Anda di halaman 1dari 10

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Umum

Bangunan tahan gempa adalah bangunan yang dirancang dan didesain agar

mampu bertahan dan tidak runtuh ketika dikenai gempa bumi. Bangunan tahan

gempa bukan berarti tidak boleh mengalami kerusakan sama sekali namun

bangunan tahan gempa boleh mengalami kerusakan asalkan masih memenuhi

persyaratan yang berlaku. Menurut Widodo (2012), filosofi bangunan tahan gempa

adalah sebagai berikut:

1. Pada gempa kecil (light, atau minor earthquake) yang sering terjadi, maka

struktur utama bangunan harus tidak rusak dan berfungsi dengan baik.

Kerusakan kecil yang masih dapat ditoleransi pada elemen non struktur

masih dibolehkan.

2. Pada gempa menengah (moderate earthquake) yang relatif jarang terjadi,

maka struktur utama bangunan boleh rusak/retak ringan tapi masih dapat

diperbaiki. Elemen non struktur dapat saja rusak tetapi masih dapat diganti

yang baru.

3. Pada gempa kuat (strong earthquake) yang jarang terjadi, maka bangunan

boleh rusak tetapi tidak boleh runtuh total (totally collapse). Kondisi seperti

ini juga diharapkan pada gempa besar (great earthquake), yang tujuannya

adalah melindungi manusia/penghuni bangunan secara maksimum.

13
14

3.2 Metode Direct Displacement-Based Design

(Salman, 2018) Kinerja suatu struktur sebagian besar tergantung pada

daktilitas, perpindahan, dan simpangan antar lantai yang diinginkan ketika

dikenai gempa yang parah. Desain berbasis perpindahan mempertimbangkan

efek dari permintaan daktilitas, perpindahan, drift antar lantai dan faktor lainnya

saat mendesain komponen struktur. Dicatat bahwa metode ini juga dapat

digunakan untuk mencapai level kinerja untuk berbagai tingkat bahaya (hazard

levels). Akibatnya, metode desain berbasis perpindahan dianggap sebagai

fungsi utama dari desain berbasis kinerja.

Pada konsep Desain Struktur Tahan Gempa Berbasis Perpindahan (Direct

Displacement Based Design, DDBD) digunakan respons spektrum perpindahan

sebagai dasar untuk memerhitungkan gaya geser dasar. Metode ini merupakan

metode yang paling sederhana untuk melaksanakan analisis pada struktur

gedung dengan derajat kebebasan banyak (MDOF) karena pada metode ini

struktur didesain dengan menggunakan kekakuan secant (secant stiffness) dan

peredam viscous ekuivalen layaknya bangunan dengan derajat kebebasan

tunggal (SDOF).

Metode desain DDBD (Purba dkk, 2016) mengilustrasikan pada Gambar

3.1(a), dengan sistem Multi Degree of Freedom (MDOF) disederhanakan

menjadi Single Degree of Freedom (SDOF). Hubungan besarnya gaya lateral-

perpindahan sebagai representasi dari SDOF ditunjukkan pada Gambar. 3.1(b).

Ki merupakan kekakuan berdasarkan analisa retak pada penampang saat

tulangan lentur mengalami leleh pertama. rKi adalah kekakuan saat


15

terbentuknya sendi-sendi plastis pada struktur, dan Ke merupakan kekakuan

resultan untuk menghasilkan perpindahan maksimum.

Tingkat redaman liat ekuivalen merupakan kombinasi dari representasi

redaman elastis dan energi hysteretis yang diserap selama respon inelastis.

Gambar 3.1(c) menunjukkan nilai tuntutan daktilitas yang diberikan, Struktur

bangunan baja memiliki redaman liat ekuivalen yang lebih besar dibandingkan

struktur dinding beton bertulang yang didesain dalam tingkat tuntutan daktilitas

yang sama. Nilai respon perpindahan maksimum dan hasil perhitungan redaman

berdasarkan tuntutan daktilitas yang diperoleh, digunakan untuk mendapatkan

periode efektif, Te, seperti terlihat pada Gambar 3.1(d).


16

Gambar 3.1. Konsep dasar/ Fundamentals of direct displacement-based design

(Priestley et al., 2007)

Tujuan dari metode ini adalah untuk mencapai suatu kondisi batas perpindahan

dengan acuan yaitu batas tegangan material, atau batas simpangan non

struktural dalam suatu intensitas gempa yang telah didesain.

Dalam tahap awal desain tidak diketahui kekakuan (berhubungan dengan

periode getar alami struktur) struktur, namun telah diketahui perpindahan

struktur yang diinginkan terjadi pada saat terjadi gempa. Dalam prosedur

DDBD, perhitungan desain kapasitas mengikuti rekomendasi Priestley et.al

(2007), dimana pengambilan gaya-gaya dalam untuk balok diambil terbesar

antara akibat beban gravitasi terfaktor dengan akibat beban gempa murni

(Pinto,1997). Sedangkan momen desain kolom didapat dari momen desain

balok yang dikalikan faktor-faktor pembesar sesuai persyaratan yang ada.

3.3 Prosedur Perhitungan Metode Direct Displacement Based Design

Prosedur perhitungan dalam mendapatkan parameter-parameter metode

DDBD terhadap struktur bangunan rumah sakit dengan sistem ganda yang akan

dianalisis adalah sebagai berikut:

3.3.1 Desain tahap awal (preliminary design choices)

a. Proporsi rasio gaya geser

Tahap awal dari perencanaan pada struktur dual system yaitu

menentukan proporsi rasio rencana gaya geser yang akan diterima

oleh struktur (Garcia et al, 2010).


17

Total proporsi rasio = 1

Rasio frame = βf

Rasio RC-Wall = 1 – βf

b. Tinggi RC-Wall contraflexture (HCF)

Tinggi dinding kondisi contraflexture seperti pada Gambar 3.2

yang ditentukan berdasarkan overtuning moment relatif, yang

ditentukan dari persamaan:

M i  M i 1  Vi 1 ( H i 1  H i ) …………………………………(3.1)

Dengan :

M i = overtuning moment relatif pada lantai ke i


H i = tinggi struktur lantai ke i
Fi = rasio gaya relatif lantai ke i
Vi = rasio gaya geser lantai ke i
VF ,i = rasio gaya geser yang diterima oleh rangka struktur pada
lantai ke i
VW , i = rasio gaya geser yang diterima oleh dinding struktur pada
lantai ke i
18

a. Pengaruh rasio geser frame yang besar terhadap


momen relatif

b. Pengaruh rasio geser frame yang kecil terhadap


momen relatif
Gambar 3.2. Tinggi dinding contraflexture berdasarkan proporsi
gaya geser dan moment overtuning relatif
(Sullivan, 2009)

3.3.2 Perpindahan Maksimum (∆d)

Pada langkah ini perpindahan rencana dikontrol dengan batas drift

rencana terlebih dahulu, lalu menentukan parameter profil perpindahan

rencana tiap lantai  i berdasarkan persamaan:

 (m .i i
2
)
d  i 1
n
……………………………………………(3.2)
 (m . )
i 1
i i

Dengan :
 i = perpindahan tiap lantai (m)
m i = massa tiap lantai (kN)
19

3.3.3 Tinggi Efektif

Tinggi efektik dapat diperoleh dari persamaan:

 (m . .h ) i i i
He  i 1
n
………………………………………...…(3.3)
 (m . )
i 1
i i

3.3.4 Massa Efektif

 (m . ) i i
me  i 1
………………………………………....…(3.4)
d

3.3.5 Redaman Efektif

Redaman efektif bergantung pada daktilitas sistem struktur.

a. Redaman efektif RC-Wall

d
daktilitas,   …………………...………………………(3.5)
 y,he

b. redaman satu RC-Wall,

  1 
W  0,05  0, 444   ………………………………....…(3.6)
 . 

Redaman ekuivalen terhadap arah yang ditinjau pada struktur

l
j 1
wj
2
.W
e,W  m
…………………………………………(3.7)
l j 1
wj
2

c. Redaman efektif frame


20

  1 
 f  0,05  0,565   ………………………………….....(3.8)
 . 

3.3.6 Perioda Efektif

Periode efektif ditentukan grafik perpindahan respon spektra yang

dikonversi dari percepatan respon spektra, menggunakan persamaan:

T2
 (T , )  Sa(T , )
4 2

………………………………..……….....(3.9)

1/2
d  2   
Teff  T . …………………………..……….....(3.10)
(T ,5)  7 

Dengan :
 ( T , ) = Perpindahan untuk waktu getar T dan redaman %
S a (T , ) = Percepatan untuk waktu getar T dan redaman %

3.3.7 Kekakuan Efektif

Kekakuan efektif ditentukan dengan persamaan:

4. .me
Ke  …………………..…………………………....(3.11)
Te 2

3.3.8 Gaya Geser Dasar

VB  K e   d …………………..………………………….....(3.12)

Karena yang dipakai pada perencanaan adalah gaya geser dasar pada

saat terjadi pelelehan pertama, maka gaya geser dasar harus direduksi

dengan faktor kuat lebih struktur berdasarkan Tabel 12 SNI 1726-

2019, sehingga menjadi:


21

VB
V  …………………………....………………………….....(3.13)
o

3.4 Time History Analysis

Analisis riwayat waktu atau time history adalah suatu cara analisis gempa

dinamik struktur, dimana suatu model matematik dari struktur dikenakan

riwayat waktu dari gempa-gempa hasil pencatatan atau gempa-gempa tiruan

terhadap riwayat waktu dari respons struktur yang ada.

Data percepatan permukaan tanah (PGA) berupa akselerogram yaitu

grafik perbandingan percepatan permukaan tanah terhadap waktu atau durasi

saat terjadinya gempa. Data grafik ini akan menjadi parameter gempa masukan

untuk suatu perencanaan atau analisis struktur. Gaya gempa masukan yang

digunakan berupa percapatan maksimum permukaan tanah dari rekaman gempa

yang ada. Percepatan tanah puncak harus ditentukan dengan persamaan sebagai

berikut:

PGAM= FPGA× PGA …………………………...(3.14)

Hutasoit (2011) menjelaskan bahwa Analisis Inelastik Dinamik Riwayat

Waktu adalah suatu cara analisis untuk menentukan riwayat waktu respon

dinamik struktur bangunan gedung yang berprilaku nonlinear terhadap gerakan

tanah akibat gempa rencana sebagai data masukan, dimana respon dinamik

dalam setiap interval waktu dihitung dengan metode integrasi bertahap. Beban

gempa merupakan fungsi dari waktu, sehingga respon yang terjadi pada struktur

gedung juga tergantung dari waktu pembebanan. Akibat beban gempa rencana
22

maka struktur akan berprilaku inelastik. Untuk mendapatkan respon struktur

tiap waktu dengan memperhitungkan perilaku nonlinier, maka dilakukan

analisis riwayat waktu inelastik nonlinier dengan analisis langkah demi langkah

metode integrasi bertahap.

Percepatan gempa yang diperlukan untuk ditinjau dalam analisis dinamik

nonlinear riwayat waktu, harus diambil dari rekaman gerakan tanah akibat

gempa yang diperoleh dari suatu lokasi yang mirip kondisi geologi, topografi

dan seismotektoniknya dengan lokasi tempat struktur yang ditinjau berada.

Salah satu contohnya rekaman gempa pada akselerogram gempa El-Centro

yang direkam pada tanggal 15 Mei 1940 di California.

Anda mungkin juga menyukai