Anda di halaman 1dari 16

Tulisan Unggulan

STCW Manila Amandemen 2010

ABK/crew adalah, semua personil yang bekerja di kapal, bertugas mengoperasikan dan
memelihara kapal serta menjaga muatannya. Awak kapal terdiri dari nahkoda dan ABK
(Anak Buah Kapal). Nahkoda disebut juga kapten/master adalah pimpinan umum di
atas kapal, karena kapal merupakan suatu lingkungan khusus, maka nahkoda diberikan
kewenanangan otonom. Nahkoda bertanggung jawab atas keselamatan kapal, abk,
muatan dan penumpangnya.

Pada saat berlayar, apabila dihadapkan kepada kondisi yang memaksa dan untuk
kepentingan keselamatan. Nahkoda berwenang mewakili berbagai instansi pemerintah,
seperti menahan seseorang yang sulit dikendalikan dan membahayakan keselamatan
kapal atau orang lain. Secara rangking jabatan, dibawah nahkoda terdapat ABK yang
terdiri dari perwira dan bawahan, sedangkan menurut pembagian tugas, ABK terbagi
dalam bagian dek, bagian mesin, radio operator, bagian makanan dan pelayan, pekerja
ketatausahaan di kapal biasanya menjadi beban tugas perwira. Perwira bagian kapal
dek terdiri darim mualim kapal yang disebut mate atau officer, dimulai dari chief
mateatau mualim satu sampai mualim empat, sedangkan nama-nama jabatan bawahan
dimulai dari serang atau bosun yang bertugas memimpin bawahan lalu kasap dek atau
tandil yang bertanggung jawab atas persediaan bahan dan alat kerja bagian dek untuk
pemeliharaan kapal. Juru mudi atau AB Sailor yang bertugas memegang kemudi
selama kapal berlayar dan kelasi atau sailor yang bertugas merawat kapal. Perwira
bagian mesin terdiri dari paramasinis atau enginer dimulai chief enginer, kepala kamar
mesin (KKM) atau masinis satu sampai masinis lima, yang kadang-kadang disebut
juga asisten.Pada kapal-kapal besar biasanya terdapat juga electrician yang bertugas
merawat peralatan listrik, selanjutnya jabatan bawahan dimulai denganmandor, forman
atau oiler number one yang berfungsi sebagai pemimpin bawahan bagian
mesin, kemudian kasap atau store keeper yang tugasnya mengurus alat kerja bagian
mesin, lalu filter yang mempunyai tugas khusus seperti mengelas dan membubut. Juru
minyak/Oiler bertugas menjaga kamar mesin, mengawasi dan menyediakan keperluan
bagi mesin – mesin yang dijalankan. Jabatan terendah pada bagian mesin
adalah wiper yang bertugas menjaga kebersihan kamar mesin. radio officer bertugas
menerima dan mengirim berita dari kapal, dalam kapal barang biasanya hanya ada
saturadio operator, sedangkan untuk kapal penumpang mungkin ada beberaparadio
operator, karena terkadang kapal juga melayani penumpang untuk mengirim berita
juga. Bagian makanan dan pelayan dipimpin oleh chiefsteward atau hoff mister, yang
membawahi botelir yang bertugas menjaga bahan makanan, kemudian juru masak atau
koki, pelayan ruang makan dan pelayan akomodasi perwira. Dalam rangka efisiensi dan
semakin majunya teknologi dibidang perkapalan, maka untuk jabatan-jabatan untuk
bawahan sudah banyak yang dikurangi, Perawatan kapal yang bersifat makro dapat
dilakukan di dock kapal. Sampai saat ini untuk sebuah kapal dengan ukuran 15.000
GRT dulunya mempunyai 50 orang ABK, sekarang hanya diawaki oleh 8 orang saja.

1
Untuk menjadi awak kapal dan menjalankan tugasnya di atas kapal, sesuai dengan
aturan IMO mengenai STCW code tahun 1978 yang mengatur tentang standar
minimum yang harus dipenuhi oleh ABK, berkaitan dengan pelatihan ABK/crew,
sertifikasi dan petugas jaga untuk pelaut yang sesuai dengan aturan flag state pada
kapal tersebut. Untuk mengetahui isi dariSTCW convention 1978 beserta amandemen
terbarunya pada Manila amandement 2010 akan dibahas lebih lanjut pada makalah ini.

Dunia kemaritiman tidak hentinya, yang mencerminkan kerugian besar, yaitu korban
yang berjatuhan, hingga menyebabkan kerusakan lingkungan laut karena udara yang
tercemar oleh tumpahan minyak. Serangkaian musibah seperti itu selalu menjadi
catatan kelam di dunia kemaritiman. Maka diperlukanlah sebuah badan yang secara
khusus mengatur tentang dunia kemaritiman, terutama dalam hal pelayaran penting,
dari lingkungan pencemaran, dan meningkatkan kualitas bagi orang-orang yang bekerja
di dunia maritim.

Ada 3 pilar utama di dunia kemaritiman yang sangat erat kaitannya dengan
keselamatan pelayaran, perlindungan laut dan peningkatan kualitas sumber daya
manusia bahari yakni : Safety of Life at Sea (SOLAS), Prevention of Pollution from Ship
(MARPOL), dan Standards of Training, Certification and Watchkeeping for Seaferers
(STCW). Ketiga pilar yang di bawahi oleh IMO tersebut bertujuan untuk mencapai
kesejahteraan para pekerja di sektor maritim. Ketiga pilar utama tersebut merupakan
sebagian hasil dari konvensi internasional yang dilakukan oleh negara-negara anggota
dari International Maritime Organization (IMO). Tidak hanya itu, konvensi internasional
juga melahirkan perjanjian-perjanjian di bidang lingkungan laut lainnya. Sebagai
anggota IMO, Indonesia haruslah mengikuti dan mengesahkan perjanjian yang telah
disepakati di konvensi internasional.

STCW

Konvensi Internasional tentang standar pelatihan, sertifikasi dan pengawasan (STCW)


1978 mengatur standar untuk nakhoda, mualim, dan petugas jaga yang berada pada
kapal-kapal niaga di laut lepas. Sesuai dengan tahunnya STCW tersebut diadopsi pada
tahun 1978 oleh konferensi di Organisasi Maritim Internasional (IMO) di kota London.
Aturan STCW ini mulai berlaku pada tahun 1984. STCW 1978 adalah yang pertama
untuk menetapkan persyaratan dasar untuk menetapkan persyaratan dasar untuk
pelatihan, sertifikasi, dan petugas jaga untuk ABK/crew di perairan/tingkat internasional.

2
Sebelumnya standar pelatihan, sertifikasi pelatihan dan perwira petugas jaga ditetapkan
oleh masing-masing pemerintah yang terkait, biasanya praktek kinerjanya tidak
mengacu pada negara lain.

Konvensi ini mengatur tentang standar minimum yang berkaitan dengan pelatihan,
sertifikasi dan petugas jaga untuk pelaut yang harus dipenuhi pada aturan negara yang
digunakan pada kapal tersebut/flag state. Konvensi ini tidak berurusan pada tingkat
pengawakan : ketentuan IMO di daerah ini dilindungi oleh peraturan 14 dari bab V
pada konvensi internasional untuk keselamatan jiwa di laut (SOLAS) 1974, yang
persyaratan yang didukung oleh resolusi A.890 (21) prinsip keselamatan, diadopsi oleh
IMO pada tahun 1999, yang menggantikan resolusi sebelumnya A.481 (XII) yang
diadopsi pada tahun 1981. Salah satu fitur yang sangat penting dari konvensi bahwa
hal itu berlaku untuk kapal-kapal dari negara yang berdaulat ketika
mengunjungi pelabuhan negara yang menjadi pihak pada konvensi ini. Pasal X
membutuhkan pihak untuk menerapkan langkah-langkah pengendalian untuk kapal dari
semua bendera sejauh yang diperlukan untuk memastikan bahwa tidak ada perlakuan
yang lebih menguntungkan diberikan kepada kapal yang mengibarkan bendera suatu
negara yang menjadi pihak-pihak konvensi ini. Pada tahun 2011, STCW convention
memiliki 155 Pihak, yang mewakili 98,9 persen dari tonase pengiriman dunia.

STCW AMANDEMENT 1995

3
Pada tanggal 7 Juli 1995, IMO mengadopsi revisi komprehensif STCW, termasuk juga
usulan untuk mengembangkan STCW code baru, yang akan berisi rincian teknis terkait
dengan ketentuan STCW convention. Perubahan berlaku pada tanggal 1 Februari
1997. Implementasi penuh diperlukan pada tanggal 1 Pebruari 2002. Para
perwira/ABK/crew di atas kapal sudah memegang lisensi dan memiliki pilihan untuk
memperpanjang lisensi itu sesuai dengan aturan lama STCW convention 1978 selama
periode yang berakhir pada tanggal 1 Februari 2002. Para perwira/ABK/crew memasuki
program pelatihan setelah tanggal 1 Agustus 1998 adalah diperlukan untuk memenuhi
standar kompetensi dari STCW amandement 1995. Beberapa perubahan yang sangat
signifikan adalah sebagai berikut :

a) Peningkatan kontrol negara pelabuhan


b) Komunikasi informasi kepada IMO untuk memungkinkan pengawasan bersama dan
konsistensi dalam penerapan standar
c) Kualitas standar sistem (QSS), pengawasan pelatihan, penilaian, dan prosedur
sertifikasi. Amandemen mengharuskan pelaut diberikan "pelatihan pengenalan" dan
"pelatihan keselamatan dasar" yang meliputi dasar pemadam
kebakaran, pertolongan pertama , teknik bertahan hidup , dan keselamatan pribadi
dan tanggung jawab sosial . Pelatihan ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa pelaut
sadar akan bahaya dari bekerja di kapal dan dapat merespon dengan tepat dalam
keadaan darurat.

d) Penempatan tanggung jawab pada pihak, termasuk yang mengeluarkan izin, dan
negara bendera mempekerjakan warga negara asing, untuk memastikan pelaut
memenuhi standar obyektif kompetensi
e) Persyaratan waktu istirahat bagi tenaga pengawas/penjaga.

4
1.4.2 MANILA AMANDEMENT 2010

Beberapa hal pokok terkait amandemen STCW 2010, adalah sebagai berikut :

• Peraturan I / 2: Hanya Pemerintah yang dapat mengeluarkan Certificate of


Competency (COC) dan menyediakan database elektronik untuk verifikasi keaslian
sertifikat.

• Peraturan I / 3: Persyaratan Near Coastal Voyage dibuat lebih jelas, termasuk


principal yang mengatur pelayaran dan melakukan "kegiatan usaha" dengan Pihak
yang terkait (negara bendera dan negara pantai).

• Peraturan I / 4: Penilaian/pemeriksaan Port State Control (PSC) terhadap pelaut


yang melaksanakan tugas jaga dan standar keamanan - "Harus memenuhi Standar
keamanan" dalam daftar.

• Peraturan I / 6: Pedoman e-learning (pembelajaran elektronik)

• Peraturan I / 9: standar Medis diperbaharui sejalan dengan Persyaratan ILO


MLC.

• Peraturan I/11: Persyaratan revalidasi dibuat lebih rasional dan termasuk


persyaratan revalidasi atas endorsement sertifikat kapal tanker.

• Peraturan I/14 : Perusahaan bertanggung jawab terhadap pelatihan penyegaran


pelaut di kapal mereka

Konferensi diplomatik negara anggota Konvensi STCW, yang diselenggarakan di


Manila Filipina, pada tanggal 21-25 Juni 2010, telah mengadopsi beberapa perubahan
mendasar terhadap Konvensi STCW danSTCW code. Maksud dari amandemen-
amandemen tersebut (dikenal sebagai Amandemen Manila) adalah untuk
meningkatkan standar profesionalisme dari para pelaut serta untuk meningkatkan
keselamatan pelayaran, keamanan dan perlindungan terhadap lingkungan laut.
Amandemen-amandemen tersebut memperbarui standard kompetensi untuk
mengakomodir teknologi terbaru, memperkenalkan persyaratan dan metodologi baru

5
untuk diklat dan sertifikasi, serta meningkatkan mekanisme untuk menjalankan
ketentuan-ketentuan dalam konvensi STCW oleh administrasi Negara Bendera (Flag
State) dan Negara Pelabuhan (Port State), serta menjelaskan secara spesifik
persyaratan-persyaratan yang berkaitan ketentuan jam kerja dan istirahat, pencegahan
penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan alkohol, serta standard medical fitness bagi
para pelaut. Bahan sosialisasi ini dimaksudkan untuk memberikan informasi atas
persyaratan-persyaratan inti dari Manila Amandemen, untuk membantu komunitas
maritim Indonesia guna mempersiapkan diri guna menghadapi perubahan-perubahan
yang diperlukan sesuai ketentuan amandemen Manila tersebut.
Ada beberapa perubahan yang paling signifikan Sebagai berikut :

PROGRAM IMPLEMENTASI KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG


STANDARDS PELATIHAN, SERTIFIKASI DAN DINAS JAGA UNTUK PELAUT 1978
(STCW CONVENTION) dan STCW CODE - AMANDEMEN 2010, MANILA, DI
INDONESIA

A. KETENTUAN WAKTU TRANSISI IMPLEMENTASI AMANDEMEN MANILA

1. Amandemen Manila pada STCW 2010 akan mulai diberlakukan pada tanggal 1
Januari 2012. Bagi para pelaut yang memulai diklat pada atau setelah tanggal 1 Juli
2013 harus sudah memenuhi persyaratan amandemen Manila. Para pelaut pemegang
sertifikat kompetensi (COC) dan sertikat keterampilan (COP) yang dikeluarkan sesuai
dengan ketentuan konvensi STCW amandemen 1995, diberikan batas waktu sampai 31
Desember 2016 untuk memenuhi ketentuan dalam Amandemen Manila.
2. Sertifikat Kompetensi Republik Indonesia yang dikeluarkan berdasarkan peraturan
saat ini (Konvensi STCW amandemen 1995) akan dapat direvalidasi sampai dengan 31
Desember 2016. Sertifikat-sertifikat tersebut akan diberikan perpanjangan/endorsment
melebihi 1 Januari 2017 setelah pemegang sertifikat memenuhi persyaratan dalam
Amandemen Manila. Detail dari diklat tambahan yang memungkinkan pemegang
sertifikat yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan konvensi STCW amandemen 1995
untuk dapat memenuhi ketentuan STCW 2010 amandemen Manila dapat dilihat pada
lampiran.
3. Ketentuan waktu transisi berdasarkan STCW aturan I/15 Manila Amandemen
hanya diberlakukan untuk diklat tambahan dan pengeluaran sertifikat pelaut. Ketentuan
lain yang telah ditetapkan oleh konvensi harus sudah diimplementasikan pada tanggal 1
Januari 2012.

B. STANDARD MEDIS PELAUT

Persyaratan medis untuk pelaut telah direvisi dalam amandemen tersebut. Sertifikat
Medis untuk pelaut harus diterbitkan sesuai dengan ketentuan pada seksi A-I/9 dan B-
I/9 dari STCW amandemen Manila, dan harus memiliki validitas 2 tahun, atau 1 tahun
untuk pelaut berusia 18 tahun. Jika validitas sertifikat medis berakhir pada tengah
pelayaran, maka sertifikat medis dapat di perpanjang sampai dengan pelabuhan
berikutnya.
Berdasarkan ketentuan transisi, sertifikat medis yang dikeluarkan kepada pelaut
berdasarkan ketentuan aturan saat ini atau STCW amandemen 1995 akan tetap
berlaku sampai dengan habis tanggal masa berlakunya sebagaimana tertera pada

6
sertifikat atau untuk maksimum periode 5 tahun sejak tanggal dikeluarkannya, tetapi
tidak boleh melewati tanggal 31 Desember 2016.
Medical Training Sertifikat medis dikeluarkan sesuai dengan persyaratan saat ini hingga
tahun 2017. Setelah tanggal ini, semua sertifikat medis harus dikeluarkan sesuai
dengan standar amandemen Manila 2010, meskipun dalam praktek administrasinya
diharuskan untuk memenuhi standar baru tersebut sebelum 2017.

C. JAM KERJA DAN JAM ISTIRAHAT

1. Para perwira dan rating yang melaksanakan tugas jaga navigasi atau jaga
kamar mesin, atau anak buah kapal lainnya yang diberi tugas berkaitan dengan
keselamatan, pencegahan polusi, dan keamanan harus diberikan periode istirahat,
sebagai berikut:

a) Minimum 10 jam istirahat dalam periode waktu 24 jam.


b) 77 jam istirahat dalam 7 hari periode.
c) Jam istirahat dapat dibagi menjadi tidak lebih dari 2 periode, yang mana salah
satunya harusberdurasi sedikitnya selama 6 jam dan interval waktu antara periode
yang berlangsung secara terus menerus tidak boleh melampui 14 jam.
d) Pengurangan jam istirahat menjadi 70 jam istirahat dalam periode 7 hari
diperbolehkan untuk waktu yang tidak melampaui 2 minggu berturut-turut.

2. Nakhoda harus menempatkan pengumuman yang memuat pembagian jam


kerja di atas kapal, yang berisikan informasi jadual kerja/istirahat harian selama
berlayar dan selama di pelabuhan, pada tempat yang mudah terlihat dan diakses di
atas kapal, dalam bahasa yang dipergunakan di atas kapal dan dalam bahasa Inggris,
untuk memudahkan bagi semua anak buah kapal.

Dokumentasi waktu istirahat harian harus terpelihara dengan baik dan ditandatangani
oleh nahkoda, atau perwira yang ditunjuk oleh nahkoda. Salinan dari catatan jam
istirahat dan jadual berkenaan krew kapal, yang sepatutnya disyahkan oleh nahkoda
atau perwira yang diberi kewenangan oleh nahkoda, harus diberikan juga kepada crew
yang bersangkutan.
Perusahaan pelayaran direkomendasikan untuk menggunakan format standar dalam
menyiapkan tabel pengaturan jam kerja dan jadual jam jaga dan record dari jam
istirahat untuk memperlihatkan kesesuaian dengan persyaratan dalam STCW.
Perusahaan pelayaran disarankan untuk menggunakan petunjuk
dari IMO/ILO (IMO/ILO Guidelines for the Development of Tables of Seafarers
Shipboard Working Arrangements and Formats of Records of Seafarers Hours of Work
and Rest) untuk mengatur jam kerja dan jam istirahat. Dokumentasi dari record ini
harus disimpan di atas kapal dalam masa setidaknya 2 tahun untuk memungkinkan
monitoring dan verifikasi pemenuhan peraturan Seksi A-VIII/1.
Perusahaan pelayaran harus menyatakan prosedur untuk mempersiapkan jam jaga
tersebut dan pencatatan jam istirahat harian ke dalam sistem manajemen
keselamatannya (Safety Management System). Ketentuan ini harus sudah mulai
diimplementasikan pada tanggal 1 Januari 2012.

7
D. PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN ALKOHOL

Nahkoda, perwira, dan anak buah kapal lainnya pada saat melaksanakan tugas jaga
anjungan dan mesin, atau tugas lain yang berkaitan dengan keselamatan, keamanan,
dan pencegahan polusi tidak diperbolehkan mengkonsumsi alkohol yang akan
melampui batas kandungan alkohol dalam\ darah (BAC-Blood Alcohol Level) lebih
besar dari 0.05% atau kandungan 0.25 mg/l dalam nafasnya.
Perusahaan pelayaran harus menetapkan prosedur berdasarkan manajemen
keselamatan kapal untuk mencegah penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang
di atas kapal.

E. PERUBAHAN-PERUBAHAN PENTING PADA DIKLAT PELAUT

Amandemen STCW Manila telah mengamandemen persyaratan berkaitan dengan


rating dan perwira, termasuk ketentuan sertifikasi baru untuk perwira dan rating.
Penjelasan lebih detil sebagai berikut:

1. Pendidikan dan Pelatihan Berkaitan Keselamatan dan Keamanan

Salah satu elemen kunci dari amandemen STCW 2010 tampaknya adalah
penghapusan celah yang berkaitan dengan pelatihan penyegaran. Kode (Aturan)
STCW, yang kabur di area ini menyebabkan banyak negara memilih untuk menafsirkan
persyaratan "dalam waktu lima tahun" secara longgar. Telah diputuskan bahwa
program tertentu yang dapat mempengaruhi keselamatan dan kelangsungan hidup
awak kapal dan penumpang mewajibkan latihan penyegaran pengendalian keadaan
darurat / keselamatan dilaksanakan secara berkala.
Latihan penyegaran keselamatan dapat dilaksanakan dalam bentuk e-learning
(pembelajaran secara elektronis), latihan di atas kapal atau pelatihan di darat.
Kursus keselamatan akan memerlukan pelatihan penyegaran setiap lima tahun dan
program pelatihannya dapat diperpendek dari panjang durasi pelatihan aslinya. Latihan
penyegaran dengan metode yang disetujui (di kelas atau kapal - belum ditentukan)
adalah:
· Proficiency in Survival Craft and Rescue Boats (SCRB)
· Advanced Firefighting (AFF)
· Basic Safety Training (BST)
· Fast Rescue Boat
· Medical Training

a.Basic Safety Training (Diklat Dasar Keselamatan)

8
telah ditingkatkan kontennya dengan memasukkan modul untuk memberikan
perhatian lebih pada pencegahan polusi terhadap lingkungan laut, komunikasi yang
efektif dan human relationship di atas kapal. Setiap pelaut pemegang sertifikat ini
diwajibkan untuk setiap 5 (lima) tahun sekali untuk mengikuti diklat pembaruan dengan
tujuan mempertahankan standard kompetensi.
Cakupan PSSR akan ditambahkan

beberapa subyek sebagai berikut :


· Komunikasi.
· Pengendalian Kelelahan.
· Tim Kerja.
Subyek tambahan ini akan membuat modul PSSR lebih panjang tapi harus kurang dari
satu hari panjangnya. Tetap saja, ini akan memperpanjang program Pelatihan
Keselamatan Dasar dari yang biasanya lima hari menjadi setidaknya 5,5 hari.
b. Pelatihan Keamanan
Amandemen akan mencakup tiga tingkat pelatihan keamanan
· Tingkat Satu – Kesadaran Keamanan (Semua anggota kru)
· Tingkat Dua - Petugas Keamanan
· Tingkat Tiga – Ship Security Officer (Perwira Keamanan Kapal) - ISPS Code
· Pelatihan Anti Pembajakan juga akan ditambahkan pada setiap level/tingkat.

Semua pelaut dipersyaratkan untuk mengikuti diklat keterampilan berkaitan


dengan pengenalan dan kesadaran terhadap keamanan sesuai dengan ketentuan pada
seksi A-VI/6 paragraf 1-4 pada STCW Code.

Untuk pelaut yang didesain untuk menangani tugas keamanan juga harus
memenuhi ketentuan kompetensi sebagaimana tertera pada seksi A-VI/6 paragraf 6–8
pada STCW Code. Batas waktu persyaratan pemenuhan sertifikat dimaksud sampai
dengan tanggal 1 Januari 2014.

9
2. Pendidikan dan Pelatihan untuk Perwira dan Rating Dek
Terdapat perubahan pada tabel spesifikasi yang memuat standard minimum
kompetensi untuk sertifikasi sebagai perwira dek dengan topik baru, seperti halnya
pengoperasian dari Electronic Chart Display and Information System (ECDIS),
leadership, team working skills, dan manajerial skills. Level jabatan baru untuk rating
dek dikenal sebagai Able-Seafarer Deck, dengan spesifikasi standar kompetensi untuk
dapat disertifikasi sebagai Able Seafarer Deck pada tabel II/5 STCW Code.

3. Pendidikan dan Pelatihan untuk Perwira dan Rating Mesin


Terdapat perubahan skema diklat baru untuk perwira mesin dan perubahan tabel
standar minimum kompetensi untuk perwira mesin, dengan memasukkan topik baru,
meliputi leadership dan team-working skills, dan managerial skills. Diperkenalkan level
jabatan baru untuk perwira dan rating mesin meliputi Able-Seafarer Engine, Electro-
tehnical rating, dan Perwira Electro-Technical.

4. Pendidikan dan Pelatihan Khusus Untuk Personil Yang Bekerja Di Kapal


Tanker
Persyaratan minimum untuk pelatihan dan kualifikasi bagi nahkoda, perwira, dan rating
untuk kapal tanker minyak, bahan kimia dan gas telah direvisi. Pemegang sertifikat
keahlian sebagai perwira deck atau perwira mesin dipersyaratkan untuk menjaga
kompetensi untuk bekerja di atas kapal setiap interval 5 (lima) tahun sekali. Sertifikat
keterampilan dan endorsment yang berkaitan dengan kapal tanker yang diterbitkan
berdasarkan STCW 1995 akan tetap diakui sampai dengan sebelum 1 Januari 2017.

F. TANGGUNG JAWAB DARI PERUSAHAAN PELAYARAN

1. Perusahaan pelayaran memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa:

a. Pelaut yang bekerja di atas kapalnya telah menerima diklat penyegaran dan
pembaruan (updating) menurut ketentuan STCW Amandemen 2010;
b. Jumlah kru di atas kapal cukup memenuhi untuk melaksanakan tugas berkaitan
dengan keamanan kapal; dan
c. Tercipta komunikasi lisan yang efektif setiap saat di atas kapalnya, sesuai dengan
ketentuan SOLAS Chapter V aturan 14.

2. Berdasarkan daftar sertifikat


bukti dokumen yang dipersyaratkan oleh Dirjen Hubla untuk di endorsed setiap 5 (lima)
tahun sekali, agar perusahaan pelayaran memperhatikan ketentuan perpanjangan,
endorsment serta perubahan nama sertifikat dan bukti dokumen berdasarkan
amandemen Manila tersebut.

10
G. PERUBAHAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2000 tentang Kepelautan serta Peraturan


Menteri Perhubungan Nomor KM. 43 tahun 2008 tentang Ujian Keahlian, serta
sertifikasi Kepelautan, serta peraturan pelaksanaan terkait lainnya akan direvisi untuk
memberikan dasar bagi implementasi STCW Amandemen Manila 2010. Agar pihak
yang terkait segera mengambil langkah yang diperlukan untuk mengimplementasi
perubahan terkait.

Berikut Perubahan dan Sertifikat Tambahan Pelaut Sesuai Amandemen Manila 2010
ANT/ATT ~ IV s/d I dirubah menjadi COP (certificate of proficiency ) IV ~I
ANT.D/ATT.D dirubah menjadi NWR (Navigational Watch Rating)
Tambahan Sertifikat yang harus dimiliki Perwira Deck
1. ECDIS
2. BRM
3. SAT (Security Aware Training)
4. Application of Leadership & Team Working Skill
5. Enviroment Aware Training
6. Cargo Space Inspection
7. Navigate at Polar Water (Class II & I)
Tambahan Sertifikat untuk Perwira Mesin:
1. ERM (Engine Resource Management)
2. Security Aware Training
3. Application of Leadership & Team Working Skill
4. Marine Steam Turbin
5. Marine Steam Boiler
Batas pelaksanaan updating dan tambahan sertifikat Januari 2013 hingga januari 2016

II. PELAKSANAAN PROGRAM DIKLAT KEPELAUTAN

A. Mulai 1 Januari 2012


1. Pelatihan Keterampilan Keselamatan Dasar – Basic Safety Training(STCW
Reg.VI/1-4).

2. Pelatihan Keterampilan Sekoci Penyelamat dan Perahu Penolong selain Perahu


Penolong Cepat - Survival Craft & Rescue Boats Other Than Fast Rescue Boats
Training (STCW Reg. VI/2).

3. Pelatihan Keterampilan Perahu Penolong Cepat - Fast Rescue Boats


Training (STCW Reg. VI/2).

4. Pelatihan Keterampilan Pemadaman Kebakaran Tingkat Lanjut -Advanced Fire


Fighting Training (STCW Reg. VI/3).

5. Pelatihan Keterampilan Pertolongan Pertama dan Penanganan Medis -Medical


First Aid and Medical Care Training (STCW Reg. VI/4).

6. Pelatihan Keterampilan Pengendalian Massa - Crowd Management


Training (STCW Reg. V/2).

11
7. Pelatihan Keterampilan Penanganan Situasi Krisis Crisis - Management and
Human Behaviour Training (STCW Reg. V/2).

8. Pelatihan Keterampilan Perwira Keamanan Kapal - Ship Security Officers


Training (STCW Table A-VI/5, B-VI/5).

9. Pelatihan Keterampilan Pengoperasian Electronic Chart and Display System


(ECDIS) ( STCW Tabel A-II/1 dan Tabel A-III/1).

10. Pelatihan Keterampilan Bridge Resource Management (BRM) dan Engine


Resource Management (ERM) ( STCW Tabel A-II/1 dan Tabel A-III/1).

11. Pelatihan Keterampilan untuk Rating yang melaksanakan Tugas jaga navigasi atau
jaga kamar mesin - Training for ratings duly certified to be part of a navigational or
Engine Room Watch (STCW Reg. II/4, III/4).

12. Pelatihan Keterampilan untuk Rating yang melaksanakan tugas sebagai Able
Seafarer - Training for ratings duty certified as able seafarer deck, able seafarer engine
(STCW Reg. II/5 , III/5).

13. Pelatihan Keterampilan Dasar Kapal Tanker Minyak dan Bahan Kimia -Basic
Training for oil & Chemical Tanker Cargo Operations (STCW Tabel A-V/1-1-1).

14. Pelatihan Keterampilan Dasar Pengoperasian Kapal Tanker Gas - Basic Training
for Liquefied Gas Tanker Cargo Operations (STCW Tabel A-V/1-2-1).

15. Pelatihan Keterampilan Lanjutan Pengoperasian Kapal Tanker Minyak -Advanced


Training for oil tanker cargo operations (STCW Tabel A-V/1-1-2).

16. Pelatihan Keterampilan Lanjutan Pengoperasian Kapal Tanker Bahan Kimia -


Advanced Training for chemical tanker cargo operations (STCW Tabel A-V/1-1-3).

17. Pelatihan Keterampilan Lanjutan Pengoperasian Kapal Tanker Gas -Advanced


Training for Gas tanker cargo operations (STCW Tabel A-V/1-2-2)

B. Mulai 1 Januari 2013


1. Pendidikan dan Pelatihan Updating Untuk Perwira dan Rating Bagian Dek
(STCW Reg. II/1, II/2, II/3).
2. Pendidikan dan Pelatihan Updating Untuk Perwira dan Rating Bagian Mesin
(STCW Reg. III/1, III/2, III/3).

C. Mulai 1 Juli 2013


1. Pendidikan dan Pelatihan Keahlian GMDSS Radio Operator (STCW Reg.IV/2).
2. Pendidikan dan Pelatihan Keahlian Perwira Teknik Elektro (STCW Reg.III/6).
3. Pendidikan dan Pelatihan untuk Rating Teknik Elektro (STCW Reg.III/7, Table A-
III/7).
4. Pelatihan Keterampilan Keselamatan Bagi personil yang bertugas untuk
memberikan pelayanan langsung kepada penumpang pada kapal penumpang trayek
internasional – “Safety Training for Personnel Providing Direct Service to Passengers in
Passenger Spaces” (STCW Reg. V/2).
12
5. Pelatihan Keterampilan Keselamatan Penumpang, Keselamatan Penumpang dan
Kekedapan Lambung – “Training in Passenger Safety, Cargo Safety, and Hull
Integrity” (STCW Reg.V/2).
6. Pelatihan Keterampilan Kesadaran akan Keamanan – “Security Awareness
Training” (STCW Seksi A-VI/6, Table A-VI/6-1, B-VI/6).
7. Pelatihan Keterampilan untuk Personil Petugas Keamanan di atas Kapal - Training
For Designated Security Duties (STCW Seksi A-VI/6, Tabel A-VI/6-2, B-VI/6).

D. Mulai 1 Januari 2014


1. Pelatihan Keterampilan Bagi Perwira dan Rating Yang Bertanggung Jawab
Menangani Muatan Kapal Yang Membawa Muatan Berbahaya dan Beracun dalam
bentuk curah padat – “Training for officers and ratings responsible for cargo handling on
ships carrying dangerous and hazardous substance in solid form bulk” (STCW B-V/b).
2. Pelatihan Keterampilan Bagi Perwira dan Rating Yang Bertanggung Jawab
Menangani Muatan Kapal Yang Membawa Muatan Berbahaya dan Beracun dalam
bentuk kemasan – “Training for officers and ratings responsible for cargo handling on
ships carrying dangerous and hazardous substance in package form” (STCW B-V/c).
3. Pelatihan Keterampilan bagi Nahkoda dan Perwira Yang Melaksanakan Tugas
jaga navigasi di atas kapal Suplai dan kapal yang melaksanakan kegiatan penanganan
berlabuh jangkar- “Training for Masters and Officers in charge of a navigational watch
on board supply vessels and vessels performing anchor handling operations” (STCW
Seksi B-V/e).
4. Pelatihan Untuk Petugas yang mengoperasikan Sistem Posisi Dinamis -Training
for personnel operating dynamic positioning systems (STCW Seksi B-V/e).
SERTIFIKAT-SERTIFIKAT SCTW

Pelaut pemegang sertifikat STCW diterbitkan sebelum tanggal 1 Januari 2012 akan
harus memenuhi persyaratan baru, termasuk baru penyegaran pelatihan, agar sertifikat
mereka akan divalidasi ulang melampaui 1 Januari 2017. Sertifikat administrasi penerbit
13
harus dapat memberi saran tentang pelatihan baru yang harus dilakukan.
Beberapa administrasi dapat memutuskan untuk menerapkan standar baru lebih awal
dari yang lain.

14
Sertifikat ketrampilan
Sertifikat ketrampilan ini merupakan sertifikat yang wajib dimiliki oleh para pelaut di
samping sertifikat formal di atas. Diantaranya adalah:
 Basic Safety Training (BST)/Pelatihan Keselamatan Dasar
 Advanced Fire Fighting (AFF)
 Survival Craft & Rescue Boats (SCRB)
 Medical First Aid (MFA)
 Medical Care (MC)
 Tanker Familiarization (TF)
 Oil Tanker Training (OT)
 Chemical Tanker Training (CTT)
 Liquified Gas Tanker Training (LGT)
 Radar Simulator (RS)
 ARPA Simulator (AS)
 Operator Radio Umum (ORU) / GMDSS
PENGGUNAAN RADIO OFFICER PADA STCW MANILA AMANDEMENT 2010

Markonis/radio officer/Spark bertugas sebagai operator radio/komunikasi serta


bertanggung jawab menjaga keselamatan kapal dari marabahaya baik itu yg
ditimbulkan dari alam seperti badai, ada kapal tenggelam, dll.
Untuk penggunaan radio officer yang diatur pada STCW ManilaAmandement
2010 belum ada bahasan mengenai penggunaan radio officer
sejak STCW Amandement 1995. Aturan pelatihan itu termasuk dalam STCW
regulation IV/2 tentang standar pelatihan minimum untuk radio officer/operator. Namun
ada wacana bahwa pelatihan mengenai pendidikan dan pelatihan keahlian
GMDSS radio operator (STCW Reg.IV/2) yang dimulai pada tanggal 1 Juli 2013.

HUBUNGAN HARMONISASI DENGAN IMO MLC

Ketika IMO (International Maritime Organization) melakukan pengawasan atas


sertifikasi berdasarkan Konvensi STCW, ILO melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan Konvensi MLC. Ketika ILO mengadopsi "Seafarers Bill of Rights" (Hak-
Hak Dasar Pelaut) bagi para pelaut di dunia, semua pihak - pemerintah, pelaut dan
pemilik kapal - memuji standar kerja baru ini sebagai perkembangan penting bagi sektor
industri dunia yang paling terglobalisasi.
IMO telah mengambil langkah penting untuk membangun perlindungan di bidang
keselamatan, sertifikasi dan polusi, tetapi sektor ini dibanjiri dengan berbagai standar
ketenagakerjaan internasional dari sejak lebih dari delapan dekade terakhir. ILO MLC
2006 memodernisasi standar-standar ini untuk:

1. Konsolidasi dan memperbarui lebih dari 60 Konvensi ILO dan Rekomendasi-


rekomendasinya yang telah pernah dibuat sebelumnya.
2. Menetapkan persyaratan minimum bagi pelaut untuk bekerja pada sebuah kapal.
3. Menangani kondisi kerja, akomodasi, fasilitas rekreasi, makanan dan katering,
perlindungan kesehatan, perawatan medis, perlindungan kesejahteraan dan jaminan
sosial.
4. Mempromosikan kepatuhan bagi operator dan pemilik kapal dengan memberikan
fleksibilitas yang cukup pada pemerintah untuk menerapkan persyaratan dalam cara
yang terbaik disesuaikan dengan undang-undang nasional masing-masing negara.
15
5. Memperkuat mekanisme penegakan/pelaksanaan pada semua tingkatan,
termasuk ketentuan untuk prosedur keluhan yang tersedia bagi pelaut, pengawasan
yang dilakukan oleh para pemilik kapal dan nakhoda terhadap kondisi kapal-kapal
mereka, yurisdiksi negara bendera dan kontrol atas kapal mereka, dan inspeksi negara
pelabuhan pada kapal asing.

16

Anda mungkin juga menyukai