Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN HASIL PENGAMATAN

KEDOKTERAN KERJA
SISTEM ILMU KEDOKTERAN KOMUITAS II
“Penyakit Akibat Kerja pada Tukang Jahit di Kawasan Pondok Benda”

Dosen Pembimbing:
dr. Yolanda

Disusun Oleh:
Rizkianna Narwiningtyas 2013730094

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH JAKARTA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN

Menurut WHO (1950), Kesehatan Kerja adalah kesehatan fisik maupun pisikis pekerja
sehubungan dengan pekerjaannya (mencakup metode kerja, kondisi kerja, dan lingkungan
kerja) yang mungkin dapat menyebabkan kecelakaan, penyakit, ataupun perubahan kesehatan
pekerja. Kemudian pada tahun 1995 sebuah Komisi Gabungan antara WHO dan ILO
melengkap definisi dari Kesehatan Kerja yaitu suatu pelayanan untuk peningkatan dan
pemeliharaan derajat kesehatan (fisik, mental, dan sosial) yang setinggi-tingginya bagi
pekerja disemua jabatan, pencegahan penyimpang kesehatan yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan, perlindungan pekerja dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan,
penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang adaptasi antara
pekerjaan dengan manusia dan manusia dengan jabatannya.
Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan
dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri.Demikian pula untuk mengatasi
masalah kesehatan masyarakat tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri tapi harus
dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap kesehatan tersebut.
Terwujudnya derajat kesehatan dalam masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor
sebagaimana telah dikemukakan oleh Hendrik L. Blum. Faktor-faktor yang dimaksud antara
lain: faktor keturunan, faktor pelayanan kesehatan, faktor perilaku dan faktor lingkungan.
Diantara faktor-faktor tersebut, faktor lingkungan merupakan faktor yang paling besar
memegang peranan dalam status kesehatan masyarakat.
Puskesmas adalah pusat pelayanan masyarakat yang bergerak diberbagai aspek dengan fokus
untuk mencapai kesehatan yang baik bagi masyarakat. Alat pelindung diri adalah
kelengkapan yang wajib dikenakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan
dan kesehatan pekerja dalam melaksanakan tugasnya diharuskan menggunakan Alat
Pelindung Diri. (+Administatif) Namun sering kali, pekarya tidak memahami bahaya yang
dapat terjadi akibat penularan infeksi dan tidak menjalankan prinsip-prinsip kesehatan dan
keselamatan kerja.Hal ini jika dibiarkan dapat menyebabkan timbulnya gangguan kesehatan
akibat penularan penyakit infeksi di tempat kerja.
TUJUAN
Pengamatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja
yang terjadi pada Sektro Formal “Tukang Jahit”.

MANFAAT
Diharapkan penyusun dapat mengidentifikasi penyakit yang timbul akibat kerja, serta
menentukan alat pelindung diri yang dapat digunakan untuk menurunkan risiko gangguan
kesehatan akibat kerja.

Hasil Pengamatan Terhadap Kegiatan Kerja


1. Jenis Pengamatan : Kunjungan (Kedokteran Kerja)
2. Cara Pengamatan : Wawancara dan laporan
3. Jenis Pekerjaan : Tukang Jahit
4. Waktu Pelaksanaan : 21 Januari 2019
5. Lokasi : Noor Fermak levis

Dalam tugas ini melakukan diagnosis akibat kerja kepada tukang galon yang bekerja
di rumahnya di pondok benda. Beliau bekerja dari pagi hingga sore, dari senin sampai
minggu tergantung dengan adanya permintaan, berikut deskripsi waktu kerja beliau:
- Senin - minggu : 08.00 s/d 21.00 (± 13 jam)
BAB II
PEMBAHASAN

A. STATUS KESEHATAN PASIEN


1. Identitas Pasien
Nama :Tn. Budiman
Usia :29 tahun
Pekerjaan :Tukang Jahit
Alamat :Noor Fermak Levis
Pendidikan :SMA

2. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Nyeri pada daerah punggang sejak 1 bulan terakhir.

