Anda di halaman 1dari 10

Derajat kebebasan (degree of freedom) adalah derajat independensi yang diperlukan untuk

menyatakan posisi suatu system pada setiap saat. Pada masalah dinamika, setiap titik atau
massa pada umumnya hanya diperhitungkan berpindah tempat dalam satu arah saja yaitu arah
horizontal. Karena simpangan yang terjadi hanya terjadi dalam satu bidang atau dua dimensi,
maka simpangan suatu massa pada setiap saat hanya mempunyai posisi atau ordinat tertentu
baik bertanda negative ataupun bertanda positif. Pada kondisi dua dimensi tersebut,
simpangan suatu massa pada saat t dapat dinyatakan dalam koordinat tunggal yaitu Y(t).
Struktur seperti itu dinamakan struktur dengan derajat kebebasan tunggal / SDOF ( Single
Degree of Freedom ) system.
Dalam model system SDOF atau berderajat kebebasan tunggal, setiap massa m, kekakuan k,
mekanisme kehilangan atau redaman c, dan gaya luar yang dianggap tertumpu pada elemen
fisik tunggal.
Struktur yang mempunyai n-derjat kebebasan atau struktur dengan derajat kebebasan banyak
disebut multi degree of freedom (MDOF). Akhirnya dapat disimpulkan bahwa jumlah derajat
kebebasan adalah jumlah koordinat yang diperlukan untuk menyatakan posisi suatu massa
pada saat tertentu.

Single Degree of Freedom System ( SDOF )


1. Persamaan Differensial Pada Struktur SDOF
System derajat kebebasan tunggal (SDOF) hanya akan mempunyai satu koordinat yang
diperlukan untuk menyatakan posisi massa pada saat tertentu yang ditinjau. Bangunan satu
tingkat adalah salah satu contoh bangunan derajat kebebasan tunggal.
Berdasarkan prinsip keseimbangan dinamik pada free body diagram tersebut, maka dapat
diperoleh hubungan,
p(t) fS fD = m atau m + fD + fS = p(t)
dimana :

( 2.4.1 )

fD = c.
fS = k.y
( 2.4.2 )
Apabila persamaan 2.4.2 disubtitusikan ke persamaan 2.4.3 , maka akan diperoleh :
m+ c+ ky = p(t)
( 2.4.3 )
Persamaan (2.4.3) adalah persamaan differensial gerakan massa suatu struktur SDOF yang
memperoleh
pembebanan
dinamik
p(t).
pada
problema
dinamik.
Yang penting untuk diketahui adalah simpangan horizontal tingkat atau dalam persamaaan
tersebut adalah y(t).
2 Persamaan Differensial Struktur SDOF akibat Base Motion
Beban dinamik yang umum dipakai pada analisa struktur selain beban angin adalah beban
gempa. Gempa bumi akan mengakibatkan permukaan tanah menjadi bergetar yang
getarannya
direkam
dalam
bentuk
aselogram.
Tanah
yang
bergetar akan menyebabkan semua benda yang berada di atas tanah akan ikut bergetar
termasuk struktur bangunan. Di dalam hal ini masih ada anggapan bahwa antara fondasi dan
tanah pendukungnya bergerak secara bersama-sama atau fondasi dianggap menyatu dengan

tanah. Anggapan ini sebetulnya tidak sepenuhnya benar karena tanah bukanlah material yang
kaku yang mampu menyatu dengan fondasi. Kejadian yang sesungguhnya adalah bahwa
antara tanah dan fondasi tidak akan bergerak secara bersamaan. Fondasi masih akan bergerak
horizontal relative terhadap tanah yang mendukungnya. Kondisi seperti ini cukup rumit
karena sudah memperhitungkan pengaruh tanah terhadap analisis struktur yang umumnya
disebut soil-structure interaction analysis.
Untuk menyusun persamaan differensial gerakan massa akibat gerakan tanah maka anggapan
di atas tetap dipakai, yaitu tanah menyatu secara kaku dengan kolom atau kolom dianggap
dijepit pada ujung bawahnya. Pada kondisi tersebut ujung bawah kolom dan tanah dasar
bergerak secara bersamaan. Persamaan difrensial gerakan massa struktur SDOF akibat
gerakan tanah selanjutnya dapat diturunkan dengan mengambil model seperti pada gambar :

( gambar 1. Struktur SDOF Akibat Base Motion )


Berdasarkan pada free body diagram seperti gambar di atas maka deformasi total yang terjadi
adalah :
ytt (t) = y(t) + yg (t)
( 2.4.4 )
Dari free body diagram yang mengandung gaya inersia f1 tampak bahwa persamaan
kesetimbangannya menjadi
fI + fD + fS = 0
( 2.4.5 )
dimana
inersia
adalah,
t
fI = my
( 2.4.6 )
Dengan mensubstisusikan persamaan (2.4.2) dan (2.4.6) ke (2.4.4) dan (2.4.6), sehingga
diperoleh persamaaannya sebagai berikut,
my + cy + ky= mg (t)
( 2.4.7 )
Persamaan tersebut disebut persamaan difrensial relative karena gaya inersia, gaya redam dan
gaya pegas ketiga tiganya timbul akibat adanya simpangan relative. Ruas kanan pada
persamaan (2.4.7) disebut sebagai beban gempa efektif atau beban gerakan tanah efektif.

Ruas kanan tersebut seolah menjadi gaya dinamik efektif yang bekerja pada elevasi lantai
tingkat. Kemudian gaya luar ini akan disebut sebagai gaya efektif gempa :
Peef (t) mg (t).
( 2.4.8 )
3. Persamaan Differensial Struktur MDOF ( Multi Degree of Freedom)
a) Matriks Massa, Matriks Kekakuan dan Matriks Redaman
Untuk menyatakan persamaan diferensial gerakan pada struktur dengan derajat kebebasan
banyak maka dipakai anggapan dan pendekatan seperti pada struktur dengan derajat
kebebasan tunggal SDOF. Anggapan seperti prinsip shear building masih berlaku pada
struktur dengan derajat kebebasan banyak (MDOF). Untuk memperoleh persamaan
diferensial tersebut, maka tetap dipakai prinsip keseimbangan dinamik (dynamic equilibrium)
pada suatu massa yang ditinjau. Untuk memperoleh persamaan tersebut maka diambil model
struktur MDOF.
Struktur bangunan gedung bertingkat 3, akan mempunyai 3 derajat kebebasan. Sering kali
jumlah derajat kebebasan dihubungkan secara langsung dengan jumlahnya tingkat.
Persamaan diferensial gerakan tersebut umumnya disusun berdasarkan atas goyangan struktur
menurut first mode atau mode pertama seperti yang tampak pada garis putus-putus. Masalah
mode ini akan dibicarakan lebih lanjut pada pembahasan mendatang. Berdasarkan pada
keseimbangan dinamik pada free body diagram. maka akan diperoleh :

Pada persamaan-persamaan tersebut diatas tampak bahwa keseimbangan dinamik suatu


massa yang ditinjau ternyata dipengaruhi oleh kekakuan, redaman dan simpangan massa
sebelum dan sesudahnya. Persamaan dengan sifat-sifat seperti itu umumnya disebut coupled
equation karena persamaan-persamaan tersebut akan tergantung satu sama lain. Penyelesaian
persamaan coupled harus dilakukan secara simultan artinya dengan melibatkan semua
persamaan yang ada. Pada struktur dengan derajat kebebasan banyak, persamaan diferensial
gerakannya merupakan persamaan yang dependent atau coupled antara satu dengan yang lain.
Selanjutnya dengan menyusun persamaan-persamaan di atas menurut parameter yang sama
(percepatan, kecepatan dan simpangan) selanjutnya akan diperoleh :

Persamaan-persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk matriks sebagai berikut :

(Pers. 2.4.14 dapat ditulis dalam matriks yang lebih kompleks,


[M]{} + [C]{} + [K]{Y} = {F(t)}
Yang mana [M], [C] dan [K] berturut-turut adalah mass matriks, damping matriks dan
matriks kekakuan yang dapat
ditulis menjadi,

Sedangkan {}, {} dan {Y} dan {F(t)} masing-masing adalah vektor percepatan, vektor
kecepatan, vektor simpangan
dan vektor beban, atau,

Secara visual Chopra (1995) menyajikan keseimbangan antara gaya dinamik, gaya pegas,
gaya redam dan gaya inersia seperti pada gambar 2.3

Gambar 2.3 Keseimbangan Gaya Dinamik dengan fS, fD, dan f1 (Chopra, 1995)
b) Matriks Redaman
Pada persamaan diferensial di atas, maka tersusunlah berturut-turut matriks massa, matriks
redaman dan matriks kekakuan. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya bahwa kekakuan
kolom sudah dapat dihitung secara lebih pasti. Kekakuan kolom dapat dihitung berdasarkan
model kekakuan balok yang dipakai. Dengan demikian matriks kekakuan sudah dapat

disusun dengan jelas. Pada bagian lain yang sudah dibahas adalah massa struktur. Apabila
model distribusi massa struktur sudah dapat dikenali dengan baik, maka massa setiap derajat
kebebasan juga dapat dihitung dengan mudah. Akhirnya matriks massa juga dapat disusun
secara
jelas.
Maka
sesuatu
yang
perlu
dibahas
lebih
lanjut
adalah matriks redaman. Sebelum menginjak matriks redaman maka akan dibahas terlebih
dahulu jenis dan sistem redaman.
c) Non Klasikal / Non Proporsional Damping
Apabila matriks massa dan matriks kekakuan telah dapat disusun, maka selanjutnya
tinggallah matriks redaman. Pada struktur SDOF, koefisien redaman c dapat dihitung yaitu
merupakan produk antara rasio antara redaman-redaman kritik. Pada Bab III telah dibahas
tentang sistem redaman yaitu redaman klasik ( clasiccal damping ) dan redaman non-klasik
(non clasiccal damping ). Damping non-klasik dapat tergantung pada frekuensi ( frequency
dependent ). Clough dan Penzien (1993) memberikan contoh damping non-klasik.
Pada gambar 2.4.a tampak kombinasi antara struktur beton di bagian bawah misalnya dan
struktur baja pada bagian atas. Jenis bahan akan mempengaruhi rasio redaman. Antara
struktur beton dan struktur baja akan mempunyai perbedaan rasio redaman yang cukup
signifikan. Oleh karena itu sistem struktur mempunyai rasio redaman yang berbeda. Prinsip
non-klasikal damping akan berlaku pada struktur tersebut. Pada gambar 2.4.b adalah sistem
struktur yang memperhitungkan efek / pengaruh tanah dalam analisis struktur. Analisis
struktur seperti itu biasanya disebut analisis interaksi antara tanah dengan bangunan (soilstructure interaction analysis). Struktur tanah umumnya mempunyai kapasitas meredam
energi atau mempunyai rasio redaman yang jauh lebih besar daripada bangunan atas.
Disamping itu interaksi antara tanah dan fondasi sebenarnya adalah interaksi frequency
dependent,
artinya
kualitas
interaksi akan dipengaruhi oleh frekuensi beban yang bekerja.

Gambar 2.4 Struktur Dengan Damping Non-Klasik (Clough & Pensien, 1993)
Apabila interaksi antara tanah dengan struktur dipengaruhi frekuensi, maka kekakuan dan
redaman interaksi jugafrequency dependent. Pada kondisi tersebut sistem struktur tidak akan
mempunyai standar mode shapes (akan dibahas kemudian). Dengan memperhatikan
kenyataan-kenyataan seperti itu maka ada empat hal yang perlu
diperhatikan. Pertama rasio redaman struktur atas yang dipengaruhi oleh level
respon, kedua rasio redaman pada stuktur atas dan bawah sangat berbeda, ketiga rasio
redaman struktur bawah tergantung pada frekuensi beban dankeempat sistem struktur tidak
akan mempunyai standar mode shapes. Apabila analisis struktur akan memperhatikan hal itu
semua, maka problemnya tidak hanya terletak pada redaman tetapi penyelesaian yang

komprehensif terhadap sistem struktur. Penyelesaian soil-structure interaction pada bangunan


