INFORMASI UMUM
A. IDENTITAS MODUL
Penyusun : Sapriyun,S.ST.Pi
NIP : 19860907 202321 1 016
Instansi : SMK Negeri 2 Ketapang
Tahun Penyusunan : Tahun 2023
Mata Pelajaran : Nautika Kapal Penangkap Ikan
Fase F, Kelas / Semester : XI / I (Ganjil)
Elemen : Bahan dan Alat Tangkap
Alokasi Waktu : 8 JP x 3 Pertemuan (1 x 45 menit)
B. KOMPETENSI AWAL
Bahan dan Alat Pada akhir fase F peserta didik mampu menentukan jenis
Tangkap dan sifat bahan, penomoran benang, menghitung hanging
rate, shortening, daya apung, dan daya tenggelam.
Peserta didik juga dapat membuat, mengoperasikan,
merawat, dan memperbaiki alat penangkap ikan yang
terbuat dari bahan jaring, tali, dan pancing
Berpikir Kritis Ketika menentukan daerah asal dan daerah hasil fungsi, kemudian
memastika kebenaran hasilnya.
Kreatif dalam memodelkan permasalahan nyata kedalam fungsi komposisi dan fungsi
invers kemudian menentukan penyelesaiannya.
D. SARANA DAN PRASARANA
1. Vidio Pembelajaran.
2. Slide Powerpoint.
3. LCD Proyektor.
F. MODEL PEMBELAJARAN
Model pembelajaran tatap muka, pembelajaran jarak jauh luar jaringan (PJJ
Luring), dan discovery learning.
KOMPONEN INTI
Tujuan Pembelajaran :
1. Memahami jenis dan sifat bahan, penomoran benang, menghitung hanging rate,
shortening, daya apung, dan daya tenggelam. Peserta didik juga dapat membuat,
mengoperasikan, merawat, dan memperbaiki alat penangkap ikan yang terbuat dari
bahan jaring, tali, dan pancing
2. Menganalisis jenis dan sifat bahan, penomoran benang, menghitung hanging rate,
shortening, daya apung, dan daya tenggelam. Peserta didik juga dapat membuat,
mengoperasikan, merawat, dan memperbaiki alat penangkap ikan yang terbuat dari
bahan jaring, tali, dan pancing
3. Menjelaskan jenis dan sifat bahan, penomoran benang, menghitung hanging rate,
shortening, daya apung, dan daya tenggelam. Peserta didik juga dapat membuat,
mengoperasikan, merawat, dan memperbaiki alat penangkap ikan yang terbuat dari
bahan jaring, tali, dan pancing
B. PEMAHAMAN BERMAKNA
Siswa melakukan beberapa eksplorasi tentang jenis dan sifat bahan, penomoran
benang, menghitung hanging rate, shortening, daya apung, dan daya tenggelam.
Peserta didik juga dapat membuat, mengoperasikan, merawat, dan memperbaiki alat
penangkap ikan yang terbuat dari bahan jaring, tali, dan pancing dengan konteks
kehidupan sehari-hari.
C. PERTANYAAN PEMANTIK
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan Ke-3
E. REFLEKSI
Refleksi Guru
1. Apakah peserta didik dapat memahami materi jenis dan sifat bahan, penomoran
benang, menghitung hanging rate, shortening, daya apung, dan daya tenggelam.
Peserta didik juga dapat membuat, mengoperasikan, merawat, dan memperbaiki
alat penangkap ikan yang terbuat dari bahan jaring, tali, dan pancing dengan
baik?
2. Kesulitan apa yang dialami oleh peserta didik dalam memahami materi jenis dan
sifat bahan, penomoran benang, menghitung hanging rate, shortening, daya
apung, dan daya tenggelam. Peserta didik juga dapat membuat, mengoperasikan,
merawat, dan memperbaiki alat penangkap ikan yang terbuat dari bahan jaring,
tali, dan pancing ?
3. Bagaimana cara menyelesaikan kesulitan peserta didik dalam memahami jenis
dan sifat bahan, penomoran benang, menghitung hanging rate, shortening, daya
apung, dan daya tenggelam. Peserta didik juga dapat membuat, mengoperasikan,
merawat, dan memperbaiki alat penangkap ikan yang terbuat dari bahan jaring,
tali, dan pancing ?
Refleksi Peserta Didik
1. Apakah saya dapat memahami jenis dan sifat bahan, penomoran benang,
menghitung hanging rate, shortening, daya apung, dan daya tenggelam. Peserta
didik juga dapat membuat, mengoperasikan, merawat, dan memperbaiki alat
penangkap ikan yang terbuat dari bahan jaring, tali, dan pancing ?
2. Apakah saya dapat menganalisis jenis dan sifat bahan, penomoran benang,
menghitung hanging rate, shortening, daya apung, dan daya tenggelam. Peserta
didik juga dapat membuat, mengoperasikan, merawat, dan memperbaiki alat
penangkap ikan yang terbuat dari bahan jaring, tali, dan pancing?
3. Bagaimana saya menjelaskan jenis dan sifat bahan, penomoran benang,
menghitung hanging rate, shortening, daya apung, dan daya tenggelam. Peserta
didik juga dapat membuat, mengoperasikan, merawat, dan memperbaiki alat
penangkap ikan yang terbuat dari bahan jaring, tali, dan pancing untuk membuat
permodelan masalah sehari-hari dan menyelesaikannya?
F. ASESMEN / PENILAIAN
Penilaian
1. Penilaian Nautika Kapal Penangkap Ikan (Presentasi Hasil Belajar)
Aspek Penilaian
1.
2.
3.
dst
Keterangan Skor :
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Kriteria Nilai
Nilai Konversi
Keterangan
Nilai Predikat
71 – 90 B Baik
61 - 70 C Cukup
¿ 60 D Kurang
2. Sintesis Tepat
3. Penyimpulan Sesuai
Jumlah Skor
Nilai
Formatif 1
Sumatif 1
Kegiatan Pengayaan
Bagi siswa dengan kecepatan belajar tinggi (advanced), minta mereka membuat
pertanyaan-pertanyaan tambahan untuk dijawab baik sendiri maupun dari teman
dengan kecepatan belajar tinggi.
Minta mereka juga mencatat jika ada pertanyaan yang tidak dapat
mereka jawab dengan informasi yang ada.
Kegiatan Remedial
Bagi siswa yang mengalami kesulitan memahami jenis dan sifat bahan,
penomoran benang, menghitung hanging rate, shortening, daya apung, dan daya
tenggelam. Peserta didik juga dapat membuat, mengoperasikan, merawat, dan
memperbaiki alat penangkap ikan yang terbuat dari bahan jaring, tali, dan pancing
berikan vidio dahulu.
Bagi siswa yang mengalami kesulitan menganalisis jenis dan sifat bahan,
penomoran benang, menghitung hanging rate, shortening, daya apung, dan daya
tenggelam. Peserta didik juga dapat membuat, mengoperasikan, merawat, dan
memperbaiki alat penangkap ikan yang terbuat dari bahan jaring, tali, dan pancing
perlu lebih banyak latihan.
Bagi siswa yang mengalami kesulitan menjelaskan jenis dan sifat bahan,
penomoran benang, menghitung hanging rate, shortening, daya apung, dan daya
tenggelam. Peserta didik juga dapat membuat, mengoperasikan, merawat, dan
memperbaiki alat penangkap ikan yang terbuat dari bahan jaring, tali, dan pancing
perlu lebih banyak kegiatan observasi.
LAMPIRAN
Nama : ………………..
Kelas : ………………..
Petunjuk : Kerjakan soal berikut ini dengan baik dan benar
1.
Guru dan peserta didik mencari berbagai informasi tentang jenis dan sifat bahan,
penomoran benang, menghitung hanging rate, shortening, daya apung, dan daya
tenggelam. Peserta didik juga dapat membuat, mengoperasikan, merawat, dan
memperbaiki alat penangkap ikan yang terbuat dari bahan jaring, tali, dan pancing
di media atau website resmi dibawah nauangan kementerian pendidikan,
kebudayaan, riset dan teknologi.
Buku Panduan Guru dan Siswa Nautika Kapal Penangkap Ikan untuk SMK/MAK
XI : Penerbit, Pusat Perbukuan,Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen
Pendidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
PENOMORAN
BAHAN DAN ALAT
TANGKAP PENANGKAP
IKAN
BA
BENANG, TALI DAN TALI BAJA
B II
MENCAKUP
STRUKTUR
BENANG,TALI, DAN SISTEM PENOMORAN
TALI BAJA TERDIRI DARI
PENOMORAN LANGSUNG
SERAT PENOMORAN TIDAK
ALAT PINTALAN LANGSUNG
TALI BAJA PENOMORAN NETTING
TWINE
KATA KUNCI
PENOMORAN
PENDAHULUAN
Gambar 2.4
Struktur tali
sumber https://www.researchgate.net/figure/Typical-two-strand-rope-structure-image-partly-adapted- from-Leech-
10_fig1_282862409
1. Serat
Serat sebagai bahan dasar utama yang akan dipintal menjadi tali,
struktur dasar dari serat buatan tersebut memiliki sifat yang
berbeda-beda, ada empat struktur dasar serat buatan antara lain :
a. Continuous Filament
Serat ini panjangnya tak terbatas, secara penampakannya mirip
sutra. Serat terhalus memiliki berat 0,2 gram per 1000 meter
bahkan lebih halus daripada sutra. Serat ini biasa digunakan untuk
bahan alat penangkap ikan yang memiliki berat antara 0,6 – 2,0
gram per 1000 meter. Yarn yang terbentuk dari sejumlah serat
biasanya disebut multifilament. Yarn ini sangat lembut dan
mengkilat kecuali telah mendapatkan perlakuan lain.
b. Monofilament
Monofilament adalah seutas serat cukup kuat berfungsi sebagai
yarn tanpa memerlukan proses lanjutan dikenal juga dengan sebutan
wire sehingga muncul penamaan wire leader, steel wire. Hal ini
merupakan perbedaan yang esensial dengan serat yang dibuat dalam
bentuk continuos filament dan staple yang kedua serat tersebut
tidak dapat langsung dibuat webbing. Sedangkan monofilament
dapat langsung dijurai untuk membuat selembar webbing khususnya
PA monofilament warna transparan dapat langsung dibuat Gillnet
ataupun jala lempar. Diameter monofilament paling kecil 0,1 – 1,0
mm serat monofilament umumnya dibuat bahan tali-tali besar
alat tangkap trawl pada bagian float line (tali pelampung), tros dan
spring. Serat berbahan monofilment ini lebih bersifat mengapung
dalam air.
Continuous filament
Monofilament
MATERI PEMBELAJARAN
C.Staple Fiber
Serat ini tidak panjang, cenderung putus-putus, dengan ukuran
panjang antara 40-120 mm. Spun yarn (yarn untuk serat staple
fiber), dibentuk dengan memintal serat staple, daya rekat antar
serat diakibatkan oleh tekanan yang ditimbulkan pintalan, mirip
dalam pembuatan yarn yang terbuat dari bahan cotton atau wool.
Permukaan spun yarn kasar diakibatkan oleh banyaknya ujung serat
yang keluar pintalannya. Kekasaran permukaan ini menyebabkan
simpul tidak meleset (slip). Spun yarn memiliki tensile strength lebih
rendah dan ekstenbilitas yang tinggi dibandingkan serat continuous
filament yang terbuat dari material yang sama.
d. Split Fiber
Split fiber merupakan pengembangan setelah continuos filament,
yang aslinya pita plastik yang pada saat proses pembuatannya
dilakukan penarikan (stretched) dengan rasio penarikan sehingga
akan membentuk pita yang membentuk serpihan memanjang bila
dipintal.
Single Yarn adalah komponen benang jaring yang langsung dipintal,
secara sederhana dari sejumlah serat , istilah lain dari yarn adalah
single spun yarn, single filament yarn. Single yarn yang terbuat dari
mono filament sedangkan
single split fiber yarn merupakan gabungan sekumpulan serat yang
dipilin secara sederhana. Single yarn terbuat dari staple fiber
memiliki tingkat pintalan yang tinggi (keras) disebabkan kekuatan
benang akan diperoleh dengan memintal individual fiber menjadi satu.
Netting twine atau folded yarn adalah benang jaring yang terbuat
dari dua atau lebih single yarn atau monofilament dengaan hanya satu
kali operasi pemintalan. Istilah netting twine sama dengan benang
jaring. Istilah lainnya net twine, fishnet twine, fishing twine
seharusnya tidak digunakan lagi. Terdapat berbagai cara penggulungan
(folding), pelapisan (plying) atau penggandaan (doubling). Metode yang
paling sederhana untuk membuat benang jaring adalah dengan
menggabungkan dua atau lebih single yarn dalam satu kali operasi
pemintalan. Ada juga benang jaring yang terdiri lebih dari tiga
monofilament yang dibuat dengan satu kali operasi pemintalan.
Cabled netting twine adalah yarn yang terdiri dari gabungan dua atau
lebih netting twine dengan seklai atau lebih operasi pemintalan. Cabled
netting twine dibuat dalam tiga tahapan yaitu :
a. Sejumlah serat digabungkan menjadi single yarn
b. Sejumlah single yarn dipintal membentuk folded yarn atau benang jaring
c. Sejumlah benang jaring bersama-sama dipintal dengan operasi pemintalan
sekunder untuk membentuk tipe cabled netting twine/ rope.
2. Arah Pintalan
Jenis pintalan pada tali yang telah dipintal dibedakan menjadi 2
jenis. Arah pintalan yang dipergunakan dalam proses pembuatan tali
yaitu arah pintalan arah kanan (right twist) dan pintalan arah kiri (left
twist). Pintalan arah kanan sebuah tali adalah tali yang proses
pemintalannya yang terakhir (upper twist) mempunyai pintalan dari
arah kiri ke kanan dari orang yang memegang tali tersebut, begitu
pula sebaliknya pitalan kiri. Tali pintalan kanan lebih mudah dikenali
dengan melihat model pintalan membetuk huruf S atau dengan cara tali
dipegang tangan kanan yang searah dengan ibu jari. Tali pintalaan kiri
lebih mudah dikenali dengan melihat arah pola pintalannya membentuk
huruf Z atau jika dipagan tangan kiri searah dengan ibu jari yang
memegang. Perbedaan pola pintalan dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
Gambar 2.8 Jenis intalan pola Z / pintal kiri dan pola S / pintal kanan : Sumber :
http://3.bp.blogspot.com
a. Syarat-syarat pemintalan tali
Pada proses pembuatan tali, ada beberapa persyaratan terkait
arah pintalan yang harus dilaksanakan sehingga tali dapat
terbentuk dengan baik dan sesuai dengan harapan. Pada
dasarnya untuk membuat tali
dengan arah pintalan kanan (S), pintalan strand (middle twist)
harus dengan arah pitalan yang berlawanan (Z), sedangkan arah
pintalan pada lower twist bebas (boleh S/Z).
Tabel 2.1 Kesesuaian Arah Pintalan Tali
1. S S Z
2. S Z S
3. Z Z S
4. Z S Z
Sumber : Danajat (2015)
Keterangan : Lower twist boleh searah / berlawanan dengan Middle twist, namun Middle twist harus berlawanan dengan
Upper twist
B. Sistem Penomoran
Indonesia mengenal dua sistem ukuran, yaitu berbasis metris
(milimeter) dan inchi, namun beberapa daerah mengenal “bau” (ukuran luas
lahan), ada depa, tonggak, hasta, kaki (ukuran panjang) dan ons, kati
(ukuran berat). Sehingga ada beberapa desain alat penangkap ikan di
buku-buku ajar, menyatakan ukuran alat penangkap ikan dengan meter,
ukuran mata jaring memakai inchi, ukuran
benangnya memakai 210d/12 dan berat jaring menggunakan gram atau
kilogram. Yang dimaksud dengan sistem penomoran adalah suatu sistem
untuk menentukan ukuran-ukuran yarn/twine. Pada dasarnya sistem
penomoran yarn/
twine dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Sistem Penomoran Langsung yang mengambil dasar penomoran dari berat per satuan
panjang tertentu, dibedakan menjadi:
a. Denier (D/Td) : satuan dan simbol dalam sistem ini adalah D (denier) yang disingkat
“Den” atau “d” atau “Td”. Denier satuan ukuran berat prancis, apabial dikonversikan
dalam ukuran gram (g) / kilogram (kg) adalah :
3. Penomoran Netting Twine, sistem penomoran dengan cara mengukur diameter dari tali
tersebut (cara ini dipakai untuk menentukan nomor dari tali yang berukuran besar, misalnya
dadung)
Dalam penomoran ini, nomor dasar yang diambil adalah nomor yarn
yang membentuk twine tersebut dengan menambahkan jumlah yarn
dalam dalam setiap strand dan jumlah strand yang membentuk twine
tersebut, kadang-kadang juga disertai keterangan arah pintalannya (ply).
Contoh :
a. Twine Nomor : Ne 20 / 12 atau 20/4/3 atau 20x4x3
Ini berarti bahwa twine tersebut dari yarn yang bernomor Ne.20
terdiri dari 3 stand, masing-masing strang terdiri dari 4 yarn.
b. Twine Nomor : Tex.23 x 5Z x 3S atau 23 x 5 x 3 Z-S
Ini berarti bahwa twine tersebut dari yarn yang mempunyai nomor
Tex.23 terdiri dari 3 strand pintal S (kanan) yang masing-masing
strand terdiri dari 5 yarn pintalan Z (kiri).
D. DAFTAR PUSTAKA