Anda di halaman 1dari 21

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Menurut Daniel L. Schodek (1999), gempa bumi dapat terjadi karena fenomena
getaran dengan kejutan pada kerak bumi. Faktor utama adalah benturan pergesekan
kerak bumi yang mempengaruhi permukaan bumi. Gempa bumi ini menjalar dalam
bentuk gelombang. Gelombang ini mempunyai suatu energi yang dapat
menyebabkan permukaan bumi dan bangunan di atasnya menjadi bergetar. Getaran
ini nantinya akan menimbulkan gaya-gaya pada struktur bangunan karena struktur
cenderung mempunyai gaya untuk mempertahankan dirinya dari gerakan.

Menurut Chen dan Lui, 2006 (dalam Wibowo, 2011), gempa bumi merupakan
getaran yang terjadi pada permukaan tanah yang disebabkan oleh aktivitas tektonik,
vulkanisme, longsoran termasuk batu, dan bahan peledak. Dari semua penyebab
tersebut, goncangan yang disebabkan oleh peristiwa tektonik merupakan penyebab
utama kerusakan struktur dan perhatian utama dalam kajian tentang bahaya gempa.

Menurut Clough and Penzien, 1997 (dalam Pratama, 2014), dinamik secara
sederhana dapat didefinisikan sebagai perubahan waktu. Beban dinamik adalah
setiap beban yang besarnya, arahnya, atau posisinya berubah menurut waktu.
Demikian juga respon struktur terhadap beban dinamik, yaitu lendutan dan
tegangan yang dihasilkan, juga perubahan waktu, atau sifat dinamik.

Menurut Widodo (2000), beban dinamik menimbulkan respon yang berubah-ubah


menurut waktu, maka struktur yang bersangkutan akan ikut bergetar/ada gerakan.
Dalam hal ini bahan akan melakukan resistensi terhadap gerakan dan pada
umumnya dikatakan bahan yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk
meredam getaran. Dengan demikian pada pembebanan dinamik, akan terdapat
peristiwa redaman yang hal ini tidak ada pada pembebanan statik.

5
library.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

2.2. Dinamika Struktur

Menurut Widodo (2000), dinamik dapat diartikan sebagai variasi atau perubahan
terhadap waktu dalam konteks gaya yang bekerja pada struktur. Beban dinamis
dapat berupa variasi besarannya, arahnya (direction) atau posisinya (point of
application) berubah terhadap waktu.

Apabila struktur dibebani secara dinamik, maka massa struktur tersebut akan
bergoyang atau bergerak menyimpang baik ke kanan maupun ke kiri. Plot antara
goyangan atau simpangan lawan waktu dapat dilihat seperti pada Gambar 2.1 (b).
Terdapat dua parameter penting yang mempengaruhi besar kecilnya simpangan
yaitu massa (m) dan kekakuan kolom (k).

Gerakan massa (m) akibat beban dinamik P(t) dikendalikan oleh suatu pegas
sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.1 (c). Seperti yang telah disampaikan
sebelumnya, kolom memiliki peranan penting pada proses goyangan massa. Peran
kolom pada peristiwa goyangan massa akan ditunjukan oleh kekakuan kolom.
Kekakuan kolom dimodelkan sebagai suatu pegas seperti yang tampak pada
Gambar 2.1 (c). Kekakuan kolom yang dimaksud merupakan fungsi langsung dari
sistem pengekangan pada ujung-ujung kolom (jepit murni, sendi atau jepit rotasi),
modulus elastik (E), momen inersia (Ix) dan berbanding terbalik secara kubikasi
dengan panjang kolom. Simpangan massa pada struktur yang mempunyai redaman
akan berkurang secara terus menerus sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.1
(c). Pada struktur yang bersifat elastik, simpangan massa akan menjadi nol setelah
terjadi penyerapan energi secara total. Pada saat itu, posisi massa akan kembali
seperti awal.

Model matematik suatu struktur yang memiliki redaman selengkapnya dapat dilihat
pada Gambar 2.1 (c). Pada gambar tersebut suatu massa (m) yang bergerak di atas
landasan akibat beban P(t), gerakannya dikendalikan oleh kekakuan pegas (k) dan
koefisien redaman (c). Gaya pegas dan gaya redam akan bekerja secara berlawanan
dengan arah gerakan. Hal tersebut yang memungkinkan bangunan kembali seperti
semula setelah bergoyang akibat gempa bumi atau oleh beban dinamik lainnya.
library.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.1 Model Matematik yang Mempunyai Redaman


Sumber : Respons Dinamik Struktur Elastik (Widodo, 2000)

Derajat kebebasan (degree of freedom) merupakan derajat indenpendensi yang


diperlukan untuk menyatakan posisi suatu sistem pada setiap saat. Dalam hal
dinamika, setiap titik atau massa pada umumnya hanya diperhitungkan berpindah
tempat dalam satu arah saja yaitu arah horizontal. Karena simpangan yang terjadi
dalam satu bidang atau dua dimensi, maka simpangan suatu massa pada setiap saat
hanya mempunyai posisi atau ordinat tertentu baik yang bertanda positif maupun
negatif. Pada kondisi dua dimensi tersebut, simpangan suatu massa pada saat t dapat
dinyatakan dalam koordinat tunggal yaitu U(t). Struktur seperti itu dinamakan
struktur dengan derajat kebebasan tunggal (SDOF system).

Dalam model SDOF system atau derajat kebebasan tunggal, setiap massa m,
kekakuan k, mekanisme kehilangan atau redaman c, dan gaya luar yang dianggap
tertumpu pada elemen fisik tunggal. Struktur yang mempunyai n-derajat kebebasan
atau struktur dengan derajat kebebasan banyak disebut multi degree of freedom
(MDOF). Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah derajat kebebasan merupakan
jumlah koordinat yang diperlukan untuk menyatakan posisi suatu massa pada saat
tertentu.

Derajat kebebasan tunggal atau SDOF system hanya memiliki satu koordinat yang
diperlukan untuk menyatakan posisi massa pada saat tertentu. Bangunan satu
tingkat merupakan contoh dari bangunan yang memiliki model SDOF system atau
derajat kebebasan tunggal.
library.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

Pada Gambar 2.1 dapat dilihat model matematika untuk SDOF system. Tampak
bahwa P(t) adalah beban dinamik yaitu beban yang intensitasnya merupakan fungsi
dari waktu. Struktur pada Gambar 2.1 (a) kemudian digambar secara ideal seperti
Gambar 2.1 (c) yaitu gambar yang telah dimodelkan. Notasi m, k, dan c yang
tampak pada gambar berturut-turut adalah massa, kekakuan kolom dan redaman.

Apabila beban dinamik P(t) bekerja ke arah kanan, maka akan terjadi perlawanan
pegas, demper, dan gaya. Berdasarkan prinsip keseimbangan dinamik, maka dapat
diperoleh persamaan-persamaan sebagai berikut :
p(t) – fS – fD = mu atau mu + fD + fS = p(t) ……………………………………(2.1)
Sumber : Respons Dinamik Struktur Elastik (Widodo, 2000)

dimana:
fD = c.u ...………………………………………………………………………(2.2)
fS = k.u ...…………………………………………………………………….…(2.3)

Apabila persamaan-persamaan tersebut disubsitusi, maka diperoleh :


mu + cu + ku = p(t) ………………………………………………………….…(2.4)

Persamaan di atas merupakan persamaan differensial gerakan massa suatu struktur


SDOF yang memperoleh pembebanan dinamik p(t). Pada problematika dinamik
sesuatu yang pentik untuk diketahui adalah simpangan horizontal tingkat.

2.3. Konsep Perancangan Gedung Tahan Gempa

Menurut Tjokrodimulyo, 2007 (dalam Hariyanto, 2011), struktur tahan gempa


adalah struktur yang tahan (tidak rusak dan tidak runtuh) apabila terlanda gempa,
bukan struktur yang semata-mata (dalam perencanaan) sudah diperhitungan dengan
beban gempa.

Berdasarkan SNI-03-1726-2002 pasal 5.4, dalam merencanakan bangunan tahan


gempa salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah timbulnya momen torsi
pada elemen bangunan. Menurut Budiyanto, 2013 (dalam Listyorini, 2015), momen
torsi adalah sebuah besaran yang menyatakan besarnya gaya yang bekerja pada
sebuah benda sehingga benda tersebut berotasi.
library.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

Menurut Uniform Building Code (UBC) 1997, tujuan desain bangunan tahan gempa
adalah untuk mencegah terjadinya kegagalan struktur dan kehilangan korban jiwa,
dengan tiga kriteria standar sebagai berikut :

a. Tidak terjadi kerusakan sama sekali pada gempa kecil.


b. Ketika terjadi gempa sedang, diperbolehkan terjadi kerusakan arsitektural
tetapi bukan merupakan kerusakan struktural.
c. Diperbolehkan terjadinya kerusakan struktural dan non-struktural pada gempa
kuat, namun kerusakan yang terjadi tidak sampai menyebabkan bangunan
runtuh.

Menurut SNI-1726-2002 pasal 1.3, dilakukannya perencanaan ketahanan gempa


untuk struktur gedung bertujuan untuk :

a. Menghindari terjadinya korban jiwa manusia oleh runtuhnya gedung akibat


gempa yang kuat.
b. Membatasi kerusakan gedung akibat gempa ringan sampai sedang, sehingga
masih dapat diperbaiki.
c. Membatasi ketidaknyamanan penghunian bagi penghuni gedung ketika terjadi
gempa ringan sampai sedang.
d. Mempertahankan setiap saat layanan vital dari fungsi gedung.

Berdasarkan International Building Code (IBC) 2009, dalam merencanakan


bangunan gedung yang tahan gempa untuk mencegah terjadinya kegagalan struktur
dan terjadinya kehilangan korban jiwa, harus mengikuti ketentuan sebagai berikut:

a. Tidak terjadi kerusakan sama sekali pada gempa kecil.


b. Ketika terjadi gempa sedang, diperbolehkan terjadi kerusakan arsitektural
tetapi bukan merupakan kerusakan structural.
c. Diperbolehkan terjadinya kerusakan struktural dan non-struktural pada gempa
kuat, namus kerusakan yang terjadi tidak sampai menyebabkan bangunan
runtuh.
d. Sistem sprinkler untuk proteksi kebakaran dan tang keluar tetap utuh.
library.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

2.4. Ketentuan Umum Bangunan Gedung dalam Pengaruh


Gempa

2.4.1. Ketentuan Umum Berdasarkan SNI-03-1726-2002

2.4.1.1. Gempa Rencana

Akibat dari pengaruh gempa rencana, struktur gedung secara keseluruhan harus
masih bisa berdiri walaupun berada dalam kondisi di ambang keruntuhan.
Berdasarkan SNI-03-1726-2002 pasal 4.1.1, gempa rencana ditetapkan mempunyai
perioda ulang 500 tahun, agar probabilitas terjadinya terbatas pada 10% selama
umur gedung 50 tahun.

2.4.1.2. Faktor Keutamaan dan Kategori Gedung

Menurut SNI-03-1726-2002 pasal 4.1.2, pengaruh gempa rencana terhadap suatu


gedung harus dikalikan dengan suatu faktor keutamaan dengan persamaan sebagai
berikut :

I = I1 I2 …………………………………………………………………....……(2.5)
Sumber : SNI-03-1726-2002

dengan :

I1 = faktor keutamaan untuk menyesuaikan perioda ulang gempa berkaitan dengan


penyesuaian probabilitas terjadinya gempa selama umur gedung

I2 = faktor keutamaan untuk menyesuaikan perioda ulang gempa berkaitan dengan


penyesuaian umur gedung

Faktor-faktor Keutamaan I1, I2, dan I ditetapkan sebagaimana dapat dilihat dalam
Tabel 2.1.
library.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

Tabel 2.1 Faktor Keutamaan I untuk Berbagai Kategori Gedung dan Bangunan

Faktor Keutamaan
Kategori Gedung
I1 I2 I
Gedung umum seperti untuk penghunian,
1,0 1,0 1,0
perniagaan dan perkantoran
Monumen dan bangunan monumental 1,0 1,6 1,6
Gedung penting pasca gempa seperti rumah
sakit, instalasi air bersih, pembangkit tenaga
1,4 1,0 1,4
listrik, pusat penyelamatan dalam keadaan
darurat, fasilitas radio dan televise
Gedung untuk menyimpan bahan berbahaya
seperti gas, produk minyak bumi, asam, bahan 1,6 1,0 1,6
beracun
Cerobong, tangki di atas menara 1,5 1,0 1,5
Sumber : SNI-03-1726-2002

2.4.1.3. Struktur Gedung Beraturan dan Tidak Beraturan

Berdasarkan SNI-03-1726-2002 pasal 4.2.1, struktur gedung ditetapkan sebagai


struktur gedung beraturan apabila memenuhi ketentuan berikut ini :

a. Tinggi struktur gedung diukur dari taraf penjepitan lateral tidak lebih dari 10
tingkat atau 40 m.
b. Denah struktur gedung adalah persegi panjang tanpa tonjolan dan kalaupun
mempunyai tonjolan, panjang tonjolan tersebut tidak lebih dari 25% dari
ukuran terbesar denah struktur gedung dalam arah tonolan tersebut.
c. Denah struktur gedung tidak menunjukkan coakan sudut dan kalaupun
mempunyai coakan sudut, panjang sisi coakan tersebut tidak lebih dari 15%
dari ukuran terbesar denah struktur gedung dalam arah sisi coakan tersebut.
d. Sistem struktur gedung terbentuk oleh subsistem-subsistem penahan beban
lateral yang arahnya saling tegak lurus dan sejajar dengan sumbu-sumbu utama
orthogonal denah struktur gedung secara keseluruhan.
library.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

e. Sistem struktur gedung tidak menunjukkan loncatan bidang muka dan


kalaupun mempunyai loncatan bidang muka, ukuran dari denah struktur bagian
gedung yang menjulang dalam masing-masing arah, tidak kurang dari 75% dari
ukuran terbesar denah struktur bagian gedung sebelah bawahnya. Dalam hal
ini, struktur rumah atap yang tingginya tidak lebih dari 2 tingkat tidak perlu
dianggap menyebabkan adanya loncatan bidang muka.
f. Sistem struktur gedung memiliki kekakuan lateral yang beraturan, tanpa
adanya tingkat lunak. Yang dimaksud dengan tingkat lunak adalah suatu
tingkat, di mana kekakuan lateralnya adalah kurang dari 70% kekakuan lateral
tingkat diatasnya atau kurang dari 80% kekakuan lateral rata-rata 3 tingkat di
atasnya. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan kekakuan lateral suatu tingkat
adalah gaya geser yang bila bekerja di tingkat itu menyebabkan satu satuan
simpangan antar tingkat.
g. Sistem struktur gedung memiliki berat lantai tingkat yang beraturan, artinya
setiap lantai tingkat memiliki berat yang tidak lebih dari 150% dari berat lantai
tingkat di atasnya atau di bawahnya. Berat atap atau rumah atap tidak perlu
memenuhi ketentuan ini.
h. Sistem struktur gedung memiliki unsur-unsur vertikal dari sistem penahan
beban lateral yang menerus, tanpa perpindahan titik beratnya, kecuali bila
perpindahan tersebut tidak lebih dari setengah ukuran unsur dalam arah
perpindahan tersebut.
i. Sistem struktur gedung memiliki lantai tingkat yang menerus, tanpa lubang
atau bukaan yang luasnya lebih dari 50% luas seluruh lantai tingkat. Kalaupun
ada lantai tingkat dengan lubang atau bukaan seperti itu, jumlahnya tidak boleh
melebihi 20% dari jumlah lantai tingkat seluruhnya.

Berdasarkan SNI-03-1726-2002 pasal 4.2.2, struktur gedung yang tidak memenuhi


ketentuan pasal 4.2.1, ditetapkan sebagai struktur gedung tidak beraturan. Untuk
struktur gedung tidak beraturan, pengaruh gempa rencana harus ditinjau sebagai
pengaruh pembebanan gempa dinamik, sehingga analisisnya harus dilakukan
berdasarkan analisis respons dinamik.
library.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

2.4.1.4. Wilayah Gempa dan Spektrum Respons

Indonesia ditetapkan terbagi dalam 6 Wilayah Gempa seperti yang ditunjukkan


pada Gambar 2.2, dimana Wilayah Gempa 1 adalah wilayah dengan kegempaan
paling rendah dan Wilayah Gempa 6 adalah wilayah dengan kegempaan paling
tinggi. Pembagian Wilayah Gempa ini didasarkan atas percepatan puncak batuan
dasar akibat pengaruh Gempa Rencana dengan perioda ulang 500 tahun yang nilai
rata-ratanya untuk setiap Wilayah Gempa ditetapkan seperti pada Gambar 2.2 dan
Tabel 2.2.

Gambar 2.2 Wilayah Gempa Indonesia dengan Percepatan Puncak Batuan Dasar
dengan Perioda Ulang 500 Tahun
Sumber : SNI-03-1726-2002
library.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

Tabel 2.2 Percepatan Puncak Batuan Dasar dan Percepatan Puncak Muka Tanah
untuk Masing-masing Wilayah Gempa Indonesia

Percepatan Percepatan Puncak Muka Tanah Ao (‘g’)


Wilayah Puncak
Tanah Tanah Tanah Tanah
Gempa Batuan
Keras Sedang Lunak Khusus
Dasar (‘g’)
1 0,03 0,04 0,05 0,08
Diperlukan
2 0,10 0,12 0,15 0,20
evaluasi
3 0,15 0,18 0,23 0,30
khusus di
4 0,20 0,24 0,28 0,34
setiap
5 0,25 0,28 0,32 0,36
lokasi
6 0,30 0,33 0,36 0,38
Sumber : SNI-03-1726-2002

Untuk menetukan pengaruh Gempa Rencana pada struktur gedung menurut SNI-
03-1726-2002 pasal 4.7.4 yaitu berupa beban geser dasar nominal statik ekuivalen
pada struktur beraturan, gaya geser dasar nominal sebagai respons dinamik ragam
pertama pada struktur gedung tidak beraturan, dan gaya geser dasar nominal
sebagai respons dinamik seluruh ragam yang berpartisipasi pada struktur gedung
tidak beraturan.

Untuk masing-masing Wilayah Gempa ditetapkan Spektrum Respons Gempa


Rencana C-T seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.3. Pada gambar tersebut C
merupakan Faktor Respons Gempa yang dinyatakan dalam percepatan gravitasi dan
T merupakan waktu getar alami struktur gedung yang dinyatakan dalam detik. Pada
saat T = 0 nilai C menjadi sama dengan Ao.

Berdasarkan SNI-03-1726-2002 pasal 4.7.5, pada kisaran waktu getar alami pendek
0 < T < 0,2 detik terdapat ketidakpastian baik dalam karakteristik gerakan tanah
maupun dalam tingkat daktilitas strukturnya. Faktor Respons Gempa C menurut
Spektrum Respons Gempa Rencana yang ditetapkan dalam pasal 4.7.4, dalam
kisaran waktu getar alami pendek tersebut nilainya tidak diambil kurang dari nilai
maksimumnya untuk jenis tanah yang bersangkutan.
library.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

Percepatan respons maksimum Am ditetapkan menurut SNI-03-1726-2002 pasal


4.7.6 dengan persamaan sebagai berikut :

Am = 2,5 Ao …………………………………………………………………….(2.7)

Waktu getar alami sudut T juga ditetapkan menurut SNI-03-1726-2002 pasal 4.7.6
sebesar 0,5 detik, 0,6 detik dan 1,0 detik untuk jenis tanah berturut-turut Tanah
Keras, Tanah Sedang dan Tanah Lunak.

Maka dengan memperhatikan pasal 4.7.4 dan pasal 4.7.5, Faktor Respons Gempa
C ditentukan oleh persamaan-persamaan berikut :

Untuk T ≤ Tc :

C = Am …………………………………………………………………………(2.8)

Untuk T > Tc :

Ar
C= T
…………………………………………………………………………..(2.9)

dengan

Ar = Am Tc …………………………………………………………………….(2.10)

Nilai-nilai Am dan Ar dicantumkan untuk masing-masing Wilayah Gempa dan


masing-masing jenis tanah sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Spektrum Respons Gempa Rencana

Tanah Keras Tanah Sedang Tanah Lunak


Wilayah
Tc = 0,5 det. Tc = 0,6 det. Tc = 1,0 det.
Gempa
Am Ar Am Ar Am Ar
1 0,10 0,05 0,13 0,08 0,20 0,20
2 0,30 0,15 0,38 0,23 0,50 0,50
3 0,45 0,23 0,55 0,33 0,75 0,75
4 0,60 0,30 0,70 0,42 0,85 0,85
5 0,70 0,35 0,83 0,50 0,90 0,90
6 0,83 0,42 0,90 0,54 0,95 0,95
Sumber : SNI-03-1726-2002
library.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.3 Respons Spektrum Gempa Rencana


Sumber : SNI-03-1726-2002
library.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

2.4.2. Ketentuan Umum Berdasarkan SNI 1726:2012

2.4.2.1. Gempa Rencana

Berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 4.1.1, gempa rencana ditetapkan sebagai gempa
dengan kemungkinan terlewati besarannya selama umur struktur bangunan 50
tahun adalah sebesar 2%.

2.4.2.2. Faktor Keutamaan dan Kategori Risiko Struktur Bangunan

Berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 4.1.2, untuk berbagai kategori risiko struktur
bangunan gedung dan non gedung pengaruh gempa rencana terhadapnya harus
dikalikan dengan suatu faktor keutamaan (Ie).

Tabel 2.4 Kategori Resiko Bangunan Gedung dan Non Gedung untuk Beban
Gempa

Jenis Pemanfaatan Kategori Resiko


Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang
termasuk dalam kategori resiko I,III,IV, tapi tidak
dibatasi untuk :
- Perumahan.
- Rumah toko dan rumah kantor.
- Pasar.
II
- Gedung perkantoran.
- Gedung apartemen/rumah susun.
- Pusat perbelanjaan/mall.
- Bangunan industri.
- Fasilitas manufaktur.
- Pabrik.
Sumber : SNI 1726:2012
library.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

Tabel 2.5 Faktor Keutamaan Gempa

Kategori Resiko Faktor Keutamaan Gempa, Ie


I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,50
Sumber : SNI 1726:2012

2.4.2.3. Parameter Percepatan Tanah

Berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 14, Gambar 2.4, Gambar 2.5, dan Gambar 2.6
menunjukkan peta gempa maksimum yang dipertimbangkan resiko-tertarget
(Maximum Considered Earthquake, MCE) parameter-parameter gerak tanah SS, S1,
dan PGA. SS adalah parameter nilai respons spektra percepatan gempa MCER
terpetakan pada periode 0,2 detik (pendek). S1 adalah parameter nilai respons
spektra percepatan gempa MCER terpetakan pada periode 1 detik

Gambar 2.4 Pembagian wilayah gempa di Indonesia untuk S1


Sumber : SNI 1726:2012
library.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.5 Pembagian wilayah gempa di Indonesia untuk SS


Sumber : SNI 1726:2012

Gambar 2.6 Pembagian wilayah gempa di Indonesia untuk PGA


Sumber : SNI 1726:2012
library.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

2.4.2.4. Koefisien Situs dan Parameter Respons Spektra

Penentuan respons spektra percepatan gempa MCER pada permukaan tanah


memerlukan suatu faktor amplikasi seismik pada periode 0,2 detik dan periode 1
detik. Faktor amplifikasi meliputi faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada
getaran periode 0,2 detik (Fa), dan faktor amplifikasi terkait percepatan yang pada
getaran periode 1 detik (Fv). Koefisien situs Fa dan Fv berdasarkan SNI 1726:2012
pasal 6.2 dapat dilihat dalam Tabel 2.6 dan 2.7.

Tabel 2.6 Koefisien Situs, Fa

Kelas Parameter Respons Spektra Percepatan Gempa (MCER) terpetakan


Situs pada periode pendek, T = 0,2 detik, Ss
SS≤ 0,25 SS= 0,5 SS= 0,75 SS= 1,0 SS≥ 1,25
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
SC 1,2 1,2 1,1 1,0 1,0
SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0
SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9
SF ssb
Sumber : SNI 1726:2012

Tabel 2.7 Koefisien Situs, Fv

Kelas Parameter Respons Spektra Percepatan Gempa (MCER)


Situs terpetakan pada periode pendek, T = 1 detik, S1
S1 ≤ 0,1 S1 = 0,2 S1 = 0,75 S1 = 1,0 S1 ≥ 1,25
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
SC 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3
SD 2,4 2,0 1,8 1,6 1,5
SE 3,5 3,2 2,8 2,4 2,4
SF ssb
Sumber : SNI 1726:2012
library.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

Catatan :

(a) Untuk nilai-nilai antara SS dan S1 dapat dilakukan interpolasi linier.

(b) SS = Situs yang memerlukan investigasi spesifik.

Parameter spektrum respons percepatan pada periode 0,2 detik (SMS) dan periode 1
detik (SM1) yang disesuaikan dengan pengaruh klasifikasi situs, dapat ditentukan
dengan persamaan berikut ini :

SMS = Fa SS ……………………………………………………………….…...(2.12)

SM1 = Fv S1 ……………………………………………………………….…...(2.13)

Sumber : SNI 1726:2012

dengan :

Fa = faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran periode 0,2 detik

Fv = faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran periode 1 detik

SS = parameter nilai respons spektra percepatan gempa MCER terpetakan pada


periode 0,2 detik

S1 = parameter nilai respons spektra percepatan gempa MCER terpetakan pada


periode 1 detik

2.4.2.5. Parameter Percepatan Spektra Desain

Berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 6.3, parameter percepatan spektra desain untuk
periode 0,2 detik adalah SDS, dan pada periode 1 detik adalah SD1, dapat ditentukan
dengan persamaan berikut ini.

2
SDS = 3 SMS ……………………………………………………………………(2.14)

2
SD1 = 3 SM1 ……………………………………………………………………(2.15)

Sumber : SNI 1726:2012


library.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

dengan :

SMS = parameter spektrum respons percepatan pada periode 0,2 detik

SM1 = parameter spektrum respons percepatan pada periode 1 detik

2.4.2.6. Spektrum Respons Desain

Spektrum respons desain yang apabila diperlukan oleh tata cara ini dan prosedur
gerak tanah dan spesifik-situs tidak digunakan, maka kurva spektrum respons
desain harus dikembangkan. Penentuan nilai dari spectral acceleration (Sa)
dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Periode yang lebih kecil dari T0, spektrum respons percepatan desain (Sa) harus
diambil dari persamaan :
T
Sa = SDS (0,4 + 0,6 ) …………………………………………………..(2.16)

2. Periode lebih besar atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari atau sama dengan
Ts, maka nilai Sa sama dengan SDS.
T
Sa = SDS (0,4 + 0,6 ) …………………………………………………...(2.17)

3. Periode lebih besar dari Ts, nilai Sa, diambil berdasarkan persamaan :

Sa = …………………………………………………………………..(2.18)

Sumber : SNI 1726:2012

dengan :

SDS = parameter percepatan spektra desain pada periode 0,2 detik

SD1 = parameter percepatan spektra desain pada periode 1 detik

T = periode fundamental struktur

T0 = 0,2 ………………………………………………………………….(2.19)

Ts = ……………………………………………………………………...(2.20)
library.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.7 Respons Spektrum Desain


Sumber : SNI 1726:2012

2.5. Analisis Dinamik Riwayat Waktu

Untuk struktur gedung tidak beraturan, pengaruh gempa rencana harus ditinjau
sebagai pengaruh pembebanan gempa dinamik, sehingga analisisnya harus
dilakukan berdasarkan analisis respon dinamik.

Analisis dinamik merupakan analisis struktur dimana pembagian gaya geser gempa
di seluruh tingkat diperoleh dengan memperhitungkan pengaruh dinamis gerakan
tanah terhadap struktur. Analisis dinamik dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Analisis ragam respon spektrum, dimana total respon didapat melalui


superposisi dari respon masing-masing ragam getar.
b. Analisis riwayat waktu, dimana pada model struktur diberikan suatu catatan
rekaman gempa dan respon struktur dihitung langkah demi langkah pada
interval tertentu.
library.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

Analisis dinamik untuk perancangan struktur tahan gempa dilakukan jika


diperlukan evaluasi yang lebih akurat dari gaya-gaya gempa yang bekerja pada
struktur, serta untuk mengetahui perilaku struktur akibat pengaruh gempa.

Analisis riwayat waktu percepatan gempa (time history) merupakan metode analisis
dinamik yang digunakan dalam analisis struktur terhadap gempa. Akselerogram
gempa masukan yang ditinjau harus diambil dari rekaman gerakan tanah akibat
gempa yang didapat di suatu lokasi yang mirip kondisi geologi, topografi dan
seismotekniknya.

Berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 7.5.1, dalam perencanaan struktur gedung, arah
utama pengaruh Gempa Rencana harus ditentukan sedemikian rupa, sehingga
memberi pengaruh terbesar atau memberikan pengaruh beban paling kritis terhadap
unsur-unsur subsistem dan sistem struktur gedung secara keseluruhan.

Berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 6.10.1.1, setidaknya diperlukan 3 (tiga) rekaman


atau simulasi riwayat waktu percepatan gerak tanah horizontal yang harus dipilih
dari beberapa kejadian gempa dengan magnitude dan jarak sumber gempa yang
secara konsisten mengontrol gerak tanah gempa. Masing-masing riwayat waktu
yang dipilih tersebut harus diskalakan, sehingga spektrum responnya secara rata-
rata kira-kira dekat dengan level spektrum respon gempa batuan pada rentang
perioda yang signifikan dari respon struktur bangunan yang akan didesain.

Gaya gempa masukan yang digunakan dalam penelitian ini berupa percepatan
maksimum permukaan tanah (PGA) dari rekaman gempa sebenarnya. Setiap
rekaman gempa yang dipilih harus ditransformasikan untuk membuat respon
spektrum dari rekaman gempa tersebut. Proses transformasi tersebut menggunakan
bantuan program seismosignal. Untuk rentang perioda yang akan diskala, yaitu
pada saat 0,2T sampai dengan 1,5T.

Respon spektrum pada wilayah bangunan yang akan dinilai kinerjanya dipilih
sebagai acuan dalam proses penyesuaian. Spectral acceleration (Sa) pada respon
spektrum rekaman gempa yang dipilih dan respon spektrum wilayah bangunan
yang ditinjau dibandingkan untuk mendapatkan nilai scale factor (SF).
library.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

Nilai scale factor (SF) untuk kedua arah gempa dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :

∑ Ā
= ∑
……………………………………………………………(2.21)

Sumber : Kalkan dan Chopra, 2010

dengan :

SF = faktor skala,

Ā = spectral acceleration respon spectrum target,

A = spectral acceleration respon spectrum gempa yang diskala.

Anda mungkin juga menyukai