Anda di halaman 1dari 12

Fisika adalah salah satu ilmu pasti yang dalam kajiannya terbatas pada fisik benda.

Salah satu
kajian dalam fisika ialah mengenai gerak benda yang istilah fisikanya disebut mekanika.
Dalam bahasan mekanika, gerak suatu benda dispesifikasi menjadi dua ranting bahasan yakni
kinematika serta dinamika. Kinematika menjabarkan mengenai gerakan benda tanpa
mengaitkan apa penyebab benda tersebut bergerak. Sedang dinamika mengulas mengenai
gerakan benda dengan menghubungkan apa yang menyebabkan benda tersebut bergerak. Jadi
dalam mengulas tentang gerakan suatu benda, dapat dilakukan dengan dua pendekatan yakni
pendekatan kinematika atau dinamika. Menelaah tentang gerakan suatu benda dapat
memberikan informasi penting masalah benda tersebut, apa lagi benda yang menjadi objek
adalah benda dinamis. Misalnya dengan mempelajari gerakan pesawat atau traktor, kita dapat
mengetahui kecepatannya. Dan dengan data tersebut kita dapat menghitung berapa waktu
serta jarak tempuh pesawat atau traktor tersebut. Jadi dengan mempelajari gerakan suatu
benda, kita dapat memetakan semua informasi yang berhubungan dengan gerakan benda
tersebut, salah satunya ialah kecepatan benda.

1.2. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang diatas, maka makalah ini akan membahas tentang :

1.2.1. Konsep dasar kinematika yang meliputi derajat bebas, komponen sistem mekanik (joint
& link), definisi dasar dan persamaan mobilitas pers.
1.2.2. Perumusan kecepatan dan percepatan untuk pasangan yang menggelinding
(rolling)satu terhadap yang lain.

1.2.3. Analisis gaya di mekanisme dengan cara analitik dan grafis, Review diagram benda
bebas.

1.2.4. Metode perbandingan tranmisi dan radius translasi (Optional)

1.2.5. Pengaruh gaya dinamik (gaya tak balans) pada peralatan, cara membalans massa
berputar,dan prinsip dalam membalans (dinamik balancing)

1.2.6. Pengaruh gaya getar pada peralatan, cara membalans sebagian gaya getar akibat massa
bolak balik

1.2.7. Menganalisa efek yang timbul dari giroskop dari segi positif dan negatif
1.2.8. Pengertian roda daya, dan cara mendesain roda daya.

1.3. Tujuan
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan mahasiswa mampu mengetahui teori dasar
mekanisme, analisis, kecepatan dan percepatan, prinsip gaya statik dan dinamik, teori
membalans, teori giroskop dan rod daya, dengan demikian ada beberapa tujuan dalam
pembuatan makalah ini, diantaranya adalah :
1.3.1. Metode keterampilan dan peralatan teknik modem, yang diperlukan untuk pekerjaan
teknik mesin. Mahasiswa mampu menerapkan pengetahuan matematika, sains, ilmu teknik
mesin dan pengetahuan lainnya yang relevan dengan penuh prakarsa untuk mengidentifikasi,
merumuskan, dan menyelesaikan masalah-masalah teknik mesin.
1.3.2. Mahasiswa mampu merancang suatu komponen, sistem, atau proses mekanikal
berdasarkan kriteria perancangan tertentu.
1.3.3. Mahasiswa mampu memanfaatkan

1.3.4. Mahasiswa memahami konsep dasar kinematika,memahami arti dan menguasai


perhitungan derajat bebas kinematika.
1.3.5. Mahasiswa memahami cara menganalisis kecepatan dan percepatan di
mekanisme yang mempunyai pasangan rolling, dan memahami cara menentukan
mekanisme ekivalennya.
1.3.6. Mahasiswa memahami analisis gaya dengan cara analitik dan grafis yang
menerapkan metode perbandingan tranmisi dan radius tranlasi.
1.3.7. Mahasiswa memahami analisis gaya dinamik, dan cara membalans massa
berputar.
1.3.8. Mahasiswa memahami cara mengurangi efek gaya getar akibat massa bolak
balik, dan efek giroskop dan perhitungannya.
1.3.9. Mahasiswa memahami manfaat roda daya dan cara merancang (menentukan
ukuran) roda daya.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penomena gelinding

2.1.1. Berdasarkan gerakan Bantalan

bantalan terhadap poros , maka dapat di klasifikaikan sebagai berikut:


Bantalan luncur mampu menumpu poros berputaran tinggi dengan beben yang besar,
Bantalan ini memiliki konstruksi yang sederhana dan dapat dibuat dan di pasang
dengan mudah. Bantalan luncur memerlukan momen awal yang besar karena
gesekannya yang besar pada mulai pada waktu mulai jalan. Pelumasan pada bantalan
ini tidak begitu sederhana. gesekan yang besar antara bantalan menimbulkan efek
panas sehingga memerlukan suatu pembanding khusus. Dengan adanya lapisan
pelumas, bantalan ini dapat meredam tumbukan dan getaran sehingga hamper tidak
bersuara.Tingkat ketelitian yang di perlukan tidak setinggi bantalan gelinding sehingga
harganya lebih murah. Macam macam bantalan luncur :
2.1.1.1. bantalan radial( baban gerak lurus sumbu poros)
2.1.1.2. bantalan aksial( beban sejajar sumbu poros)
2.1.1.3. Bantalan Khusus( Radial-Aksial).

2.1.2. Bantalan gelinding

Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar dengan bagian
yang diam melelui elemen gelinding seperti bola peluru ,rol atau rol jarum dan rol
bulat.bantalan gelinding lebih cocok untuk beban kecil dsri pada entalan luncur,
putarannya di batasi oleh gaya sentrifugal yang timbul pada elemen gelinding.karena
konstruksinya yang sukar dan ketelitiannya yang tinggi,maka bantalan gelinding dapat di
buat oleh pabrik pabrik tertentu saja.harganya pada umumnya lebih mahal dari pada
bantalan luncur.bantalan 5 KINEMATIKA dan DINAMIKA REKAYASA

gelinding di buat menurut standart dalam berbagai ukuran dan bentuk,gesekannya sangat rendah
sehingga pelumasannya sanat sederhana. Cukup dengan gemuk,bahkan pada macam tertentu yang
memakai seal sendiri tidak memerlukan pelumasan lagi.

2.1.3. Perhitungan ekivalen pada bantalan.


Perhitungan beban ekivalen untuk bail bearing dan roiler bearing dapat digunakan
persamaan berikut:
P = X.V.F r + Y.F a
Dimana:
P = gaya ekivalen (kg)
F r = gaya radial (kg)
F a = gaya aksial (kg)
V = faktor rotasi bantalan
= 1,0 jika bantalan ring dalam yang berputar
= 1,2 jika bantalan ring luar yang berputar
X = faktor beban radial
Y = faktor beban aksial
Bila yang terjadi adalah beban radial saja, maka harga X = 1 dan Y = 0. Sehingga
menjadi persamaan P = V. F r , dimana gaya radial bantalan diambil yang terbesar yang
didapat dari hasil suatu perancangan.

2.2 Mekanisme Ekivalen

Cara menentukan mekanisme Ekuvalen:


Untuk menentukan percepatan relatif, perlu untuk mengetahui lintasan yang ditempuh
suatu titik. Mekanisme-mekanisme yang mempunyai permukaan rol atau cam luncur,
penyelesaiannya bisa agak rumit karena adanya kesulitan dalam penentuan persamaan
analitis dalam lintasan gerakan relatif. Dalam kasus-kasus semacam ini, pemakaian
sebuah mekanisme ekuivalen dapat menghilangkan kesulitan dan memberikan jawaban
yang diinginkan. Mekanisme ekuivalen semacam ini didefinisikan sebagai mekanisme
yang memberikan gerak identik dengan bagian yang dianalisa, seperti yang ditemukan
dalam mekanisme aslinya.
Contoh-contoh ilustratif berikut tidak diperlukan untuk dianalisa, tetapi akan membantu
memperbaiki gambaran kita mengenai sistem untuk suatu penilaian gerak yang lebih
cepat.

2.2.1. Kasus I

Gambar 10-1a memperlihatkan penghubung 2 berputar pada suatu kecepatan sudut tertentu,
sedangkan penghubung 4 bergerak dengan translasi murni. Gambar 10-1b memperlihatkan suatu
mekanisme ekuivalen dimana gerak penghubung 4 sesuai dengan gerakan mekanisme aslinya
meskipun telah ditambahkan penghubung 3.

Percepatan penghubung 4 diperoleh dari


22
3233

A A A uB B B B 
7
dimana 3 B adalah titik pada peluncur (dan juga sebuah titik pada penghubung 4),
dan 2 B adalah titik pada penghubung 2 yang berippit dengan 3 B . Harga
B3 A tidak

diketahui dan harga


B3B2 A tidak diketahui. Besaran-besaran lainnya diketahui,

sehingga dapat diperoleh suatu penyelesaian vektor.

2.2.2. Kasus II
Gambar 10-2a memperlihatkan modifikasi dari kasus I. Gambar 10-2b memperlihatkan
mekanisme ekuivalennya.

2.3 Analisa Gaya Stastik


Kondisi keseimbangan atau gerak suatu benda tegar tidak akan berubah jika gaya yang bereaksi
pada suatu titik diganti dengan gaya lain yang sama besar dan arahnya tapi bereaksi pada titik
berbeda, asal masih dalam garis aksi yang sama. Dikenal dengan Hukum Garis Gaya

2.3.1. Hukum I Newton :


Bila resultan gaya yang bekerja pada suatu partikel sama dengan nol (tidak ada gaya),
maka partikel diam akan tetap diam dan atau partikel bergerak akan tetap bergerak
dengan kecepatan konstan. Dikenal dengan Hukum Kelembaman

2.3.2. Hukum II Newton :


Bila resultan gaya yang bekerja pada suatu partikel tidak sama dengan nolpartikel
tersebut akan memperoleh percepatan sebanding dengan besarnya gaya resultan dan
dalam arah yang sama dengan arah gaya resultan tersebut. Jika F diterapkan pada
massa m, maka berlaku:
ΣF=m.a

2.3.3. Hukum III Newton :


Gaya aksi dan reaksi antara benda yang berhubungan mempunyai besar dan garis aksi
yang sama, tetapi arahnya berlawanan.
Aksi = Reaksi

2.3.4. Diagram Benda Bebas


• Diagram yang menggambarkan semua gaya-gaya yang bekerja pada suatu partikel dalam keadaan
bebas. Dalam menganalisis persoalan mekanika diagram benda bebas ini sangat diperlukan untuk
membantu memahami dan menggambarkan masalah keseimbangan gaya dari suatu
partikel.contohnya :

2.4 Analisa Gaya Statik Lanjutan

2.4.1. Pengertian Gaya Statik


Gaya Statik adalah adalah gaya yang bekerja pada dua permukaan benda, arah gaya statis selalu
berlawanan dengan arah gaya luar yang diberikan pada benda. Gaya statis bekerja pada benda yang
diam. Jika gaya tarik atau dorong yang bekerja pada suatu benda lebih kecil dari gaya gesekan statis
maksimum, maka benda masih dalam keadaan diam dan gaya gesekan yang bekerja pada benda
mempunyai besar yang sama dengan nilai gaya tarik atau dorong pada benda tersebut.
2.4.2. Rumus Gaya Statis
Selain dipengaruhi oleh faktor kekasaran benda, gaya gesek statis juga dipengaruhi nilai
koefisien gesekan. Untuk menghitung besarnya gaya yang bekerja pada benda,
digunakan persamaan sebagai berikut :
Fs = μs N ( 1.1 )
μs = Fs / N
Pada gambar 1 diatas menunjukan sebuah benday ang sedang diam diatas permukaan
bidang datar ditarik dengan gaya F. Jika benda belum bergerak maka gaya gesek statis
(fs) lebih kecil dari gaya tarik (F). Jika gaya tarik diperbesar maka benda akan bergerak.
Ketika benda tepat akan bergerak, besar gaya gesek statis (fs) sama dengan besar
gaya tarik (F).
Hukum Newton I menyatakan bahwa benda diam jika resultan gaya atau gaya total
sama dengan Nol.
Σ Fy = 0 (benda diam dan tidak bergerak pada arah vertikal)
N –W = 0 (1.2)
N=W
Gantikan N pada persamaan 1.1 dengan N pada persamaan 1.2
fs = μs W (1.3)
fs = μs m g
Keterangan :
Fs = gaya gesek statis (N) μs = koefisiaen gesek statis
N = gaya normal (N) w = gaya berat (N)
m = massa (kg) g = percepatan gravitsi (m/s2)
Jika hendak menentukan koefisien gesek statis, maka gunakan persamaan 1.1, yaitu :
Σ Fx = 0 (benda diam tidak bergerak pada arah horisontal)
F –f s = 0 (1.4)
F = fs
Ketika benda tepat akan bergerak, besar gaya gesek statis maksimum sama dengan
besar gaya dorong atau gaya tarik.
Contoh soal :
Balok bermassa 1 kg yang terletak diatas bidang datar , ditarik dengan menggunakan
dinamometer (alat pengukur besar gaya). Ketika balok tepat akan bergerak, alat
tersebut menunjukan angka 2 Newton. Percepatan gravitasi 10 m/s2. Tentukan besar
gaya gesek statis dan koefisien gesek statis.
Diketahui :
Massa balok (m) = 1 kg
Percepatan gravitasi (g) = 10 m/s2
Gaya berat balok (w) = m g = 1. 10 = 10 kg. m/s2 = 10 Newton
Gaya tarik F = 2 Newton
Jawab :
-Besar gaya gesek statis (fs)
Ketika balok tepat akan bergerak, besar gaya gesek statis = besar gaya tarik
(bandingkan persamaan 1.4) jadi gaya gesek statis (fs) = gaya tarik (F) = 2 Newton.
-Koefisien gesek statis
fs = μs W
2 N = ( μs) (10 N)
= 2N / 10 N
= 0,2

2.4.3. Cara menganalisa Gaya Statis


Gaya statis adalah gaya yang bukan disebabkan oleh percepatan.
Langkah –langkah analisa gaya statis :
1. Gambar diagram kinematis
2. uraikan masing –masing batang penghubung menjadi diagram benda bebas.
3. Lakukan analis gaya pada benda bebas yang diketahui besar dan arahnya.
4. Lakukan analisa pada benda bebas berikutnya.
Contoh analisa gaya statis pada mekanisme engkol peluncur : Gambar diagram kinematis

Uraikan masing –masing batang penghubung menjadi diagram benda bebas

Lakukan analisa gaya pada batang 4 yang terdapat gaya yang diketahui besar arah dan juga besar
gayanya.

2.5 Analisa Gaya Dinamik


2.5.1. Review analisis kecepatan dan percepatan :
2.5.1.1. Torsi Aktuator
2.5.1.2. Hasil gerak perubahan sudut, kecepatan sudut, dan percepatan sudut () Dalam
konteks dinamika, output perubahan ini dapat dinyatakan sebagai percepatan sudut saja
(). Dari konsep ini dapat dikembangkan pengertian kontrol dinamik. ,,
Skema kontrol dinamik loop tertutup dapat diilustrasikan seperti gambar berikut,
Input yang diberikan adalah referensi torsi ( ref). Outputnya diukur dalam bentuk percepatan (),
sehingga model dinamik yang didefinisikan adalah dinamik invers, karena merubah torsi menjadi
percepatan. Sedangkan untuk umpan balik diperlukan transformasi dinamik maju karena eror (e )
dihitung dalam torsi.

2.5.2. Komponen Dinamik


Torsi yang diberikan oleh aktuator harus seimbang dengan torsi (lawan) yang dihasilkan
oleh komponen-komponen dinamik struktur robot dalam pergerakan, yaitu :
2.5.2.1. Torsi yang dihasilkan dari pergerakan (torsi vs percepatan sudut)

2.5.2.2. Torsi yang diukur karena benda/struktur memiliki energi kinetik & potensial
2.5.2.3. Efek gaya centrifugal
2.5.2.4. Efek gaya Coriolis dan
2.5.2.5. Inersia yang disebabkan faktor pembebanan dan gravitasi bumi.

2.5.3. Torsi pada Percepatan Sudut


Sesuai denga hukum Newton kedua, torsi yang dihasilkan pada gerakan rotasi dapat
ditulis, 2 . m mp mr I
dimana = torsi (N.m)
Imp = Inersia momen polar(kg.m2)
rm = jari-jari yang diukur dari pusat massa dengan sumbu putar
= percepatan sudut
m = massa (kg)
2.5.3.1. Energi Kinetik

Energi Kinetik untuk gerakan translasi, ET


g wv mv E T 2 2 1 2 2
dimana m = massa (kg)
w = berat
= m.g
v = kecepatan yang diukur pada c.o.g (center of gravity)
Energi Kinetik untuk gerakan rotasi, ER , dimana adalah kecepatan sudut E
Maka Energi Kinetik Total adalah
(Joules), dimana :1 J = 1 N.m 2 2 21 21 mp K I mv E
2.5.3.2. Energi Potensial

Energi potensial dari suatu massa m pada jarak s adalah :


EP = mgs, dimana g = 9,81 m/s2
2.5.3.3. Gaya Centrifugal

Gaya centrifugal untuk suatu lengan padat dengan massa m adalah :


2 2 2 2 )2 (n md d d mn d mv F p p p p C
dimana: dp = jarak yang diukur dari sumbu rotasi ke pusat massa
n = putaran per menit (rpm)
2.5.3.4. Gaya Coriolis

Gaya ini ditemukan oleh Gaspard Gustave de Coriolis (1792 –1843), yaitu suatu gaya
yang dihasilkan sebagai efek dari bumi berputar pada porosnya.
2.5.4. Perspektif Dinamik dalam Aplikasi
Permasalahan kontrol gerak (motion control), yang lebih utama adalah bagaimana
membuat kontrol kinematik yang tepat yang mampu menyelesaikan masalah trajektori
yang diinginkan, dari pada mendahulukan kontrol dinamiknya. Sebab kontrol dinamik
seringkali adalah permasalahan yang amat rumit. Jika pemodelan tidak tepat maka
kedua fungsi transformasi (maju/invers) menjadi tidak akurat dan bahkan tidak berguna
dalam memperbaiki kualitas kontrol keseluruhan.
2.5.4.1. Kontrol dinamik tidak bisa bekerja sendirian dalam kontrol robotik tanpa bantuan
kontrol dinamik.
2.5.4.2. Kontrol kinematik dapat diterapkan langsung tanpa memasukkan unsur kontrol
dinamik

2.6 Membalans Gaya Berputar


Akibat percepatan mekanisme akan timbul gaya inersia pada mekanisme tersebut.gaya
ini dapat menimbulkan goncangan (shaking forces) pada mesin atau kontruksi. Yang
jadi perasalahan adalah bagaimana kita dapat mengatasi permasalahan tersebut diatas.
Mungkin kita dapat membuat seimbang seluruhnya atau sebaian dari kontruksiatau
sistem.
Dengn demikian kita dapat memberikan atau menambah massa pada sistem,yang
dapat menimbulkan gaya inersia yang melawan goncangan tersebut. Dengan cara ini
kita dapat mengatasi masalah tersebut.
Masalah pertama adalah membuat seimbang suatu sistem massa yang berputar, seperti
roda mobil, porosengkol ,dan lain lain.
Permasalahan yang kedua adalah membuat seimbang massa-massa yang bergerak
bolak balik seperti pada mekanisme torak.
Ditinjau dari sistem massa-massa yang berputar adatiga macam cara untuk membuat
seimbang massa massa yang berputar tersebut:
1.Membuat seimbang massa yang berputar
2.Membuat simbang lebih dari sebuah massa yang berputar pada sebuah bidang datar
yang sama
3.membuatseimbang lebih dari sebuah massa yang berputar, yang terletak pada
beberapa bidang datar
Keseimbangan massa-massa yang berputar tersebut meliputi baik keseimbangan statis
maupun kesetimbangan dinamis. Kesetimbangan statis artinya seimbang dalam
keadaan diam dalam posisi sudut yang berbeda beda dari 0 derajat sampai dengan 360
derajat. Sedangkan keseimbangan dinamis yaitu keseimbangan dalam keadaan
berputar.
2.7 Membalans gaya Bolak-Balik

2.8 Giroskop

Giroskop adalah perangkat untuk mengukur atau mempertahankan orientasi, yang


berlandaskan pada prinsip-prinsip momentum sudut. Secara mekanis, giroskop
berbentuk seperti sebuah roda berputar atau cakram di mana poros bebas untuk
mengambil setiap orientasi. Meskipun orientasi ini tidak tetap, perubahannya dalam
menanggapi torsi eksternal jauh lebih sedikit dan berlangsung dalam arah yang berbeda
jika dibandingkan dengan tanpa momentum sudut, yang berkaitan dengan tingginya
tingkatputaran dan inersia momen. Orientasi perangkat tetap sama, terlepas dari gerak
platform pemasangan, karena pemasangan perangkat pada sebuah gimbal akan
meminimalkan torsi eksternal.
Cara kerja giroskop yang berlandaskan pada prinsip-prinsip operasi lain juga ada,
misalnya giroskop MEMS perangkat elektronik yang ditemukan pada perangkat
elektronik konsumen, cincin laser, giroskop optik serat, dan giroskop kuantum yang
sangat sensitif.
Efek giroskop bisa dijelaskan seperti berikut. Jika ada suatu benda memiliki momen
pada satu arah tertentu dan ada momen gangguan datang(momen kedua), maka akan
muncul (efek) momen ketiga yang akan menyeimbangkan, sehingga benda tetap pada
kondisi semula.
Tambahan, tidak semua efek giroskop bermanfaat, pada peluru kendali yang berputar,
efek giroskop akan memberikan gaya yang mempersulit manuver belokan. Efek ini bisa
dirasakan ketika bos naik motor. Ketika berbelok, katakanlah ke kiri, pengendara
kebanyakan secara tidak sadar mengayun-ngayunkan motor kekiri, karena secara
periodik akibat adanya kecepatan sudut perkusi (ωp), maka motor terangkat ke kanan,
karena itu harus terus di lawan.
Kecepatan sudut kembali pada posisi awal/kecepatan sudut perkusi(ωp, CMIWW) bisa dicari pada
literatur dinamika. Satu contohnya, selain referensi dari bos Munib, adalah "Dinamika Permesinan"
(Dynamic of Machinary) karangan Holowenko, pada bab paling terakhir

.
Giroskop paling awal diketahui dibuat oleh seseorang berkebangsaan Jerman bernama
Johann bohnenberger pada 1817. Prinsip kerja ini kemudian tersebar hingga ke seluruh
penjuru dunia dan akhirnya menyita perhatian Léon Foucault. Pada 1852, Foucault
menggunakan alat tersebut dalam eksperimen yang melibatkan perputaran bumi. Dialah
yang kemudian memberikan nama modern pada mesin tersebut, yaitu giroskop. Nama
ini diambil dari bahasa Yunani, yaitu "skopeein" yang artinya melihat dan "gyros" yang
berarti lingkaran atau putaran. Pada tahun 1860, sebuah giroskop dengan mesin elektrik
berhasil diciptakan dan disebut sebagai girokompas. Girokompas untuk kelautan
dipatenkan pada 1904 oleh Hermann Anschütz-Kaempfe dari Jerman.
Sebuah perusahaan Amerika bernama Sperry kemudian mengembangkan alat ini
dengan designnya sendiri. Giroskop keluaran Sperry ini pun dikembangkan sebagai
penyeimbang (stabilizers) pesawat udara dan kapal laut. Selama Perang Dunia II,
giroskop menjadi komponen utama untuk pesawat udara. Negara-negara di dunia
kemudian menyadari betapa pentingnya temuan ini untuk kemiliteran. Mereka dengan
segera memproduksi giroskop mereka sendiri. Pada 1917, sebuah perusahaan
bernama Chandler menciptakan mainan giroskop dengan tali dan alasnya. Mainan itu
terus diproduksi hingga hari ini.
Giroskop yang berputar akan berusaha untuk tetap mengarah pada arah yang ditentukan sehingga
perputaran tetap simbang. Inilah yang disebut dengan gaya giroskopik. Hal ini bisa dilihat pada
cara kerja ban sepeda motor. Ban dapat terus seimbang karena dipengaruhi oleh gaya giroskopik.

Untuk mengetahui apa yang dimaksud efek giroskop itu, cobalah ikuti beberapa percobaan
sederhana berikut ini.

a) Siapkan dua buah kotak dan dua buah gasing (dengan jenis dan berat yang sama).
b) Letakkan masing-masing kotak tersebut.
c) Putar salah satu gasing di dalam kotak.
d) angkatlah kedua kotak tersebut dengan hati-hati dan miringkan sedikit kotak yang
berisi gasing yang berputar.

2.9 Roda Daya

2.9.1. Pengertian roda daya


Roda daya adalah sebuah piringan roda besi yang dipergunakan sebagai suatu
reservoir (penyimpan) energi di dalam mesin. Pada saat tenaga mesin bertambah,
putarannya bertambah, dan tenaga tersebut tersimapan dalam roda daya. Pada saat
mesin kekurangan tenaga, roda daya tersebut akan memberikan tenaganya. Tenaga
yang disimpan dalam roda daya berupa tenaga kinetik yang besarnya:
T=Iω
I = momen inersia roda daya terhadap sumbu putarnya Pemakaian sebuah roda daya akan
memungkinkan mesin beroperasi dengan variasi kecepatan yang minimum (mempermulus kerja
mesin) karena roda daya akan bekerja sebagai suatu reservoir untuk menyerap energi yang
berlebihan selama periode saat disuplai energi yang berelebihan, dan didistribusikan kembali ketika

energi yang disuplai tidak mencukupi untuk beban pada mesin.


2.9.2. Fungsi roda daya
2.9.2.1. Menyimpan putaran mesin jika kelebihan tenaga dan menyuplai tenaga mesin
jika terjadi kekurangan tenaga. Hasilnya adalah didapatkan putaran mesin yang stabil.
Roda daya dapat menyimpan energi mekanik putaran mesin mobil dalam kurun waktu
yang singkat.
2.9.2.2. Sebagai tempat pemasangan clutch. Clutch terpasang pada roda daya berikut
tempurung yang seputar sisi sekrupnya pada roda daya. Permukaan salah satu roda
daya dibubut sangat halus. Jadi disamping sebagai alat untuk meneruskan atau
menyalurkan tenaga dari mesin ke poros gardan melalui clutch.
2.9.2.3. Memberikan start awal putaran mesin dengan memasang ring gear pada sisi
luar lingkaran roda daya. Ring gear ini terhubung dengan pinion gear motor starter
ketika mesin mobil distater dari kunci kontak.

2.9.3. Koefisien fluktuasi


Koefisien fluktuasi adalah variasi kecepatan yang diperlukan roda daya (flywheel) yang
didefinisikan sebagai:

Di mana:
ω 1 = kecepatan sudut maksimum roda daya
ω 2 = kecepatan sudut minimum roda daya
ω = kecepatan sudut rata-rata roda daya
V1 = kecepatan maksimum suatu titik tertentu di roda daya
V2 = kecepatan minimum titik yang sama di roda daya
V = kecepatan rata-rata titik yang sama di roda daya
Koefisien yang umumnya digunakan bervariasi dari sekitar 0,2 untuk pompa-pompa dan
mesin-mesin pemecah samapai sekitar 0,003 untuk generator arus bolak-balik.
2.9.4. Menentukan berat roda daya

Apabila:
ω 1 = kecepatan sudut minimum roda daya (flywheel)
ω 2 = kecepatan sudut minimum roda daya (flywheel)
Io = momen kelembaman roda daya (flywheel), terhadap sumbu putarnya
Maka perubahan tenaga kinetic roda daya (flywheel), pada kecepatan maksimum dan kecepatan
minimum dapat dituliskan persamaan sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai