
akomodasi, yang dalam hal ini berarti pemakaian (aplikasi) prinsip perkalian
tersebut dalam situasi yang baru dan spesifik.
Dalam hal ini, dua orang yang mempunyai jumlah informasi yang sama
diotaknya mungkin mempunyai kemampuan equlibrasi yang berbeda.
Seseorang dengan kemampuan equilibrasi yang baik akan mampu “menata”
berbagai informasi ini dalam urutan yang baik, jernih, logis. Sedangkan
rekannya yang tidak memiliki kemampuan equilibrasi sebaik itu akan
cenderung menyimpan semua informasi yang ada secara kurang teratur,
karena itu orang ini juga cenderung mempunyai alur berfikir ruwet, tidak logis,
berbelit-belit.
Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensorimotor tentu
berbeda dengan proses belajar yang dialami seorang anak yang sudah
mencapai tahap kedua (praoperasional), dan berbeda pula dengan apa yang
dialami anak lain yang telah sampai tahap yang lebih tinggi (operasional
kongkrit dan operasional formal). Secara umum, semakin tinggi tingkat
kognitifnya seseorang, semakin teratur (dan juga semakin abstrak) cara
berfikirnya. Dengan demikian. Guru seyogyanya memahami tahap-tahap
perkembangan pesertadidik, serta memberikan materi pembelajaran dalam
jumlah dan jenis sesuai dengan tahap-tahap tersebut.
2. Ausubel
Menurut Ausabel, pesertadidik akan belajar dengan baik jika apa yang
disebut “pengatur kemajuan (belajar)” (Advance organizers)” didefinisikan
dan dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada peserta didik. Pengatur
Untuk itu, pengetahuan guru terhadap isi mata pelajaran harus sangat baik.
Hanya dengan demikian seorang pendidik mampu menemukan informasi,
yang menurut Ausubel “sangat abstrak, umum, dan inklusif”, yang mewadahi
apa yang akan diajarkan itu. Selain itu, logika berfikir pendidik juga dituntut
sebaik mungkin. Tanpa memiliki logika berfikir yang baik, maka pendidik
akan kesulitan memilah-milah materi pelajaran, merumuskannya dalam
rumusan yang singkat dan padat, serta menyajikan materi demi materi itu
kedalam struktur urutan yang logis dan mudah difahami.
3. Brunner
Teori kognitif, terutama teori yang dikembangkan oleh piget, sering dikritik
karena sukar dipraktikan (terutama ditingkat-tingkat lanjut). Selain itu,
beberapa konsep tertentu )seperti intelegensia, belajar, atau pengetahuan)
yang mendasari teori ini sukar difahami, dan pemahaman itu pun masih
belum tuntas.
Teori jenis ketiga adalah teori humanistik. Bagi penganut teori ini,
proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri.
Dari keempat teori belajar, teori humanistik inilah yang paling abstrak,
yang paling mendekati dunia filsafat daripada dunia pendidikan.
Dalam praktik, teori ini antra lain terwujud dalam pendekatan yang
diusulkan oleh ausabel yang disebut “belajar bermakna” atau “miningfull
learning”. Sebagai catatan, teori Ausabel ini juga dimasukan kedalam
aliran kognitif. Teori ini juga terwujud dalam teori Bloom dan Krathwohl
dalam bentuk Taksonomi Bloom yang terkenal itu. Selain itu empat pakar
lain yang juga termasuk kedalam kubu teori ini adalah Kolb, Honey dan
Mumford, serta Habermas.
Dalam hal ini, Bloom dan Krathwohl menunjukan apa yang mungkin dikuasai
(dipelajari) oleh pesertadidik, yang tercakup dalam tiga kawasan, yaitu;
Pemahaman (menginterpretasikan)
Taksanomi Bloom, seperti yang telah kita ketahui, berhasil memberi inspirasi
kepada banyak pakar lain untuk mengembangkan teori-teori belajar dan
pembelajaran. Pada tingkatan yang lebih praktis, taksanomi ini telah banyak
membantu praktisi pendidikan untuk memformulasikan tujuan-tujuan belajar
dalam bahasa yang mudah dipahami, operasional, serta dapat diukur. Dari
beberapa taksanomi belajar, mungkin taksanomi Bloom inilah yang paling
populer (setidaknya di Indonesia)
Selain itu, teori Bloom ini juga banyak dijadikan pedoman untuk membuat
butir-butir soal ujian, bahkan oleh orang-orang yang sering mengkritik
taksanomi tersebut.
2. Habermas,
Belajar Praktis, Pesertadidik juga belajar berinteraksi, tetapi pada tahap ini
yang lebih dipentingkan adalah interaksi antara pesertadidik dengan orang-
orang disekelilingnya. Pada tahap ini, pemahaman pesertadidik terhadap
alam tidak berhenti sebagai suatu pemahaman yang kering dan terlepas
kaitannya dengan manusia. Tetapi pemahaman terhadap alam justru relevan
jika dan hanya jika berkaitan dengan kepentingan manusia. dari suatu
lingkungan.
