Anda di halaman 1dari 188

PPPPTK PERTANIAN

TEORI BELAJAR DAN


PRINSIP-PRINSIP
PEMBELAJARAN
Modul Pedagogik
Edisi 1

2016
TEORI BELAJAR DAN PRINSIP-PRINSIP
PEMBELAJARAN

DISUSUN OLEH

Ibnu Umar, MP

PUSAT PENGEMBANGAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


PERTANIAN DI CIANJUR (PPPPTK PERTANIAN)

2016
KATA PENGANTAR
Adalah satu pembelajaran yang luar biasa dalam hidup saya dalam proses menghasilkan
tulisan ini. Sebagai Widyaiswara yang sudah biasa menyusun bahan ajar untuk keperluan
diklat, setiap menyampaikan materi, bahan ajar sepertinya sudah menjadi pekerjaan rutin
yang harus dilakukan. Namun pada saat menyusun bahan ini, ada tantangan untuk
membuat sumbangan baru bagi para pengguna, karena bahan ajar ini diharapkan dapat
menyumbang proses pendidikan di negeri ini. Sebagai suatu tantangan baru, Anda harus
membuat persiapan yang serba baru. Kendati setiap proyek penulisan yang signifikan, yang
pernah saya lakukan, telah memperkuat prinsip ini, ternyata amat mudah juga
melupakannya. Saya mulai mengerjakan buku ini awal tahun ini, dengan pemikiran bahwa
saya dapat mengandalkan proses pembelajaran yang telah saya lalui sepanjang hidup saya,
memfasilitasi diklat, di bidang pedagogik, serhingga untuk menuliskannya tinggal
menuangkannya dengan mudah dalam waktu yang tak akan lebih dari beberapa bulan.
Setelah hampir setahun mengajarkan dan menulis materi ini, saya telah menyelesaikan draft
tulisan awal yang masih kasar, dan merasa sangat senang bahwa akhirnya kami telah
menyelesaikannya.

Pada saat itulah kami mengalami apa yang sering ditemukan oleh para pendaki, ketika
mereka mendaki gunung: Kami sama sekali belum mencapai puncak yang sesungguhnya,
dan baru mencapai puncak bukit yang hanya tampak pertama kali bagi kami. Dari titik
pandang yang yang lebih luas dan lebih jelas, yang baru saja kami capai dengan susah
payah ku, kami bisa melihat hal-hal yang tadinya belum kami lihat— yaitu hal-hal yang
hanya bisa kami lihat setelah kami berada di puncak bukit itu. Karena itu, kami arahkan
tatapan kami ke gunung yang sesungguhnya" dan mulai pendakian baru.

Kami mengalami lagi pengalaman seperti itu lusinan kali, dan setiap kali kami merasa telah
mencapai "puncak"—dengan kata lain, setiap kali kami yakin bahwa akhirnya bukunya
sudah siap—pada saat itu pula kami dengan rendah hati harus menerima kenyataan bahwa
kami baru mencapai tingkat pemahaman yang sangat kritis sifatnya, dan bahwa ada puncak
lain di depan kami. Pendakian gunung yang paling hebat dan paling inspiratif dalam sejarah
bukan merupakan kisah tentang prestasi pribadi, tetapi merupakan kisah tentang suatu
kekuatan luar biasa, yang dimiliki oleh tim yang bersatu padu, berbakat, benar-benar siap
dan yang berjanji terus setia satu sama lain, serta kokoh berpegang pada visi bersama,
sampai titik akhir. Kebanyakan tim pendaki yang bertekad untuk mendaki Gunung Everest
tidak pernah mencapai puncaknya, dan hanya sedikit sekali yang berhasil. Karena satu atau
lain sebab, kebanyakan individu atau tim pendaki, ketika diuji sampai batas ketahanan
mereka oleh kondisi yang ekstrem, menyerah di tengah jalan, dan memilih atau dipaksa oleh
keadaan untuk kembali pulang.

Penulis mengharap bahan ajar ini dapat dipakai oleh pembaca untuk meningkatkan
kompetensi pedagogik, sebagaimana dituntut oleh standar kompetensi tenaga pendidik
yang tertuang dalam permendiknas no 16 tahun 2007, tentang standar kompetensi guru

Cianjur, Desember 2015


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anda telah memilih profesi mengajar, profesi yang menantang, profesi yang
diperuntukkan bukan untuk sembarang orang, hanya orang-orang yang
terpanggil. Ikatan emosi antara anda sebagai pengajar dengan peserta didik
anda akan membangun hubungan yang kuat. Kontak sehari-hari anda
dengan peserta didik anda akan memahamkan kebutuhan pribadi dan
akademik peserta didik anda.

Anda adalah para guru profesional yang memiliki kemampuan dan


pengalaman dalam mengajar. Bahan ajar ini dirancang bagi anda, sesuai
dengan kaedah pembelajaran bagi orang dewasa. Pembelajaran orang
dewasa didasari oleh asumsi bahwa pembelajar memahami kenapa ia perlu
untuk belajar, memiliki tanggung jawab terhadap keputusan dan hidupnya
sendiri, memulai proses belajar dengan sejumlah pengalaman yang sudah
dimilikinya, memiliki kesiapan untuk belajar karena sesungguhnya sudah
berhadapan langsung dengan obyek yang sedang dipelajarinya dan ingin
menghadapinya secara lebih efektif, dan lebih termotivasi secara internal.

Permendiknas 16 Tahun 2007 mengenai standar kompetensi guru,


menyebutkan bahwa salah satu kompetensi yang dikuasai guru adalah
kompetensi pedagogik. Bahan ajar ini, dirancang agar Anda menguasai
kompetensi pedagogik, khususnya kompetensi inti pertama yaitu menguasai
karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural,
emsional, dan intelektual. Bahan ajar ini merupakan 1 dari 10 judul bahan
ajar yang menjadi satu kesatuan bahan yang perlu anda pelajari, kalau Anda
ingin menguasai kompetensi pedagogik sebagaimana diamanatkan oleh

1 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


permendiknas no 16 tahun 2007 tentang standar kompetensi guru,
sebagaimana iilustrasikan dalam Gambar 1 berikut.

Gambar .1 Standar kompetensi guru, sebagaimana diamanatkan oleh


Perndiknas no 16 tahun 2007. Yang akan dibahas dalam bahan ajar ini
adalah kompetensi nomor 2. ”menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik.

Ruang lingkup bahasan bahan ajar ini mencakup pemahaman teori belajar
dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, dan menerapkan berbagai
pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara

2 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


kreatif dalam mata pelajaran yang diampu. Bahan ajar ini dipersiapkan bagi
para guru sebagai tindak lanjut dari kegiatan uji kompetensi guru kejuruan.

Penyajian bahan ajar ini dikelompokkan menjadi dua kegiatan yaitu kegiatan
pembelajaran pertama adalah teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
yang mendidik, dan menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan
teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran yang
diampu.

B. TUJUAN

Secara umum setelah menyelesaikan pembelajaran ini pesertadiklat


menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

Secara khusus setelah menyelesaikan pembelajaran ini diharapkan peserta


diklat;

1. Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang


mendidik terkait dengan mata pelajaran yang diampu.

2. Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik


pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran yang
diampu

C. PETA KOMPETENSI

Kompetensi yang dibahas dalam bahan ajar ini adalah sesuai dengan yang
diamanatkan oleh Perndiknas no 16 tahun 2007. Kompetensi-kompetensi
tersebut disajikan dalam gambar 2 berikut

3 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Gambar 2. Kompetensi yang akan dipelajari.

D. RUANG LINGKUP

Ruanglingkup materi teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran


dikelompokan menjadi empat golongan atau aliran tingkah laku, yaitu;
behavioristik, kognitif, humanistik, dan sibernetik. Aliran behavioristik
menekankan pada “hasil” dan “proses belajar”. Aliran kognitif menekankan
pada “proses belajar”. Aliran humanis menekankan pada “isi” atau apa yang
dipelajari. Aliran sibernetik menekankan pada “sistem informasi” yang
dipelajari. Prinsip-prinsip pembelajaran mencakup prinsip pembelajaran
menurut Filbeck dan beberapa ahli lain

Ruang lingkup materi pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran


yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran yang diampu mencakup
pendekatan ilmiah dan beberapa pendekatan lain, strategi pembelajaran
mencakup strategi REACT, dan ruang lingkup metode akan dibatasi pada
metoge-metode pembelajaran berpusat kepada peserta didik (“student
centered learning”)

4 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


E. SARAN CARA PENGGUNAAN MODUL

Materi pelatihan ini dirancang untuk dipelajari oleh para guru yang ingin
memperdalam penguasaan kompetensi pemahaman teori belajar dan prinsip-
prinsip pembelajaran. Kegiatan pembelajaran satu mencakup pemahaman
teori belajar behavioristik, kognitif, humanistik, dan sibernetik. Kegiatan
pembelajaran kedua membahas tentang prinsip pembelajaran, ditekankan
kepada beberapa prinsip pembelajaran yaitu prinsip pembelajaran menurut
Filbeck, dan pembelajaran menurut Merril, pembelajaran berdasar cara kerja
otak, dan lain-lain.

Selain membaca materi dalam bahan ajar ini, Anda diminta melakukan
diskusi kelompok, latihan-latihan, dan praktik dalam pendalaman materi yang
mendorong kreativitas untuk berinovasi. Pelaksanaan pembelajaran
menggunakan pendekatan andragogi, yaitu lebih mengutamakan
pengungkapan kembali pengalaman peserta pelatihan, menganalisis,
menyimpulkan, dan menggeneralisasi dalam suasana diklat yang aktif,
inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan bermakna.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mempelajari materi pelatihan


ini mencakup aktivitas individual dan kelompok.

1. Aktivitas individual meliputi:

a. memahami dan mencermati materi pelatihan;


b. mengerjakan latihan/tugas, menyelesaikan masalah/kasus pada setiap
kegiatan belajar;
c. melaksanakan simulasi;
d. menyimpulkan materi manajemen implementasi kurikulum 2013;
e. melakukan refleksi.

5 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


2. Aktivitas kelompok meliputi

a. mendiskusikan materi pelatihan;


b. bertukar pengalaman (sharing) dalam melakukan latihan menyelesaikan
masalah/kasus;
c. melaksanakan simulasi
d. membuat rangkuman;
e. refleksi.

6 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


KEGIARAN BELAJAR 1

MEMAMAHAMI BERBAGAI TEORI BELAJAR DAN PRINSIP-PRINSIP


PEMBELAJARAN

A. TUJUAN

Secara umum setelah menyelesaikan pembelajaran ini pesertadiklat


mampu menggunakan teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran untuk
merancang kegiatan pembelajaran secara efektif.

Secara khusus setelah menyelesaikan pembelajaran ini peserta diklat


mampu;

1. Menjelaskan macam-macam teori belajar dan prinsip-prinsip


pembelajaran

2. Menggunakan teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran dalam


merancang kegiatan pembelajaran

B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI

1. Menguraikan berbagai teori belajar dan prinsip pembelajaran

2. Menganalisis implikasi dari berbagai teori belajar dan prinsip pembelajaran


dalam pembelajaran yang mendidik.

3. Menerapkan berbagai teori belajar dan prinsip pembelajaran sesuai


dengan mata pelajaran yang diampu dengan memperhatikan implikasinya

C. URAIAN MATERI

Tuntutan kemampuan sumber daya manusia abad pengetahuan dirumuskan


oleh Nichols (2013) “Essential of 21st Century Learning”. Dalam tulisan

7 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


tersebut dikatakan bahwa tuntutan kompetensi abad pengetahuan berbeda
dengan tuntutan keluaran pada abad pertanian atau abad industri. Ada tujuh
keterampilan dasar yang diperlukan untuk dapat menjadi pribadi yang mandiri
pada abad pengetahuan, yaitu:

1. Berpikir dan berbuat secara kritis, yang mencakup kemampuan;


memecahkan masalah, melakukan penyelidikan, melakukan analisis,
mengelola proyek

2. Kreativitas, yang mencakup kemampuan; menciptakan pengetahuan baru,


merancang solusi permasalahan, menceriterakan/menyajikan sesuatu
secara menarik

3. Kolaborasi, yang mencakup kemampuan bekerjasama, melakukan


kompromi, membuat consensus, dan membangun lingkungan masyarakat

4. Saling pengertian yang mencakup kemampuan; lintas budaya, lintas etnik,


lintas pengetahuan, lintas budaya organisasi dan lintas agama

5. Komunikasi, yang mencakup kemampuan menyampaikan pesan dan


menggunakan media secara efektif

6. Menggunakan computer yang mencakup menggunakan informasi


elektronik secara efektif, dan menggunakan peralatan pengetahuan

7. Karir dan belajar meyakini kemampuan sendiri mencakup kemampuan


mengelola perubahan, belajar sepanjang hayat, dan mendefinisikan karir.

Tuntutan kemampuan lulusan tersebut menuntut pengembangan


pembelajaran yang sesuai. Dalam tulisan selanjutnya dibahas mengenai teori
belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran.

8 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


1. TEORI BELAJAR

Teori belajar adalah teori yang pragmatik dan eklektik. Teori pragmatic
adalah teori-teori yang berbasis kepada pengalaman nyata, sedangkan teori
eklektik adalah teori yang berusaha meramu teori-teori yang sudah ada,
dengan cara meramu/mengambil keunggulan-keunggulan teori-teori yang
sudah ada. Teori dengan sifat demikian ini hampir dipastikan tidak pernah
mempunyai sifat sifat ekstrim. Tidak ada teori belajar yang secara ekstrim
memperhatikan aspek pesertadidik saja, misalnya. Atau teori belajar yang
hanya mementingkan aspek pendidik saja, kurikulum saja, dan sebagainya.

Titik fokus yang menjadikan pusat perhatian suatu teori selalu ada. Ada yang
menekankan proses belajar, ada yang lebih menekankan sistem informasi
yang diolah dalam proses belajar, dan lain-lain. Namun faktor-faktor lain
diluar titik fokus itu juga selalu diperlukan untuk menjelaskan seluruh
persoalan belajar yang dibahas.

Konsekuensi lain, taksonomi/penggolongan teori-teori tentang belajar


seringkali bervariasi antara penulis satu dengan yang lainnya. Ada yang
mengelompokan teori belajar menurut bebagai aliran psikologi yang
mempengaruhi teori-teori tersebut. Ada pula yang mengelompokannya
menurut nama-nama ahli yang mengembangkan teori-teori itu. Tak jadi soal
taksonomi yang mana yang kita ikuti. Yang penting kita menyadari bahwa
sebuah taksanomi adalah tak lebih dari suatu usaha untuk menyederhanakan
permasalahan serta mempermudah pembahasannya. Beberapa teori belajar
yang dibahas antara lain adalah behavioristik, kognitif, humanistik, dan
sibernetik. Aliran behavioristik menekankan pada “hasil” dan “proses belajar”.
Aliran kognitif menekankan pada “proses belajar”. Aliran humanis
menekankan pada “isi” atau apa yang dipelajari. Aliran sibernetik
menekankan pada “sistem informasi” yang dipelajari. Prinsip-prinsip

9 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


pembelajaran mencakup prinsip pembelajaran menurut Filbeck, prinsip
pembelajaran RAMP 2 FAME, dan prinsip pembelajaran yang dikembangkan
oleh Jennifer Nichols (2013) dalam tulisannya “Essential of 21st Century
Learning”.

a. Aliran behavioristik/aliran tingkah laku

Menurut aliran ini, belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai
akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Atau lebih tepat,
perubahan yang dialami peserta didik dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara
stimulus dan respon. Meskipun semua penganut aliran ini setuju dengan
premis ini, namun mereka berbeda pendapat dalam beberapa hal
penting.

Berikut kita kaji hasil karya dari beberapa penganut aliran ini yang
penting, yaitu Thorndike, Waston, Hull, Gathrie, dan Skiner.

1. Thorndike

Menurut Thorndike (salah satu pendiri aliran tingkah laku), belajar adalah
proses interaksi antara Stimulus (yang mungkin berupa fikiran, perasaan,
atau gerakan) dan Respon (yang juga bisa berupa fikiran, perasaan, atau
gerakan). Jelasnya, menurut Thorndike, perubahan tingkah laku itu boleh
berwujud sesuatu yang konkrit ( dapat diamati) atau yang non kongkrit
(tidak dapat diamati).

Meskipun Thorndike tidak menjelaskan bagaimana caranya mengukur


berbagai tingkah laku yang non kongkrit itu (pengukuran adalah satu hal
yang menjadi obsesi semua penganut aliran tingkah laku), tetapi teori
Thorndike ini telah banyak memberikan inspirasi kepada pakar lain yang

10 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


datang sesudahnya. Teori Thorndike ini juga disebut sebagai aliran
“Koneksionis” (Connectionism)

2. Watson

Menurut Waston, pelopor lain yang datang sesudah Thordike, stimulus


dan respon tersebut harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati
(observable). Dengan kata lain, Waston mengabaikan berbagai
perubahan mental yang mungkin terjadi dalam pembelajaran dan
menganggapnya sebagai faktor yang takperlu diketahui. Bukan berarti
semua perubahan mental yang terjadi dalam bentuk pesertadidik tidak
penting. Tapi, faktor-faktor tersebut tidak dapat menjelaskan apakah
proses belajar sudah terjadi atau belum.

Hanya dengan asumsi demikianlah, kata Waston, kita dapat meramalkan


perubahan apa yang bakal terjadi pada peserta didik. Hanya dengan
demikianlah psikologi dan ilmu tentang belajar dapat disejajarkan dengan
ilmu-ilmu lain seperti fisika atau biologi yang sangat berorentasi pada
pengalaman empirik.

Kita lihat disini. Penganut aliran behavioristik lebih senang memilih untuk
tidak memikirkan hal-hal yang tidak dapat diukur, meskipun mereka tetap
mengakui bahwa semua hal penting. Teori Waston ini juga disebut
sebagai aliran Tingkah laku (Behaviorism)

Tiga pakar lainnya adalah Clark Hull, Edwin Guthrie, dan BF.Skiner.
Seperti kedua pakar terdahulu, ketiga orang yang terahir juga
menggunakan variabel Stimulus-Respon untuk menjelaskan teori-teori
mereka. Namun meskipun ketiga pakar ini mendapat julukan yang sama,
yaitu pendiri Aliran Tingkah Laku Baru (Neo Behaviorist), mereka
berbeda satu sama lainnya dalam beberapa hal prinsipil.

11 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


3. Clark Hull

Clark Hull sangat terpengaruh oleh teori evolusi yang dikembangkan oleh
Charles Darwin. Bagi Hull, seperti dalam teori evolusi, semua fungsi
tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga kelangsungan hidup.
Karena itu, dalam teori ini kebutuhan biologis dan pemuasan ini sangat
dominan, meskipun respon mungkin bermacam-macam bentuknya.

Teori ini terutama setelah Skiner memperkenalkan teorinya, ternyata


tidak banyak digunakan dalam dunia praktis, meskipun sering digunakan
dalam berbagai eksperimen dalam laboratorium.

4. Edwin Guthrie

Menurut Edwin Guthrie, stimulus tidak harus berbentuk kebutuhan


biologis. Hal penting dalam teori ini adalah bahwa hubungan antara
stimulus dan respon cenderung bersifat sementara. Karena itu,
diperlukan pemberian stimulus yang sering agar hubungan itu menjadi
lebih langgeng. Selain itu , suatu respon akan lebih kuat (dan bahkan
menjadi kebiasaan) bila respon tersebut berhubungan dengan berbagai
macam stimulus.

Itulah sebabnya mengapa kebiasaan merokok (sekedar contoh) sulit


ditinggalkan. Sering kali terjadi, perbuatan perbuatan merokok tidak
hanya berhubungan dengan satu macam stimulus ( misalnya kenikmatan
merokok), tetapi juga dengan stimulus-stimulus lain seperti minum kopi,
berkumpul dengan teman-teman, ingin nampak gagah, dan lain-lain.
Maka setiap kali salah satu (atau lebih) stimulus ini muncul, maka segera
pula keinginan merokok itu timbul.

12 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Guthrie juga percaya bahwa “hukuman “ memegang peranan penting
dalam proses belajar. Menurut Guthrie, suatu hukuman yang diberikan
pada saat yang tepat, akan mampu merubah kebiasaan seseorang.
Contoh seorang anak perempuan yang setiap kali pulang sekolah selalu
mencampakkan baju dan topinya dilantai. Ibunya menyuruh agar baju
dan topi dipakai kembali oleh anaknya. Lalu kembali keluar, dan masuk
rumah kembali sambil mengantungkan baju dan topinya di tempat
gantungannya. Setelah beberapa kali melakukan hal itu, respon
menggantung topi dan baju menjadi terasosiasi dengan stimulus
memasuki rumah.Kelak faktor hukuman ini tak lagi dominan dalam teori
tingkah laku, terutama setelah Skiner makin mempopulerkan ide tentang
“penguat” (Reinforcement)

5. Skinner

Skinner yang datang kemudian, mempunyai pendapat lain lagi, yang


ternyata mampu mengalahkan pamor teori teori Hull dan Guthrei. Hal ini
mungkin karena kemampuan Skiner dalam “menyederhanakan”
kerumitan teorinya serta menjelaskan konsep-konsep yang ada dalam
teorinya itu.

Menurut Skiner, diskripsi hubungan antara stimulus dan respon untuk


menjelaskan perubahan tingkah laku (dalam hubungannya dengan
lingkungan) menurut versi Wastson tersebut diatas adalah deskripsi yang
tidak lengkap. Respon yang diberikan oleh peserta didik tidaklah
sesederhana itu, sebab pada dasarnya setiap stimulus yang diberikan
berinteraksi satu dengan yang lainnya, dan interaksi ini ahirnya
mempengaruhi respon yang dihasilkan tersebut. Sedangkan respon
yang diberikan ini juga menghasilkan berbagai konsekuensi, yang pada
gilirannya akan mempengaruhi tingkahlaku peserta didik.

13 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Karena itu, untuk memahami tingkah laku pesertadidik secara tuntas,
kita harus memahami hubungan antara satu stimulus dengan stimulus
lainnya, memahami respon itu sendiri, dan berbagai konsekuensi yang
diakibatkan oleh respon tersebut.

Skiner juga menjelaskan bahwa menggunakan perubahan-perubahan


mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan
membuat segala sesuatunya menjadi bertambah rumit, sebab “alat” itu
ahirnya juga harus dijelaskan lagi. Misalnya, bila kita mengatakan bahwa
“seseorang pesertadidik berprestasi buruk sebab pesertadidik mengalami
frustasi akan menuntut kita untuk menjelaskan apa itu frustasi. Dan
penjelasan tentang frustasi ini besar kemungkinan akan memerlukan
penjelassan lain begitu seterusnya.

Dari semua pendukung tingkah laku. Mungkin teori Skinerlah yang paling
besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar. Beberapa
program pembelajaran seperti teaching Machine, Mathematics, atau
program-program lain yang memakai konsep stimulus respon, dan faktor
penguat (Reinforcement), adalah contoh—contoh program yang
memanfaatkan teori skiner ini

Teori Skinner disebut juga dengan teori pengkondisian operan. Pelopor


teori ini adalah B.F. Skinner. Inti dari teori ini adalah dimana konsekunsi
prilaku akan menyebabkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan
terjadi Konsekuensi–imbalan atau hukuman bersifat sementara pada
prilaku pesertadidik. Contoh seorang pesertadidik akan mengemas
bukunya secara rapi jika dia tahu bahwa dia akan diberikan hadiah oleh
gurunya.

14 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Menurut Skinner, pengkondisian Operan terdiri dari 2 konsep utama,
yaitu : penguatan (reinforcement), yang terbagi kedalam penguatan
positif dan penguatan negative, dan hukuman (punishment).

Penguatan positiv (positeve reinforcement) adalah apa saja stimulus


yang dapat meningkatkan sesuatu tingkah laku. Contoh seorang
pesertadidik yang mencapai prestasi tinggi diberikan hadiah maka dia
akan mengulangi prestasi itu dengan harapan dapat hadiah lagi.
Penguatan bisa berupa benda, penguatan sosial (pujian, sanjungan)
atau token (seperti nilai ujian).

Penguatan negativ (negative reinforcement) yaitu stimulus yang


menyakitkan atau yang menimbulkan keadaan tidak menyenangkan atau
tidak mengenakan perasaan sehingga dapat mengurangi terjadinya
sesuatu tingkah laku. Contoh seorang pesertadidik akan meninggalkan
kebiasaan terlambat mengumpulkan tugas/PR karena tidak tahan selalu
dicemooh oleh gurunya.

Hukuman (punishment) adalah stimulus yang menyebabkan sesuatu


respon atau tingkah laku menjadi berkurang atau bahkan langsung
ditinggalkan. Contoh seorang pesertadidik yang tidak mengerjakan PR
tidak dibolehkan bermain bersama teman-temannya saat jam istirahat.

Ada sejumlah teknik-teknik dalam pengkondisian peran yang dapat


digunakan untuk pembentukan tingkah laku dalam pembelajaran, yaitu :

a. Pembentukan respon (Shaping Behaviour)

Teknik pembentukan respon ini dilakukan dengan cara menguatkan


pesertadidik pada saat setiap kali ia bertindak kearah yang
diinginkan sehingga ia menguasai atau belajar merespon sampai

15 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


suatu saat tidak lagi menguatkan respon tersebut. Prosedur
pembentukan respon bisa digunakan untuk melatih tingkah laku
pesertadidik dalam proses pembelajaran agar secara bertahap
mampu merespon stimulus dengan baik . Contoh: apabila seorang
guru memberikan ceramah, reaksi pesertadidik sebagai pendengar
dapat mempengaruhi bagaimana guru itu bertindak. Jika
sekelompok pesertadidik mengangguk – angguk kepala mereka, ini
dapat menguatkan guru tersebut untuk berceramah lebih semangat
lagi.

b. Generalisasi,Diskriminasi dan Penghapusan

Generalisasi adalah penguatan yang hampir sama dengan


penguatan sebelumnya akan dapat menghasilkan respon yang
sama. Contoh : Seorang pesertadidik akan mengerjakan PR
dengan tepat waktu karena pada minggu lalu mendapat pujian di
depan kelas oleh gurunya ketika menyelesaikan PR tepat waktu.

Diskriminasi adalah respon pesertadidik terhadap sesuatu


penguatan, tetapi tidak terhadap penguatan yang lain. Contoh:
seorang pesertadidik mengerjakan PR dengan tepat waktu Karena
mendapat Pujian dari gurunya pada mata pelajaran IPA, tetapi tidak
begitu halnya ketika mendapat pujian dari guru IPS. Respon ini bisa
berbeda karena cara memberikan pujiannya sudah berbeda

Penghapusan adalah suatu respon terhapus secara bertahap


apabila penguatan atau ganjaran tidak diberikan lagi. Contoh:
seorang pesertadidik yang mampu mengerjakan PR dengan tepat
waktu tadi bisa secara bertahap menjadi tidak tepat waktu karena
gurunya tidak pernah lagi memberikan pujian sama sekali.

16 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


c. Jadwal Penguatan (Schedule of reinforcement)

Skinner menyatakan bahwa cara atau waktu pemberian penguatan


dapat mempengaruhi respon. Penguatan disini dibagi menjadi 2
yaitu penguatan berkelanjutan (Continous Inforcement) dan
penguatan berkala (Variabel Reinforcement).

Penguatan berkelanjutan adalah penguatan yang diberikan pada


setiap kali peserta didik menghasilkan respon. Contoh : setiap kali
pesertadidik mampu mengerjakan soal dengan betul, guru selalu
memberikan pujian kepadanya

Penguatan berkala adalah penguatan yang diberikan dalam jangka


waktu tertentu. Penguatan berkala terbagi dua , yaitu : berdasarkan
nisbah (rasio) yang disebut penguatan nisbah dan berdasarkan
interval waktu atau disebut juga dengan penguatan waktu.

Penguatan nisbah dibagi menjadi dua, yaitu : Nisbah tetap adalah


apabila penguatan diberikan setelah beberapa respon terjadi.
Misalnya ada 10 kali pesertadidik memberikan respon baru
diberikan 1 kali penguatan. Dan nisbah berubah adalah apabila
penguatan diberikan setelah beberapa kali respon muncul, tetapi
kadarnya tidak tetap. Misalnya penguatan diberikan kepada
pesertadidik kadang kala setelah 10 kali respon kadang kala setelah
5 respon

Penguatan waktu juga dibagi dua, yaitu : waktu tetap adalah


apabila penguatan diberikan pada akhir waktu yang ditetapkan.
Misalnya memberikan pengutan kepada setiap respon yang muncul
setelah 1 menit. Waktu berubah adalah apabila penguatan

17 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


diberikan pada akhir waktu yang ditetapkan, tetapi waktu yang
ditetapkan itu berbeda berdasarkan respon yang muncul.

d. Penguatan Positif

Penguatan positif dilakukan dengan memberikan penguatan


sesegera mungkin setelah suatu tingkah laku muncul. Misalnya
seorang pesertadidik yang dapat menjawab pertanyaan guru maka
pada sait itu juga guru segera memberikan pujian.

e. Penguatan Intermiten

Penguatan intermiten dilakukan dengan memberikan penguatan


untuk memelihara perubahan tingkah laku atau respon positif yang
telah dicapai seseorang. Dengan penguatan seperti ini dapat
menumbuhkan kepercayaan diri individu . Misalnya : seorang
pesertadidik yang tadinya malu untuk membaca puisi di depan
kelas, kemudian secara bertahap dia sudah tidak malu lagi dan
mampu membaca puisi di depan kelas. Maka guru memberikan
pujian di depan teman-temannya agar keberanian membaca puisi di
depan kelas tersebut dapat terpelihara.

f. Penghapusan

Penghapusan dilakukan dengan cara tidak melakukan penguatan


sama sekali atau tidak mengharapkan respon yang akan muncul
pada seseorang. Misalnya pesertadidik yang berbicara lucu dengan
maksud memancing teman-temannya bergurau agar suasana kelas
menjadi gaduh, tidak diberikan sapaan oleh guru bahkan guru tidak
menghiraukannya. Denga demikian, peserta didik yang
bersangkutan akan merasa bahwa apa yang dilakukannya tidak

18 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


berkenan di hati gurunya sehingga dia tidak akan melakukannya
lagi.

g. Percontohan (modeling)

Percontohan adalah prilaku atau respon individu yang dilakukan


dengan mencontoh tingkah laku orang lain. Contohnya : seorang
pesertadidik berusaha berbicara dengan suara keras, tidak terges-
gesa, sistematis, dan mudah dipahami karena dia meniru guru IPA
yang selalu menunjukkan prilaku seperti itu pada saat mengajar.
Oleh karena itu seorang guru harus mampu menunjukkan tutur kata,
sikap, kemampuan, kecerdasan dan tingkah laku yang dapat
dicontoh oleh pesertadidik.

h. Token Ekonomi

Adalah memberikan gambaran terhadap sesuatu yang memiliki


nilai ekonomi ketika seseorang telah mampu menunjukkan respon
atau tingkah laku yang positif sesuai dengan yang diharapkan.
Misalnya guru memberi hadiah buku yang bagus kepada seorang
pesertadidik

Kritik Terhadap Teori Tingkah Laku

Namun, sudah terang bahwa teori tingkah laku ini tidak bebas dari
kritik. Teori tingkah laku ini dikritik karena sering tidak mampu
menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak hal di dunia
pendidikan yang tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan
stimulus dan respon.

