SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi syarat
memperoleh gelar Sarjana Hukum
Oleh :
ROMI ARIFANDI
NIM : 1403101010121
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM - BANDA ACEH
2018
1
ABSTRAK
Pasal 310 angka (4) Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan menyatakan “setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor yang
karena kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan orang lain
meninggal dunia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah)”. Namun dalam hal ini masih
saja sering tejadi kecelakaan lalu lintas yang bahkan mengakibatkan matinya orang, yang
kemudian dalam penjatuhan sanksi pidananya terkadang dianggap tidak sesuai dengan
Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan jalan.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor penyebab pelaku
kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan matinya orang, pertimbangan hakim dalam
menjatuhkan putusan bagi pelaku tindak pidana kecelakaan lalu lintas, serta bagaimana
pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan
matinya orang.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis empiris melalui penelitian
kepustakaan dengan cara mempelajari peraturan perundang-undangan, buku teks, teori-teori,
dan tulisan ilmiah sebagai data sekunder dan penelitian lapangan dengan cara
mewawancarai para responden dan informan untuk memperoleh data primer.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat beberapa faktor penyebab
tejadinya kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan matinya orang, yaitu disebabkan oleh
faktor kelalaian manusia yang kurang berhati-hati dan kurang fokus saat bekendaraan, faktor
alam seperti kondisi jalan yang buruk, cuaca hujan dan kabut dan faktor kondisi kendaraan
yang tidak siap untuk dikendarai. Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan ialah
terdakwa telah berdamai dengan keluarga korban dan telah memberikan santunan, terdakwa
merupakan tulang punggung keluarga, serta adanya iktikad baik dari terdakwa.
Pertanggungjawaban pidana pelaku kecelakaan lalu lintas yaitu dengan menjalankan
hukuman pidana penjara selama 2 bulan.
Disarankan kepada Kepolisian untuk mengadakan sosialisasi mengenai aturan-aturan
dalam berlalu lintas kepada masyarakat, serta disarankan kepada aparat penegak hukum agar
dapat menjatuhkan hukuman pidana terhadap pelaku kecelakaan lalu lintas yang
mengakibatkan matinya orang sesuai dengan aturan yang berlaku dalam Undang-Undang
No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan agar memberikan efek jera.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
berkah dan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi
Takengon), skripsi ini untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat-syarat guna
memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Penulisan skripsi ini tidak mungkin berhasil diselesaikan tanpa kesempatan, bantuan,
bimbingan dan arahan, serta dorongan semangat dari berbagai pihak. Untuk itu ucapan
1. Bapak Adi Hermansyah, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
2. Bapak Tarmizi, S.H., M.Hum., selaku Dosen Wali dan Ketua Bagian Jurusan Hukum
Pidana, yang telah banyak meluangkan waktu memberikan nasehat dan bimbingan
3. Ibu Nur Siti, S.H, M.Hum. selaku Sekretais Bagian Jurusa Pidana, yang telah banyak
4. Bapak Prof. Dr. Ilyas, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Syiah
ii
5. Bapak/Ibu Dosen selaku Staf Pengajar pada Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh, yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan
materi kepada penulis serta staf Kependidikan yang telah melayani selama penulis
6. Terima Kasih kepada Informan Ibu Rina Bintar Handayani Kepala Satlantas Polres
Aceh Tengah dan Responden bapak Edo Juliansyah S.H Humas Pengadilan Negeri
Takengon, Hardiansyah Putraga Kepala Unit Laka Lantas Polres Aceh Tengah, Taufik
Ginting S.H Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Takengon, Hasan Basri
Terdakwa, Sugianto Terdakwa, Ade Yana Terdakwa yang telah memberikan banyak
Cut Jihan Olivia, dan Dini Liani yang telah mendukung dan banyak membantu saya
selama pekuliahan.
8. Terima Kasih juga untuk Davit Ardiwan, Iqbal Fahri, Alfaliki, Tarmizi, dan teman-
teman seperjuangan angkatan 2014 Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala yang tidak
dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan semangat dan membantu dalam
Terkhusus pada skripsi ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada Orang Tua tercinta (Alm) Affan Salim dan Ibunda (Almh) Nur Aliyah
yang telah memberikan doa sehingga anaknya dapat menyelesaikan Sarjana dan terima kasih
kepada Kakak dan abang saya Erni Yusnita, Laila, Armis Talauta, dan Susi Arita yang telah
iii
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran agar skripsi ini menjadi lebih baik. Akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih dan berharap semoga penulisan ini dapat bermanfaat
(Romi Arifandi)
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 3
C. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 4
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ..................................................... 4
E. Ruang Lingkup dan Tujuan Penulisan ......................................................... 5
F. Metode Penelitian......................................................................................... 6
G. Kegunaan Penelitian..................................................................................... 7
H. Keaslian Penelitian ....................................................................................... 8
I. Sistematika Penulisan................................................................................... 10
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA
KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MENGAKIBATKAN
MATINYA ORANG
A. Pengertian Tindak Pidana ............................................................................ 11
B. Tujuan Pemidanaan ...................................................................................... 13
C. Pengetian Lalu Lintas Dan Kecelakaan Lalu Lintas .................................... 17
D. Kesengajaan Dan Kealpaan ......................................................................... 19
E. Kelalaian Yang Mengakibatkan Kematian .................................................. 27
F. Penyidikan Tindak Pidana Kecelakaan Lalu Lintas..................................... 28
BAB III PENANGANAN KASUS KECELAKAAN LALU LINTAS
KARENA KELALAIANNYA MENGAKIBATKAN MATINYA
ORANG LAIN DIWILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI
TAKENGON
A. Faktor-foktor penyebab kecelakaan lalu di wilayah hukum
Pengadilan Negeri Takengon ....................................................................... 32
B. Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku
tindak pidana kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan matinya
orang ............................................................................................................ 45
C. Petanggungjawaban pidana pelaku kecelakaan lalu lintas yang
mengakibatkan matinya orang ..................................................................... 53
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................. 59
B. Saran ............................................................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... 62
v
BAB I
PENDAHULUAN
teknologi yang semakin pesat membawa dampak untuk negara agar mengikuti
bernegara.
kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Salah satu permasalahan lalu lintas yang
perlu mendapatkan perhatian serius adalah kecelakaan lalu lintas, yang biasanya
kecelakaan lalu lintas ini di dalam masyarakat sering terjadi, disebabkan karena
ketidak seriusan manusia dalam menanggapi suatu aturan jalan raya, sehingga
korban kecelakaan.
1
M. Umar Maksum, Agus Suprianto, Thalis Noor Cahyadi, M, Ulinhuha, Afronji,. Cara
Mudah Menghadapi Kasus-kasus Hukum Untuk Orang Awam. Yogyakarta, Sabda Media, 2009. hlm
107.
1
2
untuk berbagai keperluan pribadi atau umum secara tidak langsung bisa
kecelakaan di jalan selain hal-hal tersebut yaitu semakin banyak orang bepergian,
dan ini berkisar dari sifat acuh perseorangan dan masyarakat terhadap
pengekangan emosional dan fisik agar dapat hidup aman pada lingkungan yang
dinegara kita, perlu diatur mengenai bagaimana dapat dijamin lalu lintas yang
aman, tertib, lancar dan efisien guna menjamin kelancaran berbagai aktifitas
diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan
dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib, teratur, nyaman dan efisien, mampu
Mengakibatkan Kematian Dalam Kecelakaan Lalu Lintas” Vol.I No.1, 2012, hlm. 33.
3
kepolisian dalam membantu kelancaran lalu lintas dan pemberian hukuman yang
tegas terhadap pelanggaran lalu lintas, sesuai dengan tugas kepolisian yang
yaitu berjumlah 4 (empat) kasus, salah satu kasus yaitu yang terjadi pada tahun
No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan dalam Pasal 310
ayat (3) yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak
B. Hipotesis Penelitian
tindak pidana kecelakaan lalu lintas yaitu karena telah adanya perdamaian
yang dilakukan antara pelaku dengan pihak keluarga korban dan pelaku telah
yaitu dengan menjalankan proses pidana penjara yang telah ditetapkan oleh
C. Identifikasi Masalah
berikut :
lalu lintas?
b) kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan
tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna Jalan lain
c) Kealpaan terdiri atas dua bagian yaitu tidak berhati-hati melakukan suatu
berbuat itu telah mengetahui bahwa dari perbuatan itu mungkin akan timbul
Ruang lingkup penelitian ini adalah dalam bidang Hukum Pidana dalam
hal ini mengenai Kecelakaan Lalu Lintas yang menyebabkan matinya orang lain.
Takengon.
3
Tri Andrisman. Hukum Pidana. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 2007. hlm 81
4
Leden Marpaung, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, Jakarta, Sinar Grafika,2009 ,hlm.
25
7
orang.
F. Kegunaan Penelitian
dibidang hukum pidana yang sedang ditempuh saat ini. Hasil dalam penelitian
ini juga diharapkan dapat memberikan masukan atau bahan pertimbangan bagi
G. Keaslian Penelitian
1. Skripsi atas nama Kiki Maulidar, dengan Judul Penyelesaian Tindak Pidana
2. Skripsi atas nama Dewi Febriany Sidauruk, dengan Judul Pemenuhan Hak
tindak pidana kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan luka berat melalui
Sidauruk, yang membedakan dari penelitian ini adalah objek penelitiannya yang
berfokus pada pemenuhan hak koban kecelakaan lalu lintas. Penelitian yang akan
dilakukan ini dapat dikatakan asli, baik dari segi ruang lingkup, rumusan
masalah, materi, maupun objek penelitiannya tidak ada yang sama dengan
ini dapat dipertanggungjawabkan dan merupakan hasil karya sendiri bukan dari
H. METODE PENELITIAN
konsisten. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Jenis Penelitian
dengan data primer yang diperoleh di lapangan. Adapun lokasi dan populasi
a) Lokasi Penelitian
karena terdapat kasus kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan matinya orang,
b) Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini meliputi para pihak yang terkait dengan
orang lain diwilayah hukum Pengadilan Negeri Takengon, yang terdiri dari ,
keseluruhan populasi dipilih sampel yang terdiri dari responden dan informan
Responden
d) Pelaku 3 orang
Informan
skripsi.
11
I. Sistematika Penulisan
materi atau isi dari skripsi ini menjadi 4 (empat) bab dengan sistematika sebagai
berikut :
lintas yang mengakibatkan matinya orang, baik itu mengenai pengertian tindak
pidana, tujuan pemidanaan, pengertian lalu lintas dan kecelakaan lalu lintas,
Bab III merupakan bab hasil penelitian yang membahas tentang faktor-
pidana tehadap pelaku tindak pidana kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan
Takengon.
Bab IV merupakan bab terakhir, yaitu sebagai bab penutup yang berisi
menyebutkan apa yang kita kenal sebagai “Strafbaar Feit” (Belanda). Strafbaar
feit merupakan istilah asli bahasa Belanda yang diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia dengan berbagai arti diantaranya yaitu, tindak pidana, delik, perbuatan
pidana, peristiwa pidana maupun perbuatan yang dapat dipidana. Kata Strafbaar
feit terdiri dari 3 kata, yakni straf, baar dan feit. Berbagai istilah yang digunakan
sebagai terjemahan dari strafbaar feit itu, ternyata straf diterjemahkan sebagai
pidana dan hukum. Perkataan baar diterjemahkan dengan dapat dan boleh,
dan perbuatan.5
suatu perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, dimana larangan tersebut
disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu bagi siapa saja yang
dan dilakukan dengan kesalahan. Orang yang melakukan perbuatan pidana akan
5
Adami Chazawi, Pengantar Hukum Pidana Bag 1, Grafindo, Jakarta ,2002, hlm 69
11
12
oleh seseorang yang mampu bertanggung jawab.7 Menurut Simon, tindak pidana
adalah tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun
Unsur – unsur tindak pidana menurut Simon, dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :9
adanya kesalahan.
Rumusan pengertian tindak pidana oleh simons dipandang sebagai rumusan yang
6
19 Andi Hamzah, Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana, Jakarta, Ghalia
Indonesia, 2001, hlm. 22
7
Masruchin Ruba’i, Asas-asas Hukum Pidana, IJM Press, Malang, 2001, hlm 22
8
Tongat, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia Dalam Perspektif Pembaharuan, UMM
Press, Malang, 2008, hlm 95
9
Roni Wiyanto.. Asas-asas Hukum Pidana Indonesia.Bandung, C.V.Mandar Maju, 2012,
hlm 160
13
dengan sendirinya, tetapi karena adanya penyebab dari suatu hal. Hal ini berarti
bahwa suatu peristiwa atau tindakan dapat menimbulkan suatu atau beberapa
dengan kausalitas adalah suatu hal yang menyebabkan ada atau terjadinya suatu
adalah hasil atau akibat dari penerapan hukum tadi yang maknanya lebih luas
daripada pidana, sebab mencakup juga keputusan hakim dalam lapangan hukum
perdata.10
dapat diketahui apakah tindakan yang dilakukan oleh orang tersebut tergolong
sebagai suatu tindak pidana atau bukan. Selain itu, dapat dikatakan pula bahwa
dapat dipidananya suatu tingkah laku tergantung pada timbulnya suatu akibat dari
tindakan tersebut.
B. Tujuan Pemidanaan
absolut dari suatu keadilan, akan tetapi memidana harus ada tujuan lebih jauh
daripada hanya menjatuhkan pidana saja, atau pidana bukanlah sekedar untuk
10
Muladi dan Barda Nawawi Arief,. Teori - teori dan Kebijakan Hukum Pidana. Alumni,
Bandung. 2005. hlm. 1.
14
bermanfaat.11
Menurut pendapat Karl O. Christiamen ciri-ciri pokok pada teori absolut adalah
kembali si pelanggar.
absolut dari suatu keadilan akan tetapi “memidana harus ada tujuan lebih jauh
daripada hanya menjatuhkan pidana saja, atau pidana bukanlah sekedar untuk
11
Niniek Suparni, Eksistensi Pidana Denda Dalam Sistem Pidana Dan Pemidanaan,
Sinar Grafika Offset, Jakarta, 2007, hlm. 17.
12
Muladi dan Barda Nawawi Arief, op.cit, hlm.17.
15
bermanfaat. 13
perbuatan pidana merasa takut menerima hukuman, maka dia tidak akan
demikian, tujuan hukum pidana ada yang berfungsi preventif yaitu memberikan
rasa takut untuk melakukan perbuatan pidana, dan fungsi represif yaitu mendidik
seseorang yang melakukan perbuatan pidana supaya sadar dan menjadi orang
yang baik.14
sebagai berikut :
pidana.
13
Niniek Suparni, op.cit, hlm. 17.
14
Muhammad Taufiq, Mahalnya Keadilan Hukum, Surakarta, MT & P Law Firm, 2012,
hal. 5
16
3. Teori Gabungan
dan asas tertib pertahanan tata tertib masyarakat, dengan kata lain dua alasan itu
menjadi dasar dari penjatuhan pidana. Pada dasarnya teori gabungan adalah
gabungan teori absolut dan teori relatif. Gabungan kedua teori itu mengajarkan
Teori gabungan ini dapat dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu :16
tidak boleh melampaui batas dari apa yang pelu dan cukup untuk dapatnya
tetapi penderitaan atas dijatuhinya pidana tidak boleh lebih berat daripada
15
Leden Marpaung, Asas-Teori-Praktek Hukum Pidana, Jakarta : Sinar Grafika, 2009,
Hlm 107
16
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I, Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2010, Hlm
162
17
Sholehuddin,. Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana, Ide Dasar Double Track System
dan Implementasinya. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002. hlm. 119
17
pembalasan atas tindak pidana yang terjadi atau merupakan tujuan yang layak dari
proses pidana sebagai pencegahan tingkah laku yang anti sosial. Menentukan titik
temu dari dua pandangan tersebut jika tidak berhasil dilakukan, memerlukan
formulasi baru dalam sistem atau tujuan pemidanaan dalam hukum pidana.
di jalan, dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat gerak.
Menurut Undang Undang No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan
Jalan Pasal 1 butir 24, “kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang
tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa
pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta
kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan hilangnya nyawa manusia, luka berat,
juga merupakan suatu tindak pidana dan suatu tindak pidana tentunya ada
pertanggung jawaban oleh pelaku. Kelalaian adalah suatu tindak pidana yang
tidak di kehendaki oleh pelaku, kelalaian biasanya disebut juga dengan kesalahan,
18
Zainal Abidin, Pemidanaan, Pidana dan Tindakan dalam Rancangan KUHP: Position
Paper Advokasi RUU KUHP Seri 3, Jakarta, ELSAM, 2005, hlm. 10
18
kurang hati-hati, atau kealpaan (culpa), arti culpa adalah kesalahan pada
umumnya, tetapi dalam ilmu pengetahuan hukum mempunyai arti teknis yaitu
suatu macam kesalahan si pelaku tindak pidana yang tidak seberat seperti
terjadi.19
kejadian atau peristiwa yang menyebabkan orang celaka. Kecelakaan lalu lintas
merupakan tindak pidana dikarenakan dalam Aturan Penutup Pasal 103 KUHP
dijelaskan ketentuan-ketentuan dalam Bab I sampai Bab VIII buku ini juga
lainnya diancam dengan pidana, kecuali jika oleh undang-undang ditentukan lain.
lintas merupakan suatu kejadian yang tidak disangka-sangka atau diduga dan
tidak diinginkan yang disebabkan oleh kenderaan bermotor, terjadi di jalan raya,
atau tempat terbuka yang dijadikan sebagai sarana lalu lintas serta mengakibatkan
kerusakan, luka-luka serta bahkan kematian manusia dan kerugian harta benda.
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kecelakaan Lalu Lintas
19
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Bandung, Refika
Aditama, 2003 hal 72
19
1) Kesengajaan (dolus)
inggris disebut intention yang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sengaja
Hukum Pidana (KUHP) sendiri tidak merumuskan apa yang dimaksud dengan
opzet. Walaupun demikian, pengertisn opzet ini sangat penting, oleh karena
unsur culpa. Kata kesengajaan berasal dari kata "sengaja", dalam bahasa
Inggrisnya adalah Intention, dari kata Intend yang artinya berniat melakukan
sesuatu, atau dari kata Intentional, Premeditated, And Willful yang artinya dengan
tidak baik, juga pernah dicantumkan di dalam Pasal 11 Criminal Wetboek 1809
1881 yang milai berlaku 1 September 1886 tidak lagi mencantumkan arti
Menurut oxford advanced learner's dictionary " that which one purposes
untuk melakukan sesuatu. Jika dihubungkan dengan tindak pidana maka, dalam
unsur-unsur tersebut, yaitu harus ada kehendak, keinginan, atau kemauan pada
diri seseorang untuk melakukan tindak pidana, orang yang berbuat sesuatu dengan
perbuatannya.22
Sifat kesengajaan yang tidak berwarna (kleurloos) Teori ini dianut oleh Simons,
Pompe, Jonkers, dan M.v.T. Teori ini menyimpulkan bahwa cukuplah pelaku itu
itu dilarang.23
21
R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia. Edisi Revisi. Jakarta, Rajawali Pers,
2010, hlm 219
22
CST Kansil, Pokok-Pokok Hukum Pidana., Jakarta.Pradnya Paramita, 2004. hlm. 51
23
Moeljatno, Op.Cit, hlm. 132
21
2) Kelalaian/Kealpaan (Culpa)
Arti kata culpa atau kelalaian ialah kesalahan pada umumnya, akan tetapi
culpa pada ilmu pengetahuan hukum mempunyai arti teknis yaitu suatu macam
sesuatu terjadi. Vos menyatakan bahwa culpa mempunyai dua unsur yaitu:24
kealpaan. Namun dari ilmu pengetahuan hukum pidana diketahui bahwa inti dari
merasa dapat mencegahnya yang kemudian akibat itu jelas pasti akan
terjadi, dia lebih suka untuk tidak melakukan tindakan yang akan
24
Kansil, Op,Cit., 54
22
juga diancam dengan pidana, walaupun dengan ringan, adalah bahwa berbeda
dengan kesengajaan atau dolus yang sifatnya menentang larangan justru dengan
yang sudah dapat di bayangkan akibat buruk akan terjadi, tapi tetap
melakukannya
b) kealpaan yang tidak disadari, bila pelaku tidak dapat membayangkan sama
bayangkan.
25
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana , Jakarta.Raja Grafindo Persada 2011. hlm 106
23
Pasal-Pasal KUHP adalah kesalahan yang agak berat. Istilah yang mereka
schuld ini belum tegas seperti kesengajaan, namun dengan istilah grove schuld ini
sudah ada sekedar ancar-ancar bahwa tidak masuk culpa apabila seorang pelaku
tidak perlu sangat berhati-hati untuk bebas dari hukuman.26 Syarat untuk
hatian besar yang cukup; bukan culpa levis (kelalaian ringan), melainkan culpa
Dikatakan sebagai kealpaan yang tidak disadari yaitu apabila pelaku tidak
disadari ini lebih berat sanksi pidananya dibandingkan dengan kealpaan yang
tidak disadari.
1) Karena salahnya (door zijn schuld te wijten is) antara lain pada Pasal 188,
191, 195, 359, 360 KUHP. Berdasarkan ketentuan Pasal 188 yang berbunyi
atau banjir, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau
26
Prodjodikoro, Wirjono. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia. PT Refika Aditama.
2003. Hlm 73
27
Jan Remmelink, Hukum Pidana. PT Gramedia Pustaka Utama 2003, hlm. 179
24
pidana kurungan paling lama satu tahun atau pidana denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah, jika karena perbuatan itu timbul bahaya umum
bagi barang, jika karena perbuatan itu timbul bahaya bagi nyawa orang lain,
atau jika karena perbuatan itu mengakibatkan orang mati.” Dalam kalimat ini
sudah dengan jelas disebutkan bahwa Pasal ini berlaku jika perbuatan tersebut
terjadi bukan atas kesengajaan, namun disebabkan oleh kelalaian dan ada
bagi barang, nyawa orang lain atau bahkan mengakibatkan orang mati.
2) Harus dapat menduga (rederlijkerwijs moet vermoden) pada Pasal 287, 292,
480 KUHP. Dalam Pasal 480 KUHP disebutkan bahwa Diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak
kejahatan.
harus diduga” yang bermakna bahwa suatu benda itu diperoleh dari kejahatan
3) Ada alasan kuat baginya untuk menduga yaitu terdapat di dalam Pasal 282
diperoleh, diancam, jika ada alasan kuat baginya untuk menduga bahwa
tulisan, gambaran atau benda itu melanggar kesusilaan, dengan pidana paling
lama Sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah.” Tindak pidana yang diatur dalam Pasal 282 ayat 2 pada dasarnya
adalah sama dengan tindak pidana yang diatur dalam Pasal 282 ayat 1 KUHP,
kecuali terhadap unsur subjektifnya, yakni karena bagi tindak pidana yang
unsur culpa pada diri pelaku yang dibuktikan dengan dipakainya kata-kata
jika ada alasan kuat baginya untuk menduga di dalam rumusan tindak pidana
tersebut.
orang” yang terdapat dalam Pasal 359 KUHP yang selengkapnya berbunyi,
26
Perlu dicermati dalam unsur-unsur Pasal 359 KUHP yang dituju adalah
terhadap Pasal 359 KUHP ini sering dijumpai dalam peristiwa kecelakaan lalu
lintas yang mengakibatkan matinya orang lain. Akan tetapi Pasal ini dapat pula
Kelalaian (culpa) terletak antara sengaja dan kebetulan. Bagaimana pun juga
culpa dipandang lebih ringan dibanding dengan sengaja. Oleh karena itu
28
Moeljatno, Op.Cit. hlm 169
27
pengetahuan, atau bertindak kurang terarah. Culpa di sini jelas merujuk pada
kemampuan psikis (jiwa) seseorang dan karena itu dapat dikatakan bahwa culpa
berarti tidak atau kurang menduga secara nyata (terlebih dahulu kemungkinan
munculnya) akibat fatal dari tindakan orang tersebut, padahal itu mudah
Menurut ilmu hukum pidana, kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu
Pada ketentuan Pasal 310 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu
Kendaraan dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (2),
dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda
dalam Pasal 229 ayat (3), dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (4), dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan merupakan hak polisi untuk
Menurut Satjipto Rahardjo, sosok polisi yang ideal di seluruh dunia adalah polisi
Ketentuan umum yang diatur dalam Pasal 1 butir 1 dan 2 Kitab Undang-
dan penyidikan yang menyatakan bahwa penyidik adalah pejabat polisi Negara
Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri tertentu yang diberi wewenang
29
Satjipto Rahardjo, , Menuju Kepolisian Republik Indonesia Mandiri yang Profesional,
Jakarta, Yayasan Tenaga Kerja, 2000, hlm 10.
29
yang dilakukan pejabat penyidikan sesuai dengan cara yang diatur dalam undang-
undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti, dan dengan bukti itu membuat
atau menjadi terang tindak pidana yang terjadi serta sekaligus menemukan
“Petugas Polri yang melakukan Penyidikan Kecelakaan Lalu Lintas terdiri atas:
kepolisian, yang menangani adalah Sat Lantas khususnya Idik Laka. Pejabat yang
bertanggung jawab secara teknis dalam proses tersebut adalah Kasat Lantas
sebagai penyidik. Dalam proses tersebut mulai dari TKP yang menangani adalah
petugas lalu lintas lapangan (Unit penjagaan dan pengaturan) atau Unit Patwal.
Penyidik pembantu dari Idik Laka selanjutnya memproses laporan dan melakukan
dari anggota Polantas minimal 2 (dua) orang dan anggota Sabhara minimal 2
(dua) orang serta unsur bantuan teknis (laboratorium kriminal dan identifikasi
untuk melakukan pemotretan, pengambilan sidik jari dan tindakan lain yang
diperlukan). Apabila kecelakaan lalu lintas berakibat kemacetan lalu lintas yang
pengemudi agar pengemudi sabar untuk antri karena telah terjadi kecelakaan lalu
lintas.31
30
Ramadan, Jurnal, Peranan Kepolisian Dalam Penyidikan Kasus Kecelakaan Lalu
Lintas Yang Mengakibatkan Luka Berat Dan Kematian (Studi Kasus Di POLRESTA Pematang
Siantar), 2014. Hlm. 8
31
Ibid, hlm 9
31
dari proses peradilan pidana, maka tata cara pembuktian tersebut terikat pada
Hukum Acara Pidana yang berlaku yaitu Undang-Undang nomor 8 tahun 1981.
Berita Acara Pemeriksaan di TKP dibuat oleh Penyidik/ Penyidik Pembantu yang
a) Hasil yang diketemukan di TKP baik TKP itu sendiri, korban, saksi-saksi,
dilakukan.
32
Ibid, hlm 10
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU- BUKU
Andi Hamzah, Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana, Jakarta, Ghalia
Indonesia, 2001
Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulagan
Kejahatan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001
CST Kansil, Pokok-Pokok Hukum Pidana. Jakarta. Pradya Paramita, 2004
Leden Marpaung, Asas-Teori dan Praktek Hukum Pidana, Jakarta, Sinar Grafika,
2009
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori - teori dan Kebijakan Hukum Pidana.
Alumni, Bandung, 2005
59
60
Sholehuddin, Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana, Ide Dasar Double Track
System dan Implementasinya. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan
C. JURNAL