bertingkat banyak sungguhlah tidak sederhana. Oleh karena itu memperhitungkan redaman
non-klasik ini memerlukan kemampuan yang sangat khusus.
d) Klasikal / Proposional Damping
Damping dengan sistem ini relatif sederhana bila dibanding dengan nonklasikal damping.
Namun demikian penggunaan sistem damping seperti ini juga terbatas, yaitu hanya dipakai
pada analisis struktur yang tidak memperhatikan interaksi antara tanah dengan bangunan. Ada
juga yang memakainya, namun hal itu disertai dengan anggapan-anggapan. Analisis struktur
yang menggunakan damping jenis ini adalah analisis struktur elastik maupun inelastik yang
mana struktur bangunan dianggap dijepit pada dasarnya.
Pada analisis dinamik yang menggunakan superposisi atas persamaan independen (uncoupled
modal superposition method) maka masih dapat dipakai, prinsip ekivalen damping rasio,
yaitu yang dinyatakan dalam bentuk,
Cj = 2 j Mj j
(2.4.18)
yang mana Cj, Mj adalah suatu simbol yang berasosiasi dengan mode j, dan j berturutturut adalah rasio redaman dan frekuensi sudut mode ke-j.
Untuk menyederhanakan persoalan umumnya dipakai rasio redaman yang konstan, artinya
nilai rasio redaman diambil sama untuk semua mode. Apabila hal ini telah disepakati maka
analisis dinamik struktur dengan modal analis tidak memerlukan matriks redaman. Cara ini
mempunyai kelemahan, karena pada mode yang lebih tinggi umumnya frekuensi sudut dan
rasio redaman akan lebih besar.
Pada analisis dinamik yang melakukan integrasi secara langsung dan analisis dinamik
inelastik, maka konsep ekivalen damping ratio sebagaimana tercantum pada persamaan
2.4.18 tersebut tidak dapat dipakai. Pada kedua analisis ini diperlukan suatu matriks redaman,
dan oleh karenanya matriks redaman perlu disusun. Didalam analisis tersebut damping
matriks disusun berdasarkan satu dan dua nilai proporsional damping. Terdapat beberapa
sistem redaman proporsional yang dapat disusun yang secara skematis ditunjukkan oleh
gambar 2.5

Gambar 2.5 Jenis-Jenis Proporsional Damping

DERAJAT KEBEBASAN DALAM DESTILASI

Dalam distilasi, fase uap yang terbentuk setelah larutan dipanasi, dibiarkan kontak dengan fase
cairannya sehingga transfer massa terjadi baik dari fase uap ke fase cair maupun dari fase cair ke fase
uap sampai terjadi keseimbangan antara kedua fase. Setelah keseimbangan tercapai, kedua fase
kemudian dipisahkan. Fase uap setelah dikondensasikan dalam kondensor disebut sebagai distilat
sedangkan sisa cairannya disebut residu. Distilat mengandung lebih banyak komponen yang volatil
(mudah menguap) dan residu mengandung lebih banyak komponen yang kurang volatil.
Distilasi adalah sistem perpindahan yang memanfaatkan perpindahan massa. Masalah perpindahan
massa dapat diselesaikan dengan dua cara yang berbeda. Pertama dengan menggunakan konsep
tahapan kesetimbangan dan kedua atas dasar proses laju difusi. Distilasi dilaksanakan dengan
rangkaian alat berupa kolom/menara yang terdiri dari piring (plate/tray tower) sehingga dengan
pemanasan komponen dapat menguap, terkondensasi, dan dipisahkan secara bertahap berdasarkan
tekanan uap/titik didihnya. Proses ini memerlukan perhitungan tahap kesetimbangan.
Untuk menentukan jumlah variabel bebas dalam suatu system digunakan kaidah derajat kebebasan:
DK = C P + 2
Di mana:
DK = Derajat kebebasan
C = Jumlah komponen
P = Jumlah fase
Sebagai contoh, campuran antara CO2-udara-air pada kesetimbangan gas-cair, maka berdasarkan
rumus di atas terdapat tiga derajat kebebasan (DK = 3), di mana C = 3 dan P = 2. Jadi apabila tekanan
total dan suhu sudah ditentukan, maka tinggal satu variabel yang bisa diatur.
Jadi pada distilasi satu tahapannya yang memisahkan dua komponen (C=2), misalkan campuran
amonia-air, dengan sistem uap-cair (2 fasa, P=2), maka pada sistem tersebut, mempunyai dua derajat
kebebasan. Pada sistem tersebut, terdapat empat variabel yaitu tekanan, suhu, dan fraksi komposisi
komponen A (NH3) pada fasa cair, xA dan fraksi komposisi komponen A (NH3) fasa uap, yA. Di
mana fraksi komposisi komponen B sama dengan 1 dikurangi fraksi komposisi komponen A dapat
diketahui, berdasarkan: xA + xB = 1 dan yA + yB = 1. Jika telah ditetapkan temperatur, hanya ada
satu variabel saja yang dapat diubah secara bebas, sedangkan temperatur dan konsentrasi fasa uap
didapatkan sebagai hasil perhitungan sesuai sifat-sifat fisik pada tahap kesetimbangan.
Batas perpindahan fase tercapai apabila kedua fasa mencapai kesetimbangan dan perpindahan
makroskopik terhenti. Pada proses komersial yang dituntut memiliki laju produksi besar, terjadinya
kesetimbangan harus dihindari.
Dasar Kesetimbangan Uap-Cair
Keberhasilan suatu operasi penyulingan tergantung pda keadaan setimbang yang terjadi antar fasa uap
dan fasa cairan dari suatu campuran. Dalam hal ini akan ditinjau campuran biner yang terdiri dari
kompoenen A (yang lebih mudah menguap) dan komponen B (yang kurang mudah menguap).
Pada gambar 4.65 merupakan hubungan antara komponen A dan komponen B dengan suhu
kesetimbangan uap-cair. Campuran dua komponen disebut juga dengan campuran biner. Pada sumbu
horisontal, menunjukkan fraksi dari komponen A. Diujung sebelah kiri ditandai dengan angka nol,
artinya fraksi komponen A, xA dan yA = 0, atau pada titik tersebut merupakan komponen B murni.

Disisi lain, pada ujung sebelah kanan, ditandai dengan angka 1, merupakan komponen A murni. Garis
vertical menunjukkan suhu, baik suhu A, B maupun campuran A dan B. Pada grafik tersebut terlihat
bahwa titik didih (boiling point) dari komponen A murni lebih rendah dibanding komponen B, TA <
TB. Hal ini menunjukkan bahwa, komponen A lebih mudah menguap dibanding komponen B. Kurva
bagian atas pada grafik tersebut, menunjukkan kurva untuk titik embun (dew point), sedangkan kurva
dibagian bawah, merupakan kurva titik gelembung (bubble point). Ruang di atas kurva titik embun,
bahan berada pada fase uap, sedangkan ruang di bawah kurva titik gelembung, bahan berada pada fase
cair. Di antara kedua kurva tersebut, bahan berada pada fase campuran. 4.5.3. Volatilitas Relatif
Hubungan komposisi uap dan cairan dalam keadaan setimbang dapat dinyatakan dengan volatilitas
relatif yang didefinisikan sebagai berikut: =(y_Ax_A )/(y_Bx_B )=(y_Ax_A )/((1-y_A)(1-x_A ))
Persamaan di atas dapat disusun menjadi y_A=(x_A)/(1-(-1) x_A ) Bila diketahui harga-harga
sebagai fungsi temperatur, maka pada tekanan tetap, hubungan y_A dan x_A pada berbagai suhu pada
keadaan setimbang dapat ditentukan. Bila konstan, dan diketahui harganya, maka harga-harga y_A
pada setiap harga x1 dan sebaliknya (kurva y_A terhadap (x_A) dapat langsung ditentukan. 4.5.4.
Larutan Ideal Untuk larutan ideal (biner) berlaku hukum Raoult: p_A=P_A^0 .x_A p_B=P_B^0
.x_B= P_B^0 .(1-x_A) di mana: p_A = tekanan parsial komponen A di fasa uap p_B =
tekanan parsial komponen B di fasa uap P_A^0 = tekanan uap komponen A P_B^0 = tekanan uap
komponen B Untuk sistem biner: p_A + p_B = P di mana P adalah tekanan total. Bila persamaan
penghubung x_A dan y_A tersebut digabungkan, didapat: Bila harga y_A = x_A maka harga = 1,
dan campuran biner pada komposisi tersebut tidak dapat dipisahkan menjadi komponenkomponennya dengan cara distilasi. Tipe Distilasi Berdasarkan karakter campuran, maka distilasi
meliputi beberapa tipe yaitu: distilasi sederhana distilasi azeotropik, distilasi kering, distilasi
ekstraktif, distilasi beku (freeze distillation), distilasi fraksionasi, distilasi uap (steam distillation)
distilasi vakum distilasi reaktif distilasi tekanan
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Derajat kebebasan suatu sistem adalah bilangan terkecil yang menunjukkan jumlah variabel
bebas (suhu, tekanan, konsentrasi komponen komponen) yang harus diketahui untuk
menggambarkan keadaan sistem. Untuk zat murni, diperlukan hanya dua variabel untuk
menyatakan keadaan, yaitu P dan T, atau P dan V, atau T dan V. Variabel ketiga dapat ditentukan
dengan menggunakan persamaan gas ideal. Sehingga, sistem yang terdiri dari satu gas atau
cairan ideal mempunyai derajat kebebasan dua ( = 2).
Bila suatu zat berada dalam kesetimbangan, jumlah komponen yang diperlukan untuk
menggambarkan sistem akan berkurang satu karena dapat dihitung dari konstanta kesetimbangan.
Misalnya pada reaksi penguraian H2O

Dengan menggunakan perbandingan pada persamaan 3.2, salah satu konsentrasi zat akan dapat
ditentukan bila nilai konstanta kesetimbangan dan konsentrasi kedua zat lainnya diketahui.
Kondisi fasa fasa dalam sistem satu komponen digambarkan dalam diagram fasa yang
merupakan plot kurva tekanan terhadap suhu.
Gambar 3.1. Diagram fasa air pada tekanan rendah
Titik A pada kurva menunjukkan adanya kesetimbangan antara fasa fasa padat, cair dan gas.
Titik ini disebut sebagai titik tripel. Untuk menyatakan keadaan titik tripel hanya dibutuhkan satu
variabel saja yaitu suhu atau tekanan. Sehingga derajat kebebasan untuk titik tripel adalah nol.
Sistem demikian disebut sebagai sistem invarian.

Distilasi Uap

1.
2.
3.
4.

Distilasi merupakan salah satu teknik utama untuk memurnikan cairan yang mudah
menguap (volatil). Teknik ini yaitu pemanasan suatu bahan hingga menguap, kemudian uap
didinginkan kembali menjadi cairan disebut distilat (Horwood et al, 2000).
Distilasi uap terdiri dari campuran air dan senyawa yang tidak larut atau sedikit larut
dalam air. Keuntungan dari distilasi uap adalah campuran dapat didistilasi pada temperatur
dibawah titik didihnya. Biasanya distilasi ini digunakan untuk campuran dimana salah satu
komponennya memiliki tekanan yang cukup besar pada temperatur 100o C, sedangkan
tekanan uap komponen lain dapat diabaikan karena sangat kecil (Willcox & Willcox, 1995).
Distilasi uap pada umumnya digunakan untuk memurnikan senyawa organik yang
volatil, tidak tercampur dengan air, mempunyai tekanan uap yang tinggi pada 100 o C dan
mengandung pengotor-pengotor yang non volatil. Adapun zat yang digunakan pada distilasi
uap harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Sukardjo, 1999) :
Tidak tercampur dengan H2O, tetapi dapat terbawa oleh uap H2O
Selama distilasi zat tidak terdekomposisi atau terurai
Memiliki massa molekul yang besar
Pada suhu sekitar titik didih campuran memiliki tekanan uap yang cukup besar
Hukum fase Gibs, J. Willard Gibs pada tahun 1876 mendapatkan hubungan antara
jumlah derajat kebebasan (F), jumlah komponen (C) dan jumlah fase (P) dengan persamaan:
F=CP+2
Derajat kebebasan merupakan jumlah terkecil variabel bebas (temperatur, tekanan, atau
konsentrasi) (Willcox & Willcox, 1995).
Distilat murni ditampung pada saat termometer suhu dalam telah konstan. Sebab pada
saat temperatur konstan terjadi kesetimbangan antara fase cair dan fase gas. Menurut aturan
fase Gibs kesetimbangan terjadi apabila derajat kebebasan (F) sama dengan nol. Komponen
yang ada pada sistem ada dua yaitu air dan sampel, sedangkan fase ada tiga yaitu cair (air),
cair (sampel), dan uap (uap air dan sampel). Karena tekanannya konstan maka variabel yang
mempengaruhi hanya satu, sehingga persamaan untuk derajat kebebasannya yaitu:
F=CP+1
F=23+1=0
(Yustiani, 2012).

Anda mungkin juga menyukai