Anda di halaman 1dari 8

ARTIKEL

TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN KESELAMATAN

“KONVENSI INTERNASIONAL KESELAMATAN PELAYARAN”

Dosen Pembimbing :
Untung Budiarto, S.T., M.T.

Disusun Oleh :
RESTI PANCA OKTAVIA
21090121120010

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERKAPALAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2022
Abstrak
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kapal merupakan sarana transportasi laut yang tidak jarang juga mengalami
kecelakaan, baik kecelakaan akibat kesalahan atau kelalaian manusia ataupun dari
manajemen. Dunia pelayaran selalu menghadapi resiko yang berat tetapi apapun
kondisinya kapal harus tetap dapat beroperasi. Sering kali aspek keselamatan kurang
mendapat perhatian sehingga dalam penyelenggaraan transportasi laut ditemukan bahwa
aspek keselamatan pelayaran belum memadai. Dengan adanya permasalahan ini maka
diperlukan organisasi yang bisa memberikan kebutuhan operasional kapal yang aman dan
bebas pencemaran. Diperlukan system manajemen yang mampu menciptakan kerja sama
yang baik antara manajemen darat dan diatas kapal yang harus ditunjang oleh SDM yang
memiliki pengetahuan luas mengenai hal ini, memiliki edukasi yang cukup,dan memiliki
keterampilan yang baik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud IMO?
2. Apa yang dimaksud ISM Code?
3. Apa yang dimaksud SOLAS?
4. Apa yang dimaksud COllreg?
5. Apa yang dimaksud UNCLOS?
6. Apa yang dimaksud MARPOL?
7. Apa yang dimaksud ISPS?
8. Apa yang dimaksud Load Line?
9. Apa yang dimaksud STCW?
10. Apa yang dimaksud MLC?
11. Apa yang dimaksud GMDSS?
C. Tujuan
Tujuan pembuatan artikel ini yaitu untuk mengetahui penjelasan dari konvensi
internasional keselamatan pelayaran yang dipakai di wilayah perairan
PEMBAHASAN
1. IMO (Internasional Maritime Organization)
IMO didirikan pada tahun 1948 melalui PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) untuk
mengkoordinasikan keselamatan maritime internasional dan pelaksanaannya. IMO
difungsikan secara penuh pada tahun 1958 yang berpusat di London, Inggris, IMO
mempromosikan kerja sama antar pemerintah dan antar industri pelayaran untuk
meningkatkan keselamatan maritim dan untuk mencegah polusi air laut. IMO dijalankan
oleh sebuah majelis dan dibiayai oleh sebuah dewan yang beranggotakan badan-badan
yang tergabung di dalam majelis tadi. Dalam melaksanakan tugasnya, IMO memiliki
lima komite. Kelima komite ini dibantu oleh beberapa sub-komite teknis yang dimana
organisasi-organisasi anggota PBB boleh meninjau cara kerja IMO.
2. ISM Code
ISM Code atau Internasional Safety Management Code adalah standar
internasional Sistem Manajemen Keselamatan untuk pengoperasian kapal secara aman
dan usaha pencegahan pencemaran di laut. Tujuan dari penerapan ISM Code adalah
menjamin keselamatan di laut untuk menghindari kecelakaan yang dapat menimbulkan
korban jiwa serta kerusakan kapal yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan di
laut. ISM Code merupakan produk IMO (International Maritime Organization) yang
akhirnya diadopsi oleh SOLAS (Safety of Life at Sea) pada tahun 1994. Latar belakang
dibuatnya ISM Code adalah banyak terjadi kecelakaan kapal yang umumnya disebabkan
oleh kesalahan atau kelalaian manusia dalam pengoperasian kapal dan hanya sedikit yang
tergolong dalam kegagalan teknologi. ISM Code ini diperuntukan untuk perusahan
pelayaran yang bertujuan dapat memperbaiki kinerja perusahaan dalam operasi kapal
yang aman dan bebas pencemaran. Kapal dengan sistem manajemen yang baik dapat
membatasi dalam pembuangan seperti minyak atau sampah, meminimalkan kerugian
dalam kecelakaan dan pencegahan kecelakaan seperti tabrakan atau kebakaran. Dari
pencegahan terjadinya kecelakaan kapal dapat menjaga keselamatan manusia,
keselamatan properti dan perlindungan lingkungan dari pencemaran baik di udara
maupun di laut.
3. SOLAS
Solas (Safety of Life at Sea) yang berarti keselamatan jiwa di laut karena
perkejaan sebagai seorang pelaut memiliki resiko yang tinggi dan paling berat dan tidak
bisa diduga karena factor alam. SOLAS pertama muncul tahun 1914 yang diterima 13
negara kemudian direvisi beberapa kali yaitu tahun 1929,1948, dan 1960. Pada tahun
1960 berfokus pada kelengkapan navigasi, peralatan komunikasi, serta kekedapan
penyekat kapal, aspek desain, konstruksi, maupun peralatan lainnya seperti permesinan
dan instalasi listrik, desain konstruksi kapal, alat-alat keselamatan, pencegah kebakaran,
serta alat keselamatan navigasi dan navigasi. Kemudian disempurnakan pada tahun 1966,
1967,1971 dan 1973. SOLAS bertujuan menetapkan standar minimum bagi peralatan,
