MENGGAMBAR MESIN
MKK 2011
OLEH:
I MADE ASTIKA
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-
Nya bahan ajar Menggambar Mesin ini dapat kami selesaikan.
Bahan ajar ini dibuat untuk membantu mahasiswa dalam memahami materi dalam
mata kuliah Menggmbar Mesin di Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Udayana. Mata Kuliah Menggambar Mesin merupakan mata kuliah keahlian di Jurusan
Teknik Mesin Universitas Udayana yang wajib diambil oleh semua mahasiswa di Jurusan
Teknik Mesin dan dilaksanakan pada semester 2 (Genap). Mahasiswa yang mengambil
Menggambar Mesin harus sudah lulus atau pernah mengambil mata kuliah Menggambar
Teknik.
Kami menyadari bahwa bahan ajar ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan bahan ajar ini.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan bahan ajar ini dan semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Terimakasih
2
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
RPS 5
3
6.4 Huruf dan lambang yang ditambahkan pada angka ukur 45
6.5 Lambang jari-jari tanpa angka ukur 47
6.6 Angka ukur yang tidak sesuai dengan ukuran gambar 49
4
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS TEKNIK ISO900
TEKNIK MESIN 1
Kampus Bukit Jimbaran
Telp. (0361) 701812, 701954, 703138 Fax. : (0361) 701907, 702422
Laman : www.unud.ac.id
5
Diskripsi Matakuliah Mata kuliah ini membahas tentang sistem proyeksi pada gambar, aturan dasar untuk penyajian
gambar, potongan, cara-cara penggambaran khusus, aturan-aturan dasar untuk memberi
ukuran, cara-cara memberi ukuran, dasar-dasar umum untuk memberi ukuran, toleransi linier
dan toleransi sudut, toleransi geometrik, cara menyatakan konfigurasi permukaan dalam
gambar,penyederhanaan gabar dan lambang sambungan las.
Pustaka Utama
1. Hermana (1985),”Menggambar Teknik Mesin Praktis Menurut Standar ISO” CV Armiko Bandung
2. Sato, T. G dan Sugiharto, H. N (2000), “Menggambar Mesin” PT Pradnya Paramita Bandung
3. Jensen, H and Helsead,” Fundamentals of Engineering Drawing” Mc Graw-Hill BookCompany NewYork
Pendukung
1.La Heij, J and De Bruijn, L.A (1991),”Ilmu Menggambar Bangunan Mesin” PT Pradnya
Paramita Bandung
2.Walter C. Brown (1981),”Drafting for Industry” The Goodheart Willcox Company Inc
Media Pembelajaran Sofware (Autocad, Inventor, Catia)
Minggu Metode
Kemampuan yang diharapkan Bahan Kajian Waktu Evaluasi Kriteria/ Indikator Bobot
ke Pembelajaran
1 2 3 4 5 6 7 8
Memahami silabus dan Silabus, SAP, Kontrak, - Mahasiswa
- Pemaparan,
lingkup Mata Kuliah Penilaian dan lingkup mengetahui silabus
1 Diskusi 2x50 dan lingkup MK
5%
Menggambar Mesin Mata Kuliah
Menggambar Mesin Menggambar Mesin
Memahami sistem proyeksi 2. Sistem proyeksi orthogonal -Mahasiswa
yang digunakan dalam 3. Sistem proyeksi ‘Amerika’ memahami sistem
4. Sistem proyeksi ‘Eropa’
membuat gambar kerja proyeksi yang
- Pemaparan,
-Penilaian digunakan dalam
Diskusi
individu gambar kerja
2 -Mengamati 2x50 10%
dalam Kls -Mahasiswa
gambar/video/
-Tugas mempresentasikan
foto
pengetahuannya
dengan baik dan
benar
3 Memahami aturan-aturan 1. Penentuan pandangan - Pemapa 2x50 - Penilaian - Mahasiswa 5%
6
dasar untuk penyajian 2. Pemilihan pandangan ran, Diskusi individu mampu
gambar depan -Mengamati dalam Kls menjelaskan
3. Susunan gambar-gambar
pandangan
gambar/video/ aturan-aturan dasar
4. Pandangan tambahan foto untuk penyajian
5. Pandangan sebagian gambar
6. Pandangan setempat - Mahasiswa
7. Pandangan khusus dengan mempresentasikan
anak panah
8. Pandangan detail
pengetahuannya
dengan baik dan
benar
Memahami metode/cara 1. Potongan -Mahasiswa mampu
pemotongan benda kerja 2. Penyajian potongan menjelaskan dan
3. Cara-cara membuat
potongan
- Pemaparan, membuat gambar
4. Penampang-penampang Diskusi -Penilaian penampang
4 tipis - Mengamati 2x50 individu - Mahasiswa 5%
5. Bagian benda atau benda gambar/video/ dalam Kls mempresentasikan
yang tidak boleh dipotong foto - Tugas pengetahuannya
6. Arsiran
dengan baik dan
benar
Memahami cara-cara 1. Cara menunjukkan bagian -Mahasiswa mampu
penggambaran khusus yang dikerjakan secara menjelaskan
khusus
2. Garis-garis perpotongan
dengan baik
3. Gambar bidang datar - Pemaparan, tentang cara-cara
4. Gambar benda simetrik Diskusi -Penilaian penggambaran
5 5. Gambar yang diputus- - Mengamati 2x50 individu khusus 5%
putus gambar/video/ dalam Kls - Mahasiswa
6. Penyederhanaan ganbar
foto mempresentasikan
pengetahuannya
dengan baik dan
benar
Memahami aturan-aturan 1. Garis ukur dan garis bantu
- Pemaparan, -Mahasiswa mampu
6 dasar untuk memberi ukuran 2. Tinggi dan arah angka 2x50 5%
ukur Diskusi -Penilaian menjelaskan
7
3. Ujung dan pangkal garis - Mengamati individu dengan baik
ukur gambar/video/ dalam Kls tentang aturan-
4. Ukuran dan toleransinya
5. Dimensi fungsional dan foto aturan dasar untuk
tambahan memberi ukuran
6. Satuan-satuan - Mahasiswa
mempresentasikan
pengetahuannya
dengan baik dan
benar
Memahami cara-cara 1. Memberi ukuran dimensi
memberi ukuran linier
2. Angka-angka ukur -Mahasiswa mampu
3. Memberi ukuran pada menjelaskan dan
benda tirus - Pemaparan, memberi ukuran
4. Huruf dan lambang yang
Diskusi -Penilaian pada gambar kerja
ditambahkan pada angka
7 ukur - Mengamati 2x50 individu - Mahasiswa 5%
5. Lambang jari-jari tanpa gambar/video/ dalam Kls mempresentasikan
angka ukur foto - Tugas pengetahuannya
6. Angka ukur yang tidak dengan baik dan
sesuai dengan ukuran
benar
gambar
8 UTS
Memahami dasar-dasar 1. Pandangan yang terutama -Mahasiswa mampu
umum untuk memberi diberi ukuran
2. Ukuran dan toleransi
menjelaskan
ukuran 3. Ukuran dalam gambar - Pemaparan, dasar-dasar umum
4. Garis ukur dan garis bantu Diskusi -Penilaian untuk memberi
9 5. Susunan ukuran - Mengamati 2x50 individu ukuran 5%
6. Memberi ukuran bentuk- gambar/video/ dalam Kls - Mahasiswa
bentuk tertentu
7. Cara memberi ukuran
foto mempresentasikan
bagian-bagian yang pengetahuannya
disusun dengan baik dan
8
benar
Memahami toleransi linier 1. Toleransi bagian-bagian -Mahasiswa mampu
2. Standar toleransi menjelaskan
internasional IT
dengan baik
3. Suaian - Pemaparan,
tentang toleransi
Diskusi -Penilaian
linier
10 - Mengamati 2x50 individu 5%
- Mahasiswa
gambar/video/ dalam Kls
mempresentasikan
foto
pengetahuannya
dengan baik dan
benar
Memahami toleransi sudut 4. Penulisan toleransi linier - Mahasiswa
dan sudut mampu
5. Penyimpangan ukuran
6. Memberi ukuran dan
menjelaskan
toleransi kerucut - Pemaparan, dengan baik
Diskusi -Penilaian tentang toleransi
11 - Mengamati 2x50 individu sudut 5%
gambar/video/ dalam Kls - Mahasiswa
foto mempresentasikan
pengetahuannya
dengan baik dan
benar
Memahami toleransi 1. Toleransi geometrik dan - Mahasiswa
geometrik lambangnya mampu
2. Ketentuan umum untuk
menjelaskan
toleransi geometrik - Pemaparan,
3. Penunjukan dalam gambar dengan baik
Diskusi -Penilaian
4. Pengertian penunjukan tentang toleransi
12 pada gambar - Mengamati 2x50 individu 5%
geometrik
5. Hubungan antara toleransi gambar/video/ dalam Kls
- Mahasiswa
usuran dan toleransi foto
geometrik
mempresentasikan
6. Prinsip bahan maksimum pengetahuannya
dengan baik dan
9
benar
Memahami cara 1. Definisi kekasaran -Mahasiswa mampu
menyatakan konfigurasi permukaan menjelaskan
2. Lambang dan tulisan untuk
permukaan dalam gambar konfigurasi
menyatakan konfigurasi - Pemaparan,
permukaan pada gambar permukaan dalam
Diskusi -Penilaian
3. Pernyataan pada gambar gambar
13 - Mengamati 2x50 individu 5%
- Mahasiswa
gambar/video/ dalam Kls
mempresentasikan
foto - Tugas
pengetahuannya
dengan baik dan
benar
Memahami penyederhanaan 13Penyederhanaan penyajian -Mahasiswa mampu
gambar gambar ulir, baut dan menjelaskan
sekrup
14Penyederhanaan penyajian
dengan baik
gambar Roda gigi - Pemaparan, tentang gambar-
15Penyederhanaan penyajian Diskusi -Penilaian gambar yang
14 gambar Pegas - Mengamati 2x50 individu disederhanakan 5%
16Penyederhanaan penyajian gambar/video/ dalam Kls - Mahasiswa
gambar Bantalan
foto mempresentasikan
pengetahuannya
dengan baik dan
benar
Memahami gambar 1. Proses pengelasan -Mahasiswa mampu
sambungan las 2. Bentuk-bentuk sambungan menjelaskan
3. Bentuk-bentuk alur
dengan baik
4. Lambang-lambang dasar - Pemaparan,
5. Lambang-lambang tentang lambang-
Diskusi -Penilaian
tambahan lambang proses
15 - Mengamati 2x50 individu 5%
pengelasan yang
gambar/video/ dalam Kls
digunakan dalam
foto
gambar
-Mahasiswa
mempresentasikan
10
pengetahuannya
dengan baik dan
benar
16 UAS
1. Tugas
Tugas Individu: Membuat gambar kerja dari berbagai komponen, alat dan unit mesin sesuai bahan kajian/pembelajaran.
Tugas Kelompok : Membuat dan mempresentasikan makalah berdasarkan tema/topik yang sesuai bahan kajian/pembelajaran.
2. Penilaian
a. Aspek penilaian:
1) Aspek kognitif melalui tes lisan dan tertulis,
2) Aspek keterampilan dalam menyampaikan presentasi dan menyampaikan gagasan
3) Sikap dan perilaku selama mengikuti perkuliahan menjadi pertimbangan dalam penilaian.
b. Bobot penilaian
1) Tugas (T) : A (3)
2) Bobot Nilai Harian (NH) : B (2)
3) Bobot Nilai Ujian Tengah Semester (UTS) : C (2)
4) Bobot NilaiUjian Akhir Semester (UAS) : D (3)
5) NilaiAkhir : A T + B NH + C UTS + D UAS
A + B + C+ D
11
BAB I
CARA-CARA PROYEKSI YANG DIPERGUNAKAN
PADA GAMBAR KERJA
Pada gambar teknik mesin teristimewa pada gambar kerja dipergunakan cara proyeksi
orthogonal.
Bidang-bidang proyeksi yang paling banyak dipergunakan adalah bidang horizontal
dan bidang vertikal seperti pada Gb. 1.1. Bidang-bidang utama ini membagi seluruh ruang
dalam empat kwadran. Bagian ruang diatas bidang horisontal dan didepan bidang vertikal
disebut kwadran pertama. Bagian ruang diatas bidang horisontal dan dibelakan bidang
vertikal disebut kwadran kedua. Kwadran keiga adalah bagian ruang yang terletak dibawah
bidang horisontal dan didepan bidang vertikal dan kwadran keempat adalah bagian ruang
yang terletak dibawah bidang horisontal dan dibelakang bidang vertikal.
Jika benda yang akan digambar diletakkan dikwadran pertama dan diproyeksikan
pada bidang-bidang proyeksi maka cara proyeksi ini disebut ‘proyeksi kwadran pertama’ atau
‘cara proyeksi sudut pertama’. Jika bendanya diletakkan pada kwadran ketiga maka cara
proyeksi demikian disebut ‘proyeksi kwadran ketiga’ atau ‘proyeksi sudut ketiga’.
Sebenarnya masih ada cara proyeksi lain yaitu ‘proyeksi kwadran kedua’ dan ‘proyeksi
kwadran keempat’ yang tidak dipakai dalam praktek.
Gambar-gambar pandangan pada umumnya digambar menurut cara proyeksi sudut
pertama atau sudut ketiga.
12
Susunan gambar proyeksi harus sedemikian hingga dengan pandangan depan A
sebagai patokan, pandangan atas B terletak dibawah, pandangan kiri C terletak dikanan,
pandangan kanan D terletak di kiri, pandangan bawah E terletak diatas dan pandangan
belakang F boleh diletakkan di sebelah kiri atau kanan. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada
Gb. 1.2 d.
Dalam gambar, garis-garis tepi yaitu garis-garis batas antara bidang-bidang proyeksi
dan garis-garis proyeksi tidak digambar.
Gambar proyeksi demikian disebut gambar proyeksi sudut pertama. Cara ini disebut
juga ‘Cara E’ karena cara ini banyak dipergunakan di negara-negara eropa seperti Jerman,
Swiss, Perancis dsb.
13
kanan D diletakkan di kanan, pandangan bawah E diletakkan di bawah dan pandangan
belakan diletakkan di kiri atau dikanan.
