Danang Mursita
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Edwin J Purcell, Dale Van berg, Calculus with analytic Geometry, 5th , Prentice
Hall, USA, 1987
[2]. Anton Howard, Calculus, 3rd , John Wiley and sons, USA, 1988
[3]. Kurt Arbenz, Alfred Wohlhauser, Advanced Mathematics for Practicing
Engineering , Artech House Inc, USA, 1986
[4]. Earl D Rainville, Phillip E Bedient, Elementary Differential Equations, 7th ,
Maxwell Macmillan international Editions, Singapore, 1989
[5]. Stanley J Farlow, An Introduction to Differential Equations and Their
Applications , Mc Graw-Hill Inc, USA, 1994
[6]. William E Boyce, Richard C Diprima, Elementary Differential Equation and
Boundary Value Problems, 5th , John Wiley and Sons Inc, Canada, 1992.
Danang Mursita
21
Matematika Dasar
Misal diberikan grafik fungsi y = f(x) dengan P ( a, b ) terletak pada kurva f(x). Bila
titik Q ( x,y) merupakan titik sembarang pada kurva f(x) maka gradien garis PQ dapat
dinyatakan dengan :
y b f ( x ) f (a )
mPQ = =
xa xa
Bila titik Q digerakkan sehingga berimpit dengan titik P maka garis PQ akan
merupakan garis singgung kurva f(x) di titik P dengan gradien :
f (x ) f (a )
m = lim
x a xa
Definisi
Turunan dari fungsi f(x) di titik x = a didefinisikan sebagai gradien dari garis singgung
kurva f(x) di x = a dan diberikan:
f (x) f (a )
f ' ( a ) = lim
x a xa
Bila nilai limit ada maka f(x) dikatakan diferensiabel atau dapat diturunkan di x = a.
f (a + h) f (a )
f '(a ) = lim
h0 h
df ( a ) dy ( a )
Notasi lain : f ' ( a ) = = = y ' (a )
dx dx
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
22
Matematika Dasar
Secara fisis, pengertian atau definisi dari turunan fungsi f(x) di titik x = a menyatakan
kecepatan, V(x) benda yang bergerak dengan lintasan f(x) pada saat x = a. Oleh karena
dV ( a )
itu, didapatkan hubungan V (a ) = f '(a ) dan percepatan , A(x) , A( a ) = .
dx
Teorema
Teorema tersebut tidak berlaku sebaliknya, yaitu ada fungsi yang kontinu tetapi tidak
diferensiabel. Hal ini, ditunjukkan oleh contoh berikut.
Contoh 2.1
Sebagaimana pengertian dari keberadaan limit fungsi ( limit kiri = limit kanan ) dan
kekontinuan fungsi ( kontinu kanan dan kontinu kiri ), dapat juga diturunkan suatu
pengertian diferensiabel kanan dan diferensiabel kiri.
Definisi
Kekontinuan suatu fungsi merupakan syarat perlu dari suatu fungsi yang diferensiabel.
Artinya untuk menunjukkan bahwa suatu fungsi deferensiabel di suatu titik maka fungsi
tersebut harus kontinu di titik tersebut. Selanjutnya diperiksa apakah nilai diferensiabel
kanan sama dengan diferensiabel kiri. Hal ini diperlihatkan pada contoh berikut.
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
23
Matematika Dasar
Contoh 2.2
2 x x 2 , x 1
Tentukan nilai a dan b agar fungsi f ( x) = diferensiabel di x = 1.
ax + b , x > 1
Jawab :
Ditunjukkan f(x) kontinu di x = 1, yaitu
f (1) = lim f ( x) = lim (ax + b ) atau a + b = 1
x 1+ x 1+
Dari diferensial kanan sama dengan diferensial kiri, didapatkan :
f +' (1) = f ' (1)
f (1 + h) f (1) f (1 + h) f (1)
lim = lim
h 0 + h h 0 h
Untuk menentukan turunan suatu fungsi sangat sulit bilamana harus digunakan definisi
formal di atas, namun akan lebih mudah digunakan rumus sebagai berikut :
1.
d xr( ) = r xr 1 ; rR
dx
d ( f ( x ) + g ( x ) ) d ( f ( x )) d ( g ( x ))
2. = +
dx dx dx
d ( f ( x) g ( x)) d ( f ( x )) d ( g ( x ))
3. = g ( x) + f ( x)
dx dx dx
4.
d ( f ( x ) g ( x ) ) = g ( x ) d ( f ( x )) f ( x ) d ( g ( x ))
dx g 2 (x )
Contoh 2.3
Cari turunan dari fungsi berikut :
1
1. f ( x) =
x
2. f ( x) = (2 x 1) x
x +1
3. f ( x) =
x2 + 1
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
24
Matematika Dasar
Jawab :
1 1
1. f ( x) = = x 2 . Digunakan rumus pertama, didapatkan :
x
1 3 1
f ' ( x) = x 2 =
2 2x x
3 1
2. f ( x) = (2 x 1) x = 2 x 2 x 2 . Digunakan rumus kedua, didapatkan :
1 1 1 1
f ' ( x) = 3x 2 x 2 = 3 x
2 2 x
Dapat juga diterapkan rumus ketiga dengan memandang f(x) = U(x) V(x) ,
U ( x) = 2 x 1 dan V ( x) = x
2
3. Misal U(x) = x + 1 dan V(x) = x +1. Dengan menerapkan rumus keempat
x 2 + 1 2 x(x + 1) 1 2x x2
didapatkan, f ' ( x) = =
(x2 + 1)2 (x2 + 1)2
Soal latihan 2.1
dy
( Nomor 1 sd 10 ) Tentukan dari :
dx
12
1. y = 6
2x
1 1
2. y = 2
x x
2
3. y = x ( x + 1 )
( 4 )( 3 2 )
4. y = x + 2 x x + 2 x + 1
y = (3x + 2 x )( x 3x + 1)
2 4
5.
1
6. y = 2
3x + 9
2x 1
7. y =
x 1
2
2 x 3x + 1
8. y =
2x + 1
x2 2 x + 5
9. y = 2
x + 2x 3
5x 2 + 2 x + 6
10. y =
3x 1
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
25
Matematika Dasar
( Nomor 11 sd 13 ) Tentukan nilai a dan b agar fungsi berikut diferensiabel di nilai yang
diberikan.
a x + 3 ;0 x < 1
11. f ( x ) = 2 ;x=1
x bx ; x 1
ax b ; x < 2
12. f ( x ) = 2 ;x=2
2 x 1 ; x 2
x 2 1 ; x < 3
13. f ( x ) = ;x=3
2 ax + b ; x 3
Fungsi trigonometri ( sinus dan cosinus ) merupakan fungsi kontinu, sehingga limit
fungsi sinus dan cosinus di setiap titik sama dengan nilai fungsinya, yaitu :
lim sin x = sin a dan lim cos x = cos a
x a x a
h h
2 sin cos a +
d (sin a ) sin (a + h) sin a 2 2
= lim = lim
dx h 0 h h 0 h
h
d (sin a )
2 sin
2
Karena lim = 1 maka = cos a
h a h dx
h h
2 sin sin a +
d (cos a ) cos (a + h) cos a 2 2
= lim = lim = sin a
dx h 0 h h 0 h
Untuk turunan fungsi trigonometri yang lain dapat diperoleh dengan menerapkan rumus
perhitungan turunan :
1.
d (tan x) d
=
( sin x
cos x ) = sec x
2
dx dx
2.
d (cot x ) d
=
( cos x
sin x ) = csc 2x
dx dx
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
26
Matematika Dasar
3. =
(
d (sec x) d cos x
1
)
= sec x tan x
dx dx
4. =
(
d (csc x) d sin x
1
)
= csc x cot x
dx dx
Untuk menentukan / menghitung limit fungsi trigonometri di tak hingga dan limit tak
hingga , digunakan sifat atau teorema yang diberikan tanpa bukti berikut.
Teorema
Misal f(x) g(x) h(x) berlaku untuk setiap x di dalam domainnya. Bila
lim f ( x ) = lim h ( x ) = L maka lim g ( x ) = L
x x x
Contoh 2.4
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
27
Matematika Dasar
1
3. lim sin
x x
1
4. lim x sin
x x
1
5. lim sin +
x 6 x
1
6. lim sin x +
sin x
x x
1
7. lim x 1 cos
x x
11. Persamaan garis singgung kurva y = f(x) di titik ( a,b ) dengan gradien m dinyatakan
dengan : y - b = m ( x - a ). Sedangkan persamaan garis normal dari y = f (x) ( garis
yang tegak lurus terhadap garis singgung ) yang melalui titik ( a,b ) mempunyai
persamaaan : y - b = -1/m ( x - a ). Tentukan persamaan garis singgung dan normal
kurva berikut di titik yang diketahui dengan menghitung gradiennya terlebih dahulu.
2
a. y = x - 2x di ( 0,0 )
b. y = tan x di x =
Untuk mendapatkan turunan dari fungsi komposisi dapat dilakukan dengan cara mencari
bentuk ekplisit dari hasil komposisi fungsi. Namun dapat juga dicari dengan cara
langsung menggunakan metode atau aturan rantai.
Misal diberikan fungsi : y = f (u ( x )) . Maka turunan pertama terhadap x yaitu :
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
28
Matematika Dasar
dy d ( f ( u)) d (u( x ))
= = f ' ( u) u ' ( x )
dx du dx
Bila y = f(u ) dengan u = v(x) maka turunan pertama dari y terhadap x dicari :
Contoh 2.5
Contoh 2.6
yaitu f ' (1) =
2
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
29
Matematika Dasar
Turunan kedua dari fungsi f( x ) didapatkan dengan menurunkan sekali lagi bentuk
turunan pertama. Demikian seterusnya untuk turunan ke-n didapatkan dari penurunan
bentuk turunan ke-(n-1).
df ( x)
Turunan pertama f ' (x) =
dx
d 2 f ( x)
Turunan kedua f "( x ) =
dx 2
d 3 f ( x)
Turunan ketiga f "'( x ) =
dx 3
( ) d n f ( x)
Turunan ke-n f n ( x) =
dx n
Contoh 2.7
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
30
Matematika Dasar
3x
Turunan ketiga, f " ' ( x) =
(1 + x2 )5
2
Gerak Partikel
Misal Lintasan gerak partikel P dinyatakan dengan fungsi parameter s(t). Maka
Kecepatan, v(t) dan percepatan, a(t) gerak P diberikan oleh
Kecepatan, v(t ) = s ' (t )
Percepatan, a (t ) = s " (t )
Contoh 2.8
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
31
Matematika Dasar
8. Dua buah partikel bergerak sepanjang garis koordinat. Pada saat waktu t jarak
berarah dari titik pusat diberikan dengan s1 dan s2. Bilamana kedua partikel
mempunyai kecepatan sama bila :
2 2
a. s1 = 4 t - 3 t dan s2 = t - 2 t
3 2 3 2
b. s1 = 3 t - 3 t + 18 t + 5 dan s2 = -t + 9 t - 12 t
Fungsi dengan notasi y = f(x) disebut fungsi eksplisit, yaitu antara peubah bebas dan
tak bebasnya dituliskan dalam ruas yang berbeda. Bila tidak demikian maka dikatakan
fungsi implisit.
Dalam menentukan turunan fungsi implisit bila mungkin dan mudah untuk dikerjakan
dapat dinyatakan secara eksplisit terlebih dahulu kemudian ditentukan turunannya.
Namun tidak semua fungsi implisit dapat diubah menjadi bentuk eksplisit, oleh karena
itu akan dibahas cara menurunkan fungsi dalam bentuk implisit berikut.
Contoh 2.9
dy
Tentukan bila y 4 x + 2 xy = 5
dx
Jawab :
4x + 5
Bentuk fungsi dapat diubah menjadi bentuk eksplisit, y = . Digunakan aturan
1 + 2x
penurunan didapatkan,
dy 6
=
dx (1 + 2 x )2
Contoh 2.10
dy
Tentukan nilai di ( 2,1 ) bila y 4 x + 2 xy 2 = 3
dx
Jawab :
y+3
Bentuk fungsi dapat diubah menjadi fungsi eksplisit dalam y, x= .
4 2 y2
Menggunakan aturan penurunan didapatkan,
dx 2 y 2 + 2 y + 4
=
dy (
4 2 y2
2
)
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
32
Matematika Dasar
Karena
dy
=
1
maka
dy
=
4 2 y2 ( )2
. Nilai turunan di ( 2,1 ) atau y = 1,
dx dx dy dx 2 y 2 + 2 y + 4
dy 1
=
dx 2
Contoh 2.11
dy
Tentukan nilai di x = 1 bila y 4 x + 2 x 2 y 2 = 3
dx
Jawab :
Turunan dari fungsi di atas dicari dengan menggunakan metode penurunan fungsi
implisit. Misal turunan dari x dan y berturut-turut dinyatakan dengan dx dan dy. Bila
dalam satu suku terdapat dua peubah (x dan y ) maka kita lakukan penurunan secara
dy
bergantian, bisa terhadap x dahulu baru terhadap y atau sebaliknya. Hasil turunan
dx
akan nampak bila masing-masing ruas dibagi oleh dx.
y 4 x + 2 x 2 y 2 = 3
dy 4dx + 4 x y 2 dx + 4 x 2 y dy = 0
dy dy
4 + 4 x y 2 + 4 x2 y = 0 ( ruas kiri dan ruas kanan dibagi dengan dx )
dx dx
dy 4 4 x y 2
=
dx 1 + 4 x 2 y
Substitusi x = 1 ke fungsi didapatkan 2 y 2 + y 1 = 0 atau y = dan y = -1.
dy
Untuk ( 1, -1 ) , =0
dx
dy
Untuk ( 1, ), =1
dx
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
33
Matematika Dasar
7. Tentukan persamaan garis singgung dan normal dari kurva berikut di titik yang
diberikan.
a. y x + x xy = 2 ; ( 1,1 )
3 3
b. x y + y x = 10 ; ( 1,2 )
2 2
c. x y + 3 xy = 10 y ; ( 2,1 )
d. sin ( xy ) = y ; ( , 1 )
2 2
e. y + cos ( xy ) + 3 x = 4 ; ( 1, 0 )
8. Sebuah kurva dinyatakan dalam persamaan implisit : ( x + y ) 2 x + y = 1.
3
Tentukan :
dy
a.
dx
b. Persamaan garis singgung kurva di titik potongnya dengan garis x + y = 2.
Pada bagian ini penggunaan turunan akan di titik beratkan untuk mengetahui sifat-sifat
yang dimiliki suatu kurva antara lain kemonotonan, kecekungan, nilai ekstrim , titik
belok dan asymtot. Hal ini ditekankan agar kita mudah dalam menganalisa dan
menggambarkan grafik fungsi. Pada bagian akhir dari sub bab penggunaan turunan ini,
akan dijelaskan tentang dalil Delhospital untuk menghitung limit fungsi baik limit di
suatu titik, limit di tak hingga maupun limit tak hingga.
Grafik fungsi f(x) dikatakan naik pada selang I bila f (x1) > f (x2 ) untuk
x1 > x2 ; x1, x2 I . Sedangkan f(x) dikatakan turun pada selang I bila
f ( x1) < f ( x2 ) untuk x1 > x2 ; x1, x2 I . Fungsi naik atau turun disebut fungsi
monoton.
Dalam menentukan selang fungsi monoton naik atau turun digunakan pengertian
berikut. Gradien dari suatu garis didefinisikan sebagai tangen sudut ( ) yang dibentuk
oleh garis tersebut dengan sumbu X positif, m = tan . Bila sudut lancip ( < )
maka m > 0 dan m < 0 untuk > . Karena gradien garis singgung suatu kurva y =
f(x) di titik ( x,y ) diberikan dengan m = f ( x ) dan selang fungsi naik atau fungsi turun
berturut-turut ditentukan dari nilai gradiennya, maka kemonotonan fungsi diberikan
berikut :
1. Fungsi f(x) naik bila f ' ( x ) > 0
2. Fungsi f(x) turun bila f '( x ) < 0
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
34
Matematika Dasar
Contoh 2.12
Secara geometris, grafik fungsi y = f(x) cekung ke bawah di suatu titik bila kurva
terletak di bawah garis singgung kurva di titik tersebut. Sedangkan garfik fungsi y = f (
x ) cekung ke atas di suatu titik bila kurva terletak di atas garis singgung yang melalui
titik tersebut.
Fungsi f(x) dikatakan cekung ke atas pada selang I bila f ' ( x ) naik pada selang I,
sedang f(x) dikatakan cekung ke bawah bila f ' ( x ) turun pada selang I.
Contoh 2.13
1 + x2
Tentukan selang kecekungan dari fungsi : f ( x) =
1+ x
Jawab :
x2 + 2 x 1
Turunan pertama, f ' ( x) =
(1 + x )2
4
Turunan kedua, f " ( x) =
(1 + x )3
Fungsi cekung ke atas, f "( x) > 0 pada selang x > -1 dan fungsi cekung ke bawah pada
selang x < -1.
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
35
Matematika Dasar
2. f ( x ) = 2 x 3 + 9 x 2 13
3. f ( x ) = x 3 2 x 2 + x + 1
4. f ( x ) = 3x 4 4 x 3 + 2
5. f ( x ) = x 6 3x 4
2x
6. f ( x ) = 2
x
x2
7. f ( x ) = 2
x +1
Misal diberikan kurva f( x ) dan titik ( a,b ) merupakan titik puncak ( titik maksimum
atau minimum ). Maka garis singgung kurva di titik ( a,b ) akan sejajar sumbu X atau
[ ]
mempunyai gradien m = 0 f ' ( a ) = 0 . Titik ( a, b ) disebut titik ekstrim, nilai x = a
disebut nilai stasioner, sedangkan nilai y = b disebut nilai ekstrim.
Nilai f(a) disebut nilai ( ekstrim ) maksimum pada selang I bila f(a) > f(x) untuk setiap
x I. Sedangkan nilai f(a) disebut nilai ( ekstrim ) minimum pada selang I bila f(a) <
f(x) untuk setiap x I.
Untuk menentukan jenis nilai ekstrim ( maksimum atau minimum ) dari fungsi f(x)
dapat dilakukan dengan Uji turunan kedua sebagai berikut :
1. Tentukan turunan pertama dan kedua, f '( x) dan f " ( x)
2. Tentukan titik stasioner yaitu pembuat nol dari turunan pertama ( f '( x ) = 0 ),
misalkan nilai stasioner adalah x = a
3. Nilai f(a) merupakan nilai maksimum bila f "( a ) < 0, sedangkan nilai f (a)
merupakan nilai minimum bila f "(a ) > 0 .
Contoh 2.14
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
36
Matematika Dasar
f ( 1 2 ) = 4
15
16
Untuk x = 0, f " (0) = 2 dan fungsi mencapai minimum dengan nilai minimum adalah
f ( 0 ) = -5
Misal f(x) kontinu di x = b. Maka ( b , f(b) ) disebut titik belok dari kurva f(x) bila
terjadi perubahan kecekungan di x = b, yaitu di satu sisi dari x = b cekung ke atas dan
disisi lain cekung ke bawah atau sebaliknya.
