Tujuan Pembelajaran
Tugas ini mengenai rezim hukum ruang udara dan angkasa, mahasiswa hukum
internasional, dalam hal ini penulis telah merancang tujuan pembelajaran yaitu:
1.Rezim hukum ruang udara
2.
3.
The contracting States recognize that every State, in the exercise of its
sovereignty, is entitled to require the landing at some designated airport of a
civil aircraft flying above its territory without authority 4
Berdasarkan pasal 3 huruf (b) tersebut dapat disimpulkan bahwa apabila terjadi
pelanggaran atas wilayah udara suatu negara, untuk menegakan kedaulatan negara
tersebut, negara yang memiliki kedaulatan atas ruang udara harus meminta peswat
penerbangan sipil tersebut untuk mendarat di bandar udara tertentu.
Dalam proses penegakkan kedaulatan ruang udara tersebut, diatur pula mengenai
ketentuan yang harus diikuti oleh negara yang ruang udaranya dilanggar yang
terdapat dalam pasal 3 bis huruf (a) yang mengatakan bahwa:
The contracting States recognize that every State must refrain from resorting
to the use of weapons against aircraft in flight and that, in case of interception,
the lives of persons on board and the safety of aircraft must not be
endangered5
Dari pasal tersebut dapat dikatakan bahwa dalam penegakkan kedaulatannya
terhadap pesawat yang melanggar ruang udara, negara tersebut tidak boleh
menggunakan persenjataan, dan tidak boleh mengancam keselamatan serta
kehidupan kehidupan penumpang.
Terkait rezim hukum ruang udara, dalam bukunya, Peter N. Malanczuk mengatakan
bahwa banyak peraturan yang mengatur mengenai pesawat menggunakan
peraturan yang sama dengan peraturan kapal laut, contohnya dalah nasionalitas dari
pesawat yang berdasarkan registrasi, dan pesawat tidak bisa didaftarkan dalam dua
atau lebih negara dalam saat yang bersamaan. 6
Principles Governing the Activities of States in the Exploration and Use of Outer
Space, including the Moon and Other Celestial Bodies 1967; Agreement on the
Rescue of Astronauts, the Return of Astronauts and the Return of Objects Launched
into Outer Space 1968; Convention on International Liability for Damage Caused by
Space Objects 1972; Convention on Registration of Objects Launched into Outer
Space 1974; Agreement Governing the Activities of States on the Moon and Other
Celestial Bodies 1979. Namun terdapat pula konvensi khusus yang mengatur
aktifitas ruang angkasa tertentu seperti Treaty Banning Nuclear Weapon Test In The
Atmosphere, In Outer Space And Underwater 1963 dan Convention On The
Prohibition Of Military Or Any Other Hostile Use Of Environmental Modification
Techniques 197.7
Dalam bukunya, Shaw mengatakan bahwa batasan ruang udara adalah 50-100 mil
dari daratan.8 sehingga dapat dikatakan bahwa 100 mil diatas daratan adalah ruang
angkasa. Berbeda dengan pendapat Shaw, Mochtar dalam bukunya justru
menyimpulkan bahwa tidak ada satu ketentuan pun yang menetapkan batas antara
ruang udara dan ruang angkasa berdasarkan Treaty on Principles Governing the
Activities of States in the Exploration and Use of Outer Space, including the Moon
and Other Celestial Bodies.9
Lebih lanjut, Shaw mengatakan bahwa negara-negara telah setuju untuk
menerapkan prinsip hukum internasional res communis sehingga tidak ada satu
bagianpun dari wilayah ruang angkasa yang merupakan bagian dari kedaulatan satu
negara, sehingga dengan kata lain, ruang angkasa adalah milik bersama dan tidak
dapat diklaim kepemilikannya.10
Bodies 1967; Agreement on the Rescue of Astronauts, the Return of Astronauts and
the Return of Objects Launched into Outer Space 1968; Convention on International
Liability for Damage Caused by Space Objects 1972; Convention on Registration of
Objects Launched into Outer Space 1974; Agreement Governing the Activities of
States on the Moon and Other Celestial Bodies 1979.
Penutup
Berdasarkan konvensi yang mengatur mengenai penerbangan sipil yaitu Chicago
Convention on International Civil Aviation tahun 1944 yang dalam hal ini mengatur
tentang rezim hukum ruang udara, dan dibandingkan dengan berbagai konvensi
yang dasarnya adalah Outer Space Treaty, Rescue Agreement, Liability Convention,
Registration Convention dan Moon Treaty. Pada dasarnya ruang udara berada
dibawah kedaulatan wilayah suatu negara yang di dalamnya adalah wilayah laut,
darat dan udara, dalam rezim hukum ruang udara, negara dapat nemerapkan
yurisdiksinya
masing-masing,
namun
tidak
dengan
semena-mena
karena
berdasarkan ketentuan yang berlaku, walaupun suatu pesawat telah melewati batas
tanpa izin, pesawat tersebut haruslah didaratkan tanpa penggunaan senjata dan
semua penumpang dilarang untuk diancam keselamatannya. Berbeda dengan rezim
hukum ruang udara, rezim hukum ruang angkasa menggunakan prinsip res
communis yang mana setiap negara bebas mengeksplorasi ruang angkasa dengan
catatan bahwa seluruh eksplorasi tersebut ditujukan untuk kemajuan seluruh negara
di dunia dan yang terpenting adalah demi kemajuan umat manusia itu sendiri.
Daftar Pustaka