Tapi, karena sifatnya yang diskriptif itulah maka teori ini seolah memberi arah
proses belajar. Semua tujuan pendidikan bersifat ideal, dan teori humanistik
inilah yang menjelaskan bagaimana tujuan edeal itu seharusnya.
d. Aliran Sibernetik
Teori belajar jenis keempat, mungkin yang paling baru dari semua teori
belajar yang kita kenal, teori belajar ini adalah teori Sibernetik. Teori ini
berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu informasi. Menurut teori
ini, belajar adalah pengolahan informasi.
Asumsi lain dari teori ini adalah bahwa tidak ada stau proses belajar pun
yang ideal untuk segala situasi,yang cocok untuk semua pesertadidik dengan
satu macam proses belajar, dan informasi yang sama mungkin akan
dipelajari pesertadidik lain melalui proses belajar yang berbeda.
Dalam bentuknya yang lebih praktis, teori ini misalnya telah dikembangkan
oleh Landa (dalam pendekatan yang disebut algoritmik dan heuristik),
Pask dan Scott (dengan pembagian pesertadidik tipe menyeluruh atau
1. Landa
Menurut Landa, ada dua macam proses berfikir. Pertama disebut proses
berfikir algoritmik , yaitu proses berfikir linier, konvergen, lurus menuju kesatu
target tertentu. Kedua adalah cara berfikir heuristik, yakni cara berfikir
divergen menuju kebeberapa terget sekaligus.
Proses belajar akan berjalan dengan baik, jika apa yang hendak dipelajari itu
atau masalah yang hendak dipecahkan (atau dalam istilah yang lebih teknis
sistem informasi yang hendak dipelajari) diketahui ciri-cirinya. Satu hal lebih
tepat disajikan dalam urutan teratur, linier, sekuensial, satu hal lain lebih tepat
bila disajikan dalam bentuk “terbuka” dan memberi keleluasaan kepada
pesertadidik untuk berimajinasi dan berfikir.
Pendekatan serialis yang diusulkan oleh Pask dan Scott itu sama dengan
pendekatan algoritmic. Namun, cara berfikir “menyeluruh” (Wholist) tidak
Jika teori humanis lebih dekat kedunia filsafat, teori sibermetik ini lebih dekat
ke psikologi dan informasi. Selain itu, pemahaman kita terhadap mekanisme
kerja otak yang masih terbatas mengakibatkan pengetahuan kita tentang
bagaimana informasi itu diolah juga menjadi sangat terbatas.
Karena alasan ini pula, maka banyak pakar mendapat ilham untuk (makin)
mengembangkan teori kognitif. Jika teori sibermetik lebih tertarik kepada
kerja otak itu. Seperti kata seorang pakar kognitif; “ untuk menemukan
perhitungan akar 437, misalnya, apakah kita perlu tahu lebih dahulu
a. Behaviorisme
3. Menentukasn materi pelajaran (KI, KD, Topik dsb/ SK. KD. Topik
dsb)
5. Melaksanakan pembelajaran
Latihan
Tugas-tugas
Dibandingkan dengan teori Bruner, maka teori Ausubel ini dalam aplikasinya
menuntut peserta didik belajar secara deduktif (dari umum ke kusus). Hal
lain yang membedakan, Bruner lebih mementingkan struktur disiplin ilmu,
Ausubel labih menekankan pada aspek struktur kognitif pesertadidik.
Satu konsep penting dalam teori Ausubel ini adalah Advance Organizer (AO).
AO adalah suatau gambaran singkat (bersivat fisual atau verbal) yang
mencakup isi pelajaran baru yang akan dipelajari pesertadidik. AO berfungsi
sebagai (1) kerangka konseptual yang menjadi titik tolak proses belajar yang
akan berlangsung , (2) Penghubung antara ilmu pengetahuan yang saat ini
dikuasai pesertadidik dengan ilmu baru yang akan dipelajari, (3) Pendidik
yang membantu mempermudah proses belajar pesertadidik.
Jika kita amati, maka teori humanistik ini dalam pembelajaran cenderung
mendorong pesertadidik untuk berfikir induktif (dari contoh ke konsep, dari
kongkrit ke abstrak, dari kusus ke umum, dsb)
Maka, meskipun tidak ada satu pakar humanistikpun yang menjabarkan teori
mereka kedalam langkah-langkah teknis, tetapi teori humanistik ini bila
diaplikasikan akan mencakup tahap-tahap berikut;
* Peserta didik lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan
melakukan evaluasi,
Kedua, setiap individu harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan
pengajar harus dapat mendapatkan penilaian untuk setiap peserta didik
sehingga terdapat individual accountability.
Ketiga, proses pembelajaran aktif ini agar dapat berjalan dengan efektif
diperlukan tingkat kerjasama yang tinggi sehingga akan memupuk social
skills.
2. PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN.
Kedua adalah prinsip kondisi. Manusia akan belajar dari kondisi. Misalnya
kalau kondisi suatu lingkungan dibuat agar orang tidak nyaman merokok,
misalnya tidak ada asbak, sulit mencari rokok, maka orang akan belajar untuk
tidak merokok. Ketiga adalah prinsip retensi. Kemampuan baru dapat
berkurang atau hilang kalau tidak disegarkan.
