Anda di halaman 1dari 13

TUGAS METODE ELEMEN HINGGA

“Model Elemen Hingga pada Strutur Rangka Batang”

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Metode Elemen Hingga

Disusun oleh:

Febriani Mariyaningrum NIM : 01021170033

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
TANGERANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Konstruksi rangka batang merupakan salah satu bangunan yang banyak
dijumpai saat ini. Hal ini dikarenakan konstruksi ini sangat cocok untuk bangunan
yang berbentang panjang, menarik dari segi arsitektur dan dapat meminimalkan
berat struktur. Untuk mendapatkan desain struktur rangka batang yang optimal
diperlukan metode analisis dan desain struktur yang tepat dan mudah.
Metode Elemen Hingga adalah salah satu metode numerik yang cocok
diterapkan untuk menghitung gaya-dalam (internal forces) pada berbagai kasus di
bidang rekayasa. Proses analisis dilakukan berdasarkan metode kekakuan yang
disajikan dalam formulasi matriks. Keunggulan metode elemen hingga antara lain
kemampuannya untuk memodelkan berbagai bentuk geometri struktur yang tidak
beraturan, juga aspek nonlinieritas dalam hal geometri maupun material.
Pengaplikasian metode elemen hingga pada teknik sipil salah satunya pada
analisis struktur rangka batang. Pada dasarnya analisis dapat dilakukan dengan
menggunakan metode-metode konvensional seperti metode keseimbangan titik
simpul dan metode potongan. Persoalan menjadi cukup rumit ketika metode-
metode tersebut diaplikasikan pada struktur rangka batang statis tak tentu yang
kompleks. Oleh karena itu, persoalan tersebut dapat diatasi dengan mudah antara
lain dengan menggunakan metode elemen hingga.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu konstruksi rangka batang?
2. Apa definisi dari metode elemen hingga?
3. Bagaimana konsep elemen hingga?
4. Bagaimana pemodelan elemen hingga pada rangka batang?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian dari konstruksi rangka batang.
2. Memahami definisi dari metode elemen hingga.
3. Memahami konsep elemen hingga.
4. Memahami pemodelan elemen hingga pada rangka batang.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konstruksi Rangka Batang


Kontruksi rangka batang atau truss adalah suatu konstruksi yang tersusun atas
batang-batang yang dihubungkan satu dengan yang lainnya untuk menahan gaya
tarik dan batang-batang tekan saja, umumnya material yang digunakan berupa
kayu, baja atau paduan keduanya. Konstruksi rangka batang umumnya digunakan
pada struktur jembatan, bangunan-bangunan yang berbentang panjang, atap rumah
dan sebagainya.
2.2 Pengertian Metode Elemen Hingga
Metode elemen hingga adalah prosedur numerik dalam memecahkan
masalah mekanika kontinum dengan ketelitian yang dapat diterima. Metode ini
digunakan pada masalah-masalah rekayasa dimana exact solution/analytical
solution tidak dapat menyelesaikannya. Inti dari metode elemen hingga adalah
membagi suatu benda yang akan dianalisa menjadi beberapa bagian dengan
jumlah hingga. Bagian-bagian ini disebut elemen yang mana tiap elemennya
dihubungkan dengan nodal. Kemudian dibangun persamaan matematika yang
menjadi representasi benda tersebut.
2.3 Konsep Elemen Hingga
Metode elemen hingga adalah suatu metode pemaparan bagaimana
perjalanan aksi hingga timbul reaksi dalam materi, atau metode untuk
memperkirakan besar reaksi dan reaksi apa yang timbul dari materitersebut.
Kontinum dibagi-bagi menjadi beberapa bagian yang lebih kecil, maka elemen
kecil ini disebut elemen hingga. Proses pembagian kontinum menjadi elemen
hingga disebut proses “diskretisasi” (pembagian). Dinamakan elemen hingga
karena ukuranelemen kecil ini berhingga (bukannya kecil tak berhingga) dan
umumnya mempunyai bentuk geometri yang lebih sederhana dibanding dengan
kontinumnya.
Dengan metode elemen hingga kita dapat mengubah suatu masalah dengan
jumlah derajat kebebasan tertentu sehingga proses pemecahannya akan lebih
sederhana. Misalnya suatu batang panjang yang bentuk fisiknya tidak lurus,
dipotong-potong sependek mungkin sehingga terbentuk batang-batang pendek
yang relatif lurus. Maka pada bentang yang panjang tadi disebut kontinum dan
batang yang pendek disebut elemen hingga.
Suatu bidang yang luas dengan dimensi yang tidak teratur, dipotong-
potong berbentuk segi tiga atau bentuk segi empat yang beraturan. Bidang yang
dengan dimensi tidak beraturan tadi disebut kontinum, bidang segitiga atau segi
empat beraturan disebut elemen hingga. Dan banyak lagi persoalan yang identik
dengan hal diatas. Maka dari sini dapat dikatakan bahwa elemen hingga
merupakan elemen diskrit dari suatu kontinum yang mana perilaku strukturnya
masih dapat mewakili perilaku struktur kontinumnya secara keseluruhan.
Pendekatan dengan elemen hingga merupakan suatu analisis pendekatan
yang berdasarkan asumsi peralihan atau asumsi tegangan, bahkan dapat juga
berdasarkan kombinasi dari kedua asumsi tadi dalam setiap elemennya.
Karena pendekatan berdasarkan fungsi peralihan merupakan teknik yang
seringsekali dipakai, maka langkah-langkah berikut ini dapat digunakan sebagai
pedoman bila menggunakan pendekatan berdasarkan asumsi tersebut :
1. Bagilah kontinum menjadi sejumlah elemen (Sub-region) yang
berhinggadengan geometri yang sederhana (segitiga, segiempat, dan lain
sebagainya).
2. Titik-titik pada elemen yang diperlakukan sebagai titik nodal, dimana syarat
keseimbangan dan kompatibilitas dipenuhi.
3. Asumsikan fungsi peralihan pada setiap elemen sedemikian rupa sehingga
peralihan pada setiap titik sembarangan dipengaruhi oleh nilai-nilai titik
nodalnya.
4. Pada setiap elemen khusus yang dipilih tadi harus dipenuhi persyaratan
hubungan regangan peralihan dan hubungan rengangan-tegangannya.
5. Tentukan kekakuan dan beban titik nodal ekivalen untuk setiap elemen dengan
menggunakan prinsip usaha atau energi.6.
6. Turunkan persamaan keseimbangan ini untuk mencari peralihan titik nodal.
7. Selesaikan persamaan keseimbangan ini untuk mencari peralihan titik nodal.
8. Hitung tegangan pada titik tertentu pada elemen tadi.
9. Tentukan reaksi perletakan pada titik nodal yang tertahan bila diperlukan.
2.4 Pemodelan Elemen Hingga pada Rangka Batang
2.4.1 Sistem Lokal dan Global
Untuk memahami koordinat lokal dan global, dapat dilihat pada gambar
1.1. pada gambar tersebut terdapat sebuah beam atau elemen. x’ adalah sistem
koordinat yang sejajar dengan beam atau elemen sedangkan y’ adalah koordinat
yang tegak lurus dengan beam . x’ dan y’ dinamakan sistem koordinat lokal .
Selain itu ada koordinat lain selain x’ dan y’ yang tidak sejajar dengan beam,
yakni x dan y . Koordinat tersebut dinamakan sistem koordinat global.

Gambar 1.1
Perpindahan – perpindahan pada batang tersebut dibagi menjadi perpindahan lokal
dan perpindahan global. Dimana perpindahan lokal adalah perpindahan yang
merepresentasikan perpindahan pada sistem koordinat lokal, penomorannya
dinamai dengan q1’ dan q2’. Sedangkan perpindahan global adalah perpindahan
yang merepresentasikan perpindahan secara global, penomorannya dinamai
dengan q1, q2, q3 dan q4. Penggambarannya dapat dilihat pada gambar 1.2.
Gambar 1.2
Dalam hal ini dapat disimpulkan semua nilai-nilai dalam sistem koordinat lokal
ditandai dengan tanda (’) dan nilai-nilai dalam sistem koordinat global ditandai
dengan ( ).
Hubungan antara q’ dan q adalah sebagai berikut, pada gambar 1.2 nilai q1’
adalah sama dengan jumlah proyeksi q1 dan q2 pada sumbu x jadi :
q '1=q 1 cos+ q2 sinθ (1)
Demikian juga
q '2=q 3 cos +q 4 sinθ (2)
Cosinus-cosinus arah l dan m diperkenalkan sebagai l= cos dan m = sin.
Cosinus-cosinus arah ini adalah cosinus sudut yang dibentuk oleh sistem
koordinat lokal dan sistem koordinat global. Persamaan (1) dan (2) dapat ditulis
dalam bentuk matriks
q ' =Lq (4)
Dimana matriks transformasi L diberikan sebagai

L= [ 0l m 0 0
0 l m ] (5)

2.4.2 Matriks Kekakuan


Deformasi yang terjadi pada beam dapat bertindak seperti sebuah pegas, dimana
jumlah deformasi berbanding lurus dengan gaya yang diterapkan pada beam.
Beam yang ditarik dan ditekan akan memberikan energi potensial , yang mana
energi ini disebut sebagai Strain Energy dan dapat dinyatakan dalam hukum
hooke yaitu hukum yang menyatakan bahwa gaya berbanding lurus dengan
deformasi.
F=k ∆ x (6)
Energi (u ) adalah jumlah gaya yang bekerja pada setiap perpindahan, maka dari
itu menghitung energi didapat dengan mengintegralkan hukum hooke,
1
u=k ∫ x dx= k Q ² (7)
2
AE
dimana k adalah kekakuan elemen k = , A = luas dari elemen, E = Modulus
L
elastisitas material dan L = panjang elemen.
Q adalah total panjang perpindahan yang terjadi pada suatu elemen, jika Q adalah
perpindahan yang terjadi pada sistem koordinat lokal, maka persamaan Q dapat
ditulis dengan
Q = (q2’ – q1’ ) (8)
Substitusi persamaan (7) dan persamaan (8) diatas, diperoleh
1
u= k (q 2 '−q 1 ')² (9)
2
atau
1
u= k (q 2 ' ²−2 q2 ' q 1 ' + q1 ²) (10)
2
Perpindahan q’ dapat ditulis dalam bentuk vektor sebagai berikut ,
q1 '
q'=
[ ]
q1 '
(11)

dan
AE 1 −1
k '= [
L −1 1 ] (12)

dengan ini, kita dapat menulis persamaan (10) dengan


1
u= q ' T k ' q ' (13)
2
untuk mendapatkan energi regangan pada saat kondisi global, dapat dituliskan
dengan mensubstitusi persamaan (4) ke persamaan (13) sehingga diperoleh
1
u= q ' T [ LT k ' L ] q (14)
2
atau
1
u= q 'T kq (15)
2
dengan k adalah matriks kekakuan elemen dalam koordinat global, yaitu
k =LT k ' L (16)
Substitusi persamaan (5) dan persamaan (12) ke persamaan (16) diatas, diperoleh
l² lm −l ² −lm
k=
AE lm
[ m ² −lm −m²
L −l ² −lm
−lm −m² lm
l² lm

] (17)

dimana :
E = Modulus elastisitas kekakuanmaterial
A = Luas daerah elemen
L = Panjang elemen
l = cos
m = sin
2.4.3 Perhitungan Tegangan
Rumusan – rumusan untuk mendapatkan tegangan-regangan pada elemen dapat
diperoleh dengan catatan bahwa suatu elemen rangka batang dalam koordinat
lokal adalah elemen sederhana dengan dua gaya. Oleh karena itu , tegangan 
pada suatu elemen rangka batang, diberikan oleh
 = E (18)
Regangan ialah  perbandingan antara pertambahan panjang benda terhadap
panjang benda mula-mula. Oleh karena itu persamaan (18) dapat ditulis dengan
q2 '−q1 '
¿E (19)
L
Atau dituliskan dalam vector
E q '
¿
L
[ −1 1 ] 1
[ ]
q2'
(20)

Atau
E
¿ [ −1 1 ] q ' (21)
L
Dimana perpindahan dalam koordinat lokal
q1 '
q'=
[ ]
q2 '
(22)

dan perpindahan dalam koordinat global


q1
q

[]
q= 2 (23)
q3
q4

Substitusi persamaan (4) ke persamaan (21)


E
¿ [ −1 1 ] Lq (24)
L
Atau
E
¿ [ −l −m l m ] q (25)
L
Dimana
 = Tegangan
E = Modulus elastisitas
L = Panjang elemen
l = cos
m = sin
q = Perpindahan dalam global
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan :
1. Kontruksi rangka batang atau truss adalah suatu konstruksi yang tersusun atas
batang-batang yang dihubungkan satu dengan yang lainnya untuk menahan
gaya luar secara bersama-sama.
2. Metode elemen hingga digunakan pada masalah-masalah rekayasa dimana
exact solution/ analytical solution tidak dapat menyelesaikannya.
3. Inti dari metode elemen hingga adalah membagi suatu benda yang akan
dianalisa, menjadi beberapa bagian dengan jumlah hingga (finite).
4. Matriks kekakuan yang diperoleh pada pemodelan elemen hingga pada rangka
batang adalah
l² lm −l ² −lm
k=
AE lm
[m
L −l ² −lm
² −lm −m²

−lm −m² lm
l² lm

]
5. Matriks perhitungan tegangan pada pemodelan elemen hingga pada rangka
batang adalah
E
¿ [ −l −m l m ] q
L
Daftar Pustaka
Cook, Robert D. 1990. Konsep dan Aplikasi Metode Elemen Hingga. Bandung :
PT Eresco.
Dapas, Servie O. 2011. Aplikasi Metode Elemen Hingga pada Analisis Struktur
Rangka Batang. Media Engineering.
file:///C:/Users/Febriani/Downloads/APLIKASI_METODE_ELEMEN_HINGGA
_PADA_ANALI.pdf
http://www.unm.edu/~bgreen/ME360/Finite%20Element%20Truss.pdf
https://www.academia.edu/14863833/Metode_Element_Hingga
https://mesin.ulm.ac.id/assets/dist/bahan/MEH_Buku_Ajar_full.pdf

Anda mungkin juga menyukai