Anda di halaman 1dari 20

TUGAS TERSTRUKTUR

Materi Riport 1-5


Dasar-Dasar Metode Elemen Hingga
Dosen: Tondi Amirsyah Putra., ST.,MT

Disusun Oleh Kelompok 1 :


Muhammad Rizky Martua (1607210030)
Rahmat Hidayat (1607310036)
Dwi Saputri (1607210018)
Kelas : A.1 dan A.2 Struktur

FAKULTAS TEKNIK

PRODI TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

MEDAN

2020
Tugas Terstruktur

Tugas Report I-V

KONSEP DASAR ANALISIS KEKAKUAN METODE MATRIX

2.1. Metode Matrix


Seperti telah diketahui, analisis struktur mencakup penentuan tanggap (respons) sistem
struktur terhadap gaya maupun pengaruh luar yang bekerja pada sistem struktur tersebut. Akibat
bekerjanya beban maupun pengaruh luar lainnya, respons pertama yang terjadi adalah adanya
perubahan dari kedudukan (konfigurasi) awalnya, struktur berpindah ke kedudukan akhir di mana
terjadi keseimbangan dalam pengaruh gaya luar. Dalam hal ini dihadapi medan perpindahan
(displacement field) yang merupakan salah satu tanggap struktur terhadap beban atau pengaruh
luar.
Perpindahan yang dialami struktur secara umum mencakup dua bagian. Yang pertama
adalah perpindahan badan kaku (rigid body displacement) yang tidak menimbulkan reaksi dalam
elemen, karena perpindahan ini tidak menimbulkan deformasi. Yang kedua adalah perpindahan
yang menimbulkan deformasi. Perpindahan deformatif ini akan menimbulkan gaya reaksi dalam
elemen struktur maupun perletakannya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tanggap struktur terhadap adanya gaya
maupun pengaruh luar yang bekerja padanya dapat dibedakan menjadi dua yaitu : (a) perpindahan
dan (b) gaya dalam elemen struktur dan perletakan. Dua aspek inilah yang dipelajari dan dikaji
dalam analisis struktur, dimana perpindahan dan gaya dalam dihitung dengan memperhatikan
kriteria keseimbangan (equilibrium criteria), keselarasan (compatibility criteria) dan hubungan
gayaperpindahan (force-displacement relationship criteria).
Analisis struktur dalam kebanyakan kasus yang dijumpai secara nyata di lapangan, pada
umumnya terdiri dari banyak bagian yang tersusun secara komplex, sehingga analisis struktur statis
tak tentu yang hanya didasarkan pada prinsip-pirinsip keseimbangan tidak mungkin lagi untuk
diterapkan. Metode matrix merupakan konsep baru dalam analisis struktur yang memungkinkan
langkah idealisasi struktur untuk menyusun persamaan-persamaan linear yang diperlukan dalam
penentuan tanggap struktur, baik yang berupa medan perpindahan (translasi dan rotasi) maupun
medan gaya (gaya aksial, gaya lintang, momen lentur dan torsi) pada titik-titik diskrit dalam suatu
struktur. Keunggulan lain dari metode matrix adalah susunan persamaan linear dalam penentuan
perpindahan dan gaya dalam yang terjadi dapat dijabarkan dalam bahasa program komputasi,
sehingga akanmempercepat waktu dan meningkatkan ketelitian hasil perhitungan yang diperoleh.
Dalam analisis metode matrix secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua yaitu; metode
fleksibilitas dan metode kekakuan. Selanjutnya pembahasan dalam diktat ini menitikberatkan
analisis struktur dengan metode kekakuan.
2.2. Metode Kekakuan
Dengan metode kekakuan (stiffness method) ini sebenarnya dicari hubungan gaya dengan
perpindahan, yang secara matematis dapat dinyatakan :
{F} = [K].{D} (2.1)
di mana {F} menyatakan gaya-gaya yang timbul pada titik-titik diskrit akibat terjadinya
perpindahan {D} pada titik-titik tersebut. Tentu saja gaya {F} merupakan gaya yang berhubungan
(corresponding) dengan perpindahan {D}. Sedangkan [K] menyatakan kekakuan dari struktur.

Metode kekakuan ini juga disebut metode perpindahan(displacement method), karena


analisis dimulai dengan menghitung perpindahan yang terjadi pada titik-titik diskrit. Secara garis
besar metode kekakuan didasarkan pada tiga langkah utama yang merupakan prinsip dasar analisis
struktur yaitu :
a) Keselarasan Deformasi (compatibility); yaitu kriteria yang mengatur hubungan dari
komponen perpindahan satu dengan yang lainnya, sedemikian hingga kontinuitas
perpindahan terjamin di seluruhataupun sebagian struktur. Dengan itu diperoleh suatu
medan perpindahan yang secara kinematis memungkinkan (kinematically admissible).
Tinjauan keselarasan deformasi ini didasarkan atakonsep geometri. Sebagai contoh, pada
tumpuan jepit tidak akan terjadi rotasi dan translasi pada ujung batang. Contoh lain, dapat
disebutkan bahwa rotasi dan translasi harus sama pada semua ujung batang yang bertemu
pada satu titik simpul, di mana batang-batang dihubungkan secara kaku.
b) Persamaan Hubungan Tegangan dan Regangan (Stress-Strain Relationship); yaitu mencari
mencari besarnya gaya-gaya dalam yang timbul sebagai akibat terjadinya
perpindahan/deformasi pada elemen-elemen struktur tersebut.
c) Keseimbangan (equilibrium) sebagai langkah terakhir yang menyatakan hubungan antara
gaya-gaya luar yang bekerja di titik diskrit dengan gaya-gaya dalam, atau mencari berapa
besar gaya luar di ujung elemen yang tepat diimbangi oleh gaya-gaya dalam elemen di titik-
titik diskrit.
Dengan menggunkan ketiga dasar prinsip dasar ini akan diperoleh hubungan antara gaya dan
perpindahan, sebagaimana dinyatakan dalam persamaan(2.1).

Perlu dicatat, karena dalam metode kekakuan ini analisis struktur dimulai dengan
penghitungan besaran perpindahan, dilanjutkan denganmencari hubungan antara perpindahan
dengan gaya dalam yang terjadi pada titik diskrit, maka akan sangat menguntungkan metode
inidigunakan untuk menganalisis suatu struktur di mana nilai derajat ketidak-tentuan kinematisnya
(berhubungan erat dengan derajat kebebasan atau degree of freedom) adalah lebih kecil dari derajat
ketidaktentuan statisnya. Dengan demikian struktur-struktur statis tak tentu yang sering dijumpai
pada kasus nyata di lapangan, akan lebih menguntungkan bila dianalisis dengan metode kekakuan
ini, karena umumnya struktur-struktur ini memiliki derajat ketidak-tentuan statis yang besar.
2.3. Derajat Ketidak-tentuan Kinematis
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, dalam analisis struktur dengan
mtode matrix kekakuan langkah pertama dilakukan dengan menghitung perpindahan di titik-titik
diskrit sebagai sasaran/tujuan yang harus dihitung. Untuk mengetahui di mana harus dihitung
besaran perpindahan yang terjadi, maka terlebih dahulu harus diketahui berapa derajat ketidak-
tentuan kinematis atau kinematic indeterminacy degree (KID) atau derajat kebebasan pergerakan
(degree of freefom) dari sistem struktur yang tidak terkekang.
Derajat ketidak-tentuan kinematis merupakan suatu besaran yangmenyatakan jumlah
komponen bebas dari perpindahan di titik diskrit myang mungkin terjadi sebagai akibat bekerjanya
beban pada system struktur.
Pada struktur bidang/dua dimensi (2D) dengan perilaku titik simpul yang kaku sempurna
(jepit), umumnya akan terjadi perpindahan berupa translasi (linear) dan rotasi (anguler) di titik-
titik diskrit

Perpindahan yang berupa translasi selalu dapat dinyatakan dalam dua komponen yang
saling tegak lurus, sedangkan komponen rotasi dinyatakan oleh satu komponen anguler. Dengan
demikian pada satu titik simpul (nodal) secara lengkap akan terjadi tiga komponen perpindahan.
Untuk struktur ruang/tiga dimensi (3D) dengan titik simpul kaku
sempurna (jepit), pada umumnya secara lengkap akan ada enam buah komponen
perpindahan di setiap nodal, yang berupa tiga komponen translasi dan tiga komponen rotasi.
Pada bangunan rangka batang dengan perilaku sambungan sendi, maka dengan sendirinya
komponen perpindahan rotasi tidak akan muncul. Selengkapnya derajat kebebasan pergerakan
awal (initial degree of freedom) untuk satu buah titik simpul pada berbagai jenis struktur dapat
dilihat pada Tabel 2.1. Suatu struktur dengan derajat ketidak-tentuan kinematis sama dengan nol
disebut sebagai struktur kinematis tertentu.

Analisis struktur dengan metode kekakuan dimulai dengan mengubah sistem struktur yang
ada menjadi struktur yang tergolong kinematis tertentu, sehingga semua perpindahan yang tidak
diketahui sama dengan nol. Agar perpindahan yang tidak diketahui (translasi dan rotasi pada titik
simpul) sama dengan nol, maka titik simpul pada struktur harus dikekang (restrained) terhadap
segala macam perpindahan yang mungkin terjadi. Struktur yang diperoleh dengan mengekang
semua titik simpul struktur awal disebut struktur terkekang (restrained structure).
Deformasi/perpindahan yang terjadi pada suatu titik simpul akibat bekerjanya beban besarnya
sama dengan deformasi yang tidak diketahui pada struktur awal. Untuk mempermudah tinjauan
terhadap struktur terkekang maka dilakukan analisis untuk setiap satu satuan
perpindahan/deformasi. Besaran beban atau gaya luar yang dapat menimbulkan terjadinya satu
satuan deformasi yang tak diketahui disebut sebagai koefisien kekakuan untuk struktur terkekang,
besaran inilah yang akan digunakan sebagai dasar penyusunan matrix kekakuan struktur.

2.4. Prosedur Analisis Struktur

Tahapan-tahapan perhitungan dalam analisis struktur dengan metode matrix kekakuan dapat
diuraikan secara detail, sebagai berikut :
a) Tentukan model diskritisasi struktur yang akan digunakan untuk mempresentasikan
struktur dalam analisis. Tetapkan jumlahelemen, titik simpul serta derajat kebebasan aktif
(atau yang perlu iaktifkan untuk kekangan) struktur.
b) Tetapkan jenis elemen yang perlu digunakan serta yang mampu memodelkan medan
perpindahan struktur.
c) Untuk masing-masing elemen, susun matrix kekakuan dalam tata sumbu lokal [ki], vektor
beban ekivalen pada titik diskrit [fi], matrix transformasi [Ti] serta vektor tujuan {Ds}.
d) Rotasikan matrix kekakuan dan vektor beban ekivalen ke tata sumbu global.
a. [Ki] = [Ti]T[ki][Ti]
b. {Fie} = [Ti]T{fi} (2.2)
e) Rakitkan matrix kekakuan dan vektor beban ekivalen serta beban titik simpul ke dalam
persamaan keseimbangan global, dengan rumus :
a. [Ks] = Σ[Ti]T[ki][Ti]
b. {Fs} = {Fsj} + Σ[Ti]T{fi} (2.3)
f) Berdasarkan hasil tahapan (e), sistem persamaan keseimbangan dalam tata sumbu global
dapat dinyatakan dalam :
a. [Ks]{Ds} = {Fs} (2.4)
g) Jika terdapat kekangan, modifikasikan Persamaan Keseimbangan (2.4) sesuai dengan
kondisi batas yang ada, sehingga diperoleh :
a. [Ks1]{Ds} = {Fs1} (2.5)
di mana [Ks1] dan {Ds} merupakan matrix kekakuan dan vektorbeban dalam tata
sumbu global yang termodifikasi akibat adanyasyarat pengekangan.
h) Selesaikan Persamaan (2.5) untuk mendapatkan {Ds}, yang merupakan vektor
perpindahan global yang memenuhi syarat keseimbangan struktur dan syarat kekangan
(jika ada).
i) Dengan telah diketahuinya medan perpindahan {Ds}, maka perpindahan setiap elemen
dalam tata sumbu lokal dapat dihitung dengan :
a. {di} = [Ti]{Di} (2.6)

serta gaya dalam masing-masing elemen


{fi} = [ki]{di} - {fi0} (2.7)
di mana {fi0} merupakan vektor beban ekivalen di titik nodal. dari urutan perhitungan di atas,
analisis dapat dibagi menjadi 4 (empat) tahap utama, yaitu :
(a). Tahap data masukan dan pemodelan struktur.
(b). Tahap perakitan matrix kekakuan dan vektor gaya luar struktur dalam tingkat elemen.
(c). Tahap solusi untuk memperoleh vektor perpindahan.
(d). Tahap penghitungan gaya dalam elemen dan pencatatan data keluaran (output).
MATERI REPRT - II

INTERPOLASI POLINOMIAL DAN SISTEM KOORDINAT

INTERPOLASI POLINOMIA

Metode elemen hingga didasarkan atas konsep pendekatan dari fungsi-fungsi kontinyu
(seperti temperatur, tekanan dan displacement) ke model diskrit. Bentuk yang sangat populer dari
fungsi interpolasi adalah bentul polinomial. Derajat dari polinomial yang dipilih bergantung pada
banyaknya item yang diketahui dari fungsi kontniyu pada setiap elemen. Terdapat tiga macam
fungsi interpolasi yang dipakai dalam Metode Elemen Hingga yakni simpleks, kompleks dan
multipleks. Dan akan dijelaskan dua macam pertama.
Elemen simpleks adalah pendekatan yang dilakukan dengan polinomial yang terdiri dari
term(suku) konstan dan term linier. Banyaknya koefisien dalam polinomial sama dengan dimensi
dari koordinat ruang yang ada ditambah satu. Sebagai contoh bentuk polinomial  = a1 + a2 x +
a3 y adalah fungsi simpleks untuk bidang dua dimensi dari elemen berbentuk segitiga. Polinomial
tersebut linier dalam x dan y dengan tiga buah koefisien karena segitiga mempunyai tiga buah titik.
Elemen kompleks adalah fungsi polinomial yang terdiri dari term konstan dan term-term linier atau
term-term berderajat dua atau lebih. Variabel x dan y yang digunakan sebagai penyusun fungsi
interpolasi biasanya diambil dari susunan segitiga pascal dibawah ini :

Sebagai contoh fungsi interpolasi dari sebuah elemen segitiga dengan enam buah node dipilih :
 = a1+ a2 x + a3 y + a4 x2 + a5 x y + a6 y2
1 Elemen simpleks satu dimensi
Elemen simpleks satu dimensi merupakan segmen garis dengan panjang L, yang dibatasi oleh
dua buah node pada kedua ujungnya. Persamaan interpolasi untuk elemen ini adalah :

Masing-masing koefisien dari fungsi interpolasi yang dipilih, ditentukan dari syarat batas yang
diketahui dalam gambar 2.8
Pada x = xi, dan = i dan pada x = xj, dan  = j.
Substitusikan harga-harga ini ke persamaan 2.18
i = a1+ a2 xi
j = a1 + a2 Xj
Dari kedua persamaan ini diperoleh masing-masing koefisien a1 dan a21

.
SISTEM KOORDINAT

- SISTEM KOORDINAT GLOBAL


koordinat struktur untuk sebuah titik pada continum
a. Reff untuk seluruh continuum
b. Ref untuk seluruh struktur
- SISTEM KOORDINAT LOKAL
System koordinat yang dipasang pada elemen (acuan pada elemen yang bersangkutan)
a. Dipasang elemen
b. Ref untuk titik titik yang dielemen
- SISTEM KOORDINAT NATURAL
Terdiri atas koordinat tanpa dimensi untuk identifikasi posisi, dengantanpa terpengaruh oleh
keluaran elemen,
Merupakan nisbah koordinat tersebut terhadap ukuran elemenSistem koordinat Natural 1-D
(elemen garis)

.
1.2.2 Sistem koordinat 3-D (elemen tetrahedral)

A. TRANSFORMASI KOORDINAT
Koordinat yang banyak digunakan dalam metode elemen hinggaadalah koordinat kartesian, dan
koordinat sering dinyatakan dalambentuk vektor yang dijabarkan sebagai berikut :
— C as B SinB
Matri k transform a si [T] =
— Si n8 Cos6

KoorxJinat dinyatakan dalam 3 Dimensi


Tugas Report- III

Analisis truss
Truss adalah struktur yang terdiri atas batang-batang lurus yang disambung pada titik
perpotongan dengan sambungan tanpa momen (pin). Pembebanan pada batang / struktur truss
hanya terdapat pada sambungannya saja (berupa gaya-gaya aksial saja). Tegangan yang
diakibatkan oleh gaya-gaya aksial disebut tegangan primer. Sambungan las atau keling selama
ditata dengan hati-hati dimana sumbu-sumbu batang bertemu pada satu titik dapat dianggap
sebagai batang truss karena tegangan sekunder akibat proses pengelasan tidak terlalu berpengaruh
pada tegangan primer.
Truss adalah struktur yang terdiri atas batang-batang lurus yang disambung pada titik
perpotongan dengan sambungan tanpa momen (pin). Pembebanan pada batang / struktur truss
hanya terdapat pada sambungannya saja (berupa gaya-gaya aksial saja). Tegangan yang
diakibatkan oleh gaya-gaya aksial disebut tegangan primer. Sambungan Las atau keling selama
ditata dengan hati-hati dimana sumbu-sumbu batang bertemu pada satu titik dapat dianggap
sebagai batang truss karena tegangan sekunder akibat proses pengelasan tidak terlalu berpengaruh
pada tegangan primer.
Persamaan Stiffness Pada Koordinat Lokal

Untuk batang truss yang dimodelkan sebagai berikut :

Batang tersebut dikenai 2 beban gaya X1 dan X2 yang merupakan gaya-gaya batang yang bekerja
pada ujung 1 dan 2. Dalam hal ini E adalah modulus elastisitas batang, A adalah luas penampang
lintang batang dan L adalah panjang batang. Titik ujung 1 dan 2 disebut titik-titik nodal, u1
merupakan pergeseran titik 1 akibat gaya X1 dan u2 merupakan pergeseran titik 2 akibat gaya X2.
Kedua pergeseran tersebut dinamakan derajat kebebasan batang.
Jika EA dianggap berharga konstan (batang uniform/serba sama) maka pergeseran tiap titik yang
berjarak x dari nodal 1 dapat ditentukan. Jika diasumsikan pergeseran aksial akibat gaya X di
sepanjang batang mengikuti rumus linier, diperoleh persamaan 1:

dalam hal ini a1 dan a2 adalah konstanta yang ditentukan nilainya berdasarkan kondisi batas
berikut :
Jika nilai a1 dan a2 dikembalikan pada persamaan 1) maka akan diperoleh persamaan berikut :

jika diubah dalam variabel u1 dan u2 akan menjadi :

Untuk kondisi tegangan uniaksial, regangan yang terjadi didefinisikan sebagai :

∆x adalah pertambahan panjang x yang sangat kecil. Jika persamaan 2) disubstitusikan pada
persamaan 3) akan diperoleh ∈ = a1 atau :

Mengacu pada teori statika, gaya-gaya aksial dirumuskan sebagai :

Dan energi regangan dinyatakan sebagai :

Dengan menggunakan Teorema Castigliano akan diperoleh gaya-gaya batang sebagai berikut :

Dalam bentuk matriks dapat ditulis menjadi {X} = [k] {u} atau :
Matriks [k] disebut matriks stiffness (matriks kekakuan) dengan koefisien-koefisien

Jika fungsi-fungsi bentuk pada persamaan 1) dimasukkan pada persamaan 9) akan diperoleh nilai
matriks [k] sebagai berikut :
MATERI REPORT IV

ELEMEN SIGITGA ISO PARAMETRIK DENGAN 3 NODE


Untuk perhitungan dengan menggunakan Elemen segitiga (Constant Strain Triangle),
matriks kekakuan dan matriks beban nodal konsisten dari elemen ini dapat diturunkan dengan
menggunakan persamaan standar yang sederhana. Pada setiap nodal terdapat paling sedikit 2
derajat kebebasan yaitu u yang merupakan perpindahan di arah x dan v yang merupakan
perpindahan di arah y. Dengan demikian akan terdapat 3 derajat kebebasan masing-masing untuk
u dan v yang dapat dinyatakan sebagai fungsi perpindahan polinomial dengan 3 buah konstanta.

Dalam urutan penomeran dilakukan dengan arah berlawanan dengan perputaran jarum
jam (CCW). Elemen segitiga dalam gambar diatas disebut elemen Isoprametrik. Elemen
Isoparametrik adalah elemen yang menggunakan koefisien interpolasi yang sama antara fungsi
displacement dan fungsi koordinat spasial.
Koordinat lokal tiap dari tiap node dinyatakan dalam :
u = untuk arah horisontal
v = untuk arah vertikal
Koordinat lokal dalam kaitan dengan Koordinat Global dihubungkan lewat persamaan:
Berdasarkan JR William Weaver dan Paul R Johnston. (1993), Matriks Kekakuan elemen
segitiga (Constant Strain Triangle) dapat dinyatakan sebagai :

k = h x  BT C B

dengan [k] = matriks kekakuan struktur, h = tebal elemen,  = luasan elemen, [B] =
matriks gabungan, [C} = matriks elastisitas

Sedangkan untuk Elemen Quadrilateral, matriks  B  dari suatu elemen tidak tidak lagi
merupakan konstanta yang dapat dikeluarkan dari integrasi, karena kedua matriks tersebut masih
merupakan fungsi dari Koordinat natural s dan t.
Elemen quadrilateral, matriks [ B ] dari suatu elemen tidak lagi merupakan konstanta
yang dapat dikeluarkan dari integrasi, karena kedua matrik tersebut masih merupakan fungsi dari
Koordinat Natural s dan t. Kesulitan yang akan dihadapi adalah dalam menghitung integral.
Ada tiga hal yang perlu untuk mendapatkan perhatian dalam menganalisa jenis elemen ini
yakni Koordinat natural dari elemen Quadrilateral, koefisien dari fungsi interpolasi (shape
function) untuk elemen ini dan integrasi numerik dari perkalian dari [B]T [C] [B] untuk seluruh
luasan elemen.
Penomeran node ditentukan dalam arah lawan perputaran jarum jam (CCW). Dua sumbu
Koordinat Natural s dan t berpotongan tidak harus tegak lurus.
Fungsi interpolasi atau fungsi Displacement dalam arah x dan y adalah :

u (s,t) = N1 u1 + N2 u2 + N3 u3 + N4 u4 (4)
v (s,t) = N1 v1 + N2 v2 + N3 v3 + N4 v4 (5)

Berdasarkan Ir Yerri Sutatio (2004) Determinan Jacobian J dapat dihitung sebagai berikut:
MATERI REPORT – V

ELEMEN ISOPARAMETRIK KUADRILATERAL DENGAN 4 NODE


a. Funpi Bentuk (ShaPe Fungtion)
Elemen dasar dari suatu kcntinum dengan pasangan isoparametriknya digambarkan seperti pada
gambar I pada lamPiran.
General displac'ernent nya ditulis sebagai berikut
{ U } = {U.V}
dan displacernent titik nodal untuk setiap elemen terdiri dari translasi aratr x dan y pada setiap
titik nodal, sehingga
{q} = {ql, q2' ........ , ql6}
= {u1,v1, ...... ,u8,v6}
dan diasurnsikan bentuk displase,nren adalah sebagai berikut :

b. Matris Jacobian
Dferensiasi fungsi b€nhrk toha&p x dan y dengan aturan berantai kalkulus diferensial akan
menghasilkan suatu persamaan yang dapat disusun dalam benttuk matrik disebut matrik jacobian
sbb:
c. Integrasi Nurnerik
Salah satu teknik yang mnpt aktnat mtuk integrasi numerik adalah menggunakan rnetode Gauss
Quadrature, benfuk umrnnnya adalah:

d. Matrik Kekakuan
Matrik kekakSl elernen Q8 dengan tebal konstan dalam kmrdinat kartesius dapat dihitwrg
menurut rumus:

e. Perhitungan tegangan
Tegangan di hdung pada titik gauss menggunakan orde 2 x 2 yang selanjutnya diinterpolasi
pada ke-empat titik nodal sehingga diperloleh persamaan :

Anda mungkin juga menyukai