Keempat adalah prinsip transfer. Hasil belajar akan dengan mudah ditransfer
apabila kepada kondisi pembelajaran yang sama, karena itu pembelajaran
pada situasi yang nyata lebih mudah untuk diterapkan kepada kehidupan
pebelajar.
Keenam adalah prinsip mental. Kondisi mental peserta didik harus disiapkan
agar siap belajar. Dalam pembelajaran prinsip ini diterapkan dalam kegiatan
pembukaan pembelajaran sebelum kegfiatan inti disampaikan.
Kesepuluh adalah prinsip umpan balik. Pebelajar akan belajar lebih cepat,
efisien dan menyenangkan kalau kalau ia diberi informasi bahwa ia menjadi
lebih mampu setelah belajar.
2. Seseorang belajar dengan penuh makna hanya apabila sesuatu yang dia
pelajari bermanfaat dalam pengembangan struktur dirinya. Hipotesa ini
menekankan pentingnya program belajar yang relevan dengan kebutuhan
siswa, yaitu belajar yang bermanfaat bagi dirinya. Dan tentunya ia akan
mempersoalkan kebiasaan belajar dengan mata pelajaran yang
dipaksakan atas dirinya, sehingga seolah-olah dirinya tidak berarti.
3. Struktur dan organisasi diri kelihatan menjadi kaku dalam situasi terancam,
dan akan mengendorkan apabila bebas dari ancaman. Ini berarti
pengalaman yang dianggap tidak sesuai dengan dirinya hanya dapat
diasimilasikan apabila organisasi diri itu dikendorkan dan diperluas untuk
memasukkan pengalaman itu. Hipotesa ini menunjukkan realitas bahwa
belajar kerap kali menimbulkan rasa tidak aman bagi siswa (siswa merasa
tertekan). Untuk itu, dianjurkan pentingnya pemberian iklim yang aman,
penerimaan, dan saling bantu dengan kepercayaan dan tanggung jawab
siswa.
Semua orang bisa belajar apabila cara kerja otak tidak dihambat dengan
mengecilkan, mengabaikan, atau menghukum otak dalam proses
pembelajaran. (cara kerja otak reptil, lembik dan kortek)
Otak Reptilia
Otak Neokorteks
Neokorteks terletak di bagian atas otak dan terdiri 80% jumlah bagian otak.
Bagian otak ini merupakan pusat berfikir dan kecerdasan manusia. Fungsi
utamanya adalah menafsir, menyusun, menerjemahkan informasi melalui
proses pemahaman membuat keputusan, tindakan, bahasa dan pemikiran
tingkat tinggi. Kecerdasan tingkat tinggi pada manusia yang memberi
keunikan pada manusia dan membedakan dengan makhluk lain. Sebagai
contoh, ahli psikologi, Howard Gardner telah mengenal pasti kecerdasan-
kecerdasan yang khusus yang mungkin dikembangkan dalam manusia,
antaranya : kecerdasan linguistik, matematikal, visual/spatial, kinestatik,
musik, naturalistik, interpersonal dan intrapersonal
2. Belajar akan lebih mudah bila menggunakan prinsip kerja otak kanan dan
otak kiri. Gambar, grafik, tabel, skema yang dikemas dengan warna-warna
mencolok akan memudahkan otak untuk menyimpannya. Informasi yang
disajikan dalam bentuk kata, ia hanya disimpan di otak kiri yg ahli dibidang
penyimpanan kata, 90% kegiatan berbahasa terjadi di otak kiri, jika
informasi dikemas dalam bentuk gambar yang penuh warna, penyimpanan
dilakukan pada otak sebelah kanan, informasi yang disajikan dalam
paduan kata dan dan gambar akan cepat diserap dan tersimpan. Potensi
penyimpanan seperti ini besar sekali. Kebanyakan manusia hanya
menggunakan satu belahan otaknya.
Hukum otak ketiga ini dapat diterapkan dalam membuat catatan tertulis:
b. Tulislah informasi dengan gambar, kata, grafik, tabel yang penuh warna
warni
e. Pada tingkat berpikir lebih tinggi, gambarlah (Bukan tulislah) ide dan
gagasan yang difikirkan.
Kehilangan sel sel syaraf, yang artinya juga kehilangan informasi, dapat
dicegah dengan pengulangan-pengulangan informasi maupun perilaku.
Semakin sering diulang , tautan sel syaraf semakin kuat, dan kemungkinan
kehilangan sel syaraf juga makin kecil. Pengulangan ini juga
akanmempertebal lapisan akson sebagai jembatan pemindahan informasi
dari dendrit satu ke dendrit lainnya untuk di disimpan, sehingga semakin
banyak diulang maka proses belajar juga menjadi semakin mudah dan
terjadi secara otomatis.
Sel syaraf yang makin banyak dan makin kuat, sebagaimana dujumpai
pada orang tua, akan memperkuat pengetahuan yang dimilikinya.
Kekuatan pengetahuan itu terletak pada keluasan wawasan dan
kebijaksanaan yang kian meningkat. Tidak jarang, seseorang yang belajar
sungguh-sungguh sejak muda, yang menekuni pengetahuan secara
seksama, akan memiliki keyakinan diri yang kuat ketika tua dan yang
paling utama, memiliki kebijaksanaan yang kian meningkat.