Susunan proyeksi demikian disebut gambar proyeksi sudut ketiga dan disebut juga
‘cara A’ karena cara ini dipakai di Amerika. Negara-negara lain yang banyak
mempergunakan cara ini adalah Jepang, Australia, Kanada dsb.
14
1.4Pengenalan cara-cara proyeksi dan lambangnya
Jika hasil-hasil gambar proyeksi sudut pertama dan proyeksi sudut ketiga
dibandingkan, maka terlihat bahwa gambar yang satu merupakan kebalikan dari yang lain,
dilihat dari segi susunannya. Oleh karena itu perbedaannya sangat penting. Harus dicatat
bahwa dua proyeksi ini jangan dipakai bersamaan dalam satu gambar.
Dalam standar ISO (ISO/DIS 128) telah ditetapkan bahwa kedua cara proyeksi boleh
dipergunakan. Untuk keseragaman semua gambar dalam standar ISO digambar menurut cara
proyeksi sudut ketiga.
Jika pada gambar telah ditentukan cara proyeksi yang dipakai maka cara yang dipakai
harus dijelaskan pada gambar. Penjelasan tersebut menurut ISO berupa sebuah lambang
seperti pada Gb. 1.5. Lambang ini diletakkan pada bagian kanan bawah kertas gambar.
15
Gb. 1.6 Keuntungan cara proyeksi sudut ketiga
Karena alasan-alasan diatas proyeksi sudut ketiga dapat dianggap yang lebih rasional
dan dipakai dinegara-negara pantai laut fasifik, seperti USA, Kanada, Jepang, Korea,
Australia dsb.
16
BAB II
ATURAN-ATURAN DASAR
UNTUK PENYAJIAN GAMBAR
17
2.2 Pemilihan pandangan depan
Pemilihan pandangan depan dari benda yang akan disajikan dalam gambar adalah sangat
penting. Karena gambar pandangan depan dapat langsung memberikan keterangan bentuk
benda yang sebenarnya. Lagipula jumlah gambar pandangan juga ditentukan oleh gambar
pandangan depan tadi. Pandangan depan tidak selalu berarti pandangan depan dalam arti kata
sehari-hari. Pandangan depan adalah bagian benda yang dapat memberikan cukup keterangan
mengenai bentuk khasnya atau fungsinya.
Umpamanya wajah seorang wanita ingin diabadikan dalam gambar seperti pada gambar
2.4 (a). Maka disini pandangan depan dari wajah tersebut ialah muka itu sendiri, karena
bagian ini sudah memberikan sifat-sifat khas dari wajah tadi. Di lain pihak, sebagai
pandangan depan dari seekor kuda justru diambil pandangan sampingnya, karena pandangan
ini sudah cukup memberikan keterangan tentang ciri-ciri khas dari “benda” tersebut, seperti
ditampilkan pada gambar 2.4 (b). Pada gambar 2.5 diperlihatkan pula badan pesawat yang
mana diambil sebagai pandangan depan. Begitu pula halnya dengan sebuah mobil.
18
Gb. 2.6 Pandangan depan dari beberapa alat
2.4Pandangan tambahan
Benda-benda yang memiliki bagian-bagian dengan permukaan miring, tidak akan terlihat
bentuk sebenarnya dalam gambar pandangan orthogonal. Jika diperlukan gambar yang
menunjukkan bentuk sebenarnya, maka pandangan tambahan dapat digambarkan. Pandangan
tambahan ini digambar pada bidang bantu, dekat pada bagian yang akan digambar, dan tegak
lurus pada arah penglihatan. Jadi dasar proyeksi orthogonal disini tetap dipertahankan.
Contoh-contoh pandangan khusus ini dapat dilihat pada Gb 2.9 dan 2. 10.
19
Gb. 2.10 Pndangan khusus
20
2.6 Pandangan setempat
Di samping gambar pandangan sebagian ini, masih terdapat gambar pandangan yang
lebih sempit, yaitu pandangan setempat. Gb. 2.11 memperlihatkan pandangan setempat dari
alur pasak. Pandangan ini dimaksud untuk melengkapi gambar dari sebuah poros. Perhatikan
disini bahwa porosnya hanya digambar dengan pandangan sebagian. Pandangan setempat
digambar dengan garis tebal dan harus dihubungkan dengan gambar pokok oleh garis sumbu
(tidak selalu). Gb. 2.13 memperlihatkan cara menggambar pandangan setempat dari lubang
pada dinding benda. Di sini tidak diperlukan gambar pandangan samping lengkap. Cara
demikian menghemat waktu dan tempat (kertas gambar).
21
Gb. 2.15 Pandangan detail
Soal
22
BAB III
POTONGAN (IRISAN)
3.1 Potongan
Tidak jarang ditemui benda-benda dengan rongga-rongga didalamnya. Untuk
menggambarkan bagian-bagian ini dipergunakan garis gores, yang menyatakan garis-garis
tersembunyi. Jika hal ini dilaksanakan secara taat azas, maka akan dihasilkan sebuah gambar
yang rumit sekali dan susah dimengerti. Bayangkan saja jika sebuah lemari roda gigi harus
digambar secara lengkap. Untuk mendapatkan gambaran dari bagian-bagian yang
tersembunyi ini, bagian yang menutupi dibuang. Gambar demikian disebut gambar potongan
atau disingkat saja dengan potongan.
Gambar pada Gb. 3.1 (a) memperlihatkan sebuah benda dengan bagian yang tidak
kelihatan. Bagian ini dapat dinyatakan dengan garis gores. Jika benda ini dipotong, maka
bentuk dalamnya akan lebih jelas lagi. Gb. 3.1 (b) memperlihatkan cara memotongnya dan
Gb. 3.1 (c) sisa bagian benda setengah bagian yang menutupi dihilangkan. Gambar sisa ini
diproyeksikan ke bidang potong dan hasilnya disebut potongan (Gb. 3.1(d)). Gambarnya
diselesaikan dengan garis tebal.
Dalam hal-hal tertentu bagian-bagian yang terletak dibelakang ini tidak perlu
digambar. Hanya jika bagian ini diperlukan maka bagian dibelakang potongan ini digambar
dengan garis gores.
Pada umumnya bidang potong dibuat melalui sumbu dasar (Gb. 3.1) dan potongannya
disebut potongan utama. Jika perlu, maka bidang potong dapat dibuat diluar sumbu dasar.
Dalam hal ini bidang potongnya harus diberi tanda dan arah penglihatannya dinyatakan
dengan anak panah seperti diperlihatkan oleh Gb. 3.2.
Peraturan umum yang berlaku untuk gambar proyeksi berlaku juga untuk gambar
potongan
23
3.2.2 Letak potongan dan garis potong
Jika letak bidang potong sudah tampak jelas pada gambar tidak diperlukan penjelasan
lebih lanjut (Gb. 3.3). Jika letak bidang potong tidak jelas atau ada beberapa bidang potong
maka bidang potongnya harus dijelaskan dalam gambar. Pada gambar proyeksi bidang
potong dinyatakan oleh sebuah garis potong yang digambar dengan sebuah garis sumbu dan
pada ujung-ujungnya dipertebal dan pada tempat-tempat dimana garis potongnya berubah
arah. Pada ujung-ujung garis potong diberi tanda dengan huruf besar dan diberi anak panah
yang menunjukkan arah penglihatan (Gb. 3.4)
Gb. 3.3 Potongan melalui garis sumbu dasar Gb. 3.4 Potongan dengan garis bidang
Potong
24
c. Potongan pada bidang berdampingan
Potongan pada pipa berbentuk seperti pada Gb. 3.7 dapat dibuat dengan bidang-
bidang yang berdampingan melalui garis sumbunya.
Gb. 3.5 Potongan meloncat Gb. 3.6 Potongan dengan dua bidang menyudut
Kadang-kadang diperlukan gambaran dari bagian kecil saja dari benda, yang
tersembunyi misalnya benda pada Gb. 3.9(a). Pada Gb. 3.9 (b) dan (c) memperlihatkan
gambar yang dipotong setempat dan potongan penuh. Potongan setempat juga dilakukan pada
bagian-bagian yang tidak boleh dipotong (Gb. 3.9 (d).
25
Gb. 8.9 Potongan setempat
Bagian-bagian benda tertentu seperti misalnya ruji-ruji roda, tuas, peleg, rusuk
penguat, kait dsb, penampangnya dapat digambar setempat (Gb. 3.10) atau setelah
potongannya diputar kemudian dipindahkan ke tempat lain (Gb. 3.11). Ada perbedaan sedikit
antara kedua gambar tersebut, yaitu yang pertama digambar dengan garis tipis sedangkan
yang kedua dengan garis tebal biasa.
Potongan-potongan berurutan dapat disusun seperti pada Gb. 3.12 atau Gb. 3.13. Hal
ini diperlukan untuk memberi ukuran atau alasan lain. Potongan-potongan pada Gb. 3.12
semua terletak pada sumbu utama dan pada Gb. 3.13 masing-masing terletak dibawah garis
potongnya.
26
Gb. 3.12 Potongan berurutan
27
Gb. 3.16 Potongan benda tipis digambar dengan garis tebal
Bagian-bagian benda seperti rusuk penguat tidak boleh dipotong dalam arah
memanjang. Begitu pula benda-benda seperti baut, paku keling, pasak poros dsb tidak boleh
dipotong kearah memanjang. Gb. 3.17 memperlihatkan sebuah benda yang dipotong tetapi
terdaapat beberapa bagian benda yaitu sirip dan beberapa benda yang lain yaitu antara lain
poros, pasak, baut dsb yang tidak dipotong.
3.6 Arsir
Untuk membedakan gambar potongan dari gambar pandangan dipergunakan arsiran
yaitu garis-garis miring tipis.
Kemiringan garis arsir adalah 450 terhadap garis sumbu atau terhadap garis gambar
(Gb. 3.18). Jarak garis-garis arsir disesuaikan dengan besarnya gambar. Bagian-bagian
potongan yang terpisah diarsir dengan sudut yang sama (Gb. 3.1, 3, 6 dan 7)
Arsiran dari bagian-bagian yang berdampingan harus dibedakan sudutnya agar jelas
(Gb. 3.19)
Penampang-penampang yang luas dapat diarsir secara terbatas yaitu hanya pada
kelilingnya saja (Gb. 3.20).
Potongan-potongan sejajar dari benda yang sama yang terdapat pada potongan
meloncat diarsir serupa tetapi dapat juga digeser jika dipandang perlu (Gb. 3.21)
Garis-garis arsir dapat dihilangkan untuk menulis huruf atau angka jika hal ini tidak
dapaat dilakukan diluar daerah arsir (Gb. 3.22)
28
Gb. 3.18 Arsiran
29
Gb. 3.22 Arsiran dan angka
b. Elemen mesin yang tidak boleh dipotong dalam arah memanjang dapat digambar dengan
potongan setempat. Lihat pasak, baut penyetel, pena tirus pada Gb. 3.17.
c. Pada Gb. 3.23 diperlihatkan dalam gambar potongan. Gaambar potongan yang hanya
menunjukkan bagian-bagian yang dipotong (Gb. 3.23c) adalah tidak benar karena seolah-olah
bendanya terdiri dari dua benda berbentuk huruf L. Cara yang benar dapat dilihat pada Gb.
3.23c.
30
BAB IV
CARA-CARA PENGGAMBARAN KHUSUS
Disamping gambar-gambar yang dihasilkan dengan cara proyeksi ortogonal biasa,
terdapat juga cara-cara khusus untuk lebih jelasnya gambar atau untuk penyederhanaan.
31
Gb. 4.3 Penyajian garis perpotongan yang disederhanakan
Gb. 4.5 Garis perpotongan khayal (garis tebal) pada ujung bidang tirus.
32
Harus dicatat bahwa suatu segi empat dengan diagonalnya dalam bidang bangunan
dan arsitektur merupakan lubang (Gb. 4.7)
Gb. 4.7 Cara memperlihatkan lubang segi empat dengan lambing (gambar bangunan)
33
Gb. 4.10 Gambar yang diputus-putus
34
4.8 Penggunaan pandangan sebagian
Pada bab 2.1 telah disinggung mengenai jumlah pandangan tambahan yang
diperlukan. Untuk penghematan waktu menggambar dan tempat maka jumlah gambar
pandangan tambahan yang diperlukan harus dibatasi seminimal mungkin.
Benda pada Gb. 4.13 dapat digambar hanya dalam dua gambar pandangan
umpamanya pandangan depan dan pandangan kanan tetapi hasilnya kurang jelas seperti
tampak pada Gb 2.12 a. Disini dianjurkan untuk membuat gambar pandangan samping kiri
dan kanan hanya sebagai pandangan sebagian seperti pada Gb. 2.12 b.
Ini sebenarnya bertentangan dengan dasar untuk membuat gambar seminimal
mungkin tetapi disini diperlukan agar gambar menjadi jelas.
35
Gb. 4.15 Proyeksi putar
36
BAB V
ATURAN-ATURAN DASAR
UNTUK MEMBERI UKURAN
37
Hampir seluruh ukuran dari gambar yang diperlukan merupakan ukuran horizontal
atau vertikal. Ukuran yang pertama harus dapat dibaca dari bawah gambar sedangkan ukuran
yang kedua harus dapat dibaca dari sebelah kanan gambar seperti pada Gb. 5.3. Ini berarti
bahwa angka ukur horizontal harus terletak diatas garis ukur dan ukuran vertical harus
terletak disebelah kiri garis ukur. Angka dan garis ukur mempunyai jarak sedikit.
Dibeberapa Negara semua angka ukur ditulis mendatar. Dalam hal ini garis ukur
vertikal diputus ditengah-tengah untuk penempatan angka (Gb. 5.4). Sedapatnya ukuran-
ukuran jangan diletakkan didaerah yang diarsir pada Gb. 5.5 yaitu daerah antara sudut 300.
Ukuran sudut ditulis seperti Gb. 5.6 a dan b. Disini garis ukurnya berupa garis
lengkung. Asas dasar yang harus dipertahankan adalah bahwa garis ukur harus merupakan
garis tulis. Jadi angka harus selau diatas garis ukur kecuali pada Gb. 5.6 b.
38
anak panah ditentukan oleh perbandingan panjang dan tebal sebagai 2:1 dan harus
dihitamkan.
Tanda titik dipakai bilaman tidak cukup tempat untuk menempatkan anak panah. Ini
pada umumnya terdapat pada ukuran berantai atau pangkal ukuran beruntun (Gb. 5.7 c).
39
5.5 Dimensi fungsional, dimensi tidak fungsional dan dimensi tambahan
Pada Gb. 5.9 diperlihatkan sebuah tuas (link) yang dihubungkan pada sebuah benda
dengan sebuah pen. Ukuran-ukuran pen ditentukan seperti pada Gb. 5.10a). Sesuai dengan
fungsi dari susunan tersebut, ukuran-ukuran dibagi dalam golongan-golongan: ukuran-ukuran
fungsional F, ukuran-ukuran bukan fungsional NF dan ukuran-ukuran tambahan Aux.
1. Suatu dimensi fungsional adalah ukuran yang diperlukan untuk fungsi dari bagian
atau komponen, umpamanya bagian-bagian yang disusun, cara kerja dari bagian dsb
2. Suatu dimensi bukan fungsional adalah ukuran yang tidak langsung mempengaruhi
fungsi secara prinsipil.
3. Suatu dimensi tambahan adalah dimensi referensi yang telah disebut pada bagian
sebelumnya. Ukuran ini diberikan dalam tanda kurung tanpa toleransi hanya sebagai
bahan informasi.
Gb. 5.9 Pen dengan sebuah tugas Gb. 5.10 Ukuran fungsional
5.6 Satuan-satuan
Semua ukuran dalam gambar harus ditulis dalam satuan yang sama. Dalam system
satuan SI satuan panjang adalah millimeter (mm). Singkatan satuan panjang (mm) tersebut
tidak perlu dicantumkan dibelakang tiap ukuran. Dengan sendirinya harus dimengerti bahwa
angka yang tercantum pada gambar memberikan ukuran panjang dalam mm walaupun satuan
ini tidak ditulis.
Jika diperlukan penggunaan satuan lain lambang dari satuan yang dipakai harus
ditambahkan dibelakang angka atau diberi catatan yang menerangkan satuan yang dipakai.
Ukuran sudut pada umumnya dinyatakan dalam derajat dan jika perlu juga dalam
menit dan detik. Ini dinyatakan oleh lambang-lambang: 0 untuk derajat, ‘ untuk menit dan “
untuk detik yang ditulis disebelah kanan atas dari angka yang bersangkutan.
Contoh: 6022’52”
40
BAB VI
CARA-CARA MEMBERI UKURAN
Sesuai dengan aturan-aturan dasar untuk memberi ukuran yang telah dibahas pada bab
sebelumnya, ukuran-ukuran panjang, profil atau sudut harus diperinci oleh cara-cara khusus
yang akan dibahas berikut ini.
Jika ruang antara garis bantu terlalu sempit untuk menempatkan anak panah, anak
panahnya dapat diganti dengan titik (Gb. 6.2). Dalam hal ini dianjurkan untuk membuat
gambar detail yang diperbesar. Dengan demikian ukuran-ukurannya dapat diberikan dengan
jelas pada gambarnya (Gb. 6.3).
41
Dalam beberapa hal garis ukur dapat langsung ditarik antara garis gambar, tanpa garis
bantu (Gb. 6.4). Garis gambar atau garis sumbu dapat dipergunakan sebagai garis bantu,
tetapi tidak boleh dipakai sebagai garis ukur.
Garis penunjuk juga dipergunakan untuk memberi nomor bagian atau untuk memberi
keterangan tentang pengerjaan khusus. Dalam hal ini garis penunjuk berakhir dengan anak
panah jika penunjuk tersebut berakhir pada garis gambar dan berakhir dengan titik jika garis
penunjuk berakhir didalam gambar (Gb. 6.6).
42
6.3 Angka-angka ukur
1. Angka-angka atau huruf-huruf harus diletakkan kira-kira ditengah-tengah dan sedikit
diatas garis ukur (Gb. 6.7). Angka ukur tidak boleh dipotong atau dipisahkan oleh garis
gambar lain. Jika dianggap perlu angka ukur boleh ditempatkan dipinggir supaya jelas (Gb.
6.8).
2. Jika angkaukur harus ditempatkan pada bagian yang diarsir, arsirnya harus dihilangkan
untuk memberi tempat angka atau huruf yang dimaksud (Gb. 6.9).
3. Dalam keadaan tertentu angka ukur dapat ditempatkan sangat dekat pada salah satu anak
panah untuk mencegah bertumpuknya angka-angka ukur, dan jika terdapat banyak ukuran ,
garis ukurnya boleh ditarik hanya sebagian agar angka ukurnya tidak terlalu jauh dari bagian
yang diberi ukuran (Gb. 6.10).
4. Pada bagian-bagian yang sempit angka ukurnya dapat ditempatkan diluar garis ukur. Untuk
ini garis ukurnya dapat diperpanjang, lebih diutamakan perpanjangannya kesebelah kanan
dan angka ukurnya diatas garis perpanjangan ini (Gb. 6.11).
43
Gb. 6.11 Angka diatas perpanjangan garis ukur
44
Gb. 6.14 Memberi ukuran tali busur, busur dan sudut
45
mempunyai satu anak panah, sedangkan ujung yang lain adalah titik pusat busur tersebut (Gb.
6.17).
Untuk jari-jari yang besar dimana titik pusatnya terletak diluar kertas gambar garis
ukurnya dapat dipotong dan digambar seperti Gb. 6.18, R250 atau ditekuk seperti R300.
Disini titik pusatnya tidak perlu ditunjukkan. Huruf “R” harus ditempatkan didepan angka
ukur, sebesar angka ukur.
Jika garis ukurnya terlalu pendek untuk menempatkan angka ukur, angka ukurnya
dapat ditempatkan pada perpanjangan garis ukur. Anak panah garis ukur diletakkan didalam
jika perpanjangannya kedalam dan diletakkan diluar jika perpanjangannya keluar
.
46
Gb. 6.20 Lambang bola
Kemiringan yaitu bagian ujung benda yang dipotong miring biasanya dengan sudut
450, ukurannya dicantumkan sebagai “x x 450”. Disini huruf x menyatakan ukuran dalamnya
pemotongan (Gb. 6.21). Di Negara Jepang sesuai standar JIS hal ini diberi lambang “C”
sebagai penyederhanaan cara diatas dan lambang ini harus ditempatkan didepan ukuran
dalam pemotongan (Gb. 6.22). Huruf “C” diambil dari huruf pertama dari kata chamfer yang
artinya dipotong miring.
47
6.9 Lambang jari-jari tanpa angka ukur
Dimana ukuran dari lengkungan sudah ditentukan oleh ukuran lain, ukuran jari-jari
tersebut dapat dijelaskan hanya dengan lambang R saja tanpa diikuti oleh angka ukur. Ini
hanya jika diperlukan. Pada umumnya hal ini tidak dilakukan. Sebagai contoh diambil
gambar dari alur pasak (Gb. 6.24). Dari bentuk gambar sudah jelas bahwa ujung-ujung alur
pasak berupa setengah lingkaran yang jari-jarinya dapat diambil dari lebar pasak. Sebenarnya
tanpa atau dengan lambang R hal ini sudah jelas.
48
Bila letak dan luas dari bagian yang akan dikerjakan khusus sudah jelas dari gambar
tidak perlu diberi ukuran. Cara penunjukannya sama dengan garis sumbu tebal dengan garis
penunjuk seperti pada Gb. 6.27.
49
BAB VII
DASAR-DASAR UMUM
UNTUK MEBERI UKURAN
Aturan-aturan dasar dan cara-cara khusus untuk memberi ukuran masing-masing telah
dibahas pada bab sebelumnya. Dasar-dasar umum untuk memberi ukuran akan dibahas dalam
bab ini dan untuk menjelaskan dasar-dasar penggunaan aturan-aturan dan cara-cara tersebut
diatas pada gambar.
50
Gb. 7.2 Proses pembuatan bagian-bagian berbentuk silinder
Pada Gb. 7.3 a nilai toleransi 0,1 untuk panjang 15 merupakan persyaratan fungsional.
Pemberian ukuran seperti pada Gb. 7.3b memerlukan toleransi yang lebih ketat.
Oleh karena itu pengabaian persyaratan fungsional dari benda kerja bearti
toleransinya harus dibagi kembali dan pada umumnya memerlukan toleransi yang lebih ketat.
Ini tidak berarti menghalangi pemberian ukuran lubang, pusat ke pusat walaupun ukuran-
ukuran fungsionalnya mungkin adalah dari tepi ke tepi.
Ukuran-ukuran non fungsional harus diletakkan di tempat yang paling mudah dibaca
oleh pembuat maupun untuk pengawas.
51
tidak terikat pada toleransi tersebut dan tidak menjamin diterimanya benda kerja
tersebut atau bagiannya.
3. Benda yang diganbar pada beberapa lembar, beberapa ukuran mungkin dinyatakan
lebih dari sekali pada pandangan depan dan pandangan-pandangan lain (pada kertas
gambar tersendiri) yang ada hubungannya satu dengan yang lain supaya menjamin
arti dan maksud dari gambar (Gb. 7.4). Dalam hal demikian dianjurkan supaya hal ini
dinyatakan dalam gambar sejelas-jelasnya.
52
Gb. 7.7 Garis-garis bantu sedapatnya tidak saling memotong kecuali garis sumbu
Jika beberapa ukuran dinyatakan berturut-turut garis ukur demikian sedapatnya harus
diletakkan segaris (Gb. 7.8 dan 7.9)
Jika terdapat beberapa garis ukur sejajar tiap garis ukur harus diletakkan dengan jarak
yang sama dengan ukuran yang terkecil harus berada paling dalam sehingga garis-garis bantu
dan ukur tidak saling berpotongan (Gb. 7.10a). Untuk menghemat tempat atau jika ruangan
sempit angka ukurnya dapat diletakkan di kiri dan kanan dari garis sumbu dan garis ukurnya
dapat ditarik sebagian saja dengan jarak yang lebih kevil (Gb. 7.10b)
53
7.5 Ukuran dari bagian yang simetris
Bagian-bagian yang digambar dengan garis sumbu yang sama seperti pada gambar
7.11 dan 7.12 mengandung persyaratan simetri dan ketelitian bengkel yang mengijinkan
untuk pengerjaannya. Jika ketelitian bengkelnya tidak mencukupi, perlu ditambahkan
toleransi simetri geometri.
Gb. 7.11 Memberi ukuran benda simetris Gb. 7.12 Memberi ukuran benda simetris
54
7.7 Ukuran-ukuran terhadap bidang referensi
Jika sebuah benda mempunyai sebuah bidang referensi sebagai patokan pembuatan
atau perakitan, ukuran-ukurannya harus dinyatakan terhadap garis referensi etrsebut (Gb.
7.16 dan 7.17). Jika diperlukan Penunjukan bidang referensi secara khusus perkataan-
perkataan “bidang referensi” harus dibubuhkan pada bidang bersangkutan seperti pada
gambar 7.18 dan 7.19. Hal ini akan dibahas lebih lanjut pada bab berikut.
Gb. 7.16 Ukuran-ukuran terhadap bidang referensi Gb. 7.17 Ukuran-ukuran terhadap bidang
referensi
Gb. 7.19 Ukuran-ukuran terhadap bidang atau garis referensi yang ditunjuk
55
Gb. 7.20 Macam-macam cara pemberian ukuran
Cara pemberian ukuran demikian akan mengumpulkan toleransi seperti tampak pada
Gambar 7.21b. Lagi pula pada gambar ini sisi kiri dari benda kerja merupakan bidang
referensi tetapi tidak dinyatakan dengan jelas pada gambar. Oleh karena itu gambar tersebut
diragukan dan tidak tegas.
Untuk kesederhanaan dan ruang gambar yang terbatas atau jika tidak menimbulkan
persoalan kejelasan pembacaan, ukuran-ukuran beberapa unsur dapat ditumpangkan satu
pada yang lain seperti diperlihatkan pada Gb.7.20c, Gb.7.21c dan Gb. 7.22.
Pada cara ini titik pangkal yang menunjukkan garis atau bidang referensi harus
dilingkari. Angka ukurnya harus diletakkan dekat anak panah searah dengan garis bantu
bersangkutan.
56
Gb. 7.22 Ukuran-ukuran yang berurutan
Sebuah garis lengkung yang terdiri dari beberapa busur lingkaran mengutamakan
pemberian ukuran dengan jari-jari dan kedudukan titik pusatnya atau dengan garis singgung
57
lengkungannya seperti pada Gb. 7.25. Bentuk-bentuk lengkungan lain dapat diberi ukuran
dengan cara koordinat (Gb. 7.26). Cara ini dapat dilakukan juga untuk garis-garis lengkung
lainnya, jika cara demikian dianggap lebih praktis.
Gb. 7.25 Memberi ukuran dengan jati-jari Gb. 7.26 Memberi ukuran dengan ordinat
Ukuran-ukuran busur pada umumnya dinyatakan oleh jari-jari jika sudutnya kurang
dari 1800 dan oleh diameter jika sudutnya lebih besar dari 1800 (Gb. 7.27). Ukuran busur
diberika juga sebagai diameter walaupun sudutnya kurang dari 1800 bila ukuran tersebut
diperlukan untuk proses pemesinan (Gb. 7.28). Benda kerja yang karena alasan simetri hanya
digambar setengah diberi ukuran penuh. Gambar 7.29 menunjukkan contoh sebuah benda
berbentuk silinder yang digambar setengah. Dalam hal demikian tanda Ф tetap harus
dibubuhkan di depan angka ukurnya.
Gb. 7.27 Jari-jari atau diameter Gb. 7.28 Diameter diperlukan untuk proses pengerjaan
Ukuran lubang dapat ditempatkan diluar gambar tanpa garis bantu dan garis ukur
seperti tampak pada gambar 7.30. Ukuran diameter bagian silinder dari benda kerja tersebut
hanya dihubungkan dengan garis penunjuk. Garis penunjuk tersebut ujung permulaannya
harus diberi titik bila berada dalam batas gambar dan harus diberi anak panah jika berada
pada batas gambar.
58
Gb. 7.30 Ukuran diameter dengan garis penunjuk
Garis ukur dari sebuah sudut berupa sebuah busur dengan titik pusatnya pada titik
sudutnya dan berujung pangkal pada kedua buah kaki sudutnya atau pada perpanjangannya
(Gb. 7.31).
Benda kerja yang mempunyai bagian-bagian yang sama seperti misalnya plenes dari
sebuah pembuangan T, lemari katup dsb hanya diberi ukuran pada salah satu bagian saja
(Gb. 7.32). Dalam hal ini bagian yang tidak diberi ukuran harus diterangkan dengan
pernyataan kesamaannya.
Jika sebuah lubang dengan alur pasak digambar sebagai gambar potongan, maka
ukurannya diberikan seperti pada Gb. 7.33.
59
Gb. 7.33 Diameter dalam dengan alur pasak
Ukuran-ukuran lubang baut, lubang ulir, lubang pen, lubang paku keling dan yang
sejenis harus dinyatakan dengan jumlah lubang didepan ukuran lubang yang dihubungkan
oleh garis penunjuk pada salah satu lubang (Gb. 7.34). Jumlah lubang hanya menyatakan
kelompok lubang yang sama besarnya pada bagian yang bersangkutan (pada contoh sebuah
lemari katup jumlah lubang hany berlaku untuk sebauh plenes). Jika hanya terdapat sebuah
lubang jumlahnya tidak perlu dicantumkan.
60
Jarak antara lubang dan elemen lain pada sebuah lingkaran dapat diberi ukuran seperti
pada gambar 7.37. Ukuran jarak boleh ditiadakan bila dari gambar sudah cukup jelas (Gb.
7.38).
Gb. 7.37 Memberi ukuran bagian-bagian yang berjarak sama Gb. 7.38 Memberi ukuran
lubang
Jarak antara melengkung (circular) dapat dinyatakan secara tidak langsung dengan
memberikan jumlah elemen seperti tampak pada Gb. 7.39 dan Gb. 7.40.
Jika dalam hal-hal tertentu diperlukan ketentuan jumlah elemen umpamanya untuk
menghindari pengulangan ukuran-ukuran yang sama, jumlah elemen dapat dinyatakan seperti
Gb. 7.41 dan Gb. 7.42.
61
BAB VIII
TOLERANSI LINIER
DAN TOLERANSI SUDUT
Untuk selanjutnya dan teristimewa karena pentingnya peranan benda silindris dengan
penampang bulat, pembahasan dilakukan khusus untuk benda tersebut. Walaupun demikian
uraian dalam bab ini berlaku juga untuk bagian-bagian datar. Dalam hal ini istilah “lubang
dan poros” dapat dipergunakan juga untuk bagian-bagian antara dua bidang datar seperti
misalnya alur pasak, tebal pasak dsb.
62
8.2 Standar Toleransi Internasional IT
Toleransi yaitu perbedaan penyimpangan atas dan bawah harus dipilih secara seksama
agar sesuai dengan persyaratan fungsionalnya. Kemudian macam-macam nilai numerik dan
toleransinya untuk tiap pemakaian dapat dipilih oleh perencana. Untuk menghindari keraguan
dan untuk keseragaman nilai toleransi standar telah ditentukan oleh ISO / R286 (ISO System
of Limits and Fits – Sistem ISO untuk Limit dan Suaian). Toleransi standar ini disebut
“Toleransi Internasional” atau IT. Dianjurkan bagi perencana untuk memakai nilai IT untuk
toleransi yang diinginkan.
Untuk mudahnya rumus yang diberikan pada bagian 8.2.2 untuk menghitung toleransi
standard dan penyimpangan pokok disesuaikan dengan tingkat diameter pada Tabel 8.1.
Hasilnya telah dihitung atas dasar harga rata-rata geometric D dari diameter-diameter ekstrim
tiap tingkat dan dapat dipakai untuk semua diameter dalam tingkatan tersebut. Untuk seluruh
tingkat sampai dengan 3 mm, diameter rata-rata diambil sebagai rata-rata geometric dari 1
dan 3 mm.
Dalam keadaan normal dipakai tingkat utama tetapi jika dipandang perlu tingkat
antara dapat dipakai pula.
Tabel 8.1
Tabel 8.2
63
Tabel 8.3
Dalam system standar limit dan suaian, sekelompok toleransi yang dianggap
mempunyai ketelitian yang setaraf untuk semua ukuran dasar disebut Kualitas Toleransi.
Telah ditentukan 18 kualitas toleansi yang disebut toleransi standar yaitu IT 01, IT 0, IT 1
samapai IT 16.
Nilai toleransi meningkat dari IT 01 sampai dengan IT 16. IT 01 sampai IT 04
diperuntukkan pekerjaan yang sangat teliti, seperti alat ukur, instrument-instrumen optic dsb.
Tingkat IT 5 sampai IT 11 dipakai dalam bidang pemesinan umum, untuk bagian-bagian
yang mampu tukar, yang dapat digolongkan pula dalam pekerjaan yang sangat teliti dan
pekerja biasa. Tingkat IT 12 sampai dengan IT 16 dipakai untuk pekerjaan kasar.
Untuk tingkat toleransi IT 5 sampai dengan IT 16 nilai toleransinya ditentukan oleh
satuan toleransi I sebagai berikut:
i 0,453 D 0,001D
Dalam satuan micron dan D harga rata-rata geometric dari kelompok ukuran nominal dalam
mm
Harga toleransi standar untuk tingkat 5 sampai dengan 16 diberikan dalam table 8.2
sebagai hubungan dengan satuan toleransi i.
Untuk tingkatan dibawah 5 nilai-nilai toleransi standar ditentukan sesuai table 8.3.
Nilai-nilai IT 2 samapi dengan 4 telah ditentukan kira-kira secara geometric antara nilai-nilai
IT 1 dan 5 (Tabel 8.4).
Tabel 8.4
Nilai-nilai numeric dari toleransi standar telah ditentukan dengan cara-cara diatas dan
dibulatkan. Pada table 8.4 telah ditabelkan nilai-nilai numeric dalam satuan metric untuk tiap
tingkatan diameter nominal untuk tingkat-tingkat 01, 0,1 sampai dengan 16.
8.3 Suaian
8.3.1 Jenis-jenis suaian
64
Dua benda yang berhubungan mempunyai ukuran-ukuran yang berbeda sebelum
dirakit. Perbedaan ukuran yang diijinkan untuk suatu pemakaian tertentu dari pasangan ini
disebut suaian. Tergantung dari kedudukan masing-masing daerah toleransi dari lubang atau
poros, terdapat tiga jenis suaian yaitu:
1. Suaian longgar (clearance fit)
2. Suaian pas transition fit)
3. Suaian paksa (interference fit)
Gambar 8.1 menunjukkan sebauah suaian longgar dan Gb. 8.3 menunjukkan diagram daerah
toleransi untuk tiga jenis suaian tersebut.
Tiap-tiap suaian harus dipilih sesuai persyaratan fungsional dari pasangan
bersangkutan..
Dua system suaian dapat digunakan pada system ISO, terhadap garis nol, yaitu garis
dengan penyimpangan nol dan merupakan ukuran dasar. Dua system tersebut adalah system
satuan lubang dan system satuan poros. Gambar 8.4 memperlihatkan kedua system ini untuk
ketiga suaian tersebut diatas.
Pada system satuan lubang penyimpangan bawah dari lubang diambil sama dengan
nol seperti tampak pada Gb. 8.4. Lubang atau poros semacam ini masing-masing disebut
lubang dasar dan poros dasar.
Pada system lubang dasar, poros dengan berbagai penyimpangan disesuaikan pada
lubang dasar dan pada system poros dasar sebaliknya seperti pada Gb. 8.4.
Sistem lubang dasar lebih umum dipakai daripada system poros dasar oleh karena
pembuatan lubang lebih sukar daripada membuat poros. Lagipula alat ukur lubang (plug
gauge) lebih mahal dari pada alat ukur poros.
65
Untuk memenuhi persyaratan umum untuk bagian-bagian tunggal dan suaian, system
ISO untuk limit dan suaian telah memberikan suatu daerah toleransi dan penyimpangan yang
menentukan posisi dan toleransi tersebut terhadap garis nol terhadap setiap ukuran dasar.
Kedudukan daerah toleransi terhadap garis nol yang merupakan suatu fungsi dari
ukuran dasar dinyatakan oleh sebuah lambing huruf (dalam beberapa hal dengan dua huruf)
yaitu huruf besar untuk lubang dan huruf kecil untuk poros seperti terlihat pada Gb. 8.5.
Lambang H mewakili lubang dasar dan lambing h mewakili poros dasar. Sesuai
dengan ini jika lambing H dipakai untuk lubang berarti system lubang dasar yang dipakai.
Nilai toleransi ditentukan oleh tingkat toleransi yang diuraikan pada bagian 7.2.2.
Toleransi dinyatakan oleh sebuah angka yang sesuai dengan angka kualitas.
Dengan demikian ukuran yang diberi toleransi didefinisikan oleh nilai nominalnya
diikuti oleh sebuah lambing yang terdiri dari sebuah huruf (kadang-kadang dua huruf) dan
sebuah huruf .
Contoh: 45g7 berarti:
Diameter poros 45 mm, suaian longgar dalam system lubang dasar dengan nilai
toleransi dari tingkat IT7.
Gb. 8.5 Masing-masing kedudukan dari macam-macam daerah toleransi untuk sutu
diameter poros/lubang tertentu
Gabungan antara lambang-lambang untuk lubang dan poros menentukan jenis suaian.
Contoh:
1. Lubang H poros g Suaian: suaian longgar dalam system lubang dasar
2. Lubang H poros m Suaian: suaian pas dalam system lubang dasar
3. Lubang R poros h Suaian: suaian paksa dalam system poros dasar.
Sebuah suaian dinyatakan oleh ukuran dasar disebut juga ukuran nominal yang sama
untuk kedua benda diikuti oleh lambing yang sesuai untuk tiap komponen. Lambang
untuk lubang disebut pertama.
Contoh:
45 H8/g7 mungkin juga 45H8-g7natau 45 H8/g7
66
Kombinasi lambing dan kualitas untuk lubang dan poros yang menentukan suaian
adalah terlalu banyak untuk dipakai untuk tujua-tujuan umum. Oleh karena itu untuk
tujuan umum beberapa Negara telah membuat standar nasional.
Tabel 7.5 adalah suaian-suaian untuk tujuan-tujuan umum yang ditenukan oleh JIS
B0401 (limit dan suaian untuk Teknik). Perlu dicatat bahwa tingkat lubang lebih besar
daripada tingkat poros karena lebih mudah membuat lubang daripada membuat poros.
Gambar 8.6 menunjukkan bagan diagram suaian dalam system lubang dasar untuk ukuran
nominal 30 mm. Dalam gambar ini dapat dilihat hubungan antara parameter-parameter
suaian dan tampak bahwa suaian paksa hanya dapat dilaksanakan dengan kualitas yang
tinggi.
67
Gb. 8.6 Bagan diagram suaian dalam system satuan lubang (Ukuran lubang 30 mm)
Tabel 8.6
68
Tabel 8.7
69
8.4 Penulisan Toleransi Linier dan Sudut
8.4.1 Penulisan ukuran linier dari sebuah komponen
Gb. 8.7 Toleransi suaian dinyatakan Gb. 8.8 Toleransi suaian dinyatakan oleh lambang
dengan lambang ISO dan nilai penyimpangan
70
Jika salah satu penyimpangan mempunyai nilai nol maka ini hanya dinyatakan oleh
nilai nol (Gb. 8.10)
Gb. 8.9 Toleransi dinyatakan oleh nilai penyimpangan Gb. 8.10 Toleransi dinyatakan oleh
nilai penyimpangan
3. Toleransi simetris
Jika nilai toleransi ke atas dan kebawah sama besarnya (toleransi simetris) nilai
toleransinya hanya dituliskan sekali saja dan didahului oleh tanda – (Gb. 8.11)
4. Ukuran-ukuran batas
Ukuran-ukuran batas dapat juga ditulis seperti pada Gambar 8.12
Penyimpangan atas harus ditulis pada kedudukan atas dan penyimpangan bawahpada
kedudukan bawah. Peraturan ini berlaku untuk lubang maupun poros (Gb. 8.14 sampai 8.16).
Gb. 8.14 Urutan penulisan Gb. 8.15 Urutan penulisan Gb. 8.16 Urutan penulisan
8.4.3 Satuan
a. Satuan penyimpangan
Penyimpangan harus dinyatakan dalam satuan yang sama dengan satuan ukuran
nominal. Jika dipergunakan satuan yang berbeda maka satuan yang dipakai untuk
penyimpangan harus ditulis setelah nilai penyimpangannya.
b. Jumlah decimal
Nyatakan kedua penyimpangan dalam jumlah decimal yang sama terkecuali jika salah
satu penyimpangannya nol (Gb. 8.10)
71
8.4.4 Toleransi pada gambar susunan
Gb. 8.17 Toleransi pada gambar susunan Gb. 8.18 Toleransi pada gambar susunan
Jika ingin menyatakan nilai numeric dari penyimpangannya maka hal ini dapat ditulis
dalam kurng atau tanpa kurung seperti Gb, 8.19. Untukpenyederhanaan garis ukur bawah
dapat dihilangkan (Gb. 8.20 dan 8.21). Tetapi beberapa Negara tidak mengujinkan untuk
menghindari keraguan.
Gb. 8.19 Toleransi pada gambar susunan Gb. 8.20 Toleransi pada gambar susunan
Aturan-aturan yang telah ditentukan untuk ukuran linier dapat juga diterapkan pada
ukuran sudut (Gb. 8.22).
72
Semua ukuran yang dinyatakan dalam gambar pada dasarnya harus diberi toleransi,
seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Tetapi dalam kenyataannya terdapat
banyak ukuran tanpa keterangan toleransi.
Untuk bagian-bagian tanpa suaiandan tanpa persyaratan ketelitian khusus toleransinya
dengan mudah dapat diberikan dengan sebuah catatan umum yang sekaligus menyatakan
nilai penyimpangan yang diijinkan untuk bagian-bagian yang sejenis (disebut ‘ukuran tanpa
keterangan toleransi’). Sesuai dengan ISO 2768 nilai penyimpangan yang diijinkan ini sering
sekali disebut ‘toleransi umum’. Oleh karena itu ukuran tanpa keterangan toleransi terikat
oleh toleransi umum seperti yang telah disinggung pada Bab 5.4.
Ini merupakan tanggung jawab dari bagian perencanaan untuk menentukan nilai
penyimpangan yang diijinkan sebaik-baiknya tetapi sedapat mungkin sesuai peraturan berikut
ini:
1. Ukuran-ukuran linier
Catatan umum harus menentukan:
a. suatu penyimpangan yang diijinkan sama dengan + IT/2 dari tingkat toleransi
ISO (+ IT 14/2 misalnya) artinya penyimpangan yang diijinkan js untuk poros
dan Js untuk lubang; sebagai tambahan catatan tersebut dapat mengganti
penyimpangan ini dengan H untuk lubang atau h untuk poros
b. atau penyimpangan yang diijinkan antara satu dari tiga seri yang diberikan
pada table 7.8 (dibulatkan dibandingkan dengan tingkat IT 12, 14 atau 16);
catatannya dapat menuliskan sebagai tambahan, penggantian nilai-nilai + t/2
oleh +t untuk lubang atau – t untuk poros. Dlam hal ini dianjurkan supaya
jangan begitu saja menggunakan standar pada table 8.8 tetapi menuliskan
nilai-nilai numeric yang diinginkan yang diambil dari table tadi pada catatan
c. atau sebuah nilai tunggal untuk ukuran nilai nominal manapun jika tidak
terdapat perbedaan yang besar antara ukuran-ukuran yang berbeda tanpa
keterangan toleransi pada gambar (+ 0,4 mm umpamanya, pada gambar
hidung poros (sindle) mesin bubut dari ISO/R 702)
2. Ukuran-ukuran sudut
Catatan umum diutamakan untuk menuliskan penyimpangan yang diijinkan dari table
7.9 dan dinyatakan oleh panjang sisi yang pendek darisudut bersangkutan dalam
- derajat dan menit,
- persen (jumlah mm tiap 100mm)
Ada beberapa bagian mesin yang mempunyai bentuk kerucut atau bentuk baji.
73
Perbandingan antara perbedaan diameter dari dua potongan terhadap jaraknya disebut
ketirusan yaitu
Dd
C 2 tan
L 2
Lambang dibawah ini menunjukkan ketirusan dan arahnya dapat dipakai untuk
menentukan arah ketirusan.
Pendakian yang tidak menjadi pokok pembahasan disini adalah kemiringan dari
sebuah garis yang menggambarkan bidang miring dari sebuah baji misalnya, dinyatakan
sebagai perbandingan perbedaan tinggi tegak lurus terhadap garis dasar untuk suatu jarak
tertentu dan jarak itu yaitu
Pendakian
H l
tan
L
Jika dianggap perlu dapat dipakai lambang dibawah ini untuk menunjukkan arah
pendakian
74
d. Diameter dari suatu penampang tertentu dan dapat berada di dalam atau di luar
kerucut
e. Ukuran yang menentukan letak potongan dimana diameter tadi diperinci
f. Panjang kerucut
Gambar 8.25 a-d memperlihatkan gabungan-gabungan ukuran-ukuran diatas yang banyak
dipakai.
Gabungan ukuran yang dipilih tidak boleh berlebihan. Walaupn demikian ukuran
tambahan dapat diberikan sebagai ukuran ‘bantu’ dalam kurung untuk keterangan seperti
misalnya setengah sudut apitnya.
Mengenai ketirusan standar (khususnya ketirusan morse atau metric) dinyatakan oleh
seri standard an angka.
a. Umum
Ada dua cara memperinci ketelitian kerucut seperti uraian Bab 8.6.3b dan c.
Disebelah kanan gambar diperlihatkan daerah toleransi. Perlu dicatat bahwa mungkin akan
terdapat kesalahan bentuk asal saja jika tiap bagian dari permukaannya terletak di dalam
daerah toleransi. Dalam praktek tidak diperkenankan mengambil seluruh daerah toleransi
oleh kesalahan-kesalahan bentuk. Jika pembatasan dalam hal ini dipandang perlu maka hal
tersebut harus dinyatakan oleh toleransi bentuk yang sesuai. Ukuran teoritis yang tepat (linier
ataupun sudut) dan ukuran-ukuran dengan toleransi menentukan daerah toleransi dimana
bidang kerucut harus berada. Sebuah ukuran teoritis yang tepat (terletak dalam kotak) adalah
suatu ukuran yang menentukan dengan tepat letak dari sebuah titik, garis, bidang atau bidang
kerucut, sedangkan ukuran sesungguhnya oleh cara lain daripada memberi toleransi ukuran
tersebut. Cara ini dapat dipergunakan untuk menentukan posisi yang tepat dari potongan
sebuah kerucut, yang diameternya boleh bervariasi dalam batas-batas tertentu. Dapat juga
dipergunakan untuk menentukan diameter yang tepat dari penampang sebuah kerucut yang
posisinya boleh bervariasi dalam batas-batas tertentu. Perlu dicatat bahwa bilamana cara
memberi ukuran menurut Gb. 8.27 dan 28 dipergunakan, maka diameter atau posisinya
merupakan ukuran yang tepat (terletak dalam kotak). Pemilihan cara memberi toleransi dan
nilai toleransi tergantung dari persyaratan fungsional. Dlam hal demikian ISO 1947 (system
of cone Tolerances for Conical Workpieces- Sistem toleransi Kerucut untuk benda kerja
berbentu Kerucut- dari c – 1 : 3 sampai dengan 1 : 500 dan panjang 6 sampai dengan 630
mm) harus dipergunakan.
75
b. Cara I: Cara kerucut dasar
Dalam cara ini toleransi membatasi jarak penembusan dari pasangan bidang kerucut
dan masing-masing permukaan harus berada dalam dua batas profil ketirusan yang sama yang
sesuai dengan kondisi bahan maksimum dan minimum. Kondisi bahan maksimum berarti
diameter maksimum untuk elemen luar seperti misalnya sebuah poros atau diameter
minimum untk ukuran dalam seperti misalnya sebuah lubang. Daerah toleransi yang
membatasi kerucut dihasilkan oleh sebuah toleransi entah untuk diameter atau kedudukan.
Sesuai perjanjian toleransi yang ditentukan harus dipenuhi oleh semua penampang untuk
seluruh panjangnya (Gb. 8.26 s/d Gb. 8.28). Permukaan kerucut boleh terletak di mana saja di
dalam daerah toleransi. Gambar 8.26 menggambarkan sebuah kerucut berdasarkan cara
kerucut dasar yang diameter besarnya diberi ukuran dengan toleransi. Gb. 8.27
menggambarkan sebuah kerucut berdasarkan cara kerucut dasar dimana ukurannya
ditentukan oleh sebuah penampang yang letaknya ditentukan oleh ukuran teoritis tepat
terletak dalam kotak. Sebuah kerucut yang diberi ukuran atas dasar cara kerucut dasar dimana
diameter sebuah penampang merupakan ukuran teoritis tepat diperlihatkan pada Gb. 8.28.
Penampang ini terletak dalam batas-batas tertentu terhadap bagian kiri dari bendanya. Cara
kerucut dasar menurut Gambar 8.26, 27 dan 28 mungkin tidak cocok untuk hal-hal di
manavariasi ketirusan yang timbul akibat toleransi yang diperlukan untuk diameter atau
posisi tidak dapat diterima. Hal ini dapat diatasi oleh Gb. 8.39 atau cara II. Bila mana
diperlukan menggunakan ondisi-kondisi terbatas yang membatasi variasi ketirusan dalam
daerah toleransi cara-cara berikut dapat dipergunakan:
a. catatan tertulis yang menetapkan batas yang diijinkan untuk ketirusan yang
sesungguhnya.
b. Menunjukkan pembatsan toleransi sudut dari apotema terhadap garis sumbu (Gb.
8.28) sesuai ISO 1101/I (Bab 9) Daerah toleransi untuk sudut (termasuk
kelurusan) dapat terletak dimana saja dalam daerah toleransi
76
Gb. 8.28 Sistem dasar ketirusan (III) Gb. 8.29 Sistem dasar ketirusan dengan toleransi sudut
Bila tidak disebutkan lain satuan toleransinya sama dengan satuan ukuran
nominalnya. Permukaan keruct boleh terletak dimana saja antara posisi ekstrim akibat
toleransi yang terkumpul dari toleransi linier dan toleransi ketirusan asalkan toleransi pada
ketirusan diperhatikan. Penyajian dalam gambar dari daerah toleransi ketirusan pada Gb.
8.30, 31 dan 32 dimisalkan apotema-apotemanya merupakan garis lurus. Arti kelurusan disini
adalah arah apotema kerucut ditentukan oleh arah dua garis lurus berjarak minimum dan
menyelubungi apotema yang sesungguhnya. Kedua garis tersebut tentunya harus terletak
antara batas-batas yang telah ditentukan oleh toleransi ketirusan. Selanjutnya apotema-
apotema tersebut tidak boleh melampoi batas-batas ukuran pada titik-titik ukuran-ukurannya
telah ditentukan. Gambar 8.30 mengambarkan sebuah kerucut yang diberi ukuran atas dasar
cara toleransi kerucut dimana ukuran yang terbesar diberi toleransi. Gambar 8.31
memperlihatkan sebuah kerucut yang diberi ukuran menurut cara toleransi kerucut dimana
diameter dari sebuah penampang merupakan ukuran teoritis tepat yang terletak antara batas-
batas yang telah ditentukan terhadap sisi kanan dari benda. Bentuk dari daerah toleransi
kerucut berubah-ubah sesuai ukuran sebenarnya dari ukuran L seperti pada Gb. 8.31 a, b dan
c. Daerah toleransi kerucut ini sendiri tidak menentukan kesalahan – kesalahan kelurusan
yang diijinkan.
Gambar 8.32 menunjukkan sebuah kerucut yang diberi ukuran menurut cara toleransi
kerucut dengan mempergunakan ukuran teoritis tepat untuk menentukan posisi penampang di
mana diameternya harus terletak dalam batas-batas ukuran. Posisi daerah toleransi untuk
ketirusan berubah-ubah sesuai ukuran sebenarnya dari diameter D pada bidang dasar seperti
tampak pada Gb. 8.26 a, b dan c. Daerah toleransi ketirusan ini sendiri tidak menentukan
kesalah kelurusan yang diijinkan.
77
Gb. 8.30 Sistem toleransi ketirusan (I)
8.6.4 Penterapan
Bila suaian pada bagian pasangannya diperlukan maka hal ini harus dijelaskan dalam
gambar.
Dalam memberi ukuran sepasang kerucut yang bekerja sama, hal-hal berikut harus
diperinci:
a. Ketirusan nominal yang sama
b. Sbuah ukuran dalam kotak untuk diameter (Gb. 8.33) atau untuk posisi (Gb. 8.34)
yang berhubungan dengan bidang ukur yang sama untuk kedua bagian yang dirakit.
Menurut ukuran kerucut seperti pada Gb. 8.35 di mana diameter dari kedua ujung dan
panjang kerucut di beri toleransi tidak diperkenankan karena terjadi pengumpulan
toleransi.
Gb. 8.33 Ukuran dua buah kerucut yang berpasangan (I) Gb. 8.34 Ukuran dua buah kerucut
yang berpasangan (II)
78
BAB IX
TOLERANSI GEOMETRIK
9.1 Pendahuluan
Gambar dari bagian yang dibuat harus memberi semua keterangan yang diperlukan
untuk dapat dibuat dengan tepat atau untuk diperiksa. Oleh karena itu tiap gambar harus
mempunyai tiga jenis informasi pokok yaitu:
1. Bahan yang dipakai
2. Bentuk atu sifat-sifat geometrik
3. Ukuran-ukuran dari bagian
Gambar harus menunjukkan juga perbedaan-perbedaan yang diijinkan dari masing-masing
unsur tadi dalam bentuk toleransi.
Bahan biasanya ditentukan oleh perincian tersendiri atau dokumen tambahan dan
gambar hanya perlu menyinggung sebagai referensi.
Bentuk ditentukan oleh ukuran-ukuran linier dan sudut (Bab 5, 6, 7). Toleransi dapat
diterapkan langsung pada ukuran-ukuran atau dapat ditentukan oleh catatan toleransi umum
(Bab.8).
Bentuk dan sifat-sifat geometrik dinyatakan dalam pandangan dalam gambar (Bab 2,
3, 4)
Pada bentuk dan sifat-sifat geometrik belum terdapat pengertian gambar yang
definitif. Dalam tahun-tahun terakhir ini telah diperkenalkan toleransi geometrik dan telah
diterapkan sebagai standar ISO yang menentukan lambang internasional maupun ketentuan
yang tepat.
Toleransi geometrik hanya diperinci bilamana diperlukan. Sampai sejauh mana hal ini
diperlukan pada suatu saat tertentu hanya dapat diputuskan ditinjau dari segi persyaratan
fungsional, kemampuan tukar dan keadaan pembuatan yang memungkinkan.
Dalam bab ini cara penyajian pada gambar definisi dan pengertian toleransi geometrik
akan dibahas.
79
Tabel 9.1 Lambang untuk sifat yang diberi toleransi
Tanel 9.2 Hubungan antara sifat yang diberi toleransi dan daerah toleransi
80
9.4 Dasar
Pada Bab 9.2 telah dikatakan bahwa posisi, letak dan penyimpangan putar membatasi
posisi atau letak bersama dari dua atau lebih elemen. Dalam hal ini sebuah elemen atau lebih
dapat ditentukan sebagai dasar untuk maksud-maksud fungsional.
Dasar yang ditentukan pada gambar adalah suatu referensi sifat terhadap mana sifat-
sifat yang diinginkan atau elemen-elemen tertentu diukur.
Elemen dasar adalah sebuah elemen nyata dari suatu bagian yang dipergunakan untuk
menentukan letak dasar. Elemen dasar tergantung dari kesalahan pembuatan dan variasi
pembuatan.
Misalnya sebuah bidang datar dari sebuah bagian bila diperbesar akan
memperlihatkan ketidakrataan. Bila disinggungkan pada sebuah bidang rata sempurna maka
hanya beberapa titik saja yang bersinggungan (Gb. 9.1).
Bidang demikian yang mempunyai permukaan yang mendekati kesempurnaan seperti
misalnya sebuah surface pelat disebut ‘Elemen dasar tiruan’.
Penjelasan lebih terperinci dari dasar akan dibahas pada bab 9.5.3 dan 9.6.3.
Persyaratan toleransi dinyatakan dalam sebuah kotak yang dibagi dalam satu atau
lebih ruang. Dalam urutan dari kiri ke kanan ruang-ruang tersebut berisi :
- Lambang dari sifat yang akan diberi toleransi
- Nilai toleransi ndalam satuan yang dipakai untuk ukuran linier. Nilai ini didahului
oleh tanda O bila daerah toleransinya berbentuk bulat atau silinder atau oleh ‘Bola O’
bila daerah toleransinya berbentuk bola.
- Bila perlu huruf atau huruf-huruf yang menunjukkan elemen dasar atau elemen-
elemen dasar (Gb. 9.3 dan 4).
Bila diperlukan untuk memperinci lebih dari suatu sifat toleransi untuk sebuah elemen,
perincian toleransinya harus diberikan dalam kotak-kotak referensi yang ditumpuk seperti
Gb. 9.5.
Gb. 9.2 Kotak toleransi Gb. 9.3 Kotak toleransi dengan elemen dasar
Gb. 9.4 Kotak toleransi dengan elemen-elemen dasar Gb. 9.5 Perincian dari dua sifat
toleransi
81
9.5.2 Elemen yang diberi toleransi
Kotak toleransi dihubungkan pada elemen yang diberi toleransi oleh sebuah garis
penunjuk yang berakhir dengan sebuah panah sebagai berikut:
- Pada garis gambar dari elemen atau perpanjangannya (tetapi harus dipisahkan dengan
jelas dari garis ukur) bila toleransinya menyangkut garis atau bidang itu sendiri (Gb.
9.6 dan 7).
Gb. 9.6 Penunjukan elemen-elemen yang diberi toleransi Gb. 9.7 Penunjukan elemen yang
diberi toleransi
- Pada garis ukur bila toleransinya menyangkut garis sumbu atau bidang meridian yang
ditentukan oleh elemen yang diberi ukuran demikian (gb. 9.8 s/d 10)
Gb. 9.8 Penunjukan yang diberi toleransi (I) Gb. 9.9 Penunjukan yang diberi toleransi (II)
- Pada sumbu bila toleransinya menyangkut sumbu bidang meridian dari semua elemen
yang sama dengan sumbu atau bidang meridian (Gb. 9.11 s/d 13)
Bilamana sebuah toleransi akan diterapkan pada kontur dari elemen silindris atau
simetris atau pada sumbu atau bidang meridiannya tergantung dari persyaratan
fungsionalnya.
Gb. 9.12 Penunjukan sumbu bersama yang diberi toleransi Gb. 9.13 Penunjukan sumbu
bersama yang diberi toleransi (II)
9.5.3 Dasar
Bila sebuah elemen yang diberi toleransi menyangkut sebuah dasar maka hal ini pada
umumnya diperlihatkan dengan huruf-huruf besar. Huruf yang sama yang menentukan dasar
diulang dalam kotak toleransi. Untuk menunjukkan dasar sebuah huruf besar di dalam kotak
referensi dihubungkan ke segitiga dasar. Bentuk segitiga adalah siku-siku dan dihitamkan.
Sudut siku dihubungkan dengan sebuah garis dan sisi miringnya menempel pada elemen
dasar (Gb. 9.14 dan 15).
82
Gb. 9.14 Kotak dasar dan segitiga dasar (I) Gb. 9.15 Kotak dasar dan segitiga dasar (II)
- sebagai perpanjangan dari garis ukur bilamana elemen dasar adalah sumbu atau
bidang meridian yang ditentukan oleh elemen yang diberi ukuran demikian (Gb. 9.17
s/d 19).
Gb. 9.17 Penunjukan sebuah elemen dasar Gb. 9.18 Penunjukan sumbu-sumbu dasar
- Pada sumbu atau bidang meridian bilaman dasarnya sama dengan sumbu atau bidang
meridian dari semua elemen pada sumbu atau bidang meridian tersebut (Gb. 9.20)
Bila kotak toleransi dapat dihubungkan secara jelas dan mudah dengan elemen dasar
oleh sebuah garis penunjuk huruf dasarnya dapat dibuang seperti pada Gambar 9.21 dan 22.
83
Gb. 9.21 Penunjukan elemen dasar Gb. 9.22 Penunjukan elemen dasar
yang dihubungkan pada kotak toleransi (I) yang dihubungkan pada kotak toleransi (II)
Sebuah dasar tunggal diperinci oleh sebuah huruf besar (Gb. 9.23). Sebuah dasar
bersama yang dibentuk oleh dua elemen dasar diperinci oleh dua huruf dasar yang dipisahkan
oleh sebuah tanda penghubung (Gb. 9.24). Bila mana urutan dari dua elemen dasar atau lebih
itu penting, penunjukkannya harus seperti pada Gb. 9.25 dimana urutan dari kiri ke kanan
menunjukkan tingkatan prioritasnya. Bila mana urutan tersebut tidak penting penunjukkannya
harus seperti pada Gb. 9.26.
Gb. 9.24 Penunjukan sebuah dasar bersama Gb. 9.25 Penunjukan prioritas dari elemen dasar
Bila toleransi yang lebih kecil dari jenis yang sama ditambahkan pada toleransi pada
seluruh elemen tetapi dibatasi pada panjang terbatas toleransi yang dibatasi harus dinyatakan
di dalam ruang bawah (Gb. 9.29).
Gb. 9.29 Toleransi yang lebih kecil diterapkan pada panjang tertentu
Bila toleransinya diterapkan pada bagian terbatas dari elemen saja penunjukkannya
harus seperti pada Gb. 9.30).
84
Gb. 9.30 Toleransi yang diterapkan pada sebuah bagian terbatas
Bilamana toleransi posisi, bentuk atau sudut ditentukan untuk sebuah elemen, ukuran-
ukuran yang menentukan, bentuk atau sudut teoritis tepat tidak boleh diberi toleransi. Ukuran
demikian diletakkan dalam sebuah rangka persegi sebagai beriku ----- . Ukuran bagian yang
sebenarnya yang bersangkutan hanya tunduk pada toleransi posisi, bentuk atau sudut yang
ditentukan dalam kotak toleransi (Gb. 9.31 dan 32).
Gb. 9.31 Ukuran teoritis tepat dengan tolerasi posisi Gb. 9.32 Ukuran teoritis tepat dengan
toleransi sudut
Dalam beberapa hal, toleransi posisi, sejajar, tegak lurus, sudut, koaksial atau simetri
harus diterapkan tidak pada elemen itu sendiri tetapi pada proyeksi luarnya. Daerah toleransi
yang diproyeksikan demikian digambarkan seperti pada Gb. 9.33 dan 34.
Jika toleransinya dipakai untuk elemen itu sendiri maupun untuk proyeksi luarnya,
maka hal ini dapat dinyatakan seperti pada Gb. 9.35.
85
9.6 Pengertian penunjukkan pada gambar
9.6.1 Bentuk elemen yang diberi toleransi tunggal
Kelurusan atau kedataran dari sebuah elemen yang diberi toleransi dianggap benar
bila jarak dari titik-titik sendiri-sendiri ke bidang, yang mempunyai bentuk geometri ideal
adalah sama atau lebih kecil dari harga toleransi yang ditentukan. Letak dari garis atau bidang
ideal harus dipilih demikian rupa sehingga jarak maksimumnya ke bidang sebenarnya dari
elemen bersangkutan mempunyai nilai yang terkecil (Gb. 9.36).
Letak garis atas bidang
Yang mungkin: A1-B1 A2-B2 A3-B3
Jarak bersangkutan h1 h2 h3
Pada Gb. 9.36 h1 < h2 < h3
Oleh karena itu letak yang benar dari garis atau bidang ideal adalah A1 – B1. Jarak h1
harus sama atau lebih kecil dari toleransi yang telah ditentukan.
Untuk kebulatan atau kesilindrisan letak dari dua buah lingkaran sepusat atau silinder
sesumbu harus dipilih demikian sehingga jarak radialnya adalah yang terkecil. Kemungkinan
letak titik pusat dari dua buah lingkaran sepusat atau sumbu dari silinder sesumbu dan jarak
radialnya minimal.
Titik pusat A1 menentukan letak dua buah lingkaran atau dua buah silinder sesumbu.
Titik pusat A2 menunjukkan letak dua buah lingkaran sepusat atau silinder sesumbu
dengan jarak radial minimal.
Jarak radial yang bersangkutan r1, r2
Pada Gambar 9.37. r1 > r2
Oleh karena itu letak yang benar dari dua buah lingkaran sepusat atau silinder sesumbu
adalah A2. Jarak radial r2 harus sama atau lebih kecil dari pada toleransi yang ditentukan.
Gb. 9.36 Bentuk dari sebuah elemen yang diberi toleransi tunggal (garis atau bidang)
Gb. 9.37 Bentuk dari sebuah elemen yang diberi toleransi tegak (dua lingkaran sepusat atau
dua silinder sesumbu)
86
Gb. 9.38 Arah lebar dari daerah toleransi Gb. 9.39 Daerah toeransi keliling
(arah anak panah) posisi yang benar
Dalam Gb. 9.38 sumbu atas harus tterletak antara dua garis lurus berjarak 0,1 yang
sejajar dengan sumbu A dan terletak dalam arah vertical seperti tampak pada Gb. 9.38 b.
Dalam hal ii tentunya toleransi tersebut tidak membatasi penyimpangan dalam semua arah
tegak lurus pada panah toleransi.
Pada gambar 9.39 sumbu atas harus terletak dalam daerah silinder dengan diameter
0,1 sejajar dengan sumbu bawah A (sumbu dasar).
Pada umumnya arah lebar dari daerah toleransi adalah tegak lurus pada bidangnya
(Gb. 9.40). Bilamana arah ini dipeinci seperti pada Gb. 9.41a, maka lebar dari daerah
toleransi adalah sejajar dengan arah yang diperinci seperti Gb. 9.41b.
Gb. 9.40 Arah lebar dari daerah toleransi Gb. 9.41 Arah lebar dari daerah toleransi
(tegak lurus pada permukaan) (sejajar dengan arah yang ditentukan)
b. Sumbu
Seperti yang telah dibahas pada bagian 9.5.2, daerah toleransi berbeda menurut garis
penunjuk dari kotak toleransi.
Pada Gb. 9.42 garis penunjuk dihubungkan dengan elemen yang diberi toleransi pada
garis permukaan tetapi terpisah dari garis ukur dan elemen yang diberi toleransi adalah garis
pembentuk silinder. Pengertiannya adalah sebagai berikut:
Tiap garis pembentuk bidangsilinder yang ditunjukkan oleh paanah harus terletak
antara dua garis lurus sejajar berjarak 0,1 dalam bidang yang mengandung sumbu.
Pada gambar 9.43 garis penunjuk dihubungkan dengan elemen yang diberi toleransi
pada perpanjangan garis ukur untuk diameter silinder dan elemen yang diberi toleransi adalah
sumbu silinder. Pengertiannya adalah sbb: Sumbu silinder harus terletak dalam daerah
toleransi yang berupa silinder dengan diameter 0,08.
87
c. Prioritas sifat toleransi
Oleh karena sebab-sebab fungsional satu atau lebih sifat harus diberi toleransi untuk
menentukan ketepatan geometric dari sebuah elemen. Bila ketepatan geometric dari sebuah
elemen telah ditenukan oleh suatu jenis toleransi bentuk, penyimpangan-penyimpangan lain
dari elemen ini dalam beberapa keadan akan dikontrol oleh toleransi tersebut (umpamanya
keelurusan dikontrol oleh kesejajaran, Gb. 9.44). Oleh karena itu jarang sekali diperlukan
melambangkan semua sifat tersebut oleh karena penyimpangan-penyimpangan lain sudah
tercakup dalam daerah toleransi yang ditentukan oleh lambing tersebut. Di lain pihak jenis-
jenis toleransi tertentu tidak mengontrol penyimpanganpenyimpangan lain(umpamanya
kelurusan tidak mengontrol kesejajaran).
Sebagai contoh toleransi posisi yang dikontrol adalah kelurusan dan ketegaklurusan
dri sumbu seperti Gb. 9.45 dan kadang-kadang kesejajaran sumbu seperti seperti pada Gb.
9.46.
Pengertian daerah toleransi yang diperinci disarikan pada akhir bab ini dalam table
9.4
Gb. 9.45 Sumbu lubang Gb. 9.46 Toleransi posisi yang mengontrol posisi lain
88
Tabel 9.3 Garis dasar dan bidang dasar
89
Gb. 9.48 Urutan dari dasar-dasar
c. Sasaran dasar
Bidang yang telah dipilih sebagai dasar sering kali kurang dalam ketepatan untuk
dapat dipergunakan secara langsung sebagai dasar, khususnya bidang-bidang hasil
pengecoran, penempaan, pengelasan dan bagian dari lembaran pelat yang kasar, melengkung
atau penyimpangan yang lain.
Pada umumnya untuk mengatasi masalah demikian biasanya dipergunakan sasaran
dasar. Sebagai sasaran dasar dipilih titik-titik, garis-garis atau bidang-bidang kecil tertentu.
Untuk bidang pada umumnya dipilih tiga sasaran dasar pada bidang dasar pertama, dua untuk
bidang dasar kedua dan satu untuk bidanf dasar ketiga sesuai dengan sistem tiga bidang
dasar.
Sasaran-sasaran dasar tersebut harus diperinci dengan lambang-lambang sasaran dasar
seperti pada Gb. 9.49. Umpamanya bidang dasar diberi ciri A, B,dan C, Mmaka sasaran-
sasaran dasarnya akan menjadi A1, A2, A3, B1, B2 dan C1 seperti pada Gb. 9.50. Setengah
bagian yang atas dari lambangnya dapat dipergunakan untuk memberi ukuran bidang sasaran
dasar.
Gb. 9.49 Lambang-lambang sasaran untuk dasar Gb. 9.50 Lambang-lambang sasaran
untuk dasar
9.7.1 Pendahuluan
Toleransi linier atau sudut dan toleransi geometrik telah dibahas pada Bab 8 dan 9.
Hubungan antara kedua toleransi tersebut belum dijelaskan secara jelas. Dalam ISO/R 1101-
1966 telah ditentukan sbb:
90
“Bila hanya sebuah toleransi ukuran telah ditentukan, maka toleransi ini juga
membatasi kesalahan-kesalahan bentuk dan posisi tertentu. Permukaan dari bagian yang
dibuat boleh menyimpang dari bentuk geometri yang telah ditentukan dengan syarat bahwa
bentuknya masih terletak dalam ukuran-ukuran yang diberi toleransi. Bilamana kesalahan-
kesalahan ini harus terletak dalam batas-batas lain, maka perlu ditentukan toleransi bentuk”.
Bagaimanapun juga dalam kenyataan hampir semua elemen diukur dengan cara dua
titik prngukuran yang tidak dapat mengendalikan penyimpangan-penyimpangan geometrik.
Oleh karena hal ini toleransi ukuran dan toleransi geometrik dianggap tidak mempunyai
hubungan dewasa ini. Ini disebut “Prinsip ketidak tergantungan”.
Saat ini prinsip ketidak tergantungan ini dianggap sebagai satu-satunya carayang
dapat menghilangkan kesalah pahaman dan keraguan dan dapat mengembangkan definisi
toleransi yang seragam.
Kerugian:
1. Prinsip ini didasarkan atas pengukuran dua titik. Akibatnya tidak menjamin
bentuknya.
2. Akibatnya toleransi bentuk harus diperinci oleh suatu cara tertentu.
9.7.3 Definisi
91
Dalam uraian ini akan dijelaskan ketentuan-ketentuan istilah yang dipergunakan
dalam Bab. 9.7 dan 9.8. Ketentuan-ketentuan pada Gb. 9.51 dan 52 dapat dipergunakan.
1) Ukuran local yang sebenarnya
Jarak satu-satu pada tiap penampang dari sebuah elemen. Lihat Gb. 9.51 dan 9.52
Gb. 9.51 Ukuran dan toleransi dari elemen tunggal Gb. 9.52 Ukuran dan toleransi dari
elemen-elemen yang berhubungan
2) Ukuran pasangan
Untuk elemen dalam ukuran elemen serupa yang terbesar dengan bentuk yang sempurna
yang dapat dilukiskan dalam elemen tadi sehingga tepat menyinggung titik tertinggi dari
permukaannya.
Untuk elemen luar: ukuran elemen serupa yang terkecil dengan bentuk sempurna yang dapat
dilukiskan di luar elemen tadi sehingga tepat menyinggung titik-titik tertinggi dari
permukaannya. Lihat Gb. 9.51a dan 9.52a.
3) Kondisi Bahan Maksimum (KBM)
Keadaan elemen yang ditinjau berada dalam ukuran batasnya di mana bahan adalah
maksimum yaitu batas ukuran maksimum untuk elemen luar dan batas ukuran minimum
untuk elemen dalam. Lihat Gb. 9.51a dan 9.52a
4) Ukuran bahan maksimum
Ukuran yang menentukan kondisi bahan maksimum dari sebuah elemen. Lihat Gb. 9.51a
dan 9.52b
5) Kondisi yang sebenarnya dari sebuah elemen atau elemen-elemen yang berhubungan
Batasan yang membatasi bentuk sempurna yang diijinkan dalamgambar dibentuk oleh
akibat bersama dari ukuran bahan maksimum dari elemen atau elemen-elemen bersangkutan
dan bentuk, orientasi dan/atau letak dari toleransi elemen-elemen (Lihat Gb. 9.51a danb)
yang ditinjau. Dalam hal yang menyangkut suatu grup elemen, letak dari kondisi sebenarnya
ada dalam hubungan geometric sempurna sesuai dengan yang ditentukan dalam gambar.
6) Ukuran sebenarnya dari kondisi
Elemen yang berhubungan: ukuran dari kondisi yang sebenarnya dari elemen tadi. Lihat
Gb. 9.52 a dan b
7) Prinsip selubung
Sebuah prinsip memnberi ukuran menentukan bahwa selubung dari bentuk sempurna dari
sebuah elemen tunggal pada ukuran bahan maksimumnya tidak boleh dilanggar.
Hal tersebut harus dinyatakan oleh lambing E dibelakang toleransi ukuran. Lihat Gb. 9.51a
dan 9.52a. Prinsip ini juga dikenal sebagai ‘Prinsip Taylor’ bila diterapkan pada sebuah
elemen tunggal.
92
9.7.4 Penerapan dasar ketidak tergantungan
a. Umum
Sebuah gambar teknik dari sebuah benda kerja mempunyai hubungan dengan ukuran-
ukuran yang diperlukan untuk menunjukkan dan mengaasi empat tujuan dari tiap elemen dari
bagian:
Ukuran, Bentuk, Posisi dan Letak
Perancang atau juru gambar harus mempertimbangkan salah satu diantaranya untuk
menjamin bahwa pengawasan atau toleransi yang cocok dapat ditambahkan bila diperlukan.
b. Elemen
Sebuah elemen tunggal dapat berupa:
1. Sebuah bidang datar (di mana tidak ada pertimbangan elemen ukuran).
2. sebuah bidang tunggal seperti misalnya silinder, bola dsb (Semuanya berhubungan
dengan ukuran bentuk)
3. Dua bidang sejajar (berhubungan dengan uuran bentuk)
4. Elemen yang kompeks terdiri dari dua elemen tunggal atau lebih yang telah
ditentukan diatas.
c. Bentuk
Bentuk ditentukan oleh ukuran dan dapat diatur oleh sebuah toleransi yang diterapkan
pada tiap ukuraan atau oleh sebuah catatan toleransi ukuran.
Batas ukuran hanya memperinci batas pengukuran dua titik dari penampang apa saja
(Gb. 9.53a)
Disamping prinsip dua titik biasanya prinsip berikut dipakai:
Garis ke titik
Bidang ke titik
Garis ke garis
Bidang ke garis
Bilamana salah satu daripada prinsip diatas untuk persyaatan perancang terlalu kritis
maka hal ini bila mungkin harus diperinci dengan mempergunakan segitiga referensi untuk
memperlihatkan garis atau bidang tangensial yang harus dipergunakan (Gb. 9.53b).
d. Geometri bagian
Tiap bagian dari elemen dimaksudkan untuk mempunyai bentuk yang ditentukan oleh
gambar. Ketepatan geometri harus diperinci:
1. secara langsung
93
2. oleh sebuah toleransi biasa atau
3. menentukan standar yang dapat dipakai.
Sesuai nomor bagian maksud yang tepat dari perincian ukuran dan toleransi akan dibahas.
1. 3 elemen bentuk silinder O 60
94
Gambar menunjukkan sebuah bentuk silinder. Toleransi ukuran diperinci oleh sebuah catatan
umum atau standar yang boleh dipakai.
Toleransi bentuk haus diperinci oleh sebuah catatan toleransi biasa
Ф40-0,1
Gambar p[andangan melukiskan bentuk silinde. Toleransi ukuran menentukan
diameter pada tiap potongan yang mengukur ukuran setempat yang sebenarnya. Toleransi
bentuk diperinci dengan sebuah catatan umum atau dengan memakai standar yang dapat
dipakai.
Ф 25 h7
Gambar pandangan melukiskan sebuah silinder. Toleransi ukuran menentukan batas-
batas ukuran sesuai ISO 286 dan ISO 1938 (Bab. 8) yaitu bentuk sempurna pada KBM
95
Ada beberapa konsep yang menghubungkan toleransi ukuran dan toleransi geometrik
tetapi prinsip kondisi bahan maksimum telah dinggunakan sejak lama. Oleh karena itu
ISO/TC 10 telah menerima prinsip ini dan menghasilkan standar ISO 1101/II.
Penggunaan prinsip ini memungkinkan membuat bagian tanpa mengganggu
perakitannya atau persyaratan fungsionalnya dimana terdapat ketergantungan timbal balik
dari ukuran, bentuk, orientasi dan atau lokasi.
Dalam hal ini perlu diperinci secara jelas dalam gambar untuk menyatakan bahwa ini
merupakan pengecualian dari prinsip ketidaktergantungan.
Dalam bab ini akan diuraikan definisi tentang prinsip bahan maksimum, penunjukkan
dalam gambar dan pengertiannya sesuai ISO 1101/II (Kondisi Bahan Maksimum)
96
ukur yang diramncang khussus. Seseorang pembuat juga dapat memanfaatkan pembesaran
toleransi untuk mempergunakan proses yang lebih ekonomis atau membagi toleransi ukuran
elklemen dari bentuk, orientasi dan atau lokasi seoptimal mungkin dengan memperhatikan
peralatan dari prosedur yang dimilikinya.
97
Gb. 9.58 Empat buah lubang
Dalam toleransi seluas O 0,1 mm terletak pada posisi yang sebenarnya yang telah
ditentukan oleh kotak referensi pada gambar (Gb. 9.58 b atau Gb. 9.59 b). Dalam kondisi
dimana ukuran pasangandari suatu bagian (pena atau lubang) sama dengan ukuran bahan
maksimum maka lambang M tidak mempengaruhi toleransi posisi.
Gambar 9.60 memperlihatkan bidang silinder untuk masing-masing lubang, semuanya
dalam keadan ukuran bahan maksimum. Pusat-pusatnya berada pada posisi ekstrim dalam
daerah toleransi. Gb. 9.61 memperlihatkan titik-titik pada ukuran bahan maksimum. Dapat
dilihat pada Gb. 9.60 s/d 9.63 bahwa susunan dari bagian-bagian masih dimungkinkan dalam
keadan-keadan yang paling tidak menguntungkan.
Gb. 9.60 Posisi ekstrim dari lubang-lubang Gb. 9.61 Posisi ekstrim dari pena-pena
Gb. 9.62 Ukuran lubang yang sebenarnya Gb. 9.63 Ukuran pena yang sebenarnya
Salah satu lubang dalam Gb. 9.60 diperlihatkan dalam skala besar dalam Gb. 9.62.
Daerah toleransi untuk pusatnya adalah O 0,1 mm; ukuran bahan maksimum dari lubang
98
adalah 8,1 mm. Smua lingkaran dengan diameter 8,1 yang pusat-pusatnya berada pada batas
ekstrim dari daerah toleransi O 0,1 membentuk lingkaran selubung dengan diameter 8,0 mm.
Lingkaran atau silinder khayal ini menurut ketentuan adalah kondisi yang sebenarnya
dari lubang dan ukuran yang sebenarnya adalah 8 mm. Ukuran silinder yang sebenarnya
erletak pada posisi yang benar dan membentuk batasab fungsional untuk posisi pemakaian
lubang.
Gambar 9. 63 memperlihatkan keadan yang sama untuk pena. Ukuran bahan
maksimum pena adalah 7,9 mm dan daerah toleransi untuk pusatnya adalah O 0,1 mm.
Permukaan-permukaan pena yang pusat-pusatnya terletak pada batas ekstrim dari daerah
toleransi O 0,1 membentuk sebuah selubung silinder khayal dengan ukuran sebenarnya 8
mm.
Perlu dicatat bahwa ukuran bagian-bagian yang perlu dapat diperoleh walaupun
elemen-elemen yang bersangkutan pena dan lubang berada pada batas-batas ekstrim dari
toleransi ukuran dan posisi yaitu:
- ukuran pasangan lubang pada ukuran bahan maksimum
- ukuran pasangan pena pada ukuran bahan maksimum
- pusat lubang dan pena berada pada posisi ekstrim dalam toleransi posisi yang telah
ditentukan.
Bilamana ukuran pasangan lubang lebih besar daripada ukuran bahan maksimumnya maka
terdapat tambahan toleransi antara pena dan lubang yang dapat dipergunakan untuk
meningkatkan toleransi posisi dari pena dan lubang.
Keadaan ekstrim adalah bila ukuran pasangan lubang merupakan yang paling besar
yang mungkin yaitu 8,2 mm. Ukuran ini adalah ukuran bahan minimum. Gambar 9.64
memperlihatkan bahwa pada ukuran bahan minimum, pusat lubang boleh terletak dimana saja
dalam daerah toleransi O 0,2 mm tanpa bidang lubang melanggar batas ukuran sebenarnya
dan silinder.
Gambar 9.65 memperlhatkan keadaan serupa mengenai pena. Bila ukuran pasangan
pena berubah dari O 7,9 ukuran bahan maksimum hingga O 7,8 ukuran bahan minimum
maka diameter dari daerah toleransi untuk posisi meningngkat menjadi O 0,2 mm.
Pada contoh diatas ukuran yang sebenarnya dan ukuran bahan maksimum tidak sama.
Mampu tukar terjamin oleh karena semua lubang berada diluar dan semua pena berada
didalam silinder yang sebenarnya yang mempunyai ukuran yang sama dan terletak pada
posisi yang benar. Ukuran dan letak silinder yang sebenarnya tetap tidak berubah walaupun
prinsip bahan maksimum diterapkan atau tidak.
Gb. 9.64 Ukuran lubang yang sebenarnya Gb. 9.65 Ukuran pena yang sebenarnya
99
sebenarnya 0,8 mm dan ukuran pen ternyata boleh menyimpang diatas kondisi bahan
maksimum terhadap (kondisi) ukuran sebenarnya 0,8 mm. Walaupun demikian, hal ini tidak
demikian oleh karena batas-batas ukuran dan kondisi bahan maksimum dari lubang (O 8,0
mm) dengan pena (O 7,9 mm) tidak boleh dilanggar.
Cara memberi toleransi posisi nol (0) dapat dipergunakan dalam keadaan seperti
diatas dan bilaman distribusi frekwensi total (ukuran dan posisi) hanya diperuntukkan
toleransi ukuran.
Sebuah toleransi posisi nol (atau simetri lain yang cocok) harus diperinci hanya jika
dinyatakan oleh lambang M dalam kotak toleransi yang dihubungkan pada elemen
bersangkutan (Gb. 9.66 dan 9.67). Untuk menghindari salah tafsir harus diingat baha bila
diminta untuk membuat suatu bagian dengan ukuran dan sifat geometrik yang sempurna cara
tersebut pada hakekatnya menentukan bahwa penyimpangan geometrik harus cenderung ke
arah nol bilamana ukuran pasangan elemen cenderung ke ukuran bahan maksimum.
Gambar 9.66 mmperlihatkan ukuran bahan maksimum lubang dalam Gb. 9.58
dikurangi menjadi ukuran O 8,0 mm yang sebenarnya. Gb. 9.67 memperlihatkan ukuran
bahan maksimum pena dalam Gb. 9.59 dinaikkan menjadi ukuran O 8,0 mm yang
sebenarnya. Perlu di catat bahwa ukuran sebenarnya tidak berubah ukuran bahan maksimum
sama dengan ukuran sebenarnya dan ukuran pasangan boleh sama dengan ukuran sbenarnya
bila penyimpangannya terhadap posisi yang sebenarnya adalah nol.
Gb. 9.66 Toleransi posisi nol pada KBM dari lubang Gb. 9.67 Toleransi posisi nol pada
KBM dari pena
100
BAB X
CARA MENYATAKAN KONFIGURASI
PERMUKAAN DALAM GAMBAR
10.1 Penunjukkan
Kekasaran permukaan dari bagian-bagian mesin dan juga bekas pengerjaannya
merupakan faktor yang sangat penting untuk menjamin mutu bagian-bagian seperti misalnya
suaian atau ketahanan maupun tampak dari bagian-bagian.
Penunjukan konfigurasi permukaan yang mencakup kekasaran permukaan, arah bekas
pengerjaan dan yang lainnya diperlukan untuk menjamin tujuan-tujuan diatas. Maksud dari
para perancang terhadap konfigurasi permukaan harus dinyatakan dalam gambar dengan
cara-cara yang telah ditentukan secara internasional. Perincian konfigurasi permukaan tidak
diperlukan jika proses pembuatan biasa dapat menjamin pengerjaan akhir (finis) yang dapat
diterima.
Dalam bab ini ketentuan-ketentuan dan cara-cara penunjukan konfigurasi permukaan
akan dijelaskan menurut ISO / R 468 (Kekasaran Permukaan) dan ISO 1302 (Cara
menyatakan konfigurasi permukaan dalam gambar).
101
l
1 1
Ra y dx
l0l
Kira-kira
y
Ra 1
Dimana l adalah panjang contoh yang telah ditentukan yaitu panjang dari profil efektif yang
diperlukan untuk menentukan kekasaran permukaan dari permukaan yang diteliti.
Rz
R1 R3 R5 R7 R9 R 2 R 4 R6 R8 R10
5
102
Dalam standar nasional seri dengan angka banding 2 (diutamakan seri angka R 10/3)
atau 1,6 (diutamakan seri angka R 5) dapat dipergunakan. Dalam JIS (Japanese Industrial
Standards) B 0601 seri R 10/3 dipakai.
Hubungan antara Ra, Rz dan Rmaz tidak mudah ditentukan karena profil dari
permukaannya mempengaruhi hubungannya. Sebagai referensi dalam hal puncak-puncaknya
dengan ketingian yang sama berada dalam satu baris dapat dipakai hubungan yang terdapat
pada tabel 10.3.
103
Lambang dasar terdiri dari dua kaki yang tidak sama panjang dan membuat sudut
kira-kira 600 dengan puncaknya menunjuk ke permukaan yang dsiperhatikan (Gb. 10.4).
Lambang ini merupakan lambang dasar tetapi demikian saja tidak mempunyai arti. Jika
diperlukan membuang bahan oleh mesin pada lambang dasarnya ditambahkan garis seperti
Gambar 10.5.
Jika tidak diperkenankan membuang bahan, pada lambang dasarnya ditambah
lingkaran seperti Gb. 10.6. Lambang ini dapat dipergunakan pada gambar mengenai suatu
proses produksi yang menyatakan suatu permukaan harus berada pada keadaan dari hasil
pengerjaan sebelumnya. Keadaan permukaan ini dapat berupa hasil dari pembuangan bahan
atau tidak. Dalam hal demikian pernyataan-pernyataan yang diberikan dalam Bab 10.3.2
tidak ditambahkan pada lambangnya.
Gb. 10.4 Lambang dasar konfigurasi permukaan.Gb. 10.5 Lambang permukaan yang dimesin
Jika hanya satu harga yang diperinci maka harga kekasaran permukaan maksimum yang
dicantumkan. Bilamana diperlukan mencantumkan batas-batas maksimum dan minimum dari
ukuran utama kekasaran permukaan maka kedua harga tersebut harus dicantumkan seperti
pada Gb. 10.8 dengan batas maksimum (a1) diatas batas minimum (a2)
104
Tabel 10.6 Harga kekasaran Ra dan angka kelas kekasaran
Arah bekas pengerjaan adalah arah pola permukaan yang dominan yang ditentukan
oleh cara pengerjaan yang dipergunakan.
Arah bekas pengerjaan ini ditentukan oleh sebuah lambang yang ditambahkan pada
lambang konfigurasi permukaan menurut Gb 10.12 bila hal ini dirasa perlu.
Sederetan lambang disajikan pada Tabel 10.7 yang menunjukkan arah bekas
pengerjaan yang umum.
105
Gb. 10.12 Penunjukkan arah bekas pengerjaan
106
Lambang tersebut hanya dipergunakan sekali untuk sebuah permukaan tertentu dan
bila mungkin pada penampang yang menunjukkan posisi atau ukuran permukaan tersebut
(Gb. 10.17).
Gb. 10.15 Penunjukkan lambang pada gambar Gb. 10.16 Arah tulisan dalam lambang
Gb. 10.17 Penunjukkan lambang yang berhubungan dengan ukuran yang bersangkutan
Jika konfigurasi yang sama diperlukan untuk semua permukaan benda perinciannya
adalah dengan:
- catatan dekat gambar (Gb. 10.18) dekat kepala gambar atau dalam ruang
yangdiperuntukkan catatan-catatan umum;
- menulis lambangnya dibelakan nomor benda (Gb. 10.19)
Jika diperlukan konfigurasi permukaan yang sama untuk sebagian besar permukaan dari
benda perinciannya sama denga n diatas dengan tambahan sebagai berikut:
- tulisan ‘ kecuali ditentukan lain’ (Gb. 10.20).
- atau sebuah lambang dasar (dalam kurung) tanpa suatu tanda apapun (Gb. 10.21;
- atau lambang atau lambang-lambang (dalam kurung) dari konfigurasi permukaan
khusus (Gb. 10.22)
108
BAB XI
PENYEDERHANAAN GAMBAR
Pada umumnya penyajian gambar harus menyatakan bentuk benda secara tepat.
Untuk menghemat waktu penggambar dan pembaca telah ditetapkan cara-cara
penyederhanaan gambar untuk beberapa elemen mesin. Cara ini juga dipergunakan untuk
bagian benda atau elemen yang mengulang yang telah dibahas pada bab 4.6 dan gambar
bagan (skema). Elemen-elemen gambar tertentu diberi keterangan tujuan atau cara
mempergunakan alat (tooling).
Dalam hal lubang senter harus ad pada dasarnya bentuk dan ukuranya harus digambar tetapi
tiadak perlu digambar secara tepat karena lubang senter ini dibuat dengan mata bor standar.
Keterangan paling penting dari lubang senter adalah lubang senternya harus atau
boleh berada pada benda yang telah selesai. Tujuan lubang senter atau jenis lubang senter
juga berguna.
Gambar 11.1 memperlihatkan penyajian yang disederhanakan dari sebuah lubang
senter dengan lambang dan catatan tujuan sesuai ISO/R 866, 2540 dan 2541.
Arti dari pada penunjukan adalah:
Lubang senter ISO 2540 Jenis B adalah d = 2,5 mm dan D = 8 mm
Perancang bebas untuk menentukan tujuan. Bila mana tujuannya tidak diperlukan
maka garis penunjuknya dan catatannya dapat ditiadakan.
109
11.2 Penyederhanaan gambar ulir dan bagian-bagian berulir.
Sambungan ulir sangat luas dipergunakan dalam mesin-mesin dan terdapat
bermacam-macam jenis ulir. Jika diambil sebuah batang berulir baut misalnya dan kemudian
dipotong memanjangmaka akan terlihat penampang ulirnya. Tergantung dari jenis ulirnya,
maka penampang ulir tersebut dapat berbentuk segitiga, segi empat trapesium, bulat dan
sebagainya. Penampnag-penampang ini dapat dililitkan melalui garis ulir didalam atau diluar
suatu silinder. Dengan demikian akan terbentuk sebuah ulir dalam atau ulir luar. Untuk
menggambar bentuk ulir-ulir tersebut diperlukan waktu dan pekerjaan yang lama dan
membosankan bila digambar dengan proyeksi yaang sebenarnya (Gb. 11.2). Sebagi gambar
kerja, gambar demikian tidak ada artinya. Oleh karena itu ulir tidak digambar menurut
gambar proyeksi yang sebenarnya tetapi digambar secara sederhana dan diperlengkapi
dengan keterangan-keterangan seperti lambang, yang menyatakan jenis ulirnya, arah
lilitannya ke kiri atau ke kanan, ulir tunggal atau ganda, jarak dan sebagainya.
110
Gb. 11.3 Penyajian ulir
111
Gb. 11.4 Contoh gambar bagian-bagian berulir
Gb. 11.6 Cara menggambar kepala baut dan mur segi enam
112
Gb. 11.7 Gambar macam-macam sekerup mesin
Keterangan gigi yang diperluan untuk pembuatannya diberikan dalam tabel dan
sedapatnya diletakkan disebelah kanan atas dari kertas gambar. Isi tabel sesuai jenis giginya
berbeda-beda seperti yang terdapat pada Tabel 11.2
113
114
115
11.3.4 Gambar susunan pasangan roda gigi
Aturan-aturan untuk penyajian roda gigi tunggal pada gambar detail dapat
dipergunakan juga pada gambar susunan.
Dalam gambar potongan depan(gambar potongan sejajar dengan sumbu poros) salah
satu giginya dapat dipilih sesukanya tertutup oleh gigi yang lain. Artinya kepala gigi yang
tertutup digambar dengan garis gores sedangkan yang satu lagi digambar dengan gari stebal
(Gb. 11.10).
Pada gambar pandangan depan tidak dipotong masing-masing kepala gigi digambar
dengan garis tebal sperti pada Gb. 11.11.
Pada gambar pandangan samping proyeksi tegak lurus pada sumbu poros lingkaran
jarak kedua gigi bersinggungan dan lingkaran kepalanya saling berpotongan digambar
dengan garis tebal. Gambar 11.12 memperlihatkan gambar macam-macam roda gigi yang
bekerja sama.
Gb. 11.10 Gambar pasangan roda gigi lurus Gb. 11.11 Gambar pandangan pasangan roda
gigi lurus
116
117
Gb. 11.13 Gambar macam-macam pegas
Bagian pegas yang sukar ditempatkan pada gambar harus diterangkan pada tabel
keterangan. Tabel 11.3 memperlihatkan contoh sebuah pegas ulir tarik silindris.
118
Tabel 11.3 Tabel data pegas ulir tekan
119
Gb. 11.17 Cara memberi nomor bantalan
120
BAB XII
GAMBAR SAMBUNGAN LAS
Produksi bagian-bagian mesin dengan pengerjaan lebih sederhana dan menghemat
banyak kerja daripada penempaan atau penuangan.
Sebagai alat penyambung permanen dari bagian-bagian, pengelasan merupakan
sambungan yang lebih ringan dan kuat dari sambungan keling. Sesuai kemajuan yang begitu
pesat dari teknik pengelasan cara penyambungan dengan las sangat luas penggunaannya
dalam industri, sebagai alat penyambung permanen dari bagian-bagian mesin dan konsruksi.
Gb. 12.1 Pengelasan busur logam Gb. 12.2 Las busur rendam
121
saat yang sama bagian-bagian ini ditekan secara mekanis atau hidrolik dan terjadilah
sambungan yang kuat dan kekal.
Las tahanan dapat berupa las titik dan las garis. Pada cara yang pertama bagian-bagian
yang disambung ditekan oleh dua buah elektrode berbentuk batang pada tempat-tempat
tertentu sedangkan pada cara kedua elektrodenya berupa sepasang roda.
Las lantak digolongkan dalam ‘flash welding’ dimana ujung-ujung yang akan
disambung ditempelkan satu pada yang lain dipanaskan hingga titik cairnya, logam cair
beterbangan kemana-mana sebagai kembang api kemudian ditekan dan ‘upset welding’
dimana bagian-bagian yang akan disambung ditekan padasaat aliran listrik mulai mengalir.
122
Gb. 12.4 Bentuk-bentuk alur Gb. 12.5 a Istilah-istilah alur
123
Penyajian dengan lambang untuk penjelasan telah ditetapka oleh ISO 2553 (Welds
Symbolic Representation on Drawings) tetapi penggunaannya masih ditangguhkan oleh
karena dua pengertian yang dapat disimpulkan untuk sebuah lambang karena cara-cara
proyeksi yang dipergunakan yaitu proyeksi sudut ketiga (cara A) atau cara proyeksi sudut
ketiga (cara E).
Oleh karena hal tersebut lambang-lambang yang telah ditetapkan di Amerika dan
Jepang akan dibahas dalam bab ini. Lambang ini mirip dengan cara A dari ISO 2553 tetapi
agak berbeda sedikit tetapi telah dipergunakan dalam praktek sejak lama tanpa menimbulkan
keraguan.
124
12.3.4 Penyajian dalam gambar
Dalam menyajikan sambungan las dalam gambar semua keterangan-keterangan
terperinci untuk persiapan tepi-tepi bagian-bagian yang akan dilas cara pengelasan dan proses
penyelesaian (finishing) harus dijelaskan. Untuk tujuan-tujuan tersebut lambang-lambang
pengelasan maupun ukuran-ukuran yang harus dijelaskan pada garis referensi.
Gb. 12.9 Lambang las dan letak standar Gb. 12.10 Garis-garis referensi dan
lambang las dan ukuran lambang-lambang pengelasan
125
12.3.5 Contoh-contoh penyajian lambang-lambang las
Tabel 12.3 dan 12.4 adalah contoh-contoh penyajian lambang-lambang las. Pada
tabel-tabel ini penyajiannya dapat dibandingka dengan benda sebenarnya agar pengertian
penyajian-penyajian diatas dapat dipahami.
126
Tabel 12.4 Contoh-contoh lambang-lambang las
DAFTARPUSTAKA
127
Lampiran: Model/contoh tugas
128
129
130