id
BAB 2
Menurut Daniel L. Schodek (1999), gempa bumi dapat terjadi karena fenomena
getaran dengan kejutan pada kerak bumi. Faktor utama adalah benturan pergesekan
kerak bumi yang mempengaruhi permukaan bumi. Gempa bumi ini menjalar dalam
bentuk gelombang. Gelombang ini mempunyai suatu energi yang dapat
menyebabkan permukaan bumi dan bangunan di atasnya menjadi bergetar. Getaran
ini nantinya akan menimbulkan gaya-gaya pada struktur bangunan karena struktur
cenderung mempunyai gaya untuk mempertahankan dirinya dari gerakan.
Menurut Chen dan Lui, 2006 (dalam Wibowo, 2011), gempa bumi merupakan
getaran yang terjadi pada permukaan tanah yang disebabkan oleh aktivitas tektonik,
vulkanisme, longsoran termasuk batu, dan bahan peledak. Dari semua penyebab
tersebut, goncangan yang disebabkan oleh peristiwa tektonik merupakan penyebab
utama kerusakan struktur dan perhatian utama dalam kajian tentang bahaya gempa.
Menurut Clough and Penzien, 1997 (dalam Pratama, 2014), dinamik secara
sederhana dapat didefinisikan sebagai perubahan waktu. Beban dinamik adalah
setiap beban yang besarnya, arahnya, atau posisinya berubah menurut waktu.
Demikian juga respon struktur terhadap beban dinamik, yaitu lendutan dan
tegangan yang dihasilkan, juga perubahan waktu, atau sifat dinamik.
5
library.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
Menurut Widodo (2000), dinamik dapat diartikan sebagai variasi atau perubahan
terhadap waktu dalam konteks gaya yang bekerja pada struktur. Beban dinamis
dapat berupa variasi besarannya, arahnya (direction) atau posisinya (point of
application) berubah terhadap waktu.
Apabila struktur dibebani secara dinamik, maka massa struktur tersebut akan
bergoyang atau bergerak menyimpang baik ke kanan maupun ke kiri. Plot antara
goyangan atau simpangan lawan waktu dapat dilihat seperti pada Gambar 2.1 (b).
Terdapat dua parameter penting yang mempengaruhi besar kecilnya simpangan
yaitu massa (m) dan kekakuan kolom (k).
Gerakan massa (m) akibat beban dinamik P(t) dikendalikan oleh suatu pegas
sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.1 (c). Seperti yang telah disampaikan
sebelumnya, kolom memiliki peranan penting pada proses goyangan massa. Peran
kolom pada peristiwa goyangan massa akan ditunjukan oleh kekakuan kolom.
Kekakuan kolom dimodelkan sebagai suatu pegas seperti yang tampak pada
Gambar 2.1 (c). Kekakuan kolom yang dimaksud merupakan fungsi langsung dari
sistem pengekangan pada ujung-ujung kolom (jepit murni, sendi atau jepit rotasi),
modulus elastik (E), momen inersia (Ix) dan berbanding terbalik secara kubikasi
dengan panjang kolom. Simpangan massa pada struktur yang mempunyai redaman
akan berkurang secara terus menerus sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.1
(c). Pada struktur yang bersifat elastik, simpangan massa akan menjadi nol setelah
terjadi penyerapan energi secara total. Pada saat itu, posisi massa akan kembali
seperti awal.
Model matematik suatu struktur yang memiliki redaman selengkapnya dapat dilihat
pada Gambar 2.1 (c). Pada gambar tersebut suatu massa (m) yang bergerak di atas
landasan akibat beban P(t), gerakannya dikendalikan oleh kekakuan pegas (k) dan
koefisien redaman (c). Gaya pegas dan gaya redam akan bekerja secara berlawanan
dengan arah gerakan. Hal tersebut yang memungkinkan bangunan kembali seperti
semula setelah bergoyang akibat gempa bumi atau oleh beban dinamik lainnya.
library.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id
Dalam model SDOF system atau derajat kebebasan tunggal, setiap massa m,
kekakuan k, mekanisme kehilangan atau redaman c, dan gaya luar yang dianggap
tertumpu pada elemen fisik tunggal. Struktur yang mempunyai n-derajat kebebasan
atau struktur dengan derajat kebebasan banyak disebut multi degree of freedom
(MDOF). Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah derajat kebebasan merupakan
jumlah koordinat yang diperlukan untuk menyatakan posisi suatu massa pada saat
tertentu.
Derajat kebebasan tunggal atau SDOF system hanya memiliki satu koordinat yang
diperlukan untuk menyatakan posisi massa pada saat tertentu. Bangunan satu
tingkat merupakan contoh dari bangunan yang memiliki model SDOF system atau
derajat kebebasan tunggal.
library.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id
Pada Gambar 2.1 dapat dilihat model matematika untuk SDOF system. Tampak
bahwa P(t) adalah beban dinamik yaitu beban yang intensitasnya merupakan fungsi
dari waktu. Struktur pada Gambar 2.1 (a) kemudian digambar secara ideal seperti
Gambar 2.1 (c) yaitu gambar yang telah dimodelkan. Notasi m, k, dan c yang
tampak pada gambar berturut-turut adalah massa, kekakuan kolom dan redaman.
Apabila beban dinamik P(t) bekerja ke arah kanan, maka akan terjadi perlawanan
pegas, demper, dan gaya. Berdasarkan prinsip keseimbangan dinamik, maka dapat
diperoleh persamaan-persamaan sebagai berikut :
p(t) – fS – fD = mu atau mu + fD + fS = p(t) ……………………………………(2.1)
Sumber : Respons Dinamik Struktur Elastik (Widodo, 2000)
dimana:
fD = c.u ...………………………………………………………………………(2.2)
fS = k.u ...…………………………………………………………………….…(2.3)
Menurut Uniform Building Code (UBC) 1997, tujuan desain bangunan tahan gempa
adalah untuk mencegah terjadinya kegagalan struktur dan kehilangan korban jiwa,
dengan tiga kriteria standar sebagai berikut :
Akibat dari pengaruh gempa rencana, struktur gedung secara keseluruhan harus
masih bisa berdiri walaupun berada dalam kondisi di ambang keruntuhan.
Berdasarkan SNI-03-1726-2002 pasal 4.1.1, gempa rencana ditetapkan mempunyai
perioda ulang 500 tahun, agar probabilitas terjadinya terbatas pada 10% selama
umur gedung 50 tahun.
I = I1 I2 …………………………………………………………………....……(2.5)
Sumber : SNI-03-1726-2002
dengan :
Faktor-faktor Keutamaan I1, I2, dan I ditetapkan sebagaimana dapat dilihat dalam
Tabel 2.1.
library.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.1 Faktor Keutamaan I untuk Berbagai Kategori Gedung dan Bangunan
Faktor Keutamaan
Kategori Gedung
I1 I2 I
Gedung umum seperti untuk penghunian,
1,0 1,0 1,0
perniagaan dan perkantoran
Monumen dan bangunan monumental 1,0 1,6 1,6
Gedung penting pasca gempa seperti rumah
sakit, instalasi air bersih, pembangkit tenaga
1,4 1,0 1,4
listrik, pusat penyelamatan dalam keadaan
darurat, fasilitas radio dan televise
Gedung untuk menyimpan bahan berbahaya
seperti gas, produk minyak bumi, asam, bahan 1,6 1,0 1,6
beracun
Cerobong, tangki di atas menara 1,5 1,0 1,5
Sumber : SNI-03-1726-2002
a. Tinggi struktur gedung diukur dari taraf penjepitan lateral tidak lebih dari 10
tingkat atau 40 m.
b. Denah struktur gedung adalah persegi panjang tanpa tonjolan dan kalaupun
mempunyai tonjolan, panjang tonjolan tersebut tidak lebih dari 25% dari
ukuran terbesar denah struktur gedung dalam arah tonolan tersebut.
c. Denah struktur gedung tidak menunjukkan coakan sudut dan kalaupun
mempunyai coakan sudut, panjang sisi coakan tersebut tidak lebih dari 15%
dari ukuran terbesar denah struktur gedung dalam arah sisi coakan tersebut.
d. Sistem struktur gedung terbentuk oleh subsistem-subsistem penahan beban
lateral yang arahnya saling tegak lurus dan sejajar dengan sumbu-sumbu utama
orthogonal denah struktur gedung secara keseluruhan.
library.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.2 Wilayah Gempa Indonesia dengan Percepatan Puncak Batuan Dasar
dengan Perioda Ulang 500 Tahun
Sumber : SNI-03-1726-2002
library.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.2 Percepatan Puncak Batuan Dasar dan Percepatan Puncak Muka Tanah
untuk Masing-masing Wilayah Gempa Indonesia
Untuk menetukan pengaruh Gempa Rencana pada struktur gedung menurut SNI-
03-1726-2002 pasal 4.7.4 yaitu berupa beban geser dasar nominal statik ekuivalen
pada struktur beraturan, gaya geser dasar nominal sebagai respons dinamik ragam
pertama pada struktur gedung tidak beraturan, dan gaya geser dasar nominal
sebagai respons dinamik seluruh ragam yang berpartisipasi pada struktur gedung
tidak beraturan.
Berdasarkan SNI-03-1726-2002 pasal 4.7.5, pada kisaran waktu getar alami pendek
0 < T < 0,2 detik terdapat ketidakpastian baik dalam karakteristik gerakan tanah
maupun dalam tingkat daktilitas strukturnya. Faktor Respons Gempa C menurut
Spektrum Respons Gempa Rencana yang ditetapkan dalam pasal 4.7.4, dalam
kisaran waktu getar alami pendek tersebut nilainya tidak diambil kurang dari nilai
maksimumnya untuk jenis tanah yang bersangkutan.
library.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
Am = 2,5 Ao …………………………………………………………………….(2.7)
Waktu getar alami sudut T juga ditetapkan menurut SNI-03-1726-2002 pasal 4.7.6
sebesar 0,5 detik, 0,6 detik dan 1,0 detik untuk jenis tanah berturut-turut Tanah
Keras, Tanah Sedang dan Tanah Lunak.
Maka dengan memperhatikan pasal 4.7.4 dan pasal 4.7.5, Faktor Respons Gempa
C ditentukan oleh persamaan-persamaan berikut :
Untuk T ≤ Tc :
C = Am …………………………………………………………………………(2.8)
Untuk T > Tc :
Ar
C= T
…………………………………………………………………………..(2.9)
dengan
Ar = Am Tc …………………………………………………………………….(2.10)
Berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 4.1.1, gempa rencana ditetapkan sebagai gempa
dengan kemungkinan terlewati besarannya selama umur struktur bangunan 50
tahun adalah sebesar 2%.
Berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 4.1.2, untuk berbagai kategori risiko struktur
bangunan gedung dan non gedung pengaruh gempa rencana terhadapnya harus
dikalikan dengan suatu faktor keutamaan (Ie).
Tabel 2.4 Kategori Resiko Bangunan Gedung dan Non Gedung untuk Beban
Gempa
Berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 14, Gambar 2.4, Gambar 2.5, dan Gambar 2.6
menunjukkan peta gempa maksimum yang dipertimbangkan resiko-tertarget
(Maximum Considered Earthquake, MCE) parameter-parameter gerak tanah SS, S1,
dan PGA. SS adalah parameter nilai respons spektra percepatan gempa MCER
terpetakan pada periode 0,2 detik (pendek). S1 adalah parameter nilai respons
spektra percepatan gempa MCER terpetakan pada periode 1 detik
Catatan :
Parameter spektrum respons percepatan pada periode 0,2 detik (SMS) dan periode 1
detik (SM1) yang disesuaikan dengan pengaruh klasifikasi situs, dapat ditentukan
dengan persamaan berikut ini :
SMS = Fa SS ……………………………………………………………….…...(2.12)
SM1 = Fv S1 ……………………………………………………………….…...(2.13)
dengan :
Fa = faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran periode 0,2 detik
Berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 6.3, parameter percepatan spektra desain untuk
periode 0,2 detik adalah SDS, dan pada periode 1 detik adalah SD1, dapat ditentukan
dengan persamaan berikut ini.
2
SDS = 3 SMS ……………………………………………………………………(2.14)
2
SD1 = 3 SM1 ……………………………………………………………………(2.15)
dengan :
Spektrum respons desain yang apabila diperlukan oleh tata cara ini dan prosedur
gerak tanah dan spesifik-situs tidak digunakan, maka kurva spektrum respons
desain harus dikembangkan. Penentuan nilai dari spectral acceleration (Sa)
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Periode yang lebih kecil dari T0, spektrum respons percepatan desain (Sa) harus
diambil dari persamaan :
T
Sa = SDS (0,4 + 0,6 ) …………………………………………………..(2.16)
2. Periode lebih besar atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari atau sama dengan
Ts, maka nilai Sa sama dengan SDS.
T
Sa = SDS (0,4 + 0,6 ) …………………………………………………...(2.17)
3. Periode lebih besar dari Ts, nilai Sa, diambil berdasarkan persamaan :
Sa = …………………………………………………………………..(2.18)
dengan :
T0 = 0,2 ………………………………………………………………….(2.19)
Ts = ……………………………………………………………………...(2.20)
library.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
Untuk struktur gedung tidak beraturan, pengaruh gempa rencana harus ditinjau
sebagai pengaruh pembebanan gempa dinamik, sehingga analisisnya harus
dilakukan berdasarkan analisis respon dinamik.
Analisis dinamik merupakan analisis struktur dimana pembagian gaya geser gempa
di seluruh tingkat diperoleh dengan memperhitungkan pengaruh dinamis gerakan
tanah terhadap struktur. Analisis dinamik dibagi menjadi 2, yaitu :
Analisis riwayat waktu percepatan gempa (time history) merupakan metode analisis
dinamik yang digunakan dalam analisis struktur terhadap gempa. Akselerogram
gempa masukan yang ditinjau harus diambil dari rekaman gerakan tanah akibat
gempa yang didapat di suatu lokasi yang mirip kondisi geologi, topografi dan
seismotekniknya.
Berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 7.5.1, dalam perencanaan struktur gedung, arah
utama pengaruh Gempa Rencana harus ditentukan sedemikian rupa, sehingga
memberi pengaruh terbesar atau memberikan pengaruh beban paling kritis terhadap
unsur-unsur subsistem dan sistem struktur gedung secara keseluruhan.
Gaya gempa masukan yang digunakan dalam penelitian ini berupa percepatan
maksimum permukaan tanah (PGA) dari rekaman gempa sebenarnya. Setiap
rekaman gempa yang dipilih harus ditransformasikan untuk membuat respon
spektrum dari rekaman gempa tersebut. Proses transformasi tersebut menggunakan
bantuan program seismosignal. Untuk rentang perioda yang akan diskala, yaitu
pada saat 0,2T sampai dengan 1,5T.
Respon spektrum pada wilayah bangunan yang akan dinilai kinerjanya dipilih
sebagai acuan dalam proses penyesuaian. Spectral acceleration (Sa) pada respon
spektrum rekaman gempa yang dipilih dan respon spektrum wilayah bangunan
yang ditinjau dibandingkan untuk mendapatkan nilai scale factor (SF).
library.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
Nilai scale factor (SF) untuk kedua arah gempa dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :
∑ Ā
= ∑
……………………………………………………………(2.21)
dengan :
SF = faktor skala,