Syarat perlu x = b merupakan absis dari titik belok bila berlaku f "(b) = 0 atau f(x)
tidak diferensiabel dua kali di x = b. Kata syarat perlu mirip artinya dengan kata
calon , maksudnya bahwa untuk nilai x = b yang dipenuhi oleh salah satu dari kedua
syarat itu memungkinkan untuk menjadi absis titik belok bergantung apakah dipenuhi
syarat seperti halnya yang tertulis pada definisi.
Contoh 2.15
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
37
Matematika Dasar
Asymtot
Asymtot suatu grafik fungsi didefinisikan sebagai garis yang didekati oleh suatu kurva.
Asymtot dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Asymtot mendatar
2. Asymtot tegak
3. Asymtot miring
Contoh 2.16
x2
Carilah asymtot datar dan asymtot tegak dari fungsi f ( x) =
x2 1
Jawab :
x2
Asymtot datar, y = -1 sebab lim f ( x) = lim = 1 atau lim f ( x) = 1
x x x 2 1 x
x2
Asymtot tegak, x = -1 dan x = 1 sebab lim f ( x) = lim = dan
x 1+ x 1+ x2 1
x2
lim f ( x) = lim =
x 1+ x 1+ x2 1
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
38
Matematika Dasar
Contoh 2.17
x2 2 x 3
Carilah asymtot dari fungsi f ( x) =
x 1
Jawab :
Asymtot datar tidak ada sebab lim f ( x) = atau lim f ( x) = .
x x
2
x 2x 3
Asymtot tegak, x = 1 sebab lim f ( x) = lim = .
x 1 x 1 x 1
x2 2 x 3 4
Asymtot miring, y = x 1 sebab lim (x 1) = lim =0
x x 1 x x 1
Grafik Fungsi
Dalam mengambarkan grafik suatu kurva dapat dilakukan dengan menentukan terlebih
dahulu : selang kemonotongan, selang kecekungan, titik ekstrim dan jenisnya, titik
potong terhadap salib sumbu ( sumbu X dan sumbu Y ), titik belok ( bila ada ), semua
asymtot ( bila ada ) dan titik lain ( sembarang ) yang dapat membantu memudahkan
menggambarkan grafik.
( Nomor 1 sd 6 ) Tentukan nilai ekstrim dan jenisnya dari kurva dengan persamaan
berikut :
1. f ( x ) = x 3 3x 2 + 2
2. f ( x ) = x 3 3x + 4
x
3. f ( x ) = sin x , ( 0 < x < 2 )
2
3
4. f ( x ) = cos2 x , <x<
2 2
x4
5. f ( x ) = +1
4
6. f ( x ) = 3x 4 4 x 3
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
39
Matematika Dasar
10. f ( x ) = x 4 6x 3 24 x 2 + x + 2
2x
11. f ( x ) =
x3
x2
12. f ( x ) = 2
x 1
1 x
13. f ( x) =
x2
( x 1) 2
14. f ( x ) =
x2
1
15. f ( x ) = x 2
x
2x
16. f ( x ) =
x2 4
3 1
17. f ( x ) = 2 + 3
x x
x2 2
18. f ( x ) =
x
x 2 2x 3
19. f ( x ) =
x+2
( x 2) 3
20. f ( x ) =
x2
4 x3
21. f ( x ) =
x2
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
40
Matematika Dasar
Dalam perhitungan limit fungsi seringkali dijumpai bentuk tak tentu dari limit yaitu :
0
, , 0 . dan . Untuk menyelesaikannya digunakan cara yang dikenalkan oleh
0
Delhospital.
0
Bentuk dan
0
Misal lim f(x) = lim g(x) = 0 atau lim f(x) = lim g(x) = . Maka
f (x) f ' (x ) 0
lim = lim . Bila masih dijumpai ruas kanan merupakan bentuk atau
g (x ) g ' (x ) 0
maka dilakukan penurunan lagi sehingga didapatkan nilai yang bukan merupakan
bentuk tak tentu tersebut. Penulisan lim di atas mengandung maksud
lim , lim , lim , lim atau lim .
x a x a + x a x x
Contoh 2.18
Bentuk 0 .
Misal lim f(x) = 0 dan lim g(x) = . Maka lim f(x) g(x) merupakan bentuk 0 . . Untuk
0
menyelesaikannya kita ubah menjadi bentuk atau yaitu :
0
f (x) g (x )
lim f ( x ) g ( x ) = lim 1 = lim 1 . Selanjutnya solusi dari limit tersebut
g (x) f (x )
diselesaikan dengan cara seperti bentuk sebelumnya.
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
41
Matematika Dasar
Contoh 2.19
2 x2 2x
b. lim x csc x = lim = lim =0
x 0 x 0 sin x x 0 cos x
Bentuk -
Misal lim f(x) = lim g(x) = . Maka untuk menyelesaikan lim [ f(x) - g(x) ] dilakukan
dengan menyederhanakan bentuk [ f(x) - g(x) ] sehingga dapat dikerjakan menggunakan
cara yang telah dikenal sebelumnya.
Contoh 2.20
Sebagai catatan bahwa tidak semua bentuk limit tak tentu dapat diselesaikan
menggunakan dalil Delhospital. Hal ini seringkali terjadi di dalam menyelesaikan limit
fungsi f(x) dengan f(x) bukan merupakan fungsi rasional. Untuk lebih jelasnya
diberikan contoh berikut.
Contoh 2.21
b. lim x 2 + x x 2 + 1
x
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
42
Matematika Dasar
Jawab:
x 2 3x x x 2 3x ( x )
a. lim = lim =1
x 1 x x x 1 x x2
2 2 x 1 x2 1
b. lim x + x x + 1 = lim =
x x 2
x + x + x2 + 1 x 2
9. lim x 2 + x x
x+
10. lim x 2 + 3 x
x +
11. lim x 2 + x x 2 x
x +
12. lim x 2 3x x 2 3
x
13. l i m x 2 + 6 x 5 x
x +
sin ( ax)
14. lim
x0 ax
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
43
Matematika Dasar
tan 5x
15. lim
x0 sin 2 x
sin 2 ( 5x )
16. lim
x0 x2
sin x
17. lim
x 0 1 cos x
x sin x
18. lim
x 0 1 cos x
cos 2 x 1
19. lim
x 0 1 cos 5x
x2
20. lim
x 0 1 cos x
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
64
Matematika Dasar
-1
Misal y = f ( x ). Maka didapatkan x = f ( y ) . Hal ini memot4asi kepada kita suatu
cara untuk menentukan invers dari fungsi y = f ( x ). Untuk menentukan invers dari
suatu fungsi y = f ( x ) dilakukan dengan cara mensubstitusikan peubah y ke dalam x,
sehingga fungsi dinyatakan secara eksplisit dalam peubah y. Tuliskan f ( y ) = x dan
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
65
Matematika Dasar
nyatakan fungsi yang diperoleh tersebut menjadi fungsi eksplisit dalam peubah x.
Hasil terakhir merupakan invers dari y = f ( x ).
Contoh 4.1
x 1
Tentukan invers dari fungsi f ( x ) =
x+2
Jawab :
y 1 y 1 2x 1 2x 1
f ( y) = x= y= f 1( x ) =
y+2 y+2 x 1 x 1
Fungsi logaritma dan fungsi eksponen merupakan dua fungsi yang saling invers dan
dinyatakan sebagai :
y = b log x x = b y ; x, b > 0
Sifat-sifat logaritma :
b
1. log 1 = 0
b
2. log b = 1
b b b
3. log ac = log a + log c
b b b
4. log a/c = log a - log c
b r b
5. log a = r log a
c
b log a
6. log a =
c
log b
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
66
Matematika Dasar
Bilangan Natural
x 0
1 x
( )
e = lim (1 + x) x = lim 1 + 1 x = 2,718...
x
1
Turunan fungsi logaritma natural : Dx ln x = [ ] x
1 du 1
Jadi secara umum : Dx ln u = [ ] u dx
du = ln u + C .
u
Contoh 4.2
sin x
Hitung integral 1 + cos x dx
Jawab :
sin x
Misal u = 1 + cos x. Maka du = - sin x. Sehingga 1 + cos x dx = ln (1 + cos x ) + C
Eksponen Natural
Fungsi eksponen natural didefinisikan sebagai inverse dari logaritma natural dan
dinotasikan :
y = ex x = ln y
( )
Dx eu = eu
du
dx
eu du = eu + C
x x ln a
Misal a > 0 dan x R. Didefinisikan : a = e . Maka :
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
67
Matematika Dasar
[ ]
(i) Dx a u = (ln a ) a u
du
dx
1
(ii) a u du = au + C
ln a
ln x
Misal y = a log x =
ln a
. Maka Dx a log x =
1
x ln a
. ( )
Jadi secara umum Dx a log u =
1
(
du
u ln a dx
)
Contoh 4.3
Contoh 4.4
( )
1
x 2 2 x dx = 1 e x 2 2 x 1 = 1 e 1 1
(x 1)e 2 0 2
0
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
68
Matematika Dasar
(2
1. y = ln x 5x + 6 )
2. y = x ln x
ln x
3. y = 2
x
x + 13
4. y =
(x 4) 3 2x + 1
5. y =
( x 2 + 3) ( 3x + 2) 2
2/ 3
x +1
6. y = ln (sin x)
7. y + ln ( xy ) = 1
3
x
11. 2 dx
x +1
4 3
12. dx
1
1 2 x
4 1
13. dx
(
1 x 1+ x )
( Nomor 14 sd 16 ) Carilah y dari :
4
14. y = 32 x 4 x
(
15. y =10log x 2 + 9 )
16. y = log x
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
69
Matematika Dasar
18. 10 dx
5x 1
x 2 + 6x
19. ( x + 3) e dx
20. e
x 2
(
sec 2 e
x
) dx
sin x
21. (cos x ) e dx
22. e2 ln x dx
2 x 2 ; 1 f ( x ) 1
Pada daerah di atas f( x ) = sin x merupakan fungsi satu-satu dan oleh karena itu
mempunyai invers. Notasi invers : x = sin 1 f ( x ) = arc sin f ( x )
Misal y = sin 1 u 1 u 1 ; y dengan u merupakan fungsi dalam x.
2 2
dy
Maka turunan y '= didapatkan sebagai berikut :
dx
dy 1
y = sin 1 u u = sin y =
du cos y
dy 1
Bila sin y = u maka cos y = 1 u 2 . Oleh karena itu, = .
du 1 u 2
u'
Jadi : y ' = .
1 u2
Dengan menggunakan anti turunan dari invers sinus didapatkan rumus integral :
du
= sin 1 u + C
1 u2
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
70
Matematika Dasar
Untuk fungsi invers trigonometri yang lain dapat diperoleh dengan cara sama :
[
1. y = cos1 u 1 u 1 ; 0 y ]
u' du
y' = = cos1 u + C
1 u 2 1 u 2
u'
2. y = tan 1 u < u < ; < y < y ' =
2 2 1 + u2
u'
3. y = cot 1 u 0 u < ; y < 0 0 < y y ' =
2 2 1 + u2
du tan1 u + C
1 + u2 = cot1 u + C
u'
4. y = sec 1 u | u| 1 ; 0 y < < y y'=
2 2 u u2 1
u'
5. y = csc 1 u | u| 1 ; y < 0 0 < y y ' =
2 2 u u2 1
du sec1 u + C
6. = 1
u u 2 1 csc u + C
Contoh 4.5
Contoh 4.6
1
ex
Hitung integral berikut : 2x
dx
01 + e
Jawab :
Misal u = e x . Maka du = e x dx . Sehingga :
( )
1 1
ex 1 1
dx = d e x = tan 1 e x = tan 1 e tan 11 = tan 1 e
0 1 + e2 x ( )
0 1 + ex
2 0 4
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
71
Matematika Dasar
4. y = tan 1 x
(
5. y = x 2 sin1 x
3
)
(
6. y = 1 + x sec1 x )2
7. y = sin 1 e 3x ( )
1 x
8. y = csc1
1+ x
( )
9. y = tan1 x e2 x
10. y = sin 1( x 2 ln x)
dx
12.
x 9x 2 1
t dt
13. t4 + 1
sec2 x dx
14.
1 tan 2 x
dx
15.
x 1 (ln x)
2
2
ln
3
e x dx
16.
ln 2 1 e 2 x
3
dx
17. x ( x + 1)
1
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
72
Matematika Dasar
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
73
Matematika Dasar
x + y x y
19. sinh x + sinh y = 2 sinh cosh
2 2
x + y x y
20. cosh x + cosh y = 2 cosh cosh
2 2
e u e u e u + e u
Misal y = sinh u. Maka y ' = Dx =
u ' = cosh u u ' .
2 2
Contoh 4.7
([
Cari turunan pertama dari f ( x) = tanh ln 1 x 2 ])
Jawab :
Misal u = 1 x 2 dan v = ln u. Maka f ' ( x) =
df dv du
=
2x
dv du dx 1 x 2
([
sec h 2 ln 1 x 2 ])
Contoh 4.8
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
74
Matematika Dasar
Tidak semua fungsi hiperbolik pada domainnya merupakan fungsi satu-satu sehingga
tidak mempunyai invers. Oleh karena itu, agar didapatkan fungsi invers hiperbolik maka
kita batasi domain fungsinya. Sedangkan untuk mencari turunan dari fungsi invers
hiperbolik dilakukan terlebih dahulu cara sebagai berikut.
-1
Misal y = sinh u. Maka u = sinh y [ u, y ].
e y e y
Jadi : u = e y 2 u e y = 0 e 2 y 2 u e y 1 = 0
2
ey = u u2 + 1 = u + u2 + 1 ( sebab: ey > 0, y)
y = ln u + u 2 + 1
1 u u'
y' = 1 + u' =
u + u2 + 1 u2 + 1 u2 + 1
Dari anti turunan fungsi invers sinus hiperbolik, didapatkan :
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
75
Matematika Dasar
du
= sinh 1 u + C
u2 + 1
Dengan cara sama diperoleh turunan dan integral fungsi invers hiperbolik, sebagai
berikut :
1. y = cosh 1 u = ln u + u 2 1 , {u 1}
u' du
y' = = cosh 1 u + C
2 2
u 1 u 1
1 + u
1
2. y = tanh 1 u = ln , {| u| < 1}
2 1 u
u' du 1
y' = 2 2 = tanh u + C , bila | u| < 1
1 u 1 u
1 u + 1
y = coth 1 u = ln , {|u| > 1}
2 u 1
3.
u' du
y' = 2
2
= coth 1 u + C , bila | u| > 1
1 u 1 u
1 1 + 1 u2
y = sec h u = ln , {0 < u 1}
u
4.
u' du
y' = = sec h 1| u|+ C
u 1 u 2 u 1 u 2
1 1 + u 2
y = csc h1u = ln + , {u 0}
u | u|
5.
u' du
y' = = csc h1| u|+ C
2 2
| u| 1 + u u 1+ u
Contoh 4.9
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
76
Matematika Dasar
Contoh 4.10
dx
Hitung integral :
x2 + 4
Jawab :
x
d
dx 2 x
= = sinh 1 + C
x2 + 4 x
2 2
+1
2
1. y = cosh1 ( 2 x + 1)
2. y = coth1 ( x)
3. y = csc h1 e2 x ( )
1
4. y =
tanh 1 x
1
5. y = sinh 1
x
6. y = cosh1(cosh x)
(
7. y = ln cosh 1 x )
8. y = coth 1 x
9. y = sinh 1(tanh x)
10. y = ex sec h 1x
1 x
11. y = tanh 1
1+ x
(
12. y = 1 + x csc h 1x )10
( Nomor 13 sd 20 ) Hitung integral berikut :
dx
13.
1 + 9x 2
dx
14.
x2 2
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
77
Matematika Dasar
dx
15.
9x 2 25
dx
16.
1 e2 x
sin x dx
17.
1 + cos2 x
dx
18.
x 1 + x6
3
dt
19.
0 t2 + 1
1/ 2
dt
20. t 1 t
1/ 4
Dalam menentukan turunan dari fungsi berpangkat fungsi dapat digunakan sifat
logaritma natural. Misal y = f ( x ) g ( x ) . Maka didapatkan : ln y = g ( x ) ln f ( x ) . Oleh
karena itu, turunan dari y, yaitu :
g (x )
y ' = g ' ( x ) ln f ( x ) + f ' ( x ) f ( x ) g ( x )
f (x)
Contoh 4.11
Tentukan turunan pertama dari fungsi y = (2 x + 1)cos x
Jawab :
Misal f(x) = 2x + 1 dan g(x) = cos x. Maka f (x) = 2 dan g (x) = - sin x. Sehingga
turunan pertama,
2 cos x
y ' = sin x ln (2 x + 1) + (2 x + 1)cos x
2x + 1
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
78
Matematika Dasar
Contoh 4.12
Jadi lim
(tan x)cos x = 1
x
2
0 x
c. Limit mempunyai bentuk
tak tentu 0 . Misal y = x . Maka
ln x
lim ln y = lim x ln x = lim 1 = lim x = 0. Jadi lim x x = 1
x 0+ x 0+ x 0+ x x 0+ x 0+
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
79
Matematika Dasar
2
2 x
3. lim cos
x x
1
4. (
lim e2x 1 ln x
x 0+
)
1
(
5. lim 1 + x 2
x
) ln x
1
6. lim (ln x) x
x
1
(
7. lim 3x + 5x x
x
)
x
x + 1
8. lim
x x + 2
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
103
Matematika Dasar
Barisan bilangan tak hingga didefinisikan sebagai fungsi dengan domain merupakan
bilangan bulat positif. Notasi yang biasa digunakan adalah:
a: n {an }n=1
= a1 , a2 ,... , nB .
+
an merupakan suku barisan ke-n dan tiga buah titik setelah suku kedua
menunjukkan bahwa suku-suku barisan tersebut sampai tak hingga.
Contoh 6.1
1 1 1 1
1. = 1, , ,..., ,....
n n =1 2 3 n
n 1 2 n
2. = , ,..., ,....
n + 1n =1 2 3 n +1
1. lim C = C
n
2. lim ( C an + Dbn ) = C lim an + D lim bn
n n n
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
104
Matematika Dasar
Contoh 6.2
Barisan bilangan tak hingga {a n } disebut barisan :
n=1
(i) Monoton Naik bila an an +1
(ii) Monoton Turun bila an an +1
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
105
Matematika Dasar
n + 3 n
4.
n + 1 n =1
2 n
5. 1
n
n =1
n
6. n
2 n =1
1 3 5 7
7. , , , ,...
2 4 6 8
1 1 1 1
8. , , , ,...
3 9 27 81
1 1 1 1 1
9. 1 , , ,...
2 2 3 3 4
10. ( 2 3, )( )(
3 4 , )
4 5 ,...
Bentuk deret tak hingga dinyatakan dengan notasi sigma sebagai berikut :
a k = a1 + a2 +...+ a k +...
k =1
ak disebut suku-suku deret.
Jumlah Deret
Misal Sn menyatakan jumlah parsial n suku pertama deret ak . Maka
k =1
S1 = a1
S2 = a1 + a 2
....................
.....................
....................
n
Sn = a1 + a 2 +...+ a n = ak
k =1
Barisan Sn { }
n=1
disebut barisan jumlah parsial deret ak .
k =1
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
106
Matematika Dasar
Misal { }
Sn
n=1
merupakan barisan jumlah parsial deret ak dan barisan {Sn }
n=1
k =1
konvergen ke S. Maka deret ak dikatakan deret konvergen ke S dan S disebut
k =1
jumlah dari deret ak , dinotasikan dengan : S = ak . Sedangkan bila barisan
k =1 k =1
{Sn }n=1
divergen maka deret ak dikatakan deret divergen dan tidak ada jumlah.
k =1
Deret Geometri
Bentuk deret geometri yaitu : a r k 1 = a + a r +...+ a r k 1 +... dengan a 0 dan r
k =1
merupakan rasio. Pandang jumlah parsial n suku deret geometri berikut :
Sn = a + a r +...+ a r n 1
r Sn = a r + ... + a r n 1 + a r n
..............................................................
Sn =
(
a 1 rn )
1 r
Bila r =1 maka Sn tidak terdefinisi. Sedang untuk | r | > 1 maka lim r n = , sehingga
n
lim Sn = atau barisan { }
Sn
n=1
divergen. Oleh karena itu, deret a r k 1
n k =1
a
divergen.. Untuk | r | < 1 maka lim r n = 0 sehingga lim Sn = atau barisan
n n 1 r
a
{ }
Sn
n=1
konvergen ke
1 r
( a 0) . Jadi deret a r k 1 konvergen ke
k =1
a a
( a 0) atau a r k 1 = ( a 0) .
1 r 1 r
k =1
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
107
Matematika Dasar
Deret Harmonis
1 1 1
Bentuk deret harmonis yaitu : k
= 1 + +...+ + ...
2 k
k =1
Pandang jumlah parsial n suku pertama deret :
1 1 1 1 1 1 1 1
Sn = 1 + + + + + + + + ...+
2 3 4 5 6 7 8 n
1 1 1 1 1 1 1 1
> 1+ + + + + + + + ...+
2 4 4 8 8 8 8 n
1 1 1 1
= 1 + + + +....+
2 2 2 n
Tes Konvergensi
Misal ak merupakan deret positif ( ak 0 ). Maka lim ak = 0 bila deret ak
k =1 k k =1
konvergen . Hal ini menunjukkan bahwa bila lim ak 0 maka deret ak
k k =1
divergen. Menggunakan implikasi di atas dapat diselidiki kekonvergenan suatu deret
yang diberikan pada contoh berikut
Contoh 6.3
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
108
Matematika Dasar
2k 1 2k 1
1. Suku ke-k, ak = dan lim ak = lim = 2 . Sebab nilai limit tidak
k +1 k k k + 1
sama dengan nol maka deret divergen.
2k 1 2k 1
2. Suku ke-k, ak = dan lim ak = lim = 0 . Sebab nilai limit sama
k2 +1 k k k 2 + 1
dengan nol maka implikasi di atas tidak dapat digunakan untuk menentukan
kekonvergenan deret.
Untuk mengetahui konvergenan suatu deret dilakukan tes konvergensi sebagai berikut :
1. Tes Integral
Misal ak merupakan deret positif. Maka :
k =1
(i) Deret konvergen bila ak dk konvergen
1
(ii) Deret divergen bila ak dk divergen
1
Contoh 6.4
k
Selidiki kekonvergenan deret 2
k =1 ek
Jawab :
b
1
k k 2 b = 1 lim 1 1 = 1
ak dk = lim 2 dk = lim
2 b
e
1 2 b b 2 e 2 e
1 b 1 a k e
1 k
Karena integral tak wajar di atas konvergen ke maka deret 2 konvergen ke
2e
k =1 ek
1 k 1
dan = .
2e
k =1 e k2 2e
2. Tes Deret-p
1
Bentuk deret-p atau deret hiperharmonis : p
dengan p > 0.
k =1 k
Menggunakan tes integral didapatkan :
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
109
Matematika Dasar
1 1 1
k p
dk = lim
1 p b b p 1
1
1
1 1 1
Bila p > 1 maka lim
b b p 1
= 0 , sehingga kp
dk =
p 1
( konvergen ). Oleh
1
1 1
karena itu, deret untuk p > 1 konvergen ke . Untuk 0 < p < 1 maka
k =1 kp p 1
1 1
lim
b b p 1
= sehingga p
dk divergen. Sedang untuk p = 1 didapatkan deret
1 k
1
harmonis. Oleh karena itu, deret p
untuk 0 < p 1 divergen.
k =1 k
3. Tes Perbandingan
Misal ak dan bk merupakan deret positif dan berlaku ak bk , k . Maka:
k =1 k =1
(i) Bila deret bk konvergen maka deret ak konvergen
k =1 k =1
(ii) Bila deret bk divergen maka deret ak divergen
k =1 k =1
Contoh 6.5
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
110
Matematika Dasar
k 1 1
2. Pandang : < 2 dan karena deret-p 2 konvergen maka deret
k3 +1 k k =1 k
k
juga konvergen.
k =1 k3 + 1
4. Tes Ratio
ak +1
Misal ak deret positif dan lim = r . Maka :
k =1 k a k
(i) Bila r < 1 maka deret ak konvergen
k =1
(ii) Bila r > 1 maka deret ak divergen
k =1
(iii) Bila r = 1 maka tes gagal melakukan kesimpulan ( dilakukan dengan tes lain ).
Contoh 6.6
1
Selidiki kekonvergenan deret k!
k =1
Jawab :
1 ak +1 1 1
Misal ak = . Maka lim = lim = 0 . Jadi deret konvergen
k! k ak k k + 1 k =1
k!
5. Tes Akar
Misal ak deret positif dan lim k ak = a . Maka :
k =1 k
(i) Bila a < 1 maka deret ak konvergen
k =1
(ii) Bila a > 1 atau a = maka deret ak divergen
k =1
(iii) Bila a = 1 maka tes gagal melakukan kesimpulan ( dilakukan dengan tes lain ).
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
111
Matematika Dasar
Contoh 6.7
k
3k + 2
Tentukan kekonvergenan deret 2 k 1
k =1
Jawab :
k
3k + 2 3k + 2 3
Misal ak = . Maka lim k ak = lim = . Jadi deret
2 k 1 k k 2 k 1 2
k
3k + 2
konvergen.
2 k 1
k =1
ak
Misal ak dan bk merupakan deret positif dan = l . Maka kedua deret
lim
k =1 k =1 k bk
konvergen atau divergen secara bersama-sama bila l < dan l 0.
Contoh 6.8
1
Tentukan konvergensi deret 2
k =2 k 1
Jawab :
1 1 1
Pandang deret-p , 2
konvergen. Misal ak = 2 dan bk = 2 . Maka
k =2 k k k 1
ak k2 1 1
lim = lim = 1. Jadi deret konvergen.
k bk k k 2 k =2 k 2 1
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
112
Matematika Dasar
5 sin 2 k
4. k!
k =1
2
5. 4
k =1 k + k
3
6. 1
k =1 k 4
9
7. k +1
k =1
k +1
8. 2
k =1 k k
1
9. k +8
k =1
k
10. 2
k =1 2 + sin k
4k2 2k + 6
11. 7
k =1 8 k + k 8
5
12. k
k =1 3 + 1
k ( k + 3)
13. ( k + 1)( k + 2)( k + 5)
k =1
1
14. 3 8k 2 3k
k =1
1
15. 17
k =1 (2 k + 3)
1
16. 3
k =1 k + 2 k + 1
1
17. 9k 2
k =1
k
18.
k =1 k3 + 1
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
113
Matematika Dasar
1
19. 2 /5
k =1 (3 + k )
ln k
20. k
k =1
4
21. k
k =1 2 + 3 k
1
22.
k =1 k (k + 1)
k
5 +k
23. k! + 3
k =1
Bentuk deret berganti tanda : ( 1) k ak atau ( 1) k +1 ak dengan ak 0.
k =1 k =1
Pengujian konvergensi deret berganti tanda dilakukan dengan cara berikut :
Deret berganti tanda ( 1) k ak atau ( 1) k +1 ak konvergen bila dipenuhi dua
k =1 k =1
syarat :
(i) ak ak +1
(ii) lim ak = 0
k
Bila paling sedikit salah satu syarat tidak dipenuhi maka deret dikatakan divergen.
Contoh 6.9
Jawab :
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
114
Matematika Dasar
1 ak k +1 1
1. Misal ak = . Maka = = 1 + > 1. Oleh karena itu, ak ak +1 .
k a k +1 k k
1 1
Sedangkan lim ak = lim = 0 . Jadi deret ( 1) k konvergen.
k k k k =1 k
k+3
2. Misal ak = 2 . Maka
k +k
ak k + 3 ( k + 1) 2 + ( k + 1) k 2 + 5k + 6 k+6
= 2 =
2
= 1+ 2 > 1 . Oleh karena
ak +1 k + k k+4 k + 4k k + 4k
k +3
itu, ak ak +1 . Sedangkan lim ak = lim 2 = 0. Jadi deret
k k k + k
k+3
( 1) k +1 konvergen.
k =1 k2 + k
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
115
Matematika Dasar
Deret uk disebut konvergen mutlak bila deret uk konvergen. Bila deret
k =1 k =1
konvergen mutlak maka konvergen. Sedang deret uk disebut konvergen
k =1
bersyarat bila deret uk konvergen tetapi deret uk divergen.
k =1 k =1
Pengujian kekonvergenan ( mutlak ) deret uk dilakukan dengan tes ratio.
k =1
uk +1
Misal uk dengan uk 0 dan lim = r . Maka
k =1 k uk
(i) Bila r < 1 maka deret uk konvergen absolut
k =1
(ii) Bila r > 1 maka deret uk divergen
k =1
(iii) Bila r = 1 maka tes gagal melakukan kesimpulan
Contoh 6.10
Jawab :
k k uk +1 k + 1 5k 1
1. Misal uk = ( 1) k . Maka lim = lim k +1 = . Jadi deret
5 k uk k 5 k 5
k
( 1) k konvergen mutlak.
k =1 5k
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
116
Matematika Dasar
( 4) k uk +1 ( 4) k +1 k 2
2. Misal uk = . Maka lim = lim = 4 . Jadi deret
k2 k uk k ( k + 1) 2 ( 4) k
( 4) k
2 divergen.
k =1 k
3. Bila dilakukan pengujian di atas maka didapatkan r = 1 ( gagal ). Dari contoh
( 1) k ( 1) k 1
sebelumnya, deret k
konvergen tetapi deret k
= divergen
k =1 k =1 k =1 k
( 1) k
( deret harmonis ). Jadi deret k
konvergen bersyarat.
k =1
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
117
Matematika Dasar
ak x k = a0 + a1x + a2 x 2 +... (**)
k =0
Deret kuasa bentuk (*) konvergen untuk x = b dan bentuk (**) konvergen untuk x = 0
( yaitu konvergen ke a0). Pengujian apakah ada nilai x yang lain yang menyebabkan
deret konvergen dilakukan sebagai berikut :
ak +1 ( x b) k +1
Misal diberikan deret a k ( x b) k dan lim
a k ( x b) k
=L
k =0 x
Maka : (1) L < 1, deret a k ( x b) k konvergen ( mutlak )
k =0
(2) L > 1, deret ak ( x b) k divergen.
k =0
Contoh 6.11
3k x k
Tentukan selang konvergensi deret kuasa :
k = 0 ( k + 1)
Jawab :
3k +1 x k +1 ( k + 1) k +1
L = lim = 3 x lim = 3x
k ( k + 2) 3k x k k k + 2
1 1
Deret konvergen bila L < 1. Oleh karena itu, | 3 x | < 1 atau <x< .
3 3
( 1) k
Bila x = - 1/3 maka didapatkan deret berganti tanda konvergen.
k = 0 ( k + 1)
(Tunjukkan : menggunakan tes deret berganti tanda ). Sedang untuk x = 1/3 didapatkan
1
deret ( k + 1)
divergen ( Tunjukkan : menggunakan tes perbandingan ). Jadi radius
k =0
1 1
konvergensi deret kuasa adalah x< .
3 3
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
118
Matematika Dasar
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
119
Matematika Dasar
( Ln k )( x 3)k
17. k
(2 x 3) k
18.
42 k
Misal f(x) dapat diturunkan sampai k kali pada x = b. Maka f(x) dapat diperderetkan
menjadi menjadi deret kuasa dalam bentuk :
f ( k ) (b) f "(a )
f ( x) = k!
( x b) k = f (b) + f '(b)( x b) +
2!
( x b)2 +...
k =0
Deret di atas disebut Deret Taylor dengan pusat x = b atau disebut dengan polinomial
Taylor pada x = b. Bila b = 0 maka disebut Deret Mac Laurin, yaitu berbentuk :
f ( k ) (0) k f "(0) 2
f ( x) = k!
x = f (0) + f '(0) x +
2!
x +...
k =0
Contoh 6.12
Kedua bentuk deret di atas dapat digunakan untuk membantu memperderetkan fungsi ke
dalam deret Mac Laurin atau Taylor tanpa harus menghitung turunannya terlebih
dahulu, dengan syarat bahwa radius atau selang konvergensinya sebanding.
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
120
Matematika Dasar
Contoh 6.13
Perderetkan fungsi berikut ke dalam deret taylor dengan pusat diberikan berikut
1. f ( x ) = e3x ;x=0
1
2. f ( x ) = ;x=1
x
Jawab :
1. Karena f ( x ) = e3x mempunyai turunan ke-n untuk setiap nilai riil x maka selang
konvergensinya adalah . Oleh karena itu, dengan membandingkan pola perderetan
xk
ex = maka didapatkan perderetan dari f ( x ) = e3x yaitu
k =0 k!
( 3x ) k
e3x = .
k =0 k!
1
2. Karena f ( x ) = tidak diferensiabel di x = 0 dan fungsi akan diperderetkan ke
x
dalam deret taylor dengan pusat di x = 1 maka tempat kedudukan titik-titik | x - 1 | <
1 merupakan selang konvergensinya. Oleh karena itu, perderetan fungsi
1
f ( x ) = dalam deret taylor dengan pusat di x = 1 :
x
1 1
f ( x) = = = ( 1) k ( x 1) k .
x 1 + ( x 1) k = 0
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
121
Matematika Dasar
Misal deret a k ( x b) k mempunyai radius konvergensi R dan
k =0
f (x) = ak ( x b) k . Maka :
k =0
(i) f '( x ) = k ak ( x b) k 1
k =0
x x
(ii) f (t ) dt = ak (t b) k dt
C k =0 C
Contoh 6.14
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
122
Matematika Dasar
1 1
3. Karena f ( x ) = merupakan hasil penurunan terhadap x dari , maka
(1 x) 2 1 x
1
f ( x) = = k x k 1
(1 x )2 k =0
1. f(x) = ln ( 1 + x )
1 x
2. f ( x ) = ln
1 + x
2
3. f(x) = ln ( 1 + x )
1
4. f ( x ) =
(1 x) 3
x
5. f ( x ) =
(1 + x )2
x
6. f ( x ) = ln(1 + t ) dt
0
x
7. f ( x ) = tan 1 t dt
0
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
123
Matematika Dasar
Persamaan diferensial merupakan persamaan yang berkaitan dengan turunan dari suatu
fungsi atau memuat suku-suku dari fungsi tersebut dan atau turunannya. Bila fungsi
tersebut tergantung pada satu peubah bebas real maka disebut Persamaan Diferensial
Biasa ( PDB ). Sedangkan bila fungsi terdiri dari lebih dari satu peubah bebas maka
disebut Persamaan Diferensial Parsial ( PDP ).
Untuk lebih memperjelas pengertian PDB dan PDP diberikan beberapa contoh
persamaan diferensial berikut.
d 2y
1. = xy [ Persamaan Airy ]
dx 2
dy
2. + y = y 2 [ Persamaan Bernoulli ]
dx
d 2y
3. x 2
dx 2
+ x
dy
dx
( )
+ x 2 4 y = 0 [ Persamaan Bessel ]
2
4.
d y
dx 2 (
1 y2) dy
dx
+y=0 [ Persamaan Van Der Pol ]
u u
5. + = 0 [ Persamaan Flux ]
x y
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
124
Matematika Dasar
u 2u
6. = [ Persamaan Panas ]
t x2
2u 2u
7. = [ Persamaan Gelombang ]
t2 x2
2u 2u
8. + = 0 [ Persamaan Laplace ]
x2 y 2
Persamaan 1 sd 4 merupakan PDB dengan peubah bebas, x dan peubah tak bebas, y,
sedangkan persamaan 5 sd 8 merupakan PDP.
Mengawali pembahasan tentang PDB dikenalkan suatu istilah dalam persamaan
diferensial yaitu order . Order dari PD adalah besar turunan tertinggi yang terjadi pada
PD tersebut. Dari contoh di atas persamaan Bernoulli mempunyai order 1 sedangkan
persamaan Airy, Bessel dan Van Der Pol berorder 2.
Berdasarkan sifat kelinearan ( pangkat satu ) dari peubah tak bebasnya, persamaan
diferensial dapat dibedakan menjadi PD Linear dan PD tidak linear. Bentuk umum PD
linear order n diberikan :
( )
an ( x ) y n +.....+ a1( x ) y '+ a0 ( x ) y = f ( x ) dengan an ( x ) 0
an ( x ),......., a0 ( x ) disebut koefisien PD.
Bila f(x) = 0 maka disebut PD Linear Homogen sedang bila f(x) 0 maka disebut PD
Linear tak Homogen. Bila tidak dapat dinyatakan seperti bentuk di atas dikatakan PD
tidak Linear. Dari contoh terdahulu, persamaan Airy dan Bessel merupakan PD Linear
( Homogen ) sedangkan persamaan Bernoulli dan Van Der Pol merupakan PD tidak
linear.
Misal diberikan fungsi : y = sin x - cos x + 1. Bila dilakukan penurunan sampai duakali:
y ' = cos x + sin x dan y " = sin x + cos x , didapatkan hubungan :
y "+ y = 1
Bentuk di atas merupakan PD Linear tak Homogen order 2 dengan koefisien konstan.
Sedangkan fungsi y = sin x - cos x + 1 disebut solusi PD. Yang menjadi permasalahan
disini, Bila diberikan suatu PD bagaimana cara mendapatkan solusinya ?
Beberapa cara mendapatkan solusi PD akan dibahas pada sub bab berikut. Untuk
mempermudah dalam mempelajari cara mendapatkan solusi PD akan dimulai dengan
pembahasan dari bentuk PD order satu .
Klasifikasikan PD berikut menurut : order, linear atau tidak linear, homogen atau tidak
homogen.
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
125
Matematika Dasar
dy
1. + xy 2 = 1
dx
d 3y d 2y dy
2. + + +y=0
dx 3 dx 2 dx
d 2u du
3. + t + 3u = t
dt 2 dt
d 2v
4. = t 2v
dt 2
d 3y
5. + y = sin x
dx 3
d 2y
6. + sin( x + y) = sin x
dx 2
d 2y
7. + y2 = 0
dx 2
[ ]
Pandang u ( x ) y '= u ( x ) y '+ u ' ( x ) y . Misal u ' ( x ) y u( x ) p ( x ) y = 0 . Maka didapatkan:
[ u(x) y] '= u(x) f (x ) . Dengan mengintegralkan kedua ruas terhadap x didapatkan solusi
PD Linear order satu, yaitu :
1
y=
u(x)
u (x ) f (x ) dx
Karena bentuk di atas merupakan integral tak tentu maka solusi masih mengandung
konstanta C dan disebut Solusi Umum PD. Fungsi u(x) disebut faktor integrasi dan
dicari dari :
u '( x ) u( x ) p( x ) = 0 atau u( x ) = e p( x ) dx
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
126
Matematika Dasar
Contoh 7.1
(
11. 1 + ex ) dy
dx
+ ex y = 0 ; y(0) = 1
6
12. Dari rangkaian listrik, RL diketahui induksi L = 1 Henry, tahanan R = 10 Ohm dan
gaya elektromagnetik / voltase E = 1 Volt. Tentukan besar kuat arus ( I dalam
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
127
Matematika Dasar
ampere) yang melalui rangkaian tersebut dalam fungsi t, bila pada saat t = 0, maka
kuat arus I = 0. Hitung pula besar kuat arus, I setelah waktu t = 10.
dQ Q
Rangkaian listrik, RC, dinyatakan oleh rumus : R + = E (t ) dengan muatan Q
dt C
(Coulomb ) , Kapasitor C ( Farads ) dan gaya elektromagnetik / Voltase E(t) ( Volt ).
Seringkali dijumpai pada PD order satu, peubah x dan y dapat dipisahkan sehingga
peubah x dapat dikelompokan dengan dx dan peubah y dapat dikelompokan dengan dy
pada ruas yang berbeda. Sehingga solusi umum PD dapat secara langsung dicari tanpa
harus menentukan faktor integrasi, dengan mengintegralkan kedua ruas.
Bentuk umum PD peubah terpisah diberikan berikut :
dy M ( x )
y '= = atau N ( y ) dy = M ( x ) dx . Solusi umum PD didapatkan dari
dx N ( y)
penyelesaian integral berikut : N ( y ) dy = M ( x ) dx .
Contoh 7.2
y
Diketahui PD : y ' = 0 . Tentukan :
x +1
1. Solusi umum PD.
2. Solusi khusus PD bila diberikan y ( 0 ) = 1.
Jawab :
dy dx
1. PD dapat dituliskan dalam bentuk : =
y x +1
dy dx
Sehingga = ln y = ln ( x + 1) + ln C = ln C( x + 1) .
y x +1
Solusi umum, y = C ( x + 1 )
2. Dari solusi umum didapatkan C = 1. Solusi khusus, y = x + 1.
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
128
Matematika Dasar
Contoh 7.3
Selidiki apakah fungsi berikut merupakan fungsi homogen. Bila ya, tentukan ordernya.
1. F ( x, y ) = 2 xy y 2
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
129
Matematika Dasar
2. G ( x, y ) = x 2 sin (xy )
Jawab :
( )
1. F (kx, ky ) = 2(kx )(ky ) (ky )2 = k 2 2 xy y 2 = k 2 F ( x, y ) . F(x,y) merupakan fungsi
homogen dengan order dua.
2. G (kx, ky ) = (kx )2 sin ([kx][ky ]) k 2G ( x, y ) . G(x,y) bukan merupakan fungsi
homogen.
Beberapa bentuk PD tak linear order satu dengan peubah tak terpisah namun
koefisiennya merupakan fungsi homogen dengan order sama dapat dicari solusinya
menggunakan metode substitusi sehingga didapatkan bentuk PD peubah terpisah.
Bentuk PD order satu dengan koefisien homogen dapat dituliskan sebagai :
M ( x , y ) dy = N ( x , y ) dx dengan M(x,y) dan N(x,y) merupakan fungsi homogen dengan
dy
order sama atau = F ( x , y ) dengan F(x,y) merupakan fungsi homogen order nol.
dx
Maka solusi PD dicari dengan mensubstitusikan : y = v x dan dy = v dx + x dv ke
dalam PD sehingga didapatkan bentuk PD dengan peubah terpisah.
Contoh 7.4
( )
Diketahui PD : x 2 + y 2 dy xy dx = 0 . Tentukan :
1. Solusi umum PD
2. Solusi khusus PD bila y(0) = 1
Jawab :
1. Substitusikan y = v x dan dy = v dx + x dv ke dalam PD, didapatkan :
(x2 + v2 x2 )(v dx + x dv) vx2 dx = 0
(1 + v2 )(v dx + x dv) v dx = 0
dx (1 + v ) dv
2
=
x v3
1
1 2
2 v
ln x = ln v ln C atau Cxv = e
2 v2
x2
2
2y
Solusi umum PD, C y = e
x2
2
2y
2. Solusi khusus PD, y = e
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
130
Matematika Dasar
15. y = x + C
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
131
Matematika Dasar
( ) ( )
" '
a emx + b emx + cemx = 0
emx ( a m2 + b m + c) = 0
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
132
Matematika Dasar
Contoh 7.5
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
133
Matematika Dasar
b b2 b x b b x 2a b x
a v"( x ) v '( x ) + 2 v ( x ) e 2 a + b v '( x ) v ( x ) e + c v( x) e 2a = 0
a 4a 2a
b b2 b
a v"( x ) v '( x ) + 2 v ( x ) + b v '( x ) v ( x ) + c v ( x ) = 0
a 4a 2a
b2
a v"( x ) c v ( x ) = 0
4a
Sebab D = b 2 4 a c = 0, maka a v"( x ) = 0 . Oleh karena itu, v(x) dapat dinyatakan
sebagai fungsi linear yaitu v(x) = p x + q.
b x
2a
Ambil p = 1 dan q = 0, didapatkan v(x) = x dan solusi kedua : y2 = x e
Solusi pertama dan kedua PD, y1 dan y2 merupakan solusi bebas linear, sehingga solusi
umum PD bila akar karakterisitik dimisalkan m, yaitu :
y = C1 emx + C2 x emx
Cara untuk mendapatkan solusi kedua di atas dikenal dengan nama metode urutan
tereduksi.
Contoh 7.6
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
134
Matematika Dasar
Karena solusi PD yang diharapkan dalam fungsi bernilai real, maka dapat diambil
C3 = C1 + C2 dan C4 = i (C1 C2 ) . Sehingga didapatkan solusi umum PD :
y = e p x (C3 cos qx + C4 sin qx)
Hal ini dapat dilakukan karena terlihat bahwa solusi pertama dan solusi kedua PD,
y1 = e p x cos qx dan y2 = e p x sin qx merupakan solusi bebas linear.
Contoh 7.7
Solusi umum PD linear orde dua tak homogen merupakan jumlah dari solusi PD
homogen, yh dan solusi pelengkap, yp dituliskan :
y = yh + y p
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
135
Matematika Dasar
Solusi homogen dicari seperti penjelasan terdahulu, sedangkan solusi pelengkap dicari
menggunakan dua metode yaitu : metode koefisien tak tentu dan metode variasi
parameter.
Misal f(x) merupakan fungsi polinom, eksponen, sinus atau cosinus. Maka solusi
pelengkap, yp dimisalkan sebagai jumlah dari f(x) dan semua turunannya ( lihat tabel ).
Selanjutnya y p , y 'p dan y"p disubstitusikan ke dalam PD untuk menghitung nilai dari
koefisiennya.
f(x) yp
xn An x n + An1 x n 1 + ...+ A1 x + A0
ea x A ea x
x ea x A ea x + B x ea x
sin ax A sin ax + B cos ax
cos ax A sin ax + B cos ax
Contoh 7.8
Bila f(x) merupakan suku-suku dari solusi homogen, maka solusi pelengkap diambil
s
sebagai perkalian dari x dan f(x) dengan s terkecil ( s = 1,2,3, ) sehingga bukan
merupakan suku-suku dari solusi homogennya.
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
136
Matematika Dasar
Contoh 7.9
Tentukan solusi khusus PD : y " 6 y '+ 9 y = e3x ; y(0) = -1 dan y (0) =1.
Jawab :
3x 3x 3x
Akar karakteristik PD, m = 3. Solusi homogen, yh = C1 e + C2 x e . Karena e dan
3x
xe merupakan suku-suku dari solusi homogen maka diambil solusi pelengkap , yp =
2 3x
A x e . Substitusikan solusi pelengkap dan turunannya ke dalam PD didapatkan A =
3x 3x 2 3x
. Solusi umum PD, y = C1 e + C2 x e + x e . Substitusi nilai awal ke dalam
solusi umum dan turunannya, didapatkan C1 = -1 dan C2 = 4. Solusi khusus PD, y = -
3x 3x 2 3x
e +4xe +x e .
Seringkali dijumpai pada pembahasan terdahulu, metode koefisien tak tentu bentuk
solusi pelengkap tidak bisa ditentukan. Hal ini disebabkan fungsi f(x) mempunyai
bentuk turunan sebanyak tak hingga, misal f(x) = sec x. Kadang pula terjadi terlalu
banyak koefisien yang harus dicari, sehingga dirasa metode pengerjaan tersebut kurang
praktis. Metode berikut akan membahas cara yang lebih umum tanpa memperhatikan
bentuk fungsi f(x).
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
137
Matematika Dasar
0 y2
' f ( x ) y2' y2 f ( x )
v1 = v1 = dx
y1 y2
y1' y2'
( y1 y2' y2 y1' )
y1 0
y1' f ( x ) y1 f ( x )
v2' = v2 = dx
y1 y2
( y1 y2' y2 y1' )
y1' y2'
Contoh 7.10
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
138
Matematika Dasar
16. Pada rangkaian listrik seri, RCL, berdasarkan hukum Kirchoff dirumuskan sebagai
Q
berikut : L Q "+ R Q '+ = E (t ) dengan Induksi L (Henry ), Tahanan R ( Ohm ),
C
Muatan Q ( Coulomb ), Kapasitor C ( Farads ) dan gaya elektromagnetik E(t) ( volt ).
I
Karena I = Q ' maka dapat dituliskan : L I "+ R I '+ = E ' ( t ) . Dengan
C
menggunakan rumus di atas hitunglah muatan ( Q ) dan kuat arus ( I ) dalam fungsi t
-4
dari rangkaian RCL tersebut bila R = 16, L = 0,02 , C = 2 x 10 dan E = 12. Anggap
bahwa nilai Q = 0 dan I = 0 pada saat t = 0.
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
139
Matematika Dasar
Bentuk kurva biang seringkali dinyatakan dalam persamaan parameter. Misal x = f(t) ,
y = g(t) dengan t I ( interval ) sebagai parameter ( bilanagn real ). Dengan melakukan
eliminasi parameter t akan didapatkan bentuk kurva dalam peubah x dan y yang dapat
dinyatakan sebagai y = f(x) atau f ( x, y ) = 0. Suatu kurva bidang dapat dinyatakan
dengan lebih dari satu parameter. Sebagai contoh diberikan berikut.
Contoh 8.1
Misal x = f(t) dan y = g(t) merupakan fungsi kontinu dan f ( t ) 0 untuk suatu t I.
dy
Maka turunan pertama dari kurva bidang diberikan dengan :
dx
dy
dy g ' (t )
= dt =
dx dx dt f ' (t )
d2y dy
Sedangkan turunan kedua didapatkan dengan menurunkan sekali lagi , yaitu
dx 2 dx
d2y g " (t ) f ' (t ) f " (t )g ' (t )
= .
dx 2 [ f ' (t )]2
Demikian seterusnya untuk turunan tingkat ke-n.
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
140
Matematika Dasar
Contoh 8.2
dy d2y
Hitung dan bila
dx dx 2
1. x = t 2 + t , y = 1 t 3
2. x = 2 cos t , y = 5 sin t
Jawab :
2 dy y ' 3t 2
1. x = 2 t + 1, y = -3 t , x = 2 dan y = - 6t. Jadi = = dan
dx x ' 2t + 1
d2y y " x ' x " y ' 6t 2 6t
= =
dx 2 (x ')2 (2t + 1)2
dy 5 cos t
2. x = - 2 sin t, y = 5 cos t, x = -2 cos t dan y = -5 sin t. Jadi = dan
dx 2 sin t
d2y y " x ' x " y ' 5
= = csc 2 t
dx 2 (x ')2 2
dy
Garis singgung, y b = (x a )
dx
dx
Garis normal, y b = (x a )
dy
Contoh 8.3
2
Carilah persamaan garis singgung dan garis normal kurva x = 2t 1 dan y = 2 + t di
1. t = 1
2. Titik ( 1,1 )
Jawab :
dy 1
1. Turunan pertama di t = 1, = , sedangkan nilai titik singgungnya , ( 1, -1 ). Jadi
dx 4
1
persamaan garis singgung dan garis normal berturut-turut, y + 1 = (x 1) dan
4
y + 1 = 4(x 1)
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
141
Matematika Dasar
dy
1
2. Dari titik ( 1,1 ) didapatkan t = -1. turunan pertama di t = -1 , = . Jadi
dx 4
1
persamaan garis singgung dan garis normal berturut-turut, y 1 = (x 1) dan
4
y 1 = 4(x 1)
Contoh 8.4
2
Hitung xy dx bila x = 2t + 2 dan y = t .
Jawab :
2 4 4 3
xy dx = (2t + 2)t 2 dt = t + 3 t + C
dy d2y
( Nomor 6 sd 10 ) Hitung turunan pertama dan turunan kedua dari kurva
dx dx 2
bidang berikut.
2
6. x = t 1 dan y = t + 1
t
7. x = dan y = 2t
t +1
1 1
8. x = dan y =
t2 1 t t2
9. x = 2 sin t 2 dan y = sec t +2
10. x = 1- 2 sin t dan y = 2 cos t + 1
( Nomor 11 sd 14 ) Carilah persamaan garis singgung dan garis normal dari kurva
bidang berikut di titik yang diberikan :
2
11. x = 2t dan y = t di t = -2
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
142
Matematika Dasar
3
12. x = 1- 2t dan y 1- t di t = 1
13. x = sin t dan y = 2 cos t di t =
4
14. x = 2 e 2t dan y = e 2t di t = 0
1
16. y(1 x ) dy bila x = 2t dan y =
t
1
2
17. 2 xy dx bila x = 1 + 2 t dan y = 4t -1
0
1
18. x( y + 2)dy bila x = 2t + 3 dan y = 4t
2
0
( Nomor 19 sd 21 ) Hitung luas daerah yang dibatasi oleh daerah D bila
19. D dibatasi oleh x = 1 2t , y = 4t + 3 , t = -1 dan t = 3
1 1
20. D dibatasi oleh x = t + , y = t dan garis 3x 10 = 0
t t
21. D terletak di kuadran pertama dan dibatasi oleh x = 2 sin t dan y = 1 + cos t.
Untuk mengawali pembahasan fungsi vektor akan dikenalkan terlebih dahulu tentang
2 3
vektor di bidang dan vektor di ruang. Bentuk vektor di bidang ( ) dan di ruang ( )
diberikan berikut.
Z
Y
A(x,y)
A(x,y,z)
X O Y
O
Ruas garis berarah dari O ke A menyatakan vektor dan merupakan vektor posisi dari
titik A. Vektor tersebut dinyatakan dengan
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
143
Matematika Dasar
x
OA = a = (x, y ) =
y
Sedangkan vektor satuan ( vektor yang panjangnya satu ) yang searah dengan salib
sumbu, sumbu X dan sumbu Y dinyatakan berturut-turut dengan
1 0
i = (1,0) = dan j = (0,1) =
0 1
Menggunakan notasi di atas , suatu vektor dapat dinyatakan sebagai jumlah dari suku-
suku vektor satuan.
a = (x, y ) = (x,0 ) + (0, y ) = x(1,0 ) + y (0,1) = x i + y j .
Bilangan x dan y dinamakan skalar.
Sedangkan untuk vektor di ruang, vektor posisi titik A dinyatakan dengan
x
OA = a = (x, y, z ) = y dan a = (x, y, z ) = x i + y j + z k
z
dengan
1 0 0
i = (1,0,0 ) = 0 , j = (0,1,0 ) = 1 , k = (0,0,1) = 0
0 0 1
2
Misal F merupakan fungsi yang memetakan dari ke . Maka dapat yang
dinyatakan dengan
F : 2
t F (t ) = (x(t ), y (t ) ) = x(t ) i + y (t ) j
2
Sedangkan untuk fungsi yang memetakan dari ke dinyatakan dengan
F : 3
t F (t ) = (x(t ), y (t ), z (t ) ) = x(t ) i + y (t ) j + z (t ) k
Fungsi di atas dinamakan Fungsi Bernilai Vektor atau disingkat dengan Fungsi Vektor.
Sedangkan x(t) , y(t) atau z(t) merupakan komponen fungsi vektor F (t ) .
Contoh 8.5
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
144
Matematika Dasar
Daerah asal
Daerah asal fungsi vektor sangat ditentukan dari daerah asal dari komponen-
komponennya. Misal daerah asal dari x(t) dan y(t) berturut-turut A dan B. Maka daerah
asal dari F (t ) = x(t ) i + y (t ) j adalah A B. Bila daerah asal dari x(t) , y(t) dan z(t)
berturut-turut adalh A, B dan C, maka daerah asal dari F (t ) = x(t ) i + y (t ) j + z (t ) k
adalah A B C.
Contoh 8.6
1 t
2. Daerah asal dari komponen : x = , y = 2- t dan z = berturut-turut adalah
t +1 1 t
Dx = ( ,1) ( 1, ), D y = dan Dz = ( ,1) . Jadi daerah asal fungsi vektor
adalah DF = Dx D y Dz = ( ,1) ( 1,1)
Limit Fungsi
Limit fungsi vektor F (t ) = x(t ) i + y (t ) j di titik t = c dinyatakan dengan lim F (t ) .
t c
Keberadaan limit fungsi vektor sangat ditentukan oleh keberadaan dari limit komponen-
komponennya. Sehingga dapat dinyatakan berikut.
Limit fungsi F (t ) = x(t ) i + y (t ) j di titik t = c ada bila dan hanya bila limit fungsi x =
x(t) di t = c dan limit fungsi y = y(t) di t = c ada.
Sehingga dapat dituliskan menjadi :
lim F (t ) = lim x(t ) i + lim y (t ) j
t c t c t c
Teorema di atas juga akan berlaku untuk fungsi vektor di ruang. Misal limit fungsi
F (t ) = x(t ) i + y (t ) j + z (t ) k di titik t = c ada . Maka dapat dituliskan dengan
lim F (t ) = lim x(t ) i + lim y (t ) j + lim z (t ) k
t c t c t c t c
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
145
Matematika Dasar
Contoh 8.7
sin t 5t + 1
2. Sebab nilai limit di t dari komponen dan sama dengan nol maka
t t2
2t i sin t 5t + 1
lim + j k = 2i
t t 1 t t2
Bila paling sedikit salah satu dari ketiga syarat di atas tidak dipenuhi maka dikatakan
F (t ) tidak kontinu ( diskontinu ) di t = c. Definisi kekontinuan di atas juga berlaku
untuk vektor di ruang.
Contoh 8.8
2. G (t ) = (2t + 3, 4t , sin t ) di t = 0
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
146
Matematika Dasar
Jawab :
1. Walupun nilai limit di t = 0 ada yaitu lim 4t 2 1 i
t 0
(
sint
t
)
j = i j tetapi fungsi
sin t
tidak terdefinisi di t = 0, sebab komponen tidak terdefinisi di t = 0. Jadi fungsi
t
diskontinu di t = 0.
2. Nilai fungsi di t = 0, G (0) = (3,0,0 ) = 3 i dan nilai limit di t = 0,
[ ]
lim (2t + 3) i + 4t j + sin t k = 3 i . Karena nilai fungsi dan limitnya sama maka
t 0
fungsi kontinu di t = 0.
Contoh 8.9
Selidiki apakah fungsi berikut diferensiabel di titik yang diberikan . Bila ya, carilah nilai
turunan fungsi di titik tersebut.
t
1. F (t ) = , 5t 2 di t = 1
t +1
2. G (t ) = sin t i + 1 + t j + t k di t = 0
Jawab :
1
1. Turunan pertama di t = 1 dari komponennya yaitu x ' t =1 = t =1 = 1 dan y =
(t + 1)2
5. Jadi fungsi diferensiabel di t = 1 dan F ' (1) = i + 5 j .
2. Karena komponen z = | t | tidak diferensiabel di t = 0 ( Tunjukkan ! ), maka fungsi
G (t ) tidak diferensiabel di t = 0.
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
147
Matematika Dasar
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
148
Matematika Dasar
17. F (t ) = ( )
2t 1,1 t ; t = 5
(
18. G (t ) = t 1 , t + 1, t 2 1) ;t=1
19. F (t ) = cos t i + sec t j ; t = 0
20. G (t ) = et 1 i + sin t j t + 8 k ; t = 1
Contoh 8.10
2
Diberikan kurva bidang yang dinyatakan dengan x = t +1 dan y = t + 1 . Tentukan
vektor kecepatan, vektor percepatan dan laju suatu partikel pada saat t = 3.
Jawab :
( )
Vektor posisi partikel pada saat t dituliskan dengan r (t ) = t 2 + 1 i + t + 1 j . Vektor
kecepatan dan vektor percepatan pada saat t berturut-turut adalah
j j
v(t ) = r ' (t ) = 2t i+ dan a(t ) = r ' ' t ) = 2 i . Sedangkan pada saat t = 3
2 t +1 4 (t + 1)3
j j
maka v(t ) = 6 i+ dan a (t ) = 2 i . Jadi laju pada saat t = 3,
4 32
1 1
v(t ) = 36 + = 36 .
16 16
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
149
Matematika Dasar
Kelengkungan
Misal diberikan lintasan dari titik A ke titik B dari kurva bidang yang dinyatakan oleh
r (t ) = x(t ) i + y (t ) j dengan a t b dan r ' (t ) 0 serta r ' (t ) ada dan kontinu. Maka
A = r (a) dan B = r (b) .
Misal P(t) = ( x(t), y(t) ) merupakan titik sembarang pada lintasan dan s = h(t)
menyatakan panjang lintasan dari A ke P(t). Maka panjang s dapat dinyatakan dengan
t t
s= (x' (u ))2 + (y ' (u ))2 du = r ' (u ) du
a a
ds
Dari bentuk di atas didapatkan besar laju, v(t ) = r ' (t ) = . Sebab r ' (t ) 0 maka
dt
| v(t) | > 0. Ini berarti bahwa nilai s bertambah besar bila t bertambah besar. Dengan
teorema balikan didapatkan :
dt 1 1
= =
ds ds dt v(t )
Misal T (t ) merupakan vektor singgung satuan di P(t), yaitu vektor yang didapatkan
dengan menormalisasikan vektor v(t ) . Maka dapat dituliskan dengan
v(t ) r ' (t )
T (t ) = =
v(t ) r ' (t )
Maka vektor kelengkungan di P(t) diberikan dengan
d T d T dt T ' (t )
= = .
ds ds v (t )
dt
Besar vektor Kelengkungan di P(t) dinamakan Kelengkungan dan dinotasikan dengan
dT T ' (t )
K= = .
ds v(t )
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
150
Matematika Dasar
sebuah garis akan mempunyai kelengkungan nol. Sedangkan kurva yang berbelok
semakin tajam akan mempunyai kelengkungan yang semakin besar.
Contoh 8.11
Tentukan besar kelengkungan dari vektor bidang yang diberikan berikut :
1
1. r (t ) = 1 t 2 i + t 3 j di t = 1
2 3
1
2. y = cos 2x di ,
6 2
Jawab :
1 1 1
1. Dari r (t ) = 1 t 2 i + t 3 j didapatkan x(t ) = t 2 dan y (t ) = t 3 . Digunakan
2 3 2 3
x ' y " x " y ' 2
rumus K = maka kelengkungan di t = 1, K = 5
[ ]
(x ')2 + (y ')2 2
3 25
y" 1 1
2. Digunakan rumus K = maka kelengkungan di , , K =
[ ] 3
1 + ( y ')2 2
6 2 4
( Nomor 1 sd 5 ) Tentukan vektor kecepatan , vektor percepatan dan laju dari partikel
sepanjang kurva bidang di titik yang diberikan berikut.
1. x(t ) = 2t 2 , y (t ) = 2t , t = 1
1 1
2. x(t ) = t 2 , y (t ) = t 4 , t = 1
2 4
3. x(t ) = 2 t + 1 , y (t ) = t + 6 , t = 3
4. y = e x + x, (1,2)
2
5. y = cos x , ,
4 2
( Nomor 6 sd 10 ) Carilah vektor kelengkungan dan besar kelengkungan di titik yang
diberikan dari kurva bidang berikut
1 1
6. r (t ) = t 2 i + t 4 j ; t = 1
2 4
7. r (t ) = 2 sin t i + 3 cos t j ; t =
4
8. y = x 2 1 ; ( 1,0 )
9. y 2 = x + 1 ; (3,2 )
10. y = ln cos x ; , ln 2
4
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
151
Matematika Dasar
ds d v d 2s ds d T
v(t ) = v(t ) T (t ) = T (t ) . Maka vektor percepatan : a (t ) = = T (t ) + .
dt dt dt 2 dt dt
d T d T ds dT
Menggunakan persamaan = dan = K N maka vektor percepatan,
dt ds dt ds
d 2s ds 2
a(t ) = T + K N [
T = T (t ) ]
dt 2 dt
Bila persamaan di atas dipandang sebagai suku-suku dalam T dan N maka koefisien dari
d 2s
T yaitu aT = disebut komponen tangensial percepatan. Sedangkan koefisien dari N
dt 2
2
ds
yaitu a N = K disebut komponen normal percepatan. Jadi bentuk vektor
dt
percepatan dapat dituliskan menjadi a (t ) = aT T + a N N . Karena | T | = | N | = 1 dan
dua vektor N dan T saling tegak lurus maka didapatkan hubungan , a(t ) = aT + a N
2
atau a(t ) = aT2 + a N
2 .
Contoh 8.12
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
152
Matematika Dasar
Tentukan komponen normal dan komponen tangensial vektor percepatan di nilai yang
diberikan dari :
1. r (t ) = t i + t 3 j di t = 2
2. r (t ) = e 2t i cosh 2t j di t = 0
( )
3. r (t ) = 1 t 2 i 2t j di ( 0,-2 )
2
4. r (t ) = 4(1 sin t )i + 4(1 + cos t ) j di t =
3
5. r (t ) = (ln t )i 3t 2 j di t = 1
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
153
Matematika Dasar
Contoh 9.1
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
154
Matematika Dasar
1. f ( x , y ) = x (1 y )
x
2. f ( x , y ) =
1 y
y
3. f ( x , y ) = 2
x
x
4. f ( x , y ) =
y
x y
5. f ( x , y ) =
x+ y
y
6. f ( x , y ) =
x 1
x y2
7. f ( x , y ) =
x2 y2
x+y
8. f ( x , y ) =
x y 1
9. f ( x , y ) = x 2 1
10. f ( x,y ) = ln ( xy )
x2 + y2
11. f ( x , y ) =
x2 y2
12. f ( x , y ) = 1 x 2 y 2
9.2 Permukaan
Posisi suatu titik ( a,b,c) di dalam koordinat ruang / koordinat kartesius ( sumbu X ,
sumbu Y dan sumbu Z ) dalam aturan tangan kanan digambarkan berikut.
Grafik fungsi dua peubah f(x,y) merupakan bidang atau permukaan. Bentuk umum
bidang dituliskan : a x + b y + c z = d dengan a,b,c,d R. Bila b = 0 dan c = 0 maka a
x = d merupakan bidang sejajar bidang YOZ, sedangkan b y = d merupakan bidang
sejajar bidang XOZ dan a z = d merupakan bidang sejajar bidang XOY.
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
155
Matematika Dasar
(a,b,c)
O b Y
a
Secara umum perpotongan antara dua buah grafik fungsi dua peubah akan merupakan
garis atau lengkungan. Bila kurva z = f(x,y) dipotongkan dengan bidang horisontal z = k
( k konstanta ) maka akan didapatkan suatu keluarga garis atau lengkungan dan disebut
lengkungan Ketinggian dari z = f(x,y).
Contoh 9.2
terakhir berbentuk parabola terbuka ke atas dengan titik puncak pusat sumbu.
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
156
Matematika Dasar
1. 4x 2 9 y 2 36z 2 = 36
2. 4 x 2 + 9 y 2 + z 2 + 8x 18 y 4 z = 19
3. 4 x 2 y 2 + 9 z 2 = 36
4. x 2 + 4 y 2 + 4 x + 16 y 16z + 20 = 0
5. x 2 16 y 2 + 4 z 2 + 4 x + 96 y + 16z = 62
6. x 2 + 4 y 2 z 2 + 2 x 8 y 5 = 0
7. 9 x 2 + y 2 z 2 9 x 4 y + 8z 39 = 0
8. x 2 + 3y 2 + 2 z 2 6 x 6 y + 4 z + 14 = 0
9. f ( x , y ) = 4 x 2 + 9 y 2
10. f ( x , y ) = 2 x y 2
11. z = x+y
12. z = 4 x 2 9 y 2
13. z = 10 2 y x 2
14. z = 16 y 2 4 x 2
15. x 2 + 4 y 2 + 4 z 2 = 16
16. 4( x 1) 2 + 9 y 2 36( z 1) 2 = 36
Bila dua garis berpotongan maka akan menghasilkan sebuah titik, sedangkan
perpotongan antara dua buah bidang atau permukaan berupa garis atau lengkungan.
Secara geometris, turunan parsial terhadap x dari fungsi dua peubah, f(x,y) di titik
P(a,b,f(a,b)), fx(a,b) merupakan gradien garis singgung ( garis g - pada Gb. 1 ) dari
lengkungan perpotongan antara permukaan f(x,y) dengan bidang y = b di titik P.
Sedangkan turunan parsial terhadap y dari fungsi dua peubah, f(x,y) di titik P(a,b,f(a,b)),
fy(a,b) merupakan gradien garis singgung ( garis g - pada Gb. 2 ) dari lengkungan
perpotongan antara permukaan f(x,y) dengan bidang x = a di titik P.
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
157
Matematika Dasar
Z g
Z
g
O b Y O Y
a
X
X
Gb. 1 Gb. 2
Secara formal turunan parsial terhadap x dan y dari fungsi dua peubah f(x,y) di (a,b)
diberikan :
f (a + h , b ) f (a , b )
f x (a , b) = lim
h 0 h
f (a , b + h) f (a , b)
f y (a , b) = lim
h 0 h
f f
Notasi lain yang biasa digunakan untuk turunan parsial adalah : f x = dan f y = .
x y
Dalam perhitungan turunan parsial fungsi f(x,y) terhadap x, fx(x,y) dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus turunan fungsi satu peubah dengan memandang peubah y
sebagai konstan. Demikian pula untuk menghitung fy(x,y) dapat dipandang merupakan
fungsi satu peubah y dengan memandang peubah x sebagai konstan.
Untuk fungsi tiga peubah, w = f( x,y,z ), turunan parsial dari f terhadap x, y dan z di
( x,y,z ) didefinisikan sebagai :
f f ( x + h, y , z ) f ( x , y , z )
= f x ( x , y , z ) = lim
x h 0 h
f f ( x , y + h, z ) f ( x , y , z )
= f y ( x , y , z ) = lim
y h 0 h
f f ( x , y , z + h) f ( x , y , z )
= f z ( x , y , z ) = lim
z h 0 h
Contoh 9.3
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
158
Matematika Dasar
z
2. f (x , y , z ) =
1 + xy
Jawab :
y x +1
1. f x ( x, y) = ; f y ( x, y) =
2 y ( x + 1) 2 y ( x + 1)
yz xz 1
2. f x ( x , y, z) = ; f y ( x , y , z ) = ; f z ( x , y , z ) =
(1 + xy)2 (1 + xy )2 1 + xy
Konsep turunan parsial dari fungsi dua peubah walaupun didefinisikan dalam bentuk
limit namun merupakan limit dari satu peubah karena peubah lain kita pandang sebagai
konstan. Sedangkan limit dari dua peubah itu sendiri dan diberikan berikut.
Limit dari fungsi z = f( x,y ) di ( a,b ) sama dengan L, dinotasikan dengan
lim f ( x , y ) = L berarti bahwa untuk nilai seberapapun kecilnya, misal > 0,
( x , y ) ( a ,b )
akan ada ( terdapat ) nilai > 0 sehingga berlaku : f ( x , y) L < 0 bila
0 < ( x , y) (a , b) < . Bentuk 0 < ( x , y) (a , b) < merupakan tempat kedudukan
titik yang terletak di dalam lingkaran ( disebut lingkaran buka ) yang berpusat di ( a,b )
dan jari-jari .
Dalam perhitungan limit fungsi dua peubah, lim f ( x , y ) sangat bergantung dari
( x , y )( a ,b)
bagaimana ( x,y ) ( a,b ) [ Baca : ( x,y ) mendekati ( a,b ) ] atau bergantung dari
( kurva ) lintasan yang melalui ( a,b ). Bila dari sekian lintasan terdapat satu lintasan
yang mempunyai nilai berbeda dari semua nilai untuk lintasan yang lain maka
dikatakan lim f ( x , y ) tidak ada. Diberikan contoh berikut.
( x , y )( a ,b)
x2 y2
Akan ditunjukkan limit fungsi f ( x , y ) = 2 di ( 0,0 ) tidak ada.
x + y2
x2 0
1. Bentuk fungsi untuk y = 0 dan x 0 , f ( x ,0) = 2 = 1 . Nilai limit dari f(x,y ) di
x +0
(x,y) ( 0,0 ) sepanjang sumbu X : lim f ( x ,0) = 1 .
( x ,0) ( 0,0)
0 y2
2. Bentuk fungsi untuk x = 0 dan y 0, f ( 0, y ) = = 1 . Nilai limit dari f(x,y) di
0 + y2
(x,y) ( 0,0 ) sepanjang sumbu Y : lim f ( 0, y ) = 1 .
( 0, y ) ( 0,0)
Dari dua buah lintasan ( sepanjang sumbu X dan sumbu Y ) ternyata menghasilkan nilai
x2 y2
yang berbeda, maka hal ini menunjukkan bahwa lim tidak ada.
( x , y ) ( 0,0) x 2 + y 2
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
159
Matematika Dasar
Secara intuitif fungsi dua peubah dikatakan kontinu di suatu titik bilamana tidak terjadi
loncatan atau fluktuasi di titik tersebut. Secara formal diberikan definisi berikut.
Sebuah fungsi akan kontinu bila merupakan jumlah, selisih, hasilkali atau komposisi
dari dua fungsi yang kontinu pula. Sedangkan hasilbagi dua fungsi yang kontinu juga
akan kontinu kecuali pada nilai yang menyebabkan penyebut sama dengan nol. Dari
beberapa sifat tersebut kita dapat menentukan daerah yang menyebabkan fungsi dua
peubah kontinu, seperti contoh yang diberikan berikut.
Contoh 9.4
x
Tentukan daerah yang menyebabkan fungsi f ( x , y ) = kontinu.
1 y
Jawab :
{
Daerah yang menyebabkan f(x,y) kontinu adalah ( x , y ) y 1 }
f f
Bentuk f x = dan f y = berturut-turut merupakan notasi turunan parsial pertama
x y
terhadap x dan terhadap y dari z = f(x,y). sedangkan turunan parsial kedua dari z =
f(x,y) didapatkan dengan menurunkan secara parsial ( terhadap x dan y ) dari turunan
parsial pertamanya.
f f
2
x f y 2 f
= 2 = f xx = 2 = f yy
x x y y
f f
2
y f x 2 f
= = f yx = = f xy
x x y y y x
Secara umum, f xy f yx . Hal ini diperlihatkan pada contoh berikut.
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
160
Matematika Dasar
x2 y2
xy ; ( x , y ) ( 0,0)
Misal f (x, y) = x2 + y2 . Akan ditunjukkan bahwa
0 ; ( x , y ) = ( 0,0)
f xy (0,0) f yx (0,0) .
f ( 0 + h , y) f ( 0, y)
(1). f x ( 0, y ) = lim = y
h 0 h
f (x ,0 + h) f (x ,0)
( 2). f y (x ,0) = lim =x
h 0 h
f y (0 + h ,0) f y (0,0)
( 3). f yx ( 0,0) = lim =1
h 0 h
f (0,0 + h) f x (0,0)
( 4 ). f xy ( 0,0) = lim x = 1
h 0 h
Dalam aplikasi pada bidang teknik yang sering dijumpai adalah f xy = f yx . Syarat
perlu dan cukup agar keduanya sama diberikan berikut. Misal turunan parsial pertama
dan kedua dari f(x,y) : f x , f y , f xy dan f yx kontinu pada domain ( buka )@ D. Maka
f xy = f yx untuk setiap (x,y) D.
Contoh 9.5
1
Tentukan semua turunan parsial kedua dari f ( x , y ) = 2
x + y2
Jawab :
2x 2y
Turunan parsial pertama, f x ( x , y ) = ; f ( x , y ) =
( ) ( )
2 y 2
x2 + y2 x2 + y2
Turunan parsial kedua,
2 y 2 6x 2 2 x2 6 y2 8 xy
f xx ( x , y ) = ; f ( x , y ) = ; f ( x , y ) = f ( x , y ) =
( ) ( ) ( )
3 yy 3 yx xy 3
x2 + y2 x2 + y2 x2 + y2
Bidang Singgung
Bila kita mempunyai dua buah titik maka dapat dibuat sebuah garis. Sedangkan bila kita
mempunyai dua buah garis maka dapat dibuat sebuah bidang. Pengertian sederhana ini
akan kita gunakan untuk mendefinisikan sebuah bidang singgung dari suatu permukaan
z = f(x,y).
@
Himpunan D disebut himpunan buka bila untuk setiap titik yang terletak di dalam D dapat dibuat lingkaran
{ }
berpusat di titik tersebut sehingga semua daerah lingkaran terletak di dalam D. Contoh D = ( x , y ) x > 0 dan y > 0
, daerah di kuadran pertama merupakan himpunan buka.
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
161
Matematika Dasar
Misal C merupakan kurva dari z = f(x,y) dan titik P ( a,b,c ) terletak pada C. Maka
didapatkan beberapa garis singgung yang melalui titik P dengan dua di antaranya
mempunyai slope ( gradien ) : f x (a , b) dan f y (a , b) . Bidang yang dibentuk oleh dua
garis singgung tersebut disebut Bidang Singgung dari z = f(x,y) di titik P. Bentuk
Persamaaan bidang singgung dari z = f(x,y) di titik P ( a,b,c ) :
f x ( a .b ) ( x a ) + f y ( a , b ) ( y b ) = z c
Garis Normal dari z = f (x,y ) di titik P merupakan persamaan garis yang tegak lurus
pada bidang singgung dari z = f(x,y) di titik P. Persamaan garis normal dari z = f (x,y )
di titik P ( a,b,c ) adalah :
x a = f x (a ,b) t
y b = f y (a , b) t
zc= t
Bentuk persamaan garis normal di atas disebut Persamaan parametrik. Bila
f x (a , b) 0 dan f y (a , b) 0 maka persamaan garis normal dapat dituliskan :
xa yb
= = zc
f x (a ,b) f y (a ,b)
Contoh 9.6
Diferensial Total
Pengertian dari diferensial ( total ) dari z = f ( x,y ) di titik P ( a,b,c ) dapat diturunkan
dari persamaan bidang singgung dari z = f ( x,y ) di titik tersebut. Misal dibuat salib
sumbu baru yang mempunyai pusat salib sumbu di titik P ( a,b,c ) dan diambil dx = x - a
, dy = y - b dan dz = z - c. Maka diferensial total dari z = f ( x,y ) di P ( a,b,c )
didefinisikan sebagai :
f x (a.b) dx + f y (a , b) dy = dz
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
162
Matematika Dasar
Contoh 9.7
Jawab :
Turunan parsial pertama, f x ( x , y ) = 10 xy ; f y ( x , y ) = 5x 2 3 y 2 .
(
Diferensial Total, dz = (10xy) dx + 5x 2 y 2 dy . )
Soal Latihan 9.3
1. f ( x , y ) = x2 + y2
x
2. f ( x,y ) = e cos y
2
3. f ( x , y ) = ex y
x2 y2
4. f ( x , y ) = 2
x + y2
5. f ( x , y ) = y 3 e 5x
6. z = 4 x 2 2 y + 7 x 4 y5
(
7. z = cos x5y 4 )
(
8. z = x 3 ln 1 + xy 3/5 )
(
9. z = y 2 tan x )4/ 3
10. z = x 2 y exy
2f 2f
Bentuk persamaaan : + = 0 disebut persamaan Laplace dari f(x,y).
x 2 y 2
( Nomor 11 sd 14 ) Apakah fungsi berikut memenuhi persamaan Laplace ?
11. f ( x , y ) = 3x 2 y y 3 + 1
12. f ( x , y ) = ex sin y + e y cos x
(
13. f ( x , y ) = ln x 2 + y 2 )
2 xy
14. f ( x , y ) = tan1 2
x y2
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
163
Matematika Dasar
Misal diberikan fungsi : U(x,y) dan V(x,y). Maka kedua fungsi akan berlaku Persamaan
U V U V
Cauchy Riemann ( PCR ) bila memenuhi : = dan = .
x y y x
( Nomor 15 sd 17 ) Apakah dua fungsi berikut berlaku PCR ?
15. U ( x , y ) = x 2 y 2 ; V ( x , y ) = 2 xy
16. U ( x , y ) = ex cos y ; V ( x , y ) = ex sin y
(
17. U ( x , y ) = ln x 2 + y 2 ) y
; V ( x , y ) = 2 tan 1
x
( Nomor 18 sd 26 ) Tentukan persamaan bidang singgung dan garis normal di titik yang
diberikan dari fungsi berikut !
27. z = 7x - 2y
2 5
28. z = 5x y - 2x + 4 y + 7
-1
29. z = tan xy
2
30. z = sec ( x - 3y)
Misal diberikan fungsi dua peubah, z = f(x,y) dan titik P(a,b). Maka ( vektor ) gradien
dari z = f(x,y) di titik P didefinisikan sebagai:
f (a , b) f (a , b) f (a , b) f (a , b)
grad f (a , b) = f (a , b) = i+ j= ,
x y x y
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
164
Matematika Dasar
Untuk fungsi dengan tiga peubah w = f (x,y,z ), maka gradien di titik ( x,y,z ) diberikan:
df ( x , y , z ) df ( x , y , z ) df (x , y , z )
f ( x , y , z ) = , ,
x y z
Sifat gradien dari suatu fungsi diberikan berikut :
1. (a f + b g ) = af + bg [ sifat linear ]
2. ( f g ) = f g + g f
( )
3. f n = n f n1 f
f gf fg
4. =
g g2
Contoh 9.8
Jawab:
Turunan parsial pertama,
y
f x (x , y ) = f x (3,4 ) = 4
x+y
y
f y (x, y) = + ln( x + y ) f x (3,4 ) = 4
x+ y
Jadi Gradien : f ( 3,4) = 4i + 4 j
Turunan parsial dari z = f(x,y) terhadap x dan y berturut-turut dapat kita pandang
sebagai turunan berarah dari z = f(x,y) dengan arah vektor satuan yang searah dengan
1 0
sumbu X dan Y : i = dan j = . Oleh karena itu, turunan parsial dari z = f(x,y)
0 1
terhadap x dan y dituliskan berikut :
f x (x, y ) = lim
f (x + h, y ) f (x, y )
= lim
( )
f (x, y ) + hi f (x, y )
h 0 h h 0 h
f y (x, y ) = lim
f (x, y + h ) f (x, y )
= lim
( )
f (x, y ) + h j f (x, y )
h 0 h h 0 h
2
Misal u merupakan vektor satuan, yaitu vektor dengan panjang atau norm satu.
2
Maka turunan berarah dari z = f(x,y) di titik ( a,b ) searah dengan u didefinisikan
Du f (a, b ) = lim
( )
f (a, b ) + hu f (a, b )
h 0 h
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
165
Matematika Dasar
Sedangkan turunan berarah dari w = f( x,y,z ) di titik ( a,b,c ) dengan arah vektor satuan
3
u didefinisikan :
Du f (a, b, c ) = lim
( )
f (a, b, c ) + hu f (a, b, c )
h 0 h
Misal u = u1 i + u2 j merupakan vektor satuan u12 + u22 = 1 dan z = f ( x,y )
mempunyai turunan parsial pertama di ( a,b ). Maka turunan berarah dari z = f ( x,y ) di
( a,b ) dalam arah u diberikan :
Du f (a, b ) = u f (a, b ) = u1 f x (a, b ) + u2 f y (a, b )
Contoh 9.9
Tentukan turunan berarah dari f ( x,y ) di titik P dengan vektor arah u bila :
( 3
) 3 4
1. f (x, y ) = x 2 + xy ; P(1,1) ; u = i j
5 5
2. f (x, y ) = x 2 3 xy + 4 y3 ; P( 2,0 ) ; u = (1,2)
Jawab:
1. ( )2 (2x + y ) f x (1,1) = 36
f x (x, y ) = 3 x 2 + xy
f y (x, y ) = 3 x (x 2 + xy ) f y (1,1) = 12
2
3 4
Du f (1,1) = 36 + 12 = 12
5 5
2. f x (x, y ) = 2 x 3 y f x ( 2,0 ) = 4
f y (x, y ) = 3x + 12 y 2 f y ( 2,0 ) = 6
Karena u bukan merupakan vektor satuan maka diubah dahulu menjadi vektor satuan
u i 2j
dengan menormalisaikan u , misal w = . Oleh karena itu, w = + . Jadi
u 5 5
1 2 8
Du f ( 2,0 ) = 4 + 6 =
5 5 5
Secara geometris, turunan berarah dari z = f ( x,y ) di titik ( a,b ) dalam arah vektor
satuan u dapat dinyatakan :
Du f (a, b ) = u f (a, b ) = f (a, b ) cos
dengan merupakan sudut yang dibentuk oleh u dan f( a,b ).
Bila = 0 maka nilai turunan berarah dari z = f ( x,y ) di titik ( a,b ) dalam arah vektor
satuan u akan mencapai maksimum yaitu :
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
166
Matematika Dasar
Du f (a, b ) = f (a, b )
Bila = maka nilai turunan berarah dari z = f ( x,y ) di titik ( a,b ) dalam arah vektor
satuan u akan mencapai minimum yaitu :
Du f (a, b ) = f (a, b )
Contoh 9.10
( Nomor 1 sd 6 ) Carilah vektor gradien dan turunan berarah dari f ( x,y ) di titik yang
diberikan dalam arah vektor a berikut:
1. f (x, y ) = 4 x3 y 2 ;(2,1); a = 4i 3 j
2. f (x, y ) = y 2 ln x ; (1,4) ; a = i j
3. f (x, y ) = x 2 3 xy + 2 y 2 ;( 1,2 ); a = 2i j
4. f (x, y ) = exy ; (1,1) ; a = i + j 3
5. f (x, y ) = e x sin y ; 0, ;a = i + j 3
4
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
167
Matematika Dasar
y
6. f (x, y ) = tan 1 ; ( 2,2 );a = i j
x
i j
7. f (x, y ) = (1 + xy )3 / 2 ;(3,1);u = +
2 2
3 4
8. f (x, y ) = e2 xy ;(4,0 );u = i+ j
5 5
9. f ( x , y , z ) = ye sin z ; (ln 2 ,2 , / 4) ; u = i 2 j + 2k
x
11. f ( x , y ) = xy ; A(1,4 ) ; = / 3
x y
12. f (x, y ) = ; A( 1,2) ; =
x+ y 2
13. f (x, y ) = sinh x cosh y ; A(0,0 ) ; =
14. f (x , y) = x 3 y 3 ; (2,1)
5
15. f ( x , y) = e y sin x ; ,0
6
16. f ( x , y) = 1 x 2 y 2 ; ( 1,2)
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
168
Matematika Dasar
x y
22. f (x, y ) = ; (3,1)
x+ y
( Nomor 23 sd 26 ) Carilah turunan berarah dari f di titik A dalam arah menuju ke titik
B bila :
3 4
( Nomor 27 sd 30 ) Diketahui Du f (1,2) = 5 bila u = i j dan Dv f (1,2) = 10 bila
5 5
4 3
v = i + j . Tentukan :
5 5
27. f x (1,2)
28. f y (1,2)
29. Turunan berarah dari f di titik ( 1,2 ) dalam arah menuju ke pusat sumbu.
30. Turunan berarah dari f di titik ( 1,2 ) dalam arah sumbu Y negatif.
Nilai Ektrim ( maksimum dan minimum - relatif ) dari fungsi z = f ( x,y ) di titik (a,b )
didefinisikan sebagai berikut.
1. f ( a,b ) disebut Nilai maksimum dari z = f ( x,y ) bila f ( a,b ) f ( x,y ) untuk setiap
( x,y ) di dalam lingkaran yang berpusat di ( a,b ). Sedangkan titik ( a,b,f(a,b) )
disebut titik maksimum dari z = f ( x,y ).
2. f ( a,b ) disebut Nilai minimum dari z = f ( x,y ) bila f ( a,b ) f ( x,y ) untuk setiap
( x,y ) di dalam lingkaran yang berpusat di ( a,b ). Sedangkan titik ( a,b,f(a,b) )
disebut titik minimum dari z = f ( x,y ).
Misal z = f ( x,y ) mencapai nilai ekstrim di titik ( a,b ) dan turunan parsial pertama di
titik (a,b ) ada. Maka fx( a,b ) = 0 dan fy( a,b ) = 0. Sedangkan titik yang membuat nol
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
169
Matematika Dasar
turunan parsial pertama terhadap x dan y disebut titik kritis. Titik kritis yang
menyebabkan z = f (x,y ) mencapai nilai ekstrim atau berlaku (1) dan (2) disebut titik
stasioner. Titik kritis yang tidak berlaku (1) dan (2) disebut titik sadel / titik pelana .
Untuk menguji apakah titik kritis merupakan titik stasioner atau sadel dilakukan sebagai
berikut.
Misal z = f ( x,y ) mempunyai turunan parsial pertama kontinu pada lingkaran ( buka )
2 (a , b)
yang berpusat di ( a,b ) dan D = f xx (a , b) f yy (a , b) f xy
1. Bila D > 0 dan fxx( a,b ) > 0 maka z = f ( x,y ) mencapai minimum di ( a,b ).
2. Bila D > 0 dan fxx( a,b ) < 0 maka z = f ( x,y ) mencapai maksimum di ( a,b ).
3. Bila D < 0 maka ( a, b ) merupakan titik sadel.
4. Bila D = 0 maka tidak dapat ditarik suatu kesimpulan.
Contoh 9.11
Jawab :
Turunan parsial pertama, f x (x, y ) = 3x 2 3 y dan f y (x, y ) = 3 x 3 y 2
Bila f x (x, y ) = 0 dan f y (x, y ) = 0 maka x = 0, y = 0 dan x = -1, y = 1, sehingga (0,0)
dan ( -1,1 ) merupakan titik kritis dari f.
Turunan parsial kedua, f xx (x, y ) = 6 x, f yy (x, y ) = 6 y , f xy (x, y ) = 3
2 (0,0 ) = 9 . Jadi ( 0,0,0 ) merupakan titik
Untuk ( 0,0 ), D = f xx (0,0 ) f yy (0,0 ) f xy
Tentukan titik ekstrim dan jenisnya dari fungsi dua peubah berikut :
1. f (x, y ) = x 2 + 3 xy + 3 y 2 6 x + 3 y 6
2. f (x, y ) = 2 xy 5 x 2 2 y 2 + 4 x + 4 y
3. f (x, y ) = x e y
4. f (x, y ) = e x sin y
2 4
5. f (x, y ) = xy + +
x y
6. f (x, y ) = x 2 y 6 y 2 3 x 2
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
170
Matematika Dasar
1
7. z = x3 3xy + y 2
2
1 1
8. z = xy + +
x y
9. z = xy (2 x + 4 y + 1)
10. z = x3 y 2 (1 x y )
2
11. z = x 2 + y 2 +
xy
12. z = 2 y 2 x y x 2 + 4 xy
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
171
Matematika Dasar
n
V = lim f ( xi , yi ) Ai
n i =1
Integral rangkap dua dari z = f ( x,y ) atas daerah D didefinisikan sebagai berikut:
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
172
Matematika Dasar
n
f ( x , y) dA = lim f ( xi , yi ) Ai
D n i =1
Iterasi Integral
Untuk menghitung integral rangkap dua dari z = f ( x,y ) atas daerah berbentuk persegi
panjang D kita lakukan sebagai berikut.
Luas penampang benda yang tegak
lurus terhadap sumbu Y dengan
Z
c y d , misal A(yi) adalah
b
z A( yi ) = f ( x, y) dx .
a
Volume bangun ruang merupakan
n
c d jumlah volume : A( yi ) y untuk
a Y i =1
n .
Oleh karena itu, integral rangkap dua
b dari z = f ( x,y ) atas daerah D dapat
X y diselesaikan dengan cara berikut :
d d b
f (x , y) dA = A( y) dy =
f ( x , y ) dy dx .
D c c a
Dengan menggunakan pendekatan yang sama seperti di atas, integral rangkap dua dari z
= f ( x,y ) atas daerah D dapat diselesaikan dengan cara sebagai berikut :
b d
f ( x , y) dA =
f ( x , y ) dx dy
D a c
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
173
Matematika Dasar
Contoh 10.1
Jawab :
23 2 3
1. f ( x , y ) dA = 2 xy dy dx = x 2 y dy dx = 16
D 01 0 1
1 1 1 1 2
2
2. f ( x , y ) dA = x dx dy = x 2 dx dy =
D 0 1 0 1 3
Misal R merupakan daerah sembarang . Maka untuk menghitung integral rangkap dua
dari z = f ( x,y ) atas daerah R dilakukan berikut. Dibentuk daerah persegi panjang D
yang melingkupi daerah R dan didefinisikan suatu fungsi baru, g ( x, y ) yaitu:
f ( x , y) ; (x , y) R
g( x , y) =
0 ; ( x , y) D R
Nilai integral rangkap dua dari g ( x,y ) atas D sama dengan integral rangkap dua dari
f ( x,y ) atas R, dituliskan :
f (x , y) dA = g(x , y) dA
R D
Hal ini menunjukkan bahwa untuk menghitung integral rangkap dua atas suatu daerah
sembarang dapat dicari dengan menggunakan pendekatan yang sama seperti
menghitung integral rangkap atas daerah berbentuk persegi panjang.
Adapun daerah sembarang secara umum dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu :
{
1. Tipe I, R = ( x , y) a x b , v ( x ) y w ( x ) }
Integral rangkap dua dari z = f ( x,y ) atas R dituliskan dengan :
b w(x )
f (x , y) dA = f (x , y) dy dx
R a v(x)
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
174
Matematika Dasar
{
2. Tipe II, R = (x , y) g ( y ) x h ( y ), c y d }
Integral rangkap dua dari z = f ( x,y ) atas R dituliskan dengan :
d h( y )
f ( x, y ) dA = f ( x, y) dx dy
R c g( y)
Y
Y g(y)
w(x)
h(y)
d
v(x)
c
O a bX O X
Tipe I
Tipe II
Contoh 10.2
1. {
f ( x , y ) = 2 x dan R = ( x , y ) 0 < x < 1, x < y < x 2 + 1 }
2. f(x,y) = 2y dan R merupakan daerah tertutup yang dibatasi oleh x = 2, y = x2 ,
sumbu X.
Jawab :
1 x 2 +1 x 2 +1
1
1
1. f ( x , y ) dA = 2 x dy dx = 2 x dy dx =
6
R 0 x 0 x
2. Daerah R dapat dituliskan menjadi :
{
i. R1 = ( x , y ) 0 x 2, 0 y x 2 atau}
{
ii. R2 = ( x , y ) y x 2, 0 y 4 }
2 x2 2 x2
32
Untuk R1, f ( x , y ) dA = 2 y dy dx = 2 y dy dx =
5
R1 0 0 0 0
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
175
Matematika Dasar
4 2 4 2 32
Untuk R2 , f ( x , y ) dA = 2 y dx dy = 2 y dx dy =
5
R2 0 y 0 y
Seringkali dijumpai dalam perhitungan integral rangkap dua, kita dihadapkan kepada
bentuk iterasi yang diberikan tidak dapat dilakukan secara langsung seperti apa yang
diminta. Sebagai contoh, perhitungan integral rangkap dua berikut tidak dapat
dilakukan dengan iterasi yang diberikan ( dengan mengintegralkan terhadap y
kemudian terhadap x ).
4 2 2
e y dy dx
0 x2
Untuk menyelesaikan integral di atas kita harus merubah urutan integrasi. Bila integral
dituliskan dalam bentuk :
2
e y dA
R
x
maka R = ( x , y) 0 x 4 , y 2 . Daerah R digambarkan berikut :
2
4 2 2 2 2y 2
2
e y dy dx = e y dx dy
R
0 x2 0 0
O 4 X
Contoh 10.3
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
176
Matematika Dasar
0 x2
2. f ( x , y ) dy dx
1 x 2
Jawab :
{ } {
1. Misal R = ( x , y ) 0 x y 2 , 0 y 2 . Maka R = ( x , y ) 0 x 4, 0 y x . }
2
2y 4 2
Jadi f ( x , y ) dx dy = f ( x , y ) dy dx .
0 0 0 x
{
2. Misal R = ( x , y ) 1 x 0, x 2 y x 2 . }
{ } {
Maka R = ( x , y ) 1 x y , 1 y 0 ( x , y ) 1 x y , 0 y 1 }
0 x2 0 y 1 y
Jadi f ( x , y ) dy dx = f ( x , y ) dx dy + f ( x , y ) dx dy
1 x 2 1 1 0 1
Koordinat Kutub
x x
cos r sin
J (r , ) = yr
y = = r disebut determinan Jacobi dari r dan .
sin r cos
r
Sehingga bentuk integral dalam koordinat kutub dituliskan berikut :
f ( x , y ) dA = F ( r , ) J ( r , ) dr d = F ( r , ) r dr d
R R R
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
177
Matematika Dasar
Contoh 10.4
1 1 x 2
Gunakan koordinat kutub untuk menyelesaikan x dy dx
0 1 x 2
Jawab :
Misal { }
R = ( x , y ) 0 x 1, 1 x 2 y 1 x 2 . Maka R merupakan daerah
setengah lingkaran dengan 0 r 1 dan .
2 2
1 1 x 2 1 /2 1 /2 2
2 2
Jadi x dy dx = r cos d dr = r cos d dr = 3
0 1 x 2 0 / 2 0 / 2
1. (1 + 8xy) dA ; D = {(x , y) 1 x 2 ,1 y 2}
D
2. ( 4 xy 3) dA ; D = {( x, y ) 1 x 1,2 y 2}
D
xy
3.
2 2
dA ; D =
{( x, y) 0 x 1,0 y 1}
D x + y + 1
4. (x sin y y sin x )dA ; D = ( x , y ) 0 x 2
,0 y
3
D
2 3
5. (2 x xy ) dx dy
1 0
2
6. x cos ( xy) dy dx
1
2
1 x
7. xy 2 dy dx
0 x2
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
178
Matematika Dasar
2
3 9 y
8. y dx dy
0 0
2 x3
y
9. sin
x
dy dx
0
2
2 x
10. ( x 2 y 2 ) dy dx
0 0
2 y2 x
2
11. e y dx dy
1 0
2
12. 6xy dA ; R daerah dibatasi oleh y = 0, x = 2 dan y = x .
R
13. xy dA ; R merupakan trapesium dengan titik sudut ( 1,3 ), ( 5,3 ) , ( 2,1 ) dan
R
( 4,1 ).
14. x cos( xy) dA ; R daerah dibatasi oleh x = 1, x = 2, y = dan y = 2 / x.
R
15. (x + y ) dA ; R daerah dibatasi oleh y = x 2 dan y = x
R
16. xy 2 dA ; R daerah dibatasi oleh y =1, y = 2, x = 0 dan y = x.
R
1 4 2
17. e y dy dx
0 4x
2 1
18. ( )
cos x 2 dx dy
0 y
2
4 2 3
19. ex dx dy
0 y
3 ln x
20. x dy dx
1 0
1 cos1 x
21. x dy dx
0 0
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
179
Matematika Dasar
1 2
22. sec2 (cos x) dx dy
0 sin 1 x
2 + y2 2 2
23. ex dA ; R daerah di dalam lingkaran x + y = 4
R
2 2
24. 4 x 2 y 2 dA ; R daerah di kuadran pertama yang dibatasi oleh : x + y = 4,
R
y = 0 dan y = x.
1 2 2
25. 2 2
dA ; R daerah di kuadran pertama yang dibatasi oleh : x + y = 4,
R 4+x + y
y = 0 dan y = x.
2 2 2 2
26. y dA ; R daerah di dalam x + y = 4 dan di luar x + y = 1 yang terletak di
R
kuadran pertama.
1 1 x 2 1
27. ( 4 x2 y2 ) 2
dy dx
0 0
1 1 y 2
28. (
sin x 2 + y 2 dx dy)
0 0
2 2x x 2 1
29. ( x2 + y2 ) 2
dy dx
1 0
Sebagaimana dijelaskan di awal bahwa pengertian integral rangkap dua diturunkan dari
menghitung volume benda ruang yang dibatasi oleh dua buah permukaan. Misal
z = f ( x,y ) dan R merupakan daerah terletak pada bidang XOY yang diberikan atau
bisa merupakan proyeksi dari permukaan z = f ( x,y ). Maka volume benda ruang yang
dibatasi di atas oleh permukaaan z = f ( x,y ) dan dibatasi di bawah oleh R dituliskan:
V = f ( x , y ) dA
R
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
180
Matematika Dasar
Contoh 10.5
Hitung volume bangun ruang yang terletak di oktan pertama yang dibatasi oleh bidang
2x + 3y + z - 6 = 0.
Jawab :
Z Dari 2x + 3y + z - 6 = 0 didapatkan,
f ( x, y ) = -2x - 3y + 6. Misal R daerah di
6 oktan pertama ( x 0, y 0 dan z 0 )
merupakan proyeksi f(x,y) di bidang XOY.
Maka
6 2x
O R = ( x , y ) 0 x 3, 0 y atau
3
R 2 Y
3 6 3x
R = ( x , y ) 0 x , 0 y 2
2
X Jadi volume bangun ruang :
V = f ( x , y ) dA = ( 2 x 3y + 6) dA
R R
Dalam fisika, integral rangkap dua dapat digunakan untuk menghitung massa, pusat
massa dan momen dari suatu lamina ( lempengan ) yang mempunyai massa jenis yang
dinyatakan sebagai fungsi dari x dan y.
Misal suatu lamina f(x,y) dengan massa jenis ( x,y ) yang proyeksinya pada bidang
XOY adalah R. Maka massa lamina :
m = ( x , y ) dA
R
Sedangkan momen dari lamina terhadap sumbu Y dan sumbu X :
Contoh 10.6
Tentukan massa dan pusat massa dari lamina yang dinyatakan oleh f(x,y) = 2x - y + 4
dengan massa jenis (x,y ) = x - y.
Jawab :
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
181
Matematika Dasar
( Nomor 7 sd 9 ) Tentukan massa dan pusat massa dari lamina dengan massa jenis
( x,y ) bila lamina diberikan berikut :
Misal diberikan fungsi tiga peubah, w = f ( x,y,z ). Maka untuk menentukan integral
rangkap tiga dari w = f ( x,y,z ) terhadap suatu balok, B dilakukan sebagai berikut. bagi
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
182
Matematika Dasar
balok, B menjadi sejumlah n sub balok, Bi ; i = 1,2,,n. Didapatkan volume sub balok
Vi = xi yi zi , sehingga volume balok, B yaitu :
n
V = Vi
i =1
Syarat yang harus dipenuhi untuk integral rangkap tiga di atas adalah w = f ( x,y,z )
kontinu pada B.
Misal G merupakan benda ruang sembarang. Maka untuk menghitung integral rangkap
tiga dari w = f ( x,y,z ) atas G dilakukan dengan cara mendefinsikan fungsi g ( x,y,z )
berikut :
f (x , y , z ) ; (x, y, z ) G
g (x , y , z ) =
0 ; ( x , y , z ) B G
f ( x , y , z ) dV = g (x , y , z ) dV
G B
Dalam perhitungan, G dapat dipandang sebagai benda ruang yang dibatasi oleh Gz -
batas bawah dan batas atas dari Gz berturut-turut z1 = u(x , y) dan z2 = v(x , y) atau
{
dalam notasi himpunan, Gz = z u(x , y) z v( x , y) - dan Gxy } yang merupakan
proyeksi dari G pada bidang XOY. Sehingga bentuk integral rangkap tiga dari
w = f ( x,y,z ) atas G dituliskan :
v(x,y)
f (x , y , z ) dV = f (x , y , z ) dz dA
G Gxy u ( x , y )
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
183
Matematika Dasar
v ( x , y ) b g( x ) v ( x , y )
f ( x, y , z) dz dA = f ( x, y, z) dz dy dx
Gxy u( x , y ) a h( x ) u ( x , y )
2. Gxy = {(x , y) h( y) x g (x ), c y d}
v ( x , y ) d g( y) v( x, y)
f ( x, y , z) dz dA = f ( x, y , z) dz dx dy
Gxy u( x , y ) c h ( y ) u ( x , y)
Urutan integrasi sangat mungkin bergantung dari bentuk bangun ruang G, sehingga
selain merupakan gabungan dari Gz dan Gxy . Namun dapat juga G dipandang sebagai
gabungan antara Gx dan Gyz atau Gy dan Gxz . Sedangkan Gyz dan Gxz berturut-turut
merupakan proyeksi dari bangun ruang G pada bidang YOZ dan XOZ.
Contoh 10.7
2 z x/z
Hitung integral 2 xyz dy dx dz
0 1 0
Jawab :
2 z x/z 2 z x / z 2
2 xyz dy dx dz = z
x 2 y dy dx dz =
0 1 0 0 1 0
3
Contoh 10.8
2. G dituliskan, G = ( x , y , z ) 1 x 4, 0 y 1 z 2 , 0 z 1 .
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
184
Matematika Dasar
4 1 1 z 2 4 1 1 z 2
Jadi 2 x dV = 2 x dy dz dx = 2 x dy dz dx = 4 .
G 1 0 0 1
0 0
Secara geometris nilai integral rangkap tiga dari w = f ( x,y,z ) atas bangun ruang G
merupakan volume dari bangun ruang G bila f ( x,y,z ) = 1.
Contoh 10.9
Hitung volume bangun ruang, G yang terletak di oktan pertama dibatasi oleh y = 2 x2
dan y + 4z = 8.
Jawab :
8 y
G dituliskan , G = ( x , y , z ) 0 x 2, 0 y 2 x 2 , 0 z .
4
2 2 x 2 (8 y )/ 4 2 2 x 2 (8 y )/ 4
224
Volume, V = dV = dz dy dx = dz dy dx = 30
G 0 0 0 0 0 0
5 3x x + 2
1. 4 x dz dy dx
2 0 y
2 z y
2. sin (x + y + z ) dx dy dz
0 00
2 4 3y + x
3. dz dy dx
0 1 0
2y
4 x +1 x
4. 3xyz dz dy dx
2 x 1 0
2 0 2 yz
x
5. sin dx dy dz
y
0 sin z 0
( Nomor 6 sd 9 ) Hitung nilai integral xyz dV bila :
G
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
185
Matematika Dasar
1
6. G = ( x , y , z ) 0 x 1, 0 y 3, 0 z (12 3x 2 y )
6
7. G = ( x , y , z ) 0 x 4 y 2 , 0 y 2, 0 z 3
8. G = {( x, y, z) }
0 x 3z , 0 y 4 x 2 z , 0 z 2
9. G = {(x, y, z) 0 x y2 , 0 y }
z ,0 z 1
Dalam perhitungan integral rangkap tiga dari suatu fungsi tiga peubah atas bangun
ruang G seringkali dijumpai beberapa kesulitan dalam pengintegralan. Untuk itu,
dilakukan tarsnformasi dari kordinat cartesius ke dalam koordinat tabung dan koordinat
bola. Hubungan antara koordinat cartesius dengan koordinat tabung dan koordinat bola
dijelaskan dari gambar berikut.
Z Z
z z
(r,,z) (,,)
y y
O Y O Y
r r
x X
X
Bila dalam koordinat cartesius P( x,y,z ) dan dalam koordinat tabung P( r,,z ) maka
diperoleh hubungan berikut :
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
186
Matematika Dasar
2 2 2
x +y =r
x = r cos
y = r sin
z=z
Bila dalam koordinat cartesius P ( x,y,z ) dan dalam koordinat bola P ( ,, ) maka
didapatkan hubungan berikut :
2 = x2 + y2 + z2
x = sin cos
y = sin sin
z = cos
Koordinat Tabung
x x x
r z cos r sin 0
y y z
J (r , , z ) = = sin r cos 0 =r
r z
z z z 0 0 1
r z
2 r2 ( ) v2 ( r , )
f ( x , y , z ) dV = f (r cos , r sin , z ) r dz dr d
G 1 r1 ( ) v1 ( r , )
Koordinat Bola
x x x
sin cos sin sin cos cos
y y z
J ( , , ) = = sin sin sin cos cos sin = 2 sin
z z z cos 0 sin
2 2 ( ) v2 ( , )
f ( x , y , z ) dV = F ( , , ) 2 sin d d d
G 1 1 ( ) v1 ( , )
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
187
Matematika Dasar
Dalam penerapan, bila bangun ruang G simetris terhadap suatu sumbu ( garis ) maka
digunakan koordinat tabung. Sedangkan koordinat bola digunakan bila bangun ruang G
simetri terhadap suatu titik.
Contoh 10.10
3 9 x 2 2
Gunakan koordinat tabung untuk menghitung integral x 2 + y 2 dz dy dx
0 0 0
Jawab :
8 y
Misal G = ( x , y , z ) 0 x 2, 0 y 2 x 2 , 0 z .
4
Maka G = (r , , z ) 0 r 3, 0 , 0 z 2
2
Jadi,
3 9 x2 2 3 /2 2 / 2
3 2
2 2 2 2 dz d dr = 9
x + y dz dy dx = r dz d dr = r
0 0 0 0 0 0 0 0 0
Contoh 10.11
2 4 x2 4 x2 y 2
Gunakan koordinat bola untuk menghitung z dz dy dx
0 0 0
Jawab :
Misal G = ( x , y , z ) 0 x 2, 0 y 4 x 2 , 0 z 4 x 2 y 2 .
Maka G = ( , , ) 0 2, 0 , 0
2 2
2 4 x2 4 x2 y 2 2 /2 /2
2
z dz dy dx = cos sin d d d
0 0 0 0 0 0
2 / 2 / 2
= 3 cos sin d d d
0 0 0
=
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
188
Matematika Dasar
3 9 x2 9 x2 y2
1. Hitung x 2 dz dy dx
3 9 x 2 0
2. Tentukan besar volume bangun ruang G bila G dibatasi oleh :
2 2
a. Bagian atas : z = 25 x 2 y 2 , bagian bawah : z = 0 dan selimut : x + y = 25
2 2 2 2 2
b. Bagian atas dan bawah : x + y + z = 9 dan selimut : x + y = 4
2 2
c. z = x + y dan z = 9
3 9 x 2 9 x 2 z 2 3
b. ( )
x 2 + y 2 + z 2 2 dy dz dx
3 9 x 2 9 x 2 z 2
2 4 x2 4 x2 y 2
c. z 4 x 2 y 2 dz dy dx
0 0 0
2 2 2
4. Hitung volume bangun ruang G yang dibatasi di atas oleh x + y + z = 16 dan di
bawah oleh : z = x2 + y2
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
189
Matematika Dasar
Di Dalam bab ini akan dibahas tentang integral dari fungsi bernilai vektor atau fungsi
n
vektor. Bila fungsi dengan domain dan range akan menghasilkan fungsi bernilai
real ( skalar ) atau lebih dikenal dengan fungsi peubah banyak. Diferensial dan integral
dari fungsi dua peubah dan tiga peubah telah dibahas pada bab sebelumnya. Sedangkan
n
bila domain dan range akan didapatkan fungsi yang dinyatakan dalam notasi
vektor. Untuk membedakan dengan fungsi skalar maka digunakan huruf kapital yang
dicetak tebal untuk menyatakan fungsi vektor.
Pembahasan tentang diferensial dan integral fungsi vektor hanya terbatas untuk fungsi
2 3
vektor di bidang ( ) dan di ruang ( ).
F ( x, y ) = f ( x, y )i + g ( x, y ) j
F ( x, y, z ) = f ( x, y, z )i + g ( x, y, z ) j + h( x, y, z ) k
r (t ) = x(t )i + y (t ) j; a t b
dengan t merupakan parameter , r (a) = A dan r (b) = B. Secara fisis, turunan dari r (t)
yaitu r (t) menunjukkan kecepatan partikel di titik P yang bergerak, sedangkan
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
190
Matematika Dasar
medan vektor F (t) = x(t) i + y(t) j atau F (x,y) = f(x,y) i + g(x,y) j menunjukkan
(vektor) gaya yang bekerja di titik P.
2
Misal diberikan medan skalar f ( x,y ) di yang mempunyai turunan parsial pertama.
Maka gradien dari f didefinisikan :
f f
grad ( f ) = ( f ) = i+ j
x y
Dari definisi di atas, didapatkan suatu operator diferensial vektor , ( baca : del atau
nabla ) , yaitu :
= i+ j
x y
3
Sedang untuk medan skalar di didapatkan operator , yaitu :
= i+ j+ k
x y z
3
Diberikan medan vektor F di yang terdefinisi dalam domain D dengan medan
skalar f ( x,y,z ) , g ( x,y,z ) dan h ( x,y,z ) yang mempunyai turunan parsial pertama
pada D. Didefinisikan suatu Divergensi dari medan vektor F berikut :
f g h
div F = F = + +
x y z
Sifat-sifat dasar dari divergensi dari suatu medan vektor, yaitu sifat linear :
( )
div a F + bG = a div F + b divG
Bila hasilkali titik dari dua vektor operator gradien dengan medan vektor menghasilkan
skalar ( divergensi ) maka hasilkali silang antara operator gradien dan medan vektor F
yang mempunyai medan skalar f, g dan h menghasilkan suatu vektor, Rotasi :
i j k
h g f h g f
rot F = F = = i + j + k
x y z y z z x x y
f g h
Rotasi dari medan vektor F disebut juga dengan curl dan dinotasikan dengan curl F .
Contoh 11.1
Tentukan divergensi dan curl dari medan vektor F = z 2 xi 2 xy j + 2 y 2 z k
Jawab :
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
191
Matematika Dasar
f g
f (x , y , z ) = z 2 x = z 2 , g( x , y , z ) = 2 xy = 2 x dan
x x
h
h( x , y , z ) = 2 y 2 z = 2 y2 .
x
f g h 2
div F = F = + + = z 2x + 2 y2
x y z
i j k
curl F = = (4 yz )i ( 2 xz ) j + ( 2 y )k
x y z
z 2 x 2 xy 2 y 2 z
dr
x i + y j + z k merupakan vektor posisi dari titik ( x,y,z ) maka merupakan
ds
vektor satuan# yang menyinggung kurva C. Hal ini ditunjukkan berikut :
dr
=
dx dy
i+
dz
j+ k =
(dx )2 + (dy )2 + (dz )2 =1
ds ds ds ds (ds )2
#
vektor satuan adalah vektor yang mempunyai norm atau panjang satu
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
192
Matematika Dasar
Bila gaya yang bekerja di titik ( x,y,z ) dinyatakan dengan medan vektor , F ( x,y,z ) =
f ( x,y,z ) i + g ( x,y,z ) j + h ( x,y,z ) k dengan medan skalar f , g dan h kontinu,
maka besarnya kerja atau usaha, W yang dilakukan oleh F untuk menggerakkan
partikel dari titik A ke titik B sepanjang kurva C dicari sebagai berikut.
dr
Misal = T . Maka besar usaha, W yang dilakukan oleh F untuk menggerakkan
ds
partikel dari titik P ( x,y,z ) sejauh s sepanjang kurva C adalah :
W = F T s
Oleh karena itu, usaha yang dilakukan oleh F untuk menggerakkan partikel dari titik A
sampai titik B sepanjang kurva C diberikan :
dr
W = FT ds = F ds = F dr
Z ds
C C C
W= F d r = ( f ( x, y, z ) dx + g ( x, y, z ) dy + h( x, y, z ) dz )
C C
Bila kurva C yang dinyatakan dengan persamaan parameter ( t ), x = x (t), y = y (t) dan
z = z (t) dengan a t b maka besar usaha :
W= ( f ( x , y , z) dx + g ( x, y, z) dy + h( x, y, z) dz)
C
b
dx dy dz
= f ( x (t ), y (t ), z (t )) + g( x (t ), y (t ), z (t )) + h( x (t ), y (t ), z (t ) ) dt
dt dt dt
a
2
Untuk medan vektor di , F ( x,y ) = f ( x,y ) i + g ( x,y ) j , maka besar usaha
yang dilakukan gaya F ( x,y ) sepanjang kurva C yang dinyatakan oleh persamaan : x
= x(t) dan y = y(t) dengan a t b dituliskan :
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
193
Matematika Dasar
W= ( f (x , y) dx + g(x , y) dy)
C
b
dx dy
= f (x ( t ), y ( t )) + g( x ( t ), y ( t )) dt
dt dt
a
x = x , y = v(x) ; a x b
b
W= ( f (x , v (x )) + g(x , v (x )) v ' (x )) dx
a
Contoh 11.2
Tentukan besarnya usaha yang dilakukan medan vektor ( gaya ) , F ( x,y ) = ( x + 2y )
i + ( x - y ) j untuk memindahkan partikel sepanjang kurva / lintasan C yang diberikan
dengan persamaan : x = 2 cos t , y = 4 sin t dengan 0 t .
4
Jawab :
W = F d r = [(x + 2 y )dx + (x y )dy ]
C C
4
= [(2cos t + 8sin t )(2)sin t + (2 cos t 4sin t )4cos t ]dt = 1
0
Contoh 11.3
Hitung integral garis : ( yz dx xz dy + xy dz ) bila C merupakan kurva yang dinyatakan
C
dengan persamaan : x = et , y = e3t dan z = e t ; 0 t 1 .
Jawab :
1
( yz dx xz dy + xy dz ) = 3 e3t dt = 1 e3
C 0
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
194
Matematika Dasar
Contoh 11.4
2
Tentukan besar usaha yang dilakukan oleh gaya F ( x,y ) = y i + x j untuk
2
memindahkan partikel sepanjang kurva y = x dari titik ( -2,4 ) ke titik ( 2,4 ).
Jawab :
2
( ) (
W = y dx + x dy = x 2 + 2 x 3 dx =
2
) 16
3
C 2
Teorema Green
Suatu kurva C dari titik A ( x1,y1 ) sampai titik B ( x2,y2 ) dinyatakan dengan
persamaan x = x(t) dan y = y(t) ; a t b dikatakan kurva tutup bila ujung-ujungnya
saling berimpit, yaitu A = B atau x1(a) = x2(b) dan y1(a) = y2(b). Kurva tutup C
dikatakan kurva tutup sederhana bila kurva tidak berpotongan kecuali pada ujung-
ujungnya.
2
Misal diberikan medan vektor di , F ( x,y ) = f ( x,y ) i + g ( x,y ) j dengan medan
skalar f ( x,y ) dan g ( x,y ) kontinu dan mempunyai turunan parsial pertama kontinu
pada R ( Daerah R merupakan daerah yang dibatasi atau dilingkupi oleh kurva tutup
sederhana C ). Maka integral garis dari medan vektor F atas kurva tutup sederhana C
dengan arah positif ( arah positif dari lintasan tutup sederhana dapat diketahui bila kita
berjalan mengikuti larah lintasan tersebut daerah R selalu terletak di sebelah kiri kita )
dapat diselesaikan menggunakan integral rangkap dua berikut :
g f
( f (x , y ) dx + g (x , y ) dy) = x y dA
C R
Contoh 11.5
Hitung integral garis ( xy 2 dx x 2 y dy) , kurva C merupakan segmen garis dari titik
C
(0,0) ke ( 2,0 ) dan berakhir di ( 2,3 ).
Jawab :
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
195
Matematika Dasar
Y C = C1 C2 C3
dengan :
C1 segmen garis dari ( 0,0 ) ke ( 2,0 )
R C2 segmen garis dari ( 2,0 ) ke ( 2,3 )
C3 C2
C3 segmen garis dari ( 2,3 ) ke ( 0,0 )
Oleh karena itu, Bilamana integral garis
C1 X
diselesaikan secara langsung didapatkan
perhitungan berikut :
( xy 2 dx x 2 y dy ) = ( xy 2 dx x 2 y dy ) + ( xy 2 dx x 2 y dy ) + ( xy 2 dx x 2 y dy)
C C1 C2 C3
Sedangkan bila digunakan teorema Green maka didapatkan :
f g
f ( x , y ) = xy 2 = 2 xy ; g( x, y) = x2 y = 2 xy
y x
3
R = ( x , y ) 0 x 2, 0 y x
2
2 3x / 2
( )
xy 2 dx x 2 y dy = 4 xy dA = 4 xy dy dx = 18
C R 0 0
Dari bentuk teorema green di bidang, misal f ( x,y ) = -y dan g ( x,y ) = x. Maka :
( y dx + x dy) = x ( x) y ( y) dA = 2 dA . Hal ini dapat disimpulkan
C R R
bahwa luas daerah yang dilingkupi lintasan tutup sederhana C yaitu daerah R
mempunyai luas :
1
Luas R =
2
( y dx + x dy )
C
Contoh 11.6
Jawab :
2
1 1
Luas =
2
( y dx + x dy ) = 2 [(a cos t )(b cos t ) (b sin t )( a sin t )] dt = a b
C 0
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
196
Matematika Dasar
Kebebasan Lintasan
Secara umum, integral garis dari medan vektor F sangat bergantung dari bentuk kurva
C yang diberikan walaupun ujung-ujung dari kurva sama. Berikut akan dibahas syarat
perlu dan cukup agar integral garis dari suatu medan vektor F atas kurva C bernilai
sama walaupun bentuk kurva berbeda asal ujung-ujungnya tetap. Hal ini, kita katakan
integral garis bebas kurva / bebas lintasan / bebas tapak.
Misal D merupakan daerah pada bidang XOY dan F ( x,y ) = f( x,y ) i + g( x,y ) j
dengan medan skalar f ( x,y ) dan g ( x,y ) kontinu pada D. Maka integral garis :
( f ( x, y ) dx + g( x, y ) dy )
C
bebas lintasan di D bila terdapat fungsi P ( x,y ) ( disebut fungsi potensial ) sehingga
berlaku:
P ( x , y ) P ( x , y )
= f ( x , y ) dan = g (x, y)
x y
Syarat di atas dapat juga dituliskan bahwa integral garis bebas lintasan bila berlaku :
f ( x , y ) g ( x , y )
=
y x
P ( x , y ) P ( x , y )
Dari diferensial total fungsi P ( x,y ), dP ( x , y ) = dx + dy . Maka
x y
didapatkan : dP( x,y ) = f ( x,y ) dx + g ( x,y ) dy. Bila kurva C mempunyai arah dari
titik ( x1, y1 ) ke titik ( x2, y2 ) maka :
(x2 , y2 )
( f ( x, y ) dx + g ( x, y) dy ) = ( f ( x, y) dx + g ( x, y ) dy )
C (x1, y1 )
(x2 , y2 )
= d P ( x, y )
(x1, y1 )
= P(x 2 , y 2 ) P(x1 , y1 )
Medan vektor F sehingga integral garis dari F atas lintasan C bebas lintasan
2
dinamakan Konservatif. Untuk medan vektor di , F ( x,y ) = f( x,y ) i + g( x,y ) j
f ( x , y ) g ( x , y )
konservatif bila dan hanya bila = . Sedangkan untuk medan vektor di
y x
3
, F ( x,y,z ) = f( x,y,z ) i + g( x,y,z ) j + h ( x,y,z ) k konservatif bila dan hanya
g ( x , y , x ) h( x , y , z)
bila rot F = curl F = x F = atau = ,
z y
f ( x , y , x ) h( x , y , z) g ( x , y , x ) f ( x , y , z)
= dan = .
z x x y
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
197
Matematika Dasar
2 2
Bila C merupakan kurva tutup dan medan vektor F ( di atau ) konservatif maka
( f ( x , y) dx + g ( x, y) dy) = 0 atau ( f ( x, y , z) dx + g ( x , y , z) dy + h( x , y , z) dz) = 0 .
C C
Permasalahan yang dihadapi disini adalah bagaimana menentukan fungsi Potensial P
bila F konservatif. Misal F ( x,y ) = f( x,y ) i + g( x,y ) j konservatif. Maka untuk
P ( x , y ) P ( x , y )
menentukan fungsi P(x,y ) sehingga berlaku = f ( x , y ) dan = g (x, y)
x y
dilakukan berikut.
P( x , y )
Dari = f ( x , y ) , misal P ( x , y ) = f ( x , y ) dx = f1 ( x , y ) + k ( y ) . Maka
x
P ( x , y ) f1 ( x , y )
= + k ' ( y ) = g ( x , y ) . Sehingga diperoleh bentuk k (y) berikut :
y y
f ( x , y )
k ( y) = g (x , y ) 1 dy . Dengan cara sama dapat ditentukan fungsi potensial,
y
3
P dari medan vektor, F konservatif di .
Contoh 11.7
Selidiki apakah medan vektor F konservatif. Bila ya, tentukan P ( fungsi potensial )
F ( x,y ) = 3 y i + 3 x j
( ) (
F (x, y, z ) = e x cos y + yz i + xz e x sin y J + xy k)
Jawab :
a. f ( x,y ) = 3 y dan g ( x,y ) = 3x.
f g
Karena = = 3 maka F konservatif.
y x
Misal P ( x,y ) fungsi potensial. Maka :
P( x , y ) = f ( x , y ) dx = 3 y dx = 3xy + C ( y )
P( x , y )
= g ( x , y ) 3x + C '( y ) = 3x C ( y ) = C
y
Jadi P( x , y ) = 3xy + C
f f
b. f ( x , y , z ) = e x cos y + yz = e x sin y + z dan =y
y z
g g
g ( x , y , z ) = xz e x sin y = z e x sin y dan =x
x z
h h
h( x , y , z ) = xy = y dan =x
x y
Jadi F konservatif. Misal P ( x,y,z ) fungsi potensial. Maka
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
198
Matematika Dasar
1. Garis lurus.
2. Garis lurus dari ( 0,1 ) ke ( 1,1 ) kemudian dari ( 1,1 ) ke ( 1,2 ).
2
3. Parabola x = t dan y = t + 1.
( ) ( )
( Nomor 4 sd 6 ) Diketahui F ( x, y, z ) = 3 x 2 6 yz i + (2 y + 3 xz ) j + 1 4 xyz 2 k . Hitung
Fdr dari titik ( 0,0,0 ) sampai titik ( 1,1,1 ) melalui lintasan C
C
2 3
4. x = t, y = t , z = t .
5. Garis lurus.
6. Garis lurus dari ( 0,0,0 ) sampai ( 0,0,1 ) kemudian menuju ( 0,1,1 ) seterusnya
menuju ( 1,1,1 ).
2 2
lengkung tertutup merupakan batas dari daerah yang dibatasi oleh y = x dan y = x.
7. Perhitungan langsung.
8. Gunakan teorema Green.
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
199
Matematika Dasar
C
14. [( e y ) dx + ( cos y + x ) dy] ; C x + y = 1
x 3 3 2 2
( 3,2)
16.
( 0,0)
[ 2xe y dx + x 2 e y dy]
(1,1,1)
17.
( 0,0,0
[( 6xy )
3 + 2 z 2 dx + 9 x 2 y 2 dy + ( 4 xz + 1) dz
]
(1,1,1)
18. [( yz + 1) dx + ( xz + 1) dy + (xy + 1) dz]
( 0,1,0)
(1,0, )
19. [( y + z ) dx + ( x + z ) dy + (x + y) dz]
( 0,0,0)
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
200
Matematika Dasar
r ( x,y ) = x i + y j + z k = x i + y j + f ( x,y ) k
Normal n dari permukaan S diberikan,
i j k
r r
n= = 1 0 fx = fxi f y j + k
x y
0 1 fy
yang mempunyai arah ke atas, sedangkan normal yang mempunyai arah ke bawah
diberikan,
i j j
r r
n= = 0 1 fy = fxi + f y j k
y x
1 0 fx
Oleh karena itu, integral permukaan dengan vektor normal n mempunyai arah ke atas
dapat dituliskan :
( )( )
F n dA = f (x, y, z )i + g (x, y, z ) j + h(x, y, z )k f x i f y j + k dA
S D
= ( f )
f x g f y + h dA
D
Bentuk dA = dx dy atau dA = dy dx.
Contoh 11.8
Hitung F ndA bila F ( x,y,z ) = 18z i - 12 j + 3y k dan S merupakan bagian
S
dari bidang 2x + 3y + 6z = 12 yang terletak di oktan pertama.
Jawab :
Dari 2x + 3y + 6z = 12 didapatkan z = f ( x,y ) = 2 - 1/3 x - y dan vektor posisi dari
sembarang titik pada permukaan S, r ( x,y ) = x i + y j + z k = x i + y j + ( 2 - 1/3
r r 1 1
x - y ) k . Normal bidang, n = = i+ j+k .
x y 3 2
12 2x
Proyeksi dari S pada bidang XOY, D = (x , y) 0 x 6 , 0 y atau
3
12 3 y
D = ( x , y ) 0 x , 0 y 4
2
Jadi
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
201
Matematika Dasar
6 (12 2 x )3
1 1
F n dA = 18 z ( 12 ) + 3 y dy dx
S 0 0 3 2
6 (12 2 x)3
1 1 1 1
= 18 2 x y ( 12 ) + 3 y dy dx
3 2 3 2
0 0
6 (12 2 x)3
= (6 2 x )dy dx = 24
0 0
Seringkali dijumpai bentuk permukaan S bermuka dua ( mempunyai dua muka / sisi),
secara fisis kita dapat menghitung besarnya garis gaya ( fluks ) dari gaya / lapangan
vektor F ( x,y,z ) = f( x,y,z ) i + g( x,y,z ) j + h ( x,y,z ) k yang menembus
permukaan S menggunakan integral permukaan.
Misal S merupakan permukaan yang mempunyai dua sisi yang dinyatakan dengan
z = f ( x,y ). Maka besar garis gaya ( fluks ) dari gaya F ( x,y,z ) = f( x,y,z ) i + g(
x,y,z ) j + h ( x,y,z ) k menembus permukaan S dinyatakan oleh :
fluks F = F n dA = ( f )
f x g f y + h dA
S D
Contoh 11.9
Hitung besar garis gaya ( fluks ) dari F ( x,y,z ) = -y i + x j yang menembus
permukaan S yang merupakan bagian dari bidang z = 8x - 4y - 5 yang terletak di atas
segitiga dengan titik sudut ( 0,0,0 ), ( 0,1,0 ) dan ( 1,0,0 ).
Jawab:
Proyeksi S pada bidang XOY, D = {( x, y) 0 x 1, 0 y x + 1} .
1 x +1
fluks F = F n dA = ( f f x g f y + g )dA = ( ( y )(8) x( 4))dy dx = 2
S D 0 0
Satu cara dikenalkan untuk menentukan besar garis gaya ( fluks ) dari gaya F yang
menembus permukaan S. Bila permukaan S bermuka dua yang tertutup dan menutupi
volume V maka besar fluks dari F dicari menggunakan teorema divergensi.
Teorema Divergensi
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
202
Matematika Dasar
F n dA = div F dV
S S
Vektor normal n diambil yang mengarah keluar. Teorema di atas lebih dikenal dengan
Teorema Divergensi Gauss ( Teorema Gauss ).
Contoh 11.10
Hitung F n dA bila
S
F ( x,y,z ) = ( 2x - z) i + x2 y j - x z2 k dan S merupakan daerah yang dibatasi oleh
x = 0, x = 1, y = 0, y = 1, z = 0 dan z = 1
Jawab :
div F = f x + g y + hz = 2+ x 2 2 xz , S = {(x , y , z) 0 x 1, 0 y 1,0 z 1}
(2 + x2 2 xz )dx dy dz = 116
111
F n dA = div F dV =
S S 000
Contoh 11.11
Hitung besar fluks dari gaya F ( x,y,z ) = 4x i - 2 y2 j + z2 k yang menembus
permukaan S yang dibatasi oleh x2 + y2 = 4, z = 0 dan z = 3.
Jawab :
div F = f x + g y + hz = 4 4 y + 2 z ,
S= {(x, y, z) 2 x 2, 4 x 2 y 4 x 2 ,0 z 3 }
3 2 4 x 2
F n dA = div F dV = (4 4 y + 4 z )dy dx dz
S S 0 2 4 x 2
3 2 4 x 2
= 4 (4 4 y + 4 z )dy dx dz = 120 128
00 0
Teorema Stokes
Misal S permukaan terbuka bermuka dua dinyatakan oleh z = f(x,y) yang dibatasi oleh
lengkungan / lintasan tutup sederhana C. Maka integral dari F ( x,y,z ) = f( x,y,z ) i +
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
203
Matematika Dasar
Contoh 11.12
Diketahui lapangan vektor F ( x,y,z ) = 3 y i - x z j + y z2 k dan S permukaan
paraboloida 2 z = x2 + y2 dibatasi oleh z = 2 dengan lintasan C merupakan kelilingnya.
Gunakan teorema Stokes untuk menghtiung curl F n dA
S
Jawab :
Lintasan C, x2 + y2 = 4 , z = 2 atau x = 2 cos t, y = 2 sin t , z = 2 dengan 0 t 2.
( )
2
curl F n dA = F d r = 3 y dx xz dy + yz 2 dz = (3(2sin t )( 2sin t ) (2cost )(2))dt
S C C 0
= 12
( Nomor 4 sd 6 ) Hitung besar fluks dari gaya F yang menembus permukaan S bila
$
Lintasan C mempunyai arah positif bila seseorang berjalan menyusuri lintasan tersebut maka
permukaan S selalu terletak di sebelah kirinya.
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
204
Matematika Dasar
(
z = x2 + y2 )1/ 2 yang terletak di dalam tabung x 2
+ y2 = 1.
Danang Mursita
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom