Anda di halaman 1dari 4

Tugas

Nama : Eki Tolanda


NPM : 202174201092
Mk : Hukum Laut
Dosen : Andi Ervin Novara Jaya S.H., M.H.

Mencari materi mengenai ISPS dalam hal ini


1. Latar Belakang dan Sejarahnya
2. Tugas dan Fungsinya
3. Implementasinya di Indonesia

Pembahasan

1. Latar Belakang dan Sejarah Pembentukan ISPS Code


ISPS Code, merupakan salah satu wujud tanggapan dunia internasional terhadap berbagai
persoalan yang timbul di dunia maritim, sejarah ISPS Code bermula pada tahun 1988 ketika IMO
mengadopsi konvensi SOLAS (Safety of Life at Sea) 1974 yang direvisi, konvensi SOLAS (Safety of Life
at Sea) 1974 secara langsung terkait dengan tragedi tenggelamnya kapal Titanic pada tahun 1912.
Tragedi Titanic menjadi salah satu insiden paling terkenal dalam sejarah kelautan, yang
menyebabkan kehilangan nyawa lebih dari 1.500 orang.
Ketika Titanic tenggelam, banyak kelemahan dalam regulasi keselamatan maritim terungkap,
insiden tersebut menjadi pemicu bagi masyarakat dan pemerintah untuk mengadopsi langkah-
langkah yang lebih ketat dalam melindungi keselamatan di laut.
Sebagai respons terhadap tragedi Titanic, negara-negara yang tergabung dalam Liga Bangsa-Bangsa
pada saat itu (yang kemudian menjadi PBB) sepakat untuk menyusun konvensi internasional yang
bertujuan untuk meningkatkan keselamatan di laut. Hasilnya adalah SOLAS Convention 1914 yang
pertama kali diterapkan pada tahun 1915. Konvensi ini mengatur standar keamanan di kapal-kapal
niaga internasional.
Konvensi SOLAS kemudian mengalami beberapa revisi, termasuk revisi terbesar yang dilakukan
pada tahun 1974. SOLAS 1974 menjadi konvensi yang paling umum diterima dan diberlakukan di
seluruh dunia. Konvensi ini mengatur berbagai aspek keselamatan kapal, termasuk konstruksi dan
desain kapal, peralatan keselamatan, pelatihan awak kapal, komunikasi, dan prosedur keselamatan
saat keadaan darurat. Jadi, dapat dikatakan bahwa tragedi Titanic menjadi faktor pendorong yang
signifikan dalam pembentukan dan perkembangan konvensi SOLAS.
Namun, setelah serangan 11 September 2001, kekhawatiran global terhadap ancaman
terorisme yang melibatkan kapal dan pelabuhan meningkat secara signifikan.
Sebagai tanggapan terhadap serangan tersebut, IMO membentuk Komite Keamanan Maritim
pada tahun 2002 untuk mengembangkan peraturan baru yang mengatur keamanan di kapal dan
pelabuhan secara global. Hasil dari upaya tersebut adalah ISPS Code yang diadopsi pada Desember
2002 dan mulai berlaku pada 1 Juli 2004.
ISPS Code ditetapkan sebagai tanggapan terhadap serangan teroris dan ancaman keamanan
modern di sektor maritim. Tujuannya adalah meningkatkan keamanan kapal dan fasilitas pelabuhan
di seluruh dunia melalui implementasi langkah-langkah keamanan yang ketat.
ISPS Code bertujuan untuk mencegah serangan teroris, pencurian, penyelundupan senjata, dan
kejahatan lainnya yang berpotensi membahayakan kapal, kru, dan fasilitas pelabuhan. Code ini
mengharuskan negara-negara anggota IMO untuk menerapkan langkah-langkah keamanan yang
ditetapkan dalam peraturan tersebut.