Ketika orang belajar untuk pertama kalinya, informasi itu dikemas dan
ditata dalam wilayah sadar di kulit otak( wilayah indrawi dan rasional). Jika
kegiatan sadar itu berlangsung terus menerus (ada pengulangan dan
dalam jangka waktu yang lama), penataan kegiatan itu akan dialihkan
kewilayah taksadar kegiatan itu akan berlangsung secara otomatis.
Oleh karena itu, fungsi guru akan berubah ke arah guru sebagai pengelola
pembelajaran. Fungsi guru yaitu merancang penyediaan sumber-sumber
belajar agar belajar menjadi lebih mudah, lebih cepat, lebih menarik, dan
lebih menyenangkan.
(2) isi (apa isi yang diajarkan: fakta, konsep, prinsip, prosedur, pemecahan
masalah dsb?),
(6) sumber belajar (buku, majalah, koran, VCD, komputer, radio? Lahan,
kolam, kandang dsb),
(8) evaluasi (tes lisan, tes tertulis, menyusun karya tulis, dan memecahkan
masalah?).
Pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak memberi dampak terhadap
kehidupan siswa di luar sekolah. Oleh karena itu, materi pelajaran perlu
dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Guru mengembangkan
metode pembelajaran yang memungkinkan siswa terhubung dengan dunia
nyata (real word). Guru membantu siswa agar dapat menemukan nilai,
Dengan kekuatan teknologi dan internet, siswa saat ini bisa berbuat lebih
banyak lagi. Ruang gerak sosial siswa tidak lagi hanya di sekitar sekolah atau
tempat tinggalnya, tapi dapat menjangkau lapisan masyarakat yang ada di
berbagai belahan dunia. Pendidikan perlu membantu siswa menjadi warga
digital yang bertanggung jawab.
diharapkan
Berpola untung-
untungan
Untuk menentukan
ketuntasan belajar
Untuk mendiagnosa
kesulitan belajar
Untuk perbaikan
pembelajaran
• Keefektifannya harus
dapat diuji
• Acuan criteria
• Dilakukan kadangkala
2. Prinsip Keaktifan
Belajar pada hakekatnya adalah proses aktif dimana seseorang melakukan
kegiatan secara sadar untuk mengubah suatu perilaku, terjadi kegiatan
merespon terhadap setiap pembelajaran.
Prinsip ini berhubungan prinsip aktivitas, bahwa setiap individu harus terlibat
secara langsung untuk mengalaminya, bahwa setiap kegiatan pembelajaran
harus melibatkan diri ( setiap individu ) terjun mengalaminya.
4. Prinsip Pengulangan
Teori yang dapat dijadikan sebagai petunjuk pentingnya prinsip pengulangan
dalam belajar, antara lain bisa dicermati dari dalil-dalil belajar yang
dikemukan oleh Edward L. Thorndike ( 1974 – 1949 ) tentang law of lerning,
yaitu “ law of effect, law of exercise and law of readiess “
5. Prinsip Tantangan
Implikasi lain adanya bahan belajar yang dikemas dalam suatu kondisi yang
Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapat hasil
yang baik. Apalagi hasil yang baik, merupakan balikan yang menyenangkan
dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Balikan yang segera
diperoleh siswa setelah belajar melalui pengamatan melalui metode-metode
pembelaran yang menantang, seperti Tanya jawab, diskusi, eksperimen,
metode penemuan dan yang sejenisnya akan membuat siswa terdorong
untuk belajar lebih giat dan bersemangat.
Perbedaan individual dalam belajar, yaitu bahwa proses belajar yang terjadi
pada setiap individu berbeda satu dengan yang lain baik secara fisik maupun
psikism, untuk itu dalam proses pembelajaran mengandung implikasi bahwa
setiap siswa harus dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya
dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan siswa itu sendiri.
R : Recency
M: Motivation (motivasi)
Hukum dari primacy mengatakan kepada kita bahwa hal-hal yang pertama
bagi peserta biasanya dipelajari dengan baik, demikian pula dengan kesan
pertama atau serangkaian informasi yang diperoleh dari pelatih betul-betul
sangat penting. Untuk alasan ini, ada praktek yang bagus yaitu dengan
Hukum dari feedback atau umpan balik menunjukkan kepada kita, baik
fasilitator dan peserta membutuhkan informasi satu sama lain. Fasilitator
perlu mengetahui bahwa peserta mengikuti dan tetap menaruh perhatian
pada apa yang disampaikan, dan sebaliknya peserta juga membutuhkan
umpan balik sesuai dengan penampilan/kinerja mereka.
Hukum dari active learning menunjukkan kepada kita bahwa peserta belajar
lebih giat jika mereka secara aktif terlibat dalam proses pelatihan. Ingatkah
satu peribahasa yang mengatakan “Belajar Sambil Bekerja” ? Ini penting
dalam pelatihan orang dewasa. Jika anda ingin memerintahkan kepada
peserta agar menulis laporan, jangan hanya memberitahu mereka
bagaimana itu harus dibuat tetapi berikan kesempatan agar mereka
melakukannya. Keuntungan lain dari ini adalah orang dewasa umumnya tidak
terbiasa duduk seharian penuh di ruangan kelas, oleh karena itu prinsip
belajar aktif ini akan membantu mereka supaya tidak jenuh.
Hukum dari multi- sense learning mengatakan bahwa belajar akan jauh lebih
efektif jika partisipan menggunakan lebih dari satu dari kelima inderanya. Jika
anda memberitahu trainee mengenai satu tipe baru sandwich mereka
mungkin akan mengingatnya. Jika anda membiarkan mereka menyentuh,
mencium dan merasakannya dengan baik, tak ada jalan bagi mereka untuk
melupakannya.
E. Exercise (latihan)
D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
A. Rhyming Names
Pilihlah kata sifat yang dimulai dengan huruf pertama dari nama anda
yang cocok dengan sifat atau kepribadian anda – misalnya, Fantastis
Fatima, Joget Joko, Dangdut Diana
Anda akan diberi waktu 2 menit untuk berkeliling dan bertemu dengan
orang lain. Pada akhir waktu setiap orang akan menulis nama orang
lain berdasarkan yang diingat. Kita akan menggunakan nama julukan
yang dibuat di depan nama mereka selama pelatihan ini berlangsung.
Buatlah tiga pernyataan yang cukup menarik. Dua harus benar dan
satu bohong. Misalkan
b). Saya punya se-ekor ayam yang bernama “George Bush” (bohong)
Dalam beberapa menit katakan hal ini pada 6 orang. Mereka harus
memilih mana yang bohong. Kita akan bisa menemukan siapa
sebetulnya yang pandai berbohong dan yang pandai menebak.
Menggunakan Energizer
Idealnya energizer yang baik ada hubungannya dengan topik yang akan
dibahas. Misalnya, kompetisi desain pesawat terbang sesuai untuk
membahas topik penting kreatifitas dan praktek dalam merencanakan dan
membuat keputusan.
Seperti yang anda perkirakan bahwa tidak semua energiser dapat dipakai
untuk semua situasi. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan adalah :
Kebutuhan peserta
Anda harus pandai pandai dalam memilih energizer mana yang cocok dan
sesuai dengan kebutuhan peserta. Beberapa energiser mungkin efektif pada
satu peserta pelatihan dan mungkin tidak pada peserta pelatihan yang lain.
Cobalah pilih energiser yang sesuai dengan aktifitas pelatihan yang akan
dilakukan.
Keamanan
Contoh-2 energizers
Pelatih akan memimpin kata apa yang akan dipilih (Gajah atau Semut)
dan peserta diminta merespon dengan cepat. Bagi peserta yang salah
gerak akan ditunjuk oleh peserta yang lain karena masih dalam
lingkaran (saling mengawasi). Lakukan beberapa kali (3-5 kali) dan
anda masih menemukan bagaimana masih ada saja orang yang
melakukan kesalahan respon.
Dalam kisah Samson dan Delilah terdapat tiga karakter utama yaitu :
Samson, Delilah dan Singa.
Berikut cara membuat peta konsep yang ditawarkan oleh Collin Rose:
Buatlah tema pokok inti ini dengan ukuran cukup kecil sehingga anda
punya cukup ruang untuk memperlihatkan dengan jelas subsubtema di
sekelilingnya.
Yang mudah diidentifikasi, tanda kali, tanda cek, tanda seru, tanda tanya,
gambar jantung segitiga dan sebagainya.
Tetapi sekali lagi, tidak usah membuat lukisan yang artistik, jauh lebih
bermakna jika anda mengembangkan gaya personal anda sendiri,
menciptakan peta-peta yang dapat anda pahami dan yang akan
membantu mencerap informasi ke dalam ingatan jangka panjang anda.
Coba sedikit lebih kreatif dengan setiap peta konsep baru yang anda
gambar.
- Peta Konsep Menjadi Memori Kita menggunakan istilah peta konsep untuk
menjelaskan pemakaian peta sebagai perangkat input. Kita memakai peta
memori untuk melukiskan penciptaannya dan cara menggunakannya
sebagai perangkat revisi atau ikhtisar.
sampingan. Hubungan antara berbagai butir masalah juga akan lebih jelas.
Dan, sifat visual dan berisi banyak dari peta-peta membuat ia lebih mdah
diserap dan diingat oleh otak anda. Itulah sebabnya mengapa kita
mengakhiri setiap bab dengan memori ikhtisar.
- Gunakan Alat Tulis Berwarna Terang Jika buku itu milik anda sendiri,
memakai alat tulis berwarna terang akan sangat membantu. Ketika anda
melihat kembali bahan yang dimaksud pada suatu hari, atau bahkan
Para pelayan penerbang Trans World Airlines (TWA) yang mengikuti tes
keamanan penerbangan menggunakan gambar-gambar untuk
meningkatkan angka kelulusan mereka dari 70 menjadi 100% dengan
sekuens berikut ini.
- Gambar Saja Sering sekali strategi visual yang paling sederhana adalah
menggambarkan seuah sketsa atau merancang sebuah karta, grafik atau
diagram.
Hal yang perlu diketahui juga adalah bahwa bahan ajar ini bukan berupa
bahan ajar “self contained” sepenuhnya yang memberikan informasi secara
komprehensif, namun sebagaimana diamanatkan oleh permendikbud 65
tahun 2013 mengenai standar proses, ada banyak sumber belajar yang lain
yang perlu dipelajari. Untuk mempelajari lebih dalam lagi mengenai
karakteristik belajar peserta didik, anda dapat buku “Psikologi Kependidikan”
yang ditulis oleh Abin Syamsudin Makmun.
Lembar Tugas 1
Teori Belajar
Makna Belajar
Proses Belajar
Kekuatan
Kelemahan
Lembar Kerja 2
E. RANGKUMAN
A. TUJUAN
C. URAIAN MATERI
Alisa anak Pak Hasan, berusia 4 tahun, selalu menolak bila disuruh minum
minyak ikan yang bermanfaat bagi perkembangan otak dan daya tahan
tubuhnya. Meski Bu Hasan telah membujuknya tetap saja Alisa menolak. Bu
Hasan kemudian merubah sudut pandang atau persepsi Alisa yang suka
sekali sirup.Bu Hasan memasukkan minyak ikan tersebut ke dalam sirup
kesukaan Alisa. Ternyata Alisa sangat suka dengan sirup yang sudah
dicampur dengan minyak ikan. Dalam pandangan Alisa, yang ia minum
adalah sirup, bukan minyak ikan.
Strategi (strategy) adalah ilmu dan kiat dalam memanfaatkan segala sumber
yang dimiliki dan/atau yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. T Raka Joni (1991). Cakupan strategi cukup luas, seperti
1. Pendekatan Pembelajaran
2. Menanya
Objek hasil
pengamatan
diharapkan mampu
memotivasi peserta
didik untuk
mendalaminya.
Keinginan untuk lebih
mendalami fakta-fakta
tersebut dinyatakan
dalam bentuk rasa penasaran dengan mengajukan pertanyaan, mengapa
fakta yang diamati seperti itu. Guru harus dapat mengarahkan kegiatan
pembelajaran mengamati sehingga objek yang diamati menimbulkan
keinginan peserta didik untuk lebih mendalaminya.
3. Menalar
Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata
empiris yang diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa
pengetahuan. Salah satu cara penalaran adalah dengan mencari
hubungan antar fakta. Satu fakta mungkin berhubungan dengan fakta lain.
Hubungan antar fakta ini harus dapat diterangkan secara ilmiah. Upaya
menghubungkan fakta dengan fakta lainnya harus dapat diterangkan
dengan akal sehat untuk menghindari hubungan yang mengada-ada
(takhayul).
4. Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus
mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi
yang sesuai. Pada mata pelajaran IPA, misalnya,peserta didik harus
memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan
pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode
ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya sehari-hari.
5. Membentuk Jejaring
d. Meningkatkan kolaborasi.
Langkah-Langkah Operasional
6 5 4
EVALUASI PENGALAMAN MENGUJI HASIL MONITORING
1. Peran Guru
Sistem Penilaian
1. Penilaian Proyek
a. Pengertian
1) Kemampuan pengelolaan
2) Relevansi
3) Keaslian
Mata Pelajaran :
Nama Proyek :
Alokasi Waktu :
Guru Pembimbing :
Nama :
NIS :
Kelas :
2. Penilaian Produk
a. Pengertian
Catatan :
*) Skor diberikan dengan rentang skor 1 sampai dengan 5,
dengan ketentuan semakin lengkap jawaban dan ketepatan
dalam proses pembuatan maka semakin tinggi nilainya.
Tujuan dan hasil dari model pembelajaran berbasis masalah ini adalah:
Selain itu, setiap kelompok harus mencari istilah yang kurang dikenal
dalam skenario tersebut dan berusaha mendiskusikan maksud dan
artinya. Jika ada peserta didik yang mengetahui artinya, segera
menjelaskan kepada teman yang lain. Jika ada bagian yang belum
dapat dipecahkan dalam kelompok tersebut, ditulis dalam
permasalahan kelompok. Selanjutnya, jika ada bagian yang belum
dapat dipecahkan dalam kelompok tersebut, ditulis sebagai isu dalam
permasalahan kelompok.
5. Penilaian (Assessment)
Tahapan-Tahapan PBL
Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan
untuk membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi
proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan
intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta
peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang
telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya
Sistem Penilaian
Pada penilaian kinerja ini, peserta didik diminta untuk unjuk kerja atau
mendemonstrasikan kemampuan melakukan tugas-tugas tertentu,
seperti menulis karangan, melakukan suatu eksperimen,
menginterpretasikan jawaban pada suatu masalah, memainkan suatu
lagu, atau melukis suatu gambar.
Konsep
e. Verification (pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi
dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing
(Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses
belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori,
aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau
informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan
terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah
terbukti atau tidak.
1. Penilaian Tertulis
a. pilihan ganda
c. menjodohkan
b. jawaban singkat
c. soal uraian
Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta
didik untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan
gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari, dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam
bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Alat
ini dapat menilai berbagai jenis kemampuan, misalnya mengemukakan
pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara
lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas.Dalam menyusun
instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:
penafsiran ganda.
2. Penilaian Diri
3. Penilaian Sikap
Skor
No Nama Siswa Komitmen Kerja Jumlah Nilai
Tugas Sama Ketelitian Minat Skor
1
2
3
4
5
..
..
Jumlah
2. Strategi Pembelajaran
Ciri-ciri strategi yang berpeluang bagi peserta didik untuk berperan aktif
selama proses pembelajaran, antara lain:
1) Relating (Menghubungkan)
2) Experiencing (Melakukan)
3) Applying (Menerapkan)
2) Disain tugas atau latihan bersifat beragam dan menarik, artinya guru
dalam pembelajaran hendaknya mencoba menyediakan tugas yang sifatnya
beragam kepada siswa dan mampu menarik perhatian siswa.
3) Disain tugas atau latihan harus menantang tetapi masuk akal sesuai
kemampuan siswa, artinya tugas yang diberikan guru jangan terlalu mudah
dan jangan juga terlalu sulit. Apabila tugas yang diberikan terlalu mudah,
maka siswa akan merasa bosan dan yakin telah menguasai materi sehingga
motivasinya rendah untuk mempelajari konsep yang baru. Sebaliknya apabila
4) Cooperating (Kerjasama)
“Learning often takes place best when students have opportunities to express
ideas and get feedback from their peers.”
5) Transfering (Memindahkan)
3. Metoda Pembelajaran
JP = Jigsaw Proscedure.
Peserta didik dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil.
Anggota-anggota dalam setiap kelompok bertindak saling membelajarkan.
Fokusnya adalah keberhasilan seorang akan berpengaruh terhadap
keberhasilan kelompok dan demikian pula keberhasilan kelompok akan
berpengaruh terhadap keberhasilan individu peserta didik lainnya. Penilaian
didasari pada pencapaian hasil belajar individual maupun kelompok peserta
didik.
CI = Complex Instruction.
Titik tekan metode ini adalam pelaksanaan suatu proyek yang berorientasi
pada penemuan, khususnya dalam bidang sains, matematika, dan ilmu
LT = Learning Together
TGT = Teams-Games-Tournament.
Pada metode ini, setelah belajar bersama kelompoknya sendiri, para anggota
suatu kelompok akan berlomba dengan anggota kelompok lain sesuai
dengan tingkat kemampuan masing-masing. Penilaian didasari pada jumlah
nilai yang diperoleh kelompok peserta didik.
GI = Group Investigation.
AC = Academic-Constructive Controversy.
Metode Ceramah
Metode Diskusi
Metode Demonstrasi
b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
a. Siswa kadang kala sukar melihat dengan jelas benda yang diperagakan.
5. Metode Resitasi
a. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar sendiri akan
dapat diingat lebih lama.
Metode Eksperimental
Metode study tour Study tour (karya wisata) adalah metode mengajar dengan
mengajak peserta didik mengunjungi suatu objek guna memperluas
pengetahuan dan selanjutnya peserta didik membuat laporan dan
mendiskusikan serta membukukan hasil kunjungan tersebut dengan
didampingi oleh pendidik.
Metode Peer Theaching sama juga dengan mengajar sesama teman, yaitu
suatu metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri.
Project Method
Metode Global yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca
keseluruhan materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka
serap atau ambil intisaridari materi tersebut.
4. Teknik Pembelajaran
Ada banyak teknik pembelajaran aktif dari mulai yang sederhana – yang tidak
memerlukan persiapan lama dan rumit serta dapat dilaksanakan relatif
dengan mudah -- sampai dengan yang rumit – yaitu yang memerlukan
persiapan lama dan pelaksanaan cukup rumit. Beberapa jenis teknik
pembelajaran tersebut antara lain adalah:
Kegiatan kelompok dapat juga dilakukan dalam bentuk salah satu peserta
didik dalam kelompok tersebut memberikan ilustrasi bagaimana suatu rumus
atau metode digunakan. Kemudian pada bagian kedua kegiatan ini dilakukan
untuk seluruh kelas. Proses ini dipimpin oleh peserta didik dan pengajar lebih
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
C. Rhyming Names
Pilihlah kata sifat yang dimulai dengan huruf pertama dari nama anda
yang cocok dengan sifat atau kepribadian anda – misalnya, Fantastis
Fatima, Joget Joko, Dangdut Diana
Anda akan diberi waktu 2 menit untuk berkeliling dan bertemu dengan
orang lain.
Buatlah tiga pernyataan yang cukup menarik. Dua harus benar dan
satu bohong. Misalkan
b). Saya punya se-ekor ayam yang bernama “George Bush” (bohong)
Dalam beberapa menit katakan hal ini pada 6 orang. Mereka harus
memilih mana yang bohong. Kita akan bisa menemukan siapa
sebetulnya yang pandai berbohong dan yang pandai menebak.
Menggunakan Energizer
Seperti yang anda perkirakan bahwa tidak semua energiser dapat dipakai
untuk semua situasi. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan adalah :
Kebutuhan peserta
Anda harus pandai pandai dalam memilih energizer mana yang cocok dan
sesuai dengan kebutuhan peserta. Beberapa energiser mungkin efektif pada
satu peserta pelatihan dan mungkin tidak pada peserta pelatihan yang lain.