19 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Kita ambil contoh, suatu saat, seorang pesertadidik mau belajar giat
setelah diberi stimulus tertentu. Tetapi karena satu dan lain hal,
mahapesertadidik tersebut tiba-tiba tidak mau belajar lagi, padahal
kepadanya sudah diberikan stimulus yang sama atau lebih baik dari
itu. Disinilah persoalaannya. Ternyata teori tingkah laku ini dianggap
tidak mampu menyelesaikan alasan-alasan yang mengacaukan
hubungan antara stimulus dan respon tersebut. Tentu saja kita dapat
mengganti stimulus dengan stimulus lain sampai kita mendapatkan
respon yang kita inginkan. Tetapi kita tahu hal ini belum menjawab
pertanyaan yang sebenarnya.

Disamping itu teori belajar ini dianggap cenderung mengarahkan


peserta didik untuk berfikir linier, konvergen, dan tidak kreatif.
Dengan prosesnya yang disebut pembentukan (shaping), misalnya,
peserta didik digiring untuk sampai kesuatu target tertentu. Padahal
banyak hal dalam hidup ini yang tidak sesederhana itu. Skiner dan
ahli-ahli lainnya penyokong teori ini memang tidak anjurkan adanya
“hukuman” digunakan dalam proses belajar. Tetapi apa yang mereka
sebut “penguatan negatif” (negative reinforcement) cenderung
membatasi keleluasaan peserta didik untuk berimajinasi dan berfikir.

Kita ingat kembali, bahwa menurut Guthrie, “Hukuman” memegang


peranan penting dalam proses belajar. Skiner tidak percaya pada
asumsi Guthrie ini karena tiga alasan.

Pertama, pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat


bersifat sementara. Kedua . Dampak psikologis yang buruk mungkin
akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si terhukum) bila hukuman
terjadi dalam proses yang lama. Ketiga hukuman mendorong
siterhukum mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar ia

20 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


terbebas dari hukuman. Dengan kata lain hukuman dapat mendorong
siterhukum melakukan hal-hal lain yang kadang kala lebih buruk
daripada kesalahan pertama yang diperbuatnya.

Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat


negatif. Ini tidak sama dengan hukuman. Ketidak samaan tersebut
adalah, bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon
yang timbul berbeda dari biasanya yang ada, sedangkan “penguat
negatif” (sebagai stimulus) harus “dikurangi” agar respon yang sama
menjadi semakin kuat. Misalnya, seorang peserta didik perlu
“dihukum” untuk suatu kesalahan yang dibuatnya (teori Guthrei). Jika
pesertadidik masih bandel, maka hukuman harus ditambah. Tetapi,
jika sesuatu yang tidak mengenakan si pesertadidik itu dikurangi
(bukan malah ditambah), dan pengurangan ini mendorong peserta
didik itu untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut
“penguatan negatif” (teori Skiner)

Lawan dari penguat negatif adalah “penguat positif” (positive


reinforcement). Keduanya bertujuan memperkuat respon. Namun bila
penguat positif harus ditambah, maka penguat negatif harus
“dikurangi” agar memperkuat respon.

b. Aliran Kognitif

Teori kognitif, sebaliknya, lebih mementingkan proses belajar daripada


hasil belajar itu sendiri. Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar
melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Lebih dari itu, belajar
melibatkan preoses berfikir yang sangat kompleks. Teori ini sangat erat
berhubungan dengan teori sibernetik.

21 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Pada masa awal-awal mulai diperkenalkannya teori ini, para ahli
mencoba menjelaskan bagaimana peserta didik mengolah stimulus dan
bagaimana pesertadidik tersebut dapat ke respon tertentu (pengaruh
aliran tingkah laku masih terlihat disini). Namun lambat laun, perhatian
tersebut mulai bergeser. Saat ini, perhatian mereka terpusat pada proses
bagaimana suatu ilmu yang baru berasimilasi dengan ilmu yang
sebelumnya telah dikuasai oleh peserta didik.

Menurut teori ini, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang


individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan
lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpatah-patah, terpisah-pisah dan
melalui proses yang mengalir, bersambung-sambung, menyeluruh.
Ibarat seseorang yang memainkan musik, ia tidak memahami not-not
balok yang terpampang di partitur sebagai informasi yang saling lepas
berdiri sendiri, tetapi sebagaii satau kesatuan yang secara utuh masuk ke
pikiran dan perasaannya. Seperti juga ketika anda membaca tulisan ini,
bukan alfabet-alfabet yang terpisah-pisah yang anda serap dan kunyah
dalam pikiran, tetapi adalah kata, kalimat, paragraf, yang kesemuanya itu
seolah jadi satu, mengalir, menyerbu secara total bersamaan. Dalam
praktik teori ini antara lain terwujud dalam “tahap-tahap perkembangan”
yang diusulkan oleh Jean Piaget. “belajar bermakna”-nya Ausubel, dan
“belajar penemuan secara bebas” (free discovery learning) oleh Jerome
Bruner.

1. Piaget

Menurut Jean Peaget (salah satu penganut aliran kognitivisme yang kuat),
proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni asimilasi,
akomodasi dan equilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi adalah proses
penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah

22 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


ada dalam benak peserta didik. Proses akomodasi adalah penyesuaian
struktur kognitif kedalam situasi yang baru. Proses equilibrasi adalah
penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.

Katakanlah seorang peserta didik yang sudah mengetahui prinsip


penjumlahan. Jika gurunya memperkenalkan prinsip perkalian, maka proses
pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah ada dalam benak
pesertadidik) dengan prinsip-prinsip perkalian (sebagai prinsip baru), inilah
yang disebut denga proses asimilasi.

Jika peserta didik ini diberi sebuah soal perkalian, maka situasi ini disebut
akomodasi, yang dalam hal ini berarti pemakaian (aplikasi) prinsip perkalian
tersebut dalam situasi yang baru dan spesifik.

Agar pesertadidik tersebut dapat terus menerus mengembangkan dan


menambah ilmunya, tapi sekaligus menjaga stabilitas mental dalam dirinya,
diperlukan proses penyeimbangan. Proses inilah yang disebut equilibrasi-
proses penyeimbangan antara “dunia luar” dan “dunia dalam”. Tanpa proses
ini, perkembangan kognitif seseorang akan tersendat dan berjalan tidak
teratur (disorganized)

Dalam hal ini, dua orang yang mempunyai jumlah informasi yang sama
diotaknya mungkin mempunyai kemampuan equlibrasi yang berbeda.
Seseorang dengan kemampuan equilibrasi yang baik akan mampu “menata”
berbagai informasi ini dalam urutan yang baik, jernih, logis. Sedangkan
rekannya yang tidak memiliki kemampuan equilibrasi sebaik itu akan
cenderung menyimpan semua informasi yang ada secara kurang teratur,
karena itu orang ini juga cenderung mempunyai alur berfikir ruwet, tidak logis,
berbelit-belit.

23 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Menurut Pieget, proses belajar harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif yang dilalui peserta didik, yang dalam hal ini Pieget
membaginya menjadi empat tahap, yaitu tahap Sensorimotor (ketika anak
berumur 1,5 sampai 2 tahun), tahap Praoperasional (2/3 sampai 7/8 tahun),
tahap Operasional Kongkrit (7/8 sampai 12/14 tahun), dan tahap operasional
formal (14 tahun atau lebih)

Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensorimotor tentu
berbeda dengan proses belajar yang dialami seorang anak yang sudah
mencapai tahap kedua (praoperasional), dan berbeda pula dengan apa yang
dialami anak lain yang telah sampai tahap yang lebih tinggi (operasional
kongkrit dan operasional formal). Secara umum, semakin tinggi tingkat
kognitifnya seseorang, semakin teratur (dan juga semakin abstrak) cara
berfikirnya. Dengan demikian. Guru seyogyanya memahami tahap-tahap
perkembangan pesertadidik, serta memberikan materi pembelajaran dalam
jumlah dan jenis sesuai dengan tahap-tahap tersebut.

Guru yang mengajar tetapi tidak memperhatikan tahapan-tahapan ini akan


cenderung menyulitkan pesertadidiknya. Misalnya saja, mengajarkan
konsep-konsep abstrak tentang pancasila kepada sekelompok pesertadidik
kelas dua SD, tanpa adanya usaha untuk “mengkonkritkan” konsep-konsep
tersebut, tidak hanya akan percuma, tetapi justru akan lebih membingungkan
pesertadidik.

2. Ausubel

Menurut Ausabel, pesertadidik akan belajar dengan baik jika apa yang
disebut “pengatur kemajuan (belajar)” (Advance organizers)” didefinisikan
dan dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada peserta didik. Pengatur

24 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


kemajuan belajar adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi
(mencakup) semua pelajaran yang akan diajarkan kepada pesertadidik.

Ausabel percaya bahwa “advance Organizers” dapat memberikan tiga


macam manfaat, yaitu:

a. Dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi


pelajaran yang akan dipelajari oleh pesertadidik.

b. Dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara


apa yang sedang dipelajari pesertadidik “saat ini” dengan apa
yang “akan” dipelajari; sedemikian rupa sehingga

c. Mampu membantu pesertadidik untuk memahami bahan belajar


secara lebih mudah

Untuk itu, pengetahuan guru terhadap isi mata pelajaran harus sangat baik.
Hanya dengan demikian seorang pendidik mampu menemukan informasi,
yang menurut Ausubel “sangat abstrak, umum, dan inklusif”, yang mewadahi
apa yang akan diajarkan itu. Selain itu, logika berfikir pendidik juga dituntut
sebaik mungkin. Tanpa memiliki logika berfikir yang baik, maka pendidik
akan kesulitan memilah-milah materi pelajaran, merumuskannya dalam
rumusan yang singkat dan padat, serta menyajikan materi demi materi itu
kedalam struktur urutan yang logis dan mudah difahami.

3. Brunner

Brunner mengusulkan teorinya yang disebut free discovery learning. Menurut


teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika pendidik
memberikan kesempatan kepada pesertadidik untuk menemukan suatu

25 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


aturan (termasuk konsep, teori, definisi, dan sebagainya) melalui contoh-
contoh yang menggambarkan (mewakili) aturan yang menjadi sumbernya.

Dengan kata lain, pesertadidik dibimbing secara induktif untuk memahami


suatu kebenaran umum. Untuk memahami konsep “kejujuran”, misalnya,
pesertadidik tidak semata-mata “menghafal” definisi kata “kejujuran” tersebut,
melainkan dengan mempelajari contoh-contoh kongkrit tentang kejujuran,
dan dari contoh-contoh itulah pesertadidik dibimbing untuk mendefinisikan
kata “kejujuran”

Lawan dari pendekatan ini disebut “ekspositori” (belajar dengan cara


menjelaskan). Dalam hal ini peserta didik disodori sebuah informasi umum
dan diminta untuk menjelaskan informasi tersebut melalui contoh-contoh
khusus dan kongkrit. Dalam contoh diatas, maka pesertadidik pertama-tama
diberikan definisi tentang kejujuran, dan dari definisi itulah pesertadidik
diminta untuk mencari contoh-contoh kongkrit yang dapat menggambarkan
makna kata tersebut. Proses belajar ini jelas berjalan secara deduktif.

Kritik terhadap teori Kognitif

Teori kognitif, terutama teori yang dikembangkan oleh piget, sering dikritik
karena sukar dipraktikan (terutama ditingkat-tingkat lanjut). Selain itu,
beberapa konsep tertentu )seperti intelegensia, belajar, atau pengetahuan)
yang mendasari teori ini sukar difahami, dan pemahaman itu pun masih
belum tuntas.

26 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


c. Aliran Humanistik

Teori jenis ketiga adalah teori humanistik. Bagi penganut teori ini,
proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri.
Dari keempat teori belajar, teori humanistik inilah yang paling abstrak,
yang paling mendekati dunia filsafat daripada dunia pendidikan.

Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya “isi” dari proses


belajar, dalam kenyataannya teori ini lebih banyak berbicara tentang
pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling edial.
Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya
yang paling ideal daripada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang
biasa kita amati dalam dunia keseharian. Wajar jika teori ini sangat
bersifat eklektik. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk
“memanusiakan manusia” (mencapai aktualisasi diri, dan sebagainya itu)
dapat tercapai.

Dalam praktik, teori ini antra lain terwujud dalam pendekatan yang
diusulkan oleh ausabel yang disebut “belajar bermakna” atau “miningfull
learning”. Sebagai catatan, teori Ausabel ini juga dimasukan kedalam
aliran kognitif. Teori ini juga terwujud dalam teori Bloom dan Krathwohl
dalam bentuk Taksonomi Bloom yang terkenal itu. Selain itu empat pakar
lain yang juga termasuk kedalam kubu teori ini adalah Kolb, Honey dan
Mumford, serta Habermas.

1. Bloom dan Krathwohl

Dalam hal ini, Bloom dan Krathwohl menunjukan apa yang mungkin dikuasai
(dipelajari) oleh pesertadidik, yang tercakup dalam tiga kawasan, yaitu;

27 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


a. Kognitif, yang terdiri dari enam tingkatan

 Pengetahuan (mengingat, menghafal)

 Pemahaman (menginterpretasikan)

 Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan masalah)

 Analisis (menjabarkan suatu konsep)

 Seintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi


suatu konsep utuh)

 Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode, dan


sebagainya)

b. Psikomotor, yang terdiri dari lima tingkatan:

 Peniruan (menirukan gerak)

 Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak)

 Ketepatan (melakukan gerak dengan benar)

 Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan


benar)

 Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)

c. Afektif, yang terdiri dari lima tingkatan

Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)

Merespon (aktif berpartisipasi)

28 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu)

Pengorganisasian (menghubungkan-hubungkan nilai-nilai yang


dipercayai)

Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola


hidup)

Taksanomi Bloom, seperti yang telah kita ketahui, berhasil memberi inspirasi
kepada banyak pakar lain untuk mengembangkan teori-teori belajar dan
pembelajaran. Pada tingkatan yang lebih praktis, taksanomi ini telah banyak
membantu praktisi pendidikan untuk memformulasikan tujuan-tujuan belajar
dalam bahasa yang mudah dipahami, operasional, serta dapat diukur. Dari
beberapa taksanomi belajar, mungkin taksanomi Bloom inilah yang paling
populer (setidaknya di Indonesia)

Selain itu, teori Bloom ini juga banyak dijadikan pedoman untuk membuat
butir-butir soal ujian, bahkan oleh orang-orang yang sering mengkritik
taksanomi tersebut.

2. Habermas,

Habermas percaya bahwa belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik


dengan lingkungan maupun dengan sesama manusia. Dengan asumsi ini,
dia membagi tipe belajar menjadi tiga macam, yaitu:

 Belajar teknis (Tecnical Learning)

 Belajar praktis (Practical Learning)

 Belajar emansipatoris (Emancipatory Learning)

29 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Belajar Teknis, Pesertadidik belajar bagaimana berinteraksi dengan alam
sekelilingnya. Mereka berusaha menguasai dan mengelola alam dengan
cara mempelajari ketrampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk itu.

Belajar Praktis, Pesertadidik juga belajar berinteraksi, tetapi pada tahap ini
yang lebih dipentingkan adalah interaksi antara pesertadidik dengan orang-
orang disekelilingnya. Pada tahap ini, pemahaman pesertadidik terhadap
alam tidak berhenti sebagai suatu pemahaman yang kering dan terlepas
kaitannya dengan manusia. Tetapi pemahaman terhadap alam justru relevan
jika dan hanya jika berkaitan dengan kepentingan manusia. dari suatu
lingkungan.

Belajar Emansipatoris, pesertadidik berusaha mencapai pemahaman dan


kesadaran yang sebaik mungkin tentang perubahan (transformasi) kultural
dari suatu lingkungan. Bagi Habermas, pemahaman dan kesadaran terhadap
transformasi kultural dianggap tahap belajar yang paling tinggi, sebab
transformasi kultural dianggap sebagai tujuan pendidikan yang paling tinggi.

Kritik Terhadap Teori Humanistik

Teori humanistik sering dikritik karena sifatnya yang terlalu diskriptif


(meskipun semua teori belajar sebenarnya bersifat deskriptif, lain dengan
teori pembelajaran, atau disebut juga teori instruksional, yang lebih bersifat
preskriptif), Kelemahan lain adalah sukarnya menterjemahkan teori ini ke
langkah-langkah yang lebih prktis dan konkrit.

Tapi, karena sifatnya yang diskriptif itulah maka teori ini seolah memberi arah
proses belajar. Semua tujuan pendidikan bersifat ideal, dan teori humanistik
inilah yang menjelaskan bagaimana tujuan edeal itu seharusnya.

30 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Seperti teori-teori belajar yang lain, teori humanistik akan sangat membantu
kita memahami proses belajar serta melakukan proses belajar dalam dimensi
yang lebih luas, jika kita mampu menempatkannya pada konteks yang tepat.
Kalaupun teori ini sukar diterjemahkan kedalam langkah-langkah praktis
proses belajar, namun ide-ide, konsep-konsep, dan taksonomi-taksanomi
yang dibahas dalam teori ini telah membantu membuka mata kita untuk lebih
memahami hakikat jiwa manusia. Dan ini pada gilirannya akan membantu
kita menentukan strategi belajar yang tepat secar lebih sadar dan terarah,
dan tidak semata-mata tergantung pada intuisi kita.

d. Aliran Sibernetik

Teori belajar jenis keempat, mungkin yang paling baru dari semua teori
belajar yang kita kenal, teori belajar ini adalah teori Sibernetik. Teori ini
berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu informasi. Menurut teori
ini, belajar adalah pengolahan informasi.

Sekilas, teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang


mementingkan proses. Proses memang penting dalam teori sibernetik.
Namun, yang lebih penting lagi adalah “sistem informasi” yang diproses itu.
Informasi inilah yang akan menentukan proses.

Asumsi lain dari teori ini adalah bahwa tidak ada stau proses belajar pun
yang ideal untuk segala situasi,yang cocok untuk semua pesertadidik dengan
satu macam proses belajar, dan informasi yang sama mungkin akan
dipelajari pesertadidik lain melalui proses belajar yang berbeda.

Dalam bentuknya yang lebih praktis, teori ini misalnya telah dikembangkan
oleh Landa (dalam pendekatan yang disebut algoritmik dan heuristik),
Pask dan Scott (dengan pembagian pesertadidik tipe menyeluruh atau

31 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


wholist, dan tipe serial atau serialist, atau pendekatan-pendekatan lain
yang berorentasi pada pengolahan informasi.

1. Landa

Menurut Landa, ada dua macam proses berfikir. Pertama disebut proses
berfikir algoritmik , yaitu proses berfikir linier, konvergen, lurus menuju kesatu
target tertentu. Kedua adalah cara berfikir heuristik, yakni cara berfikir
divergen menuju kebeberapa terget sekaligus.

Proses belajar akan berjalan dengan baik, jika apa yang hendak dipelajari itu
atau masalah yang hendak dipecahkan (atau dalam istilah yang lebih teknis
sistem informasi yang hendak dipelajari) diketahui ciri-cirinya. Satu hal lebih
tepat disajikan dalam urutan teratur, linier, sekuensial, satu hal lain lebih tepat
bila disajikan dalam bentuk “terbuka” dan memberi keleluasaan kepada
pesertadidik untuk berimajinasi dan berfikir.

Misalnya, agar pesertadidik mampu memahami sebuah rumus matematika,


mungkin akan lebih efektif jika presentasi informasi tentang rumus ini
disajikan secara algoritmic. Alasannya adalah, sebuah rumus matematika
biasanya mengikuti urutan tahap demi tahap yang sudah teratur dan
mengarah kesatu target tertentu. Namun, untuk memahami makna suatu
konsep yang luas dan banyak memiliki interprestasi ( misalnya konsep
“kemerdekaan”), maka akan lebih baik jika proses berfikir pesertadidik
dibimbing kearah yang “menyebar” (heuristik) dengan harapan pemahaman
mereka terhadap konsep itu tidak tunggal, monoton, dogmatis, linier.

2. Pask dan scott

Pendekatan serialis yang diusulkan oleh Pask dan Scott itu sama dengan
pendekatan algoritmic. Namun, cara berfikir “menyeluruh” (Wholist) tidak

32 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


sama dengan heuristik. Cara berfikir menyeluruh adalah berfikir yang
cenderung melompat ke depan, langsung ke “gambaran lengkap” sebuah
sistem informasi. Ibarat melihat lukisan, bukan detail-detail yang kita amati
lebih dahulu, tapi seluruh lukisan itu sekaligus, baru sesudah itu ke bagian-
bagian yang lebih kecil.

Pendekatan yang berorentasi pada pengelolaan informasi menekankan


beberapa hal seperti “ingatan jangka pendek” (short term memory), “ingatan
jangka panjang” (long term memory), dan sebagainya, yang berhubungan
dengan apa yang terjadi dalam otak kita dalam proses pengelolaan informasi.
Kita lihat pengaruh aliran neurologis sangat terasa di sini. Namun, menurut
teori sibermetik ini, agar proses belajar berjalan seoptimal mungkin, bukan
hanya cara kerja otak kita yang perlu dipahami, tetapi juga lingkungan yang
mempengaruhi mekanisme itu pun perlu diketahui.

Kritik terhadap teori Sibernetik

Teori sibernetik dikritik, sebab tidak membahas proses belajar secara


langsung sehingga hal ini menyulitkan penerapannya. Karena alasan ini
pula, maka kita mendapat kesulitan untuk menggolongkan, apakah teori
sibernetik ini lebih dekat ke teori konformis , atau ke teori liberal.

Jika teori humanis lebih dekat kedunia filsafat, teori sibermetik ini lebih dekat
ke psikologi dan informasi. Selain itu, pemahaman kita terhadap mekanisme
kerja otak yang masih terbatas mengakibatkan pengetahuan kita tentang
bagaimana informasi itu diolah juga menjadi sangat terbatas.

Karena alasan ini pula, maka banyak pakar mendapat ilham untuk (makin)
mengembangkan teori kognitif. Jika teori sibermetik lebih tertarik kepada
kerja otak itu. Seperti kata seorang pakar kognitif; “ untuk menemukan
perhitungan akar 437, misalnya, apakah kita perlu tahu lebih dahulu

33 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


bagaimana sebuah kalkulator bekerja?” Pendekatan, untuk mengembangkan
suatu teori belajar, kita tak harus mengetahui seluk beluk kerja otak kita
sampai kedetail-detailnya.

APLIKASI TEORI BELAJAR

a. Behaviorisme

Seperti teori belajar lainnya, teori belajar behaviorisme dalam aplikasinya


tergantung pada beberapa hal seperti sifat materi pelajaran, karakteristik
pesertadidik, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.

Secara umum, aplikasi teori Behaviorisme biasanya meliputi beberapa


langkah berikut ini:

1. Menentukan tujuan pembelajaran

2. Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk


mengidentifikasi “Entry behavior” peserta didik (pengetahuan awal
pesertadidik)

3. Menentukasn materi pelajaran (KI, KD, Topik dsb/ SK. KD. Topik
dsb)

4. Memecah materi pelajaran menjadi bagian-bagian kecil (sub topik


dsb)

5. Melaksanakan pembelajaran

6. Memberikan stimulus yang mungkin berupa:

 Pertanyaan (lisan atau tertulis)

34 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


 Tes

 Latihan

 Tugas-tugas

7. Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan

8. Memberikan penguatan/reinforcement (mungkin penguatan positif


ataupun penguatan negatif)

9. Memberikan stimulus baru

10. Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan (mengevaluasi


hasil belajar)

11. Memberikan penguatan

b. Aplikasi teori Kognitifisme

1. Contoh Aplikasi teori perkembangan Piaget

Teori Piaget ini dalam aplikasinya sangat mementingkan keterlibatan


pesertadidik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran . Menurut teori
Piaget, hanya dengan mengaktifkan pesertadidik, maka proses
asimilasi/akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi
dengan baik.

Secara umum, pengaplikasian teori Piaget biasanya mengikuti pola


berikut ini:

a. Menentukan tujuan pembelajaran

b. Memilih materi pelajaran

35 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


c. Menentukan topik-topik yang mungkin dipelajari secara aktif oleh
peserta didik (dengan bimbingan minimal dari pendidik)

d. Menentukan dan merancang kegiatan belajar yang cocok untuk


topik-topik yang akan dipelajari (kegiatan belajar ini biasanya
berbentuk eksperimentasi, problimsolving, roleplay, dsb)

e. Mempersiapkan berbagai pertanyaan yang dapat memacu


kreatifitas pesertadidik untuk berdiskusi/bertanya

f. Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

2. Teori bermakna Ausubel

Dibandingkan dengan teori Bruner, maka teori Ausubel ini dalam aplikasinya
menuntut peserta didik belajar secara deduktif (dari umum ke kusus). Hal
lain yang membedakan, Bruner lebih mementingkan struktur disiplin ilmu,
Ausubel labih menekankan pada aspek struktur kognitif pesertadidik.

Satu konsep penting dalam teori Ausubel ini adalah Advance Organizer (AO).
AO adalah suatau gambaran singkat (bersivat fisual atau verbal) yang
mencakup isi pelajaran baru yang akan dipelajari pesertadidik. AO berfungsi
sebagai (1) kerangka konseptual yang menjadi titik tolak proses belajar yang
akan berlangsung , (2) Penghubung antara ilmu pengetahuan yang saat ini
dikuasai pesertadidik dengan ilmu baru yang akan dipelajari, (3) Pendidik
yang membantu mempermudah proses belajar pesertadidik.

36 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Secara umum, teori Ausubel dalam praktik adalah sebagai berikut;

 Menentukan tujuan pembelajaran

 Mengukur kesiapan pesertadidik (minat, kemampuan, struktur


kognitif), baik melalui tes awal, interview, pertanyaan, dan lain-lain.

 Memilih materi pelajaran dan mengaturnya dalam bentuk


penyajian konsep-konsep kunci

 Mengidentifikasi prinsip-prinsip yang harus dikuasai pesertadidik


dari materi tersebut

 Menyajikan suatu pandangan secara menyeluruh tentang apa


yang harus dipelajari

 Membuat dan menggunakan Advance Organizer. Paling tidak


dengan cara membuat rangkuman terhadap materi yang baru saja
diberikan, dilengkapi dengan uraian singkat yang menunjukan
relevansi (keterkaitan) materi yang sudah diberikan itu dengan
materi baru yang akan diberikan

 Mengajar pesertadidik memahami konsep-konsep dan prinsip-


prinsip yang sudah ditentukan, dengan memberi fokus pada
hubungan yang terjalinantara konsep-konsep yang ada.

 Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

37 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


c. Aplikasi Teori Humanistik

Jika kita amati, maka teori humanistik ini dalam pembelajaran cenderung
mendorong pesertadidik untuk berfikir induktif (dari contoh ke konsep, dari
kongkrit ke abstrak, dari kusus ke umum, dsb)

Penting juga diingat, teori humanistik ini amat mementingkan faktor


pengalaman (keterlibatan aktif) pesertadidik didalam proses belajar.

Maka, meskipun tidak ada satu pakar humanistikpun yang menjabarkan teori
mereka kedalam langkah-langkah teknis, tetapi teori humanistik ini bila
diaplikasikan akan mencakup tahap-tahap berikut;

 Menentukan tujuan pembelajaran

 Menentukan materi pelajaran

 Mengidentifikasi enty behavior pesertadidik

 Mengidentifikasi topik-topik yang memungkinkan pesertadidik


mempelajarinya secara aktif (“mengalami”)

 Mendesai wahana (lingkungan, media, fasilitas dan sebagainya)


yang akan digunakan pesertadidik untuk belajar

 Membimbing pesertadidik belajar secara aktif

 Membimbing pesertadidik memahami hakekat

38 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


d. Pembelajaran Aktif

Belajar aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan


peserta didik berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri
baik dalam bentuk interaksi antar peserta didik dengan peserta didik lainnya
maupun antara pengajar dengan maupun peserta didik dengan pengajar
dalam proses pembelajaran tersebut.

Menurut Bonwell (1995), pembelajaran aktif memiliki karakteristik-


karakteristik sebagai berikut:

* Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh


pengajar melainkan pada pengembangan ketrampilan pemikiran analitis
dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas,

* Peserta didik tidak hanya mendengarkan kuliah secara pasif tetapi


mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi kuliah,

* Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan


materi kuliah,

* Peserta didik lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan
melakukan evaluasi,

* Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.

Di samping karakteristik tersebut di atas, secara umum suatu proses


pembelajaran aktif memungkinkan diperolehnya beberapa hal.

Pertama, interaksi yang timbul selama proses pembelajaran akan


menimbulkan positive interdependence dimana konsolidasi pengetahuan

39 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara bersama-sama melalui
eksplorasi aktif dalam belajar.

Kedua, setiap individu harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan
pengajar harus dapat mendapatkan penilaian untuk setiap peserta didik
sehingga terdapat individual accountability.

Ketiga, proses pembelajaran aktif ini agar dapat berjalan dengan efektif
diperlukan tingkat kerjasama yang tinggi sehingga akan memupuk social
skills.

Dengan demikian kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan sehingga


penguasaan materi juga meningkat. Suatu studi yang dilakukan Thomas
(1972) menunjukkan bahwa setelah 10 menit ceramah, peserta didik
cenderung akan kehilangan konsentrasinya untuk mendengar ceramah yang
diberikan oleh pengajar secara pasif. Hal ini tentu saja akan makin membuat
pembelajaran tidak efektif jika ceramah terus dilanjutkan tanpa upaya-upaya
untuk memperbaikinya.

2. PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN.

a. Prinsip Pembelajaran Menurut Filbeck

Secara umum Filbeck (1974) dalam tulisannya “System in teaching and


learning” menyatakan ada 12 prinsip pembelajaran. Masing-masing prinsip
tersebut adalah

Prinsip yang pertama prinsip respon. Prinsip pembelajaran menyatakan


bahwa bahwa respon baru akan diulangi kalau respon tersebut berakibat
menyenangkan, misalnya setelah belajar menggunakan komputer dia lebih

40 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


merasa nyaman dalam bekerja, maka dia akan berusaha mempelajari lebih
jauh mengenai komputer.

Kedua adalah prinsip kondisi. Manusia akan belajar dari kondisi. Misalnya
kalau kondisi suatu lingkungan dibuat agar orang tidak nyaman merokok,
misalnya tidak ada asbak, sulit mencari rokok, maka orang akan belajar untuk
tidak merokok. Ketiga adalah prinsip retensi. Kemampuan baru dapat
berkurang atau hilang kalau tidak disegarkan.

Keempat adalah prinsip transfer. Hasil belajar akan dengan mudah ditransfer
apabila kepada kondisi pembelajaran yang sama, karena itu pembelajaran
pada situasi yang nyata lebih mudah untuk diterapkan kepada kehidupan
pebelajar.

Kelima adalah prinsip generalisasi dan membedakan. Prinsip ini menyatakan


bahwa setiap objek yang dipelajari mempunyai sifat-sifat tertentu
dihubungkan dengan obyek lain. Misalnya belajar memecahkan satu kasus
akan membekali siswa memecahkan kasus lain, namun ada kalanya satu
kasus sangat berbeda dengan kasus lain sehingga harus dipecahkan dengan
cara yang berbeda pula. Dengan prinsip ini maka materi bias diklasifikasikan
sehingga mudah dipahami. Prinsip ini dapat memberikan dasar untuk dapat
memahami sesuatu yang komplek seperti pemecahan masalah. Implikasi
dalam pembelajaran adalah pemberian contoh harus lengkap, ada contoh
positif adapula contoh negatif.

Keenam adalah prinsip mental. Kondisi mental peserta didik harus disiapkan
agar siap belajar. Dalam pembelajaran prinsip ini diterapkan dalam kegiatan
pembukaan pembelajaran sebelum kegfiatan inti disampaikan.

Ketujuh adalah prinsip pentahapan (chunking). Kegiatan belajar perlu dibagi


menjadi kegiatan kegiatan kecil sehingga lebih mudah dipahami. Peserta

41 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


didik dilatih untuk mengkonstruk hasil belajar bagian-bagian materi yang
dipecah tersebut.

Kedelapan adalah prinsip model. Penyederhanaan materi belajar yang


komplek menjadi yang lebih sederhana dapat dilakukan dengan pemodelan.

Kesembilan adalah prinsip konruktivisme, yaitu kemampuan yang komplek


dibangun oleh banyak kemampuan-kemampuan yang sederhana.

Kesepuluh adalah prinsip umpan balik. Pebelajar akan belajar lebih cepat,
efisien dan menyenangkan kalau kalau ia diberi informasi bahwa ia menjadi
lebih mampu setelah belajar.

Kesebelas adalah prinsip kecepatan belajar individual. Setiap individu


mempunyai kecepatan yang berbeda dalam materi tertentu dibandingkan
dengan pebelajar yang lain.

Kedua belas adalah prinsip belajar mandiri. Pebelajar dapat


mengembangkan kemampuan mengorganisasikan kegiatan belajarnya
sendiri.

b. Prinsip Pembelajaran Menurut Knowles

Knowles (Knowles, Malcolm S. (1970). "The modern practices of adult


education, andragogy versus pedagogi". New York : Association Press1979)
mengemukakan prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa sbb:

1. Setiap individu hidup dalam dunia pengalaman yang selalu berubah


dimana dirinya sendiri adalah sebagai pusat, dan semua orang mereaksi
seperti dia mengalami dan mengartikan pengalaman itu. Ini berarti bahwa
dia menekankan bahwa makna yang datang dari makna yang dimiliki.
Dengan begitu, belajar adalah belajar sendiri dan yang tahu seberapa jauh

42 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


dia telah menguasai sesuatu yang dipelajari adalah dirinya sendiri. Dengan
hipotesa semacam ini maka dalam kegiatan belajar, keterlibatan siswa
secara aktif mempunyai kedudukan sangat penting dan mendalam.

2. Seseorang belajar dengan penuh makna hanya apabila sesuatu yang dia
pelajari bermanfaat dalam pengembangan struktur dirinya. Hipotesa ini
menekankan pentingnya program belajar yang relevan dengan kebutuhan
siswa, yaitu belajar yang bermanfaat bagi dirinya. Dan tentunya ia akan
mempersoalkan kebiasaan belajar dengan mata pelajaran yang
dipaksakan atas dirinya, sehingga seolah-olah dirinya tidak berarti.

3. Struktur dan organisasi diri kelihatan menjadi kaku dalam situasi terancam,
dan akan mengendorkan apabila bebas dari ancaman. Ini berarti
pengalaman yang dianggap tidak sesuai dengan dirinya hanya dapat
diasimilasikan apabila organisasi diri itu dikendorkan dan diperluas untuk
memasukkan pengalaman itu. Hipotesa ini menunjukkan realitas bahwa
belajar kerap kali menimbulkan rasa tidak aman bagi siswa (siswa merasa
tertekan). Untuk itu, dianjurkan pentingnya pemberian iklim yang aman,
penerimaan, dan saling bantu dengan kepercayaan dan tanggung jawab
siswa.

4. Perbedaan persepsi setiap siswa diberikan perlindungan. Ini berarti di


samping perlunya memberikan iklim belajar yang aman bagi siswa juga
perlu pengembangan otonomi individu dari setiap siswa

43 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


c. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berdasarkan Cara Kerja Otak

Semua orang bisa belajar apabila cara kerja otak tidak dihambat dengan
mengecilkan, mengabaikan, atau menghukum otak dalam proses
pembelajaran. (cara kerja otak reptil, lembik dan kortek)

Otak Reptilia

MacLean menjelaskan bahwa otak reptilia terbentuk paling awal dalam


evolusi perkembangan manusia yaitu dalam tahun pertama hidup seorang
anak. Ia disebut otak reptilia disebabkan fungsinya yang mempunyai
persamaan dengan elemen-elemen pertahanan diri dalam reptilia dan
melibatkan kecerdasan paling rendah. Fungsi utamanya ialah mengatur
secara otomatis atau tanpa disadari, perilaku kelima pancaindera seseorang.
Pengaturan fungsi-fungsi utama indra ini mempunyai hubungan dengan
kemampuan seseorang bertahan hidup. Otak reptilia menggerakkan manusia
berupaya untuk memperoleh makanan, perlindungan, keselamatan dan
mempertahankan hidup. Umpamanya, apabila kita berhadapan dengan
seekor ular, otak reptilia akan diaktifkan. Dengan serta merta kita akan
membuat keputusan yang sama untuk mempertahankan diri atau lari dari
bahaya tersebut. Respon ini amat penting dalam keadaan bahaya dan
terancam. Namun begitu, kerana ia hanya berada di tahap kecerdasan paling
rendah, manusia tidak dapat menuju ke pemikiran tahap lebih tinggi.
Malangnya, keadaan ini sering berlaku di sekolah sekiranya guru tidak
sadar tentang respon reaktif otak reptilia. Apabila siswa merasa terancam
akibat berbagai kondisi berbagai ancaman dan hukuman oleh guru, secara
otomatis, otak reptilnya akan beroperasi dalam modus "melawan guru" atau
"mendiamkan diri". Dalam keadaan ini, siswa tidak mungkin dapat memberi
perhatian kepada pembelajaran maupun menjawab permasalahan tingkat
tinggi yang diajukan oleh guru. Sebaliknya, jika guru sadar tentang

44 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


kepentingan membentuk keadaan pembelajaran yang rileks, santai dan
tenang, siswa dapat diajak berfikir pada tahap lebih tinggi. Pemrosesan
informasi dan pembelajaran dapat dilanjutkan ke bagian otak mamalia atau
sistem limbik yang terletak di pertengahan otak manusia.
Dan pembelajaran yang sampai ke sistem limbik akan berjalan penuh
minat dan semangat karena sistem limbik berkaitan dengan emosi.
Jensen (1998) mengatakan bahwa tekanan yang berlebihan atau perasaan
terancam memberi kesan negatif kepada pemikiran dan ingatan dan
seterusnya menyebabkan pembelajaran menurun. Namun demikian, bukan
semua jenis dan tahap tekanan membawa kesan yang buruk. Tidak ada
tekanan juga tidak memberi kesan yang baik. Sebaliknya, tahap pencapaian
siswa juga rendah. Logikanya, pada tekanan yang rendah dan sederhana
sesuai dengan kapasitasnya prestasi atau semangat belajar maupun bekerja
akan terwujud. Di sini guru memainkan peranan yang penting dalam
mempertimbangkan kondisi beban yang sesuai dan pembelajaran yang rileks
dan nyaman dapat mendorong siswa mencapai tahap pemikiran yang lebih
tinggi. Melalui cara ini, barulah pemrosesan informasi dan pembelajaran
dapat diajukan ke bagian otak mamalia atau sistem limbik yang terletak di
pertengahan otak manusia.

Otak Mamalia atau Sistem Limbik

Sama seperti penjelasan mengenai otak reptilia, otak mamalia dijelaskan


"mamalia" membelajarkan Kita bahwa ia mempunyai persamaan dengan
elemen-elemen reaksi pemikiran pada semua hewan mamalia. Fungsi
utamanya ialah kognitif dan emosi yaitu ia mengandung perasaan,
pengalaman yang berkesan dan bermakna, ingatan dan kemampuan serta
daya belajar. Selain itu, ia juga berfungsi mengendalikan pola-pola bioritme
seperti pola-pola tidur, lapar, dahaga, tekanan darah, denyut jantung, suhu

45 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


badan, metabolisma, sistem imunitas dan lain-lain fungsi badan. Oleh karena
bagian otak ini mengendalikan emosi maka dapat dijelaskan mengapa
apabila kita sedih, keadaan fisik kita turut bereaksi/terpengaruh.
Otak mamalia merupakan pusat pemeliharaan manusia. Ia akan menafsirkan
semua informasi yang diterima dari pancaindera kita dan menghantar
informasi tersebut ke bagian pemikiran otak yaitu neokorteks.

Otak Neokorteks

Neokorteks terletak di bagian atas otak dan terdiri 80% jumlah bagian otak.
Bagian otak ini merupakan pusat berfikir dan kecerdasan manusia. Fungsi
utamanya adalah menafsir, menyusun, menerjemahkan informasi melalui
proses pemahaman membuat keputusan, tindakan, bahasa dan pemikiran
tingkat tinggi. Kecerdasan tingkat tinggi pada manusia yang memberi
keunikan pada manusia dan membedakan dengan makhluk lain. Sebagai
contoh, ahli psikologi, Howard Gardner telah mengenal pasti kecerdasan-
kecerdasan yang khusus yang mungkin dikembangkan dalam manusia,
antaranya : kecerdasan linguistik, matematikal, visual/spatial, kinestatik,
musik, naturalistik, interpersonal dan intrapersonal

1. Kecerdasan akan berkembang bila seluruh indra sebagai tangan


panjangnya otak dalam menangkap informasi (pendengaran, penglihatan,
penciuman, pengecap dan peraba). Sel-sel syaraf adalah gudangnya
penyimpanan informasi. Namun tidak seperti gudang penyimpanan barang
yang tidak bertambah besar secara otomatis bila muatannya bertambah.
Sel-sel syaraf sebagai penyimpanan informasi melalui pertautan satu
dengan lainnya. Semakin banyak pertautan, semakin kuat dan lama
informasi itu disimpan. Logikanya, makin tua umur seseorang manusia,
makin banyak sel syaraf dalam kepalanya. Informasi dan konsep dalm
otak diklasifikasikan sedemikian rupa, mereka disimpan terutama dalam

46 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


kulit otak secar spesifik. Konsep, pengertian kata, misalnya disimpan
dalam daerah angular. Setiap kata yang didengar atau dilihat akan
dikonfirmasi maknanya pada daerah angular ini. Daerah-daerah
penyimpanan itu juga berlaku untuk kalimat dan hubungan logis lainnya.

Gambar suatu benda akan disimpan pada tempat yang berbeda-beda


diotak. Gambar pisang misal, tiap nagian gambar pisang tersebut akan
disimpan pada tempat yang berbeda-beda. Bentuknya disimpan di
lobusparietal, warna di lobus temporal, dan aromanya di lobusfrontal.
Pemahaman terhadap sebuah informasi adalah hasil kerja sama sebagian
otak.

Akibat dari klasifikasi tersebut, otak akan berfikir menurut pola-pola


tertentu. Setiap informasi yang masuk akan disesuaikan atau dibaca
menurut pola yang disimpan. Walaupun memerlukan waktu, otak dapat
membaca pola berbeda dari data yang disimpannya. Kemampuan
adaptasi otak ini dapat direkayasa untuk memunculkan kreatifitas.

2. Belajar akan lebih mudah bila menggunakan prinsip kerja otak kanan dan
otak kiri. Gambar, grafik, tabel, skema yang dikemas dengan warna-warna
mencolok akan memudahkan otak untuk menyimpannya. Informasi yang
disajikan dalam bentuk kata, ia hanya disimpan di otak kiri yg ahli dibidang
penyimpanan kata, 90% kegiatan berbahasa terjadi di otak kiri, jika
informasi dikemas dalam bentuk gambar yang penuh warna, penyimpanan
dilakukan pada otak sebelah kanan, informasi yang disajikan dalam
paduan kata dan dan gambar akan cepat diserap dan tersimpan. Potensi
penyimpanan seperti ini besar sekali. Kebanyakan manusia hanya
menggunakan satu belahan otaknya.

47 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Warna yang beraneka ragam juga dapat memicu emosi tertentu, karena itu
menggunakan kertas warna warni untuk menulis sesuatu dapat
membangkitkan perasaan tertentu yang dapat memperlancar proses
belajar. Cara kerja otak yang demikian itu juga memudahkan otak untuk
bekerja dalam asosiasi-asosiasi. Kata sering dihubungkan dengan bentuk
atau citra mental. Sebuah pengertian juga sering sekali dapat dibentuk
dengan asosiasi-asosiasi.

Hukum otak ketiga ini dapat diterapkan dalam membuat catatan tertulis:

a. Buatlah catatan pada kertas berukuran besar, seperti HVS (kuarto


maupun folio). Menulis pada kertas yang berposisi landscape
(mendatar).

b. Tulislah informasi dengan gambar, kata, grafik, tabel yang penuh warna
warni

c. Cobalah menulis catatan dari tengah kertas, buatlah garis-garis


penghubung yang indah dan berwarna warni. Bentuklah seperti
gambar pohon, rumah atau apa saja yang disenangi.

d. Tandailah catatan palajaran. kata-kata penting dengan huruf besar,


warna atau gambar yang mencolok. Garis baik beraturan maupun
tidak, dapat memperindah hubungan atntar kata.

e. Pada tingkat berpikir lebih tinggi, gambarlah (Bukan tulislah) ide dan
gagasan yang difikirkan.

f. Cermatilah keadaan sekeliling. Identifikasi detail-detail sebuah pohon,


rumah, atau apa saja. Kmudian, satukanlah detail-detail itu dalam
pikiran

48 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


g. Gunakan juga kertas berwarna warni untuk mencatat pelajaran Pilihlah
warna yang sesuai dengan selera.

Belajar secara berulang akan membuat otomatis pengalihan informasi darai


alam sadar (indrawi dan rasional) ke wilayah tak sadar. Tidak seperti sel sel
dalam jantung yang tidak merespons rangsangan belajar, sel-sel otak justru
akan bertambah dengan melakukan belajar. Jika sel-sel syaraf yang hilang
karena umur yang makin tua, pasti ada informasi dan kemampuan yang akan
hilang. Kehilangan itu bisa terjadi pada memori jangka panjang atau memori
jangka pendek.

Kehilangan sel sel syaraf, yang artinya juga kehilangan informasi, dapat
dicegah dengan pengulangan-pengulangan informasi maupun perilaku.
Semakin sering diulang , tautan sel syaraf semakin kuat, dan kemungkinan
kehilangan sel syaraf juga makin kecil. Pengulangan ini juga
akanmempertebal lapisan akson sebagai jembatan pemindahan informasi
dari dendrit satu ke dendrit lainnya untuk di disimpan, sehingga semakin
banyak diulang maka proses belajar juga menjadi semakin mudah dan
terjadi secara otomatis.

Sel syaraf yang makin banyak dan makin kuat, sebagaimana dujumpai
pada orang tua, akan memperkuat pengetahuan yang dimilikinya.
Kekuatan pengetahuan itu terletak pada keluasan wawasan dan
kebijaksanaan yang kian meningkat. Tidak jarang, seseorang yang belajar
sungguh-sungguh sejak muda, yang menekuni pengetahuan secara
seksama, akan memiliki keyakinan diri yang kuat ketika tua dan yang
paling utama, memiliki kebijaksanaan yang kian meningkat.

Pikiran dan tindakan yang dilakukan oleh seseorang dapat menjadikan


kebiasaan. Proses belajar yang dilakukan merupakan kegiatan yang

49 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


dapat mempertajam otak. Proses belajar yang berulang-ulang
menciptakan jalur-jalur khusus yang melahirkan kebiasaan-kebiasaan.

Ketika orang belajar untuk pertama kalinya, informasi itu dikemas dan
ditata dalam wilayah sadar di kulit otak( wilayah indrawi dan rasional). Jika
kegiatan sadar itu berlangsung terus menerus (ada pengulangan dan
dalam jangka waktu yang lama), penataan kegiatan itu akan dialihkan
kewilayah taksadar kegiatan itu akan berlangsung secara otomatis.

Belajar berulang-ulang tidak saja memperkuat tautan sel saraf atau


memperbanyak jumlahnya (hukum pertama otak), tetapi juga menciptakan
jalur syaraf kusus kewilayah tak sadar. Otak manusia memiliki keunikan
dan kelebihan khusus dalam membuka jalan baru kewilayah tak sdar. Dan
lebih hebat lagi, otak memiliki akses tak terbatas kewilayah tak sadar.

Menciptakan Lingkungan Pembelajaran

Pembelajaran lebih menekankan pada upaya menata lingkungan di luar diri


pebelajar (faktor eksternal), agar terjadi proses belajar (faktor internal).
Sedangkan pengajaran lebih menekankan pada proses mengajar-belajar
dengan pengajar (guru) sebagai aktor utama, atau dibarengi dengan media
sebagai alat bantu atau alat peraga lainnya. Orang yang belajar disebut
pebelajar (learner). Siapa saja orang yang belajar, disebut pebelajar, entah
itu siswa, mahasiswa, taruna AKABRI, Guru, manajer, atau Bupati sekalipun.
Sumber belajar yang dapat menstimulasi terjadinya proses belajar
disebut pembelajar, sedangkan proses terjadinya belajar disebut
pembelajaran. Sasaran utama pembelajaran adalah merekayasa faktor-faktor
eksternal dan lingkungan sebagai sumber belajar agar mendorong prakarsa
belajar.

50 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Dengan demikian, pembelajaran adalah upaya menata lingkungan sebagai
sumber belajar agar terjadi proses belajar pada diri si pebelajar. Upaya
menata lingkungan dilakukan dengan menyediakan sumber-sumber belajar,
misalnya: guru, buku teks, bahan pembelajaran, nara sumber, televisi, VCD,
radio-kaset, majalah, koran, internet, CD ROM, lingkungan dan bahkan juga
temannya sendiri. Ukuran keberhasilan pembelajaran adalah proses
terjadinya interaksi antara pebelajar yang belajar dengan pembelajar.
Bukan terletak pada pengajar yang menyampaikan informasi (mengajar?).
Dengan demikian, rekayasa pembelajaran yang utama adalah penyediaan
sumber-sumber belajar. Guru bukan satu-satunya sumber belajar, ia hanya
salah satu bagian dari sumber belajar. Semua sumber-sumber belajar
dirancang agar dapat mendorong prakarsa dan proses belajar menjadi lebih
efektif, efisien, dan menarik, agar pebelajar tetap “betah” untuk terus belajar.

Oleh karena itu, fungsi guru akan berubah ke arah guru sebagai pengelola
pembelajaran. Fungsi guru yaitu merancang penyediaan sumber-sumber
belajar agar belajar menjadi lebih mudah, lebih cepat, lebih menarik, dan
lebih menyenangkan.

Dalam merekayasa sistem pembelajaran yang optimal, ada delapan faktor


yang saling berinteraksi, yaitu:

(1) pebelajar (siswa),

(2) isi (apa isi yang diajarkan: fakta, konsep, prinsip, prosedur, pemecahan
masalah dsb?),

(3) tujuan (pengetahuan, sikap, perilaku?),

(4) lingkungan belajar (di kelas, laboratorium, perpustakaan, lapangan?),

51 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


(5) pembelajar (siapa pembelajaranya?),

(6) sumber belajar (buku, majalah, koran, VCD, komputer, radio? Lahan,
kolam, kandang dsb),

(7) strategi (pengelolaan, penyampaian, organisasi), dan

(8) evaluasi (tes lisan, tes tertulis, menyusun karya tulis, dan memecahkan
masalah?).

Pada setiap peristiwa pembelajaran baik yang di lakukan di sekolah maupun


di luar sekolah, kedelapan faktor ini harus menjadi pertimbangan utama.

Pembelajaran berasal dari kata dasar belajar. Pembelajaran adalah suatu


disiplin yang menaruh perhatian pada upaya untuk meningkatkan dan
memperbaiki proses belajar. Sasaran utamanya adalah mempreskripsikan
(membuat resep-resep) strategi yang optimal untuk mendorong prakarsa dan
memudahkan belajar. Dengan demikian, pembelajaran adalah upaya menata
lingkungan agar terjadinya belajar pada pebelajar (learner). Upaya menata
lingkungan dilakukan melalui

penyediaan sumber-sumber belajar.Ukuran keberhasilan pembelajaran


adalah perubahan perilaku terjadinya belajar pada pebelajar, bukan guru
yang telah menyampaikan informasi (mengajar?).

Guru bukan satu-satunya sumber belajar, pebelajar dapat belajar dari


berbagai sumber belajar lainnya, yaitu: guru, pakar, praktisi, siswa lain,
masyarakat, buku, jurnal, majalah, Koran, internet, CD ROM, televisi, video,
radio.

Semua sumber-sumber belajar tersebut berorientasi agar proses belajar


menjadi lebih efektif, efisien, dan menarik dan tetap “betah” belajar. Tujuan

52 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


utama pembelajaran adalah membantu pebelajar --orang yang sedang
belajar, pebelajar, siswa atau guru yang sedang belajar-- untuk belajar. Guru
sebagai pengelola pembelajaran perlu merancang agar belajar menjadi lebih
mudah, lebih cepat, dan lebih menarik.

Secara tradisional, pembelajaran itu meliputi pengajar, pebelajar, dan buku


teks. Isi yang harus dipelajari sudah termuat di dalam buku teks. Dan menjadi
tanggung jawab pengajar untuk “memasukkan” isi buku teks tersebut ke
kepada pebelajar (orang yang belajar). Mengajar ditafsirkan sebagai
memasukkan isi atau bahan-bahan dari buku itu ke kepala siswa sedemikian
rupa sehingga mereka pada saatnya akan mengeluarkan kembali segala
informasi yang diterima dalam bentuk tes. Dengan model ini, cara
memperbaiki pengajaran ialah dengan jalan memperbaiki gurunya, yaitu
meminta guru belajar lebih banyak pengetahuan dan belajar lebih banyak
metode untuk menyampaikan kepada pebelajar.

Pandangan tentang proses pembelajaran yang lebih baru ialah bahwa


pembelajaran itu suatu proses yang sistematik untuk menyediakan sumber
belajar agar terjadi proses belajar pada pebelajar. Terminologi pembelajaran
berasal dari kata belajar. Pembelajaran adalah suatu disiplin yang me-naruh
perhatian pada upaya untuk meningkatkan dan memperbaiki proses belajar.
Sasaran utamanya adalah mempreskripsikan strategi yang optimal untuk
mendorong prakarsa dan memudahkan belajar. Pembelajaran adalah upaya
menata lingkungan eksternal atau fasilitasi agar terjadinya belajar pada
pebelajar (learner). Upaya menata lingkungan dilakukan melalui penyediaan
sumber-sumber belajar. Ukuran keberhasilan pembelajaran adalah
perubahan perilaku terjadinya belajar pada pebelajar, bukan Guru yang telah
menyampaikan informasi (mengajar?). Guru bukan satu-satunya sumber
belajar, karena pebelajar dapat belajar dari berbagai sumber belajar lainnya

53 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


melalui: pakar, praktisi, mahasiswa (pebelajar) lain, masyarakat, buku, jurnal,
majalah, koran, internet, CD ROM, televisi, video, radio, dan sebagainya.
Semua sumber-sumber belajar tersebut berorientasi agar proses belajar
menjadi lebih efektif, efisien, dan menarik agar pebelajar tetap “betah”
belajar. Dengan demikian, tujuan utama pembelajaran adalah membantu
pebelajar orang yang sedang belajar, pelajar, siswa atau Guru yang sedang
belajar untuk belajar. Guru sebagai pengelola pembelajaran perlu merancang
agar belajar menjadi lebih mudah, lebih cepat, dan lebih menyenangkan.

Pembelajaran berbasis kompetensi umumnya digunakan pada pendidikan


vokasional dan program pelatihan dalam jabatan untuk meningkatkan unjuk
kerja pegawai. Unjuk kerja apa atau kompetensi-kompetensi apa saja dari
para peserta pelatihan sudah ditentukan terlebih dahulu sebelum dimulainya
suatu program pendidikan atau pelatihan. Pembelajaran berbasis kompetensi
adalah pembelajaran yang berorientasi pada tujuan, berkaitan dengan
kompetensi-kompetensi yang ingin dicapai setelah berakhirnya suatu
program pembelajaran.

Kunci utama dalam meningkatkan kualitas pembelajaran berbasis


kompetensi adalah pengetahuan Guru sebagai orang yang membelajarkan
dalam menggunakan metode yang paling tepat untuk meraih tujuan yang
telah ditetapkan dengan mempertimbangkan karakteristik pebelajar. Oleh
karena itu ada 6 (enam) faktor yang harus dipertimbangkan dalam menen-
tukan metode pembelajaran, yaitu: pebelajar (siapa pebelajarnya?) (2) isi
(apa isi yang diajarkan: fakta, konsep, prinsip, prosedur dsb?) (3) tujuan
(pengetahuan, sikap, perilaku/ketrampilan?) (4) lingkungan belajar (di kelas,
laboratorium, perpustakaan, lapangan?) (5)Guru (siapa Gurunya?) (6)
sumber belajar (buku, video, komputer, teman sebaya?).

54 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Kecenderungan pembelajaran masa depan telah mengubah pendekatan
pembelajaran tradisional ke arah pembelajaran masa depan yang disebut
sebagai abad pengetahuan bahwa pebelajar dapat belajar: di mana saja,
artinya pebelajar dapat belajar di kelas, di perpustakaan atau di rumah;
kapan saja, tidak sesuai yang dijadwalkan sekolah bisa pagi, siang sore atau
malam; dengan siapa saja, pebelajar memperoleh sumber belajar melalui
Guru, pakar, praktisi atau masyaarakat; melalui apa saja, pebelajar dapat
belajar melalui internet, CD ROM, radio, televisi, laboratorium, dan
pengalaman langsung.

d. Prinsip Pembelajaran Menurut J Nichol

Jennifer Nichols mengemukakan empat prinsip pokok pembelajaran abad 21.


Keempat prinsip pokok pembelajaran abad ke 21 yang digagasnya
tersebut dapat dijelaskan dan dikembangkan seperti berikut ini:

1. Pembelajaran seyogyanya menggunakan pendekatan berpusat


kepada siswa

Pengembangan pembelajaran seyogyanya menggunakan pendekatan


pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa ditempatkan sebagai subyek
pembelajaran yang secara aktif mengembangkan minat dan potensi yang
dimilikinya. Siswa tidak lagi dituntut untuk mendengarkan dan menghafal
materi pelajaran yang diberikan guru, tetapi berupaya mengkonstruksi
pengetahuan dan keterampilannya, sesuai dengan kapasitas dan tingkat
perkembangan berfikirnya, sambil diajak berkontribusi untuk memecahkan
masalah-masalah nyata yang terjadi di masyarakat.

Pembelajaran berpusat pada siswa bukan berarti guru menyerahkan kontrol


belajar kepada siswa sepenuhnya. Intervensi guru masih tetap diperlukan.
Guru berperan sebagai fasilitator yang berupaya membantu mengaitkan

55 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


pengetahuan awal (prior knowledge) yang telah dimiliki siswa dengan
informasi baru yang akan dipelajarinya. Memberi kesempatan siswa untuk
belajar sesuai dengan cara dan gaya belajarnya masing-masing dan
mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas proses belajar yang
dilakukannya. Selain itu, guru juga berperan sebagai pembimbing, yang
berupaya membantu siswa ketika menemukan kesulitan dalam proses
mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya.

2. Pendidikan seyogyanya dilakukan secara kolaboratif

Siswa harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain.


Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya dan
nilai-nilai yang dianutnya. Dalam menggali informasi dan membangun makna,
siswa perlu didorong untuk bisa berkolaborasi dengan teman-teman di
kelasnya. Dalam mengerjakan suatu proyek, siswa perlu dibelajarkan
bagaimana menghargai kekuatan dan talenta setiap orang serta bagaimana
mengambil peran dan menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka.

Begitu juga, sekolah (termasuk di dalamnya guru) seyogyanya dapat bekerja


sama dengan lembaga pendidikan (guru) lainnya di berbagai belahan dunia
untuk saling berbagi informasi dan penglaman tentang praktik dan metode
pembelajaran yang telah dikembangkannya. Kemudian, mereka bersedia
melakukan perubahan metode pembelajarannya agar menjadi lebih baik.

3. Pembelajaran seharusnya dilakukan secara kontekstual

Pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak memberi dampak terhadap
kehidupan siswa di luar sekolah. Oleh karena itu, materi pelajaran perlu
dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Guru mengembangkan
metode pembelajaran yang memungkinkan siswa terhubung dengan dunia
nyata (real word). Guru membantu siswa agar dapat menemukan nilai,

56 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


makna dan keyakinan atas apa yang sedang dipelajarinya serta dapat
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya. Guru melakukan penilaian
kinerja siswa yang dikaitkan dengan dunia nyata.

4. Sekolah seharusnya merupakan bagian integral dari masyarakat

Dalam upaya mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang


bertanggung jawab, sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi siswa untuk
terlibat dalam lingkungan sosialnya. Misalnya, mengadakan kegiatan
pengabdian masyarakat, dimana siswa dapat belajar mengambil peran dan
melakukan aktivitas tertentu dalam lingkungan sosial. Siswa dapat dilibatkan
dalam berbagai pengembangan program yang ada di masyarakat, seperti:
program kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan sebagainya. Selain
itu, siswa perlu diajak pula mengunjungi panti-panti asuhan untuk melatih
kepekaan empati dan kepedulian sosialnya.

Dengan kekuatan teknologi dan internet, siswa saat ini bisa berbuat lebih
banyak lagi. Ruang gerak sosial siswa tidak lagi hanya di sekitar sekolah atau
tempat tinggalnya, tapi dapat menjangkau lapisan masyarakat yang ada di
berbagai belahan dunia. Pendidikan perlu membantu siswa menjadi warga
digital yang bertanggung jawab.

Untuk menterjemahkan prinsip-prinsip pembelajaran di atas ke dalam praktik


tentu bukan hal yang mudah. Tetapi itulah tantangan nyata dunia pendidikan
kita saat ini, yang suka atau tidak suka kita harus sanggup menghadapinya.
Kita tidak menginginkan putera-puteri kita kelak menjadi orang-orang yang
tidak berdaya, habis tergilas oleh jamannya.

Perbandingan pembelajaran konvensional dan pembelajaran Visioner


disajikan pada Tabel 1 berikut.

57 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Komponen Pembelajaran Pembelajaran Visioner
Konvensional
Pembelajaran

Kemampuan  Tidak diperhatikan  Diperhatikan

Prasyarat Siswa  Semua siswa  Siswa belajar dengan


mempunyai tujuan dan bahan/kegiatan
tujuan/material yang berbedabeda
kegiatan yang sama

Hasil belajar  Merupakan kurva  Tinggi dan seragam


yang normal

diharapkan

Penguasaan  Sedikit siswa yang  Sebagian besar siswa


Tuntas mencapai sebagian mencapai sebagian besar
besar tujuan tujuan

 Berpola untung-
untungan

Program  Seringkali tidak  Direncanakan bagi siswa


Perbaikan terencana yang memerlukan bantuan

 Tidak ada pengubahan  Mengejar tujuan lain

58 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


tujuan  Menggunakan cara
mengajar alternatif
atau cara mengajar

Penggunaan Tes  Untuk pemberian  Untuk memantau


angka nilai kemajuan siswa

 Untuk menentukan
ketuntasan belajar

 Untuk mendiagnosa
kesulitan belajar

 Untuk perbaikan
pembelajaran

Waktu belajar VS  Waktu tetap;  Penguasaan belajar tetap;


penguasaan belajar waktu beragam
Penguasaan
beragam
Belaja

Tafsiran  Siswa bodoh  Guru perlu memperbaiki


kegagalan siswa pembelajaran
mencapai
penguasaan
belajar

Pengembangan • Pertama-tama memilih • Pertama-tama

59 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


bidang studi bahan ajar merumuskan tujuan
pembelajaran, kemudian
memilih bahan ajar

Media • Dipilih atas dasar • Didasarkan atas tujuan


pembelajaran kesukaan dan
dan karakteristik siswa
ketersediannya

• Didasarkan atas teori-teori


dan penelitian tentang
pembelajaran

• Keefektifannya harus
dapat diuji

Pengurutan • Didasarkan atas logika • Didasarkan atas adanya


pembelajaran isi dan kerangka garis prasyarat- prasyarat yang
besar pokok bahasan diperlukan dan asas
dalam buku teks belajar

Strategi • Apa yang dianggap • Dipilih untuk dapat


pembelajaran sudah baik berlaku mencapai tujuan
secara umum
• Menggunakan berbagai
• Atas dasar kesukaan strategi
dan sudah dikenal baik
• Atas dasar teori dan
penelitian

60 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Penilaian • Sering tidak dilakukan; • Direncanakan secara
jarang direncanakan sistematik; dilaksanakan
secara sistematik secara rutin

• Acuan norma • Menilai pencapaian/


penguasaan tuntas tujuan
oleh siswa

• Acuan criteria

• Data tentang hasil belajar

Perbaikan • Berdasarkan terkaan • Bedasarkan data penilaian


pembelajaran dan apakah tersedia
• Dilakukan secara rutin
dan media alat Bantu mengajar
baru

• Dilakukan kadangkala

Prinsip-prinsip pembelajaran lain menganggap bahwa karena kegiatan


pembelajaran merupakan bagian yang paling penting dalam implementasi
kurikulum. Untuk itu dalam melaksanakan pembelajaran seyogyanya seorang
pengajar tahu bagaimana membuat kegiatan pembelajaran itu berjalan
dengan baik dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Prinsip-prinsip pembelajaran merupakan bagian penting yang perlu diketahui
oleh seorang pengajar, dengan memahami prinsip-prinsip pembelajaran,
seorang pengajar dapat membuat suatu acuan dalam pembelajaran sehingga
pembelajaran akan berjalan lebih efektif serta dapat mencapai tujuan

61 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


pembelajaran yang diharapkan. Prinsip-prinsip pembelajaran yang perlu
diketahui adalah :

1. Prinsip perhatian dan Motivasi


Dalam proses pembelajaran, perhatian memiliki peranan yang sangat penting
sebagai langkah awal dalam memicu aktivitas-aktivitas belajar. Motivasi
berhubungan erat dengan minat, siswa yang memiliki minat lebih tinggi pada
suatu mata pelajaran cenderung lebih memiliki perhatian yang lebih terhadap
mata pelajaran tersebut akan menimbulkan motivasi yang lebih tinggi dalam
belajar.motivasi dalam belajar merupakan hal yang sangat penting juga
dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

2. Prinsip Keaktifan
Belajar pada hakekatnya adalah proses aktif dimana seseorang melakukan
kegiatan secara sadar untuk mengubah suatu perilaku, terjadi kegiatan
merespon terhadap setiap pembelajaran.

3. Prinsip Keterlibatan Langsung / Berpengalaman

Prinsip ini berhubungan prinsip aktivitas, bahwa setiap individu harus terlibat
secara langsung untuk mengalaminya, bahwa setiap kegiatan pembelajaran
harus melibatkan diri ( setiap individu ) terjun mengalaminya.

4. Prinsip Pengulangan
Teori yang dapat dijadikan sebagai petunjuk pentingnya prinsip pengulangan
dalam belajar, antara lain bisa dicermati dari dalil-dalil belajar yang
dikemukan oleh Edward L. Thorndike ( 1974 – 1949 ) tentang law of lerning,
yaitu “ law of effect, law of exercise and law of readiess “

5. Prinsip Tantangan
Implikasi lain adanya bahan belajar yang dikemas dalam suatu kondisi yang

62 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


menantang seperti mengandung masalah yang perlu dipecahkan, siswa aka
tertantang untuk mempelajariny. Dengan kata lain pembelajaran yang
memberi kesempatan pada siswa untuk turut menemukan konsep-konsep,
prinsip-prinsip dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha mencari
dean menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip dab generalisasi tersebut.

6. Prinsip Balikan dan Penguatan

Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapat hasil
yang baik. Apalagi hasil yang baik, merupakan balikan yang menyenangkan
dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Balikan yang segera
diperoleh siswa setelah belajar melalui pengamatan melalui metode-metode
pembelaran yang menantang, seperti Tanya jawab, diskusi, eksperimen,
metode penemuan dan yang sejenisnya akan membuat siswa terdorong
untuk belajar lebih giat dan bersemangat.

7. Prinsip perbedaan Individual

Perbedaan individual dalam belajar, yaitu bahwa proses belajar yang terjadi
pada setiap individu berbeda satu dengan yang lain baik secara fisik maupun
psikism, untuk itu dalam proses pembelajaran mengandung implikasi bahwa
setiap siswa harus dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya
dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan siswa itu sendiri.

Diknas 2006 dalam Bahan TOT Pemberdayaan Komite Sekolah menyajikan


dengan indah prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa dengan kata-kata
RAMP 2 FAME, yaitu sebuah jembatan keledai (mnemonic / singkatan dalam
bentuk kata-kata beramakna yang mempermudah orang untuk
mengingatnya). RAMP 2 FAME, yang kalau diterjemahkan kira-kira berarti
meniti jalan menanjak menuju kesohoran, merupakan singkatan berikut.

63 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


R = Recency
A = Appropriateness
M = Motivation
P = Primacy
2 = 2 – Way Communication
F = Feedback
A = Active Learning
M = Multi – Sense Learning
E = Excercise

Prinsip-prinsip ini dalam berbagai cara sangat penting, karena


memungkinkan Anda (pelatih) untuk menyiapkan satu sessi secara tepat dan
memadai, menyajikan sessi secara efektif dan efisien, juga memungkinkan
anda melakukan evaluasi untuk sessi tersebut. Mari kita coba lihat ide-ide
yang melatarbelakangi istilah RAMP 2 FAME. Penting untuk dicatat bahwa
prinsip-prinsip ini tidak disajikan dalam satu urutan. Kedudukannya sama
dalam satu kaitan antar hubungan.

R : Recency

Hukum dari Recency menunjukkan kepada kita bahwa sesuatu yang


dipelajari atau diterima pada saat terakhir adalah yang paling diingat oleh
peserta/ partisipan. Ini menunjukkan dua pengetian yang terpisah di dalam
pendidikan. Pertama, berkaitan dengan isi (materi) pada akhir sessi dan
kedua berkaitan dengan sesuatu yang “segar” dalam ingatan peserta. Pada
aplikasi yang pertama, penting bagi pelatih untuk membuat ringkasan
(summary) sesering mungkin dan yakin bahwa pesan-pesan kunci/inti selalu
ditekankan lagi di akhir sessi. Pada aplikasi kedua, mengindikasikan kepada
pelatih untuk membuat rencana kaji ulang (review) per bagian di setiap
presentasinya.

64 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


A : Appropriatenes (Kesesuaian)

Hukum dari appropriatenes atau kesesuaian mengatakan kepada kita bahwa


secara keseluruhan, baik itu pelatihan, informasi, alat-alat bantu yang
dipakai, studi kasus -studi kasus, dan material-material lainnya harus
disesuaikan dengan kebutuhan peserta/partisipan. Peserta akan mudah
kehilangan motivasi jika pelatih gagal dalam mengupayakan agar materi
relevan dengan kebutuhan mereka. Selain itu, pelatih harus secara terus
menerus memberi kesempatan kepada peserta untuk mengetahui bagaimana
keterkaitan antara informasi-informasi baru dengan pengetahuan sebelumnya
yang sudah diperolah peserta, sehingga kita dapat menghilangkan
kekhawatiran tentang sesuatu yang masih samar atau tidak diketahui.

M: Motivation (motivasi)

Hukum dari motivasi mengatakan kepada kita bahwa pastisipan/peserta


harus punya keinginan untuk belajar, dia harus siap untuk belajar, dan harus
punya alasan untuk belajar. Pelatih menemukan bahwa jika peserta
mempunyai motivasi yang kuat untuk belajar atau rasa keinginan untuk
berhasil, dia akan lebih baik dibanding yang lainnya dalam belajar. Pertama-
tama karena motivasi dapat menciptakan lingkungan (atmosphere) belajar
menjadi menyenangkan. Jika kita gagal menggunakan hukum kesesuaian
(appropriateness) tersebut dan mengabaikan untuk membuat material
relevan, kita akan secara pasti akan kehilangan motivasi peserta.

P : Primacy (menarik perhatian di awal sessi)

Hukum dari primacy mengatakan kepada kita bahwa hal-hal yang pertama
bagi peserta biasanya dipelajari dengan baik, demikian pula dengan kesan
pertama atau serangkaian informasi yang diperoleh dari pelatih betul-betul
sangat penting. Untuk alasan ini, ada praktek yang bagus yaitu dengan

65 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


memasukkan seluruh poin-poin kunci pada permulaan sessi. Selama sessi
berjalan, poin-poin kunci berkembang dan juga informasi-informasi lain yang
berkaitan. Hal yang termasuk dalam hukum primacy adalah fakta bahwa
pada saat peserta ditunjukkan bagaimana cara mengerjakan sesuatu,
mereka harus ditunjukkan cara yang benar di awalnya. Alasan untuk ini
adalah bahwa kadang-kadang sangat sulit untuk “tidak mengajari” peserta
pada saat mereka membuat kesalahan di permulaan latihan.

2 : 2- way communication (Komunikasi 2 arah)

Hukum dari 2-way-communication atau komunikasi 2 arah secara jelas


menekankan bahwa proses pelatihan meliputi komunikasi dengan peserta.
Berbagai bentuk penyajian sebaiknya menggunakan prinsip komunikasi 2
arah atau timbal balik. Ini tidak harus bermakna bahwa seluruh sessi harus
berbentuk diskusi, tetapi yang memungkinkan terjadinya interaksi di antara
pelatih/fasilitator dan peserta/partisipan.

F: Feedback (umpan balik)

Hukum dari feedback atau umpan balik menunjukkan kepada kita, baik
fasilitator dan peserta membutuhkan informasi satu sama lain. Fasilitator
perlu mengetahui bahwa peserta mengikuti dan tetap menaruh perhatian
pada apa yang disampaikan, dan sebaliknya peserta juga membutuhkan
umpan balik sesuai dengan penampilan/kinerja mereka.

Penguatan juga membutuhkan umpan balik. Jika kita menghargai peserta


(penguatan yang positif) untuk melakukan hal-hal yang tepat, kita mempunyai
kesempatan yang jauh lebih besar agar mereka mengubah perilakunya
seperti yang kita kehendaki. Waspada juga bahwa terlalu banyak penguatan
negatif mungkin akan menjauhkan kita memperoleh respon yang kita
harapakan.

66 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


A : Active learning (belajar aktif)

Hukum dari active learning menunjukkan kepada kita bahwa peserta belajar
lebih giat jika mereka secara aktif terlibat dalam proses pelatihan. Ingatkah
satu peribahasa yang mengatakan “Belajar Sambil Bekerja” ? Ini penting
dalam pelatihan orang dewasa. Jika anda ingin memerintahkan kepada
peserta agar menulis laporan, jangan hanya memberitahu mereka
bagaimana itu harus dibuat tetapi berikan kesempatan agar mereka
melakukannya. Keuntungan lain dari ini adalah orang dewasa umumnya tidak
terbiasa duduk seharian penuh di ruangan kelas, oleh karena itu prinsip
belajar aktif ini akan membantu mereka supaya tidak jenuh.

M : Multiple -sense learning

Hukum dari multi- sense learning mengatakan bahwa belajar akan jauh lebih
efektif jika partisipan menggunakan lebih dari satu dari kelima inderanya. Jika
anda memberitahu trainee mengenai satu tipe baru sandwich mereka
mungkin akan mengingatnya. Jika anda membiarkan mereka menyentuh,
mencium dan merasakannya dengan baik, tak ada jalan bagi mereka untuk
melupakannya.

E. Exercise (latihan)

Hukum dari latihan mengindikasikan bahwa sesuatu yang diulang-ulang


adalah yang paling diingat. Dengan membuat peserta melakukan latihan atau
mengulang informasi yang diberikan, kita dapat meningkatkan kemungkinan
mereka semakin mampu mengingat informasi yang sudah diberikan. Yang
terbaik adalah jika pelatih menambah latihan atau mengulangi pelajaran
dengan mengulang informasi dalam berbagai cara yang berbeda. Mungkin
pelatih dapat membicarakan mengenai suatu proses baru, lalu menunjukkan
diagram/overhead, menunjukkan produk yang sudah jadi dan akhirnya minta

67 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


kepada peserta untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Latihan juga
menyangkut intensitas. Hukum dari latihan juga mengacu pada pengulangan
yang berarti atau belajar ulang.

D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN

Sebagaimana diamanatkan oleh permendikbud 103 tahun 2014, kegiatan


pembelajaran dimulai dengan aktivitas pemecah kebekuan atau ice breaker .

Pembelajaran adalah suatu aktifitas yang melibatkan emosi peserta


didik.Agar proses pembelajaran berjalan dengan baik, sukses, partisipatif,
berbasis aktifitas maka anda harus meanamkan rasa nyaman, berkontribusi,
dan menumbuhkan rasa percaya antar peserta. Dalam lingkungan peserta
yang saling percaya, peserta akan lebih disiapkan untuk berani mengambil
resiko, berkontribusi dan lebih menyenangi belajar.

Untuk menciptakan rasa saling percaya ini, kita harus memecahkan


kebekuan pada awal pembelajaran dengan cara saling mengenal antar
peserta dan menciptakan perasaan positif satu sama lain. Tehnik ini dikenal
sebagai “pemecah kebekuan” atau “Ice-breakers”.

Dua kegunaan utama Ice-breakers:

1. Untuk saling mengenal. Saling mengetahui hal-hal kecil satu sama


lainnya, perasaan positif antar sesama dan lebih siap mengambil resiko
dalam berbagi pengalaman dan pandangannya.

2. Menciptakan kesungguhan untuk berpartisipasi dalam pelatihan. Ice


Breaker ini akan mengubah perasaan dan pikiran yang pasif dan negatif
ke arah yang positif dan aktif. Bagian terberat pada banyak pelatihan
adalah bagaimana melewati kepasifan dan ketidak-tertarikan peserta. Ice

68 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Breaker ini akan membawa anda bergerak melewati kebekuan dan akan
membuat anda berinteraksi dengan lebih baik dengan peserta selama
pelatihan .

Kunci keberhasilan dalam membuat Ice breaker adalah (a) menyenangkan


(b) mereka aktif dan (c) mereka saling berbagi informasi mengenai diri
mereka.

Di bawah ini beberapa contoh mengenai pengenalan Ice Breaker:

A. Rhyming Names

Latihan kelompok – mempraktekkan Rhyming Names

Anda telah diberi kartu nama.

Pilihlah kata sifat yang dimulai dengan huruf pertama dari nama anda
yang cocok dengan sifat atau kepribadian anda – misalnya, Fantastis
Fatima, Joget Joko, Dangdut Diana

Tulislah di depan nama anda dalam kartu nama anda.

Anda akan diberi waktu 2 menit untuk berkeliling dan bertemu dengan
orang lain. Pada akhir waktu setiap orang akan menulis nama orang
lain berdasarkan yang diingat. Kita akan menggunakan nama julukan
yang dibuat di depan nama mereka selama pelatihan ini berlangsung.

69 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


B. Permainan Deteksi kebohongan

Aktivitas kelompok – praktek permainan deteksi


kebohongan

Buatlah tiga pernyataan yang cukup menarik. Dua harus benar dan
satu bohong. Misalkan

a). Saya telah berkeliling di semua provinsi di Indonesia (benar)

b). Saya punya se-ekor ayam yang bernama “George Bush” (bohong)

c). Saya pernah tinggal di Jepang selama satu tahun. (benar)

Dalam beberapa menit katakan hal ini pada 6 orang. Mereka harus
memilih mana yang bohong. Kita akan bisa menemukan siapa
sebetulnya yang pandai berbohong dan yang pandai menebak.

Menggunakan Energizer

Energizer biasanya di gunakan pada awal hari pelatihan, setelah istirahat


atau setiap saat jika diperlukan agar peserta menjadi bersemangat kembali
atau bisa juga sebagai transisi dari satu sesi ke sesi yang lain. Energizer
yang baik harus menyenangkan, kadang kadang ribut dan membuat orang
tertawa.

Idealnya energizer yang baik ada hubungannya dengan topik yang akan
dibahas. Misalnya, kompetisi desain pesawat terbang sesuai untuk
membahas topik penting kreatifitas dan praktek dalam merencanakan dan
membuat keputusan.

70 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan Energizer

Seperti yang anda perkirakan bahwa tidak semua energiser dapat dipakai
untuk semua situasi. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan adalah :

Kebutuhan peserta

Anda harus pandai pandai dalam memilih energizer mana yang cocok dan
sesuai dengan kebutuhan peserta. Beberapa energiser mungkin efektif pada
satu peserta pelatihan dan mungkin tidak pada peserta pelatihan yang lain.
Cobalah pilih energiser yang sesuai dengan aktifitas pelatihan yang akan
dilakukan.

Ukuran kelompok dan rentang waktu

Perhatikan besarnya kelompok dan waktu yang tersedia untuk melakukan


energizer. Idealnya energizer dilakukan tidak lebih dari lima menit dan
melibatkan semua peserta.

Keamanan

Beberapa energizer sangat aktif. Anda perlu mengumumkan mungkin bagi


peserta yang sedang hamil bisa tidak ikut aktifitas ini atau bagi orang yang
punya penyakit jantung.

Contoh-2 energizers

Kelas akan bermain energizer berikut ini.

71 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Gajah dan semut

Peserta diminta untuk berdiri dan membuat lingkaran penuh

Peserta diminta untuk merespon kata “Gajah” atau “semut” dengan


kata “besar” atau ”kecil”. Peserta juga diminta untuk mengekspresikan
dengan gerak bagaimana simbol besar dan simbol kecil.

Berikutnya peserta diminta untuk merespon kata ” Gajah” dengan kata


”Besar” namun dengan gerakan tubuh yang menyimbolkan sesuatu
yang ”kecil”, demikian juga dengan kata ”Semut” peserta diminta untuk
merespon dengan kata ”Kecil” namun dengan gerakan tangan
menyimbolkan sesuatu yang ”Besar”

Pelatih akan memimpin kata apa yang akan dipilih (Gajah atau Semut)
dan peserta diminta merespon dengan cepat. Bagi peserta yang salah
gerak akan ditunjuk oleh peserta yang lain karena masih dalam
lingkaran (saling mengawasi). Lakukan beberapa kali (3-5 kali) dan
anda masih menemukan bagaimana masih ada saja orang yang
melakukan kesalahan respon.

Setelah bermain energizer ini, pikirkanlah bagaimana energizer ini


dapat kita pakai dalam diskusi dan aktifitas pelatihan yang
bermanfaat?

72 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Samson dan Delilah

Dalam kisah Samson dan Delilah terdapat tiga karakter utama yaitu :
Samson, Delilah dan Singa.

1. Bagilah peserta menjadi dua kelompok dengan tehnik nominal


”satu” dan ”dua”.

2. Tempatkan kelompok satu dan kelompok dua saling berhadap-


hadapan (berbaris)

3. Mintalah mereka mengekspresikan dengan suara dan gerak untuk


masing masing karakter di atas (Samson perkasa dengan kepalan
dan suara ”hah”.., Delilah yang jelita dengan suaru ”aih” dan
gerakan yang gemulai/kemayu dan Singa dengan suara ”auman”
dan dua cakarnya)

4. Jelaskan bahwa Samson dapat mengalahkan Singa, Singa dapat


memakan Delilah, namun Delilah dapat mengalahkan Samson.

5. Mintalah pada kelompok satu dan dua untuk memikirkan karakter


apa yang akan ditampilkan secara serentak, dengan tujuan untuk
saling mengalahkan satu dan lainnya.

6. Pelatih akan menghitung (1,2,3) dan masing masing kelompok


harus mengeluarkan karakter yang dipilih.

7. Lakukan sebanyak tiga kali dan tentukan kelompok mana yang

73 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


menang

8. Setelah bermain energizer ini, pikirkanlah bagaimana energizer ini


dapat kita pakai dalam diskusi dan aktifitas pelatihan yang
bermanfaat?

Setelah peserta melakukan ice breaking, peserta diminta melakukan kegiatan


pembelajaran utama atau kegiatan inti. Karena dalam kegiatan inti ini anda
disediakan bahan bacaan utama dalam bentuk bahan ajar tertulis berbentuk
teks, maka kegiatan pembelajaran utama adalah membaca teks tersebut.
Salah satu yang disarankan digunakan dalam membaca teks tersebut adalah
model membaca teks yang disarankan oleh Francis P. Robinson, Universitas
Negeri Ohio Amerika Serikat, yaitu model belajar SQ3R. Merupakan
singkatan dari Surveying, Questioning, Reading, Reciting, dan Reviewing.

Langkah pertama, dalam melakukan aktivitas survey, adalah membantu dan


mendorong peserta diklat untuk memeriksa atau meneliti secara singkat
seluruh struktur teks. Tujuannya adalah agar peserta diklat mengetahui
struktur teks, yang meliputi judul, bagian (heading) dan judul subbagian
(subheading), istilah dan kata kunci. Dalam melakukan survey, peserta didik
dianjurkan menyiapkan pensil, kertas, dan alat pembuat ciri (berwarna
kuning, hijau, dan warna lainnya) seperti stabilo untuk menandai bagian-
bagian tertentu. Disarankan juga peserta didik menyajikan hasil survey ini
dalam bentuk peta konsep. Bagian-bagian penting dari peta konsep dapat
dijadikan bahan pertanyaan, dengan cara ditandai untuk memudahkan
proses penyusunan daftar pertanyaan pada langkah selanjutnya. Kegiatan ini
setara dengan dengan kegiatan mengamati pada pendekatan ilmiah dalam
pembelajaran

74 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Anda akan menyaksikan bahwa peta konsep memungkinkan anda mencatat
banyak sekali informasi dalam satu halaman dan memperlihatkan hubungan
antar berbagai konsep dan ide. Penggambaran secara visual membantu
anda berfikir tentang suatu subjek secara global dan memungkinkan
keluwesan (fleksibilitas) pemikiran anda. Pada sebuah peta anda secara
harfiah dapat melihat sturuktur subjek yang bersangkutan dalam cara yang
mustahil dilakukan dengan kerangka yang linear. Anda dapat melihat tema-
tema terpisah namun juga hubungan-hubungan antartema. Pencatatan
secara linear tidak dapat menjaga kita agar tetap sadar akan kompleksitas
pemikiran. Sebaliknya, pencatatan melalui peta konsep dapat melakukan hal
itu.

Berikut cara membuat peta konsep yang ditawarkan oleh Collin Rose:

- Mulai Dengan Topik Ditengah-Tengah. Awali dengan menuliskan tema


pokok ditengah-tengah halaman. Ini mendorong anda mendefinisikan
gagasan inti subjek yang tengah anda pelajari, titik awal pembelajaran
yang efektif.

Buatlah tema pokok inti ini dengan ukuran cukup kecil sehingga anda
punya cukup ruang untuk memperlihatkan dengan jelas subsubtema di
sekelilingnya.

Mereka dapat dihubungkan dengan tema pokok memakai garis, seperti


jari-jari roda.

- Gunakan Kata-Kata Kunci. Sasaran peta konsep adalah hanya


menangkap fakta-fakta penting yang ketika ditinjau ulang akan memicu
ingatan terhadap seluruh subjek pelajaran. Anda akan mendapati bahwa
ini umumnya menggunakan kata kerja dan kata benda kunci. Hal-hal

75 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


lainnya adalah informasi “yang diisikan di dalamnya” yang memasok fikiran
anda ketika ia telah “disentak” oleh peta-peta konsep.

- Buatlah cabang-cabangnya. Berpijaklah pada tema pokok anda keluar ke


semua arah. Batasilah cabang utama antara lima dan tujuah.

- Gunakan Simbol, Warna, Gambar, Dan Citra-Citra Lainnya. Kombinasi


berbagai gaya menjadikan peta konsep lebih mudah diingat. Untuk
keragaman, variasikan ukuran kata di peta tersebut. Tulis kata-kata atau
frase-frase kunci dengan huruf kapital tebal. Batasi kata-kata seminimal
mungkin. Gunakanlah symbol simbol

Yang mudah diidentifikasi, tanda kali, tanda cek, tanda seru, tanda tanya,
gambar jantung segitiga dan sebagainya.

- Buatlah Seperti Bilbor. Gunakan ruang bersih putih antarinformasi


sedemikian rupa sehingga semua kata atau gambar / citra jelas
terpampang. Buatlah ia setebal mungkin, mencengangkan, dan “mudah
diingat”. Buatlah menarik. Buatlah kata-kata yang penting lebih menonjol
daripadayang lain.

- Buatlah Berwarna Warni. Berilah penekanan pada berbagai butir atau


tema pokok dengan menggunakan warna-warna yang padu. Buat sejelas
yang anda mau.

- Praktik Menjadikan Lebih Sempurna. Jangan harap anda langsung benar


untuk pertama kali. Pada kenyataannya, alangkah lebih baik jika anda
menggambar ulang peta konsep anda. Melakukannya dua atau tiga kali
akan membantu anda mengingat detail-detailnya.

76 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


- Melakukannya Sendiri Anda tidak harus menjadi seorang seniman lukis
untuk dapat embuat peta konsep. Yang penting yaitu mengembangkan
gagasan anda sendiri. Gunakan sebanyak mungkin gambar yang dapat
anda buat. Tony Buzan misalnya, menekankan benar kebutuhan akan
penggambaran secara visual.

Tetapi sekali lagi, tidak usah membuat lukisan yang artistik, jauh lebih
bermakna jika anda mengembangkan gaya personal anda sendiri,
menciptakan peta-peta yang dapat anda pahami dan yang akan
membantu mencerap informasi ke dalam ingatan jangka panjang anda.
Coba sedikit lebih kreatif dengan setiap peta konsep baru yang anda
gambar.

- Peta Konsep Menjadi Memori Kita menggunakan istilah peta konsep untuk
menjelaskan pemakaian peta sebagai perangkat input. Kita memakai peta
memori untuk melukiskan penciptaannya dan cara menggunakannya
sebagai perangkat revisi atau ikhtisar.

- Mengapa Peta Kosep Harus Mudah Dimengerti Anda akan menghemat


waktu karena anda hanya mencatat dan selanjutnya membaca dan
meninjau, kata-kata kunci saja. Anda tidak harus menelisik bahan-bahan
yang tak diperlukan atau bahan

sampingan. Hubungan antara berbagai butir masalah juga akan lebih jelas.
Dan, sifat visual dan berisi banyak dari peta-peta membuat ia lebih mdah
diserap dan diingat oleh otak anda. Itulah sebabnya mengapa kita
mengakhiri setiap bab dengan memori ikhtisar.

- Gunakan Alat Tulis Berwarna Terang Jika buku itu milik anda sendiri,
memakai alat tulis berwarna terang akan sangat membantu. Ketika anda
melihat kembali bahan yang dimaksud pada suatu hari, atau bahkan

77 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


setahun kemudian, anda akan mengangkat dan menekankan butir-butir
penting informasi baru.

Perhatikan tekanan pada kata baru. Banyak orang menyoroti semua


gagasan penting dalam suatu paragraf. Itu kedengarannya logis, tetapi
sebenarnya tidak. Butir masalah yang penting dalam hubungannya dengan
pembelajaran adalah anda memperoleh informasi atau cara baru dalam
melihat informasi lama. Maka, untuk menekankan sesuatu yang sudah
anda ketahui yaitu dengan meningkatkan usaha anda ketika anda kembali
untuk meninjau ulang di kemudian hari. Dan peninjauan yang cepat
tentang apa yang anda telah pelajari adalah bagian penting dari
“menyimpan rapat-rapat” yang sebenarnya.

Hasilnya? Anda dapat meninjau pengetahuan anda tentang keseluruhan


isi buku kira-kira hanya dalam waktu lima belas menit.

- Duduklah Dengan Tenang Lalu Visualisasikan Kebanyakan dari kita perlu


duduk dan berfikir dengan tenang pada apa yang baru saja dilihat, dibaca
atau didengar. Tataplah ia dengan mata fikiran anda dan buatlah “film
mental” darinya. Ia mungkin hanya suatu potongan seperti pemutaran
ulang sesaat dalam suatu program olahraga. Itu membantu menyimpan
informasi dalam memori visual anda.

Para pelayan penerbang Trans World Airlines (TWA) yang mengikuti tes
keamanan penerbangan menggunakan gambar-gambar untuk
meningkatkan angka kelulusan mereka dari 70 menjadi 100% dengan
sekuens berikut ini.

1) Mereka mengelilingi pesawat terbang, dengan mencatat lokasi-lokasi


yang aman

78 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


2) Kemudian mereka mengidentifikasi lokasi-lokasi pada diagram yang
dapat mereka ingat

3) Mereka mengakurkan lokasi-lokasi itu dengan diagram induk

4) Kemudian mereka duduk, menutup mata, dan menggambarkan lokaso-


lokasi itu dalam mata fikiran mereka. Akhirnya mereka membuat
diagram lokasi sekali lagi.

Bagaimana anda dapat menambahkan citra mental setelah anda


mempelajari sesuatu?

- Gambar Saja Sering sekali strategi visual yang paling sederhana adalah
menggambarkan seuah sketsa atau merancang sebuah karta, grafik atau
diagram.

Peta konsep, hasil langkah survey, diharapkan menumbuhkan motivasi


peserta diklat untuk mempelajari bahan ajar lebih lanjut.

Keingintahuan peserta diklat dituangkan dalam kegiatan bertanya, sehingga


langkah kedua SQ3R adalah Question. Dari peta konsep yang dihasilkan,
peserta diklat diminta untuk menanyakan, atau menyusun pertanyaan-
pertanyaan yang jelas, singkat, dan relevan dengan bagian-bagian teks yang
telah ditandai pada langkah pertama. Jumlah pertanyaan tergantung pada
panjang pendeknya teks, dan kemampuan peserta dalam memahami teks
yang sedang dipelajari. Jika teks yang sedang dipelajari siswa berisi hal-hal
yang sebelumnya sudah diketahui, mungkin mereka hanya perlu membuat
beberapa pertanyaan. Sebaliknya, apabila latar belakang pengetahuan siswa
tidak berhubungan dengan isi teks, maka perlu menyusun pertanyaan
sebanyak-banyaknya. Kegiatan ini setara dengan kegiatan bertanya pada
pendekatan ilmiah dalam pembelajaran

79 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Langkah ketiga adalah membaca teks (Read). Peserta diklat diminta untuk
mencari jawaban dari pertanyaan yang mereka buat dengan cara membaca
secara aktif teks yang disediakan. Dalam hal ini membaca secara aktif juga
berarti membaca yang difokuskan pada paragraf-paragraf yang diperkirakan
mengandung jawaban-jawaban yang relevan dengan pertanyaan tadi. Jika
sebuah pertanyaan tak terjawab, peserta diklat diminta menjawab
pertanyaan berikutnya. Demikian seterusnya, hingga seluruh pertanyaan,
termasuk yang belum terjawab, dapat diselesaikan dengan baik

Langkah keempat adalah Recite (mengkutip ulang). Peserta diklat


mengemukakan jawaban-jawaban atas pertanyaan yang telah tersusun
dengan bahasa dirinya. Peserta diklat dilatih untuk tidak membuka teks
bahan ajar dalam mengutip ulang jawaban, sebaliknya mereka diminta untuk
mengutip hasil kegiatan membacanya, dengan bahasa sendiri

Langkah kelima adalah Review (mengomunikasikan setiap jawaban yang


telah di temukan), peserta diklat diminta meninjau ulang seluruh pertanyaan
dan jawaban secara singkat, langkah ini setara dengan dengan langkah
mengkomunikasikan dalam pembelajaran pendekatan ilmiah.

Hal yang perlu diketahui juga adalah bahwa bahan ajar ini bukan berupa
bahan ajar “self contained” sepenuhnya yang memberikan informasi secara
komprehensif, namun sebagaimana diamanatkan oleh permendikbud 65
tahun 2013 mengenai standar proses, ada banyak sumber belajar yang lain
yang perlu dipelajari. Untuk mempelajari lebih dalam lagi mengenai
karakteristik belajar peserta didik, anda dapat buku “Psikologi Kependidikan”
yang ditulis oleh Abin Syamsudin Makmun.

80 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


D. TUGAS

Lembar Tugas 1

Diskusikan dalam kelompok, terhadap perbedaan dan persamaan yang


ada antara teori belajar tingkahlaku/behavioristik, kognitif, humanistik, dan
sibernetik, kemudian isilah matrik berikut ini dengan diskripsi(penjelasan)
singkat

Teori Belajar

Behavi Kogniti Human Siberni


Aspek yang dibandingkan
orisme visme isme tik

Makna Belajar

Proses Belajar

Kekuatan

Kelemahan

Lembar Kerja 2

Pikirkanlah sesuatu situasi pembelajaran didalam kelas (batasi kegiatan


pembelajaran itu hanya untuk waktu sepuluh menit saja). Tuliskan situasi
tersebut dalam bentuk kasus. Kemudian analisis kasus tersebut dan
identifikasi pada bagian apa dari kasus tersebut teori-teori balajar yang

81 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


dibahas dalam bab ini mempunyai pengaruh. Tuliskan hasil kerja Anda dalam
metrik berikut ini.

Kegiatan PBM Teori belajar yang


Pendidik Pesertadidik diaplikasikan

E. RANGKUMAN

Beberapa teori belajar seperti kognitivisme, behaviorisme, humanisme dan


humanisme disajikan dalam bahan ajar ini. Namun sebagaimana teori di
bidang lain, teori belajar juga merupakan teori yang eklektif yaitu memadukan
dari banyak sumber, dalam mempelajari diharapkan peserta diklat dapat
mengkonstruk pemahaman teori belajar ini melalui naskah ini. Prinsip-prinsip
pembelajaran merupakan salah satu hasil dari mengkonstruk teori
pembelajaran yang disebutkan di atas.

Pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran yang disajikan


merupakan bentuk implementasi dari teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran. Pendekatan pembelajaran ilmiah, pembelajaran melalui
penemuan, pembelajaran berbasis produksi, dan pembelajaran berbasis
masalah diuraikan dalam bahan ajar ini sesuai dengan tuntutan kurikulum
2013. Sedangkan strategi, metode dan teknik pembelajaran disajikan dalam
rangka mengimplementasi pendekatan-pendekatan pembelajaran diatas,

82 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


KEGIATAN PEMBELAJARAN 2

PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, DAN TEKNIK PEMBELAJARAN


YANG MENDIDIK

A. TUJUAN

Secara umum setelah menyelesaikan pembelajaran ini pesertadiklat mampu


menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran
yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran yang diampu

Secara khusus setelah menyelesaikan pembelajaran ini peserta diklat


mampu

2.2.1 Menguraikan pendekatan pembelajaran ilmiah/saintifik, strategi, model


pembelajaran (inquiry/discovery), metode, dan teknik pembelajaran
berdasarkan sifat karakteristik siswa, teori belajar yang mendidik secara
kreatif dalam mata pelajaran yang diampu.

2.2.2 Menerapkan pendekatan pembelajaran ilmiah/saintifik, strategi, model


pembelajaran (inquiry/discovery, problem based learning, Project based
learning), metode, dan teknik pembelajaran berdasarkan sifat
karakteristik siswa, teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran

B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI

1. Mengidentifikasi macam dan karakteristik pendekatan, strategi,


metoda dan teknik pembelajaran
2. Menerapkan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran
3. Menerapkan strategi pembelajaran REACT

C. URAIAN MATERI

83 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Mari kita perhatikan ilustrasi berikut ini, Sekelompok wisatawan tertahan di
suatu tempat asing di luar kota. Mereka hanya menemukan bahan makanan
yang kadaluarsa. Karena lapar, mereka terpaksa menyantapnya, meskipun
sebelumnya diujicobakan dulu ke seekor anjing dan ternyata tidak terlihat
efek sampingannya. Keesokan harinya, ketika mendengar anjing itu mati,
semua orang menjadi cemas. Banyak yang mulai muntah dan banyak yang
mengeluh badannya mulai panas atau terserang diare. Seorang dokter
dipanggil untuk merawat para penderita keracunan makanan. Sang dokter
mulai mencari sebab-musebabnya dengani mencari tahu penyebab kematian
anjing tersebut. Ketika dilacak penyebab kematian anjing tersebut, ternyata
kematiannya terjadi karena tertabrak mobil.

Alisa anak Pak Hasan, berusia 4 tahun, selalu menolak bila disuruh minum
minyak ikan yang bermanfaat bagi perkembangan otak dan daya tahan
tubuhnya. Meski Bu Hasan telah membujuknya tetap saja Alisa menolak. Bu
Hasan kemudian merubah sudut pandang atau persepsi Alisa yang suka
sekali sirup.Bu Hasan memasukkan minyak ikan tersebut ke dalam sirup
kesukaan Alisa. Ternyata Alisa sangat suka dengan sirup yang sudah
dicampur dengan minyak ikan. Dalam pandangan Alisa, yang ia minum
adalah sirup, bukan minyak ikan.

Sebuah penelitian dilakukan terhadap pasien penderita asma di Pusat Medis


Downstate di Brooklyn. Para pasien diminta minum zat tidak berlabel. Setelah
minum mereka diberitahu bahwa zat tersebut, dapat memperberat gejala
asma mereka. Apa yang terjadi? Banyak di antara mereka yang minum zat
tersebut mendapat serangan asma berat. Mereka mulai tersengal-sengal,
sulit bernapas, dan megap-megap tanpa kendali. Yang lebih menarik lagi
adalah ketika mereka kemudian diminta untuk minum larutan zat penawar
dan dikatakan bahwa ketika mereka menghirupnya, gejala asma mereka

84 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


akan mereda. Dan benar sekali. Mereka yang tadinya mendapat serangan
asma, setelah minum zat penawar tersebut, serangan asma yang terjadi
segera berhenti. Dan yang sangat menarik disini adalah: zat penawar yang
mereka minum tadi adalah larutan garam yang sama dengan larutan garam
yang diminum tadi.

Tiga ilustrasi diatas memberikan gambaran kepada kita bahwa orang


merespon sesuatu, didasarkan kepada persepsi masing-masing, yang salah
satu cirinya seperti diilustrasikan dalam tiga cerita diatas. Respon seseorang
didasarkan kepada persepsi masing-masing orang seperti diatas, sehingga
bersifat sangat subjektif, Sebaliknya dalam kaedah ilmiah objek harus
dipandang seperti objek itu sendiri, lepas dari kacamata subjek pengamat,
karena itu, dalam melihat suatu objek diperlukan kerangka pikir atau cara
pandang yang sama. Kerangka pikir atau cara pandang yang sama tersebut,
disebut dengan pendekatan.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut


pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari strategi, dan
metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dalam kajian ini
pendekatan pembelajaran yang akan dibahas mencakup pendekatan ilmiah
dalam pembelajaran dan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (project based learning). Sedangkan pendekatan
pembelajaran yang lain dapat dipelajari pada naskah-naskah lain mengenai
pembelajaran.

Strategi (strategy) adalah ilmu dan kiat dalam memanfaatkan segala sumber
yang dimiliki dan/atau yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. T Raka Joni (1991). Cakupan strategi cukup luas, seperti

85 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


yang dijelaskan oleh Oliva (1988, hal 464) bahwa strategi pembelajaran
adalah metoda, prosedur, teknik, langkah-langkah yang dipergunakan guru
dalam melaksanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan. Untuk memilih
strategi, perlu melihat sumber-sumber strategi yang meliputi tujuan, bahan,
siswa, masyarakat dan guru sendiri.

Metode (method) adalah cara yang umum untuk menyampaikan materi


pelajaran kepada peserta didik atau mempraktekkan teori yang telah
dipelajari dalam rangka mencapai tujuan belajar (Fred Percival dan Henry
Ellington, 1984). Metode juga diartikan sebagai cara yang berisi prosedur
baku yang digunakan untuk menyajikan materi pembelajaran kepada peserta
didik. Dengan demikian, metode merupakan suatu komponen pembelajaran
yang sangat menentukan terciptanya kondisi pembelajaran yang kondusif
dan menyenangkan, sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung secara
efektif dan efisien.

Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan bekal kepada pembaca agar


menguasai kompetensi sebagaimana diamanatkan oleh standar kompetensi
guru permendiknas 16 th 2007 yaitu kompetensi 2,2 “Menerapkan berbagai
pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara
kreatif dalam mata pelajaran yang diampu”. Isi dari tulisan ini dapat
digambarkan dalam peta konsep berikut.

86 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Materi pelatihan ini membahas tentang konsep, pendekatan, strategi, dan
metode dalam pembelajaran serta aplikasinya dalam kegiatan pembelajaran
di sekolah.

1. Pendekatan Pembelajaran

Beberapa jenis pendekatan pembelajaran yang dikembangkan oleh ahli-ahli


pendidikan, diantaranya: Pembelajaran Individu (Individual Learning), Student
Active Learning (SAL), Contextual learning, Mastery learning, Learning by
doing dan lain-lain. Dalam tulisan ini beberapa pendekatan pembelajaran
yang akan ditulis adalah pendekatan pembelajaran sebagaimana
diamanatkan oleh peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan.

Dalam salah satu alineanya di bab 2, lampiran peraturan menteri pendidikan


dan kebudayaan republik indonesia nomor 65 tahun 2013 tentang standar
proses pendidikan dasar dan menengah, disebutkan bahwa untuk
memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik
antarmata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu
diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan /penelitian

87 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


(discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik
dalam menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok
maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang
menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).

a. Pendekatan Ilmiah dalam pembelajaran

Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Dalam


pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan
lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive reasoning) ketimbang
penalaran deduktif (deductive reasoning). Penalaran deduktif melihat
fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik.
Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik
untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran
induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih
luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian
spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum.

Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau


beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau
mengoreksi dan memadukan
pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat
disebut ilmiah, metode pencarian
(method of inquiry) harus berbasis pada
bukti-bukti dari objek yang dapat
diobservasi, empiris, dan terukur dengan
prinsip-prinsip penalaran yang
spesifik.Karena itu, metode ilmiah

88 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui
observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis,
kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.

Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya


dibandingkan dengan pembelajaran tradidional. Hasil penelitian membuktikan
bahwa pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10
persen setelah 15 menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25
persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi
dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan
pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen.

Proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah harus dipandu dengan


kaidah-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan
dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan
tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus
dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah.
Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini.

 Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena


yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan
sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

 Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-


peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran
subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

 Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis,


analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan
masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.

89 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


 Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir
hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu
dengan yang lain dari substansi atau materi pembelajaran.

 Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami,


menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan
objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.

 Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang


dapatdipertanggung-jawabkan.

 Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan


menarik sistem penyajiannya.

Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran semua mata


pelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya,
Mencoba, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau
informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian
menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi
tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat
diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses
pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan
menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan ilmiah
pembelajaran disajikan berikut ini.

90 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


1. Mengamati

Mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pem belajaran


(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti
menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan
tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati
dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan
yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak
terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran. Objek
yang diamati adalah materi-materi yang bersifat fakta. Guru merancang
objek yang diamati agar fakta-fakta yang diamati tersebut memancing
rasa ingin tahu peserta didik untuk lebih mendalaminya.

2. Menanya

Objek hasil
pengamatan
diharapkan mampu
memotivasi peserta
didik untuk
mendalaminya.
Keinginan untuk lebih
mendalami fakta-fakta
tersebut dinyatakan
dalam bentuk rasa penasaran dengan mengajukan pertanyaan, mengapa
fakta yang diamati seperti itu. Guru harus dapat mengarahkan kegiatan
pembelajaran mengamati sehingga objek yang diamati menimbulkan
keinginan peserta didik untuk lebih mendalaminya.

91 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Menanya dapat ditujukan untuk menggali informasi lebih mendalam
mengenai suatu fakta, atau dapat mencari hubungan antar fakta. Dari
fakta-fakta yang diamati ini peserta didik dapat mengembangkan konsep.

3. Menalar

Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata
empiris yang diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa
pengetahuan. Salah satu cara penalaran adalah dengan mencari
hubungan antar fakta. Satu fakta mungkin berhubungan dengan fakta lain.
Hubungan antar fakta ini harus dapat diterangkan secara ilmiah. Upaya
menghubungkan fakta dengan fakta lainnya harus dapat diterangkan
dengan akal sehat untuk menghindari hubungan yang mengada-ada
(takhayul).

Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan


merupakan terjemanan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna
menalar atau penalaran. Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam
konteks pembelajaran pada dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk
pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi
dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan
beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian
memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer
peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam
referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah
tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman
sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi
atau menalar. Dari persepektif psikologi, asosiasi merujuk pada koneksi
antara entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari kesamaan antara
pikiran atau kedekatan dalam ruang dan waktu.

92 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Steve Job pendiri dan CEO Apple Inc mengatakan bahwa “Creativity is
connecting things.”—Steve Jobs, founder and CEO,Apple Inc.
Kreativitas adalah mengkaitkan kejadian satu dengan lainnya.

4. Mencoba

Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus
mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi
yang sesuai. Pada mata pelajaran IPA, misalnya,peserta didik harus
memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan
pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode
ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya sehari-hari.

Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk


mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan,
dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1)
menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut
tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan
yang tersedia dan harus disediakan; (3)mempelajari dasar teoritis yang
relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4) melakukan dan
mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis,
dan menyajikan data;(6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan
(7)membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.

Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka: (1) Guru


hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan murid
(2) Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan
(3) Perlu memperhitungkan tempat dan waktu (4) Guru menyediakan kertas

93 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


kerja untuk pengarahan kegiatan murid (5) Guru membicarakan masalah
yanga akan yang akan dijadikan eksperimen (6) Membagi kertas kerja
kepada murid (7) Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru,
dan (8) Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila
dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.

5. Membentuk Jejaring

Membentuk jejaring dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan


berkomunikasi untuk saling bertukar pengalaman, sehingga terjadi
pembelajaran kolaboratif. Kekuatan jejaring dalam menstimulasi penemuan-
penemuan baru terukir dalam sejarah di Florence yang menjadi titik awal
renaissance. Kejadian ini disebut sebagai efek “Medici”, diambil dari nama
sebuah keluarga yang anggotanya banyak menjadi ahli di banyak bidang
seperti arsitek, saintis dan pelukis. Pertemuan tersebut mengilhami para
peserta dalam menghasilkan temuan baru. Sebagaimana bertahun-tahun
berikutnya disampaikan oleh Albert Einstein “What a person does on his
own, without being stimulated by the thoughts and experiences o f others, is
even in the best of cases rather paltry and monotonous. —Albert Einstein.

Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kolaboratif? Pembelajaran


kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar teknik
pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya merupakan
filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai
kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan
disengaja rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai
tujuan bersama.

94 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru, fungsi guru lebih bersifat
suportif atau pendukung proses belajar, peserta didiklah yang harus lebih
aktif. Dalam situasi kolaboratif, peserta didik berinteraksi dengan empati,
saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-
masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga
memungkinkan peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tuntutan
belajar secara bersama-sama.

b. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based


Learning=Pjbl)

Pendekatan pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning=PjBL)


adalah pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media.
Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan
informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.

Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan pendekatan belajar yang


menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam
beraktifitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk
digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik
dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Melalui PjBL, proses
inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding
question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif
yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pada
saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat
berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin
yang sedang dikajinya. PjBL merupakan investigasi mendalam tentang
sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha
peserta didik.

95 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang
berbeda, maka Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan
kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan
menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan
eksperimen secara kolaboratif. Pembelajaran Berbasis Proyekmerupakan
investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan
berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.

Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dikatakan sebagai operasionalisasi


konsep “Pendidikan Berbasis Produksi” yang dikembangkan di Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK). SMK sebagai institusi yang berfungsi untuk
menyiapkan lulusan untuk bekerja di dunia usaha dan industri harus dapat
membekali peserta didiknya dengan “kompetensi terstandar” yang
dibutuhkan untuk bekerja dibidang masing-masing. Dengan pembelajaran
“berbasis produksi” peserta didik di SMK diperkenalkan dengan suasana
dan makna kerja yang sesungguhnya di dunia kerja. Dengan demikian
strategi pembelajaran yang cocok untuk SMK adalah pembelajaran berbasis
proyek.

Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki karakteristik sebagai berikut:

a) peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja,

b) adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada


peserta didik,

c) peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas


permasalahan atau tantangan yang diajukan,

96 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


d) peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk
mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan
permasalahan,

e) proses evaluasi dijalankan secara kontinyu,

f) peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang


sudah dijalankan,

g) produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif,

h) situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan


perubahan

Peran instruktur atau guru dalam Pembelajaran Berbasis Proyek


sebaiknya sebagai fasilitator, pelatih, penasehat dan perantara untuk
mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi
dan inovasi dari siswa.

Beberapa hambatan dalam implementasi metode Pembelajaran


Berbasis Proyek antara lain:

a) Pembelajaran Berbasis Proyek memerlukan banyak waktu yang harus


disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek.

b) Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan, karena


menambah biaya untuk memasuki system baru.

c) Banyak instruktur merasa nyaman dengan kelas tradisional, dimana


instruktur memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu
transisi yang sulit, terutama bagi instruktur yang kurang atau tidak
menguasai teknologi.

97 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


d) Banyaknya peralatan yang harus disediakan, sehingga kebutuhan
listrik bertambah.

Kelebihan dan kekurangan pada penerapan Pembelajaran Berbasis


Proyek dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek:

a. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar,


mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan
penting, dan mereka perlu untuk dihargai.

b. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

c. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil


memecahkan problem-problem yang kompleks.

d. Meningkatkan kolaborasi.

e. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan


mempraktikkan keterampilan komunikasi.

f. Meningkatkan keterampilan peserta didikdalam mengelola sumber.

g. Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan


praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu
dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk
menyelesaikan tugas.

h. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik


secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia
nyata.

98 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


i. Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi
dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian
diimplementasikan dengan dunia nyata.

j. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga


peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

2. Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek:

a. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.

b. Membutuhkan biaya yang cukup banyak

c. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional,


di mana instruktur memegang peran utama di kelas.

d. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.

e. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan


pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.

f. Ada kemungkinan peserta didikyang kurang aktif dalam kerja


kelompok.

g. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok


berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik
secara keseluruhan

Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek di atas


seorang pendidik harus dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi
peserta didik dalam menghadapi masalah, membatasi waktu peserta didik
dalam menyelesaikan proyek, meminimalis dan menyediakan peralatan
yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar, memilih lokasi

99 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


penelitian yang mudah dijangkau sehingga tidak membutuhkan banyak
waktu dan biaya, menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan sehingga instruktur dan peserta didik merasa nyaman
dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran Berbasis Proyek ini juga menuntut siswa untuk


mengembangkan keterampilan seperti kolaborasi dan refleksi. Menurut
studi penelitian, Pembelajaran Berbasis Proyek membantu siswa untuk
meningkatkan keterampilan sosial mereka, sering menyebabkan absensi
berkurang dan lebih sedikit masalah disiplin di kelas. Siswa juga menjadi
lebih percaya diri berbicara dengan kelompok orang, termasuk orang
dewasa. Pelajaran berbasis proyek juga meningkatkan antusiasme untuk
belajar. Ketika anak-anak bersemangat dan antusias tentang apa yang
mereka pelajari, mereka sering mendapatkan lebih banyak terlibat dalam
subjek dan kemudian memperluas minat mereka untuk mata pelajaran
lainnya. Antusias peserta didik cenderung untuk mempertahankan apa
yang mereka pelajari, bukan melupakannya secepat mereka telah lulus
tes.

Langkah-Langkah Operasional

Langkah langkah pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek dapat


dijelaskan dengan diagram sebagai berikut.

100 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


1 2
3
PENENTUAN PERTANYAAN MENYUSUN PERECANAAN
MENYUSUN JADUAL
MENDASAR PROYEK

6 5 4
EVALUASI PENGALAMAN MENGUJI HASIL MONITORING

Diagram 1. Langkah langkah Pelaksanaan Pembelajaran


Berbasis Proyek

Penjelasan langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai


berikut.

1. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question)

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan


yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan
suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia
nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Pengajar
berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para peserta didik.

2. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan


peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan
merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang
aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam
menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan

101 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan
yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

3. Menyusun Jadwal (Create a Schedule)

Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal


aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara
lain: (1) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat
deadline penyelesaian proyek, (3) membawa peserta didik agar
merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika
mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan
(5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan)
tentang pemilihan suatu cara.

4. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students


and the Progress of the Project)

Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap


aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring
dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap roses.
Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas
peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah
rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.

5. Menguji Hasil (Assess the Outcome)

Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur


ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan
masing- masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat
pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar
dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

102 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


6. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)

Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik


melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah
dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun
kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk
mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama
menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan
diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses
pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru
(new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada
tahap pertama pembelajaran.

Peran guru dan peserta didik dalam pelaksanaan Pembelajaran Berbasis


Proyek sebagai berikut.

1. Peran Guru

a. Merencanakan dan mendesain pembelajaran

b. Membuat strategi pembelajaran

c. Membayangkan interaksi yang akan terjadi antara guru dan siswa

d. Mencari keunikan siswa

e. Menilai siswa dengan cara transparan dan berbagai macam


penilaian

f. Membuat portofolio pekerjaan siswa

103 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


2. Peran Peserta Didik

a. Menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir

b. Melakukan riset sederhana

c. Mempelajari ide dan konsep baru

d. Belajar mengatur waktu dengan baik

e. Melakukan kegiatan belajar sendiri/kelompok

f. Mengaplikasikan hasil belajar lewat tindakan

g. Melakukan interaksi sosial (wawancara, survey, observasi, dll).

Sistem Penilaian

Penilaian pembelajaran dengan metoda Pembelajaran Berbasis Proyek


harus diakukan secara menyeluruh terhadap sikap, pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa dalam melaksanakan pembelajaran
berbasis proyek. Penilaian Pembelajaran Berbasis Proyek dapat
menggunakan teknik penilaian yang dikembangkan oleh Pusat Penilaian
Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu penilaian
proyek atau penilaian produk. Penilaian tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut.

1. Penilaian Proyek

a. Pengertian

Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu


tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas
tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan,

104 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian
data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui
pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan
penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik
pada mata pelajaran tertentu secara jelas.

Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu


dipertimbangkan yaitu:

1) Kemampuan pengelolaan

Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari


informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta
penulisan laporan.

2) Relevansi

Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan


mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan
keterampilan dalam pembelajaran.

3) Keaslian

Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil


karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa
petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.

b. Teknik Penilaian Proyek

Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses


pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu
menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti

105 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan
penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian
juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian
dapat menggunakan alat/ instrumen penilaian berupa daftar cek
ataupun skala penilaian.

Contoh Teknik Penilaian Proyek

Mata Pelajaran :
Nama Proyek :
Alokasi Waktu :
Guru Pembimbing :

Nama :
NIS :
Kelas :

No. ASPEK SKOR (1 - 5)


1 PERENCANAAN :
a. Persiapan
b. Rumusan Judul
2 PELAKSANAAN :
a. Sistematika Penulisan
b. Keakuratan Sumber Data / Informasi
c. Kuantitas Sumber Data
d. Analisis Data
e. Penarikan Kesimpulan
3 LAPORAN PROYEK :
a. Performans
b. Presentasi / Penguasaan
TOTAL SKOR

Penilaian Proyek dilakukan mulai dari perencanaan , proses


pengerjaan sampai dengan akhir proyek. Untuk itu perlu
memperhatikan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai.

106 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Pelaksanaan penilaian dapat juga menggunakan rating scale dan
checklist.

2. Penilaian Produk

a. Pengertian

Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan


kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian
kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan
seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan,
gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan
logam. Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap
tahap perlu diadakan penilaian yaitu:

1) Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik


dan merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan,
dan mendesain produk.

2) Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian


kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan
bahan, alat, dan teknik.

3) Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk


yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.

b. Teknik Penilaian Produk

Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.

1) Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari


produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal.

107 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


2) Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya
dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua
tahap proses pengembangan.

Contoh Penilaian Produk


Mata Ajar :
Nama Proyek :
Alokasi Waktu :
Nama Peserta didik :
Kelas/SMT :

No. Tahapan Skor ( 1 – 5


)*
1 Tahap Perencanaan Bahan
2 Tahap Proses Pembuatan :
a. Persiapan alat dan bahan
b. Teknik Pengolahan
c. K3 (Keselamatan kerja,
keamanan dan kebersihan)
3 Tahap Akhir (Hasil Produk)
a. Bentuk fisik
b. Inovasi
TOTAL SKOR

Catatan :
*) Skor diberikan dengan rentang skor 1 sampai dengan 5,
dengan ketentuan semakin lengkap jawaban dan ketepatan
dalam proses pembuatan maka semakin tinggi nilainya.

108 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


c. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Problem Based Learning (PBL) adalah pendekatan dalam penyusunan


kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang
masalah-masalah yang menuntut peserta didik mendapat pengetahuan
penting, yang membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan
memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam
tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk
memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran berbasis masalah merupakan


sebuah pendekatan pembelajaran yang
menyajikan masalah kontekstual sehingga
merangsang peserta didik untuk belajar.
Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran
berbasis masalah, peserta didik bekerja
dalam tim untuk memecahkan masalah dunia
nyata (real world)

Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran


yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja
secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata.
Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada
rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan
kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi
yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan..

pembelajaran berbasis masalah dilakukan dengan adanya pemberian


rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan

109 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


masalah oleh peserta didik yang diharapkan dapat menambah keterampilan
peserta didik dalam pencapaian materi pembelajaran.

Ada lima strategi dalam menggunakan pembelajaran berbasis masalah (PBL)


yaitu:

1) Permasalahan sebagai kajian.


2) Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman
3) Permasalahan sebagai contoh
4) Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses
5) Permasalahan sebagai stimulus aktivitas otentik

Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis


masalah dapat digambarkan sebagai berikut:

Peserta didik Masalah sebagai


Guru sebagai pelatih sebagai problem awal tantangan dan
solver motivasi
o peserta yang o menarik untuk
o Asking about thinking
aktif dipecahkan
(bertanya tentang pemikiran)
o terlibat o menyediakan
o memonitor pembelajaran
o probbing ( menantang langsung kebutuhan yang
peserta didik untuk berfikir ) dalam ada hubungannya
o menjaga agar peserta didik pembelajaran dengan pelajaran
o membangun yang dipelajari
terlibat
o mengatur dinamika kelompok pembelajaran
o menjaga berlangsungnya
proses

Tujuan dan hasil dari model pembelajaran berbasis masalah ini adalah:

1) Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah

Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan untuk mengembangkan


keterampilan berpikir tingkat tinggi.

110 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


2) Pemodelan peranan orang dewasa.

Bentuk pembelajaran berbasis masalah penting menjembatani gap


antara pembelajaran sekolah formal dengan aktivitas mental yang
lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah. Aktivitas-aktivitas mental di
luar sekolah yang dapat dikembangkan adalah :

 PBL mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas.


 PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong
pengamatan dan dialog dengan yang lain sehingga peserta didik
secara bertahap dapat memi peran yang diamati tersebut.
 PBL melibatkan peserta didik dalam penyelidikan pilihan sendiri,
yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan
menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun femannya
tentang fenomena itu.
3) Belajar Pengarahan Sendiri (self directed learning)

Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada peserta didik. Peserta


didik harus dapat menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan
dari mana informasi harus diperoleh, di bawah bimbingan guru.

Pendekatan PBL mengacu pada hal-hal sebagai berikut :

a. Kurikulum : PBL tidak seperti pada kurikulum tradisional, karena


memerlukan suatu strategi sasaran di mana proyek sebagai pusat.

b. Responsibility : PBL menekankan responsibility dan answerability para


peserta didik ke diri dan panutannya.

111 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


c. Realisme : kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang
serupa dengan situasi yang sebenarnya. Aktifitas ini mengintegrasikan
tugas otentik dan menghasilkan sikap profesional.

d. Active-learning : menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan


dan keinginan peserta didik untuk menemukan jawaban yang relevan,
sehingga dengan demikian telah terjadi proses pembelajaran yang
mandiri.

e. Umpan Balik : diskusi, presentasi, dan evaluasi terhadap para peserta


didik menghasilkan umpan balik yang berharga. Ini mendorong kearah
pembelajaran berdasarkan pengalaman.

f. Keterampilan Umum : PBL dikembangkan tidak hanya pada


ketrampilan pokok dan pengetahuan saja, tetapi juga mempunyai
pengaruh besar pada keterampilan yang mendasar seperti
pemecahan masalah, kerja kelompok, dan self-management.

g. Driving Questions :PBL difokuskan pada pertanyaan atau


permasalahan yang memicu peserta didik untuk berbuat
menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip dan ilmu
pengetahuan yang sesuai.

h. Constructive Investigations :sebagai titik pusat, proyek harus


disesuaikan dengan pengetahuan para peserta didik.

i. Autonomy :proyek menjadikan aktifitas peserta didik sangat penting.

112 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Fakta Empirik Keberhasilan Pendekatan dalam Proses dan Hasil
Pembelajaran

Kelebihan menggunakan PBL, antara lain;

(1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta


didik/mahapeserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah
maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau
berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat
semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta
didik/mahapeserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep
diterapkan;

(2) Dalam situasi PBL, peserta didik/mahapeserta didik mengintegrasikan


pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan
mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan; dan

(3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan


inisiatif peserta didik/mahapeserta didik dalam bekerja, motivasi
internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan
interpersonal dalam bekerja kelompok.

Pendekatan ini memiliki kecocokan terhadap konsep inovasi pendidikan


bidang keteknikan, terutama dalam hal sebagai berikut :

1. peserta didik memperoleh pengetahuan dasar (basic sciences)yang


berguna untuk memecahkan masalah bidang keteknikan yang
dijumpainya,

113 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


2. peserta didik belajar secara aktif dan mandiri dengan sajian materi
terintegrasi dan relevan dengan kenyataan sebenarnya, yang sering
disebut student-centered,

3. peserta didik mampu berpikir kritis, dan mengembangkan inisiatif.

Langkah-langkah Operasional Imlementasi dalam Proses


Pembelajaran

Pembelajaran suatu materi pelajaran dengan menggunakan PBL sebagai


basis model dilaksanakan dengan cara mengikuti lima langkah PBL
dengan bobot atau kedalaman setiap langkahnya disesuaikan dengan
mata pelajaran yang bersangkutan.

1. Konsep Dasar (Basic Concept)

Jika dipandang perlu, fasilitator dapat memberikan konsep dasar,


petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam
pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih
cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’
yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran. Lebih jauh, hal ini
diperlukan untuk memastikan peserta didik memperoleh kunci utama
materi pembelajaran, sehingga tidak ada kemungkinan terlewatkan
oleh peserta didik seperti yang dapat terjadi jika peserta didik
mempelajari secara mandiri. Konsep yang diberikan tidak perlu detail,
diutamakan dalam bentuk garis besar saja, sehingga peserta didik
dapat mengembangkannya secara mandiri secara mendalam.

114 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


2. Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)

Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau


permasalahan dan dalam kelompoknya, peserta didik melakukan
berbagai kegiatan. Pertama, brainstorming yang dilaksanakan dengan
cara semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan
tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan
muncul berbagai macam alternatif pendapat. Setiap anggota kelompok
memiliki hak yang sama dalam memberikan dan menyampaikan ide
dalam diskusi serta mendokumentasikan secara tertulis pendapat
masing-masing dalam kertas kerja.

Selain itu, setiap kelompok harus mencari istilah yang kurang dikenal
dalam skenario tersebut dan berusaha mendiskusikan maksud dan
artinya. Jika ada peserta didik yang mengetahui artinya, segera
menjelaskan kepada teman yang lain. Jika ada bagian yang belum
dapat dipecahkan dalam kelompok tersebut, ditulis dalam
permasalahan kelompok. Selanjutnya, jika ada bagian yang belum
dapat dipecahkan dalam kelompok tersebut, ditulis sebagai isu dalam
permasalahan kelompok.

Kedua, melakukan seleksi alternatif untuk memilih pendapat yang


lebih fokus. Ketiga, menentukan permasalahan dan melakukan
pembagian tugas dalam kelompok untuk mencari referensi
penyelesaian dari isu permasalahan yang didapat. Fasilitator
memvalidasi pilihan-pilihan yang diambil peserta didik. Jika tujuan
yang diinginkan oleh fasilitator belum disinggung oleh peserta didik,
fasilitator mengusulkannya dengan memberikan alasannya. Pada akhir
langkah peserta didik diharapkan memiliki gambaran yang jelas
tentang apa saja yang mereka ketahui, apa saja yang mereka tidak

115 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


ketahui, dan pengetahuan apa saja yang diperlukan untuk
menjembataninya. Untuk memastikan setiap peserta didik mengikuti
langkah ini, maka pendefinisian masalah dilakukan dengan mengikuti
petunjuk.

3. Pembelajaran Mandiri (Self Learning)

Setelah mengetahui tugasnya, masing-masing peserta didik mencari


berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang
diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel
tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan
pakar dalam bidang yang relevan. Tahap investigasi memiliki dua
tujuan utama, yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi dan
mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan
yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan
dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi
tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.

Di luar pertemuan dengan fasilitator, peserta didik bebas untuk


mengadakan pertemuan dan melakukan berbagai kegiatan. Dalam
pertemuan tersebut peserta didik akan saling bertukar informasi yang
telah dikumpulkannya dan pengetahuan yang telah mereka bangun.
Peserta didik juga harus mengorganisasi informasi yang didiskusikan,
sehingga anggota kelompok lain dapat memahami relevansi terhadap
permasalahan yang dihadapi.

4. Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)

Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi


dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan
berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk

116 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan
kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara
peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.

Tiap kelompok menentukan ketua diskusi dan tiap peserta didik


menyampaikan hasil pembelajaran mandiri dengan cara
mengintegrasikan hasil pembelajaran mandiri untuk mendapatkan
kesimpulan kelompok. Langkah selanjutnya presentasi hasil dalam
pleno (kelas besar) dengan mengakomodasi masukan dari pleno,
menentukan kesimpulan akhir, dan dokumentasi akhir. Untuk
memastikan setiap peserta didik mengikuti langkah ini maka dilakukan
dengan mengikuti petunjuk.

5. Penilaian (Assessment)

Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan


(knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap
penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan
pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS),
ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.
Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat
bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan
perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap
dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan
partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan
kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek
tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.

117 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Contoh Penerapan

Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik


terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih
dahulu. Kemudian peserta didik diminta mencatat masalah-masalah yang
muncul. Setelah itu tugas guru adalah meransang peserta didik untuk
berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah
mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan
mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka.

Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman


belajar. Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai
konteks lingkungan peserta didik, antara lain di sekolah, keluarga dan
masyarakat. Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan
kesempatan bagi peserta didik untuk belajar diluar kelas. Peserta didik
diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang
sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang
harus dilakukan peserta didik dalam rangka mencapai penguasaan
standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran.

Tahapan-Tahapan PBL

FASE-FASE PERILAKU GURU

Fase 1  Menjelaskan tujuan pembelajaran,


menjelaskan logistik yg dibutuhkan
Orientasi peserta didik kepada
 Memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif
masalah
dalam pemecahan masalah yang dipilih

118 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


FASE-FASE PERILAKU GURU

Fase 2 Membantu peserta didik mendefinisikan


danmengorganisasikan tugas belajar yang
Mengorganisasikan peserta
berhubungan dengan masalah tersebut
didik

Fase 3 Mendorong peserta didik untuk


mengumpulkan informasi yang sesuai,
Membimbing penyelidikan
melaksanakan eksperimen untuk
individu dan kelompok
mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah

Fase 4 Membantu peserta didik dalam


merencanakan dan menyiapkan karya yang
Mengembangkan dan
sesuai seperti laporan, model dan berbagi
menyajikan hasil karya
tugas dengan teman

Fase 5 Mengevaluasi hasil belajar tentang materi


yang telah dipelajari /meminta kelompok
Menganalisa dan
presentasi hasil kerja
mengevaluasi proses
pemecahan masalah

119 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Fase 1: Mengorientasikan peserta didik pada masalah

Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan


aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL, tahapan ini
sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus
dilakukan oleh peserta didik dan juga oleh guru. serta dijelaskan bagaimana
guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk
memberikan motivasi agar peserta didik dapat mengerti dalam pembelajaran
yang akan dilakukan. Ada empat hal yang perlu dilakukan dalam proses ini,
yaitu:

1. Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar


informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-
masalah penting dan bagaimana menjadi peserta didik yang mandiri,

2. Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai


jawaban mutlak “benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks
mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan,

3. Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), peserta didik


didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan
bertindak sebagai pembimbing yang siap membantu, namun peserta didik
harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya, dan

4. Selama tahap analisis dan penjelasan, peserta didik akan didorong


untuk menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan. Tidak
ada ide yang akan ditertawakan oleh guru atau teman sekelas. Semua
peserta didik diberi peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan
menyampaikan ide-ide mereka.

120 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Fase 2: Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar

Disamping mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah,


pembelajaran PBL juga mendorong peserta didik belajar
berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan
kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu, guru dapat
memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-
kelompok peserta didik dimana masing-masing kelompok akan
memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip
pengelompokan peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dapat
digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus heterogen,
pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif,
adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting
memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk
menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran.

Setelah peserta didik diorientasikan pada suatu masalah dan telah


membentuk kelompok belajar selanjutnya guru dan peserta didik
menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas
penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap
ini adalah mengupayakan agar semua peserta didik aktif terlibat
dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan
ini dapat menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan
tersebut.

Fase 3: Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok

Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi


permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda,
namun pada umumnya tentu melibatkan karakter yang identik,

121 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan
penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan
eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap
ini, guru harus mendorong peserta didik untuk mengumpulkan data
dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai
mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan.
Tujuannya adalah agar peserta didik mengumpulkan cukup
informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.
Guru membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan ia seharusnya
mengajukan pertanyaan pada peserta didik untuk berifikir tentang
masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada
pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.

Setelah peserta didik mengumpulkan cukup data dan memberikan


permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya
mereka mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis,
penjelesan, dan pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini,
guru mendorong peserta didik untuk menyampikan semua ide-
idenya dan menerima secara penuh ide tersebut. Guru juga harus
mengajukan pertanyaan yang membuat peserta didik berfikir
tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta
tentang kualitas informasi yang dikumpulkan.

Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan artifak (hasil karya) dan


mempamerkannya

Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya)


dan pameran. Artifak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun
bisa suatu video tape (menunjukkan situasi masalah dan

122 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari
situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan
sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artifak sangat
dipengaruhi tingkat berfikir peserta didik. Langkah selanjutnya
adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai
organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini
melibatkan peserta didik-peserta didik lainnya, guru-guru, orang
tua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan
umpan balik.

Fase 5: Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah

Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan
untuk membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi
proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan
intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta
peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang
telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya

Sistem Penilaian

Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan


(knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap
penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran
yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester
(UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan
dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software,
hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan
penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu
keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam

123 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga
aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.

Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic


assesment. Penilaian dapat dilakukan dengan portfolio yang merupakan
kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan peserta didik yang
dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentu
dalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dalam
pendekatan PBL dilakukan dengan cara evaluasi diri (self-assessment)
dan peer-assessment.

1. Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri


terhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk
pada tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh pebelajar itu sendiri
dalam belajar.
2. Peer-assessment. Penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk
memberikan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-
tugas yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh teman dalam
kelompoknya.

Penilaian yang relevan dalam PBL antara lain sebagai berikut:

1. Penilaian kinerja peserta didik.

Pada penilaian kinerja ini, peserta didik diminta untuk unjuk kerja atau
mendemonstrasikan kemampuan melakukan tugas-tugas tertentu,
seperti menulis karangan, melakukan suatu eksperimen,
menginterpretasikan jawaban pada suatu masalah, memainkan suatu
lagu, atau melukis suatu gambar.

124 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


2. Penilaian portofolio peserta didik.

Penilaian portofolio adalah penilaian berkelanjutan yang didasarkan


pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan
kemampuan peserta didik dalam suatu periode tertentu. Informasi
perkembangan peserta didik dapat berupa hasil karya terbaik peserta
didik selama proses belajar, pekerjaan hasil tes, piagam penghargaan,
atau bentuk informasi lain yang terkait kompetensi tertentu dalam
suatu mata pelajaran. Dari informasi perkembangan itu peserta didik
dan guru dapat menilai kemajuan belajar yang dicapai dan peserta
didik terus berusaha memperbaiki diri. Penilain dengan portofolio
dapat dipakai untuk penilaian pembelajaran yang dilakukan secara
kolaboratif. Penilaian kolaboratif dalam PBL dilakukan dengan cara
evaluasi diri (self assesment) dan peer assesment. Self assessment
adalah penilaian yang dilakukan oleh peserta didik itu sendiri terhadap
usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan
yang ingin dicapai oleh peserta didik itu sendiri dalam belajar. Peer
assessment adalah penilian dimana peserta didik berdiskusi untuk
memberikan penilaian upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang
diselesaikan sendiri maupun teman dalam kelompoknya.

3. Penilaian potensi belajar.

Penilaian yang diarahkan untuk mengukur potensi belajar peserta didik


yaitu mengukur kemampuan yang dapat ditingkatkan dengan bantuan
guru atau teman-temannya yang lebih maju. PBL yang memberi tugas-
tugas pemecahan masalah memungkinkan peserta didik untuk
mengembangkan dan mengenali potensi kesiapan belajarnya.

125 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


4. Penilaian usaha kelompok.

Menilai usaha kelompok seperti yang dlakukan pada pembelajaran


kooperatif dapat dilakukan pada PBL. Penilaian usaha kelompok
mengurangi kompetisi merugikan yang sering terjadi, misalnya
membandingkan peserta didik dengan temannya. Penilaian dan
evaluasi yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis masalah
adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh peserta didik sebagai
hasil pekerjaan mereka dan mendiskusikan hasil pekerjaan secara
bersama-sama.

Penilaian proses dapat digunakan untuk menilai pekerjaan peserta


didik tersebut, penilaian ini antara lain: 1).assesment kerja, 2).
assesment autentik dan 3). portofolio. Penilaian proses bertujuan agar
guru dapat melihat bagaimana peserta didik merencanakan
pemecahan masalah, melihat bagaimana peserta didik menunjukkan
pengetahuan dan keterampilannya. Penilaian kinerja memungkinkan
peserta didik menunjukkan apa yang dapat mereka lakukan dalam
situasi yang sebenarnya. Sebagian masalah dalam kehidupan nyata
bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan zaman dan konteks
atau lingkungannya, maka di samping pengembangan kurikulum juga
perlu dikembangkan model pembelajaran yang sesuai tujuan
kurikulum yang memungkinkan peserta didik dapat secara aktif
mengembangkan kerangka berfikir dalam memecahkan masalah serta
kemampuannya untuk bagaimana belajar (learning how to learn).

Dengan kemampuan atau kecakapan tersebut diharapkan peserta


didik akan mudah beradaptasi. Dasar pemikiran pengembangan
strategi pembelajaran tersebut sesuai dengan pandangan kontruktivis
yang menekankan kebutuhan peserta didik untuk menyelidiki

126 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


lingkungannya dan membangun pengetahuan secara pribadi
pengetahuan bermakna. Tahap evaluasi pada PBM terdiri atas tiga hal
: 1. bagaimana peserta didik dan evaluator menilai produk (hasil akhir)
proses 2. bagaimana mereka menerapkan tahapan PBM untuk bekerja
melalui masalah 3. bagaimana peserta didik akan menyampaikan
pengetahuan hasil pemecahan akan masalah atau sebagai bentuk
pertanggungjawaban mereka belajar menyampaikan hasil-hasil
penilaian atau respon-respon mereka dalam berbagai bentuk yang
beragam, misalnya secara lisan atau verbal, laporan tertulis, atau
sebagai suatu bentuk penyajian formal lainnya. Sebagian dari evaluasi
memfokuskan pada pemecahan masalah oleh peserta didik maupun
dengan cara melakukan proses belajar kolaborasi (bekerja bersama
pihak lain).

4. PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)

Pendekatan Discovery Learning adalah proses pembelajaran yang terjadi bila


pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi
diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa:
“Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when the
student is not presented with subject matter in the final form, but rather is
required to organize it him self” (Lefancois dalam Emetembun, 1986:103).
Yang menjadikan dasar ide Bruner ialah pendapat dari Piaget yang
menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas.

Bruner memakai metode yang disebutnya Discovery Learning, dimana murid


mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir (Dalyono,
1996:41). Metode Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan
hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu
kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila indifidu terlibat,

127 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa
konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalaui observasi, klasifikasi,
pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive
process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of
assimilatig conceps and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik,
2001:219).

Sebagai strategi belajar,Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama


dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang
prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan
pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui.
Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang
diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru.
Sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga siswa
harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan
temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian, sedangkan
Problem Solving lebih memberi tekanan pada kemampuan menyelesaikan
masalah. Akan tetapi prinsip belajar yang nampak jelas dalam Discovery
Learning adalah materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak
disampaikan dalam bentuk final akan tetapi siswa sebagai peserta didik
didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan
mencari informasi sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk
(konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu
bentuk akhir.

Dengan mengaplikasikan metode Discovery Learning secara berulang-ulang


dapat meningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang bersangkutan.
Penggunaan metode Discovery Learning, ingin merubah kondisi belajar yang
pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher

128 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


oriented ke student oriented. Merubah modus Ekspository siswa hanya
menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus Discovery siswa
menemukan informasisendiri.

Konsep

Dalam Konsep Belajar, sesungguhnya metode Discovery Learning


merupakan pembentukan kategori-kategori atau konsep-konsep, yang
dapat memungkinkan terjadinya generalisasi. Sebagaimana teori
Bruner tentang kategorisasi yang nampak dalam Discovery, bahwa
Discovery adalah pembentukan kategori-kategori, atau lebih sering
disebut sistem-sistem coding. Pembentukan kategori-kategori dan
sistem-sistem coding dirumuskan demikian dalam arti relasi-relasi
(similaritas & difference) yang terjadi diantara obyek-obyek dan
kejadian-kejadian (events). Bruner memandang bahwa suatu konsep
atau kategorisasi memiliki lima unsur, dan siswa dikatakan memahami
suatu konsep apabila mengetahui semua unsur dari konsep itu,
meliputi: 1) Nama; 2) Contoh-contoh baik yang positif maupun yang
negative; 3) Karakteristik, baik yang pokok maupun tidak; 4)
Rentangan karakteristik; 5) Kaidah (Budiningsih, 2005:43). Bruner
menjelaskan bahwa pembentukan konsep merupakan dua kegiatan
mengkategori yang berbeda yang menuntut proses berfikir yang
berbeda pula. Seluruh kegiatan mengkategori meliputi mengidentifikasi
dan menempatkan contoh-contoh (obyek-obyek atau peristiwa-
peristiwa) ke dalam kelas dengan menggunakan dasar kriteria tertentu.

Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari


tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan
kemampuan. Untuk menunjang proses belajar perlu lingkungan
memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan

129 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


ini dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu lingkungan
dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru
yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah
diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan agar siswa dalam proses
belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif.

Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus


berdasarkan pada manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkat
perkembangan kognitif siswa. Manipulasi bahan pelajaran bertujuan
untuk memfasilitasi kemampuan siswa dalam berfikir
(merepresentasikan apa yang dipahami) sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang
terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh bagaimana cara
lingkungan, yaitu: enactive, iconic, dan symbolic. Tahap enaktive,
seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk
memahami lingkungan sekitarnya, artinya, dalam memahami dunia
sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik, misalnya melalui
gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya. Tahap iconic,
seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-
gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia
sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan
perbandingan (komparasi). Tahap symbolic, seseorang telah mampu
memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat
dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam
memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol
bahasa, logika, matematika, dan sebagainya.

Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak simbol.


Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya, semakin

130 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


dominan sistem simbolnya. Secara sederhana teori perkembangan
dalam fase enactive, iconic dan symbolic adalah anak menjelaskan
sesuatu melalui perbuatan (ia bergeser ke depan atau kebelakang di
papan mainan untuk menyesuaikan beratnya dengan berat temannya
bermain) ini fase enactive. Kemudian pada fase iconic ia menjelaskan
keseimbangan pada gambar atau bagan dan akhirnya ia
menggunakan bahasa untuk menjelaskan prinsip keseimbangan ini
fase symbolic (Syaodih, 85:2001). Dalam mengaplikasikan metode
Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif,
sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan
mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan (Sardiman,
2005:145). Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar
yang teacher oriented menjadi student oriented. Hal yang menarik
dalam pendapat Bruner yang menyebutkan: hendaknya guru harus
memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem
solver, seorang scientis, historin, atau ahli matematika. Dalam metode
Discovery Learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir,
siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun
informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis,
mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat
kesimpulan-kesimpulan.

Hal tersebut memungkinkan murid-murid menemukan arti bagi diri


mereka sendiri, dan memungkinkan mereka untuk mempelajari
konsep-konsep di dalam bahasa yang dimengerti mereka. Dengan
demikian seorang guru dalam aplikasi metode Discovery Learning
harus dapat menempatkan siswa pada kesempatan-kesempatan
dalam belajar yang lebih mandiri. Bruner mengatakan bahwa proses

131 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori,
aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya (Budiningsih, 2005:41).

Pada akhirnya yang menjadi tujuan dalam metode Discovery Learning


menurut Bruner adalah hendaklah guru memberikan kesempatan
kepada muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang
scientist, historin, atau ahli matematika. Dan melalui kegiatan tersebut
siswa akan menguasainya, menerapkan, serta menemukan hal-hal
yang bermanfaat bagi dirinya. Karakteristik yang paling jelas mengenai
Discovery sebagai metode mengajar ialah bahwa sesudah tingkat-
tingkat inisial (pemulaan) mengajar, bimbingan guru hendaklah lebih
berkurang dari pada metode-metode mengajar lainnya. Hal ini tak
berarti bahwa guru menghentikan untuk memberikan suatu bimbingan
setelah problema disajikan kepada pelajar. Tetapi bimbingan yang
diberikan tidak hanya dikurangi direktifnya melainkan pelajar diberi
responsibilitas yang lebih besar untuk belajar sendiri.

Fakta Empirik Keberhasilan Pendekatan dalam Proses dan Hasil


Pembelajaran

Berdasarkan fakta dan hasil pengamatan, penerapan pendekatan


Discovery Learning dalam pembelajaran memiliki kelebhihan-kelebihan
dan kelemahan-kelemahan.

1.Kelebihan Penerapan Discovery Learning


a. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha

132 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang
tergantung bagaimana cara belajarnya.
b. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan
ampuh karenamenguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
c. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa
menyelidiki dan berhasil.
d. Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan
sesuai dengan kecepatannyasendiri.
e. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri
dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
f. Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya,
karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang
lainnya.
g. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif
mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak
sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
h. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena
mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
i. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik;
j. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada
situasi proses belajar yang baru;
k. Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri;
l. Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri;
m. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik;
n. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang;
o. Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada
pembentukanmanusia seutuhnya;
p. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa;

133 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


q. Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis
sumber belajar;
r. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

2. KelemahanPenerapan Discovery Learning


a. Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk
belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan
abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara
konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya
akan menimbulkan frustasi.
b. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak,
karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka
menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
c. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar
berhadapan
dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara
belajar yang lama.
d. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan
pemahaman, sedangkan
mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara
keseluruhan kurang mendapat perhatian.
e. Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk
mengukur gagasan
yang dikemukakan oleh para siswa
f. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang
akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh
guru.

134 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses
Pembelajaran

Langkah-langkah dalam mengaplikasikan model discovery learning di


kelas adalah sebagai berikut:

1. Langkah Persiapan Metode Discovery Learning


a. Menentukan tujuan pembelajaran
b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal,
minat, gaya
belajar, dan sebagainya)
c. Memilih materi pelajaran.
d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif
(dari contoh-contoh generalisasi)
e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-
contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa
f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks,
dari yang
konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik
g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa

2. Prosedur Aplikasi Metode Discovery Learning

Menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan metode Discovery


Learning di kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan
dalam kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai berikut:

135 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


a.Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak
memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki
sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan
mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas
belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi
interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa
dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan
stimulation dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan
siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi. Dengan
demikian seorang Guru harus menguasai teknik-teknik dalam
memberi stimulus kepada siswa agar tujuan mengaktifkan siswa
untuk mengeksplorasi dapat tercapai.

b. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)


Setelah dilakukan stimulation langkah selanjutya adalah guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak
mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan
pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam
bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah)
(Syah 2004:244). Sedangkan menurut permasalahan yang dipilih itu
selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau
hipotesis, yakni pernyataan (statement) sebagai jawaban sementara
atas pertanyaan yang diajukan.
Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan
menganalisa permasasalahan yang mereka hadapi, merupakan

136 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


teknik yang berguna dalam membangun siswa agar mereka terbiasa
untuk menemukan suatu masalah.

c. Data collection (pengumpulan data).


Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan
kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-
banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab
pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan
demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan
(collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur,
mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji
coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah
siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang
berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian
secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah dengan
pengetahuan yang telah dimiliki.

d. Data processing (pengolahan data)


Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan
mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik
melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan.
Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan
sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi,
bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada
tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002:22). Data processing
disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang berfungsi
sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi
tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang

137 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian
secara logis

e. Verification (pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi
dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing
(Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses
belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori,
aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau
informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan
terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah
terbukti atau tidak.

f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)


Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik
sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku
untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil
verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari
generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa harus
memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya
penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip
yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya
proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman
itu.

138 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Sistem Penilaian
Dalam Model Pembelajaran Discovery Learning, penilaian dapat
dilakukan dengan menggunakan tes maupun non tes. Sedangkan
penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian kognitif, proses, sikap,
atau penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk penialainnya berupa
penilaian kognitif, maka dalam model pembelajaran discovery learning
dapat menggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan
penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa, maka
pelaksanaan penilaian dapat menggunakan contoh-contoh format
penilaian seperti tersebut di bawah ini.

1. Penilaian Tertulis

Penilaian tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang


diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab
soal peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk menulis
jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi
tanda, mewarnai, menggambar dan lain sebagainya.Ada dua bentuk
soal tes tertulis, yaitu:

 Soal dengan memilih jawaban

a. pilihan ganda

b. dua pilihan (benar-salah, ya-tidak)

c. menjodohkan

139 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


 Soal dengan mensuplai-jawaban.

a. isian atau melengkapi

b. jawaban singkat

c. soal uraian

Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban benar-salah,


isian singkat, dan menjodohkan merupakan alat yang hanya menilai
kemampuan berpikir rendah, yaitu kemampuan mengingat
(pengetahuan). Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai
kemampuan mengingat dan memahami. Pilihan ganda mempunyai
kelemahan, yaitu peserta didik tidak mengembangkan sendiri
jawabannya tetapi cenderung hanya memilih jawaban yang benar dan
jika peserta didik tidak mengetahui jawaban yang benar, maka peserta
didik akan menerka. Hal ini menimbulkan kecenderungan peserta didik
tidak belajar untuk memahami pelajaran tetapi menghafalkan soal dan
jawabannya. Alat penilaian ini kurang dianjurkan pemakaiannya dalam
penilaian kelas karena tidak menggambarkan kemampuan peserta
didik yang sesungguhnya.

Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta
didik untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan
gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari, dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam
bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Alat
ini dapat menilai berbagai jenis kemampuan, misalnya mengemukakan
pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara
lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas.Dalam menyusun
instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:

140 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


a. materi, misalnya kesesuian soal dengan indikator pada kurikulum;

b. konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas


dan tegas.

c. bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/ kalimat


yang menimbulkan

penafsiran ganda.

2. Penilaian Diri

Penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian, di mana


subyek yang ingin dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan
dengan, status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang
dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu.

Teknik penilaian diri dapat digunakan dalam berbagai aspek penilaian,


yang berkaitan dengan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.
Dalam proses pembelajaran di kelas, berkaitan dengan kompetensi
kognitif, misalnya: peserta didik dapat diminta untuk menilai
penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil
belajar dalam mata pelajaran tertentu, berdasarkan kriteria atau acuan
yang telah disiapkan. Berkaitan dengan kompetensi afektif, misalnya,
peserta didik dapat diminta untuk membuat tulisan yang memuat
curahan perasaannya terhadap suatu obyek sikap tertentu.
Selanjutnya, peserta didik diminta untuk melakukan penilaian
berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitan
dengan kompetensi psikomotorik, peserta didik dapat diminta untuk
menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya sebagai
hasil belajar berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.

141 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap
perkembangan kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan
teknik ini dalam penilaian di kelas antara lain sebagai berikut:

a. dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka


diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;

b. peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena


ketika mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi
terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya

c. dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk


berbuat jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan obyektif dalam
melakukan penilaian.

3. Penilaian Sikap

ContohFormat Penilaian Sikap

Mata Pelajaran: _________ Semester: _________


Kelompok : _________ Kelas : _________

Skor
No Nama Siswa Komitmen Kerja Jumlah Nilai
Tugas Sama Ketelitian Minat Skor
1
2
3
4
5
..
..

142 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


4. Penilaian Kinerja
Contoh Format Penilaian Kinerja
Nama Siswa: ……………… Tanggal: ……………… Kelas:
………………

NO Aspek Yang Dinilai Tingkat Kemampuan


1 2 3 4
1.
2

Jumlah

Kriteria Penskoran Kriteria Penilaian


1. Baik Sekali 4 10 – 12 A
2. Baik 3 7– 9 B
3. Cukup 2 4–6 C
4. Kurang 1 ≤ 3 D

A: Pengelompokan yang dilakukan siswa sangat baik, uraian yang


dijabarkan rinci dan diperoleh dengan menggunakan seluruh indra
disertai dengan gambar-gambar ataudiagram
B: Pengelompokan yang dilakukan siswa baik, uraian yang
dijabarkan kurang rinci dan diperoleh dengan menggunakan
sebagian besar indra dengan gambar-gambar atau diagram
C:Pengelompokan yang dilakukan siswa cukup baik, uraian yang
dijabarkan tidak rinci dan diperoleh dengan menggunakan sebagian
kecil indra dengan gambar-gambar atau diagram
D:Pengelompokan yang dilakukan siswa kurang baik, uraian yang
dijabarkan kurang sesuai dan diperoleh dengan menggunakan
sebagian besar indra dengan gambar-gambar atau diagram

143 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


5. Penilaian Hasil Kerja Siswa

Nama Siswa: ……………… Tanggal: ……………… Kelas:


………………
Input Proses Out Nilai
Put/Hasil

2. Strategi Pembelajaran

Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya guru dalam


memfasilitasi peserta didik untuk mewujudkan ketercapaian kompetensi yang
diharapkan. Ketertaksanaan proses pembelajaran mencerminkan kondisi
yang dibangun oleh guru dengan memanfaatkan berbagai strategi, metode,
media dan sumber belajar terpilih sehingga kegiatan pembelajaran dapat
berjalan secara sistematis. Berdasarkan pengertian ini, dapat dipahami
bahwa strategi dan metode sangat menentukan keberhasilan suatu kegiatan
pembelajaran.

Strategi (strategy) adalah ilmu dan kiat dalam memanfaatkan segala


sumber yang dimiliki dan/atau yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan (T Raka Joni, 1991). Dengan demikian cakupan
strategi cukup luas, seperti yang dijelaskan oleh Oliva (1988, hal 464) bahwa
strategi adalah metoda, prosedur, teknik, langkah-langkah yang
dipergunakan guru dalam melaksanakan pembelajaran untuk mencapai
tujuan. Untuk memilih strategi, perlu melihat sumber-sumber strategi yang
meliputi tujuan, bahan, siswa, masyarakat dan guru sendiri.

144 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Strategi menunjukkan langkah-langkah kegiatan (syntax) atau prosedur
yang digunakan dalam menyajikan bahan ajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Suatu strategi dipilih untuk melaksanakan metode-metode
pembelajaran terpilih sehingga kondisi pembelajaran dapat kondusif dan
menyenangkan. Dengan metode yang tepat, peserta didik akan merasa
mudah dalam mengikuti pembelajaran. Strategi berfungsi mewujudkan
keterlaksanaan berbagai metoda terpilih untuk menyajikan bahan ajar
dengan menggunakan media yang relevan untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan pada diri peserta didik.

Secara umum strategi pembelajaran meliputi tiga besaran langkah


kegiatan, yaitu kegiatan pendahuluan, inti dan penutup. Kegiatan
pendahuluan mencakup sub kegiatan informasi singkat tentang isi materi ajar
yang akan diajarkan, informasi tentang relevansi isi materi ajar dengan
pengalaman peserta didik, dan informasi tentang kompetensi yang ingin
dicapai. Kegiatan inti mencakup sub kegiatan: uraian secara rinci tentang isi
materi ajar dengan menggunakan metode dan media yang telah dipilih,
memberikan contoh-contoh dari isi materi ajar, dan memberikan latihan.
Kegiatan penutup mencakup sub kegiatan: pemberian tes (post test),
pemberian umpan balik, dan tindak lanjut (penugasan untuk mendalami
materi ajar yang telah disampaikan).

Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi


pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan
guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan
efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya
(2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna
perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat
konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu

145 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat
dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery
learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya,
2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi
pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan
strategi pembelajaran deduktif. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin
Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu
:

1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put)


dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan
aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.

2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang


paling efektif untuk mencapai sasaran.

3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan


ditempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.

4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan


ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan
(achievement) usaha.

Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut


adalah:

1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni


perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang
dipandang paling efektif.

146 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur,
metode dan teknik pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau
kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
5. Macam-macam strategi pembelajaran meliputi: Strategi Pembelajaran
Ekspositori (SPE), Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI), Strategi
Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM) , Strategi Pembelajaran
Kooperatif (SPK), Stategi Pembelajaran Kontekstual (CTL), Srategi
Pembelajaran Afektif, Strategi Pembelajaran Kreatif Produk, Strategi
Pembelajaran Inkuiri aktif , Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek,
Strategi Pembelajaran Kuantum, Strategi Pembelajaran Siklus, Srategi
Pembelajaran Berbasis Komputer dan Berbasis Elektronik (E-Learning),
Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir (SPPKB).

Ciri-ciri strategi yang berpeluang bagi peserta didik untuk berperan aktif
selama proses pembelajaran, antara lain:

 Setiap tahapan kegiatan memungkinkan penggunaan berbagai


macam sumber belajar, metode dan media pembelajaran.

 Selama proses pembelajaran mencerminkan kegiatan belajar yang


beragam, baik secara individu maupun kelompok.

 Dalam kegiatan pembelajaran memungkinkan peserta didik belajar


bekerjasama dan saling tukar-menukar pengalaman.

 Setiap tahapan kegiatan pembelajaran memberikan pengalaman


belajar (learning experiences) yang bermakna bagi peserta didik
datam bersikap. Utamanya kemauan dan keberanian untuk menjadi
pembicara sekaligus pendengar yang baik

147 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


 Setiap tahapan kegiatan pembelajaran memungkinkan bagi peserta
didik untuk menumbuh-kembangkan kemampuannya dalam berpikir
secara kritis, kreatif, inovatif, dan produktif

 Setiap tahapan kegiatan pembelajaran dapat memotivasi peserta


didik untuk mengkaji lebih-jauh bahan-bahan yang telah dan
sedang dipelajari

 Dalam proses pernbelajaran peserta didik memperoleh berbagai


macam fasititas belajar untuk metakukan kegiatan praktek dan/atau
latihan.

 Dalam proses pembelajaran peserta didik memperoleh kesempatan


untuk berdialog dengan dirinya sendiri dan lingkungan sekitar (fisik
dan sosial) secara bebas

Dalam pengajaran kontekstual ada sebuah strategi pembelajaran yang


dapat digunakan yaitu strategi pembelajaran kontekstual REACT (Crawford,
2001; Teaching Contextually; Research, Rationale, and Techniques for
Improving Student Motivation and Achievement in Mathematics and Science).
Strategi pembelajaran kontekstual REACT ini terdiri dari 5 langkah
pembelajaran yaitu (1) relating atau mengaitkan, (2) experiencing atau
mengalami, (3) applying atau menerapkan, (4) cooperating atau kerjasama,
dan (5) transfering atau pemindahan. Proses pelaksanaan pembelajaran
dengan strategi pembelajaran kontekstual REACT merupakan suatu siklus
kegiatan. Artinya, proses tersebut tidak pernah terputus, seperti yang
disajikan pada Gambar dibawah.

148 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Pembelajaran diawali dengan tahap relating. Pada tahap ini guru mengaitkan
pengetahuan awal siswa dengan pengetahuan baru yang akan dibahas
dengan memumnculkan permasalahan-permasalahan autentik yang akrab
dengan keseharian siswa. Tahap kedua adalah experiencing. Pada tahap ini
guru mengajak siswa untuk menemukan konsep melalui aktivitas
laboratorium (kegiatan eksperimen). Setelah siswa menemukan konsep pada
tahap experiencing, pembelajaran dilanjutkan ke tahap applying yaitu
penerapan konsep melalui latihan soal yang sifatnya autentik dan realistik.
Tahap pembelajaran keempat adalah cooperating, yaitu kerjasama kelompok
untuk mencari solusi pemecahan masalah yang terbaik. Tahap pembelajaran
paling akhir adalah transfering. Pada tahap ini guru mencoba membimbing
siswa mentransfer pengetahuan atau konsep yang sudah didapatkan dalam
proses pembelajaran ke konteks pengetahuan lain yang lebih kompleks

1) Relating (Menghubungkan)

149 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Guru menggunakan strategi relating ketika ia mengkaitkan konsep baru
dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi, relating pada dasarnya
merupakan tahap mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan
informasi baru. Choy (1999) mengemukakan bahwa kurikulum hendaknya
mampu menempatkan pembelajaran dalam konteks pengalaman hidup dan
memusatkan perhatian pelajar pada peristiwa serta keadaan-keadaan
keseharian mereka. Selanjutnya peristiwa dan keadaan-keadaan keseharian
itu dikaitkan dengan informasi baru untuk diinternalisasikan dalam
menyelesaikan sesuatu masalah. Menurut (Leon, 2004 ), pebelajar sering
mengalami masalah untuk memahami konsep-konsep fisika yang sifatnya
abstrak. Hal ini disebabkan karena pebelajar masih cenderung menggunakan
kaedah konvensional dalam memproses informasi yang diperoleh. Untuk
menjadikan pembelajaran lebih bermakna, pebelajar hendaknya mengaitkan
konsep-konsep yang dipelajari dengan keadaan-keadaan nyata di lingkungan
sekitar. Apabila pebelajar menyadari pentingnya suatu konsep bagi
keseharian mereka maka pebelajar akan lebih aktif melibatkan diri dalam
aktivitas pembelajaran di kelas. Selanjutnya Leon (2004) mengemukakan
beberapa aspek yang dapat dikaitkan yaitu: (1) pengetahuan dengan
percobaan, (2) pendidikan akademik dengan pendidikan vokasional, (3)
pengalaman di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah, (4) pengetahuan
yang sifatnya teoritis dengan pengetahuan praktis atau aplikasi.

Seorang siswa memiliki kecenderungan untuk belajar dengan cepat tentang


hal-hal yang baru (Nurhadi, 2003). Guru berperan membantu
menghubungkan antara ”yang baru” dan yang sudah diketahui. Seseorang
yang mampu belajar dengan mengaitkan atara pengalaman lama dan
pengalaman baru akan memperoleh pemahaman yang baik dan
pengetahuan akan diingat dalam waktu yang lama. Sebaliknya, jika antara
pengalaman lama dan pengalaman baru tidak ada kaitannya maka pebelajar

150 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


tidak akan menampakkan makna (meaning). Ia akan cenderung melupakan
apa yang telah dipelajari. Untuk menjadikan pembelajaran menjadi lebih
menarik, pebelajar perlu dimotivasi untuk mengaitkan pengetahuan dengan
konteks aplikasi. Pebelajar harus dibiasakan menggunakan daya pikir untuk
menyelesaikan masalah dan menggunakan pengetahuan dalam situasi yang
berbeda. Relating (mengaitkan) dalam proses pembelajaran merupakan hal
yang penting karena sering siswa tidak secara otomatis mampu
menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang familiar bagi
mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa walaupun pebelajar telah
membawa memori atau pengetahuan awal yang sifatnya relevan degan
situasi pembelajaran yang baru, namun mereka bisa saja gagal mengenal
dan mengakui keterkaitan tersebut. Proses “mengaitkan” akan menjadikan
pembelajaran menjadi lebih berkesan. Guru yang senantiasa mengaitkan
antara pendidikan akademik dengan pendidikan vokasional akan
menyebabkan pengajaran dan pembelajaran dalam kelas menjadi lebih baik.
Pendidikan akademik yang dihubungkan dengan dunia kehidupan nyata
dapat merangsang ingatan pebelajar. Pebelajar mudah memahami isi
pelajaran dan mempelajari sesuatu dengan bermakna. American Association
for the Advancement of Science (dalam Crawford, 2001) menyatakan bahwa
dalam proses pembelajaran harus dimulai dengan pertanyaan dan
fenomena-fenomena yang menarik dan akrab bagi siswa, bukan dengan hal-
hal yang sifatnya abstrak dan di luar jangkauan persepsi, pemahaman, dan
pengetahuan siswa. Jadi guru harus memperhatikan pengetahuan awal
siswa sebagai suatu “starting pont” dalam pembelajaran. Untuk mengetahui
dan menggali informasi tentang pengetahuan awal siswa, ada tiga sumber
utama, yaitu: (1) pengalaman, yaitu pengalaman guru yang memiliki
kesamaan latar belakang dengan siswa atau pengalaman bersama dari guru
dan rekan sejawat, (2) penelitian, yaitu dapat berupa fakta dokumen dari

151 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


kebiasaan siswa, (3) penyelidikan, yaitu melalui pemberian pertanyaan yang
sifatnya menggali pengetahuan awal siswa.

2) Experiencing (Melakukan)

Experiencing (melakukan) bermakna “learning by doing” atau belajar melalui


penggalian (eksplorasi), pengungkapan (discovery), dan penemuan
(invention) (Career, 2007). Aktivitas experiencing di dalam kelas dapat
berupa kegiatan memanipulasi peralatan, pemecahan masalah, dan kegiatan
di laboratorium. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat
memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian
yang aktif (Ekohariadi, 2002). Pemecahan masalah sebagai suatu bagian
aktivitas exsperiencing akan membantu siswa untuk kreatif menemukan
konsep-konsep kunci suatu materi pembelajaran. Aktivitas pemecahan
masalah juga akan mengajarkan siswa tentang teknik pemecahan masalah,
berpikir analitis, komunikasi, dan interaksi kelompok. Aktivitas laboratorium
juga merupakan bentuk kegiatan experiencing. Aktivitas laboratorium
biasanya membutuhkan perencanaan yang lebih kompleks daripada kegiatan
pemecahan masalah. Di dalam laboratorium siswa bekerja dalam kelompok
kecil untuk mengumpulkan data melalui pengukuran, menganalisis data,
membuat kesimpulan dan prediksi, serta melakukan refleksi konsep-konsep
yang mendasari eksperimen. Experiencing akan memberikan banyak
peluang kepada pebelajar untuk melakukan aktivitas “hands-on”. Aktivitas
lain juga diberikan seperti eksperimen, diskusi dalam kelompok, latihan, dan
tugas rumah. Dewey (dalam Leon, 2004) menyatakan bahwa pebelajar
hendaknya aktif melibatkan diri dalam aktivitas yang relevan dan bermakna
untuk memberi kesempatan kepada mereka menggunakan konsep-konsep
yang mereka peroleh. Latihan-latihan secara hands-on merupakan salah satu

152 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


aktivitas untuk menghasilkan pengalaman pembelajaran yang bermakna
(autenthic learning).

American Association for the Advancement of Science (dalam Crawford,


2001) menyebutkan sebagai berikut.

“Progression in learning is usually from the concrete to the abstract. Young


people can learn most readily about things that are tangible and directly
accessible to their senses visual, auditory, tactile, and kinesthetic. With
experience, they grow in their ability to understand abstract concepts,
manipulate symbols, reason logically, and generalize. These skills develop
slowly, however, and the dependence of most people on concrete examples
of new ideas persists throughout life”

Artinya, bahwa perkembangan dalam pembelajaran berawal dari sesuatu


yang sifatnya konkret menuju ke sesuatu yang sifatnya abstrak. Pebelajar
pemula akan lebih siap belajar apabila mereka disajikan sesuatu yang
sifatnya nyata dan mampu ditangkap secara visual, auditori, dan kinestetik.
Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk mewujudkan hal ini adalah
melalui aktivitas experiencing. Aktivitas experiencing akan mengembangkan
kesiapan siswa untuk memahami konsep-konsep yang sifatnya abstrak.

3) Applying (Menerapkan)

Applying (menerapkan), artinya suatu tahap pembelajaran bagaimana


menempatkan suatu konsep untuk digunakan. Ong & Absah (dalam Leon,
2004) mengartikan applying sebagai aktivitas mempelajari sesuatu dalam
konteks bagaimana pengetahuan itu dapat digunakan. Pebelajar yang
mempunyai ilmu dan pengalaman akan memungkinkan pebelajar tersebut
mengaplikasikannya dalam pemecahan masalah. Fielker (dalam Leon, 2004)
menyatakan bahwa pebelajar akan lebih baik jika diajarkan bagaimana

153 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


mengemukakan “the right questions”. Guru tidak perlu mentransfer semua
pengetahuan kepada pebelajar tetapi mengajak pebelajar untuk berpikir dan
mencari jawaban sendiri atas permasalahan yang diberikan oleh guru
maupun pebelajar itu sendiri. Cara demikian akan melatih kemahiran aplikasi
dan cara penyelesaian masalah.

Dalam pembelajaran fisika, latihan soal tidak hanya diperoleh melalui


buku teks atau buku kerja saja melainkan juga dari aktivitas hidup
keseharian. Jadi guru harus mampu memotivasi siswa dalam memahami
konsep melalui pemberian latihan soal yang sifatnya realistik dan relevan
dengan keseharian pebelajar. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemberian latihan soal yang sifatnya autentik dan realistik mampu
memotivasi siswa untuk mempelajari konsep dalam tingkat pemahaman yang
mendalam. Terkait dengan hasil penelitian tersebut, Crawford (2001)
merekomendasikan tiga strategi yang dapat dilakukan dalam pembelajaran di
kelas sebagai berikut.

1) Berfokus pada kebermaknaan aspek aktivitas pembelajaran, artinya guru


harus menekankan pemberian tugas di dalam kelas sebagai sesuatu yang
relevan dan autentik yang memiliki makna dalam dunia nyata.

2) Disain tugas atau latihan bersifat beragam dan menarik, artinya guru
dalam pembelajaran hendaknya mencoba menyediakan tugas yang sifatnya
beragam kepada siswa dan mampu menarik perhatian siswa.

3) Disain tugas atau latihan harus menantang tetapi masuk akal sesuai
kemampuan siswa, artinya tugas yang diberikan guru jangan terlalu mudah
dan jangan juga terlalu sulit. Apabila tugas yang diberikan terlalu mudah,
maka siswa akan merasa bosan dan yakin telah menguasai materi sehingga
motivasinya rendah untuk mempelajari konsep yang baru. Sebaliknya apabila

154 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


tugas yang diberikan terlalu sulit maka siswa tidak akan mampu mencapai
perkembangan yang signifikan dan mereka akan merasa tidak mampu untuk
menguasai konsep pembelajaran. Jadi tugas yang diberikan jangan terlalu
mudah dan jangan juga terlalu sulit, melainkan sifatnya menantang dan
masuk akal.

4) Cooperating (Kerjasama)

Siswa yang bekerja secara individu dalam memecahkan suatu permasalahan


sering tidak menunjukkan perkembangan yang signifikan (Yasa, 2008).
Terkadang mereka merasa frustasi kecuali jika guru memberikan petunjuk
penyelesaian langkah demi langkah. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara
kelompok sering dapat mengatasi masalah yang kompleks dengan sedikit
bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya membantu siswa mempelajari
bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata. Bekerja dengan teman
sejawat dalam kelompok kecil akan meningkatkan kesiapan pebelajar dalam
menjelaskan pemahaman konsep dan menyarankan pendekatan pemecahan
masalah bagi kelompoknya. Dengan mendengarkan pendapat orang lain
dalam satu kelompok, pebelajar akan mengevaluasi kembali dan
memformulasikan pemahaman konsep mere ka. Pebelajar akan belajar
menilai pendapat orang lain karena terkadang perbedaan strategi yang
digunakan akan menghasilkan pemecahan masalah yang lebih baik. Ketika
sebuah kelompok berhasil mencapai tujuan, maka anggota kelompoknya
akan memperoleh kepercayaan dan motivasi diri yang tinggi.

American Association for the Advancement of Science (dalam Crawford,


2001) menyatakan sebagai berikut.

“Learning often takes place best when students have opportunities to express
ideas and get feedback from their peers.”

155 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Pernyataan tersebut memberikan makna bahwa proses pembelajaran akan
berlangsung dengan sangat baik ketika pebelajar diberi kesempatan untuk
menyampaikan pendapat dan memperoleh timbal balik dari teman
sejawatnya. Pada kenyataannya ada beberapa kelemahan dalam
penggunaan pembelajaran berkelompok. Misalnya, sebagian siswa tidak
berpartisipasi secara optimal dalam kelompoknya, sementara sebagian lagi
mendominasi, sebagian anggota kelompok terkadang menunjukkan
ketidaksetujuan dan kurang bertanggung jawab terhadap kelompoknya,
bahkan kemungkinan siswa dihadapkan pada konflik antar anggota
kelompok. Selanjutnya Johnson & Johnson (dalam Crawford, 2001)
menyarankan beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk
menaggulangi hal tersebut dan mewujudkan lingkungan belajar yang
mendukung pemahaman konsep yang mendalam bagi siswa yaitu sebagai
berikut.

1) Menciptakan saling ketergantungan yang positif antar siswa dalam satu


kelompok.

2) Meyakinkan siswa bahwa interaksi dalam kelompok adalah untuk


menyelesaikan tugas.

3) Merangkul tanggung jawab semua individu pebelajar untuk menyelesaikan


tugas dalam kelompok.

4) Mengondisikan siswa untuk menggunakan kemampuan pribadi dan


kelompok secara optimal.

5) Meyakinkan kelompok pebelajar untuk melakukan diskusi dengan baik


sesuai fungsi dan hakekat kelompok.

156 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Belajar dalam kelompok terkadang memiliki kesulitan, namun strategi ini
sangat baik digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Johnson
mengemukakan bahwa pembelajaran yang dilakukan melalui kerjasama
kelompok telah terbukti keakuratannya dalam meningkatkan hasil belajar
secara signifikan.

5) Transfering (Memindahkan)

Transfering (memindahkan) bermakna mempelajari sesuatu dalam konteks


pengetahuan yang telah ada, menggunakan dan memperluas apa yang telah
diketahui. Transfering juga bermakna menghubungkan apa yang sudah
dipelajari siswa atau apa yang sudah diketahui siswa secara konteks (Leon,
2004). Crawford (2001) mendefinisikan transferring sebagai penggunaan
pengetahuan dalam konteks yang baru. Perkins (dalam Leon, 2004)
mengungkapkan bahwa objek utama dalam pendidikan adalah kemampuan
siswa mengaitkan dan mengalikasikan keterampilan-keterampilan dan
konsep-konsep yang sudah mereka pelajari di dalam kelas. Dalam proses
pembelajaran, transfer atau pemindahan pengetahuan jarang terjadi karena
pebelajar tidak berminat mengaitkan dan mengaplikasikan konsep yang
mereka miliki dalam konteks pembelajaran yang lain. Kemampuan siswa
menerapkan konsep dalam situasi lain merupakan salah satu bentuk evaluasi
dari keberhasilan proses pembelajaran yang memberikan indikasi bahwa
siswa telah memahami konsep secara komprehensif. (Suastra, 2002). Untuk
mencapai pemahaman yang mendalam diperlukan kemampuan berpikir dan
kemampuan memindahkan pengetahuan. Pemindahan merupakan alat
pemusatan daya pikir. Jadi, pebelajar membutuhkan kemahiran berpikir
supaya mereka mampu memindahan sesuatu. Peran guru perlu diperluas
dengan membuat bermacam-macam pengalaman belajar dengan fokus pada
pemahaman bukan pada hafalan. Siswa yang belajar dengan pemahaman

157 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


dapat juga disebut sebagai ”mentransfer pengetahuan” (Ekohariadi, 2002).
Kesulitan dalam mempelajari sains (fisika) biasanya disebabkan karenta
tahap pembelajaran yang terlalu tinggi. Biasanya pebelajar dihadapkan
dengan permasalahan baru yang belum ditunjukkan penyelesaiannya. Bagi
pebelajar yang hanya mengandalkan ingatan maka hal ini akan menjadi
kendala. Pembelajaran sains (fisika) tidak hanya membutuhkan ingatan dan
pemahaman, melainkan diperlukan kemampuan aplikasi, analisis, dan
sisntesis. Untuk melatih kemampuan aplikasi, analisis, dan sisntesis tersebut,
maka aktivitas transfering memegang peranan yang sangat penting.
Shahabuddin & Rohizani (dalam Leon, 2004) mengemukakan bahwa
pebelajar hendaknya diberdayakan untuk memindahkan segala pengetahuan
yang diperoleh di sekolah ke dalam kehidupan keseharian mereka atau
mengaplikasikan apa yang dipelajari dari satu subjek ke subjek yang lain.
Jika siswa telah mampu memindahkan dan mengaplikasikan
pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari maka dapat dikatakan siswa
tersebut telah memiliki pemahaman yang mendalam. Pebelajar dituntut untuk
memiliki kemampuan berpikir kritis dan kreatif agar apa yang sudah dipelajari
tidak terhenti sampai di situ saja melainkan mampu dikembangkan untuk
menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran. Aktivitas transfering atau
pemindahan ini memegang peranan penting dalam melatih kemampuan
berpikir kritis dan kreatif siswa (Leon, 2004).

3. Metoda Pembelajaran

Metoda (method) adalah cara yang umum untuk menyampaikan materi


pelajaran kepada peserta didik atau mempraktekkan teori yang telah
dipelajari dalam rangka mencapai tujuan belajar (Fred Percival dan Henry
Ellington,1984). Metode juga diartikan sebagai cara yang berisi prosedur
baku yang digunakan untuk menyajikan materi pembelajaran kepada peserta

158 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


didik. Dengan demikian, metoda merupakan suatu komponen pembelajaran
yang sangat menentukan terciptanya kondisi pembelajaran yang kondusif
dan menyenangkan, sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung secara
efektif dan efisien.

Dalam konteks pembelajaran yang menyenangkan, suatu kegiatan


pembelajaran tidak selalu menjamin peserta didik dapat belajar. Hal ini
menunjukkan bahwa sebaik apapun guru merancang/mendesain suatu
program pembelajaran, apabila tidak didukung dengan pemilihan dan
penggunaan metoda yang tepat maka pembelajaran menjadi tidak efektif.
Atas dasar itu, metoda dalam kegiatan pembelajaran berfungsi menciptakan
kondisi pernbelajaran yang memungkinkan bagi peserta didik memperoleh
kemudahan dalam mempelajari bahan ajar.

Ciri-ciri metode yang berpeluang memfasilitasi peserta didik selama proses


pembelajaran, antara lain:

 Memungkinkan terciptanya kondisi yang kondusif selama proses


pembelajaran

 Memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam mempelajari bahan


ajar selama proses pembetajaran

 Memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif dalam setiap


kegiatan pernbelajaran

 Memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang


mencakup segenap potensi dalam dirinya secara seimbang

 Memungkinkan peserta didik untuk melakukan refleksi secara bebas


terhadap pengalaman belajar yang diperoleh ketika berinteraksi dengan

159 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


lingkungan sekitar (fisik dan sosial).

 Mendorong tumbuh-kembangnya kepribadian peserta didik, utamanya


sikap terbuka, demokratis, disiplin, tanggung-jawab dan toleran serta
komitmen terhadap nilai-nilai sosio-budaya bangsanya.

Dikenal berbagai jenis metode pembelajaran. Masing-masing metode


mempunyai karakteristik sesuai dengan fungsinya. Beberapa metode yang
dapat diterapkan dalam pembelajaran, diantaranya:

JP = Jigsaw Proscedure.

Pembelajaran dilakukan dengan cara peserta didik sebagai anggota suatu


kelompok diberi tugas yang berbeda-beda mengenai suatu pokok bahasan.
Agar masing-masing peserta didik anggota dapat memahami keseluruhan
pokok bahasan, tes diberikan dengan materi yang menyeluruh. Penilaian
didasari pada rata-rata skor tes kelompok.

STAD = Student Team Achievement Divisions.

Peserta didik dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil.
Anggota-anggota dalam setiap kelompok bertindak saling membelajarkan.
Fokusnya adalah keberhasilan seorang akan berpengaruh terhadap
keberhasilan kelompok dan demikian pula keberhasilan kelompok akan
berpengaruh terhadap keberhasilan individu peserta didik lainnya. Penilaian
didasari pada pencapaian hasil belajar individual maupun kelompok peserta
didik.

CI = Complex Instruction.

Titik tekan metode ini adalam pelaksanaan suatu proyek yang berorientasi
pada penemuan, khususnya dalam bidang sains, matematika, dan ilmu

160 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


pengetahuan sosial. Fokusnya adalah menumbuhkembangkan ketertarikan
semua peserta didik sebagai anggota kelompok terhadap pokok bahasan.
Metode ini umumnya digunakan dalam pembelajaran yang bersifat bilingual
(menggunakan dua bahasa) dan di antara para peserta didik yang sangat
heterogen. Penilaian didasari pada proses dan hasil kerja kelompok.

TAI = Team Accelerated Instruction.

Metode ini merupakan kombinasi antara pembelajaran kooperatif/kolaboratif


dengan pembelajaran individual. Secara bertahap, setiap peserta didik
sebagai anggota kelompok diberi soal-soal yang harus mereka kerjakan
sendiri terlebih dulu. Setelah itu dilaksanakan penilaian bersama-sama dalam
kelompok. Jika soal tahap pertama telah diselesaikan dengan benar, setiap
peserta didik mengerjakan soal-soal berikutnya. Namun jika seorang peserta
didik belum dapat menyelesaikan soal tahap pertama dengan benar, ia harus
menyelesaikan soal lain pada tahap yang sama. Setiap tahapan soal disusun
berdasarkan tingkat kesukaran soal. Penilaian didasari pada hasil belajar
individual maupun kelompok.

CLS = Cooperative Learning Stuctures.

Pada penerapan metode pembelajaran ini setiap kelompok dibentuk dengan


anggota dua peserta didik (berpasangan). Seorang peserta didik bertindak
sebagai tutor dan yang lain menjadi tutee. Tutor mengajukan pertanyaan
yang harus dijawab oleh tutee. Bila jawaban tutee benar, ia memperoleh poin
atau skor yang telah ditetapkan terlebih dulu. Dalam selang waktu yang juga
telah ditetapkan sebelumnya, kedua peserta didik yang saling berpasangan
itu berganti peran.

LT = Learning Together

161 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Pada metode ini kelompok-kelompok sekelas beranggotakan peserta didik
yang beragam kemampuannya. Tiap kelompok bekerjasama untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Satu kelompok hanya
menerima dan mengerjakan satu set lembar tugas. Penilaian didasarkan
pada hasil kerja kelompok.

TGT = Teams-Games-Tournament.

Pada metode ini, setelah belajar bersama kelompoknya sendiri, para anggota
suatu kelompok akan berlomba dengan anggota kelompok lain sesuai
dengan tingkat kemampuan masing-masing. Penilaian didasari pada jumlah
nilai yang diperoleh kelompok peserta didik.

GI = Group Investigation.

Pada metode ini semua anggota kelompok dituntut untuk merencanakan


suatu penelitian beserta perencanaan pemecahan masalah yang dihadapi.
Kelompok menentukan apa saja yang akan dikerjakan dan siapa saja yang
akan melaksanakannya berikut bagaimana perencanaan penyajiannya di
depan forum kelas. Penilaian didasari pada proses dan hasil kerja kelompok.

AC = Academic-Constructive Controversy.

Pada metode ini setiap anggota kelompok dituntut kemampuannya untuk


berada dalam situasi konflik intelektual yang dikembangkan berdasarkan
hasil belajar masing-masing, baik bersama anggota sekelompok maupun
dengan anggota kelompok lain. Kegiatan pembelajaran ini mengutamakan
pencapaian dan pengembangan kualitas pemecahan masalah, pemikiran
kritis, pertimbangan, hubungan antarpribadi, kesehatan psikis dan
keselarasan. Penilaian didasarkan pada kemampuan setiap anggota maupun
kelompok mempertahankan posisi yang dipilihnya.

162 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


CIRC = Cooperative Integrated Reading and Composition.

Metode pembelajaran ini mirip dengan TAI. Metode pembelajaran ini


menekankan pembelajaran membaca, menulis dan tata bahasa. Dalam
pembelajaran ini, para peserta didik saling menilai kemampuan membaca,
menulis dan tata bahasa, baik secara tertulis maupun lisan di dalam
kelompoknya.

Metode Ceramah

Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan


pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan
oleh Mc Leish (1976), melalui ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan.
Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi
pendengarnya.

Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk


digunakan dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok
untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan
belajar tersebut sukar didapatkan.

Metode Diskusi

Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta


atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling
mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan
kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode
diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs.
1979: 251).

163 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode
ceramah, metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman
konsep dan keterampilan memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi
pengetahuan, penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding
penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk
meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode diskusi.

Metode Demonstrasi

Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode pembelajaran yang


sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan seperti: Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana proses
bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya. Demonstrasi sebagai
metode pembelajaran adalah bilamana seorang guru atau seorang
demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa
memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya
suatu alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.

Kelebihan Metode Demonstrasi :

a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.

b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.

c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam


diri siswa.

Kelemahan metode Demonstrasi :

a. Siswa kadang kala sukar melihat dengan jelas benda yang diperagakan.

b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.

164 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


c. Sukar dimengerti jika didemonstrasikan oleh pengajar yang kurang
menguasai apa yang didemonstrasikan.

Metode Ceramah Plus

Metode Pembelajaran Ceramah Plus adalah metode pengajaran yang


menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah yang
dikombinasikan dengan metode lainnya. Ada tiga macam metode ceramah
plus, diantaranya yaitu:

a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas


b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas
c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)

5. Metode Resitasi

Metode Pembelajaran Resitasi adalah suatu metode pengajaran dengan


mengharuskan siswa membuat resume dengan kalimat sendiri.

Kelebihan Metode Resitasi adalah:

a. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar sendiri akan
dapat diingat lebih lama.

b. Peserta didik memiliki peluang untuk meningkatkan keberanian, inisiatif,


bertanggung jawab dan mandiri.

Kelemahan Metode Resitasi adalah:

a. Kadang kala peserta didik melakukan penipuan yakni peserta didik


hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah
mengerjakan sendiri.
b. Kadang kala tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan

165 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.

Metode Eksperimental

Metode pembelajaran eksperimental adalah suatu cara pengelolaan


pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan
mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam metode
ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri
dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis,
membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang
dipelajarinya.

Metode Study Tour (Karya wisata)

Metode study tour Study tour (karya wisata) adalah metode mengajar dengan
mengajak peserta didik mengunjungi suatu objek guna memperluas
pengetahuan dan selanjutnya peserta didik membuat laporan dan
mendiskusikan serta membukukan hasil kunjungan tersebut dengan
didampingi oleh pendidik.

Metode Latihan Keterampilan

Metode latihan keterampilan (drill method) adalah suatu metode mengajar


dengan memberikan pelatihan keterampilan secara berulang kepada peserta
didik, dan mengajaknya langsung ketempat latihan keterampilan untuk
melihat proses tujuan, fungsi, kegunaan dan manfaat sesuatu (misal:
membuat tas dari mute). Metode latihan keterampilan ini bertujuan
membentuk kebiasaan atau pola yang otomatis pada peserta didik.

166 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Metode Pengajaran Beregu

Metode pembelajaran beregu adalah suatu metode mengajar dimana


pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas.
Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai kordinator. Cara
pengujiannya, setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung. Jika ujian
lisan maka setiapsiswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan team
pendidik tersebut.

Peer Theaching Method

Metode Peer Theaching sama juga dengan mengajar sesama teman, yaitu
suatu metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri.

Metode Pemecahan Masalah (problem solving method)

Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekadar


metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab
dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang
dimulaidengan mencari data sampai pada menarik kesimpulan.

Metode problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir dan


menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan
oleh siswa. Seorang guru harus pandai-pandai merangsang siswanya untuk
mencoba mengeluarkan pendapatnya.

Project Method

Project Method adalah metode perancangan adalah suatu metode mengajar


dengan meminta peserta didik merancang suatu proyek yang akan diteliti
sebagai obyek kajian.

167 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Taileren Method

Teileren Method yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan


sebagian-sebagian, misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan
ayat lainnya yang tentu saja berkaitan dengan masalahnya

Metode Global (ganze method)

Metode Global yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca
keseluruhan materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka
serap atau ambil intisaridari materi tersebut.

4. Teknik Pembelajaran

Ada banyak teknik pembelajaran aktif dari mulai yang sederhana – yang tidak
memerlukan persiapan lama dan rumit serta dapat dilaksanakan relatif
dengan mudah -- sampai dengan yang rumit – yaitu yang memerlukan
persiapan lama dan pelaksanaan cukup rumit. Beberapa jenis teknik
pembelajaran tersebut antara lain adalah:

Dengan menggunakan cara-cara pembelajaran aktif hal tersebut dapat


dihindari. Pemindahan peran pada peserta didik untuk aktif belajar dapat
mengurangi kebosanan ini bahkan bisa menimbulkan minat belajar yang
besar pada peserta didik . Pada akhirnya hal ini akan membuat proses
pembelajaran mencapai learning outcomes yang diinginkan.

1. Think-Pair-Share : cara ini memungkinkan peserta didik diberi pertanyaan


atau soal untuk dipikirkan sendiri kurang lebih 2-5 menit (think), kemudian
peserta didik diminta untuk mendiskusikan jawaban atau pendapatnya
dengan teman yang duduk di sebelahnya (pair). Setelah itu pengajar dapat

168 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


menunjuk satu atau lebih peserta didik untuk menyampaikan pendapatnya
atas pertanyaan atau soal itu bagi seluruh kelas (share).

Teknik ini dapat dilakukan setelah menyelesaikan pembahasan satu topik,


misalkan setelah 10-20 menit kuliah biasa. Setelah selesai kemudian
dilanjutkan dengan membahas topik berikutnya untuk kemudian dilakukan
cara ini kembali setelah topik tersebut selesai dijelaskan.

2. Collaborative Learning Groups : cara ini dilakukan dengan pembentukan


kelompok yang terdiri dari 4-5 peserta didik yang dapat bersifat tetap
sepanjang semester atau bersifat jangka pendek untuk satu pertemuan
kuliah. Untuk setiap kelompok dibentuk ketua kelompok dan penulis.
Kelompok diberikan tugas untuk dibahas bersama dimana seringkali tugas ini
berupa pekerjaan rumah yang diberikan sebelum kuliah dimulai. Tugas yang
diberikan kemudian harus diselesaikan bisa dalam bentuk makalah maupun
catatan singkat.

3. Student-led Review Session : untuk menggunakan , peran pengajar


diberikan kepada peserta didik. Pengajar hanya bertindak sebagai nara
sumber dan fasilitator. Teknik ini misalkan dapat digunakan pada sesi review
terhadap materi kuliah. Pada bagian pertama dari kuliah kelompok-kelompok
kecil peserta didik diminta untuk mediskusikan hal-hal yang dianggap belum
dipahami dari materi tersebut dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
dan peserta didik yang lain menjawabnya.

Kegiatan kelompok dapat juga dilakukan dalam bentuk salah satu peserta
didik dalam kelompok tersebut memberikan ilustrasi bagaimana suatu rumus
atau metode digunakan. Kemudian pada bagian kedua kegiatan ini dilakukan
untuk seluruh kelas. Proses ini dipimpin oleh peserta didik dan pengajar lebih

169 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


berperan untuk mengklarifikasi hal-hal yang menjadi bahasan dalam proses
pembelajaran tersebut.

4. Student Debate merupakan Diskusi dalam bentuk debat dilakukan dengan


memberikan suatu isu yang sedapat mungkin kontroversial sehingga akan
terjadi pendapat-pendapat yang berbeda dari peserta didik . Dalam
mengemukakan pendapat peserta didik dituntut untuk menggunakan
argumentasi yang kuat yang bersumber pada materi-materi kelas. Pengajar
harus dapat mengarahkan debat ini pada inti materi kuliah yang ingin dicapai
pemahamannya.

5. Exam questions writing : Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah


peserta didik sudah menguasai materi kuliah tidak hanya diperoleh dengan
memberikan ujian atau tes. Meminta setiap peserta didik untuk membuat soal
ujian atau tes yang baik dapat meningkatkan kemampuan peserta didik
mencerna materi kuliah yang telah diberikan sebelumnya. Pengajar secara
langsung bisa membahas dan memberi komentar atas beberapa soal yang
dibuat oleh peserta didik di depan kelas dan/atau memberikan umpan balik
kemudian.

6. Class Research Symposium : untuk melakukan pembelajaran aktif jenis ini


bisa diberikan untuk sebuah tugas perancangan atau proyek kelas yang
cukup besar. Tugas atau proyek kelas ini diberikan mungkin pada awal kuliah
dan peserta didik mengerjakannya dalam waktu yang cukup panjang
termasuk kemungkinan untuk mengumpulkan data atau melakukan
pengukuran-pengukuran. Kemudian pada saatnya dilakukan simposium atau
seminar kelas dengan tata cara simposium atau seminar yang biasa
dilakukan pada kelompok ilmiah.

170 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


7. Analyze Case Studies : pada model seperti ini banyak diberikan pada
kuliah-kuliah bisnis. Dengan cara ini pengajar memberikan suatu studi kasus
yang dapat diberikan sebelum kuliah atau pada saat kuliah. Selama proses
pembelajaran, kasus ini dibahas setelah terlebih dahulu peserta didik
mempelajarinya. Sebagai contoh dapat diberikan suatu studi kasus produk
rancangan engineering yang ternyata gagal atau salah, kemudian peserta
didik diminta untuk membahas apa kesalahannya, mengapa sampai terjadi
dan bagaimana seharusnya perbaikan rancangan dilakukan

D. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Sebagaimana diamanatkan oleh permendikbud 103 tahun 2014, kegiatan


pembelajaran dimulai dengan aktivitas pemecah kebekuan atau ice breaker .

Pembelajaran adalah suatu aktifitas yang melibatkan emosi peserta


didik.Agar proses pembelajaran berjalan dengan baik, sukses, partisipatif,
berbasis aktifitas maka anda harus meanamkan rasa nyaman, berkontribusi,
dan menumbuhkan rasa percaya antar peserta. Dalam lingkungan peserta
yang saling percaya, peserta akan lebih disiapkan untuk berani mengambil
resiko, berkontribusi dan lebih menyenangi belajar.

Untuk menciptakan rasa saling percaya ini, kita harus memecahkan


kebekuan pada awal pelatihan dengan cara saling mengenal antar peserta
dan menciptakan perasaan positif satu sama lain. Tehnik ini dikenal sebagai
“pemecah kebekuan” atau “Ice-breakers”.

Dua kegunaan utama Ice-breakers:

3. Untuk saling mengenal. Saling mengetahui hal-hal kecil satu sama


lainnya, perasaan positif antar sesama dan lebih siap mengambil resiko
dalam berbagi pengalaman dan pandangannya.

171 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


4. Menciptakan kesungguhan untuk berpartisipasi dalam pelatihan. Ice
Breaker ini akan mengubah perasaan dan pikiran yang pasif dan negatif
ke arah yang positif dan aktif. Bagian terberat pada banyak pelatihan
adalah bagaimana melewati kepasifan dan ketidak-tertarikan peserta. Ice
Breaker ini akan membawa anda bergerak melewati kebekuan dan akan
membuat anda berinteraksi dengan lebih baik dengan peserta selama
pelatihan .

Kunci keberhasilan dalam membuat Ice breaker adalah (a) menyenangkan


(b) mereka aktif dan (c) mereka saling berbagi informasi mengenai diri
mereka.

Di bawah ini beberapa contoh mengenai pengenalan Ice Breaker:

C. Rhyming Names

Latihan kelompok – mempraktekkan Rhyming Names

Anda telah diberi kartu nama.

Pilihlah kata sifat yang dimulai dengan huruf pertama dari nama anda
yang cocok dengan sifat atau kepribadian anda – misalnya, Fantastis
Fatima, Joget Joko, Dangdut Diana

Tulislah di depan nama anda dalam kartu nama anda.

Anda akan diberi waktu 2 menit untuk berkeliling dan bertemu dengan
orang lain.

172 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Pada akhir waktu setiap orang akan menulis nama orang lain
berdasarkan yang diingat. Kita akan menggunakan nama julukan yang
dibuat di depan nama mereka selama pelatihan ini berlangsung.

D. Permainan Deteksi kebohongan

Aktivitas kelompok – praktek permainan deteksi


kebohongan

Buatlah tiga pernyataan yang cukup menarik. Dua harus benar dan
satu bohong. Misalkan

a). Saya telah berkeliling di semua provinsi di Indonesia (benar)

b). Saya punya se-ekor ayam yang bernama “George Bush” (bohong)

c). Saya pernah tinggal di Jepang selama satu tahun. (benar)

Dalam beberapa menit katakan hal ini pada 6 orang. Mereka harus
memilih mana yang bohong. Kita akan bisa menemukan siapa
sebetulnya yang pandai berbohong dan yang pandai menebak.

Menggunakan Energizer

Energizer biasanya di gunakan pada awal hari pelatihan, setelah istirahat


atau setiap saat jika diperlukan agar peserta menjadi bersemangat kembali
atau bisa juga sebagai transisi dari satu sesi ke sesi yang lain. Energizer
yang baik harus menyenangkan, kadang kadang ribut dan membuat orang
tertawa.

173 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Idealnya energizer yang baik ada hubungannya dengan topik yang akan
dibahas. Misalnya, kompetisi desain pesawat terbang sesuai untuk
membahas topik penting kreatifitas dan praktek dalam merencanakan dan
membuat keputusan.

Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan Energizer

Seperti yang anda perkirakan bahwa tidak semua energiser dapat dipakai
untuk semua situasi. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan adalah :

Kebutuhan peserta

Anda harus pandai pandai dalam memilih energizer mana yang cocok dan
sesuai dengan kebutuhan peserta. Beberapa energiser mungkin efektif pada
satu peserta pelatihan dan mungkin tidak pada peserta pelatihan yang lain.
Cobalah pilih energiser yang sesuai dengan aktifitas pelatihan yang akan
dilakukan.

Ukuran kelompok dan rentang waktu

Perhatikan besarnya kelompok dan waktu yang tersedia untuk melakukan


energizer. Idealnya energizer dilakukan tidak lebih dari lima menit dan
melibatkan semua peserta.

Keamanan

Beberapa energizer sangat aktif. Anda perlu mengumumkan mungkin bagi


peserta yang sedang hamil bisa tidak ikut aktifitas ini atau bagi orang yang
punya penyakit jantung.

174 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Contoh-2 energizers

Kelas akan bermain energizer berikut ini.

Gajah dan semut

Peserta diminta untuk berdiri dan membuat lingkaran penuh

Peserta diminta untuk merespon kata “Gajah” atau “semut” dengan


kata “besar” atau ”kecil”. Peserta juga diminta untuk mengekspresikan
dengan gerak bagaimana simbol besar dan simbol kecil.

Berikutnya peserta diminta untuk merespon kata ” Gajah” dengan kata


”Besar” namun dengan gerakan tubuh yang menyimbolkan sesuatu
yang ”kecil”, demikian juga dengan kata ”Semut” peserta diminta untuk
merespon dengan kata ”Kecil” namun dengan gerakan tangan
menyimbolkan sesuatu yang ”Besar”

Pelatih akan memimpin kata apa yang akan dipilih (Gajah atau Semut)
dan peserta diminta merespon dengan cepat. Bagi peserta yang salah
gerak akan ditunjuk oleh peserta yang lain karena masih dalam
lingkaran (saling mengawasi). Lakukan beberapa kali (3-5 kali) dan
anda masih menemukan bagaimana masih ada saja orang yang
melakukan kesalahan respon.

Setelah bermain energizer ini, pikirkanlah bagaimana energizer ini


dapat kita pakai dalam diskusi dan aktifitas pelatihan yang
bermanfaat?

175 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Samson dan Delilah

Dalam kisah Samson dan Delilah terdapat tiga karakter utama yaitu :
Samson, Delilah dan Singa.

9. Bagilah peserta menjadi dua kelompok dengan tehnik nominal


”satu” dan ”dua”.

10. Tempatkan kelompok satu dan kelompok dua saling berhadap-


hadapan (berbaris)

11. Mintalah mereka mengekspresikan dengan suara dan gerak untuk


masing masing karakter di atas (Samson perkasa dengan kepalan
dan suara ”hah”.., Delilah yang jelita dengan suaru ”aih” dan
gerakan yang gemulai/kemayu dan Singa dengan suara ”auman”
dan dua cakarnya)

12. Jelaskan bahwa Samson dapat mengalahkan Singa, Singa dapat


memakan Delilah, namun Delilah dapat mengalahkan Samson.

13. Mintalah pada kelompok satu dan dua untuk memikirkan karakter
apa yang akan ditampilkan secara serentak, dengan tujuan untuk
saling mengalahkan satu dan lainnya.

14. Pelatih akan menghitung (1,2,3) dan masing masing kelompok


harus mengeluarkan karakter yang dipilih.

176 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


15. Lakukan sebanyak tiga kali dan tentukan kelompok mana yang
menang

16. Setelah bermain energizer ini, pikirkanlah bagaimana energizer ini


dapat kita pakai dalam diskusi dan aktifitas pelatihan yang
bermanfaat?

Setelah peserta melakukan ice breaking, peserta diminta melakukan kegiatan


pembelajaran utama atau kegiatan inti. Karena dalam kegiatan inti ini anda
disediakan bahan bacaan utama dalam bentuk bahan ajar tertulis berbentuk
teks, maka kegiatan pembelajaran utama adalah membaca teks tersebut.
Salah satu yang disarankan digunakan dalam membaca teks tersebut adalah
model membaca teks yang disarankan oleh Francis P. Robinson, Universitas
Negeri Ohio Amerika Serikat, yaitu model belajar SQ3R. Merupakan
singkatan dari Surveying, Questioning, Reading, Reciting, dan Reviewing.

Langkah pertama, dalam melakukan aktivitas survey, adalah membantu dan


mendorong peserta diklat untuk memeriksa atau meneliti secara singkat
seluruh struktur teks. Tujuannya adalah agar peserta diklat mengetahui
struktur teks, yang meliputi judul, bagian (heading) dan judul subbagian
(subheading), istilah dan kata kunci. Dalam melakukan survey, peserta didik
dianjurkan menyiapkan pensil, kertas, dan alat pembuat ciri (berwarna
kuning, hijau, dan warna lainnya) seperti stabilo untuk menandai bagian-
bagian tertentu. Disarankan juga peserta didik menyajikan hasil survey ini
dalam bentuk peta konsep. Bagian-bagian penting dari peta konsep dapat
dijadikan bahan pertanyaan, dengan cara ditandai untuk memudahkan
proses penyusunan daftar pertanyaan pada langkah selanjutnya. Kegiatan ini
setara dengan dengan kegiatan mengamati pada pendekatan ilmiah dalam
pembelajaran

177 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Anda akan menyaksikan bahwa peta konsep memungkinkan anda mencatat
banyak sekali informasi dalam satu halaman dan memperlihatkan hubungan
antar berbagai konsep dan ide. Penggambaran secara visual membantu
anda berfikir tentang suatu subjek secara global dan memungkinkan
keluwesan (fleksibilitas) pemikiran anda. Pada sebuah peta anda secara
harfiah dapat melihat sturuktur subjek yang bersangkutan dalam cara yang
mustahil dilakukan dengan kerangka yang linear. Anda dapat melihat tema-
tema terpisah namun juga hubungan-hubungan antartema. Pencatatan
secara linear tidak dapat menjaga kita agar tetap sadar akan kompleksitas
pemikiran. Sebaliknya, pencatatan melalui peta konsep dapat melakukan hal
itu.

Berikut cara membuat peta konsep yang ditawarkan oleh Collin Rose:

- Mulai Dengan Topik Ditengah-Tengah. Awali dengan menuliskan tema


pokok ditengah-tengah halaman. Ini mendorong anda mendefinisikan
gagasan inti subjek yang tengah anda pelajari, titik awal pembelajaran
yang efektif.

Buatlah tema pokok inti ini dengan ukuran cukup kecil sehingga anda
punya cukup ruang untuk memperlihatkan dengan jelas subsubtema di
sekelilingnya.

Mereka dapat dihubungkan dengan tema pokok memakai garis, seperti


jari-jari roda.

- Gunakan Kata-Kata Kunci. Sasaran peta konsep adalah hanya


menangkap fakta-fakta penting yang ketika ditinjau ulang akan memicu
ingatan terhadap seluruh subjek pelajaran. Anda akan mendapati bahwa
ini umumnya menggunakan kata kerja dan kata benda kunci.

178 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Hal-hal lainnya adalah informasi “yang diisikan di dalamnya” yang memasok
fikiran anda ketika ia telah “disentak” oleh peta-peta konsep.

- Buatlah cabang-cabangnya. Berpijaklah pada tema pokok anda keluar ke


semua arah. Batasilah cabang utama antara lima dan tujuah.

- Gunakan Simbol, Warna, Gambar, Dan Citra-Citra Lainnya. Kombinasi


berbagai gaya menjadikan peta konsep lebih mudah diingat. Untuk
keragaman, variasikan ukuran kata di peta tersebut. Tulis kata-kata atau
frase-frase kunci dengan huruf kapital tebal. Batasi kata-kata seminimal
mungkin. Gunakanlah symbol simbol

Yang mudah diidentifikasi, tanda kali, tanda cek, tanda seru, tanda tanya,
gambar jantung segitiga dan sebagainya.

- Buatlah Seperti Bilbor. Gunakan ruang bersih putih antarinformasi


sedemikian rupa sehingga semua kata atau gambar / citra jelas
terpampang. Buatlah ia setebal mungkin, mencengangkan, dan “mudah
diingat”. Buatlah menarik. Buatlah kata-kata yang penting lebih menonjol
daripadayang lain.

- Buatlah Berwarna Warni. Berilah penekanan pada berbagai butir atau


tema pokok dengan menggunakan warna-warna yang padu. Buat sejelas
yang anda mau.

- Praktik Menjadikan Lebih Sempurna. Jangan harap anda langsung benar


untuk pertama kali. Pada kenyataannya, alangkah lebih baik jika anda
menggambar ulang peta konsep anda. Melakukannya dua atau tiga kali
akan membantu anda mengingat detail-detailnya.

179 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


- Melakukannya Sendiri Anda tidak harus menjadi seorang seniman lukis
untuk dapat embuat peta konsep. Yang penting yaitu mengembangkan
gagasan anda sendiri. Gunakan sebanyak mungkin gambar yang dapat
anda buat. Tony Buzan misalnya, menekankan benar kebutuhan akan
penggambaran secara visual.

Tetapi sekali lagi, tidak usah membuat lukisan yang artistik, jauh lebih
bermakna jika anda mengembangkan gaya personal anda sendiri,
menciptakan peta-peta yang dapat anda pahami dan yang akan
membantu mencerap informasi ke dalam ingatan jangka panjang anda.
Coba sedikit lebih kreatif dengan setiap peta konsep baru yang anda
gambar.

- Peta Konsep Menjadi Memori Kita menggunakan istilah peta konsep untuk
menjelaskan pemakaian peta sebagai perangkat input. Kita memakai peta
memori untuk melukiskan penciptaannya dan cara menggunakannya
sebagai perangkat revisi atau ikhtisar.

- Mengapa Peta Kosep Harus Mudah Dimengerti Anda akan menghemat


waktu karena anda hanya mencatat dan selanjutnya membaca dan
meninjau, kata-kata kunci saja. Anda tidak harus menelisik bahan-bahan
yang tak diperlukan atau bahan

sampingan. Hubungan antara berbagai butir masalah juga akan lebih jelas.
Dan, sifat visual dan berisi banyak dari peta-peta membuat ia lebih mdah
diserap dan diingat oleh otak anda. Itulah sebabnya mengapa kita
mengakhiri setiap bab dengan memori ikhtisar.

- Gunakan Alat Tulis Berwarna Terang Jika buku itu milik anda sendiri,
memakai alat tulis berwarna terang akan sangat membantu. Ketika anda
melihat kembali bahan yang dimaksud pada suatu hari, atau bahkan

180 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


setahun kemudian, anda akan mengangkat dan menekankan butir-butir
penting informasi baru.

Perhatikan tekanan pada kata baru. Banyak orang menyoroti semua


gagasan penting dalam suatu paragraf. Itu kedengarannya logis, tetapi
sebenarnya tidak. Butir masalah yang penting dalam hubungannya dengan
pembelajaran adalah anda memperoleh informasi atau cara baru dalam
melihat informasi lama. Maka, untuk menekankan sesuatu yang sudah
anda ketahui yaitu dengan meningkatkan usaha anda ketika anda kembali
untuk meninjau ulang di kemudian hari. Dan peninjauan yang cepat
tentang apa yang anda telah pelajari adalah bagian penting dari
“menyimpan rapat-rapat” yang sebenarnya.

Hasilnya? Anda dapat meninjau pengetahuan anda tentang keseluruhan


isi buku kira-kira hanya dalam waktu lima belas menit.

- Duduklah Dengan Tenang Lalu Visualisasikan Kebanyakan dari kita perlu


duduk dan berfikir dengan tenang pada apa yang baru saja dilihat, dibaca
atau didengar. Tataplah ia dengan mata fikiran anda dan buatlah “film
mental” darinya. Ia mungkin hanya suatu potongan seperti pemutaran
ulang sesaat dalam suatu program olahraga. Itu membantu menyimpan
informasi dalam memori visual anda.

Para pelayan penerbang Trans World Airlines (TWA) yang mengikuti tes
keamanan penerbangan menggunakan gambar-gambar untuk
meningkatkan angka kelulusan mereka dari 70 menjadi 100% dengan
sekuens berikut ini.

1) Mereka mengelilingi pesawat terbang, dengan mencatat lokasi-lokasi


yang aman

181 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


2) Kemudian mereka mengidentifikasi lokasi-lokasi pada diagram yang
dapat mereka ingat

3) Mereka mengakurkan lokasi-lokasi itu dengan diagram induk

4) Kemudian mereka duduk, menutup mata, dan menggambarkan lokasi-


lokasi itu dalam mata fikiran mereka. Akhirnya mereka membuat
diagram lokasi sekali lagi.

Bagaimana anda dapat menambahkan citra mental setelah anda


mempelajari sesuatu?

- Gambar Saja Sering sekali strategi visual yang paling sederhana adalah
menggambarkan seuah sketsa atau merancang sebuah karta, grafik atau
diagram.

Peta konsep, hasil langkah survey, diharapkan menumbuhkan motivasi


peserta diklat untuk mempelajari bahan ajar lebih lanjut.

Keingintahuan peserta diklat dituangkan dalam kegiatan bertanya, sehingga


langkah kedua SQ3R adalah Question. Dari peta konsep yang dihasilkan,
peserta diklat diminta untuk menanyakan, atau menyusun pertanyaan-
pertanyaan yang jelas, singkat, dan relevan dengan bagian-bagian teks yang
telah ditandai pada langkah pertama. Jumlah pertanyaan tergantung pada
panjang pendeknya teks, dan kemampuan peserta dalam memahami teks
yang sedang dipelajari. Jika teks yang sedang dipelajari siswa berisi hal-hal
yang sebelumnya sudah diketahui, mungkin mereka hanya perlu membuat
beberapa pertanyaan. Sebaliknya, apabila latar belakang pengetahuan siswa
tidak berhubungan dengan isi teks, maka perlu menyusun pertanyaan
sebanyak-banyaknya. Kegiatan ini setara dengan kegiatan bertanya pada
pendekatan ilmiah dalam pembelajaran

182 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


Langkah ketiga adalah membaca teks (Read). Peserta diklat diminta untuk
mencari jawaban dari pertanyaan yang mereka buat dengan cara membaca
secara aktif teks yang disediakan. Dalam hal ini membaca secara aktif juga
berarti membaca yang difokuskan pada paragraf-paragraf yang diperkirakan
mengandung jawaban-jawaban yang relevan dengan pertanyaan tadi. Jika
sebuah pertanyaan tak terjawab, peserta diklat diminta menjawab
pertanyaan berikutnya. Demikian seterusnya, hingga seluruh pertanyaan,
termasuk yang belum terjawab, dapat diselesaikan dengan baik

Langkah keempat adalah Recite (mengkutip ulang). Peserta diklat


mengemukakan jawaban-jawaban atas pertanyaan yang telah tersusun
dengan bahasa dirinya. Peserta diklat dilatih untuk tidak membuka teks
bahan ajar dalam mengutip ulang jawaban, sebaliknya mereka diminta untuk
mengutip hasil kegiatan membacanya, dengan bahasa sendiri

Langkah kelima adalah Review (mengomunikasikan setiap jawaban yang


telah di temukan), peserta diklat diminta meninjau ulang seluruh pertanyaan
dan jawaban secara singkat, langkah ini setara dengan dengan langkah
mengkomunikasikan dalam pembelajaran pendekatan ilmiah.

Hal yang perlu diketahui juga adalah bahwa bahan ajar ini bukan berupa
bahan ajar “self contained” sepenuhnya yang memberikan informasi secara
komprehensif, namun sebagaimana diamanatkan oleh permendikbud 65
tahun 2013 mengenai standar proses, ada banyak sumber belajar yang lain
yang perlu dipelajari.

E. LATIHAN

Bandingkan langkah-langkah pembelajaran dalam pendekatan pembelajaran


ilmiah, pembelajaran untuk menemukan (discovery learning), pembelajaran
berbasis projek, dan pembelajaran berbasis masalah! Apa kesimpulan anda?

183 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


F. KUNCI JAWABAN

Pendekatan ilmiah Discovery Learning Project Based Problem Based


Learning Learning

1. Stimulation
(stimulasi/pemberi
an rangsangan)
2. Problem 1. Penentuan 1. Pendefinisi
statement Pertanyaan an Masalah
(pernyataan/ Mendasar (Defining
identifikasi (Start With the
masalah) the Problem)
Essential
Question)
2. Mendesain
Perencana
an Proyek
(Design a
Plan for the
Project)
3. Menyusun
Jadwal
(Create a
Schedule)
1. Mengamati 2. Data collection 4. Memonitor 2. Pembelajar
(pengumpulan peserta an Mandiri
data). didik dan (Self
kemajuan Learning)
proyek
(Monitor
the
Students
and the
progress of
project)
Menanya 3. 5. 3.
4. Data processing
(pengolahan data)
6. Menguji
Hasil

184 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran


(Assess the
Outcome)
5. 6. Verification
(pembuktian)
4. Pertukaran
Pengetahu
an
(Exchange
knowledge)

7. Mengevalu 5. Penilaian
asi (Assessme
Pengalama nt)
n (Evaluate
the
Experience
)
7. 8. Generalization
(menarik
kesimpulan/gener
alisasi)

PENUTUP

Bahan ajar ini dirancang untuk membekali peserta diklat dalam menguasai
salah satu kompetensi pedagogic. Harapan penulis, dengan mempelajari
bahan ajar ini pembaca dapat menguasai salah satu kompetensi pedagogic
tersebut, dan tidak terhambat dalam mencapai uji kompetensi guru. Masukan
dari para perancang uji kompetensi dan penggunan bahan ajar ini sangat
diharapkan demi ketergunaan bahan ajar ini bagi para guru khususnya.

DAFTAR PUSTAKA

Katz, Joseph, et. Al. 1973. Services of Student. San Fransisco: Josey-Bass
Inc.

Imron, Ali. 2005. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: DP3M
Depdiknas.

185 | Alih Fungsi – Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai