LANDASAN TEORI
3.1 Umum
Bangunan tahan gempa adalah bangunan yang dirancang dan didesain agar
mampu bertahan dan tidak runtuh ketika dikenai gempa bumi. Bangunan tahan
gempa bukan berarti tidak boleh mengalami kerusakan sama sekali namun
persyaratan yang berlaku. Menurut Widodo (2012), filosofi bangunan tahan gempa
1. Pada gempa kecil (light, atau minor earthquake) yang sering terjadi, maka
struktur utama bangunan harus tidak rusak dan berfungsi dengan baik.
Kerusakan kecil yang masih dapat ditoleransi pada elemen non struktur
masih dibolehkan.
maka struktur utama bangunan boleh rusak/retak ringan tapi masih dapat
diperbaiki. Elemen non struktur dapat saja rusak tetapi masih dapat diganti
yang baru.
3. Pada gempa kuat (strong earthquake) yang jarang terjadi, maka bangunan
boleh rusak tetapi tidak boleh runtuh total (totally collapse). Kondisi seperti
ini juga diharapkan pada gempa besar (great earthquake), yang tujuannya
13
14
efek dari permintaan daktilitas, perpindahan, drift antar lantai dan faktor lainnya
saat mendesain komponen struktur. Dicatat bahwa metode ini juga dapat
digunakan untuk mencapai level kinerja untuk berbagai tingkat bahaya (hazard
sebagai dasar untuk memerhitungkan gaya geser dasar. Metode ini merupakan
gedung dengan derajat kebebasan banyak (MDOF) karena pada metode ini
tunggal (SDOF).
redaman elastis dan energi hysteretis yang diserap selama respon inelastis.
bangunan baja memiliki redaman liat ekuivalen yang lebih besar dibandingkan
struktur dinding beton bertulang yang didesain dalam tingkat tuntutan daktilitas
yang sama. Nilai respon perpindahan maksimum dan hasil perhitungan redaman
Tujuan dari metode ini adalah untuk mencapai suatu kondisi batas perpindahan
dengan acuan yaitu batas tegangan material, atau batas simpangan non
struktur yang diinginkan terjadi pada saat terjadi gempa. Dalam prosedur
antara akibat beban gravitasi terfaktor dengan akibat beban gempa murni
DDBD terhadap struktur bangunan rumah sakit dengan sistem ganda yang akan
Rasio frame = βf
Rasio RC-Wall = 1 – βf
M i M i 1 Vi 1 ( H i 1 H i ) …………………………………(3.1)
Dengan :
(m .i i
2
)
d i 1
n
……………………………………………(3.2)
(m . )
i 1
i i
Dengan :
i = perpindahan tiap lantai (m)
m i = massa tiap lantai (kN)
19
(m . .h ) i i i
He i 1
n
………………………………………...…(3.3)
(m . )
i 1
i i
(m . ) i i
me i 1
………………………………………....…(3.4)
d
d
daktilitas, …………………...………………………(3.5)
y,he
1
W 0,05 0, 444 ………………………………....…(3.6)
.
l
j 1
wj
2
.W
e,W m
…………………………………………(3.7)
l j 1
wj
2
1
f 0,05 0,565 ………………………………….....(3.8)
.
T2
(T , ) Sa(T , )
4 2
………………………………..……….....(3.9)
1/2
d 2
Teff T . …………………………..……….....(3.10)
(T ,5) 7
Dengan :
( T , ) = Perpindahan untuk waktu getar T dan redaman %
S a (T , ) = Percepatan untuk waktu getar T dan redaman %
4. .me
Ke …………………..…………………………....(3.11)
Te 2
VB K e d …………………..………………………….....(3.12)
Karena yang dipakai pada perencanaan adalah gaya geser dasar pada
saat terjadi pelelehan pertama, maka gaya geser dasar harus direduksi
VB
V …………………………....………………………….....(3.13)
o
Analisis riwayat waktu atau time history adalah suatu cara analisis gempa
saat terjadinya gempa. Data grafik ini akan menjadi parameter gempa masukan
untuk suatu perencanaan atau analisis struktur. Gaya gempa masukan yang
yang ada. Percepatan tanah puncak harus ditentukan dengan persamaan sebagai
berikut:
Waktu adalah suatu cara analisis untuk menentukan riwayat waktu respon
tanah akibat gempa rencana sebagai data masukan, dimana respon dinamik
dalam setiap interval waktu dihitung dengan metode integrasi bertahap. Beban
gempa merupakan fungsi dari waktu, sehingga respon yang terjadi pada struktur
gedung juga tergantung dari waktu pembebanan. Akibat beban gempa rencana
22
analisis riwayat waktu inelastik nonlinier dengan analisis langkah demi langkah
nonlinear riwayat waktu, harus diambil dari rekaman gerakan tanah akibat
gempa yang diperoleh dari suatu lokasi yang mirip kondisi geologi, topografi