Cobalah pilih energiser yang sesuai dengan aktifitas pelatihan yang akan
dilakukan.
Keamanan
Pelatih akan memimpin kata apa yang akan dipilih (Gajah atau Semut)
dan peserta diminta merespon dengan cepat. Bagi peserta yang salah
gerak akan ditunjuk oleh peserta yang lain karena masih dalam
lingkaran (saling mengawasi). Lakukan beberapa kali (3-5 kali) dan
anda masih menemukan bagaimana masih ada saja orang yang
melakukan kesalahan respon.
Dalam kisah Samson dan Delilah terdapat tiga karakter utama yaitu :
Samson, Delilah dan Singa.
13. Mintalah pada kelompok satu dan dua untuk memikirkan karakter
apa yang akan ditampilkan secara serentak, dengan tujuan untuk
saling mengalahkan satu dan lainnya.
Berikut cara membuat peta konsep yang ditawarkan oleh Collin Rose:
Buatlah tema pokok inti ini dengan ukuran cukup kecil sehingga anda
punya cukup ruang untuk memperlihatkan dengan jelas subsubtema di
sekelilingnya.
Yang mudah diidentifikasi, tanda kali, tanda cek, tanda seru, tanda tanya,
gambar jantung segitiga dan sebagainya.
Tetapi sekali lagi, tidak usah membuat lukisan yang artistik, jauh lebih
bermakna jika anda mengembangkan gaya personal anda sendiri,
menciptakan peta-peta yang dapat anda pahami dan yang akan
membantu mencerap informasi ke dalam ingatan jangka panjang anda.
Coba sedikit lebih kreatif dengan setiap peta konsep baru yang anda
gambar.
- Peta Konsep Menjadi Memori Kita menggunakan istilah peta konsep untuk
menjelaskan pemakaian peta sebagai perangkat input. Kita memakai peta
memori untuk melukiskan penciptaannya dan cara menggunakannya
sebagai perangkat revisi atau ikhtisar.
sampingan. Hubungan antara berbagai butir masalah juga akan lebih jelas.
Dan, sifat visual dan berisi banyak dari peta-peta membuat ia lebih mdah
diserap dan diingat oleh otak anda. Itulah sebabnya mengapa kita
mengakhiri setiap bab dengan memori ikhtisar.
- Gunakan Alat Tulis Berwarna Terang Jika buku itu milik anda sendiri,
memakai alat tulis berwarna terang akan sangat membantu. Ketika anda
melihat kembali bahan yang dimaksud pada suatu hari, atau bahkan
Para pelayan penerbang Trans World Airlines (TWA) yang mengikuti tes
keamanan penerbangan menggunakan gambar-gambar untuk
meningkatkan angka kelulusan mereka dari 70 menjadi 100% dengan
sekuens berikut ini.
- Gambar Saja Sering sekali strategi visual yang paling sederhana adalah
menggambarkan seuah sketsa atau merancang sebuah karta, grafik atau
diagram.
Hal yang perlu diketahui juga adalah bahwa bahan ajar ini bukan berupa
bahan ajar “self contained” sepenuhnya yang memberikan informasi secara
komprehensif, namun sebagaimana diamanatkan oleh permendikbud 65
tahun 2013 mengenai standar proses, ada banyak sumber belajar yang lain
yang perlu dipelajari.
E. LATIHAN
1. Stimulation
(stimulasi/pemberi
an rangsangan)
2. Problem 1. Penentuan 1. Pendefinisi
statement Pertanyaan an Masalah
(pernyataan/ Mendasar (Defining
identifikasi (Start With the
masalah) the Problem)
Essential
Question)
2. Mendesain
Perencana
an Proyek
(Design a
Plan for the
Project)
3. Menyusun
Jadwal
(Create a
Schedule)
1. Mengamati 2. Data collection 4. Memonitor 2. Pembelajar
(pengumpulan peserta an Mandiri
data). didik dan (Self
kemajuan Learning)
proyek
(Monitor
the
Students
and the
progress of
project)
Menanya 3. 5. 3.
4. Data processing
(pengolahan data)
6. Menguji
Hasil
7. Mengevalu 5. Penilaian
asi (Assessme
Pengalama nt)
n (Evaluate
the
Experience
)
7. 8. Generalization
(menarik
kesimpulan/gener
alisasi)
PENUTUP
Bahan ajar ini dirancang untuk membekali peserta diklat dalam menguasai
salah satu kompetensi pedagogic. Harapan penulis, dengan mempelajari
bahan ajar ini pembaca dapat menguasai salah satu kompetensi pedagogic
tersebut, dan tidak terhambat dalam mencapai uji kompetensi guru. Masukan
dari para perancang uji kompetensi dan penggunan bahan ajar ini sangat
diharapkan demi ketergunaan bahan ajar ini bagi para guru khususnya.
DAFTAR PUSTAKA
Katz, Joseph, et. Al. 1973. Services of Student. San Fransisco: Josey-Bass
Inc.
Imron, Ali. 2005. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: DP3M
Depdiknas.