konstruksi, serta pengoperasian kapal. Konvensi ini memerlukan flag state, yang berarti
bahwa negara yang benderanya digunakan di sebuah kapal harus memastikan kapal
tersebut telah sesuai dengan persyaratan dan memiliki sejumlah sertifikat yang telah
ditentukan di dalam konvensi. SOLAS awalnya memiliki 12 bab dan kemudian pada
tanggal 1 Januari 2017 sudah diberlakukan bab XIV (empat belas)
Bab I – Ketentuan Umum
Bab II-1 – Konstruksi – Subdivisi dan stabilitas, mesin dan instalasi listrik
Bab II-2 – Perlindungan kebakaran, deteksi kebakaran, dan pemadaman api
Bab III – Peralatan dan pengaturan penyelamatan jiwa
Bab IV – Komunikasi radio
Bab V – Keselamatan navigasi
Bab VI – Pengangkutan kargo
Bab VII – Pengangkutan barang-barang berbahaya
Bab VIII – Kapal bertenaga nuklir
Bab IX – Manajemen untuk operasi kapal yang aman
Bab X – Langkah-langkah keselamatan untuk kapal berkecepatan tinggi
Bab XI-1 – Langkah-langkah khusus untuk meningkatkan keselamatan maritime
Bab XI-2 – Langkah-langkah khusus untuk meningkatkan keamanan maritime
Bab XII – Tindakan pengamanan tambahan untuk pengangkut curah
Bab XIII – verifikasi dan penerapan
Bab XIV – langkah keselamatan bagi kapal yang beroperasi di perairan kutub
4. COLREG
Peraturan ini merupakan peraturan untuk mencegah terjadinya tubrukan di laut
dimana setiap awak kapal wajib untuk mengetahui, memahami dan melaksanakannya.
Colreg 1972 merupakan pedoman utama yang harus dijadikan referensi untuk
menghindari tubrukan di laut. Semua aturan yang terdapat dalam peraturan tersebut
bertujuan untuk menghindari atau mencegah tubrukan antar kapal. Setiap negara dan
perusahaan pelayaran yang telah menjadi anggota IMO wajib untuk menerapkan seluruh
aturan yang ada dalam Colreg. Aturan-aturan ini berlaku bagi semua kapal di laut lepas
dan di semua perairan yang berhubungan dengan laut yang dapat dilayari oleh kapal-
kapal laut. Sidang assembly IMO 20 Oktober 1972, IMO mengadopsi konvensi
internasional untuk mencegah tubrukan dilaut yang dinamakan COLREG 1972. 15 Juli
1977 COLREG 1972 baru diberlakukan. 11 Oktober 1979 COLREG 1972 mulai berlaku
di Indonesia. Tahun 1972 sampai 2014 COLREG mengalami amandemen berturut-turut
pada tahun 1981,1987,1989,1993,2001,2007 dan 2013
5. UNCLOS
United Nations Convention on the Law of the Sea) disingkat UNCLOS, juga
disebut Konvensi Hukum Laut Internasional atau Hukum Perjanjian Laut, berupa
perjanjian internasional yang dihasilkan dari Konferensi PBB tentang Hukum Laut yang
ketiga (UNCLOS III) berlangsung dari tahun 1973 sampai dengan tahun 1982. Konvensi
Hukum Laut ini mendefinisikan hak dan tanggung jawab negara dalam penggunaan
lautan di dunia serta menetapkan pedoman untuk bisnis, lingkungan, dan pengelolaan
SDA Laut.
6. MARPOL
MARPOL (Marine Pollution) merupakan Konvensi Internasional untuk mencegah
pencemaran dari kapal 1973 sebagaimana yang telah diubah dari protocol 1978.
MARPOL (Marine Pollution) 1973/1978 merupakan salah satu konvensi internasional
kelautan yang sangat penting karena dirancang untuk meminimalisir pencemaran laut
termasuk pembuangan minyak. Konvensi MARPOL 73/78 hanya berlaku bagi kapal
yang bendera negaranya telah menandatangani konvensi tersebut dan di mana pun kapal
tersebut berlayar. Kapal-kapal tersebut menjadi tanggung jawab negara-negara anggota
yang mendaftarkannya dalam badan klasifikasi nasional negara bersangkutan.
7. ISPS
ISPS Code dibuat untuk Persyaratan baru ini membentuk kerangka kerja
internasional melalui kapal dan fasilitas pelabuhan mana yang dapat bekerja sama untuk
mendeteksi dan mencegah tindakan yang mengancam keamanan di bidang transportasi
laut. Kode ini memiliki 2 bagian, yang satu wajib dan yang satu saran/petunjuk. Tujuan
dari kode ini untuk menjamin langkah tepat dilakukan untuk menghadapi orang yang
melakukan tindakan melanggar hukum terhadap kapal, termasuk diantaranya penguasaan
kapal dengan paksa, tindak kekerasan terhadap personil kapal dan menempatkan
peralatan di kapal yang merusak atau menghancurkan
8. Load Line
Load Line merupakan suatu markah/ tanda yang yang dibubuhkan di kedua
lambung kapal yaitu pada pertengahan kapal (Midship Section) diukur dari haluan ke
buritan kapal yang bentuknya berupa sebuah lingkaran, dan beberapa garis muat
maksimun yang diperkenangkan untuk berbagai musim. Maksud dan tujuan dari sertifikat
garis muat itu adalah agar kapal tidak dimuati lebih dari garis muat yang dijinkan,
sehingga kapal tetap memiliki daya apung cadangan (reserve of buoyance). Isi dari
sertifikat garis muat kapal meliputi nama kapal, nama panggilan kapal, nama pelabuhan
pendaftaran, berat isi kotor, dan ukuran serta susunan lambung timbul kapal.

9. STCW
STCW atau Standars of Traning, Certification and Watchkeeping, merupakan
standar sertifikat keahlian pelaut yang ditetapkan International Maritime Organization
(IMO). Sebagaimana diubah dengan amandemennya, STCW 1978 telah di amandemen
pada tahun 1995, amandemen 1997 dan amandemen Manila 2010. (Departemen
Perhubungan, 2017). Kode pelatihan, sertifikasi dan dinas jaga untuk pelaut (STCW
Code) adalah suatu koda tentang pelatihan, sertifikasi, dan tugas jaga pelaut sebagaimana
yang diadopsi pada konferensi internasional tentang STCW 1978 dan amandemennya.
10. MLC
MLC merupakan Standar Ketenagakerjaan Internasional (International Labour
Standar) yang telah diadopsi pada Sidang Ketenagakerjaan Internasional ke 94 pada
bulan Februari 2006. Bertujuan untuk memastikan hak-hak para pelaut diseluruh duma
dilindungi dan memberikan standar pedoman bagi setiap negara dan pemilik kapal untuk
menyediakan lingkungan kerja yang nyaman bagi pelaut. Ada 5 tema (klausul) yang
dibahas dalam MLC 2006, yaitu Persyaratan Minimal Pelaut Yang Bekerja Di Kapal,
Kondisi Kerja, Akomodası, Fasilitas Rekreasi, Makan dan Catering,Perlindungan dan
perawatan kesehatan, kesejahteraan dan perlindungan keamanan social, penerapan dan
pelaksanaan
11. GMDSS
GMDSS adalah seperangkat prosedur keselamatan, jenis peralatan, dan protocol
komunikasi yang disepakati secara internasional yang digunakan untuk meningkatkan
keselamatan dan mempermudah penyelamatan kapal yang mengalami kesulitan.
Berdasarkan GMDSS, kapal penumpang dan kapal kargo semua semua lebih dari 300
tonase gross dalam perjalanan internasional harus membawa satelit tertentu dan peralatan
komunikasi radio, untuk mengirim dan menerima tanda marabahaya dan informasi
keselamatan maritim, dan untuk komunikasi umum. Peraturan yang mengatur GMDSS
yang terkandung dalam Konvensi Internasional untuk Keselamatan Jiwa di Laut
(SOLAS), 1974. Persyaratan GMDSS tercantum dalam Bab IV SOLAS pada komunikasi
radio dan diadopsi pada tahun 1988.

Anda mungkin juga menyukai