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Nyeri pada pada daerah punggang bawah sejak 1 bulan yang lalu.
Nyeri dirasakan menetap pada daerah punggang dan tidak menjalar ke
kaki. Keluhan tersebut dirasakan hilang timbul dan jika pasien
beraktivitas lama keluhan timbul lagi, seperti saat sedang bekerja
seperti duduk yang lama saat menjahit. keluhan seperti ini sudah
dirasakan pasien sejak ± 1 tahun terakhir, namun biasanya membaik
jika pasien istirahat yang cukup atau tidak dirasakan pasien jika pasien
sedang tidak ada pekerjaan atau pesanan. Pasien bekerja
menghabiskan waktu 13 jam dengan posisi duduk yang lama. Jika
nyeri dirasakan menganggu pasien istirahat sejenak sampai nyeri
dirasakan hilang. Buang air besar dan buang air kecil lancar, Riwayat
jatuh disangkal (-), kelemahan anggota gerak tidak ada, keluhan
lainnya disangkal.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien belum pernah mengalami penyakit ini sebelumnya.
d. Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang serupa.
Riwayat darah tinggi dan kencing manis pada keluarga disangkal.

e. Riwayat Alergi
Alergi obat, debu, makanan, cuaca, disangkal.

f. Riwayat Psikososial
Pasien bekerja sebagai tukang jahit. Sehari-hari pasien
melakukan kegiatan seperti menjahit baju. Pasien bekerja sejak pagi
hingga malam hari. Pasien mengaku semua kegiatan dilakukan pasien
sendiri. Pasien tidak mengkonsumsi alkohol ataupun rokok. Pasien
mengkonsumsi kopi 1-2 kali perhari dan banyak minum air putih.

g. Riwayat Pengobatan
Pasien mengaku belum pernah berobat sebelumnya dan sedang
tidak dalam pengobatan jangka panjang.

3. Riwayat Pekerjaan
a. Jenis Pekerjaan
Jenis Tukang jahit
Pekerjaan
Alat Yang Mesin jahit
Digunakan
Tempat Kerja Toko Pasien
Lama Kerja Pada hari Senin – Minggu : 08.00 – 21.00

b. Uraian Tugas/Pekerjaan
1) Cara Melakukan Pekerjaan
Os bekerja sebagai tukang jahit sejak tahun 2016 Setiap harinya melakukan
pekerjaan yang sama. Dimulai dari menyiapkan toko, menyalakan mesin
jahit, kapur jahit, gunting, mesin obras.
2) Detail Aktifitas
Urutan aktivitas jam kerja :
Jam Kegiatan Yang Dilakukan
06.00 – 06.30 Sarapan
06.30 – 07.00 Membuka toko dan menyiapkan alat jahit
07.00 – 12.00 Mulai bekerja
12.00 – 13.00 Istirahat makan siang
13.00 – 15. 00 Mulai bekerja kembali
15.00 – 16.00 Istirahat
16. 00 – 18.00 Mulai bekerja kembali
18.00 – 19.00 Istirahat
19.00 – 21.00 Mulai bekerja dan menutup toko

 Bahaya potensial dan gangguan kesehatan yang timbul


a. Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan
gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya:
terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), terpapar
cuaca panas dan sinar matahari langsung, intensitas penerangan kurang
memadai, getaran, radiasi.
Pada Tn. B, potensi bahaya fisik yang dimiliki adalah paparan debu dan
polusi dari asap kendaraan yang akan menyebabkan gangguan pernapasan,
paparan dari getaran mesin jahi, paparan dari bising suara mesin jahit dan
suara kendaraan yang lalu lalang akan menyebabkan gangguan pendengaran.
Paparan dari cuaca pana karena sinar matahari.
b. Potensi bahaya kimia, yaitu potesni bahaya yang berasal dari bahan-bahan
kimia yang digunakan. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau
mempengaruhi tubuh tenaga kerja melalui : inhalation (melalui pernafasan),
ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin contact (melalui kulit).
Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh tenaga kerja sangat
tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk potensi bahaya
misalnya debu, gas, uap, asap, daya acun bahan (toksisitas), dan cara masuk
ke dalam tubuh.
Pada Tn. B, potensi bahaya kimia yang dimiliki tidak ada dan tidak dijumpai
sehubungan masalah kesehatan.
c. Potensi bahaya biologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan
oleh kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara yang berasal dari atau
bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit tertentu,
misalnya : TBC, Hepatitis A/B, Aids dll maupun yang berasal dari bahan-
bahan yang digunakan saat melakukan pekerjaan.
Pada Tn. B ditemukan adanya potensi bahaya biologis, karena pada tempat
mesin jahit tempatnya tidak ada ventilasi dan ruangannya agak lembab
menyebabkan adanya mikrobiologi.
d. Potensi bahaya ergonomi
- Repetitif (berulang) : Pola kerja yang sama yang selalu berulang selama 3tahun.
- Posisi kerja : Saat melakukan pekerjaannya, pekerja lebih banyak duduk lama dan
ridak ada bantalan kursi dan sandaran pada kursi.
- Lingkungan pekerjaan yang buruk : Lingkungan jalanan yang kotor, berdebu dan
banyak polusi menyebabkan pekerja seringkali batuk-batuk.
e. Potensi bahaya psikososial, yaitu potensi bahaya yang berasal atau
ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis keenagakerjaan yang kurang
baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti : penempatan tenaga kerja
yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi, temperamen
atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak
sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya
sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta hubungan antara
individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja.
Kesemuanya tersebut akan menyebabkan terjadinya stress akibat kerja.
Pada Tn.B dapat ditemukan adanya potensi bahaya psikososial karena Tn.B
jauh dari keluarga. Tn. B tinggal di bandung dengan anak dan istrinya namun
harus mengontrak ke pondok benda untuk menjadi tukang jahit sehingga
Tn.B jarang pulang ke bogor.
f. Potensi bahaya dari proses produksi, yaitu potensi bahaya yang berasal
atau ditimbulkan oleh bebarapa kegiatan yang dilakukan dalam proses
produksi, yang sangat bergantung dari: bahan dan peralatan yang dipakai,
kegiatan serta jenis kegiatan yang dilakukan.
Pada Tn. B, dapat ditemukan potensi bahaya seperti tangan terkena jarum saat
menjahit.
g. Potensi bahaya lifestyle
- Merokok.
- Memakai narkoba dan meminum alkohol.
- Diet yang tidak teratur.
- Pola hidup yang buruk dan kurangnya berolahraga.
Pada Tn.B ditemukan potensi bahaya lifestyle karena Tn.B memiliki kebiasaan
hidup yang kurang baik yaitu pola makan tidak teratur 1-2x sehari, merokok 2-3
bungkus/hari,minum kopi 1 gelas/hari, tidak memakai narkoba dan tidak minum
minuman beralkohol.
 Alat pelindung diri yang digunakan : Tidak ada alat pelindung diri yang
digunakan
 Risiko kecelakaan kerja : terkena jarum saat menjahit.
c. Bahaya Potensial
Bahaya Potensial
Kegiatan Fisik Gangguan Kimia Gangguan Biologis Gangguan Ergonomis Gangguan Psikososial Gangguan accident
Kesehatan Kesehatan Kesehatan Kesehatan Kesehatan
Menjahit tempa Noice - - Bakteri, - saat Low Back - - Terkena

pakaian t induced virus, melakukan Pain, jarum

penja hearing jamur pekerjaan Myalgia


loss para penjahit
hitan
pada posisi
yang
duduk tegak
tidak
tanpa
terlalu bantalan
lapan pada alas
g dan dan sandaran
padat kursi

menja
dikan
Suara
bising
dari
mesin
jahit,
suara
kenda
raan
yang
lalu
lalang
didep
an
lokasi
4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum dan Tanda Vital
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital TD : 120/80mmHG HR : 86x/m
RR : 18x/m T : 36.6 oC
Keadaan Gizi BB : 48 kg TB : 158 cm
BMI : 18,9 Interpretasi : normal
Status Generalis
Mata : CA (-/-), SI (-/-) Refleks Cahaya (+/+)
Hidung : Pendarahan (-), Sekret (-) Massa (-)
Telinga : Sekret (-/-) Serumen (-/-)
Mulut : Faring Hiperemis (-) Karies Dentis (-)
Tonsil T1 – T1
Leher : Pembesaran Tiroid / KGB (-)
Thorax : Simetris kanan dan kiri
Pulmo : Retraksi Dinding Dada (-/-)
Vocal Fremitus sama kanan dan kiri
Batas paru jantung normal
Vesikuler (+/+) Wheezing (-/-) Ronkhi (-/-)
Cor : Ictus Cordis Tidak Terlihat
Ictus Cordis Teraba
BJ I dan II Regular, Gallop (-) Murmur (-)
Abdomen : Nampak cembung, distensi (-) Bising Usus (+)
Timpani (+) Nyeri Tekan (-) CVA (-/-)
Ekstremitas : Atas : Akral Hangat (+/+) CRT < 2’ (+/+)
Bawah : Akral Hangat (+/+) CRT < 2’ (+/+)
Status Lokalis :
 Pemeriksaan Motorik
Kekuatan otot : 5555 5555
5555 5555

Tonus : Baik

Atrofi : Tidak Ada

 Pemeriksaan Sensorik : Normal

 Refleks Fisiologis
Refleks biseps : ++/++
Refleks triceps : ++/++
Refleks patella : ++/++
Refleks achilles : ++/++

 Refleks Patologis
Babinski : -/-
Chaddock : -/-
Oppenheim : -/-
Gordon : -/-
Schaefer : -/-
Hoffman Trommer : -/-

 Reflex meningens
Brudzinsky 1 : -
Brudzinsky II : -
Lasegue : -/-
Kernig : -/-
Kaku kuduk : -
B. ANALISIS HUBUNGAN PEKERJAAN DENGAN PENYAKIT YANG
DIDERITA
1. Pemeriksaan ruang / tempat kerja
Tempat kerja pasien cukup berisiko menyebabkan penyakit akibat kerja.
Pasien bekerja di ruang terbuka dengan debu, dengan posisi kerja pada posisi
duduk tegak tanpa bantalan pada alas dan sandaran kursi
2. Pembuktiaan hubungan penyakit dengan pekerjaan.
Pasien mengaku keluhan dirasakan ± 1 tahun terakhir namun hilang timbul
dan tidak dirasakan jika pasien sedang tidak bekerja atau pasien beristirahat
dengan cukup, namun 1 bulan terakhir pasien mengaku keluhan yang
dirasakan tidak berkurang. Jadi pekerjaannya terbukti membuat keluhan
menjadi lebih berat.
3. Pembuktian tidak ada hubungan penyakit dengan penyebab luar
pekerjaan
Pasien tidak memiliki pekerjaan lain.

C. MENEGAKKAN DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT KERJA


1. Diagnosis Kerja
Low Back Pain
Diagnosis Differensial
Myalgia
Hernia nukleus pulposus
2. Diagnosis Okupasi
M54.5 Low Back Pain
3. Katergori Kesehatan
“Kesehatan baik dengan kelaianan yang dapat dipulihkan”

D. PROGNOSIS
- Ad Vitam : Bonam (menyangkut kehidupan)
- Ad Sanasionam : Dubia ad Bonam (menyangkut kesembuhan)
- Ad Fungsionam : Bonam (menyangkut fungsional)
Prognosis okupasi : Ad Bonam
Permasalahan pasien dan rencana penatalaksanaannya

Jenis Permasalahan Rencana Tindakan Target Waktu & Evaluasi


Memonitor prosedur &
pemeriksaan
Posisi bekerja yang tidak Istirahat dan menghentikan
lingkungan kerja, yaitu
ergonomic aktifitas / gerakan repetitif mengevaluasi pajanan
saat kerja pada pasien
yang dapat menimbulkan
ini karena tidak ada
keluhan istirahat, maka yang
dievaluasi adalah lama
LBP akibat posisi tidak Pengobatan simptomatik pajanan saat bekerja
ergonomis (repetitive dan membiasakan
posisi ergonomis yang
movement) baik.

E. PERMASALAHAN PASIEN DAN RENCANA PENATALAKSANAAN

Jenis Permasa lahan Rencana Tindakan Target Waktu dan Keterangan


Evaluasi
Low Back Pain Kuratif: 1 minggu gejala Penyakit dapat
Analgetik, Vit B kompleks, sudah hilang, gejala dipulihkan
Preventif: sembuh atau apabila dudu
Kurangi posisi statis (tidak berkurang tidak teralalu
lebih dari 2 jam) lama dan posis
Penderita memahami duduk yang
Hindari posisi duduk yang cara mengatasi dan ergonomic dan
terlalu lama. mencegah terjadi melakukan
kembali LBP. pergerangan
Saat posisi duduk ringan disela
menggunakan bantalan kursi sela aktivitas
dan sandaran di kursi

Melakukan pemanasan
sebelum bekerja
Relaksasi otot-otot secara
berkala misalnya tiap 30 menit

.
Promotif:
Penyuluhan dan edukasi
tentang LBP

Rehabilitatif : latihan otot


pinggang.
Kurangnya APD dan Bekerja sama dengan Seumur hidup APD dapat
ketidaktahuan puskesmas untuk selama bekerja mengurangi
pentingnya menyediakan APD yang sesuai keluhan-
penggunaan APD standar. keluhan pasien
Dilakukan
pelatihan K3
Edukasi tentang pentingnya
bertujuan 
menggunakan APD enghindar dan
kurangi
Pelatihan K3
kecelakaan
 Menghindar
dan kurangi
bahaya
peledakan
 Berikan
peluang atau
jalan
menyelamatka
n daripada
waktu
kebakaran
atau peristiwa
- peristiwa
lain yang
beresiko
 Berikan
pertolongan
pada
kecelakaan.
Jam kerja yang terlalu Bekerja dengan teman, agar Setiap bekerja Bekerja sama
lama / istirahat kurang pekerja dapat bekerja dengan teman
maksimal dan tidak mudah dapat
lelah dan menghindari stress mengurangi
dan bosan berkepanjangan keluhan dan
meminimalisir
bahaya kerja

7 LANGKAH DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT KERJA


 Langkah-1 : Tetapkan diagnosa klinis.
 Langkah-2 : Identifikasi paparan potensi risiko bahaya.
 Langkah-3 : Cari hubungan antara langkah-2 dgn ggn kesehatan yg timbul.
 Langkah-4 : Evaluasi dosis pajanan (mis : NAB)
 Langkah-5 : Cari pernanan faktor individu/kerja dalam timbulnya PAK.
 Langkah-6 : Cari peranan faktor diluar kerja (non-occupational factors).
 Langkah-7 : Tetapkan diagnosis PAK.

I. Identifikasi diagnosa klinis


Berdasarkan pekerjaan tukang jahit dari keluhan yang dirasakan terdapat pegal-
pegal di badan dan nyeri punggung dan tidak menjalar ke kaki keluhan ini
berkurang saat istirahat dan faktor dari LBP dari posisi yang tidak ergonomis dari
pasien duduk yang sangat lama dan faktor juga dari trauma tetapi pada pasien
trauma disangkal oleh karena itu ditetapkan diagnosa klinis yaitu Low Back Pain.
II. Identifikasi Paparan Potensi Risiko

 Deskripsi Pekerjaan
Pekerjaan Tn. B memerlukan tenaga fisik yang cukup melelahkan. Saat
menjahit, Tn. B diharuskan duduk yang lama saat menjahit dan menunggu
pesanan.
 Lamanya Melakukan Pekerjaan
Tn. B telah melakukan pekerjaan ini selama 3 tahun dan bekerja selama 7x dalam
seminggu. Tn. B bekerja dari pukul 08.00-21.00 dengan waktu istirahat yang
kondisional.
 Bahan/material yang digunakan
Sebagai tukang jahit yang digunakan oleh Tn. B adalah bahan baku kain yang
bisa menimbulkan reaksi alergi.
 Pola waktu terjadinya gejala
Pegal pada pundak, tangan dan punggung sering dirasakan saat duduk saat waktu
yang lama saat menjahit. Tn. B juga mengalami batuk-batuk saat di rumah.

III. Hubungan Paparan Potensi Risiko dengan Gangguan yang dialami.


Berdasarkan teori di atas dan kondisi Tn. B sekarang yang bekerja sebagai tukang jahit
maka dapat disimpulkan adanya pajanan berupa :
1. Kerja yang monoton dan pada posisi yang sama terus menerus. Misal saat dudu dalam
waktu yang lama saat menjahit.
2. Sikap badan waktu kerja yang salah seperti duduk dalam waktu yang lama dan posisi
tubuh saat sedang menjahit tidak nyaman karena tidak ada sandaran kursi dan bantalan
kursi.
3. Paparan debu yang berada dijalan menyebabkan Tn.R sering batuk-batuk saat
melakukan pekerjaan.
5. Pekerjaan sudah dilakukan selama 3 tahun, setiap hari, menunjukkan cukup besarnya
pajanan atau paparan.

IV. Evaluasi Dosis Paparan


Ketika bernafas, udara yang mengandung debu masuk ke dalam paru-paru. Tidak
semua debu dapat menimbun didalam jaringan paru-paru, karena tergantung besar ukuran
debu tersebut. Debu-debu yang berukuran 5-10 mikron akan di tahan oleh jalan nafas bagian
atas. partikel-partikel yang berukuran 3-5 di tahan di bagian tengan jalan nafas. Partikel-
pertikel yang berukuran 1-3 mikron akan ditempatkan langsung di permukaan jaringan dalam
paru-paru.
Pada saat orang menarik napas, udara yang mengandung partikel akan terhirup ke
dalam paru-paru. Fungsi paru dapat menjadi tidak maksimal oleh karena faktor dari luar
tubuh atau faktor ekstrinsik yang meliputi kandungan komponen fisik udara, komponen
kimiawi dan faktor dari dalam tubuh penderita itu sendiri atau instrinsik.
Akibat penumpukan debu yang tinggi dan dalam jangka waktu yang lama di paru
dapat menyebabkan kelainan dan kerusakan paru.
Pada Tn. B yang setiap hari terpapar oleh debu (tidak dapat diukur berapa ukuran
debu-debu tersebut), maka Tn. B dapat berisiko mengalami gangguan di paru atau di area
jalan napasnya.
duduk dalam kurun waktu yang lama juga akan meningkatkan risiko terjadinya nyeri
punggang pada Tn. B
paparan suara dari mesin jahit dan suara dari kendaraan lalu lintas yang lalu lalang
yang sering terpapar menyebabkan gangguan pendengran.

V. Peranan Faktor Individu dalam P.A.K

 Usia
Pada usia antara 19-50 tahun, yaitu periode usia yang paling produktif, nyeri tulang
belakang menjadi penyebab disabilitas yang paling tinggi

 Jenis Kelamin
Masalah punggung dilaporkan mengenai baik pria maupun wanita dalam
perbandingan yang sarna banyak (Andersson, 1979; Nachemson, 1976). Ber-
dasarkan data kompensasi pekerja, pria dilaporkan melakukan 76% dan 80% semua
klaim kompensasi punggung (Klein dkk., 1984; Snook, 1978). Secara keseluruhan,
wanita lebih sedikit mengalami cedera dibandingkan pria tapi wanita cenderung
mempunyai peluang yang bertambah untuk mengajukan klaim dan menjadi penagih
kompensasi cedera yang mahal (Bigos, 1986b).
Masalah gangguan pernapasan juga dapat diderita oleh laki-laki maupun
perempuan.
 Kesalahan Posisi dalam Bekerja
Untuk menerapkan kedua prinsip kinetis, kegiatan pekerjaan menapu harus
dilakukan sebagai berikut :
1. Menggunakan kursi dengan tinggi badan pekerja dan gerobak harus sesuai, tidak boleh
terlalu pendek ataupun terlalu tinggi, karena akan menyebabkan pekerja tidak memiliki
posisi yang nyaman saat mengolah soto mie dan tidak perlu berdiri lama.

2. Usahakan punggung harus lurus, jangan membungkuk karena dapat menyebabkan otot
– otot pinggang terasa nyeri.
3. Posisi kaki dibuat sedemikian rupa sehingga mampu untuk mengimbangi tubuh saat
bekerja.

Kemungkinan pekerja tidak melakukan pengangkatan sesuai anjuran, yang dikarenakan


ketidaktahuan pekerja.

VI. Peranan Faktor Lain/Faktor diluar

 Tingkat Pendidikan
Berbagai penelitian menunjukkan pentingnya tingkat pendidikan sebagai faktor
prognostik nyeri punggung dan penyakit muskuloskeletal lain. Penjelasan yang diberikan
mengenai hal ini adalah seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang terbatas dan
pekerjaan dengan bayaran yang rendah lebih mungkin melakukan pekerjaan berat atau
pekerjaan yang melibatkan getaran atau beban lain terhadap tulang belakang.

 Faktor Psikososial
Faktor psikososial lain yang ditemukan pada pasien dengan nyeri punggung
meliputi depresi, kecanduan alkohol, perceraian, ketidakmampuan membangun kontak
emosi, masalah keluarga, riwayat operasi punggung, dan angka Minnesota Multi-phasic
Personality Inventory (MMPI) tidak normal.

VII. Identitifakasi tetapkan diagnosis PAK


 Berdasarkan pekerjaan sebagai tukang jahit diihat dari berbagai faktor
paparan potensi risiko bahaya, Faktor paparan dengan gangguan kesehatan yg
timbul. Evaluasi dosis pajanan. pernanan faktor individu/kerja dalam timbulnya
PAK. peranan faktor diluar kerja (non-occupational factors). diagnosis PAK yang
sudah dipaparkan sangat mendukung untuk ditetapkan diagnosis okupasi yaitu
Low Back Pain.
F. PEMECEHANAN MASALAH
Untuk pemecahan masalah terhadap kasus diatas, saya menyimpulkan bahwa
pada pasien sebaiknya, pasien bekerja tidak sendiri dan sebaiknya kursi pasien
diberikan bantalan dan sandaran. Jika memang harus bekerja sendiri pasien harus
mampu mengatur waktu bekerja dan istirahat, dalam sehari bekerja hanya 8 jam saja,
kita dapat memberi masukan alat pelindung diri apa yang cocok untuk digunakan saat
bekerja, posisi apa saja yang baik, bagaimana mencegah agar tidak terjadi penyakit
akibat kerja, dan nyaman tentunya hingga pasien akan menggunakannya dengan baik.
BAB III

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Keluhan yang dirasakan pasien merupakan kebiasaan yang terjadi akibat
posisi pasien yang tidak baik selama bekerja dan jam kerja pasien yang cukup
panjang. Oleh karena itu pasien harus mengatur jam kerja dan istirahatnya. Dan
diberikan pengetahuan terhadap pekerjaan yang dilakukan pasien agar pasien dapat
mencegah terjadinya kekambuhan penyakitnya. Seperti melakukan istirahat setelah 2
jam bekerja dan melakukan peregangan dengan tujuan tidak terjadi gerakan yang
statis.

B. SARAN

Pekerjaan yang pada posisi berulang dan terus menerus, diperlukan adanya
istirahat pada tengah-tengah aktivitas bukan saat pekerjaan telah selesai baru
mendapatkan istirahat. Dan juga lakukan relaksasi pada otot di sela-sela waktu
bekerja. Penting tanggung jawab dan kedisiplinan pekerja / individu itu sendiri dalam
mengendalikan risiko yang mungkin terjadi pada dirinya. Serta menghentikan
pekerjaan yang berhubungan dengan getaran.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai