Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA STRUKTUR
FOTO
3X4

DEFLEKSI DENGAN METODE


LUAS MOMEN
Oleh
Nama : Wafi Mumtaz Malik
NIM : 205100900111003
Kelompok : Y1
Tgl praktikum : 21 Maret 2022

Asisten:
1. Wiryaningtyas Setya Winahyu
2. Sabrina Auliya

LABORATORIUM DAYA DAN MESIN PERTANIAN


DEPARTEMEN TEKNIK BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam perancangan struktur bangunan defleksi merupakan faktor yang penting.
Defleksi adalah perubahan bentuk pada suatu benda dalam arah vertikal dan horizontal yang
diakibatkan adanya pembenanan yang diberikan pada benda tersebut. Pada defleksi yang
terjadi suatu benda akan berhubungan dengan regangan pada suatu benda. regangan yang
terjadi pada suatu struktur akan berbanding lurus dengan tegangan struktur tersebut,
sehingga analisa mengenai defleksi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
mempertimbangkan suatu struktur karena berhubungan dengan desain struktur dan
keamanan suatu struktur.Salah satu metode untuk mengukur defleksi adalah dengan metode
luas momen.
Salah satu pengaplikasian pristiwa defleksi adalah dalam merancang struktur
jembatan. Dimana jembatan dirancang agar dapat menahan beban yang berada diatas
jembatn. Jika beban yang berada pada atas jembatan terlalu besar, maka jembatan dapat
mengalami peristiwa defleksi. Sehingga, dalam merancang struktur jembatan harus
memperkirakan beban yang dapat diterima jembatan dan jembatan dapat digunakan dalam
waktu yang lama.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui defleksi yang dihasilkan dari suatu pembebanan dengan metode
luas momen
2. Untuk mengetahui teori dari pembebanan dengan menggunakan metode luas momen
3. Untuk mengetahui dan menggambarkan free body diagram serta momen lentur
4. Untuk memahami pengaruh sudut terhadap defleksi yang dihasilkan
5. Untuk memahami pengaruh jarak tumpuan terhadap defleksi yang terjadi
BAB 2
DASAR TEORI

2.1 Apakah yang Dimaksud dengan Pembebanan Sederhana?


Pembebanan sederhaa merupakan pembebanan yang ditumpu pada kedua ujungnya,
sehingga jika diberikan beban pada pada jarak tertentu sumbu batang atau balok akan
mengalami lendutan. Lendutan ini akan membentuk suatu kurva yang disebut dengan kurva
defleksi. Pada pembebanan sederhana balok dikuad ujungnya ditumbu oleh sendi atau roller.
Jika pembenanan sederhana diberikan beban, pada kedua sumbu akan terjadi tegangan
lengser, selain itu plat besi akan mengalami tegangan lentur. Deformasi yang terjadi pada
plat tergantung pada bentuk penampang plat dan sifat mekanis dari material plat yang
digunakan. Defleksi yang terjadi pada struktur tersebut merupakan fungsi jarak x dari salah
satu ujung plat (Silviani et al., 2020).
Konstruksi pembenanan sederhana merupakan konstruksi yang di tumpu oleh dua titik
tumpu pada masing-masing ujung dari plat atau balok. Kontruksi ini akan menerima beban
berupa beban lentur (momen lentur) dan akan mengalami lendutan akibat momen lentur.
Arah dari beban lentur ini akan tegak lurus dengan sumbu batang. Nilai defleksi pada
pembenanan sederhana akan memiliki nilai yang lebih kecil dari pembebanan kantilever.
Pada pembebanan sederhana akan terjadi lendutan yang besar yang disebabkan oleh
kekakuan dari plat atau balok. Nilai kekauan struktur sederhana akan lebih besar jika
dibandingkan dengan sistem pembenanan kantiliver (Candry, 2021).

2.2 Jelaskan Pengertian Defleksi dan Macam-macamnya!


Defleksi merupakan perubahan bentuk suatu material yang diakibatkan oleh
pembebanan baik dari arah vertikal maupun arah horizontal. Defleksi ini sangat
mempengaruhi suatu material dalam kekuatan untuk menahan beban. Semakin besar nilai
defleksi suatu material maka perubahan bentuk dari material tersebut akan semakin besar.
Hal ini bisa mengakibatkan akan merubah fungsi dari alat yang menggunakan material
tersebut dan mengganggu proses kinerja alat. Dalam mencegah nilai defleksi yang terlalu
besar, sebelum membuat alat biasanya dilakukan pengujian terlebih dahulu. Pengujian dapat
melalui perhitungan, eksperimental dan juga proses simulasi menggunakan software (Akbar
dan Isworo, 2018).
Defleksi merupakan perubahan bentuk pada balok dalam arah vertikal dan horizontal
akibat adanya pembebanan yang diberikan pada balok. Jika suatu plat mengalami
pembebanan lateral, baik beban yang terpisat maupun beban yang terbagi rata, akan
menyebabkan plat itu mengalami defleksi. Terdapat beberapa faktor yang akan
mempengaruhi defleksi, diantaranya adalah jenis tumpuan dan posisi pembebanan. Jenis
tumpuan yang sering digunakan adalah tumpuan jepit (fixed support), tumpuan engsel, dan
tumpuan rol. Selain itu elastisitas suatu material akan mempengaruhi defleksinya. Elastisitas
sendiri merupakan sifat yang menyebabkan benda akan kembali ke bentuk semua jika gaya
yang bekerja pada benda tersebut dihilangkan (Selleng, 2017).

2.3 Jelaskan Pengertian Momen Lentur!


Kuat tarik lentur merupakan kemampuan balok beton yang diletakkan pada dua
perletakkan untuk menahan gaya dengan arah tegak lurus sumbu benda uji. Ketika balok
yang diberikan beban akan mengalami deformasi dan akan timbul momen lentur sebagai
perlawanan dari material yang membentuk balok terhadap beban luar. Momen lentur harus
dapat ditahan oleh benda sebelum balok atau benda patah karena tidak dapat menahan
beban (Pane et al., 2015).
Jika balok diberi beban maka akan mengalami deformasi sehingg timbul momen lentur
sebagai perlawanan dari material yang membentuk balok terhadap gaya yang diberikan olh
beban. Momen lentur dapat didefinisikan sebagai semua komponen gaya dari luar yang
bekerja pada segmen yang terisolasi. Komponen dari struktur balok harus dapat menahan
beban aksial (tarik atau tekan) serta momen lentur. Ketika nilai gaya aksial yang bekerja
nilainya lebih kecil daripada momn lentur maka efek gaya aksial dapat diabaikan. Tegangan
yang timbul akibat gaya dari beban selama deformasi tidak boleh melebihi batas dari
tegangan lentur balok (Manossoh et al., 2016).

2.4 Sebutkan dan Jelaskan Teori Pengukuran Defleksi Metode Luas Momen!
Lendutan merupakan salah satu respon struktur terhadap sumbu vertikal akibat adanya
beban yang berada diatas balok. Terdapat beberapa metode untuk menganalisis dan
menghitung lendutan. Metode tersebut adalah metode integrasi ganda, luas bidang momed,
dan luas bidang momen sebagai beban. Metode ini digunakan dengan penyelesaian
matematik yang umumnya digunakan saat perhitungan balok prismatis untuk solusi
persamaan dengan pembebanan, sifat materian tertentu, dan geometri yang rumit (Cahyati,
2016).
Deformasi pada balok dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari posisinya
sebelum mengalami pembebanan. Defleksi sendiri merupakan perubahan bentuk pada balok
pada sumbu y akibat adanya pembebanan secara vertikal yang diberikan kepada balok.
Salah satu metode untuk mengukur defleksi adalah luas momen. Metode luas momen
brfungsi untuk menetapkan kemiringan dan lendutan batang menyangkut luas diagram
momen dan momen luas adalah diaram momen. Metode luas mempunyai batasan tertentu
seperti integrasi ganda (Fiqih, 2019).

2.5 Sebutkan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lendutan (Defleksi)!


Defleksi diukur dari permukaan netral awal ke posisi netral setelah terjadi deformasi.
Konfigurasi yang diasumsikan dengan deformasi permukaan netral disebut dengan kurva
elastis dari balok. Elastisitas adalah sifat yang akan menyebabkan sebuah benda kembali ke
bentuk semula, jika gaya yang diberikan pada balok dihilangkan. Sebuah benda yang
kembali ke bentuk semula, dikatakan elastik sempurna. Sedangkan, jika benda tidak kembali
sepenuhnya disebut elastik parsial. Faktor yang dapat mempengaruhi defleksi diantaranya
adalah kekauan batang, besar kecil gaya yang diberikan, jenis tumpuan diberikan, dan jenis
beban yang terjadi pada batang (Yusuf et al., 2020).
Jika suatu plat mengalami pembebanan lateral, baik beban yang terpisat maupun
beban yang terbagi rata, akan menyebabkan plat itu mengalami defleksi. Terdapat beberapa
faktor yang akan mempengaruhi defleksi, diantaranya adalah jenis tumpuan dan posisi
pembebanan. Jenis tumpuan yang sering digunakan adalah tumpuan jepit (fixed support),
tumpuan engsel, dan tumpuan rol. Selain itu elastisitas suatu material akan mempengaruhi
defleksinya. Elastisitas sendiri merupakan sifat yang menyebabkan benda akan kembali ke
bentuk semua jika gaya yang bekerja pada benda tersebut dihilangkan (Selleng, 2017).

2.6 Apa yang Dimaksud dengan Modulus Elastisitas dan Free Body Diagram
Free body diagram merupakan diagram yang terpisah dan memperlihatkan semua
gaya yang bekerja pada sebuah sistem. Diagram ini menunjukkan arah dan besar relatif gaya
yang bekerja. Dengan adanya free body diagram dapat digunakan untuk mengidentifikasi
semua gaya dan momen pada sebuah sistem. Free Body Diagram meringkas informasi
paling penting tentang situasi fisik yang dijelaskan dalam masalah mekanik. Free body
diagram meliputi gaya dan arahnya pada suatu sistem, dimensi baik panjang dan lebar, serta
sudut-sudut yang membentuk gaya dalam sistem tersebut (Nurhayani et al., 2015).
Free body diagram merupakan gambar yang berfokus pada sebuah benda dan
memrepresentasikan gaya-gaya yang bekerja. Gaya itu dapat terdiri dari hukum newton
tentang gerak, hukum newton tentang gravitasi, listrik, serta magnet. Untuk menerapkan free
body diagram, sebuah gaya harus memiliki arah atau disebut dengan vektor. Gaya yang
bekerja pada benda ditunjukan oleh arah panah, dengan panjang panah menunjukkan besar
gayanya dan arah panah menunjukkan arah dari gaya (Mardini et al., 2018).
Free body diagram merupakan hal yang penting dalam bidnag mekanika. Free body
diagram adalah merupakan diagram di mana seseorang hanya berfokus pada suatu objek
yang diamati dan pada gaya yang diberikan padanya oleh objek lain. Free Body Diagram
meringkas informasi paling penting tentang situasi fisik yang dijelaskan dalam masalah
mekanik, yang berpotensi memfasilitasi konseptualisasi masalah. Sehingga, free body
diagram dapat merangkum dan menggambarkan semua gaya yang bekerja pada sebuah
benda (Mesic et al, 2017).
BAB 3
METODE

3.1 Alat dan Bahan


Tabel 3.1 Alat dan Bahan, fungsi serta Gambar
No Nama Alat dan Fungsi Gambar
Bahan
1. Plat Sebagai menopang
beban

2. Timbangan digital Untuk mengukur


massa beban

3. Penggaris Untuk mengukur


panjang & lebar
pada plat

4. Busur Untuk mengukur


sudut

5. Jangka Sorong Untuk mengukur


ketebalan pada plat

6. Tali Untuk mengikat


beban

7. Statif Sebagai penyangga


alat
8. Beban Sebagai bahan
perlakuan

3.2 Cara Kerja

Alat dan Bahan

Disiapkan

Beban 1

Ukur massa beban menggunakan


timbangan digital
Plat

Diukur dimensinya (panjang dan


lebar) menggunakan penggaris
Plat dan tebal menggunakan jangka
sorong

Ditentukan titik pembebanan,


yaitu ¼ L, ½ L, dan ¾ L
Plat

Diukur ketinggian awal tiap titik


pembebanan sebagai Y0
Beban 1

Diletakkan pada masing-masing


titik pembebanan
Plat

Diukur perubahan tinggi sebagai


YL1, YL2, dan YL3
Plat

Diukur sudut defleksinya


menggunakan busur
Beban 2

Dilakukan prosedur yang sama,


dari pengukuran massa hingga
sudut defleksi

Hasil
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Analisa Prosedur


Langkah kerja pada praktikum ini adalah siapkan alat dan bahan. Selanjutnya, ukur
massa dari beban 1 dengan timbangan digital. Lalu, ukur dimensi dari plat yang digunakan
baik panjang, lebar, serta tebal dari plat. Untuk panjang dan lebar diukur menggunakan
penggaris, sedangkan untuk tebal menggunakan jangka sorong. Setelah mengetahui
panjang dari plat, tentukan titik pembebanan yaitu ¼ L, ½ L, dan ¾ L. Selanjutnya ukur
ketinggian awal tiap titik sebagai nilai dari Y0. Setelah titik ditentukan maka letakkan beban
1 di titik pembebananan dan ukur perubahan tinggi titik pada masing masing-masing titik
pembebanan. Selanjutnya, ukur sudut yang dibentuk dari pembebanan menggunakan
busur derajat. Lalu ulangi langkah yang sama untuk beban 2. Selanjutnya, akan
mendapatkan data hasil praktikum.

4.2 Analisa Hasil


4.2.1 Data Hasil Praktikum
Tabel 4.1 Data Hasil Praktikum
Massa beban 1 (M1) : 4,067 Kg
Massa beban 2 (M2) : 4,700 Kg
Panjang plat (L) : 67 cm = 0.67 m
Lebar plat (b) : 4.2 cm = 0.042 m
Tebal plat (h) : 0.1 cm = 0.001 m
Gravitasi (g) : 9.81 m/s2
Modulus Elastisitas (E) : 200 GPa = 200 x 109 N/m2
Beban 1
Titik
Panjang Plat Tinggi Awal (y) Tinggi Akhir (YL) Sudut Ukur
Pembebanan
1/4 L1 0.1675 m y1 32.5 cm YL1 32.4 cm 3°
1/2 L2 0.335 m y2 32.5 cm YL2 31.9 cm 4°
3/4 L3 0.5025 m y2 32.5 cm YL3 32.2 cm 3°
Beban 2
Titik
Panjang Plat Tinggi Awal (y) Tinggi Akhir (YL) Sudut Ukur
Pembebanan
1/4 L1 0.1675 m y1 32.5 cm YL1 32.4 cm 4°
1/2 L2 0.335 m y2 32.5 cm YL2 31.8 cm 5°
3/4 L3 0.5025 m y2 32.5 cm YL3 32.1 cm 4°

PERHITUNGAN DEFLEKSI DENGAN METODE LUAS MOMEN


⮚ P1
M1 = 4,067 x 1000 = 4067 gram
L = 67cm = 0,67 m
b = 4,2 cm = 0,042 m
h = 0,1 cm = 0,001 m
E = 200 GPa =200 x 10 N/m2
I = 𝑏ℎ
= 0,042 𝑥 0,001
= 3,5 𝑥 10
L1 (1/4) = 0,1675 x 100 = 16,75 cm Sudut = 3°
L2 (1/2) = 0,335 x 100 = 33,5 cm Sudut = 4°
L3 (3/4) = 0,5025 x 100 = 50,25 cm Sudut = 3°

y1 = 32,5 cm YL1 = 32,4 cm


y2 = 32,5 cm YL2 = 31,9 cm
y3 = 32,5 cm YL3 = 32,2 cm

ŷ0 =
, , ,
= 𝑥 10 = 0,325 m

yl1 = (ŷ0 – YL1) = (32,5-32,4) x 10 = 0,001 m


yl2 = (ŷ0 – YL2) = (32,5-31,9) x 10 = 0,006 m
yl3 = (ŷ0 – YL3) = (32,5-32,2) x 10 = 0,003 m

P1 = m * g
= 4,067 * 9,81 =39,89 N

A. L1 = 0,1675 m
L = 0,67 m
P1 = 39,89 N

ƩM0 = 0
(P1 * L1) – (Rb * L) = 0
(39,89 * 0,1675) – (Rb * 0,67) = 0
Rb = 9,9725 N

ƩF = P1
Ra + Rb = P1
Ra =39,89 - 9,9725 = 29,9175 N

B. L2 = 0,335 m
L = 0,67 m
P1 = 39,89 N

ƩM0 = 0
(P1 * L2) – (Rb * L) = 0
(39,89 * 0,335) – (Rb * 0,67) = 0
Rb = 19,945 N

ƩF = P1
Ra + Rb = P1
Ra = 39,89 - 19,945 = 19,945 N

C. L3 = 0,5025 m
L = 0,67 m
P1 = 39,89 N

ƩM0 = 0
(P1 * L3) – (Rb * L) = 0
(39,89 * 0,5025) – (Rb * 0,67) = 0
Rb = 29,9175 N

ƩF = P1
Ra + Rb = P1
Ra = 39,89 - 29,9175 = 9,9725 N

⮚ P2
M2 = 4,700 Kg
L = 67 cm = 0,67 m
b = 4,2 cm = 0,042 m
h = 0,1 cm = 0,001 m
E = 200 GPa = 200 x 109 N/m2
I = 𝑏ℎ
= (0,042)(0,001)
= 3,5 x 10-12
L1 (1/4) = 0,1675 m Sudut = 4°
L2 (1/2) = 0,335 m Sudut = 5°
L3 (3/4) = 0,5025 m Sudut = 4°

y1 = 0,325 m
y2 = 0,325m
y3 = 0,325 m
YL1 = 0,324 m
YL2 = 0,318 m
YL3 = 0,321 m
ŷ0 =
, , ,
= 𝑥 10
= 0,325m

yl1 = (ŷ0 – YL1) = (32,5-32,4) x 10


= 0,001 m
yl2 = (ŷ0 – YL2) = (32,5-31,8) x 10
= 0,007 m
yl3 = (ŷ0 – YL3) = (32,5-32,1) x 10
= 0,004 m

P2 = m * g
= 4,700 kg x 9,81 m/s2
= 46,107 N
A. L1 = 0,1675 m
L = 0,67 m
P2 = 46,107 N

ƩM0 = 0
(P2 * L1) – (Rb * L) =0
(46,107 * 0,1675) – (Rb * 0,67) =0
(7,7229) – (Rb * 0,67) =0
,
Rb = ,
Rb = 11,527 N

ƩF = P2
Ra + 11,527 N = 46,107 N
Ra = 34,58 N

B. L2 = 0,335 m
L = 0,67 m
P2 = 46,107 N

ƩM0 = 0
(P2 * L2) – (Rb * L) =0
(46,107 * 0,335) – (Rb * 0,67) =0
(15,445) – (Rb * 0,67) =0
,
Rb = ,
Rb = 23,052 N

ƩF = P2
Ra + 23,052 N = 46,107 N
Ra = 23,055 N

C. L3 = 0,5025 m
L = 0,67 m
P2 = 46,107 N

ƩM0 = 0
(P2 * L3) – (Rb * L) =0
(46,107 * 0,5025) – (Rb * 0,67) =0
(23,1687) – (Rb * 0,67) =0
,
Rb =
,
Rb = 34,5801 N

ƩF = P2
Ra + 34,5801 N = 46,107 N
Ra = 11,5269 N

⮚ ANALITIK
A. M1 = 4,067 Kg
P1 = 39,89 N
● L1 (1/4)
M =
, , ,
= ,
= 5,01118125
A1 =
,
1. A1 = ,
= 2.3986
X =
, ,
=
= 0,27916

tB / A = A1 * X
= 2.3986 x 0,27916
= 0.669593

/
θA =
.
=
,
= 0.999392

DD1 = a * θA
= 0.1675 × 0.999392 = 0.167398

Menghitung δ max (δD)


X =
.
=
= 0.05583
A2 =
2
(39.89727) ×(0.1675) × (0.5025)
=
2 𝑥 200 𝑥 109 𝑥 3,5 𝑥 10−12 𝑥 0,67
= 0.599661
tD / A = A2 * X
= 0.599661 x 0.05583
= 0.033479

δD = DD1 – tD / A
= 0.167398 - 0.033479
= 0.133919

● L2 (1/2)
M =
, , ,
= ,
= 6,681575
A1 =
39,89 𝑥 0,335 𝑥 0,335
=
2 𝑥 200 𝑥 109 𝑥 3,5 𝑥 10−12
= 3,1976108929
X =
,
=
= 0,335
tB / A = A1 * X
= 3,1976108929 𝑥 0,335
= 1,0711996491
/
θA =
,
= ,
= 1,5988054465
DD1 = a * θA
= 0,335 𝑥 1,5988054465
= 0,5355998246

Menghitung δ max (δD)


X =
,
=
= 0,1116666667
A2 =
2
39,89 𝑥 0,335 𝑥 0,335
=
2 𝑥 200 𝑥 109 𝑥 3,5 𝑥 10−12 𝑥 0,67
= 1,5988054465
tD / A = A2 * X
= 1,5988054465 0,1116666667 𝑥
= 0,1785332749
δD = DD1 – tD / A
= 0,5355998246 – 0,1785332749
= 0,3570665497

● L3 (3/4)
M =
, , ,
= ,
= 5,00719

A1 =
, , ,
= ( ) ( , )
= 2,3962
X =
, ,
=
= 0,2791
tB / A = A1 * X
= 2,3962 x 0,2791
= 0,6687

/
θA =
,
=
,
= 0,998

DD1 = a * θA
= 0,5021 x 0,998
= 0,50109

Menghitung δ max (δD)


X =
,
=
= 0,1673
A2 =
, ( , ) ,
=
( ) ( , ) ( , )
=1,7957

tD / A = A2 * X
= 1,7957 x 0,1673
= 0,30042

δD = DD1 – tD / A
= 0,50109 - 0,30042
= 0,20067

B. M2 = 4,700 Kg
P2 = 46,107 N

● L1 (1/4)
M =
( , )( , )( , )
= ( , )
= 5,792192

A1 =
( , )( , )( , )
= =2,77198
( )( , )

X =
, ,
= = 0,2792

tB / A = A1 * X
= (0,277198)(2,792)
= 0,7739
/
θA =
,
= ,
= 1,1550

DD1 = a * θA
= (0,1675)(1,1550) = 0,1934

Menghitung δ max (δD)


X =
,
= = 0,05583
A2 =
( , )( , ) ( , )
= ( )( , )( , )
= 0,692994

tD / A = A2 * X
= (0,692994)(0,05583) = 0,03868

δD = DD1 – tD / A
= 0,1934 - 0,03868
= 0,15472

● L2 (1/2)
M =
, . , . .
= ,
= 7,7229
A1 =
, . , . .
= . ,
= 3,6959

X =
,
= = = 0,335

tB / A = A1 * X
= 3,6959 . 0,335
= 1,2381

/
θA =
,
= ,
= 1,8479

DD1 = a * θA
= 0,335. 1,8479
= 0,61904

Menghitung δ max (δD)


X =
,
= = 0,11166

A2 =
, . , . .
= . . , . . ,
= 1,84798

tD / A = A2 * X
= 1,84798. 0,11166
= 0,20634

δD = DD1 – tD / An
= 0,61904 - 0,20634
= 0,4127

● L3 (3/4)
M =
, . , . .
= ,
= 5, 79219

A1 =
, . , . .
= . ,
= 2,7719

X =
, ,
=
= 0,2791

tB / A = A1 * X
= 2,7719 x 0,2791
= 0,77363

/
θA =
,
= ,
= 1,15467

DD1 = a * θA
= 0,5025 x 1,15467
= 0,58022

Menghitung δ max (δD)


X =
,
=
= 0,1675

A2 =
, . ( , ) . .
= . , ,
= 2,07898

tD / A = A2 * X
= 2,07898 x 0,1675
= 0,3482
δD = DD1 – tD / A
= 0,58022 - 0,3482
= 0,23202
Gambar 4.1 Diagram momen lentur
Sumber: Data diolah, 2022
Gambar 4.2 Free body diagram
Sumber: Data diolah, 2022.
Gambar 4.3 Grafik hubungan defleksi dengan jarak
Sumber: Data diolah, 2022.

Gambar 4.4 Grafik hubungan defleksi dengan sudut


Sumber: Data diolah, 2022.

Gambar 4.5 Grafik hubungan defleksi dengan beban


Sumber: Data diolah, 2022.
Pada praktikum ini menggunakan 2 buah jenis beban, beban 1 memiliki massa
4,067 Kg dan beban 2 memiliki massa 4,700 Kg. Pada praktikum ini menggunakan
plat dengan panjang (L) 0,67 m, lebar plat (b) 0,042 m, dan tebal plat (b) 0,001 m.
Berdasarkan panjang plat tersebut ditentukan 3 titik pembebanan yaitu ¼ L, ½ L, dan
¾ L. Pada panjang plat ¼ L atau L1 adalah 0,1675 m; ½ L atau L2 adalah 0,335 m;
dan ¾ L atau L3 adalah 0,5025 m. Pada praktikum ini juga nilai gravitasi yang
digunakan adalah 9,81 m/s2 dan nilai modulus elastisitas (E) adalah 200 GPa atau
200 x 109 N/m2.
Untuk masing-masing beban 1 dan beban 2 didapatkan nilai tinggi awal (y),
tinggi akhir (YL), dan sudut ukur. Tinggi awal untuk seluruh titik pembebanan dan
beban 1 maupun beban 2 adalah 32,5 cm. Untuk beban 1 dengan panjang plat ¼ L
memiliki tinggi akhir (YL) 32,4 cm dan sudut ukurnya 3°. Untuk panjang plat ½ L
memiliki tinggi akhir (YL) 31,9 cm dan sudut ukurnya adalah 4°. Untuk panjang plat ¾
L memiliki tinggi akhir 32,2 cm dan sudut ukurnya adalah 3°. Untuk beban 2 dengan
panjang plat ¼ L memiliki tinggi akhir (YL) 32,4 cm dan sudut ukurnya 4°. Untuk
panjang plat ½ L memiliki tinggi akhir (YL) 31,8 cm dan sudut ukurnya adalah 5°.
Untuk panjang plat ¾ L memiliki tinggi akhir 32,1 cm dan sudut ukurnya adalah 4°.
Untuk menghitung defleksi dengan metode luas momen, terlebih dahulu
menentukan beberapa perhitungan sebelumnya. Untuk menghitung nilai ŷ0
menggunakan rumus ŷ0= , sehingga didapatkan nilainya adalah 0,325 m.
Setelah itu, menentukan nnilai yln dengan rumus yln= (ŷ0 – YLn) pada masing-masing
titik, sehingga didapatkan nilai untuk L1 adalah 0,001 m; L2 adalah 0,006 m; dan L3
adalah 0,003 m. Selanjutnya menentukan nilai P untuk beban 1 dengan rumus P1 =
mxg, sehingga didapatkan nilai P untuk beban 1 adlah 39,89 N Sedangkan, untuk
nilai P pada beban 2 adalah 42,107 N.
Setelah mendapatkan nilai P untuk beban 1 dan 2, dapat dilanjutkan untuk
perhitungan secara analitik. Perhitungan analitik diawali dengan mencari nilai M atau
momen lentur dengan rumus M= untuk titik pembebanan ¼ L, ½ L, dan ¾ L.
Slanjutnya menghitung nilai A untuk masing-masing titik pembebanan dengan rumus
A1 = . Selanjutnya, menghitung nilai X, untuk titik pembebanan ¼ L dan ¾ L
menggunakan rumus X= sedangkan untuk titik pembebanan ½ L menggunakan
rumus X= . Setelah itu menghitungnilai tB/A dengan rumus tB/A=A1X dan dilanjutkan
/
menghitung nilai θA = . Sehingga didapatkan nilai DD1 dengan rumus DD1=a.θA.
Selanjutnya menghitung nilai δ max (δD), sebelumnya dicari terlebih dahulu nilai X
dengan rumus X=a/3. Setelah itu mencari nilai A2 dengan rumus A2= dan mencari
nilai tD/A dengan rumus tD/A=A2X. Setelah nilai tersebut didapatkan, menghitung
nilai δD dengan rumus δD=DD1-tD/A. Setelah nilai dari DD1 dan δD didapatkan,
dilanjutnya dengan membuat grafik dan free body diagram pada kertas milimeter blok.

4.2.2 Isi Tabel Di Bawah Ini dan Jelaskan!


Tabel 4.2 Nilai Defleksi untuk Beban 1 dan Beban 2 pada Masing-Masing titik
pengukuran
Defleksi (DD1)
Letak
Beban 1 Beban 2
L1 0,167398 0,1934
L2 0,5355998246 0,61904
L3 0,50109 0,58022
Tabel 4.3 Nilai Defleksi Maksimum untuk Beban 1 dan Beban 2 pada Masing-
Masing titik pengukuran
Defleksi Maksimum (δD)
Letak
Beban 1 Beban 2
L1 0,133919 0,15472
L2 0,3570665497 0,4127
L3 0,20067 0,23202
Setelah dilakukan perhitungan analitik didapatkan nilai defleksi (DD1) dan nilai
defleksi maksimum (δD) untuk masing-masing titik pembebanan yaitu L1 (1/4 L), L2
(1/2 L), dan L3(3/4 L) seperti pada tabel 4.2 dan tabel 4.3. Untuk nilai DD1 untuk L1,
pada beban 1 nilai defleksinya adalah 0,167398 dan beban 2 nilai defleksinya adalah
0,1934. Sedangkan, untuk L2 pada beban 1 nilai defleksinya adalah 0,5355998246
dan beban 2 nilai defleksinya adalah 0,61904. Untuk L3 pada beban 1 nilai defleksinya
adalah 0,50109 dan beban 2 nilai defleksinya adalah 0,58022. Untuk nilai δD untuk
L1, pada beban 1 nilai defleksi maksimumnya adalah 0,133919 dan beban 2 nilai
defleksi maksimumnya adalah 0,15472. Sedangkan, untuk L2 pada beban 1 nilai
defleksi maksimumnya adalah 0,3570665497 dan beban 2 nilai defleksi
maksimumnya adalah 0,4127. Untuk L3 pada beban 1 nilai defleksi maksimumnya
adalah 0,20067 dan beban 2 nilai defleksi maksimumnya adalah 0,23202.
Berdasarkan data tersebut nilai DD1 dan δD yang paling besar baik beban 1 dan
beban 2 berada pada titik L2 atau titik yang berjarak ½ L. Hal tersebut sesuai dengan
literatur, dimana titik pembebanan mempengaruhi besarnay defleksi pada sebuah
balok. Semakin jauh titik pembebanan dari titik tumpu maka nilai defleksi akan
semakin besar. Selain itu dari beban 1 dan beban 2 dapat dilihat nilai defleksi dan
defleksi yang paling besar berada pada beban 2, hal ini terjadi karena massa dari
beban 2 lebih besar dari beban 1. Sehingga, massa beban dapat mempengaruhi
seberapa besar defleksi pada sebuah balok.

4.2.3 Bandingkan antara hasil uji praktikum dengan hitungan analitik


Pada praktikum ini memiliki 3 titik pembebanan yaitu L1(¼ L), L2(½ L), dan L3(¾)
L. Pada beban 1 dan beban 2 pengukuran defleksi dilakukan menggunakan
penggaris dan secara analitik. Untuk beban 1, hasil pengukuran defleksi dengan
penggaris untuk titik pembebanan L1 adalah 0,001 m; L2 adalah 0,006 m; dan 0,003
m. Sedangkan, untuk analitik menggunakan rumus DD1=a.θA, sehingga didapatkan
hasil defleksi pada titik L1 adalah 0,167398; L2 adalah 0,5355998246; dan L3 0,50109.
Untuk beban 2, hasil pengukuran defleksi dengan penggaris untuk titik pembebanan
L1 adalah 0,001 m; L2 adalah 0,007 m; dan 0,004 m. Sedangkan, untuk analitik
menggunakan rumus DD1=a.θA, sehingga didapatkan hasil defleksi pada titik L1
adalah 0,1934; L2 adalah 0,61904; dan L3 0,58022. Dari data tersebut menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan nilai antara perhitungan analitik dan perhitungan dengan
penggaris. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah human error
dan kesalahan pengamatan. Namun, baik perhitungan analitik maupun
menggunakan penggaris, nilai defleksi yang paling besar berada pada titik L 2 (1/2L).
Hal ini disebabkan oleh titik pembebanan berada pada titik tengah plat dan berada
pada titik terjauh dari titik tumpu. Semakin jauh titik pembebanan dari titik tumpu,
semakin besar nilai defleksinya.

4.2.4 Apa yang menyebabkan sudut terbentuk saat praktikum?


Defleksi merupakan perubahan bentuk pada balok dalam arah vertikal akibat
adanya pembebanan yang diberikan pada balok. Jika suatu plat mengalami
pembebanan lateral, baik beban yang terpisat maupun beban yang terbagi rata, akan
menyebabkan plat itu mengalami defleksi. Dengan adanya beban, maka plat akan
melengkung kebawah atau mengalami lendutan sehingga terbentuk sudut. Beban
menyebabka perubahan tinggi plat sebelum dan sesudah diberikan beban.
4.2.5 Bagaimana Hubungan Jarak dengan Defleksi?
Dari data hasil perhitungan, dapat dilihat jika jarak titik pengukuran berpengaruh
terhadap nilai defleksi. Semakin jauh titik pembebanan dari titik tumpu maka nilai
defleksi akan semakin besar. Sehingga, hubungan jarak dengan defleksi adalah
berbanding lurus. Semakin besar jarak maka semakin besar nilai defleksinya. Pada
praktikum ini nilai defleksi yang besar adalah berada jarak ½ L. Nilai defleksi yang
paling besar adalah 0,3570665497 untuk beban 1 dan 0,4127 untuk beban 2.

4.2.6 Bagaimana Hubungan Sudut dan Beban dengan Defleksi


Pada praktikum ini hubungan sudut dan beban adalah berbandung lurus.
Sehingga, pada praktikum in semakin besar beban yang diberikan maka semakin
besar defleksi yang terjadi. Semakin besar defleksi maka semakin besar sudut
defleksi. Hal ini sesuai dengan praktikum, pada beban 2 memiliki sudut yang lebih
besar jika dibandingkan beban 1. Hal ini terjadi, karena beban 2 memiliki massa yang
lebih besar jika dibandingkan beban 1.

4.3 Sebutkan APlikasi Defleksi dalam Bidang TEP!


Salah satu alat bantu pertanian adalah alat penyiang yang berfungsi untuk produksi
bercocok tanam padi yang digunakan untuk mebersihkan gulma di area persawahan. Alat
penyiangan secara manual memerlukan banyak tenaga kerja, sehingga memakan waktu
yang lebih lama. Sehingga diperlukan alat yang lebih modern untuk membantu penyiangan,
salah satu komponen penyusun alat adalah rangka atau chasis. Rangka merupakan
komponen utama untuk meletakkan komponen lain. Sehingga diperlukan rangka yang kokoh
agar dapat menahan beban komponen lain. Rangka harus dibuat agar dapat menahan
defleksi dari beban komponen lain (Albayan dan Kasda, 2018).
Jembatan merupakan fasilitas untuk mendukung beban bergerak yang terletak di atas
sautu rintangan atau tempat rendah seperti kali, sungai, jalan raya, jalan kecil, atau
kombinasi semuanya. Rangka batang yang hanya memikul beban vertikal, pada batang tepi
atas umumnya timbul gaya tekan dan pada tepi bawah umumnya timbul gaya tarik. Apabila
bebanbeban tersebut bekerja langsung pada batang maka akan timbul tegangan lentur pada
batang tersebut. Jembatan batang pipa air dapat mengalami defleksi atau lendutan yang
dapat menyebabkan jembatan runtuh (Sugianto, 2019).
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Tujuan praktikum ini adalah agar mengetahui defleksi yang dihasilkan dari suatu
pembebanan dengan metode luas momen, mengetahui teori dari pembebanan dengan
menggunakan metode luas momen, mengetahui dan menggambarkan free body diagram
serta momen lentur, memahami pengaruh sudut terhadap defleksi yang dihasilkan, serta
agar memahami pengaruh jarak tumpuan terhadap defleksi yang terjadi. Defleksi merupakan
perubahan bentuk suatu material yang diakibatkan oleh pembebanan baik dari arah vertikal
maupun arah horizontal. Defleksi ini sangat mempengaruhi suatu material dalam kekuatan
untuk menahan beban. Semakin besar nilai defleksi suatu material maka perubahan bentuk
dari material tersebut akan semakin besar. Hal ini bisa mengakibatkan akan merubah fungsi
dari alat yang menggunakan material tersebut dan mengganggu proses kinerja alat.
Terdapat beberapa faktor yang akan mempengaruhi defleksi, diantaranya adalah jenis
tumpuan dan posisi pembebanan. Jenis tumpuan yang sering digunakan adalah tumpuan
jepit (fixed support), tumpuan engsel, dan tumpuan rol. Selain itu elastisitas suatu material
akan mempengaruhi defleksinya. Elastisitas sendiri merupakan sifat yang menyebabkan
benda akan kembali ke bentuk semua jika gaya yang bekerja pada benda tersebut
dihilangkan. Terdapat beberapa metode untuk menganalisis dan menghitung lendutan.
Metode tersebut adalah metode integrasi ganda, luas bidang momed, dan luas bidang
momen sebagai beban.
Setelah dilakukan perhitungan analitik didapatkan nilai defleksi (DD1) dan nilai defleksi
maksimum (δD) untuk masing-masing titik pembebanan yaitu L1 (1/4 L), L2 (1/2 L), dan L3(3/4
L) seperti pada tabel 4.2 dan tabel 4.3. Berdasarkan data tersebut nilai DD1 dan δD yang
paling besar baik beban 1 dan beban 2 berada pada titik L 2 atau titik yang berjarak ½ L. Hal
tersebut sesuai dengan literatur, dimana titik pembebanan mempengaruhi besarnay defleksi
pada sebuah balok. Semakin jauh titik pembebanan dari titik tumpu maka nilai defleksi akan
semakin besar. Selain itu dari beban 1 dan beban 2 dapat dilihat nilai defleksi dan defleksi
yang paling besar berada pada beban 2, hal ini terjadi karena massa dari beban 2 lebih besar
dari beban 1. Sehingga, massa beban dapat mempengaruhi seberapa besar defleksi pada
sebuah balok.

5.2 Kritik dan Saran


Saran pada praktikum ini diharapkan ditambahkan materi atau dasar teori mengenai
materi praktikum. Hal ini bertujuan untuk memudahkan praktikan dalam memahami materi
praktikum. Selain itu dapat dijelaskan secara lebih detail tentang pengaplikasian materi
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Silviani NH, Anshari B, Ngudiyono. 2020. Prediksi Defleksi Balok Kayu Tumpuan Sederhana
dengan Model Adaptive Neuro Fuzzy Inference System (ANFIS). Jurnal Konstruksia
12(1): 127-133.
Candry WE. 2021. Peningkatan Kompetensi Kontruksi Balok Sederhana Melalui Model
Pembelajaran Problem Base Learning Dipadukan dengan Metode Drill (Studi pada
Kelas X BKP 2 SMKN 1 Cibinong Tahun Pelajaran 2019/2020). Jurnal Pensil 10(1): 34-
39.
Yusuf N, Hariadi, Tawar ASA. 2020. Perbandingan Eksperimen Defleksi Batang Kantilever
Berprofil Strip terhadap Persamaan Teoritis untuk Bahan Fe dan Al. Rang Teknik Journal
3(1): 89-83.
Seleng K. 2017. Analisis Defleksi pada Material Baja Karbon Rendah dengan Menggunakan
Variasi Posisi Pembebanan. Jurnal Mekanikal 8(2): 768-776.
Akbar A, Isworo H. 2018. Analisa Defleksi Engine Stand Suzuki Vitara dengan Metode
Simulasi. PolhaSains 6(1): 13-16.
Nurhayani, Mansyur J, Darsikin. 2015. Kualitas Diagram Benda Bebas Buatan Siswa dalam
Physics Problem Solving. Jurnal Sains dan teknologi Tadulako 4(3): 28-35.
Mardini A, Sjamas D, Putra A. 2018. Dampak Penerapan Free Body Diagram Terhadap
Kemampuan Peserta Didik Menyelesaikan Soal-Soal Hukum Newton Dalam
Pembelajaran Fisika SMA. Journal Pillar of Physics Education 11(2): 65-72.
Mesic Vanes, Sabaheta M, Elvedin, Natasa E. 2017. Free-Body Diagrams and Problem
Solving in Mechanics: An Example of The Effectiveness of SelfConstructed
Representations. European J of Physics Education 7(3): 53-68.
Pane FP, Tanudjaja H, Windah RS. 2015. Pengujian Kuat Tarik Lentur Beton dengan Variasi
Kuat Tekan Beton. Jurnal Sipil Statik 3(5): 313-321.
Manossoh GB, Pangour JD, Wallah SE. 2016. Evaluasi Panjang Penyaluran terhadap Kuat
Lentur Balok Beton Bertulang Dengan Variasi Mutu Beton. Tekno 14(66): 12-22.
Fiqih AZ. 2019. Analisa Lendutan Balok Wide Flang dengan Metode Analitis dan FEM. Skripis.
Departemen Kelautan, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.
Cahyati MD. 2016. Pengaruh Variasi Tebal Terhadap Kekuatan Lentur Pada Balok Komposit
Menggunakan Response 2000. Jurnal Ilmiah Semesta Teknika 19(2): 157-164.
Alabyan B, Kasda. 2018. Analisis Rangka Penyiang Gulma Menggunakan Metoda Elemen
Hingga. MESA (Teknik Mesin, Teknik Elektro, Teknik Sipil, Arsitektur) 3(1): 17-22.
Sugianto A. 2019. Portal Baja Open Frame sebagai Metode Penanganan Defleksi Pipa Raw
Water Sungai Wain Area Bangunan Bendali Refinery Unit V Balikpapan. Jurnal Kacapuri
(Jurnal Keilmuan Teknik Sipil) 2(1): 1-11.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai