KEDOKTERAN KERJA
SISTEM ILMU KEDOKTERAN KOMUITAS II
“Penyakit Akibat Kerja pada Tukang Jahit di Kawasan Pondok Benda”
Dosen Pembimbing:
dr. Yolanda
Disusun Oleh:
Rizkianna Narwiningtyas 2013730094
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Menurut WHO (1950), Kesehatan Kerja adalah kesehatan fisik maupun pisikis pekerja
sehubungan dengan pekerjaannya (mencakup metode kerja, kondisi kerja, dan lingkungan
kerja) yang mungkin dapat menyebabkan kecelakaan, penyakit, ataupun perubahan kesehatan
pekerja. Kemudian pada tahun 1995 sebuah Komisi Gabungan antara WHO dan ILO
melengkap definisi dari Kesehatan Kerja yaitu suatu pelayanan untuk peningkatan dan
pemeliharaan derajat kesehatan (fisik, mental, dan sosial) yang setinggi-tingginya bagi
pekerja disemua jabatan, pencegahan penyimpang kesehatan yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan, perlindungan pekerja dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan,
penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang adaptasi antara
pekerjaan dengan manusia dan manusia dengan jabatannya.
Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan
dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri.Demikian pula untuk mengatasi
masalah kesehatan masyarakat tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri tapi harus
dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap kesehatan tersebut.
Terwujudnya derajat kesehatan dalam masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor
sebagaimana telah dikemukakan oleh Hendrik L. Blum. Faktor-faktor yang dimaksud antara
lain: faktor keturunan, faktor pelayanan kesehatan, faktor perilaku dan faktor lingkungan.
Diantara faktor-faktor tersebut, faktor lingkungan merupakan faktor yang paling besar
memegang peranan dalam status kesehatan masyarakat.
Puskesmas adalah pusat pelayanan masyarakat yang bergerak diberbagai aspek dengan fokus
untuk mencapai kesehatan yang baik bagi masyarakat. Alat pelindung diri adalah
kelengkapan yang wajib dikenakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan
dan kesehatan pekerja dalam melaksanakan tugasnya diharuskan menggunakan Alat
Pelindung Diri. (+Administatif) Namun sering kali, pekarya tidak memahami bahaya yang
dapat terjadi akibat penularan infeksi dan tidak menjalankan prinsip-prinsip kesehatan dan
keselamatan kerja.Hal ini jika dibiarkan dapat menyebabkan timbulnya gangguan kesehatan
akibat penularan penyakit infeksi di tempat kerja.
TUJUAN
Pengamatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja
yang terjadi pada Sektro Formal “Tukang Jahit”.
MANFAAT
Diharapkan penyusun dapat mengidentifikasi penyakit yang timbul akibat kerja, serta
menentukan alat pelindung diri yang dapat digunakan untuk menurunkan risiko gangguan
kesehatan akibat kerja.
Dalam tugas ini melakukan diagnosis akibat kerja kepada tukang galon yang bekerja
di rumahnya di pondok benda. Beliau bekerja dari pagi hingga sore, dari senin sampai
minggu tergantung dengan adanya permintaan, berikut deskripsi waktu kerja beliau:
- Senin - minggu : 08.00 s/d 21.00 (± 13 jam)
BAB II
PEMBAHASAN
2. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Nyeri pada daerah punggang sejak 1 bulan terakhir.
e. Riwayat Alergi
Alergi obat, debu, makanan, cuaca, disangkal.
f. Riwayat Psikososial
Pasien bekerja sebagai tukang jahit. Sehari-hari pasien
melakukan kegiatan seperti menjahit baju. Pasien bekerja sejak pagi
hingga malam hari. Pasien mengaku semua kegiatan dilakukan pasien
sendiri. Pasien tidak mengkonsumsi alkohol ataupun rokok. Pasien
mengkonsumsi kopi 1-2 kali perhari dan banyak minum air putih.
g. Riwayat Pengobatan
Pasien mengaku belum pernah berobat sebelumnya dan sedang
tidak dalam pengobatan jangka panjang.
3. Riwayat Pekerjaan
a. Jenis Pekerjaan
Jenis Tukang jahit
Pekerjaan
Alat Yang Mesin jahit
Digunakan
Tempat Kerja Toko Pasien
Lama Kerja Pada hari Senin – Minggu : 08.00 – 21.00
b. Uraian Tugas/Pekerjaan
1) Cara Melakukan Pekerjaan
Os bekerja sebagai tukang jahit sejak tahun 2016 Setiap harinya melakukan
pekerjaan yang sama. Dimulai dari menyiapkan toko, menyalakan mesin
jahit, kapur jahit, gunting, mesin obras.
2) Detail Aktifitas
Urutan aktivitas jam kerja :
Jam Kegiatan Yang Dilakukan
06.00 – 06.30 Sarapan
06.30 – 07.00 Membuka toko dan menyiapkan alat jahit
07.00 – 12.00 Mulai bekerja
12.00 – 13.00 Istirahat makan siang
13.00 – 15. 00 Mulai bekerja kembali
15.00 – 16.00 Istirahat
16. 00 – 18.00 Mulai bekerja kembali
18.00 – 19.00 Istirahat
19.00 – 21.00 Mulai bekerja dan menutup toko
menja
dikan
Suara
bising
dari
mesin
jahit,
suara
kenda
raan
yang
lalu
lalang
didep
an
lokasi
4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum dan Tanda Vital
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital TD : 120/80mmHG HR : 86x/m
RR : 18x/m T : 36.6 oC
Keadaan Gizi BB : 48 kg TB : 158 cm
BMI : 18,9 Interpretasi : normal
Status Generalis
Mata : CA (-/-), SI (-/-) Refleks Cahaya (+/+)
Hidung : Pendarahan (-), Sekret (-) Massa (-)
Telinga : Sekret (-/-) Serumen (-/-)
Mulut : Faring Hiperemis (-) Karies Dentis (-)
Tonsil T1 – T1
Leher : Pembesaran Tiroid / KGB (-)
Thorax : Simetris kanan dan kiri
Pulmo : Retraksi Dinding Dada (-/-)
Vocal Fremitus sama kanan dan kiri
Batas paru jantung normal
Vesikuler (+/+) Wheezing (-/-) Ronkhi (-/-)
Cor : Ictus Cordis Tidak Terlihat
Ictus Cordis Teraba
BJ I dan II Regular, Gallop (-) Murmur (-)
Abdomen : Nampak cembung, distensi (-) Bising Usus (+)
Timpani (+) Nyeri Tekan (-) CVA (-/-)
Ekstremitas : Atas : Akral Hangat (+/+) CRT < 2’ (+/+)
Bawah : Akral Hangat (+/+) CRT < 2’ (+/+)
Status Lokalis :
Pemeriksaan Motorik
Kekuatan otot : 5555 5555
5555 5555
Tonus : Baik
Refleks Fisiologis
Refleks biseps : ++/++
Refleks triceps : ++/++
Refleks patella : ++/++
Refleks achilles : ++/++
Refleks Patologis
Babinski : -/-
Chaddock : -/-
Oppenheim : -/-
Gordon : -/-
Schaefer : -/-
Hoffman Trommer : -/-
Reflex meningens
Brudzinsky 1 : -
Brudzinsky II : -
Lasegue : -/-
Kernig : -/-
Kaku kuduk : -
B. ANALISIS HUBUNGAN PEKERJAAN DENGAN PENYAKIT YANG
DIDERITA
1. Pemeriksaan ruang / tempat kerja
Tempat kerja pasien cukup berisiko menyebabkan penyakit akibat kerja.
Pasien bekerja di ruang terbuka dengan debu, dengan posisi kerja pada posisi
duduk tegak tanpa bantalan pada alas dan sandaran kursi
2. Pembuktiaan hubungan penyakit dengan pekerjaan.
Pasien mengaku keluhan dirasakan ± 1 tahun terakhir namun hilang timbul
dan tidak dirasakan jika pasien sedang tidak bekerja atau pasien beristirahat
dengan cukup, namun 1 bulan terakhir pasien mengaku keluhan yang
dirasakan tidak berkurang. Jadi pekerjaannya terbukti membuat keluhan
menjadi lebih berat.
3. Pembuktian tidak ada hubungan penyakit dengan penyebab luar
pekerjaan
Pasien tidak memiliki pekerjaan lain.
D. PROGNOSIS
- Ad Vitam : Bonam (menyangkut kehidupan)
- Ad Sanasionam : Dubia ad Bonam (menyangkut kesembuhan)
- Ad Fungsionam : Bonam (menyangkut fungsional)
Prognosis okupasi : Ad Bonam
Permasalahan pasien dan rencana penatalaksanaannya
Melakukan pemanasan
sebelum bekerja
Relaksasi otot-otot secara
berkala misalnya tiap 30 menit
.
Promotif:
Penyuluhan dan edukasi
tentang LBP
Deskripsi Pekerjaan
Pekerjaan Tn. B memerlukan tenaga fisik yang cukup melelahkan. Saat
menjahit, Tn. B diharuskan duduk yang lama saat menjahit dan menunggu
pesanan.
Lamanya Melakukan Pekerjaan
Tn. B telah melakukan pekerjaan ini selama 3 tahun dan bekerja selama 7x dalam
seminggu. Tn. B bekerja dari pukul 08.00-21.00 dengan waktu istirahat yang
kondisional.
Bahan/material yang digunakan
Sebagai tukang jahit yang digunakan oleh Tn. B adalah bahan baku kain yang
bisa menimbulkan reaksi alergi.
Pola waktu terjadinya gejala
Pegal pada pundak, tangan dan punggung sering dirasakan saat duduk saat waktu
yang lama saat menjahit. Tn. B juga mengalami batuk-batuk saat di rumah.
Usia
Pada usia antara 19-50 tahun, yaitu periode usia yang paling produktif, nyeri tulang
belakang menjadi penyebab disabilitas yang paling tinggi
Jenis Kelamin
Masalah punggung dilaporkan mengenai baik pria maupun wanita dalam
perbandingan yang sarna banyak (Andersson, 1979; Nachemson, 1976). Ber-
dasarkan data kompensasi pekerja, pria dilaporkan melakukan 76% dan 80% semua
klaim kompensasi punggung (Klein dkk., 1984; Snook, 1978). Secara keseluruhan,
wanita lebih sedikit mengalami cedera dibandingkan pria tapi wanita cenderung
mempunyai peluang yang bertambah untuk mengajukan klaim dan menjadi penagih
kompensasi cedera yang mahal (Bigos, 1986b).
Masalah gangguan pernapasan juga dapat diderita oleh laki-laki maupun
perempuan.
Kesalahan Posisi dalam Bekerja
Untuk menerapkan kedua prinsip kinetis, kegiatan pekerjaan menapu harus
dilakukan sebagai berikut :
1. Menggunakan kursi dengan tinggi badan pekerja dan gerobak harus sesuai, tidak boleh
terlalu pendek ataupun terlalu tinggi, karena akan menyebabkan pekerja tidak memiliki
posisi yang nyaman saat mengolah soto mie dan tidak perlu berdiri lama.
2. Usahakan punggung harus lurus, jangan membungkuk karena dapat menyebabkan otot
– otot pinggang terasa nyeri.
3. Posisi kaki dibuat sedemikian rupa sehingga mampu untuk mengimbangi tubuh saat
bekerja.
Tingkat Pendidikan
Berbagai penelitian menunjukkan pentingnya tingkat pendidikan sebagai faktor
prognostik nyeri punggung dan penyakit muskuloskeletal lain. Penjelasan yang diberikan
mengenai hal ini adalah seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang terbatas dan
pekerjaan dengan bayaran yang rendah lebih mungkin melakukan pekerjaan berat atau
pekerjaan yang melibatkan getaran atau beban lain terhadap tulang belakang.
Faktor Psikososial
Faktor psikososial lain yang ditemukan pada pasien dengan nyeri punggung
meliputi depresi, kecanduan alkohol, perceraian, ketidakmampuan membangun kontak
emosi, masalah keluarga, riwayat operasi punggung, dan angka Minnesota Multi-phasic
Personality Inventory (MMPI) tidak normal.
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Keluhan yang dirasakan pasien merupakan kebiasaan yang terjadi akibat
posisi pasien yang tidak baik selama bekerja dan jam kerja pasien yang cukup
panjang. Oleh karena itu pasien harus mengatur jam kerja dan istirahatnya. Dan
diberikan pengetahuan terhadap pekerjaan yang dilakukan pasien agar pasien dapat
mencegah terjadinya kekambuhan penyakitnya. Seperti melakukan istirahat setelah 2
jam bekerja dan melakukan peregangan dengan tujuan tidak terjadi gerakan yang
statis.
B. SARAN
Pekerjaan yang pada posisi berulang dan terus menerus, diperlukan adanya
istirahat pada tengah-tengah aktivitas bukan saat pekerjaan telah selesai baru
mendapatkan istirahat. Dan juga lakukan relaksasi pada otot di sela-sela waktu
bekerja. Penting tanggung jawab dan kedisiplinan pekerja / individu itu sendiri dalam
mengendalikan risiko yang mungkin terjadi pada dirinya. Serta menghentikan
pekerjaan yang berhubungan dengan getaran.
LAMPIRAN