Anda di halaman 1dari 29

REVIEW PERHITUNGAN STRUKTUR

Sebelum didirikannya, bangunan gedung Ruko K24 telah memenuhi beberapa


prosedur dalam mendirikan bangunan salah satunya adalah melakukan perencanaan
terhadap bangunan dengan memahami prilaku beban yang terjadi pada struktur
bangunan yang ditinjau untuk memperoleh hasil perencanaan yang optimal, akurat
dan tidak akan menimbulkan kegagalan struktur. Namun perlu dianalisa kembali guna
untuk mengetahui perhitungan pada struktur tersebut. Analisa ini mengacu
berdasarkan gambar IMB dan kondisi dilapangan, sebagai berikut :

1. Kriteria material
Material properties yang digunakan dalam analisa ini adalah :
a. Baja
 Mutu Baja : ST-37 (Fy 370 Mpa)
 Kuat Tarik/Tekan :
- diameter ≤ 13 mm, Fy 240 Mpa 
- diameter ≥ 13 mm, Fy 400 Mpa
 Berat Jenis : 7850 kg/cm3
 Poison Ratio : 0.30
 Modulus Elastisitas : 210000 Mpa

b. Beton
 Mutu Beton : Fc’ 25 Mpa ( K-300)
 Kuat Tekan : 240 kg/cm2
 Berat Jenis : 2400 kg/m3
 Poison Ratio : 0.20
 Modulus Elastisitas : 23452.95 Mpa;
2. Kriteria Pembebanan
a. Beban Mati (DL)
Material Struktur Baja dengan kerapatan massa 7850 kg/m 3, dan
Beton Bertulang dengan kerapatan massa 2400 kg/m3.
b. Beban Mati Tambahan (SDL)
Asumsi beban mati tambahan (superimposed dead load) yang
ditanggung oleh komponen struktur terdiri atas:
 Atap : 245.25 kN.
 Mechanical Electrical, and Plumbing (MEP) : 122.63 kN
 Eternit : 44.15 kN
 Dinding : 109 kN
 Spesi dan Tegel : 169.22 kN
c. Beban Hidup (LL)
Asumsi Beban hidup yang diterapkan dalam desain ini terdiri atas
Beban Hidup untuk bangunan rumah sakit :
 Beban Hidup untuk Rumah tinggal : 1.97 kN/m2
 Beban Hidup tangga : 2.87 kN/m2
d. Beban Gempa
Beban Gempa ditentukan sesuai dengan yang disyaratkan oleh Tata
Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung,
SNI 03-1726-2012.

Beban gempa direncanakan berdasarkan SNI 1726-2012;


Dengan terletak pada Ss ~ 1.5 g ; S1 ~ 0.541 g , Adapun sesuai
faktor peruntukannya yaitu bangunan tempat pelayanan perawatan
kesehatan ibu dan anak maka termasuk kepada katagori resiko 1
dan faktor keutamaanya Ie = 1.1.
Berdasarkan penyelidikan tanah yang telah dilakukan maka tanah
digolongkan kedalam jenis tanah lunak, untuk jenis tanah lunak,
maka didapat koefisien situs Fa = 0.9 dan Fv = 2.4 , dengan koefisien
tersebut maka didapatkan Spektral Respons Percepatan SDS =
(2/3)x Fa x ss = 0.9 g; SD1 = (2/3)x Fv x s1 = 0.8656 g.
Dari perhitungan dan fungsi bangunan diatas maka bangunan
termasuk kedalam Katagori Disain Seismik (KDS) “D”.
Bangunan ini akan dianalisa dinamik dengan Modal Statik Ekivalen
dengan parameter-parameter sebagai berikut :
Wilayah gempa di Kecamatan Padalarang
Koefisien gempa dasar C dihitung dari perioda bangunan hasil
output computer.
Faktor Keutamaan I = 1 (KRB = I)
Sistem Penahan Gaya Gempa :
Koefisien Modifikasi Respon ( R )
R = 8 ( Rangka Beton Bertulang pemikul momen khusus )
R = 8 ( Rangka Baja pemikul momen khusus)
Faktor Kuat Lebih ( Ω )
Ω = 3 ( Rangka Beton Bertulang pemikul momen khusus )
Ω = 3 ( Rangka Baja pemikul momen khusus )
Faktor Pembesaran Defleksi ( Cd )
Cd = 8 ( Rangka Beton Bertulang pemikul momen khusus)
Cd = 5.5 ( Rangka Baja pemikul momen khusus)
Beban horisontal akibat gaya gempa (analisis statik ekivalen 3
dimensi) yang bekerja pada tiap lantai dihitung berdasarkan langkah-
langkah sebagai berikut :
 Penentuan massa tiap lantai
Massa tiap lantai yang dapat diwakili oleh normal kolom pada
masing-masing kolom dan masing-masing lantai ditentukan
dengan menggunakan rumus :
Beban Mati + Beban Hidup
Massa 
Percepatan Gravitasi
Besarnya percepatan gravitasi (g) adalah 9.81 meter/detik2.
 Analisa respons spektrum dilakukan dengan menggunakan
bantuan program komputer ETABS v.9.7. Dari hasil analisa
respons spektrum ini diperoleh :
 Waktu getar bangunan (T) untuk masing-masing arah
bangunan
 Dari link
http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2
011/ didapat grafik respon spektra untuk wilayah Kecamatan
Padalarang sebagai berikut ini :

Gambar 3. 34 Grafik Respon Spektra

 Penentuan gaya gempa adalah sebagai berikut :


 Distribusi Vertikal Gaya Gempa
Gaya gempa lateral (Fx) (kN) yang timbul di semua tingkat
harus ditentukan dari persamaan berikut:
w hk
Fx = CvxV dan Cvx nx x
w h k

i i
i1
Dimana :
Cvx = faktor distribusi vertikal,
V = gaya lateral disain total atau geser di dasar
struktur (kN)
wi and wx = bagian berat seismik efektif total struktur (W) yang
ditempatkan atau dikenakan pada Tingkat i atau x.
hi and hx = tinggi (m) dari dasar sampai Tingkat i atau x
k = eksponen yang terkait dengan perioda struktur
sebagai berikut:
untuk struktur yang mempunyai perioda sebesar 0,5 detik
atau kurang, k=1. Untuk struktur yang mempunyai perioda
sebesar 2,5 detik atau lebih, k=2. Untuk struktur yang
mempunyai perioda antara 0,5 dan 2,5 detik, k harus sebesar
2 atau harus ditentukan dengan interpolasi linier antara 1 dan
2
 Distribusi Horisontal Gaya Gempa
Geser tingkat disain gempa di semua tingkat (Vx) (kN) harus
ditentukan dari persamaan berikut:
n

Vx   Fi
ix

di mana Fi = bagian dari geser dasar seismik (V) (kN) yang timbul
di Tingkat i.
Geser tingkat disain gempa (Vx) (kN) harus didistribusikan pada
berbagai elemen vertikal sistem penahan gaya seismik di tingkat
yang ditinjau berdasarkan pada kekakuan lateral relatif elemen
penahan vertikal dan diafragma.
 Kriteria Pemodelan
 Pemodelan Fondasi
Untuk tujuan penentuan beban seismik, pemodelan fondasi
diijinkan dengan menganggap struktur terjepit di dasarnya.
Sebagai alternatif, jika fleksibilitas fondasi diperhitungkan,
pemodelan fondasi harus sesuai dengan peraturan.
 Berat Seismik Efektif
Berat seismik efektif struktur, W, harus menyertakan seluruh
beban mati dan beban lainnya yang terdaftar di bawah ini:
 Dalam daerah yang digunakan untuk penyimpanan: minimum
sebesar 25 persen beban hidup lantai (beban hidup lantai di
garasi publik dan struktur parkiran terbuka, serta beban
penyimpanan yang tidak melebihi 5 persen dari berat seismik
efektif pada suatu lantai, tidak perlu disertakan).
 Jika ketentuan untuk partisi disyaratkan dalam disain beban
lantai: diambil sebagai yang terbesar di antara berat partisi aktual
atau berat daerah lantai minimum sebesar 0,48 kN/m2.
 Berat operational total dari peralatan yang permanen.
 Berat lansekap dan beban lainnya pada taman atap dan luasan
sejenis lainnya.
e. Beban Angin
Beban angin adalah beban yang bekerja pada bangunan atau
bagiannya karena adanya selisih tekanan udara (hembusan angin
kencang). Beban angin ini ditentukan dengan menganggap adanya
tekanan positif dan tekanan negatif (isapan angin), yang bekerja
tegak lurus pada bidang-bidang bangunan yang ditinjau.
Besarnya tekanan tiup angin ini harus diambil minimum 25 kg/m 2
luas bidang bangunan yang ditinjau. Sedangkan untuk di laut sampai
sejauh 5 km dari tepi pantai tekanan tiup angin ini diambil minimum
40 kg/m2, serta untuk daerah-daerah di dekat laut dan daerah-daerah
lain dimana kemungkinan terdapat kecepatan angin yang mungkin
dapat menghasilkan tekanan tiup yang lebih besar dari yang
ditentukan di atas, maka tekanan tiup angin tersebut harus dihitung
dengan rumus:

P = V2/16 (kg/m2)
Dimana :
P = tekanan tiup angin (kg/m2).
V = kecepatan angin (m/detik).
Jadi untuk Beban Angin diambil sebesar :
P = 252 /16 = 39.0625 kg/m2 = 40 kg/m2
f. Kombinasi Pembebanan
Kasus pembebanan yang dipakai untuk dibandingkan dalam
perencanaan struktur beton bertulang ini adalah :
 Kombinasi Beban untuk Metoda Ultimit
Struktur, komponen-elemen struktur dan elemen-elemen fondasi
harus dirancang sedemikian hingga kuat rencananya sama atau
melebihi pengaruh beban-beban terfaktor dengan kombinasi-
kombinasi sebagai berikut:
1,4D
1,2D + 1,6L + 0,5 (Lr atau R)
1,2D + 1,6 (Lr atau R) + (L atau 0,5 W)
1,2D + 1,0W + L+ 0,5 (Lr atau R)
1,2D + 1,0E + L
0,9D + 1,0W
0,9D + 1,0E
Pengecualian : Faktor beban untuk L pada kombinasi 3, 4, dan
5 boleh diambil sama dengan 0,5 kecuali untuk ruangan garasi,
ruangan pertemuan dan semua ruangan yang nilai beban
hidupnya lebih besar daripada 500 kg/m2.
Bila beban air F bekerja pada struktur, maka keberadaannya
harus diperhitungkan dengan nilai faktor beban yang sama
dengan faktor beban untuk beban mati D pada kombinasi 1
hingga 5 dan 7.
Bila beban tanah H bekerja pada struktur, maka keberadaannya
harus diperhitungkan sebagai berikut:

 Bila adanya beban H memperkuat pengaruh variabel beban


utama, maka perhitungkan pengaruh H dengan faktor beban
= 1,6.
 Bila adanya beban H memberi perlawanan terhadap
pengaruh variabel beban utama, maka perhitungkan
pengaruh H dengan faktor beban = 0,9 (jika bebannya bersifat
permanen) atau dengan faktor beban = 0 (untuk kondisi
lainnya).
 Pengaruh yang paling menentukan dari beban-beban angin
dan gempa harus ditinjau, namun kedua beban tersebut tidak
perlu ditinjau secara simultan. Lihat Pasal 7.4 untuk definisi
khusus mengenai pengaruh beban gempa E.
3. Analisis Struktur Bangunan Eksisting
a. Modeling Struktur
Gambar 3. 35 Denah Lantai 1

Keterangan :
 Dimensi Balok
Type Balok Dimensi Balok
TB1-200/300 200 X 300

Gambar 3. 36 Denah Lantai 2

Keterangan :
 dimensi pelat
Type Pelat Dimensi Pelat
T120 T = 120
 dimensi balok
Type Balok Dimensi Balok
B1-200/400 200 X 400
B2-150/300 150 X 300

Gambar 3. 37 Denah Atap (Eksisting)

Keterangan :
 dimensi balok
Type Balok Dimensi Balok
WF.200 200x100x5.5x8
UNP.150 150x75x10x6.5
Gambar 3. 38 Denah Potongan Portal As A (Eksisting)
Gambar 3. 39 Denah Potongan Portal As B (Eksisting)
Keterangan :
 Dimensi Kolom
Type Kolom Dimensi Kolom
K1-300/300 300x300
K2-200/200 200x200
KP 150x150

b. 3D Modeling Analisis

Gambar 3. 40 3D Frame Section Bangunan (Eksisting)


Gambar 3. 41 3D Extrude View Bangunan (Eksisting)

Gambar 3. 42 Input Beban Mati Tambahan (SDL) “Frame Load”


Bangunan (Eksisting)
Gambar 3. 43 Input Beban Mati Tambahan (SDL) “Area Load” Bangunan
(Eksisting)

Gambar 3. 44 Input Beban Hidup (LL) “Area Load” Bangunan


(Eksisting)

Gambar 3. 45 Input Beban Hidup (LL) ”Frame Load” Bangunan


(Eksisting)
c. Pengecekan Ketahanan Struktur (P-M Steel Interaction Ratios)

Gambar 3. 46 Steel Stress Ratio Bangunan (Eksisting)

Berdasarkan gambar output desain diatas, struktur utama tidak ada yang
berwarna merah atau nilai stress steel rasio yang terbesar adalah 0.866 < 1;
maka desain struktur cukup kuat menahan beban yang terjadi.

d. Pengecekan Ketahanan Pondasi


Pengecekan ketahanan pondasi tidak dapat dilakukan karena memerlukan
data tanah yang sesuai dengan kondisi dilapangan, namun jika dilakukan
pengecekan sesuai ilustrasi data tanah dalam keadaan tanah lunak menurut
meyerhoff (1956) pada tabel hubungan kerapatan relatif (Dr) dan sudut geser
serta berdasarkan gambar yang terlampir pada Ijin Mendirikan Bangunan
(IMB) dihasilkan suatu pondasi sebagai berikut :
PERHITUNGAN FONDASI FOOTPLAT
BENTUK EMPAT PERSEGI PANJANG
[C]2010 : M. Noer Ilham

A. DATA FONDASI FOOT PLAT

DATA TANAH
Kedalaman fondasi, Df = 1.50 m
Berat volume tanah, = 17.60 kN/m3
Sudut gesek dalam, = 30.00 
Kohesi, c= 0.03 kPa
Tahanan konus rata-rata (hasil pengujian sondir), qc = 50.00 kg/cm2
DIMENSI FONDASI
Lebar fondasi arah x, Bx = 1.50 m
Lebar fondasi arah y, By = 1.50 m
Tebal fondasi, h= 0.40 m
Lebar kolom arah x, bx = 0.30 m
Lebar kolom arah y, by = 0.30 m
Posisi kolom (dalam = 40, tepi = 30, sudut = 20) s = 30
BAHAN KONSTRUKSI
Kuat tekan beton, f c' = 20.8 MPa
Kuat leleh baja tulangan, fy = 390 MPa
Berat beton bertulang, c = 24 kN/m3
BEBAN RENCANA FONDASI
Gaya aksial akibat beban terfaktor, Pu = 200.000 kN
Momen arah x akibat beban terfaktor, Mux = 7.079 kNm
Momen arah y akibat beban terfaktor, Muy = 15.439 kNm
B. KAPASITAS DUKUNG TANAH

1. MENURUT TERZAGHI DAN PECK (1943)

Kapasitas dukung ultimit tanah menurut Terzaghi dan Peck (1943) :


qu = c * Nc * (1 + 0.3 * B / L) + D f *  * Nq + 0.5 * B * N  * (1 - 0.2 * B / L)

c = kohesi tanah (kN/m2) c= 0.03 


Df = Kedalaman fondasi (m) Df = 1.50 m
 = berat volume tanah (kN/m3) = 17.60 kN/m3
B = lebar fondasi (m) B = By = 1.50 m
L = panjang fondasi (m) L = By = 1.50 m
Sudut gesek dalam, = 30.00 
 =  / 180 *  = 0.5235988 rad
a = e(3* / 4 - /2)*tan  = 3.3508015
Kp = 3 * tan2 [ 45 + 1/2*(  + 33) ] = 52.049167
Faktor kapasitas dukung tanah menurut Terzaghi :
Nc = 1/ tan  * [ a2 / (2 * cos 2 (45 + /2) - 1 ] = 37.162
Nq = a2 / [ (2 * cos 2 (45 + /2) ] = Nc * tan  + 1 = 22.456
N = 1/2 * tan  * [ Kp / cos 2  - 1 ] = 19.745
Kapasitas dukung ultimit tanah menurut Terzaghi :
q = c*N *(1+0.3*B/L) + D **N + 0.5*B*N *(1-0.2*B/L) = 606.13 kN/m2
u c f q 
Kapasitas dukung tanah, q =q / 3= 202.04 kN/m2
a u

2. MENURUT MEYERHOF (1956)

Kapasitas dukung tanah menurut Meyerhof (1956) :


q = q / 33 * [ ( B + 0.3 ) / B ]2 * K ( dalam kg/cm2)
a c d
dengan, Kd = 1 + 0.33 * Df / B harus  1.33

qc= tahanan konus rata-rata hasil sondir pada dasar fondasi ( kg/cm2 )
B = lebar fondasi (m) B = By = 1.50 m
Df = Kedalaman fondasi (m) Df = 1.50 m
Kd = 1 + 0.33 * Df / B = 1.33 < 1.33
 diambil, Kd = 1.33
Tahanan konus rata-rata hasil sondir pada dasar fondasi, q = kg/cm2
c 50.00
2
q = q / 33 * [ ( B + 0.3 ) / B ] * K = kg/cm2
a c d 2.902
Kapasitas dukung ijin tanah, q = kN/m2
a 290.18

3. KAPASITAS DUKUNG TANAH YANG DIPAKAI

Kapasitas dukung tanah menurut Terzaghi dan Peck : qa = 202.04 kN/m2


Kapasitas dukung tanah tanah menurut Meyerhof : qa = 290.18 kN/m2
Kapasitas dukung tanah yang dipakai : qa = 202.04 kN/m2
C. KONTROL TEGANGAN TANAH

Luas dasar foot plat, 2.2500 m


Tahanan momen arah x, 0.5625 m3
Tahanan momen arah y, 0.5625 m3
Tinggi tanah di atas foot plat, 1.10 m
Tekanan akibat berat foot plat dan tanah, 28.960 kN/m
Eksentrisitas pada fondasi :
0.0354 m 0.2500 m (OK)
0.0772 m 0.2500 m (OK)
Tegangan tanah maksimum yang terjadi pada dasar fondasi :
157.881 kN/m2
qa  AMAN (OK)
Tegangan tanah minimum yang terjadi pada dasar fondasi :
77.817 kN/m2
0  tak terjadi teg.tarik (OK)
D. GAYA GESER PADA FOOT PLAT

1. TINJAUAN GESER ARAH X

Jarak pusat tulangan terhadap sisi luar beton, d' = 0.075 m


Tebal efektif foot plat, d = h - d' = 0.325 m
Jarak bid. kritis terhadap sisi luar foot plat, ax = ( Bx - bx - d ) / 2 = 0.438 m
Tegangan tanah pada bidang kritis geser arah x,
qx = qmin + (Bx - ax) / Bx * (qmax - qmin) = kN/m2
134.529
Gaya geser arah x, Vux = [ qx + ( qmax - qx ) / 2 - q ] * ax * By = 76.942 kN
Lebar bidang geser untuk tinjauan arah x, b = By = 1500 mm
Tebal efektif footplat, d= 325 mm
Rasio sisi panjang thd. sisi pendek kolom, c = bx / by = 1.0000
Kuat geser foot plat arah x, diambil nilai terkecil dari V c yang diperoleh dari pers.sbb. :
Vc = [ 1 + 2 / c ] * √ fc' * b * d / 6 * 10-3 = 1110.334 kN
Vc = [ s * d / b + 2 ] * √ fc' * b * d / 12 * 10-3 = 1572.973 kN
Vc = 1 / 3 * √ fc' * b * d * 10-3 = 740.223 kN
Diambil, kuat geser foot plat,  Vc = 740.223 kN
Faktor reduksi kekuatan geser,  = 0.75
Kuat geser foot plat,   Vc = 555.167 kN
Syarat yang harus dipenuhi,
  Vc ≥ Vux
555.167 > 76.942  AMAN (OK)
2. TINJAUAN GESER ARAH Y

Jarak pusat tulangan terhadap sisi luar beton, d' = 0.085 m


Tebal efektif foot plat, d = h - d' = 0.315 m
Jarak bid. kritis terhadap sisi luar foot plat, ay = ( By - by - d ) / 2 = 0.443 m
Tegangan tanah pada bidang kritis geser arah y,
2
q =q + (B - a ) / B * (q -q )= kN/m
y min y y y max min 134.262
Gaya geser arah y, Vuy = [ qy + ( qmax - qy ) / 2 - q ] * ay * Bx = 77.733 kN
Lebar bidang geser untuk tinjauan arah y, b = Bx = 1500 mm
Tebal efektif footplat, d= 315 mm
Rasio sisi panjang thd. sisi pendek kolom, c = bx / by = 1.0000
Kuat geser foot plat arah y, diambil nilai terkecil dari V c yang diperoleh dari pers.sbb. :
Vc = [ 1 + 2 /  c ] * √ fc' * b * d / 6 * 10-3 = 1076.170 kN
Vc = [ s * d / b + 2 ] * √ fc' * b * d / 12 * 10-3 = 1488.702 kN
Vc = 1 / 3 * √ fc' * b * d * 10-3 = 717.447 kN
Diambil, kuat geser foot plat,  Vc = 717.447 kN
Faktor reduksi kekuatan geser,  = 0.75
Kuat geser foot plat,   Vc = 538.085 kN
Syarat yang harus dipenuhi,
  Vc ≥ Vux
538.085 > 77.733  AMAN (OK)
3. TINJAUAN GESER DUA ARAH (PONS)

Jarak pusat tulangan terhadap sisi luar beton, d' = 0.085 m


Tebal efektif foot plat, d = h - d' = 0.32 m
Lebar bidang geser pons arah x, cx = bx + 2 * d = 0.615 m
Lebar bidang geser pons arah y, cy = by + 2 * d = 0.615 m
Gaya geser pons yang terjadi,
Vup = ( Bx * By - cx * cy ) * [ ( qmax + qmin ) / 2 - q ] = 166.380 kN
2
Luas bidang geser pons, Ap = 2 * ( c x + c y ) * d = 0.775 m
Lebar bidang geser pons, bp = 2 * ( cx + cy ) = 2.460 m
Rasio sisi panjang thd. sisi pendek kolom, c = bx / by = 1.0000
Tegangan geser pons, diambil nilai terkecil dari fp yang diperoleh dari pers.sbb. :
f p = [ 1 + 2 /  c ] * √ f c' / 6 = 2.278 MPa
fp = [ s * d / bp + 2 ] * √ fc' / 12 = 2.217 MPa
fp = 1 / 3 * √ fc' = 1.518 MPa
Tegangan geser pons yang disyaratkan, fp = 1.518 MPa
Faktor reduksi kekuatan geser pons,  = 0.75
Kuat geser pons,  * Vnp =  * Ap * fp * 103 = 882.46 kN
Syarat :  * Vnp ≥ Vup
882.459 > 166.380  AMAN (OK)
 * Vnp ≥ Pu
882.459 > 200.000  AMAN (OK)
E. PEMBESIAN FOOTPLAT

1. TULANGAN LENTUR ARAH X

Jarak tepi kolom terhadap sisi luar foot plat, ax = ( Bx - bx ) / 2 = 0.600 m


Tegangan tanah pada tepi kolom,
q=q + (B - a ) / B * (q -q )= kN/m2
125.855
x min x x x max min

Momen yang terjadi pada plat fondasi akibat tegangan tanah,


Mux = 1/2 * ax 2 * [ qx + 2/3 * ( qmax - qx) - q ] * B y= 31.926 kNm
1500
Lebar plat fondasi yang ditinjau, b = By = 400 mm
Tebal plat fondasi, h= 75 mm
Jarak pusat tulangan thd. sisi luar beton, d' = 325 mm
Tebal efektif plat, d = h - d' = 21 mm
Kuat tekan beton, f c' = 390 MPa
Kuat leleh baja tulangan, fy = 2.00E+05 MPa
Modulus elastis baja, Es = 0.85 MPa
Faktor distribusi teg. beton, 1 = 0.0232974
b = 1* 0.85 * fc’/ fy * 600 / ( 600 + f y ) = 0.80
Faktor reduksi kekuatan lentur,  = 5.498
Rmax = 0.75 * b * fy * [1-½*0.75* b * fy / ( 0.85 * fc’ ) ] = 39.908
Mn = Mux /  = 0.25188 kNm
Rn = Mn * 106 / ( b * d2 ) =
Rn < Rmax  (OK)
Rasio tulangan yang diperlukan,
 = 0.85 * fc’ / fy * [ 1 -  {1 – 2 * Rn / ( 0.85 * fc’ ) } ] = 0.0007
Rasio tulangan minimum, min = 0.0025
Rasio tulangan yang digunakan,  = 0.0025 2

Luas tulangan yang diperlukan, As =  * b * d = 1218.75 mm


Diameter tulangan yang digunakan, D 16 mm
Jarak tulangan yang diperlukan, s =  / 4 * D * b / As = 247 mm
2

Jarak tulangan maksimum, smax = 150 mm Jarak


tulangan yang digunakan,  s = 150 mm
Digunakan tulangan, D 16 - 150
2
Luas tulangan terpakai, As =  / 4 * D * b / s = 2010.62
2 mm
2. TULANGAN LENTUR ARAH Y

Jarak tepi kolom terhadap sisi luar foot plat, ay = ( By - by ) / 2 = 0.600 m


Tegangan tanah pada tepi kolom,
q=q + (B - a ) / B * (q -q )= kN/m2
125.855
y min y y y max min

Momen yang terjadi pada plat fondasi akibat tegangan tanah,


Muy = 1/2 * ay 2 * [ qy + 2/3 * ( qmax - qy) - q ] * B x= 31.926 kNm
1500
Lebar plat fondasi yang ditinjau, b = Bx = 400 mm
Tebal plat fondasi, h= 85 mm
Jarak pusat tulangan thd. sisi luar beton, d' = 315 mm
Tebal efektif plat, d = h - d' = 21 mm
Kuat tekan beton, f c' = 390 MPa
Kuat leleh baja tulangan, fy = 2.00E+05 MPa
Modulus elastis baja, Es = 0.85 MPa
Faktor distribusi teg. beton, 1 = 0.0232974
b = 1* 0.85 * fc’/ fy * 600 / ( 600 + f y ) = 0.80
Faktor reduksi kekuatan lentur,  = 5.498
Rmax = 0.75 * b * fy * [1-½*0.75* b * fy / ( 0.85 * fc’ ) ] = 39.908
Mn = Muy /  = 0.26813 kNm
Rn = Mn * 106 / ( b * d2 ) =
Rn < Rmax  (OK)
Rasio tulangan yang diperlukan,
 = 0.85 * fc’ / fy * [ 1 -  {1 – 2 * Rn / ( 0.85 * fc’ ) } ] = 0.0007
Rasio tulangan minimum, min = 0.0025
Rasio tulangan yang digunakan,  = 0.0025 2

Luas tulangan yang diperlukan, As =  * b * d = 1181.25 mm


Diameter tulangan yang digunakan, D 16 mm
Jarak tulangan yang diperlukan, s =  / 4 * D * b / As = 255 mm
2

Jarak tulangan maksimum, smax = 150 mm Jarak


tulangan yang digunakan,  s = 150 mm
Digunakan tulangan, D 16 - 150
2
Luas tulangan terpakai, As =  / 4 * D * b / s = 2010.62
2 mm
3. TULANGAN SUSUT

Rasio tulangan susut minimum, smin = 0.0014


Luas tulangan susut arah x, Asx = smin* d * Bx = 682.500 mm2
Luas tulangan susut arah y, Asy = smin* d * By = 661.500 mm2
Diameter tulangan yang digunakan,  16 mm

Jarak tulangan susut arah x, sx =  / 4 * 2 * By / Asx 442 mm


=
Jarak tulangan susut maksimum arah x, sx,max = 200 mm
Jarak tulangan susut arah x yang digunakan,  sx = 150 mm
Jarak tulangan susut arah y, sy =  / 4 *  * Bx / Asy =
2
456 mm
Jarak tulangan susut maksimum arah y, sy,max = 150 mm
Jarak tulangan susut arah y yang digunakan,  sy = 150 mm
Digunakan tulangan susut arah x,  16 - 150
Digunakan tulangan susut arah y,  16 - 150

Berdasarkan analisa struktur dengan memodelkan struktur atas bangunan


eksisting berdasarkan gambar Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dan kondisi
dilapangan, reaksi yang terjadi pada pondasi adalah sebagai berikut :
Gambar 3. 47 Denah Titik Pondasi
Tabel 3. 3 Reaksi Pondasi Bangunan (Eksisting)

DIMENSI PONDASI (Eksisting)


Beban Max. Dimensi
Story Point Load FZ Pengecekan
(KN) (m)
BASE 2613 PONDASI 160.59 200 1.50 x 1.50 Oke
BASE 2614 PONDASI 49.02 200 1.50 x 1.50 Oke
BASE 2642 PONDASI 34.3 200 1.50 x 1.50 Oke
BASE 2647 PONDASI 117.23 200 1.50 x 1.50 Oke
BASE 3319 PONDASI 62.34 200 1.50 x 1.50 Oke
BASE 3323 PONDASI 43.67 200 1.50 x 1.50 Oke
BASE 3324 PONDASI 78.05 200 1.50 x 1.50 Oke
BASE 3327 PONDASI 70.72 200 1.50 x 1.50 Oke
BASE 3340 PONDASI 104.29 200 1.50 x 1.50 Oke
BASE 3342 PONDASI 99.78 200 1.50 x 1.50 Oke
BASE 3343 PONDASI 142.23 200 1.50 x 1.50 Oke
BASE 3344 PONDASI 73.04 200 1.50 x 1.50 Oke
BASE 3354 PONDASI 62.17 200 1.50 x 1.50 Oke
BASE 3355 PONDASI 71.16 200 1.50 x 1.50 Oke
BASE 3366 PONDASI 57.5 200 1.50 x 1.50 Oke

Dapat disimpulkan bahwa beberapa titik pondasi dari perhitungan tersebut telah memenuhi
syarat kuat terhadap beban yang terjadi, dimana beban yang terjadi pada struktur atas lebih
kecil dari daya dukung pondasi yang direncanakan.

Anda mungkin juga menyukai