ISPS Code membagi kapal dan pelabuhan menjadi tiga tingkatan keamanan:

Tingkat keamanan 1 (Security Level 1): Tingkat keamanan normal di mana tidak ada ancaman khusus
yang terdeteksi.
Tingkat keamanan 2 (Security Level 2): Tingkat keamanan ditingkatkan ketika ada ancaman yang
teridentifikasi atau diperkirakan.
Tingkat keamanan 3 (Security Level 3): Tingkat keamanan tertinggi yang diterapkan ketika ancaman
nyata atau serangan teroris sedang berlangsung atau diyakini akan segera terjadi.
ISPS Code memerlukan pelabuhan dan kapal untuk mengadopsi rencana keamanan, termasuk
penilaian risiko, pengangkatan personel keamanan, penggunaan teknologi keamanan, dan pelatihan
personel terkait. Selain itu, peraturan ini juga mendorong kerjasama antara negara-negara anggota
untuk pertukaran informasi dan intelijen keamanan.

2. Tugas dan Fungsi ISPS Code


Membangun kerangka kerja keamanan: ISPS Code memberikan kerangka kerja global untuk
meningkatkan keamanan di kapal-kapal dan fasilitas pelabuhan. Ini mencakup penilaian risiko,
pengembangan dan implementasi rencana keamanan, serta tindakan pencegahan yang diperlukan
untuk mengurangi ancaman terhadap kapal dan fasilitas pelabuhan.
Mengidentifikasi dan mengelola ancaman keamanan: ISPS Code mendorong identifikasi
ancaman keamanan potensial yang dapat mempengaruhi kapal dan fasilitas pelabuhan. Dengan
menilai risiko dan mengadopsi langkah-langkah keamanan yang tepat, kapal dan pelabuhan dapat
mengelola ancaman dengan lebih efektif.
Meningkatkan kewaspadaan dan kerjasama: ISPS Code mendorong negara-negara anggota
untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman teroris dan kejahatan terkait di sektor maritim.
Ini termasuk pertukaran informasi dan intelijen keamanan antara negara-negara, serta kerjasama
dalam tindakan respons dan penanggulangan kejadian keamanan.
Menetapkan standar keamanan yang tinggi: ISPS Code menetapkan standar keamanan yang
tinggi untuk kapal dan fasilitas pelabuhan. Hal ini mencakup keamanan fisik, keamanan personalia,
keamanan operasional, perlindungan terhadap ancaman bahan kimia atau biologi, dan penggunaan
teknologi keamanan yang tepat.
Meningkatkan kesadaran dan pelatihan keamanan: ISPS Code mendorong pelaksanaan program
pelatihan dan kesadaran keamanan yang sesuai untuk personel kapal dan fasilitas pelabuhan.
Pelatihan ini mencakup prosedur keamanan, pengenalan terhadap ancaman potensial, respons
dalam situasi darurat, serta peran dan tanggung jawab masing-masing individu dalam menjaga
keamanan.
Melalui implementasi ISPS Code, diharapkan kapal-kapal dan fasilitas pelabuhan di seluruh
dunia dapat menjaga keamanan mereka, melindungi kru, penumpang, serta melawan ancaman
teroris dan kejahatan terkait di sektor maritim.

3. Implementasi ISPS Code di Indonesia


Di Indonesia, implementasi ISPS Code dilakukan melalui berbagai langkah dan kebijakan yang
dilaksanakan oleh pemerintah dan otoritas maritim. Berikut adalah beberapa contoh implementasi
ISPS Code di Indonesia:
Pembentukan Otoritas Pelabuhan dan Komite Keamanan Maritim: Pemerintah Indonesia
membentuk Otoritas Pelabuhan sebagai badan yang bertanggung jawab untuk mengawasi
implementasi keamanan di pelabuhan. Otoritas ini bekerja sama dengan Komite Keamanan Maritim
yang melibatkan berbagai pihak terkait, termasuk otoritas maritim, polisi, dan pihak swasta.
Penerapan Sertifikasi Keamanan: Kapal-kapal yang beroperasi di perairan Indonesia harus
memenuhi persyaratan keamanan sesuai dengan ISPS Code. Kapal-kapal tersebut harus
mendapatkan sertifikat keamanan (Ship Security Certificate) yang dikeluarkan oleh otoritas maritim
setelah melalui proses penilaian dan inspeksi keamanan.
Peningkatan Keamanan Fasilitas Pelabuhan: Fasilitas pelabuhan di Indonesia juga harus
memenuhi standar keamanan yang ditetapkan oleh ISPS Code. Hal ini meliputi pengaturan keamanan
fisik, pemeriksaan keamanan bagi orang dan barang, serta penggunaan teknologi keamanan yang
sesuai.
Pelatihan dan Kesadaran Keamanan: Dilakukan pelatihan dan kesadaran keamanan bagi
personel yang bekerja di kapal dan fasilitas pelabuhan. Pelatihan ini mencakup pemahaman tentang
ISPS Code, prosedur keamanan, deteksi ancaman, dan respons dalam situasi darurat. Peningkatan
kesadaran keamanan juga dilakukan melalui kampanye dan sosialisasi kepada pihak terkait.
Kerjasama dan Pertukaran Informasi: Indonesia aktif dalam kerjasama internasional untuk
pertukaran informasi keamanan maritim. Hal ini meliputi pertukaran intelijen keamanan, data
ancaman, dan best practice dengan negara-negara lain, serta partisipasi dalam program kerjasama
regional dan internasional dalam hal keamanan maritim.
Untuk mengatur dan memfasilitasi implementasi ISPS Code, sehingga memastikan keamanan maritim
yang lebih baik, pemerintah Indonesia menggunakan beberapa instrumen untuk
mengimplementasikan ISPS Code di sektor maritm seperti berikut :

a.Undang-Undang: Pemerintah Indonesia menerapkan undang-undang yang relevan untuk


mendukung implementasi ISPS Code. Misalnya, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran mengatur persyaratan keamanan yang harus dipenuhi oleh kapal-kapal yang beroperasi
di perairan Indonesia.

b.Peraturan Pemerintah: Pemerintah mengeluarkan peraturan pemerintah yang secara rinci


mengatur persyaratan keamanan yang harus dipenuhi oleh kapal dan fasilitas pelabuhan.
Contohnya adalah Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Keamanan Kapal dan
Fasilitas Pelabuhan, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 31 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Bidang Pelayaran.

c.Peraturan Menteri: Menteri terkait, seperti Menteri Perhubungan atau Menteri Kelautan dan
Perikanan, mengeluarkan keputusan-keputusan yang merinci tindakan dan prosedur yang harus
diikuti untuk memenuhi persyaratan ISPS Code. Keputusan tersebut memberikan panduan kepada
otoritas maritim, pelabuhan, dan kapal-kapal di Indonesia. Contoh Peraturan Menteri Perhubungan
No PM 51 Tahun 2021 tentang Prosedur dan Tata Cara Pelaksanaan Verifikasi Manajemen
Keamanan Kapal dan Fasilitas Pelabuhan, Peraturan Menteri Perhubungan No PM 57 Tahun 2021
tentang Tata Cara Pemeriksaan, Pengujian, dan Sertifikasi Keselamatan Kapal, Peraturan Menteri
(PM) No. 20 Tahun 2015 tentang Standar Keselamatan dan PM No. 37 Tahun 2015 tentang Standar
Pelayanan Penumpang Angkutan Laut.

d.Panduan Teknis: Pemerintah mengeluarkan panduan teknis yang menjelaskan secara rinci tentang
pelaksanaan ISPS Code. Panduan ini memberikan petunjuk kepada operator kapal, fasilitas
pelabuhan, dan otoritas maritim mengenai langkah-langkah yang harus diambil untuk memenuhi
persyaratan keamanan.

e.Inspeksi dan Audit: Pemerintah melaksanakan inspeksi dan audit rutin terhadap kapal-kapal dan
fasilitas pelabuhan untuk memastikan kepatuhan terhadap ISPS Code. Inspeksi dilakukan oleh
otoritas maritim atau lembaga yang ditunjuk untuk memverifikasi implementasi keamanan yang
sesuai.

f.Kerjasama dengan Pihak Swasta: Pemerintah bekerja sama dengan pihak swasta, seperti
perusahaan pelayaran dan operator pelabuhan, untuk memastikan implementasi ISPS Code. Pihak
swasta diharapkan mematuhi persyaratan keamanan, melaksanakan pelatihan keamanan, dan
berpartisipasi dalam program-program keamanan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai