Halaman Judul i
Prakata ii
Daftar Isi iii
Bab 1 Pendahuluan 1
1.1 Metode Elemen Hingga 1
1.2 Aplikasi Metode Elemen Hingga 4
1.3 Perkembangan Metode Elemen Hingga 9
1.4 Dasar-dasar Mekanika Komputasi 10
1.5 Teori Elastisitas 12
1.6 Hubungan Regangan dengan Peralihan 15
1.7 Hubungan Tegangan dengan Regangan 16
1.8 Referensi 17
iii
4.1.5 Kondisi Batas 58
4.1.6 Solusi Pendekatan dan Solusi Eksak 58
4.2 Interpolasi dan Bentuk Fungsi 59
4.2.1 Derajat Kontinuitas 59
4.2.2 Interpolasi C0 60
4.2.3 Interpolasi C1 61
4.3 Persamaan untuk Matriks Elemen 62
4.3.1 Elemen Batang 63
4.3.2 Elemen Balok 64
4.4 Referensi 65
iv
Bab 1 - Pendahuluan
BAB 1
PENDAHULUAN
(a). Struktur aktual (b). Model elemen hingga. (c). Elemen segiempat bidang.
Gambar 1.1 Struktur aktual dan model elemen hingga [1].
Gambar 1.2 Fungsi kombinasi = (x,y) dan elemen tipikal pendekatan [1].
Didalam suatu elemen segiempat (Gambar 1.2), adalah fungsi linier dari
x dan y. elevasi dan inklinasi elemen dapat didefinisikan dengan tiga nilai titik
nodal dari . Dua elemen tidak harus mempunyai elevasi dan kemiringan yang
sama. Ilustrasi ini memperlihatkan esensi dari metode elemen hingga, yaitu
pendekatan bagian demi bagian untuk fungsi dengan menggunakan polynomial,
yang mana masing-masing terdefinisi pada elemen yang kecil dan dinyatakan
dalam nilai-nilai titik nodal dari fungsi tersebut [1].
Untuk permasalahan struktur dengan bentuk geometri dan pembebanan
yang kompleks, hal ini tidak dapat diselesaikan dengan persamaan diferensial
parsial, namun dapat diselesaikan dengan metode numerik pendekatan metode
elemen hingga. Daerah yang dianalisis dapat mempunyai bentuk, beban, dan
kondisi batas sembarang. Elemen-elemen kecilnya dapat terdiri atas elemen yang
berbeda jenis, bentuk dan besaran fisiknya. Kemudahan penggunaan berbagai hal
tersebut bisa saja tergabung pada satu program komputer, yaitu dengan
menyiapkan data jenis, geometri, kondisi batas, elemen, dan sebagainya.
Keunggulan lain adalah adanya arti fisik yang cukup dekat antara elemen-
elemen kecil (jaring elemen) dengan struktur aktualnya. Metode elemen hingga
mempunyai kelemahan yaitu hasilnya berupa hasil numerik, tidak ada persamaan
bentuk tertutup yang dapat dipakai untuk kasus serupa yang hanya berbeda
parameternya.
unit pendekatan
n - pendekatan
a) error besar b) error kecil
Metode Elemen Hingga dewasa ini telah menjadi bagian tak terpisahkan
dari solusi numerik di dunia teknik/rekayasa. FEM diaplikasikan secara luas mulai
dari analisis stress (tegangan) dan deformasi (perubahan bentuk) pada bidang
struktur bangungan, jembatan, penerbangan, dan otomotif, sampai pada analisis
aliran fluida, perpindahan panas, medan magnet, dan masalah non-struktur lainnya
[10]. Kemajuan yang sangat pesat di bidang komputer baik perangkat lunak
maupun perangkat keras telah menyebabkan FEM diterapkan secara masif pada
level yang belum pernah dibayangkan sebelumnya. Dengan kecanggihan
komputer sekarang, masalah rekayasa yang rumit dapat dimodelkan dengan relatif
mudah. Waktu yang diperlukan untuk memecahkan problem pun semakin singkat.
Penggunaan CAE (Computer Aided Engineering) semakin mendapatkan tempat di
dunia manufaktur karena memberikan banyak keuntungan dan kemudahan, antara
lain sebagai berikut:
1. Mengurangi frekuensi uji coba produk. Pengurangan jumlah uji coba berakibat
langsung pada pengurangan biaya untuk pengembangan produk baru dan
pengurangan waktu penelitian dan pengembangan produk. Untuk uji coba
diperlukan prototipe produk. Harga sebuah prototipe produk yang belum
diproduksi masal adalah sangat tinggi, sebagai contoh, salah satu standar uji
kelayakan mobil penumpang adalah performa pada saat tabrakan. Apabila uji
coba tabrakan mobil dilakukan berkali-kali, tentu saja biaya yang dibutuhkan
sangat besar. Selain itu, untuk membuat satu prototipe diperlukan waktu yang
tidak singkat, semakin banyak prototipe yang harus dibuat, maka akan
Gambar 1.7 Simulasi numerik untuk mengetahui perilaku kekuatan dan kekakuan
struktur stadion dengan SAP2000 [6].
diterbitkan sepuluh makalah mengenai elemen hingga, pada tahun 1966 terbit 134
makalah, dan pada tahun 1971 terbit 844 makalah. Pada tahun 1979 jumlah
publikasi elemen hingga mencapai lebih dari 7000 makalah.
ilmu pengetahuan yang relatip masih baru, yaitu sistem mekanika yang
mempelajari interaksi antara struktur dan fluida.
Yang terakhir adalah sistem, merupakan identifikasi dari objek mekanika,
baik itu buatan maupun natural, sebagai contoh pesawat, bangunan, jembatan,
mesin, mobil, teleskop, robot (buatan); dan amuba, pohon, ekologi, astronomi,
kosmologi (natural).
mempunyai dimensi gaya per satuan volume dan dapat berasal dari gravitasi,
percepatan, medan magnetic, dan sebagainya. Gaya-gaya tersebut bernilai positif
apabila bekerja dalam arah koordinat positif. Pada setiap satuan volume atau
disebut (dV = 1 dx dy), Fx dan Fy menyebabkan gaya-gaya total FxdV dan FydV.
Pada umumnya tegangan merupakan fungsi dari koordinat. Dengan demikian,
sebagai contoh, x,x adalah laju perubahan x terhadap x, dan x,xdx merupakan
perubahan x pada jarak dx. Keseimbangan gaya-gaya dalam arah x harus
terpenuhi, yaitu sebagai berikut,
x t dy xy t dx x x , x dx t dy (1.1)
xy xy. y dy t dx Fx t dx dy 0
xy. x y. y Fy 0 (1.2b)
y + y.y dy
xy + xy.y dy
Fy xy + xy.x dx
x dx Fx x + x.x dx
xy dy
xy
y
Gambar 1.13 Tegangan dan gaya benda per satuan volume yang bekerja pada
suatu elemen bidang yang sangat kecil.
Dalam konteks 3 (tiga) dimensi, vektor gaya badan adalah sebagai berikut,
F
Fx Fy Fz
(1.3)
xy 1 2
u u ,y dy u
v v ,x dx v
u , y v, x (1.7)
dy dx
Hubungan regangan-peralihan dapat dinyatakan dalam bentuk matriks baik
dalam konteks 2 (dua) dimensi maupun 3 (tiga) dimensi sebagai berikut,
0
x x
u
y 0 (1.8a)
y v
xy
x y
x 0 0
x 0 0
y
y u
0 0
z z v
(1.8b)
xy 0 w
xz x y
yz 0
y z
0
x z
E C 1 (1.9c)
yang mana [C] adalah matriks besaran-besaran material, [E] adalah matriks
kekakuan material.
Tipe material yang dikenal secara luas, antara lain isotropik dan ortotropik.
Material isotropik adalah material dengan besaran properti sama pada ketiga arah
utamanya yang saling tegaklurus. Sebagai contoh material beton dan baja.
Sedangkan material ortotropik adalah material dengan besaran properti
berbeda-beda pada masing-masing arah utamanya yang saling tegaklurus. Sebagai
contoh adalah material kayu. Kayu mempunyai properti mekanis berbeda pada
masing-masing sumbu utamanya.
Secara detail, Persamaan 1.9a (untuk material ortotropik) dapat dituliskan
kedalam persamaan sebagai berikut,
1 RL TL
E 0 0 0
Ey Ez
x
xy 1 zy
0 0 0
x Ex Ey Ez x
y xz yz 1
0
y
0 0
z Ex Ey Ez z
(1.10)
yz 0 0 0
1
0 0
yz
xz G yz xz
xy 1 xy
0 0 0 0
Gxz
0
1
0 0 0 0 0
Gxy
Dimana terdapat hubungan yaitu,
v yx vxy
(1.11a)
Ey Ex
vzx vxz
(1.11b)
Ez Ex
vzy v yz
(1.11c)
Ez Ey
Untuk material isotropik, karena besaran properti pada semua arah utamanya
adalah sama, maka Ex = Ey = Ez = E, demikian pula berlaku untuk masing-masing
nilai untuk G dan v, serta untuk material isotropik berlaku persamaan,
E
G (1.12)
2(1 v)
1.8 Referensi
1. Cook, R.D., Malkus, D.S., Plesha, M.E., Witt, R.J. (2002). “Concepts and
Applications of Finite Element Analysis”, John Wiley and Sons, Inc., New
York, USA.
2. Felippa, C.A. (2004). “Introduction to Finite Element Methods”, Department
of Aerospace Engineering Sciences and Center for Aerospace Structures,
University of Colorado, Boulder, Colorado 80309-0429, USA.
BAB 2
PENGANTAR
METODE ELEMEN HINGGA
2.1 Terminologi
Langkah dasar dalam mempelajari metode elemen hingga dengan cara
pendekatan fisik selengkapnya diilustrasikan pada Gambar 2.1 [2]. Tiga tahapan
utama adalah idealisasi, diskretisasi, dan solusi. Setiap tahapan berpotensi
menghasilkan kesalahan (error).
2.2 Idealisasi
Idealisasi (pemodelan matematika) merupakan bentuk fisik dari suatu
model struktur yang sebenarnya untuk dianalisis dalam bentuk model matematika
[2]. Tahapan ini adalah tahapan yang paling penting, karena benar atau tidak, serta
tepat dan tidaknya suatu perhitungan suatu struktur bangunan, tergantung dari
idealisasi model struktur dari bentuk yang sebenarnya bangunan tersebut
dibangun, menjadi suatu model matematika untuk dianalisis (perhitungan struktur
tersebut).
Sebagai contoh, Gambar 2.2 memperlihatkan perencanaan suatu struktur
rangka atap. Sesuai terminologi Gambar 2.1, maka dari bentuk struktur yang
Kata model dapat diartikan salinan dari suatu bentuk aslinya dalam skala
tertentu. Model dibuat untuk sarana simulasi perilaku suatu bentuk asli tersebut.
Sebagai contoh, suatu model jembatan dibuat untuk keperluan simulasi struktur
jembatan apabila terdapat beban-beban yang bekerja, sehingga dapat dipelajari
perilaku kekuatan dan kekakuan struktur jembatan tersebut. Apabila hasil simulasi
model jembatan tersebut telah memperlihatkan bahwa bangunan aman, maka
2.3 Diskretisasi
Pada tahapan diskretisasi, ada dua solusi utama yang dapat dipilih, yaitu
solusi analitikal dan solusi secara numerikal. Solusi secara analitis (analitikal)
adalah pendekatan yang lebih intelektual, sedangkan solusi numerikal keakuratan
hasilnya bergantung dari model yang dibuat. Gambar 2.3 memperlihatkan ilustrasi
perhitungan luas area suatu bidang.
Dalam penyelesaian dengan solusi numerikal, hasil akan akurat apabila
jumlah n (pendekatan) semakin banyak sehingga hasil akan semakin teliti. Hal ini
secara skematik dapat dibuktikan melalui Gambar 2.3, dimana pada model elemen
hingga Gambar 2.3b menggunakan pendekatan jumlah n yang lebih banyak
dibandingkan dengan model pertama Gambar 2.3a, sehingga hasil yang diperoleh
akan lebih akurat, dalam arti error yang terjadi lebih kecil.
unit pendekatan
n - pendekatan
a) error besar b) error kecil
tidak uniform dari tumpuan bawah sampai dengan puncak (atas). Dalam
penyelesaiannya, dengan menggunakan pendekatan metode elemen hingga, maka
dibuat representasi elemen hingga dengan membagi menjadi tiga elemen (model
diskretisasi).
Gambar 2.4 Diskretisasi model struktur sebenarnya menjadi elemen hingga [1].
Gambar 2.5 Diskretisasi model struktur menjadi satu elemen dan dua elemen [4].
Gambar 2.7 Geometri elemen hingga dalam kontek 1D, 2D, dan 3D [2].
2.7 Referensi
1. Cook, R.D., Malkus, D.S., Plesha, M.E., Witt, R.J. (2002). “Concepts and
Applications of Finite Element Analysis”, John Wiley and Sons, Inc., New
York, USA.
BAB 3
ELEMEN SATU DIMENSI
DAN PROSEDUR
KOMPUTASI
3.1 Pendahuluan
Elemen satu dimensi, sebagai contoh antara lain batang yang diberi beban
aksial dan balok sederhana (tumpuan sendi-rol) dengan beban terpusat ditengah
bentang. Definisi elemen batang (bar) adalah elemen yang hanya dapat menahan
dan menyalurkan gaya aksial saja, sedangkan elemen balok (beam) adalah elemen
yang dapat menahan gaya-gaya aksial, geser, dan momen lentur [3].
Dalam analisis struktur, dimana pengaruh waktu tidak diperhitungkan,
artinya beban yang bekerja tidak bergantung terhadap waktu, suatu struktur
rangka batang (truss) dengan jumlah batang n, dapat dimodelkan dengan
menggunakan sejumlah n elemen batang. Demikian pula pada suatu struktur
frame yang disusun oleh sejumlah n balok (dan kolom), dapat dimodelkan dengan
menggunakan sejumlah n elemen balok.
Untuk contoh studi kasus elemen batang dengan dua titik nodal, dimana
hanya terjadi peralihan (displacement) aksial pada titik nodal, maka matriks [k]
adalah matriks berukuran 2x2 sesuai Persamaan 3.2. Vektor {r} bertanda negatif,
karena asumsi yang digunakan dalam pembahasan ini adalah vector {r} diartikan
sebagai beban yang berhubungan dengan deformasi elemen, yang diaplikasikan
oleh elemen terhadap titik nodal struktur pada elemen yang akan disambungkan.
Maka,
T
-{r} = F1 F2 (3.4)
k k 0 AE 1
-{r} = (3.5)
k k 1 L 1
maka regangan dalam hal ini adalah = u2/L.
Untuk struktur yang disusun oleh dua elemen batang (penampang uniform
dan material elastik), maka persamaan kekakuan strukturnya dapat dituliskan
sebagai berikut,
[K]{D} = {R} (3.6a)
k1 k1 0 u1 F1
k
1 k1 k2 k2 u2 F2 (3.6b)
0 k2 k2 u3 F3
dimana [K] adalah matriks kekakuan struktur atau disebut pula matriks kekakuan
global.
Gambar 3.3 Struktur yang tersusun dari dua buah elemen batang [3].
X 0 0 X 0 0 u1
0 Y1 Y2 0 Y1 Y2 v1
0 Y2 Y3 0 Y2 Y4 z1
[k] = (3.9a)
X 0 0 X 0 0 u2
0 Y1 Y2 0 Y1 Y2 v2
0 Y2 Y4 0 Y2 Y3 z 2
dimana:
AE
X (3.9b)
L
12 EI Z
Y1 (3.9c)
1 y L3
6 EI Z
Y2 (3.9d)
1 y L2
Y3
4 EI
y Z
(3.9e)
1 Ly
Y4
2 EI
y Z
(3.9f)
1 Ly
12 EI Z k y
y (3.9g)
AGL2
dimana A/ky adalah luas geser efektif untuk deformasi geser transversal pada arah
y. Sebagai contoh, nilai ky untuk penampang persegi adalah sebesar 1,2,
sedangkan untuk penampang lingkaran berlubang dengan dinding tipis adalah
sebesar 2,0 [3].
Elemen balok tiga dimensi (3D beam element) tidak dibahas dalam buku
ini, namun apabila hendak dipelajari secara mandiri, dasar teori yang digunakan,
sebagai contoh dapat dilihat pada tinjauan literatur referensi buku Concepts and
Applications of Finite Element Analysis halaman 27-29 [3].
Gambar 3.5 D.o.f titik nodal lokal dan global untuk elemen batang [3].
l m1 n1 0 0 0
[T] = 1 (3.17)
0 0 0 l1 m1 n1
Matriks transformasi dari koordinat lokal menjadi global adalah sebagai berikut,
0 0 0
0 0 0
[T] = (3.19a)
0 0 0
0 0 0
l1 m1 n1
l2 m2 n2 (3.19b)
l3 m3 n3
Gambar 3.8 Vektor V yang dalam tinjauan komponen uvw (sistem koordinat
global) dan u’v’w’ (koordinat lokal) [3].
r
i re
i P
0
i 1 i 1
(3.20)
N els
{R} = {P}+ re
i (3.22b)
i 1
b1 b2 b3 d1
[k ]2 d
2 b4 b5 b6 d 2 untuk elemen kedua (3.23b)
b7 b8 b9 d3
r2 a4 d1 a5 d 2 a6 d3 (3.24b)
r3 a7 d1 a8 d 2 a9 d3 (3.24c)
dan penomoran titik nodal struktur untuk elemen pertama sebagai berikut,
r1s a1 D1 a2 D2 a3 D3 (3.25a)
r4s a4 D1 a5 D2 a6 D3 (3.25b)
r2s a7 D1 a8 D2 a9 D3 (3.25c)
Untuk elemen pertama, maka persamaan sebagai berikut,
r1s a1 a3 0 a2 D1
s
r2 a7 a9 0 a8 D2
s (3.26)
r3 0 0 0 0 D3
r4 a4 a6 0 a5 D4
s
Sedangkan untuk elemen kedua, caranya sama. Maka matriks kekakuan elemen
total adalah sebagai berikut,
a1 a3 0 a2 0 0 0 0
a a9 0 a8 0 b 9 b8 b7
[K ] [k ]1 [k ]2 7 (3.27)
0 0 0 0 0 b6 b5 b4
a4 a6 0 a5 0 b3 b2 b1
Contoh soal sebagai berikut, struktur rangka batang yang tersusun oleh
tiga buah elemen batang, dengan beban berupa beban terpusat P pada titik nodal 1
(satu), arah beban vertikal kebawah, selengkapnya ditampilkan pada Gambar 3.10.
Hasil perhitungan contoh soal diatas adalah sebagai berikut (belum menerapkan
kondisi batas pada tumpuan titik nodal 2 dan titik nodal 3),
k3 0,36k2 0, 48k2 k3 0 0,36k2 0, 48k2 u1 0
0, 48k 0, 64k2 0 0 0, 48k2 0, 64k2 v1 P
2
k3 0 k3 0 0 0 u2 p2
0 0 0 k1 0 k1 v2 q2
0,36k2 0, 48k2 0 0 0,36k2 0, 48k2 u3 p3
0, 48k2 0, 64k2 0 k1 0, 48k2 k1 0, 64k2 v3 0
(3.28)
Penerapan kondisi batas, yaitu titik nodal 2 dimodelkan sendi dan titik nodal 3
adalah rol, maka u2 = v2 = u3 = 0, maka Persamaan 3.28 menjadi sebagai berikut,
k3 0,36k2 0, 48k2 0 0 0 0, 48k2 u1 0
0, 48k 0, 64k2 0 0 0 0, 64k2 v1 P
2
0 0 1 0 0 0 u2 0
(3.29)
0 0 0 1 0 0 v2 0
0 0 0 0 1 0 u3 0
0, 48k2 0, 64k2 0 0 0 k1 0, 64k2 v3 0
Gambar 3.11 Gaya-gaya titik nodal dan tegangan yang terjadi dari elemen-
elemen batang yang dibebani aksial [3].
3.8 Soal
1. Soal latihan pertama
Diketahui struktur elemen batang dua titik nodal (Gambar 3.15), dengan luas
penampang batang bervariasi secara linier dengan nilai luas penampang sebesar
cA 0
A0
P P
Penyelesaian:
3A 0
A0
P P
dx
LT
P dx
d
EA( x )
x
A( x ) A0 2A0
LT
Maka elongasi:
LT P dx P LT dx
0 x
EA0
0
1
2
x
E A0 2 A0
LT LT
PLT 2 PLT
ln3 ln1 PLT ln3
LT
2 EA0
0
ln1
x
LT 2 EA0 2 EA0
PLT
0.5493
EA0
Penyelesaian:
Matrik kekakuan dengan pemodelan rata-rata luasan yang diambil pada tengah-
tengah elemen.
u1
A avg
A avg
A0 F1 F2
cA 0
u2
0.5L 0.5L A avg
F1 F2
L
(1 c)
Aavg A0
2
Dengan mengambil nilai rata-rata luas penampang maka matrik kekakuannya
dapat diambil sama dengan matrik kekakuan batang aksial penampang non-
prismatik biasa yaitu:
EAavg 1 1 u1 F1 EA0 1 c 1 1 u1 F1
1 1 u F atau
L 2 2 L 2 1 1 u 2 F2
A0 = A ; c=3
EA 1 3 1 1 u1 P 2 EA 1 1 u1 P
1 1 u P Æ L 1 1 u P
L 2 2 2
0.5L 0.5L
Elemen #1:
A0 = A ; c=2 ; L’ = 0.5 L
1 1 0 u1 P 3 3 0 u1 P
EA 1 2 EA
1 1 0 u 2 0 Æ 3 3 0 u 2 0
0.5L 2 L
0 0 0 u 3 0 0 0 0 u 3 0
Elemen #2:
A0 = 2A ; c = 1.5 ; L’ = 0.5 L
0 0 0 u1 0 0 0 0 u1 0
2 EA 1 1.5 EA
0 1 1 u 2 0 Æ 0 5 5 u 2 0
0.5L 2 L
0 1 1 u 3 P 0 5 5 u 3 P
Struktur keseluruhan:
3 3 0 u1 P
EA
3 8 5 u 2 0
L
0 5 5 u3 P
Maka,
1
u1 EA 3 3 P
u 2 L 3 8 0
u1 PL 815
1
u 2 EA 5
Error 2.91%
7A/3 3A
5A/3
A
P P
1 2 3
1 2 3 4
Elemen #1:
A0 = A ; c = 5/3 ; L’ = L/3
1 1 0 0 u1 P 4 4 0 0 u1 P
EA 1 3 1 1
5 0 0 u 2 0
EA 4 4 0 0 u 2 0
Æ
L/3 2 0 0 0 0 u 3 0 L 0 0 0 0 u 3 0
0 0 0 0 u 4 0 0 0 0 0 u 4 0
Elemen #2:
A0 = 5A/3 ; c = 7/5 ; L’ = L/3
0 0 0 0 u1 0 0 0 0 0 u1 0
0 1 1
3 EA 1 5
5 7 0 u 2 0 0 6 6
EA 0 u 2 0
Æ
L/3 2 0 1 1 0 u 3 0 L 0 6 6 0 u 3 0
0 0 0 0 u 4 0 0 0 0 0 u 4 0
Elemen #3:
A0 = 7A/3 ; c = 9/7 ; L’ = L/3
0 0 00 u1 0 0 0 0 0 u1 0
3 EA 1 7 0
7 9 0 0 0 u 2 0
EA 0 0 0 0 u 2 0
Æ
L/3 2 0 0 1 1 u 3 0 L 0 0 8 8 u 3 0
0 0 1 1 u 4 P 0 0 8 8 u 4 P
Struktur keseluruhan:
4 4 0 0 u1 P
4 10 6
EA 0 u 2 0
L 0 6 14 8 u 3 0
0 0 8 8 u 4 P
maka,
1
u1 4 4 0 P
EA
u
2
L 4 10 6 0
u 0 6 14 0
3
u1 13 24
PL 7
u 2 24
u AE 1
3 8
Error 1.39%
Elemen #1:
A0 = A ; c = 1.5 ; L’ = L/4
1 1 0 0 0 u1 P 5 5 0 0 0 u1 P
1 1
0 0 0 u 2 0 5 5 0 0 0 u 2 0
EA 1 1.5 EA
0 0 0 0 0 u 3 0 Æ 0 0 0 0 0 u 3 0
L/4 2 L
0 0 0 0 0 u 4 0 0 0 0 0 0 u 4 0
0 0
0 0 0 u 5 0 0 0
0 0 0 u 5 0
Elemen #2:
A0 = 1.5A ; c = 4/3 ; L’ = L/4
0 0 0 0 0 u1 0
0 1 1
0 0 u 2 0
1.5 EA 1 4 / 3
0 1 1 0 0 u 3 0
L/4 2
0 0 0 0 0 u 4
0
0 0 0 0 0 u 5 0
0 0 0 0 0 u1 0
0 7 7
0 0 u 2 0
EA
0 7 7 0 0 u 3 0
L
0 0 0 0 0 u 4
0
0 0 0
0 0 u 5 0
Elemen #3:
A0 = 2A ; c = 1.25 ; L’ = L/4
0 0 0 0
0 u1 0
0
0 0 0 0 u 2 0
2 EA 1 1.25
0 0 1 1 0 u 3 0
L/4 2
0 0 1 1 0 u 4
0
0 0 0 0 0 u 5 0
0 0 0 0
0 u1 0
0
0 0 0 u 2 0
0
EA
0 0 9 9 0 u 3 0
L
0 0 9 9 0 u 4
0
0 0 0 0 0 u 5 0
Elemen #4:
A0 = 2.5A ; c = 1.2 ; L’ = L/4
0 0 0 0 0 u1 0
0
0 0 0 0 u 2 0
2.5 EA 1 1.2
0 0 0 0 0 u 3 0
L/4 2
0 0 0 1 1 u 4
0
0 0 0 1 1 u 5 P
0 0 0 0
0 u1 0
0
0 0 0 u 2 0
0
EA
0 0 0 0 0 u 3 0
L
0 0 0 11 11 u 4
0
0
0 0 11 11 u 5 P
Struktur keseluruhan:
5 5 0 0 0 u1 0
5 12 7 0
0 u 2 0
EA
0 7 16 9 0 u 3 0
L
0 0 9 20 11 u 4
0
0 0 0 11 11 u 5 P
maka,
1
u1 5 5 0 0 P
u 5 12 7 0 0
2 EA
u
3 L 0 7 16 9 0
u 4
0 0 9 20 0
u1 1888 3465
u
2 PL 239 693
20
u 3 AE 99
u 4 111
Error 0.81%
q
¼¼¼¼¼¼¼¼
L L
Penyelesaian:
a. Memakai 1 elemen panjangnya 2L
q
H 1
¼¼¼¼¼¼¼¼
2
L L
qL
1
2
1.5L 0.5L
0.25qL
0.75qL
0.25qL/A
x 0.75qL/A
qL2
Sehingga u 2 0.75
AE
x 0.75qL/A
(a) Tegangan dihitung dari u saja
0.25qL/A
x
0.75qL/A
(b) Tegangan jika nodal elemen ditahan
qL/A
x 0.0
(c) Tegangan elemen "final" (a+b)
L L
q
¼¼¼¼¼¼¼¼
2 3
qL/2
qL/2
qL/2A
x qL/2A
u 2 L qL
.
u 3 AE 1.5qL
Reaksi tumpuan dicari dengan memasukkan nilai u ke matrik kekakuan awal sbb:
0
H
1 1 0 qL qL
1.5qL
u 2 u1 E qL2 qL
1 2 E 0 .
L L AE A
qL/A
0.5qL/A
x
(a) Tegangan dihitung dari u saja
qL/2A
x qL/2A
qL/A
x 0.0
(c) Tegangan elemen "final" (a+b)
y
M0 M0
x
Penyelesaian:
Ring yang dibebani seperti diatas simetri baik dalam hal struktur maupun beban
sehingga dapat dimodelkan hanya menggunakan ¼ bagian saja. Adapun B.C dari
bagian tersebut dan juga pembebanannya harus dibuat sebagai berikut:
Fixed
y
0.5M 0
x
Rol
Model Struktur ¼ Ring
Untuk membuktikan, ditinjau rangka berbentuk ring penuh dan ¼ bagian ring, lalu
diberikan momen nodal dengan perbandingan yang sama seperti pada gambar.
Dari program SAP2000 dapat digambarkan Bending Moment Diagram,
3.9 Referensi
1. ADINA R&D, Inc. (2009). ”ADINA version 8.6.2 Theory and Modelling
Guide Volume 1”, ADINA R&D, Inc., 71 Elton Ave., Watertown, MA 02472,
USA.
2. Computer and Structures, Inc. 2005. “SAP2000 version 8.3.8 Reference”,
Computer and Structures, Inc., Berkeley.
3. Cook, R.D., Malkus, D.S., Plesha, M.E., Witt, R.J. (2002). “Concepts and
Applications of Finite Element Analysis”, John Wiley and Sons, Inc., New
York, USA.
4. Felippa, C.A. (2004). “Introduction to Finite Element Methods”, Department
of Aerospace Engineering Sciences and Center for Aerospace Structures,
University of Colorado, Boulder, Colorado 80309-0429, USA.
BAB 4
ELEMEN-ELEMEN DASAR
4.1 Preliminary
Hampir semua elemen yang dipelajari dalam bab ini adalah berbasis
perpindahan. Bab ini mempelajari interpolasi dan elemen-elemen sederhana dalam
lingkup berbasis perpindahan, serta bagaimana memformulasikan matrik
kekakuan. Sebagian elemen dapat di-formulasikan dengan menggunakan metode
kekakuan langsung (direct stiffness method), seperti yang telah diterapkan pada
elemen batang dan elemen balok. Secara umum, formulasi elemen untuk
mekanika struktur menggunakan dasar teori analisis tegangan yang ada, termasuk
didalamnya hubungan tegangan-regangan, hubungan regangan-peralihan, dan
prinsip enerji [3]. Formula yang ditinjau dalam bab ini berbasis koordinat
kartesian. Apabila diperlukan, maka formula untuk koordinat polar dan silindrikal
dapat disusun pula.
Dalam bab ini akan dibahas prinsip kerja virtuil untuk elemen batang
(bar) dan elemen balok (beam) 1 dimensi.
1 v 0
E
[E] v 1 0 (4.4a)
1 v2 1 v
0 0
2
1 v
E 0
E
v 1
[E] 1 0 (4.4b)
E E
0 1
0
G
dimana v adalah rasio poisson dan G adalah modulus geser, yang mana dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berikut,
E
G (4.5)
21 v
Dalam bentuk umum, apabila diperhitungkan tegangan awal,
1 v
0
x E E
v 1 x x0
y 0 y y 0 (4.6)
E E
xy 0 1 xy
xy 0
0
G
Regangan awal {0} dapat terjadi akibat, sebagai contoh perubahan suhu,
perubahan kadar air, atau radiasi.
v
y (4.7b)
y
u v
xy (4.7c)
y x
x u,x (4.8a)
y u, y (4.8b)
xy u , y v, x (4.8c)
Dalam tinjauan struktur tiga dimensi, peralihan dalam koordinat x, y, dan z adalah
sebagai berikut,
u = u(x,y,z) (4.9a)
v = v(x,y,z) (4.9b)
w = w(x,y,z) (4.9c)
z w, z (4.10a)
yz v, z w, y (4.10b)
zx w, x u , z (4.10c)
x 0 0
x 0 0
y
y u
z 0 0
z v
(4.11b)
xy 0 w
xz x y
yz 0
y z
0
x z
4.1.3 Kompatibilitas
Ketika suatu struktur benda mengalami deformasi yang kontinu (tidak
patah), tidak terjadi retak, lentur yang terjadi tidak berlebihan, dan partikel
material tidak saling overlap. Persamaan kompatibilitas memerlukan kondisi yaitu
deformasi yang terjadi kontinu dan mempunyai nilai tunggal pada setiap
posisinya. Pada lingkup permasalahan struktur berbentuk bidang, persamaan
kompatibilitas sebagai berikut,
x , yy y , xx
xy , xy (4.12)
Dari persamaan tersebut, dapat dilihat bahwa regangan harus selalu ada agar
kondisi kompatibilitas terpenuhi.
(4.13)
Selanjutnya, persamaan untuk benda solid dua dimensi, persamaan menjadi
sebagai berikut,
x , x xy , y Fx 0 (4.14a)
xy , x y , y Fy 0 (4.14b)
xy , x y , y yz , z Fy 0 (4.15b)
zx , x yz , y z , z Fz 0 (4.15b)
Dalam bentuk umum (dua dimensi maupun tiga dimensi) dapat dituliskan sebagai
berikut,
T {} {F} {0} (4.16)
dimana,
X 1 x x ... x
2 n
(4.18a)
T
a ao a1 a 2 ... a n (4.18b)
dimana n = 1 untuk interpolasi linier, dan n = 2 untuk interpolasi kuadratik, dan
seterusnya. Hubungan Persamaan 4.17 dengan Persamaan 4.18 dapat dinyatakan
sebagai berikut,
e A [a} (4.19a)
N [ e } (4.19b)
1
N X [ A] N1 N 2 ... (4.19c)
Nilai individu dari Ni pada matrik N disebut bentuk fungsi (shape function).
4.2.2 Interpolasi C0
Interpolasi linier antara titik-titik (x1,1) dan (x2,2), dimana X 1 x
adalah telah dijelaskan pada Persamaan 4.18a. maka diperoleh,
1 a 0 1 x1
A dimana A (4.20)
2 a1 1 x 2
Dengan meng-invers matrik [A] maka diperoleh,
1 x2 x1
A1 1 (4.21a)
x 2 x1 1
x2 x x x1
N (4.21b)
x 2 x1 x 2 x1
Dua bentuk fungsi linier N1 dan N2 dijelaskan secara detail pada Gambar 4.4. Ini
adalah contoh interpolasi paling sederhana dalam analisis elemen hingga. Properti
formulasi dari elemen dua titik nodal dengan panjang L, digunakan x1 = 0, x2 = L,
dan d.o.f titik nodal 1 dan 2.
1 a 0 1 x1 x12
2 A a1 dimana A 1 x 2 x 22 (4.22)
a 1 x x32
3 2 3
Gambar 4.4 dapat dianggap sebagai contoh tertentu dari formula interpolasi
Lagrange,
x2 x x3 x ... xn x
N1 (4.23a)
x 2 x1 x3 x1 ... xn x1
x1 x x3 x ... x n x
N2 (4.23b)
x1 x 2 x3 x 2 ... xn x 2
dalam bentuk umum,
x1 x x3 x ...x3 x ... xn x
Nk (4.23c)
x1 xk x3 xk ... xk xk ...xn xk
Pembahasan lebih lanjut materi ini dapat dibaca pada buku Concepts and
Applications of Finite Element Analysis [3].
4.2.3 Interpolasi C1
Untuk kurva kubik = (x) bentuknya ditentukan oleh empat item data.
Sebagai contoh diambil item dengan ordinat i dan potongan kecil (d/dx)i pada
masing-masing ujung suatu garis dengan panjang L (Gambar 4.5).
X 1 x x x
2 3
(4.24a)
1 a1 1 0 0 0
a 0
, x1 2 1 0 0
A dimana A (4.24b)
2 a3 1 L L2 L3
, x 2 a 4
0 1 2 L 3L2
Empat bentuk fungsi yang diperoleh dari Persamaan 4.19b menghasilkan empat
bentuk fungsi dan persamaan seperti terlihat pada Gambar 4.5 sebagai berikut,
adalah vektor regangan yang diperoleh dari Persamaan 4.11 dan peralihan
virtual u
dimana u
u v w . Simbol artinya sama dengan d untuk
T
{d}T
[B]T [E][B]dV {d}
[B]T [E]{ o }dV
[B]T { o }dV
Vektor {d} dan {d} tidak muncul dalam persamaan integral tersebut dikarenakan
kedua vektor tersebut bukan merupakan fungsi dari koordinat. Maka,
[k]{d} = {re} (4.30)
dimana matrik kekakuan elemen adalah sebagai berikut,
[k] =
[B]T [E][B]dV (4.31)
Apabila vektor beban diaplikasikan pada titik nodal struktur oleh elemen, maka,
{re} =
[N]T [F]dV
[N]T [ ]dS
[B]T [E]{ o }dV (4.32)
[B]T { o }dV
Selanjutnya, Persamaan 4.32 apabila ditulis dalam bentuk lain, dimana {}dS
d 2v
= (4.37b)
dx 2
= (4.37c)
= (4.37d)
dimana v = v(x) adalah peralihan arah lateral dan derajat kebebasan titik nodal
adalah sebagai berikut,
d
v1 z1 v2 z 2
T
(4.38)
d2 6 12 x 4 6x 6 12 x 2 6x
= = 2 3 2 3 2 (4.39a)
dx 2 L L L L L2 L L L
EI x (4.39b)
= =
L3
Selanjutnya untuk mendapatkan beban-beban pada titik nodal akibat beban merata
(ilustrasi selengkapnya ditampilkan pada Gambar 4.7, digunakan integrasi kedua
dari Persamaan 4.32, dimana {}dS adalah beban merata q dan dS = dx,
kemudian tegangan inisial {0} ditulis sebagai m0 dan dV ditulis sebagai dx.
Dalam studi kasus ini balok mempunyai bentuk potongan penampang dengan
tinggi 2c, temperatur bervariasi secara linier dari –T di permukaan atas balok
sampai dengan T di permukaan bawah balok.
4.4 Referensi
1. ADINA R&D, Inc. (2009). ”ADINA version 8.6.2 Theory and Modelling
Guide Volume 1”, ADINA R&D, Inc., 71 Elton Ave., Watertown, MA 02472,
USA.
BAB 5
ELEMEN CST DAN Q4
i (xi , yi)
j (xj , yj)
x
Selanjutnya matrik [E] dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 5.5 untuk
lingkup tegangan bidang (plane stress) dan Persamaan 5.6 untuk lingkup
regangan bidang (plane strain).
1 v 0
E
E 2 v 1 0 (5.5)
1 v
1 v
0 0
2
1 v v 0
E
E v 1 v 0 (5.6)
1 v 1 2v
2
1 2v
0 0
2
Persamaan 5.3 dapat ditulis pula dalam bentuk persamaan sebagai berikut,
E B d
(5.7)
v x, y a 4 a 5 x a 6 y (5.9b)
Dalam bentuk fungsi peralihan umum { }, Persamaan 5.9a dan Persamaan 5.9b
dapat dituliskan sebagai berikut,
a1
a
2
a1 a 2 x a3 y 1 x y 0 0 0 a3
(5.10)
a 4 a 5 x a 6 y 0 0 0 1 x y a 4
a
5
a 6
u j a1 a 2 x j a 3 y j (5.11b)
u m a1 a 2 x m a 3 y m (5.11c)
vi a 4 a 5 xi a 6 y i (5.11d)
v j a 4 a5 x j a6 y j (5.11e)
vm a4 a5 xm a6 y m (5.11f)
dimana,
1
a
x u
(5.13)
j m
1 1 i
x i j m (5.14)
2 A
j
m
i
dimana,
1 xi yi
2A 1 x j yj (5.15a)
1 xm ym
2A xi yi y m x j y m yi xm yi y j (5.15b)
a j x m y i y m xi (5.16b)
a m xi y j y i x j (5.16c)
y y
i j m
(5.16d)
y y j m i
(5.16e)
y y
m i j
(5.16f)
x x
i m j
(5.16g)
x x
j i m
(5.16h)
x x
m j i
(5.16i)
Dengan [x]-1 diketahui, maka Persamaan 5.13 dapat ditulis menjadi sebagai
berikut,
a i j m u
1 1 i
a 2 i j u j (5.17)
m
a 2 A
j
m u
3 i m
Dengan cara yang sama, untuk a4, a5, dan a6 dapat dihitung sebagai berikut,
a 4 i v
1
j m i
a5 i m v j (5.18)
2A
j
a 6
i
j
m v m
j
j x
j y u j m m x
m y um
1
v x, y
2A
i i x
i y vi (5.21b)
j
j x
j y v j m m x
m y vm
dimana,
1
Ni
2A i
i x
i y (5.22a)
1
Nj
2A j
j x
j y (5.22b)
1
Nm
2A m
m x
m y (5.22c)
v x, y N i v i N j v j N m v m (5.23b)
u ( x, y ) N i u i N j u j N m u m
(5.24a)
v( x, y ) N i vi N j v j N m v m
ui
v
i
N 0 Nj 0 Nm 0 u
0i Ni 0 Nj 0
j
N m v
(5.24b)
j
u
m
v m
Maka,
N d
(5.25)
dimana,
N 0 Nj 0 Nm 0
N 0i Ni 0 Nj 0 N m
(5.26)
Matrik [N] adalah matrik bentuk fungsi dari elemen segitiga regangan konstan.
Konsep ini sama dengan konsep yang digunakan pada elemen satu dimensi.
u ,x N i ,x u i N j , x u j N m ,x u m (5.28b)
i
N j ,x (5.29b)
2A
m
N m ,x (5.29c)
2A
dari substitusi Persamaan 5.29b dan Persamaan 5.29c terhadap Persamaan 5.28b
maka diperoleh,
u
1
u j u j mum
x 2 A i i
(5.30a)
u x 1
y x 2 A i i
u
j u j
m u m i vi j v j m v m (5.30c)
d
Bi Bj
i
Bm d j (5.31b)
d
m
dimana,
0
Bi
1 i
2 A
0
i
(5.32a)
i i
0
Bj
1 j
0
2A
j
(5.32b)
j
j
0
B m
1 m
2 A
0
m
(5.32c)
m m
Nilai-nilai regangan pada Persamaan 5.33 adalah konstan, sehingga elemen ini
disebut elemen segitiga linier regangan konstan.
Selanjutnya dari persamaan hubungan regangan-peralihan tersebut, dapat
dikembangkan lagi menjadi persamaan hubungan teganga-regangan yaitu,
x x
y E y (5.35)
xy
xy
Dimana matrik [E] telah didefinisikan sebelumnya pada Persamaan 5.5 untuk
plane stress dan Persamaan 5.6 untuk plane strain.
E B d
(5.36)
1 T
U
D
dV (5.39b)
2 v
dimana { } adalah fungsi peralihan umum dan {X} adalah gaya bodi per unit
volume.
Enerji potensial untuk beban-beban terpusat atau beban pada titik nodal
adalah sebagai berikut,
T
W p d
P
(5.41)
dimana {d} adalah peralihan-peralihan titik nodal dan {P} adalah beban-beban
terpusat pada titik nodal.
Enerji potensial untuk beban-beban merata atau traksi permukaan adalah
sebagai berikut,
T
Ws
T
dS (5.42)
S
d
B D B d
dV
d
N X
dV (5.43)
p
2 v v
T T
d
N T
dS
S
p
2
d
B D B d
dV d
N X
dV (5.44)
v v
T T T
d
P
d
N T
dS
S
p T
B D B dV d
f
0 (5.48)
d
v
Persamaan 5.48 dapat ditulis menjadi sebagai berikut,
T
B D B dV d
f
(5.49)
v
Seperti diketahui bahwa (dalam diktat kuliah ini, notasi f disebut atau ditulis pula
dalam notasi r),
[k]{d} = {f} (5.50)
T
k
B DBdV (5.51)
v
Untuk elemen dengan ketebalan konstan sebesar t, maka Persamaan 5.51 dapat
ditulis menjadi sebagai berikut,
T
k t
B DBdx dy (5.52)
A
T
k tA B D B (5.53)
(5.55c)
(5.55d)
(5.55e)
Dalam elemen segiempat bilinier ini digunakan formula interpolasi lagrange.
Dimana pada arah sumbu x disebut peralihan u, maka dapat dihitung sebagai
berikut,
(5.56a)
(5.56b)
Dengan prinsip substitusi Persamaan 5.56a, Persamaan 5.56b, dan Persamaan 5.57
selanjutnya dapat diperoleh bentuk fungsi (shape function) untuk elemen
segiempat bilinier empat titik nodal (Q4) sebagai berikut,
u N i ui (5.58)
dimana,
(5.59a)
(5.59b)
(5.59c)
(5.59d)
Elemen ini disebut bilinier karena bentuk fungsi merupakan produk dari
polinomial linier satu dimensi. Ni memuat hanya satu kuadratik, yaitu xy. Bentuk
lengkap persamaan peralihan elemen dinyatakan dalam persamaan berikut,
= (5.60)
1
[B] =
4ab
(5.62)
Selanjutnya matrik kekakuan elemen segiempat bilinier (Q4) dapat ditulis sebagai
berikut,
(5.63)
x N i xi
N c
(5.64a)
y N i yi
u N i ui
N d
(5.64b)
v N i vi
c
x1 y4
T
y1 x2 y2 x3 y3 x4 (5.64c)
d
u1 v4
T
v1 u2 v2 u3 v3 u4 (5.64d)
N 0 N2 0 N3 0 N4 0
[N ] 1 (5.64e)
0 N1 0 N2 0 N3 0 N 4
Gambar 5.5 Elemen segiempat empat titik nodal Q4 pada bidang - [1].
dimana,
1
N1 1 1 (5.65a)
4
1
N2 1 1 (5.65b)
4
1
N3 1 1 (5.65c)
4
1
N4 1 1 (5.65d)
4
Matrik jacobian atau [J] diperoleh dari proses transformasi [1], selanjutnya
didapat sebagai berikut,
x, y, N i , xi N y
i, i
[J ] (5.66)
x, y, N i , xi N y i, i
J J12
[J ] 11 (4. 107b)
J 21 J 22
1 J 22 J12
[] [J ]1 J (5.69)
J 21 J11
dimana,
u , N1, 0 N 2, 0 N 3, 0 N 4, 0
u , N 0 N 2, 0 N 3, 0 N 4, 0
1,
{d} (5.71c)
v, 0 N1, 0 N 2, 0 N 3, 0 N 4,
v, 0
N1, 0 N 2, 0 N 3, 0 N 4,
dimana,
N1 1
N1, 1 (5.74a)
4
N 2 1
N 2, 1 (5.74b)
4
N 3 1
N 3, 1 (5.74c)
4
N 4 1
N 4, 1 (5.74d)
4
N1 1
N1, 1 (5.74e)
4
N 2 1
N 2, 1 (5.74f)
4
N 3 1
N 3, 1 (5.74g)
4
N 4 1
N 4, 1 (5.74h)
4
dimana untuk kondisi tegangan bidang atau plane stress, matrik [E] dihitung
menggunakan Persamaan 4.4a.
Koordinat titik-titik = = ± 1 disebut pula koordinat-koordinat alamiah
atau natural coordinates. Metode ini digunakan untuk menentukan besarnya
regangan dan tegangan pada titik-titik nodal yang berada dalam elemen tersebut.
k
B E B t dA
T
(5.77b)
Maka Persamaan 5.30 menjadi sebagai berikut, dimana untuk elemen segiempat
bilinier empat titik nodal Q4 dimana nilai = = ± 1/3, maka nilai bobot Wi =
Wj = 1,0.
[k ] [B]T [E][B] t J Wi W j (5.79)
5.3 Referensi
1. Cook, R.D., Malkus, D.S., Plesha, M.E., Witt, R.J. (2002). “Concepts and
Applications of Finite Element Analysis”, John Wiley and Sons, Inc., New
York, USA.
2. Kuntjoro, W. (2005). “An Introduction to The Finite Element Method”,
MacGraw-Hill Education Asia.
3. Logan D.L. (2002). “A First Course in the Finite Element Method”,
Brooks/Cole, Thompson Learning, USA.
BAB 6
LATIHAN SOAL
DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dibahas beberapa latihan soal elemen batang, elemen
balok, elemen segitiga linier tiga titik nodal (CST), dan elemen segiempat bilinier
empat titik nodal (Q4). Untuk menunjang kelancaran dalam memahami elemen-
elemen tersebut dan dalam mengaplikasikannya dengan menggunakan perangkat
lunak rekayasa, maka dalam bab ini setiap hasil perhitungan secara manual akan
diverifikasi dengan perangkat lunak SAP2000 [1].
2P
Terdapat tiga elemen batang, dengan masing-masing batang mempunyai dua titik
nodal. Penomoran elemen dan titik nodal sebagai berikut,
maka selanjutnya dapat dihitung u2 , u3 dan u4 (unit satuan mm) sebagai berikut,
{d} = [k]-1.{r}
1
A1.E A2 .E A2 .E
L L 0
L P 0, 00109
A .E A2 .E A3 .E A3 .E
{d} 2 2 P 0, 00293
L L L L
P 0, 00320
A3 .E A3 .E
0
L L
harus tepat, dalam hal ini nilai modulus elastisitas (E) adalah 200000 MPa, berat
sendiri elemen diabaikan, dan nilai rasio poisson nol. Hasil analisis selengkapnya
ditampilkan pada Gambar 6.3, dimana hasil perhitungan dengan SAP2000 sama
dengan hasil perhitungan sebelumnya.
Kesimpulan yang dapat diperoleh ditampilkan dalam Tabel 6.1 sebagai berikut,
Tabel 6.1 Hasil perhitungan.
Deformasi (mm) Perhitungan manual Hasil SAP2000
u1 0,00000 0,00000
u2 0,00109 0,00109
u3 0,00293 0,00293
u4 0,00320 0,00320
Gambar 6.6 Dimensi dan ukuran penampang balok yang digunakan [5].
(a). Elemen 1.
(b). Elemen 2.
Gambar 6.9 Penomoran titik nodal Elemen 1 dan Elemen 2 [5].
E.I 0 0 0 0 0 0
K1 3 1
L1 0 0 0 0 0 0
12 6.L1 0 0 12 6.L1
6.L1 2.L1 0 0 6.L1 4.L12
2
Langkah terakhir selanjutnya yaitu menghitung peralihan dan rotasi pada titik
nodal 3 dan titik nodal 1 sebagai berikut,
[k].{d} = {r}
{d} = [k]-1.{r}
F1
0
r
F3
0
v1
d v1
3
3
Maka diperoleh translasi (satuan mm) dan rotasi (satuan radian) di titik nodal 1
dan titik nodal 3 sebagai berikut,
{d} = [k]-1.{r}
1
v1 4820,82 2,87 E 6 1570, 06 1,91E 6 F1
2,87 E 6 1, 25E10 1,91E 6 1,55E 9 0
1
d
.
v3 1570, 06 1,91E 6 1570, 06 1,91E 6 F3
3 1,91E 6 1,55E 9 1,91E 6
3,11E 9 0
v1 5, 27081
0, 00306
v1
d
3 16, 47219
3 0, 00535
dengan nilai modulus elastisitas (E) sebesar 20000 MPa dan rasio poisson (v)
sebesar 0,3. Tebal elemen adalah 300 mm.
500 mm
P = 25000 N
2000 mm
Gambar 6.12 Struktur elemen segitiga.
1 2
yi 0 ; yj 0 ; ym 500
t = 300 mm
A = 0,5.2000.500 = 500000 mm2
1 v 0 21978, 02 6593, 41 0
E
[E] v 1 0 6593, 41 21978, 02 0
1 v 2
1 v 0 0 7692,31
0 0
2
i y j ym
j ym yi
m yi y j
i xm x j
j xi xm
m x j xi
[k ] B . E . B .t. A
T
Selanjutnya dengan menerapkan kondisi batas, dimana pada titik nodal 1 dan titik
nodal 3 terdapat tumpuan, sehingga translasi horizontal maupun vertikal pada
kedua titik nodal tersebut sama dengan nol. Maka matrik kekakuan elemen [k]
dapat ditulis menjadi sebagai berikut,
5, 44 E 6 2,14 E 6 8, 24 E 5 1,15 E 6 4, 62 E 6 9,89 E 5
2,14 E 6 1,35 E 7 9,89 E 5 2,88E 5 1,15E 6 1,32 E 7
8, 24 E 5 9,89 E 5 8, 24 E 5 0 0 9,89 E 5
k
1,15E 6 2,88E 5 0 2,88E 5 1,15 E 6 0
4, 62 E 6 1,15E 6 0 1,15E 6 4, 62 E 6 0
9,89 E 5 1,32 E 7 9,89 E 5 0 0 1,32 E 7
8, 24 E 5 0
k
0 2,88 E 5
Matrik beban {r} yaitu beban terdapat pada titik nodal 2 saja,
25000
{r}
0
Maka dapat dihitung sebagai berikut,
[k]{d} = {r}
{d} = [k]-1{r}
1
8, 24 E 5 0 25000 0, 03033
d
0 2,88 E 5 0 0
4 3
1
10 inch
2
P
1 2
10 inch
Gambar 6.14 Struktur kantilever.
yi 0 ; y j 10 ; ym 10
j ym yi
m yi y j
i xm x j
j xi xm
m x j xi
0 0 0,1 0 0,1 0
[B1 ] 0 0,1 0 0 0 0,1
0,1 0 0 0,1 0,1 0,1
Menghitung matrik [k1] dengan ukuran 6x6, yang kemudian disusun menjadi 8x8,
[k 1 ] B1 . E. B1 .t. A
T
a. Elemen 2
xi 0 ; x j 10 ; xm 10
yi 0 ; yj 0 ; ym 10
i y j ym
j ym yi
m yi y j
i xm x j
j xi xm
m x j xi
Menghitung matrik [B2],
i 0 j 0 m 0
1
[B 2 ] 0
i 0
j 0
m
2A
i i
j j
m m
0,1 0 0,1 0 0 0
[B 2 ] 0 0 0 0,1 0 0,1
0 0,1 0,1 0,1 0,1 0
Menghitung matrik [k2] dengan ukuran 6x6, yang kemudian disusun menjadi 8x8,
[k 2 ] B 2 . E . B 2 .t. A
T
Selanjutnya dengan menerapkan kondisi batas, dimana pada titik nodal 1 dan titik
nodal 4 terdapat tumpuan, sehingga translasi horizontal maupun vertikal pada
kedua titik nodal tersebut sama dengan nol. Maka matrik kekakuan elemen [k]
dapat ditulis menjadi sebagai berikut berukuran 4x4,
Metode Elemen Hingga - Dr. Yosafat Aji Pranata, ST., MT. 100
Bab 6 - Latihan Soal dan Pembahasan
Matrik beban {r} yaitu beban terdapat pada titik nodal 2 dan titik nodal 3 saja,
1000
0
{r}
0
1000
4 (2,9)
2P
3 (8,6)
1
2 (8,3) P
1 (2,2)
Metode Elemen Hingga - Dr. Yosafat Aji Pranata, ST., MT. 101
Bab 6 - Latihan Soal dan Pembahasan
Material E = 30000000 Psi (atau E = 206842,74 MPa) dan v = 0,3. Tebal elemen
adalah 0,1 inch (2,54 mm). Besar beban P adalah 5 lb (22,2411 Newton).
Metode Elemen Hingga - Dr. Yosafat Aji Pranata, ST., MT. 102
Bab 6 - Latihan Soal dan Pembahasan
x3 = 8 ; y3 = 6
x4 = 2 ; y4 = 9
Wi = Wj = 1,0
v = 0,3
E = 30000000 Psi
t = 0,1 inch
a. Titik Nodal 1:
0,5773
0,5773
Matrik jacobian atau [J1] diperoleh sebagai berikut,
x1 y1
y2
1 (1 ) (1 ) (1 ) (1 ) x2
[J 1 ]
4 (1 ) (1 ) (1 ) (1 ) x3 y3
x4 y4
J J12
[J 1 ] 11
J 21 J 22
J1 J11 J 22 J12 J 21
1 J 22 J12
[1 ] [J 1 ]1 J
J1 21 J11
11 12 0 0
1 0 0 0
22 0 0
[B1 ] 0 0 0 1 21 x
0 0 11 12
0 1 1 0
0 0 21 22
[k 1 ] [B1 ]T [E][B1 ] t J 1 Wi W j
Metode Elemen Hingga - Dr. Yosafat Aji Pranata, ST., MT. 103
Bab 6 - Latihan Soal dan Pembahasan
b. Titik Nodal 2:
0,5773
0,5773
Matrik jacobian atau [J2] diperoleh sebagai berikut,
x1 y1
y2
1 (1 ) (1 ) (1 ) (1 ) x2
[J 2 ]
4 (1 ) (1 ) (1 ) (1 ) x3 y3
x4 y4
J J12
[J 2 ] 11
J 21 J 22
J 2 J11 J 22 J12 J 21
1 J 22 J12
[ 2 ] [J 2 ]1 J J11
J 2 21
11 12 0 0
1 0 0 0
22 0 0
[B 2 ] 0 0 0 1 21 x
0 0 11 12
0 1 1 0
0 0 21 22
[k 2 ] [B 2 ]T [E][B 2 ] t J 2 Wi W j
c. Titik Nodal 3:
0,5773
0,5773
Matrik jacobian atau [J3] diperoleh sebagai berikut,
x1 y1
y2
1 (1 ) (1 ) (1 ) (1 ) x2
[J 3 ]
4 (1 ) (1 ) (1 ) (1 ) x3 y3
x4 y4
Metode Elemen Hingga - Dr. Yosafat Aji Pranata, ST., MT. 104
Bab 6 - Latihan Soal dan Pembahasan
J J12
[J 3 ] 11
J 21 J 22
J 3 J11 J 22 J12 J 21
1 J 22 J12
[3 ] [J 3 ]1
J 3 J 21 J11
11 12 0 0
1 0 0 0
22 0 0
[B3 ] 0 0 0 1 21 x
0 0 11 12
0 1 1 0 0 0 21
22
[k 3 ] [B3 ]T [E][B3 ] t J 3 Wi W j
d. Titik Nodal 4:
0,5773
0,5773
Matrik jacobian atau [J4] diperoleh sebagai berikut,
x1 y1
y2
1 (1 ) (1 ) (1 ) (1 ) x2
[J 4 ]
4 (1 ) (1 ) (1 ) (1 ) x3 y3
x4 y4
J J12
[J 4 ] 11
J 21 J 22
J 4 J11 J 22 J12 J 21
1 J 22 J12
[ 4 ] [J 4 ]1 J
J 4 21 J11
Metode Elemen Hingga - Dr. Yosafat Aji Pranata, ST., MT. 105
Bab 6 - Latihan Soal dan Pembahasan
11 12 0 0
1 0 0 0
22 0 0
[B 4 ] 0 0 0 1 21 x
0 0 11 12
0 1 1 0
0 0 21 22
[k 4 ] [B 4 ]T [E][B 4 ] t J 4 Wi W j
Dengan menerapkan kondisi batas, dimana pada titik nodal 1 dan titik nodal 4
terdapat tumpuan, sehingga translasi horizontal dan translasi vertical dicegah,
maka u1 = v1 = u4 = v4 = 0, sehingga persamaan matrik kekakuan menjadi
berukuran 4x4 sebagai berikut,
1,52 E 6 3,55 E 5 4,19 E 5 2, 22 E 5 u2
3,55E 5 1,99 E 6 1,39 E 5 1, 61E 6 v2
[k ]
4,19 E 5 1,39 E 5 1, 67 E 6 7,17 E 5 u3
2, 22 E 5 1, 61E 6 7,17 E 5 2,19 E 6 v3
Matrik beban (pada titik nodal 2 dan titik nodal 3) sebagai berikut,
5 u2
0 v2
{r}
10 u3
0 v3
Selanjutnya dapat dihitung matrik peralihan (unit satuan dalam inch) sebagai
berikut,
Metode Elemen Hingga - Dr. Yosafat Aji Pranata, ST., MT. 106
Bab 6 - Latihan Soal dan Pembahasan
[k].{d} = {r}
{d} = [k]-1.{r}
0, 0000048324 u2
0, 0000000451 v2
{d}
0, 0000063589 u3
0, 0000015566 v3
6.6 Penutup
Pembahasan soal-soal latihan dalam Bab 1 sampai dengan Bab 6 ini
hanya mempelajari perhitungan matrik [B], matrik [k], dan menghitung deformasi
titik-titik nodal. Pembahasan lebih lanjut mengenai perhitungan tegangan dan
regangan di titik nodal selengkapnya akan dibahas pada Lampiran.
Pada bagian Lampiran juga dibahas tambahan contoh-contoh soal agar
mahasiswa dapat lebih memahami permasalahan elemen batang, elemen balok,
elemen segitiga CST, dan elemen segiempat Q4.
6.7 Referensi
1. Computer and Structures, Inc. 2006. “SAP2000 version 8.3.8 Reference”,
Computer and Structures, Inc., Berkeley.
2. Cook, R.D., Malkus, D.S., Plesha, M.E., Witt, R.J. (2002). “Concepts and
Applications of Finite Element Analysis”, John Wiley and Sons, Inc., New
York, USA.
3. Grandin, H. (1986). “Fundamentals of The Finite Element Method”,
Macmillan Publishing Company, New York, USA.
4. Kuntjoro, W. (2005). “An Introduction to The Finite Element Method”,
MacGraw-Hill Education Asia.
5. url: http://comp.uark.edu/~jjrencis, diakses tanggal 27 Januari 2012.
Metode Elemen Hingga - Dr. Yosafat Aji Pranata, ST., MT. 107
Bab 6 - Latihan Soal dan Pembahasan
6. ADINA R&D, Inc. (2009). ”ADINA version 8.6.2 Theory and Modelling
Guide Volume 1”, ADINA R&D, Inc., 71 Elton Ave., Watertown, MA 02472,
USA.
Metode Elemen Hingga - Dr. Yosafat Aji Pranata, ST., MT. 108
DAFTAR PUSTAKA
1. ADINA R&D, Inc. (2009). ”ADINA version 8.6.2 Theory and Modelling
Guide Volume 1”, ADINA R&D, Inc., 71 Elton Ave., Watertown, MA
02472, USA.
2. Computer and Structures, Inc. 2005. “SAP2000 version 8.3.8 Reference”,
Computer and Structures, Inc., Berkeley.
3. Cook, R.D., Malkus, D.S., Plesha, M.E., Witt, R.J. (2002). “Concepts and
Applications of Finite Element Analysis”, John Wiley and Sons, Inc., New
York, USA.
4. Felippa, C.A. (2004). “Introduction to Finite Element Methods”, Department
of Aerospace Engineering Sciences and Center for Aerospace Structures,
University of Colorado, Boulder, Colorado 80309-0429, USA.
5. Grandin, H. (1986). “Fundamentals of The Finite Element Method”,
Macmillan Publishing Company, New York, USA.
6. Kuntjoro, W. (2005). “An Introduction to The Finite Element Method”,
MacGraw-Hill Education Asia.
7. url: http://www.abacom.de/products/abaqus_fea.html, diakses tanggal 26
November 2011.
8. url: http://www.adina.com/index.shtml, diakses tanggal 26 November 2011.
9. url: http://www.ansys.com, diakses tanggal 26 November 2011.
10. url: http://www.csiberkeley.com/sap2000, diakses tanggal 26 November
2011.
11. url: http://en.wikipedia.org/wiki/Finite_element_method, diakses tanggal 26
November 2011.
12. url: http://preview.filesonic.com/img/c4/6d/ce/3475071.jpg, diakses tanggal
26 November 2011.
13. url: http://web.srasgroup.com/wp-content/uploads/2010/11/car_impact.jpg,
diakses tanggal 26 November 2011.
14. url: http://www.infometrik.com/2009/08/pengantar-finite-element-method,
diakses tanggal 26 November 2011.
15. url: http://en.wikipedia.org/wiki/Strength_of_materials diakses tanggal 29
November 2011.
16. url: http://comp.uark.edu/~jjrencis, diakses tanggal 27 Januari 2012.
Metode Elemen Hingga - Dr. Yosafat Aji Pranata, ST., MT. 109
LAMPIRAN
Terdapat tiga elemen batang, dengan masing-masing batang mempunyai dua titik
nodal. Penomoran elemen dan titik nodal sebagai berikut,
Metode Elemen Hingga - Dr. Yosafat Aji Pranata, ST., MT. 110
Gambar L1.2 Penomoran elemen dan titik nodal.
Perhitungan selengkapnya telah dibahas pada Bab 6 sebelumnya, yaitu telah dapat
dihitung u2 , u3 dan u4 (unit satuan mm) dan u1 = 0 sebagai berikut,
{d} = [k]-1.{r}
1
A1.E A2 .E A .E
L L 2 0
L P 0, 00109
A .E A2 .E A3 .E A .E
{d} 2 3 2 P 0, 00293
L L L L
P 0, 00320
A3 .E A3 .E
0
L L
Menghitung tegangan dan regangan titik nodal,
{} = {E}{}
Elemen 1:
u2 u1 -0,00109 – 0 = -0,00109 mm
0, 00109
0, 00000109 mm/mm
Lo 1000
E. 200000.0,00000109 = 0,218 MPa
Elemen 2:
u3 u2 -0,00293 – 0,00109 = -0,00184 mm
0, 00184
0, 00000184 mm/mm
Lo 1000
Metode Elemen Hingga - Dr. Yosafat Aji Pranata, ST., MT. 111
E. 200000.0,00000184 = 0,368 MPa
Elemen 3:
u4 u3 -0,00320 – 0,00293 = -0,00027 mm
0, 00027
0, 00000027 mm/mm
Lo 1000
E. 200000.0,00000027 = 0,054 MPa
500 mm
P = 25000 N
2000 mm
Gambar L1.3 Struktur elemen segitiga.
Metode Elemen Hingga - Dr. Yosafat Aji Pranata, ST., MT. 112
Selanjutnya adalah menghitung matrik kekakuan elemen 1 dan elemen 2.
Elemen 1:
xi = 0 ; xj = 2000 ; xm = 1000
yi = 0 ; yj = 0 ; ym = 250
t = 300 mm
[B1] =
[k1] = [B1]T.[E].[B1].t.A1
Matrik [k1] ini berukuran 6x6, oleh karena itu disusun ulang supaya menjadi
matrik berukuran 8x8, dikarenakan d.o.f struktur gabungan tersebut ada 8 (4 titik
nodal).
[k1] =
Elemen 2:
xi = 0 ; xj = 1000 ; xm = 0
yi = 0 ; yj = 250 ; ym = 500
t = 300 mm
Metode Elemen Hingga - Dr. Yosafat Aji Pranata, ST., MT. 113
Menghitung Matrik [B2]:
[B2] =
[k2] = [B2]T.[E].[B2].t.A2
Matrik [k2] ini berukuran 6x6, oleh karena itu disusun ulang supaya menjadi
matrik berukuran 8x8, dikarenakan d.o.f struktur gabungan tersebut ada 8 (4 titik
nodal).
[k2] =
Selanjutnya dapat dihitung matrik kekakuan struktur (matrik kekakuan total) atau
matrik kekakuan gabungan sebagai berikut,
[k] = [k1] + [k2]
[k] =
Dengan menerapkan kondisi batas (syarat batas), maka dapat diketahui bahwa
titik nodal 1 dan titik nodal 4 terdapat tumpuan, sehingga translasi horizontal (u)
dan translasi vertikal (v) pada kedua titik nodal tersebut adalah NOL. Maka matrik
kekakuan struktur [K] dapat disederhanakan menjadi sebagai berikut:
Metode Elemen Hingga - Dr. Yosafat Aji Pranata, ST., MT. 114
[K] =
{d} = [K]-1.{r}
Metode Elemen Hingga - Dr. Yosafat Aji Pranata, ST., MT. 115
Kesimpulan yang didapat adalah bahwa hasil perhitungan antara manual dengan
SAP2000 adalah sama.
[E] =
[B1] =
0
0
0.037507
{d1} =
0.022551
0.013521
0.009658
{1} = [B1].{d1} =
{1} = [E].{1} =
Metode Elemen Hingga - Dr. Yosafat Aji Pranata, ST., MT. 116
Maka untuk elemen 2,
[B2] =
0
0
0.013521
{d2} =
0.009658
0
0
{2} = [B2].{d2} =
{2} = [E].{2} =
Metode Elemen Hingga - Dr. Yosafat Aji Pranata, ST., MT. 117
Kesimpulan yang didapat adalah bahwa hasil perhitungan antara manual dengan
SAP2000 adalah sama.
4 3
1
10 inch
2
P
1 2
10 inch
Gambar L1.7 Struktur kantilever.
Metode Elemen Hingga - Dr. Yosafat Aji Pranata, ST., MT. 118
Gambar L1.8 Hasil analisis: deformasi struktur dengan SAP2000.
a. Elemen 1
xi 0 ; x j 10 ; xm 0
yi 0 ; y j 10 ; ym 10
i xm x j j xi xm m x j xi
Metode Elemen Hingga - Dr. Yosafat Aji Pranata, ST., MT. 119
Menghitung matrik [B1],
i 0 j 0 m 0
1
[B1 ] 0
i 0
j 0
m
2A
i i
j j
m m
0 0 0,1 0 0,1 0
[B1 ] 0 0,1 0 0 0 0,1
0,1 0 0 0,1 0,1 0,1
Menghitung matrik [k1] dengan ukuran 6x6, yang kemudian disusun menjadi 8x8,
[k 1 ] B1 . E. B1 .t. A
T
b. Elemen 2
xi 0 ; x j 10 ; xm 10
yi 0 ; yj 0 ; ym 10
i xm x j j xi xm m x j xi
0,1 0 0,1 0 0 0
[B 2 ] 0 0 0 0,1 0 0,1
0 0,1 0,1 0,1 0,1 0
Menghitung matrik [k2] dengan ukuran 6x6, yang kemudian disusun menjadi 8x8,
[k 2 ] B 2 . E . B 2 .t. A
T
Metode Elemen Hingga - Dr. Yosafat Aji Pranata, ST., MT. 120
Selanjutnya menghitung matrik kekakuan elemen total, ukuran 8x8,
[k] = [k1] + [k2]
Selanjutnya dengan menerapkan kondisi batas, dimana pada titik nodal 1 dan titik
nodal 4 terdapat tumpuan, sehingga translasi horizontal maupun vertikal pada
kedua titik nodal tersebut sama dengan nol. Maka matrik kekakuan elemen [k]
dapat ditulis menjadi sebagai berikut berukuran 4x4,
Matrik beban {r} yaitu beban terdapat pada titik nodal 2 dan titik nodal 3 saja,
1000
0
{r}
0
1000
Metode Elemen Hingga - Dr. Yosafat Aji Pranata, ST., MT. 121
dimana,
[E] =
0
0
-0.000016129454981547445749
{d1} =
0.00013548174772426536392
0
0
{1} = [B1].{d1} =
{1} = [E].{1} =
{1} = [E].{1} =
Metode Elemen Hingga - Dr. Yosafat Aji Pranata, ST., MT. 122
0
0
0.00007742035356682497438
{d2} =
0.00015805472749077372286
-0.000016129454981547445749
0.00013548174772426536392
{2} = [B2].{d2} =
{2} = [E].{2} =
{2} = [E].{2} =
Kesimpulan yang didapat adalah bahwa hasil perhitungan antara manual dengan
SAP2000 adalah sama.
Metode Elemen Hingga - Dr. Yosafat Aji Pranata, ST., MT. 123
(a). Satuan lb dan inch.
Metode Elemen Hingga - Dr. Yosafat Aji Pranata, ST., MT. 124
Pertanyaan: Hitunglah deformasi yang terjadi pada tiap-tiap titik nodal struktur
balok tersebut, apabila dikerjakan dengan memodelkan balok sebagai satu elemen
segiempat bilinier (Q4).
Wi = Wj = 1,0
v = 0,3
E = 23500 MPa
t = 300 mm
a. Titik Nodal 1:
0,5773
0,5773
Matrik jacobian atau [J1] diperoleh sebagai berikut,
x1 y1
y2
1 (1 ) (1 ) (1 ) (1 ) x2
[J 1 ]
4 (1 ) (1 ) (1 ) (1 ) x3 y3
x4 y4
J J12
[J 1 ] 11
J 21 J 22
J1 J11 J 22 J12 J 21
1 J 22 J12
[1 ] [J 1 ]1
J1 J 21 J11
Metode Elemen Hingga - Dr. Yosafat Aji Pranata, ST., MT. 125
11 12 0 0
1 0 0 0
22 0 0
[B1 ] 0 0 0 1 21 x
0 0 11 12
0 1 1 0
0 0 21 22
[k 1 ] [B1 ]T [E][B1 ] t J 1 Wi W j
b. Titik Nodal 2:
0,5773
0,5773
Matrik jacobian atau [J2] diperoleh sebagai berikut,
x1 y1
y2
1 (1 ) (1 ) (1 ) (1 ) x2
[J 2 ]
4 (1 ) (1 ) (1 ) (1 ) x3 y3
x4 y4
J J12
[J 2 ] 11
J 21 J 22
J 2 J11 J 22 J12 J 21
Metode Elemen Hingga - Dr. Yosafat Aji Pranata, ST., MT. 126
1 J 22 J12
[ 2 ] [J 2 ]1
J 2 J 21 J11
11 12 0 0
1 0 0 0
22 0 0
[B 2 ] 0 0 0 1 21 x
0 0 11 12
0 1 1 0
0 0 21 22
[k 2 ] [B 2 ]T [E][B 2 ] t J 2 Wi W j
c. Titik Nodal 3:
0,5773
0,5773
Matrik jacobian atau [J3] diperoleh sebagai berikut,
x1 y1
y2
1 (1 ) (1 ) (1 ) (1 ) x2
[J 3 ]
4 (1 ) (1 ) (1 ) (1 ) x3 y3
x4 y4
Metode Elemen Hingga - Dr. Yosafat Aji Pranata, ST., MT. 127
J J12
[J 3 ] 11
J 21 J 22
J 3 J11 J 22 J12 J 21
1 J 22 J12
[3 ] [J 3 ]1
J 3 J 21 J11
11 12 0 0
1 0 0 0
22 0 0
[B3 ] 0 0 0 1 21 x
0 0 11 12
0 1 1 0 0 0 21
22
[k 3 ] [B3 ]T [E][B3 ] t J 3 Wi W j
d. Titik Nodal 4:
0,5773
0,5773
Matrik jacobian atau [J4] diperoleh sebagai berikut,
Metode Elemen Hingga - Dr. Yosafat Aji Pranata, ST., MT. 128
x1 y1
y2
1 (1 ) (1 ) (1 ) (1 ) x2
[J 4 ]
4 (1 ) (1 ) (1 ) (1 ) x3 y3
x4 y4
J J12
[J 4 ] 11
J 21 J 22
J 4 J11 J 22 J12 J 21
1 J 22 J12
[ 4 ] [J 4 ]1
J 4 J 21 J11
11 12 0 0
1 0 0 0
22 0 0
[B 4 ] 0 0 0 1 21 x
0 0 11 12
0 1 1 0 0 0 21
22
[k 4 ] [B 4 ]T [E][B 4 ] t J 4 Wi W j
Metode Elemen Hingga - Dr. Yosafat Aji Pranata, ST., MT. 129
Matrik [k] tersebut berukuran 8x8.
Dengan menerapkan kondisi batas, dimana pada titik nodal 1 dan titik nodal 4
terdapat tumpuan, sehingga translasi horizontal dan translasi vertical dicegah,
maka u1 = v1 = v2 = u4 = v4 = 0, sehingga persamaan matrik kekakuan menjadi
berukuran 3x3 sebagai berikut,
Selanjutnya dapat dihitung matrik peralihan (unit satuan mm) sebagai berikut,
[k].{d} = {r}
{d} = [k]-1.{r}
Metode Elemen Hingga - Dr. Yosafat Aji Pranata, ST., MT. 130
Hasil perhitungan yang diperoleh memperlihatkan bahwa hasilnya hampir sama
(%-relatif perbedaannya kecil) dengan hasil verifikasi dari perangkat lunak
SAP2000 (Gambar L1.11).
L1.5 Referensi
1. Computer and Structures, Inc. 2006. “SAP2000 version 8.3.8 Reference”,
Computer and Structures, Inc., Berkeley.
2. Cook, R.D., Malkus, D.S., Plesha, M.E., Witt, R.J. (2002). “Concepts and
Applications of Finite Element Analysis”, John Wiley and Sons, Inc., New
York, USA.
Metode Elemen Hingga - Dr. Yosafat Aji Pranata, ST., MT. 131
3. Grandin, H. (1986). “Fundamentals of The Finite Element Method”,
Macmillan Publishing Company, New York, USA.
4. Kuntjoro, W. (2005). “An Introduction to The Finite Element Method”,
MacGraw-Hill Education Asia.
5. ADINA R&D, Inc. (2009). ”ADINA version 8.6.2 Theory and Modelling
Guide Volume 1”, ADINA R&D, Inc., 71 Elton Ave., Watertown, MA 02472,
USA.
Metode Elemen Hingga - Dr. Yosafat Aji Pranata, ST., MT. 132