Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala rahmat yang
diberikan-Nya sehingga tugas Makalah ini dapat saya selesaikan. Makalah ini saya
buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas Hukum Internasional.
Dalam menyelesaikan tugas mata kuliah ini mulai dari penyusunan makalah
dan mencari kasus, saya banyak mengalami hambatan dan kesulitan. Tetapi
semuanya dapat saya selesaikan dengan baik berkat tuntunan Allah Yang Maha Esa.
Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen
yang telah menugaskan kepada saya untuk menganalisis kasus ini sehingga melalui
makalah ini saya mendapatkan ilmu.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya dan dapat menambah Ilmu bagi yang membaca makalah ini.
Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Jakarta, 1 Juli 2019

Suci Wulandari

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................... 1


DAFTAR ISI ...................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................... 4
2.1 Peristiwa Hukum .................................................................... 4
2.2 Permasalahan Hukum ............................................................ 4
2.3 Analisis Kasus ........................................................................ 5
BAB III PENUTUP ............................................................................. 7
3.1 Kesimpulan ........................................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 8

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah laut yang sangat luas.
Luas perairan Indonesia ternyata mendapat urutan ke-7 di dunia. Diperkirakan
Luasnya mencapai 3.273.810 km. sebagian besar wilayah Indonesia adalah lautan,
sehingga secara alamiah Indonesia dapat dikatakan sebagai bangsa yang bahari.
Hal ini ditambah lagi dengan letak wilayah yang strategis. Hamparan laut yang
luas ini sangat berpotensi untuk mengembangkan sumber daya laut yang memiliki
keragaman baik sumber daya hayati maupun yang lainnya.
Polutan dan jenis minyak mentah yang ada di perairan sering menjadi isu-isu
lingkungan sehingga dapat menjadi ancaman yang terkait dengan iklim investasi.
Tumpahan minyak juga menunjukan pengaruh yang negative sekaligus sangat
penting terhadap lingkungan pesisir dan perairan laut terutama melalui kontak
langsung dengan organisme perairan.
Secara tak langsung, pencemaran yang terjadi akibat minyak yang
menggenangi lautan dengan susunannya yang kompleks dapat membinasakan
kekayaan laut dan mengganggu kesuburan lumpur di dasar laut. Ikan yang tinggal
di sekitarnya akan mati atau ada juga yang berimigrasi ke tempat lain. Selain itu
terumbu karang juga ikut merasakan dampaknya. 50 persen dari terumbu karang
dan mangrove sangat peka terhadap minyak yang dapat menyebabkan kerusakan
yang fatal terhadap biota laut tersebut. (ekapgsdump.com)

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Penyelesaian Hukum dalam Kasus Tumpahan Minyak Indonesia-
Singapura dalam Hukum Internasional ?

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Peristiwa Hukum

Pada tahun 2015 kemarin, Indonesia dikejutkan dengan peristiwa tumpahan


minyak yang menggenangi wilayah perairan Indonesia di sebelah barat daya, tepatnya
perbatasan Indonesia degnan Singapura di wilayah Selat Malaka. Peristiwa tersebut
tepatnya terjadi di perairan sekitar 11 mil laut timur Pedra Branca, sebuah pulau
terpencil yang merupakan titik paling timur di Singapura. Tumpahan minyak ini
disebabkan oleh tabrakan yang terjadi antara kapal MT Alyarmouk dari Libya dengan
kapal MV Sinar Kapuas yang merupakan milik pemerintah Singapura. Tabrakan
tersebut menyebabkan robeknya lambung kapal Alyarmouk yang sedang dalam
perjalanan menuju Tiongkok dan menumpahkan minyak bertipe Madura Crude Oil.
Diperkirakan jumlah minyak yang tumpah adalah sebesar 4.500 ton minyak mentah.
(p3sdlp.litbang.kkp.go.id)

2.2 Permasalahan Hukum

Akibat dari Tabrakan ini, tumpahan minyak yang disebabkan oleh kapal
tersebut mencemari laut. Tumpahan minyak tak hanya mencemari perairan
Singapura, namun Indonesia pun mendapat imbas dari peristiwa tersebut. Pulau
Bintan yang merupakan salah satu pulau terluar Indonesia yang berbatasan dengan
Singapura, terkena rembetan dari minyak tersebut di sebelah utara pulau. Pulau
Bintan adalah salah satu pulau yang paling terancam, pasalnya lokasi kecelakaan
hanya 18,6 mil dari pulau Bintan. Tumpahan minyak ini dikhawatirkan akan
menimbulkan efek rusaknya ekosistem laut yang berada di sekitar pulau Bintan.
(indo.wsj.com)

Dalam hukum Internasional, sebenarnya dari kasus ini, Indonesia berhak


untuk mengajukan upaya hukum untuk meminta pertanggung jawaban dari kapal

4
tersebut. Hal ini dikarenakan Indonesia terkena imbas dari tabrakan. Terlebih lagi
menurut hukum Internasional, siapapun berhak untuk menggugat selama penggugat
terkena dampak pencemaran lingkungan secara langsung. Sesuai dengan yang tertera
di dalam hukum Internasional.

2.3 Analisis

Para pihak: Tumpahan minyak yang disebabkan oleh tabrakan yang terjadi antara
kapal MT Alyarmouk dari Libya dengan kapal MV Sinar Kapuas yang merupakan
milik pemerintah Singapura.

Permasalahan hukum yang harus diselesaikan yaitu masalah Hukum Pencemaran


Lingkungan Laut dan juga Tabrakan kapal.

a. Hukum Pencemaran Lingkungan Laut.

Tumpahan Minyak yang disebabkan oleh tabrakan kapal MT Alyarmouk dan


MV Sinar Kapuas merupakan masalah yang serius. Dalam hukum laut Internasional,
Prof. Dikdik Muhammad Sodik (2014) menerangkan definisi terlebih dahulu
mengenai pencemaran lingkungan laut. Menurut pasal 1 ayat 4 Konvensi Hukum
Laut 1982.

Berdasarkan pasal tersebut maka pencemaran laut dapat diartikan sebagai


masuk atau dimasukkannya zat, dan energi kedalam lingkungan laut termasuk muara
oleh kegiatan manusia, yang mengakibatkan rusaknya sumber daya hayati dan
kehidupan di laut, mengancam kesehatan manusia, mengganggu kegiatan-kegiatan
laut. Dengan demikian , pencemaran laut dapat diartikan sebagai bentuk marine
environmental damage dalam arti adanya pengerusakan, gangguan dan perubahan
yang menyebabkan lingkungan laut tak berfungsi dengan baik. (Sodik:2014)

Indonesia merupakan negara yang telah meratifikasi UNCLOS yaitu konvensi


PBB tentang Hukum Laut. Indonesia telah meratifikasi Undang-undang nomor 17

5
tahun 1985. Dalam ketentuan 192 UNCLOS menjelaskan bahwa negara-negara wajib
melindungi dan melestarikan lingkungan laut.

Dalam kasus Tumpahan minyak tersebut, pemilik kapal tangki mempunyai


kewajibann untuk mengganti rugi terhadap kerusakan pencemaran yang disebabkan
oleh kapal yang menumpahkan minyak tersebut.

Negara pemilik kapal harus memberikan ganti rugi terhadap negara yang
menjadi korban pencemaran laut yang disini adalah Indonesia. Dalam Hukum Laut
Internasional pasal 235 tentang tanggung jawab dan kewajiban ganti rugi, Negara-
negara bertanggung jawab untuk pemenuhan kewajiban-kewajiban internasional
mereka berkenaan dengan perlindungan dan pelestarian lingkungan laut. Mereka
harus memilkul kewajiban ganti rugi sesuai dengan hukum internasional.(Kusuma
Atmaja:1992). Dari peraturan tersebut, disini Indonesia sebagai korban dari tabrakan
kapal berhak untuk memperoleh ganti rugi sesuai dengan biaya pelestarian laut
menurut hukum Internasional.

b. Hukum Tabrakan Kapal MT Alyarmouk dan MV Sinar Kapuas

Hukum mengenai tabrakan kapal diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum


dagang. Dalam kitab hukum ini dibahas mengenai tubrukan yang dilakukan oleh
kapal kepada kapal yang lainnya. Dari yang terlaihat pada tubrukan kapal Alyarmouk
dan MV Sinar Kapuas tersebut, peristiwa tubrukan merupakan kesalahan dari kedua
belah pihak. Jadi sesuai dengan pasal 537 Kitab Undang-undang Hukum Dagang
dikatakan bila tubrukan kapal itu diakibatkan oleh kedua belah pihak, maka tanggung
jawab Antara keduanya seimbang dengan kesalahan yang dilakukan oleh kedua belah
pihak. Jadi dalam kasus ini kedua belah pihak berhak untuk memberikan ganti rugi
secara berimbang kepada masing-masing pemilik kapal yang dirugikan. Dan juga
kepada negara yang menjadi korban dari tabrakan tersebut.

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Seperti yang tertera di dalam hukum Internasional, bahwa perlindungan


terhadap pencemaran laut yang terjadi merupakan kewajiban seluruh negara bukan
hanya negara yang memiliki kepemilikan akan laut tersebut. Jadi ketika ada kasus
yang menimpa lingkungan laut seperti kasus diatas maka yang harus bertanggung
jawab adalah negara yang terkait atau yang melakukan tabrakan kapal sesuai dengan
tertera dalam Hukum Internasional tentang Hukum Laut.

Di dalam kasus ini dapat ditarik kesimpulan bahwa Indonesia berhak untuk
meminta ganti rugi akibat tercemarnya laut di wilayah pulau Bintan. Hal ini
dikarenakan tumpahan minyak tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada laut serta
biota laut yang hidup di dalamnya. Mengenai kerugian kapal tersebut diatur di dalam
Kitab Undang-Undang Perdagangan. Dimana tabrakan tersebut harus ditanggung
secara seimbang oleh pemilik kapal sesuai dengan jumlah kerugian.

7
DAFTAR PUSTAKA

Kusumaatmaja, Mochtar.1992. Perlindungan dan Pelestarian Lingkungan Laut.


Jakarta:Sinar Graffika.

Sodik, Dikdik Mohamad. 2014. Hukum Laut Internasional dan Pengaturannya di


Indonesia: Edisi Revisi. Bandung: PT. Reflika Aditama.

Website:

“Kasus Baru Tumapahan minyak di Perbatasan Indonesia-Singapua” diakses dari:


http://p3sdlp.litbang.kkp.go.id/index.php/en/home/553-kasus-baru-tumpahan-
minyak-di-perbatasan-indonesia-singapura-2-januari-2015, pada tanggal 20 Juni 2019

“Dampak Tumpahan Minyak (Oil Spill) Di Perairan Laut Pada Kegiatan Industri
Migas dan Metode Penanggulangannya”. Sulistyono. Diakses dari:
http://pusdiklatmigas.esdm.go.id/file/t7-_Dampak_Tumpahan_---_Sulistyono.pdf,
Pada 20 Juni 2019

Kuncowati, “Pengaruh Pencemaran Minyak di Laut Terhadap Ekosistem laut” ,


diakses dari: http://www.hangtuah.ac.id/pdkk/images/stories/2_jurnal%201-pdp.pdf,
pada 20 Juni 2019.

-----“Kasus Tumpahan Minyak dan Dampak Ekologis” diakses dari:


https://ekapgsdump.com/2015/06/14/kasus-tumpahan-minyak-dan-dampak-
ekologis/comment-page-1/, pada tanggal 20 Juni 2019.

-------“Kajian Hukum atas Pencemaran Laut dan Upaya Penegakan Hukum” diakses
dari: http://kanalhukum.id/liputan/pemerintah-tak-lindungi-hak-masyarakat-
indonesia-untuk-hidup/56, pada 20 Juni 2019.

http://indo.wsj.com/posts/2015/01/07/singapura-tangani-4-500-ton-tumpahan-
minyak/

8
TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER

HUKUM INTERNASIONAL

Kasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura dalam Hukum Internasional

“Tabrakan kapal tanker yang menyebabkan 4.500 ton minyak tumpah ke laut”

Disusun oleh:

Suci Wulandari (201722104)

Dosen Pembimbing:

Sari Amalia Dewi, SH, LLM

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

2019

Anda mungkin juga menyukai