MEKANIKA STRUKTUR
FOTO
3X4
Asisten:
1. Wiryaningtyas Setya Winahyu
2. Sabrina Auliya
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui defleksi yang dihasilkan dari suatu pembebanan dengan metode
luas momen
2. Untuk mengetahui teori dari pembebanan dengan menggunakan metode luas momen
3. Untuk mengetahui dan menggambarkan free body diagram serta momen lentur
4. Untuk memahami pengaruh sudut terhadap defleksi yang dihasilkan
5. Untuk memahami pengaruh jarak tumpuan terhadap defleksi yang terjadi
BAB 2
DASAR TEORI
2.4 Sebutkan dan Jelaskan Teori Pengukuran Defleksi Metode Luas Momen!
Lendutan merupakan salah satu respon struktur terhadap sumbu vertikal akibat adanya
beban yang berada diatas balok. Terdapat beberapa metode untuk menganalisis dan
menghitung lendutan. Metode tersebut adalah metode integrasi ganda, luas bidang momed,
dan luas bidang momen sebagai beban. Metode ini digunakan dengan penyelesaian
matematik yang umumnya digunakan saat perhitungan balok prismatis untuk solusi
persamaan dengan pembebanan, sifat materian tertentu, dan geometri yang rumit (Cahyati,
2016).
Deformasi pada balok dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari posisinya
sebelum mengalami pembebanan. Defleksi sendiri merupakan perubahan bentuk pada balok
pada sumbu y akibat adanya pembebanan secara vertikal yang diberikan kepada balok.
Salah satu metode untuk mengukur defleksi adalah luas momen. Metode luas momen
brfungsi untuk menetapkan kemiringan dan lendutan batang menyangkut luas diagram
momen dan momen luas adalah diaram momen. Metode luas mempunyai batasan tertentu
seperti integrasi ganda (Fiqih, 2019).
2.6 Apa yang Dimaksud dengan Modulus Elastisitas dan Free Body Diagram
Free body diagram merupakan diagram yang terpisah dan memperlihatkan semua
gaya yang bekerja pada sebuah sistem. Diagram ini menunjukkan arah dan besar relatif gaya
yang bekerja. Dengan adanya free body diagram dapat digunakan untuk mengidentifikasi
semua gaya dan momen pada sebuah sistem. Free Body Diagram meringkas informasi
paling penting tentang situasi fisik yang dijelaskan dalam masalah mekanik. Free body
diagram meliputi gaya dan arahnya pada suatu sistem, dimensi baik panjang dan lebar, serta
sudut-sudut yang membentuk gaya dalam sistem tersebut (Nurhayani et al., 2015).
Free body diagram merupakan gambar yang berfokus pada sebuah benda dan
memrepresentasikan gaya-gaya yang bekerja. Gaya itu dapat terdiri dari hukum newton
tentang gerak, hukum newton tentang gravitasi, listrik, serta magnet. Untuk menerapkan free
body diagram, sebuah gaya harus memiliki arah atau disebut dengan vektor. Gaya yang
bekerja pada benda ditunjukan oleh arah panah, dengan panjang panah menunjukkan besar
gayanya dan arah panah menunjukkan arah dari gaya (Mardini et al., 2018).
Free body diagram merupakan hal yang penting dalam bidnag mekanika. Free body
diagram adalah merupakan diagram di mana seseorang hanya berfokus pada suatu objek
yang diamati dan pada gaya yang diberikan padanya oleh objek lain. Free Body Diagram
meringkas informasi paling penting tentang situasi fisik yang dijelaskan dalam masalah
mekanik, yang berpotensi memfasilitasi konseptualisasi masalah. Sehingga, free body
diagram dapat merangkum dan menggambarkan semua gaya yang bekerja pada sebuah
benda (Mesic et al, 2017).
BAB 3
METODE
Disiapkan
Beban 1
Hasil
BAB 4
PEMBAHASAN
ŷ0 =
, , ,
= 𝑥 10 = 0,325 m
P1 = m * g
= 4,067 * 9,81 =39,89 N
A. L1 = 0,1675 m
L = 0,67 m
P1 = 39,89 N
ƩM0 = 0
(P1 * L1) – (Rb * L) = 0
(39,89 * 0,1675) – (Rb * 0,67) = 0
Rb = 9,9725 N
ƩF = P1
Ra + Rb = P1
Ra =39,89 - 9,9725 = 29,9175 N
B. L2 = 0,335 m
L = 0,67 m
P1 = 39,89 N
ƩM0 = 0
(P1 * L2) – (Rb * L) = 0
(39,89 * 0,335) – (Rb * 0,67) = 0
Rb = 19,945 N
ƩF = P1
Ra + Rb = P1
Ra = 39,89 - 19,945 = 19,945 N
C. L3 = 0,5025 m
L = 0,67 m
P1 = 39,89 N
ƩM0 = 0
(P1 * L3) – (Rb * L) = 0
(39,89 * 0,5025) – (Rb * 0,67) = 0
Rb = 29,9175 N
ƩF = P1
Ra + Rb = P1
Ra = 39,89 - 29,9175 = 9,9725 N
⮚ P2
M2 = 4,700 Kg
L = 67 cm = 0,67 m
b = 4,2 cm = 0,042 m
h = 0,1 cm = 0,001 m
E = 200 GPa = 200 x 109 N/m2
I = 𝑏ℎ
= (0,042)(0,001)
= 3,5 x 10-12
L1 (1/4) = 0,1675 m Sudut = 4°
L2 (1/2) = 0,335 m Sudut = 5°
L3 (3/4) = 0,5025 m Sudut = 4°
y1 = 0,325 m
y2 = 0,325m
y3 = 0,325 m
YL1 = 0,324 m
YL2 = 0,318 m
YL3 = 0,321 m
ŷ0 =
, , ,
= 𝑥 10
= 0,325m
P2 = m * g
= 4,700 kg x 9,81 m/s2
= 46,107 N
A. L1 = 0,1675 m
L = 0,67 m
P2 = 46,107 N
ƩM0 = 0
(P2 * L1) – (Rb * L) =0
(46,107 * 0,1675) – (Rb * 0,67) =0
(7,7229) – (Rb * 0,67) =0
,
Rb = ,
Rb = 11,527 N
ƩF = P2
Ra + 11,527 N = 46,107 N
Ra = 34,58 N
B. L2 = 0,335 m
L = 0,67 m
P2 = 46,107 N
ƩM0 = 0
(P2 * L2) – (Rb * L) =0
(46,107 * 0,335) – (Rb * 0,67) =0
(15,445) – (Rb * 0,67) =0
,
Rb = ,
Rb = 23,052 N
ƩF = P2
Ra + 23,052 N = 46,107 N
Ra = 23,055 N
C. L3 = 0,5025 m
L = 0,67 m
P2 = 46,107 N
ƩM0 = 0
(P2 * L3) – (Rb * L) =0
(46,107 * 0,5025) – (Rb * 0,67) =0
(23,1687) – (Rb * 0,67) =0
,
Rb =
,
Rb = 34,5801 N
ƩF = P2
Ra + 34,5801 N = 46,107 N
Ra = 11,5269 N
⮚ ANALITIK
A. M1 = 4,067 Kg
P1 = 39,89 N
● L1 (1/4)
M =
, , ,
= ,
= 5,01118125
A1 =
,
1. A1 = ,
= 2.3986
X =
, ,
=
= 0,27916
tB / A = A1 * X
= 2.3986 x 0,27916
= 0.669593
/
θA =
.
=
,
= 0.999392
DD1 = a * θA
= 0.1675 × 0.999392 = 0.167398
δD = DD1 – tD / A
= 0.167398 - 0.033479
= 0.133919
● L2 (1/2)
M =
, , ,
= ,
= 6,681575
A1 =
39,89 𝑥 0,335 𝑥 0,335
=
2 𝑥 200 𝑥 109 𝑥 3,5 𝑥 10−12
= 3,1976108929
X =
,
=
= 0,335
tB / A = A1 * X
= 3,1976108929 𝑥 0,335
= 1,0711996491
/
θA =
,
= ,
= 1,5988054465
DD1 = a * θA
= 0,335 𝑥 1,5988054465
= 0,5355998246
● L3 (3/4)
M =
, , ,
= ,
= 5,00719
A1 =
, , ,
= ( ) ( , )
= 2,3962
X =
, ,
=
= 0,2791
tB / A = A1 * X
= 2,3962 x 0,2791
= 0,6687
/
θA =
,
=
,
= 0,998
DD1 = a * θA
= 0,5021 x 0,998
= 0,50109
tD / A = A2 * X
= 1,7957 x 0,1673
= 0,30042
δD = DD1 – tD / A
= 0,50109 - 0,30042
= 0,20067
B. M2 = 4,700 Kg
P2 = 46,107 N
● L1 (1/4)
M =
( , )( , )( , )
= ( , )
= 5,792192
A1 =
( , )( , )( , )
= =2,77198
( )( , )
X =
, ,
= = 0,2792
tB / A = A1 * X
= (0,277198)(2,792)
= 0,7739
/
θA =
,
= ,
= 1,1550
DD1 = a * θA
= (0,1675)(1,1550) = 0,1934
tD / A = A2 * X
= (0,692994)(0,05583) = 0,03868
δD = DD1 – tD / A
= 0,1934 - 0,03868
= 0,15472
● L2 (1/2)
M =
, . , . .
= ,
= 7,7229
A1 =
, . , . .
= . ,
= 3,6959
X =
,
= = = 0,335
tB / A = A1 * X
= 3,6959 . 0,335
= 1,2381
/
θA =
,
= ,
= 1,8479
DD1 = a * θA
= 0,335. 1,8479
= 0,61904
A2 =
, . , . .
= . . , . . ,
= 1,84798
tD / A = A2 * X
= 1,84798. 0,11166
= 0,20634
δD = DD1 – tD / An
= 0,61904 - 0,20634
= 0,4127
● L3 (3/4)
M =
, . , . .
= ,
= 5, 79219
A1 =
, . , . .
= . ,
= 2,7719
X =
, ,
=
= 0,2791
tB / A = A1 * X
= 2,7719 x 0,2791
= 0,77363
/
θA =
,
= ,
= 1,15467
DD1 = a * θA
= 0,5025 x 1,15467
= 0,58022
A2 =
, . ( , ) . .
= . , ,
= 2,07898
tD / A = A2 * X
= 2,07898 x 0,1675
= 0,3482
δD = DD1 – tD / A
= 0,58022 - 0,3482
= 0,23202
Gambar 4.1 Diagram momen lentur
Sumber: Data diolah, 2022
Gambar 4.2 Free body diagram
Sumber: Data diolah, 2022.
Gambar 4.3 Grafik hubungan defleksi dengan jarak
Sumber: Data diolah, 2022.
5.1 Kesimpulan
Tujuan praktikum ini adalah agar mengetahui defleksi yang dihasilkan dari suatu
pembebanan dengan metode luas momen, mengetahui teori dari pembebanan dengan
menggunakan metode luas momen, mengetahui dan menggambarkan free body diagram
serta momen lentur, memahami pengaruh sudut terhadap defleksi yang dihasilkan, serta
agar memahami pengaruh jarak tumpuan terhadap defleksi yang terjadi. Defleksi merupakan
perubahan bentuk suatu material yang diakibatkan oleh pembebanan baik dari arah vertikal
maupun arah horizontal. Defleksi ini sangat mempengaruhi suatu material dalam kekuatan
untuk menahan beban. Semakin besar nilai defleksi suatu material maka perubahan bentuk
dari material tersebut akan semakin besar. Hal ini bisa mengakibatkan akan merubah fungsi
dari alat yang menggunakan material tersebut dan mengganggu proses kinerja alat.
Terdapat beberapa faktor yang akan mempengaruhi defleksi, diantaranya adalah jenis
tumpuan dan posisi pembebanan. Jenis tumpuan yang sering digunakan adalah tumpuan
jepit (fixed support), tumpuan engsel, dan tumpuan rol. Selain itu elastisitas suatu material
akan mempengaruhi defleksinya. Elastisitas sendiri merupakan sifat yang menyebabkan
benda akan kembali ke bentuk semua jika gaya yang bekerja pada benda tersebut
dihilangkan. Terdapat beberapa metode untuk menganalisis dan menghitung lendutan.
Metode tersebut adalah metode integrasi ganda, luas bidang momed, dan luas bidang
momen sebagai beban.
Setelah dilakukan perhitungan analitik didapatkan nilai defleksi (DD1) dan nilai defleksi
maksimum (δD) untuk masing-masing titik pembebanan yaitu L1 (1/4 L), L2 (1/2 L), dan L3(3/4
L) seperti pada tabel 4.2 dan tabel 4.3. Berdasarkan data tersebut nilai DD1 dan δD yang
paling besar baik beban 1 dan beban 2 berada pada titik L 2 atau titik yang berjarak ½ L. Hal
tersebut sesuai dengan literatur, dimana titik pembebanan mempengaruhi besarnay defleksi
pada sebuah balok. Semakin jauh titik pembebanan dari titik tumpu maka nilai defleksi akan
semakin besar. Selain itu dari beban 1 dan beban 2 dapat dilihat nilai defleksi dan defleksi
yang paling besar berada pada beban 2, hal ini terjadi karena massa dari beban 2 lebih besar
dari beban 1. Sehingga, massa beban dapat mempengaruhi seberapa besar defleksi pada
sebuah balok.
Silviani NH, Anshari B, Ngudiyono. 2020. Prediksi Defleksi Balok Kayu Tumpuan Sederhana
dengan Model Adaptive Neuro Fuzzy Inference System (ANFIS). Jurnal Konstruksia
12(1): 127-133.
Candry WE. 2021. Peningkatan Kompetensi Kontruksi Balok Sederhana Melalui Model
Pembelajaran Problem Base Learning Dipadukan dengan Metode Drill (Studi pada
Kelas X BKP 2 SMKN 1 Cibinong Tahun Pelajaran 2019/2020). Jurnal Pensil 10(1): 34-
39.
Yusuf N, Hariadi, Tawar ASA. 2020. Perbandingan Eksperimen Defleksi Batang Kantilever
Berprofil Strip terhadap Persamaan Teoritis untuk Bahan Fe dan Al. Rang Teknik Journal
3(1): 89-83.
Seleng K. 2017. Analisis Defleksi pada Material Baja Karbon Rendah dengan Menggunakan
Variasi Posisi Pembebanan. Jurnal Mekanikal 8(2): 768-776.
Akbar A, Isworo H. 2018. Analisa Defleksi Engine Stand Suzuki Vitara dengan Metode
Simulasi. PolhaSains 6(1): 13-16.
Nurhayani, Mansyur J, Darsikin. 2015. Kualitas Diagram Benda Bebas Buatan Siswa dalam
Physics Problem Solving. Jurnal Sains dan teknologi Tadulako 4(3): 28-35.
Mardini A, Sjamas D, Putra A. 2018. Dampak Penerapan Free Body Diagram Terhadap
Kemampuan Peserta Didik Menyelesaikan Soal-Soal Hukum Newton Dalam
Pembelajaran Fisika SMA. Journal Pillar of Physics Education 11(2): 65-72.
Mesic Vanes, Sabaheta M, Elvedin, Natasa E. 2017. Free-Body Diagrams and Problem
Solving in Mechanics: An Example of The Effectiveness of SelfConstructed
Representations. European J of Physics Education 7(3): 53-68.
Pane FP, Tanudjaja H, Windah RS. 2015. Pengujian Kuat Tarik Lentur Beton dengan Variasi
Kuat Tekan Beton. Jurnal Sipil Statik 3(5): 313-321.
Manossoh GB, Pangour JD, Wallah SE. 2016. Evaluasi Panjang Penyaluran terhadap Kuat
Lentur Balok Beton Bertulang Dengan Variasi Mutu Beton. Tekno 14(66): 12-22.
Fiqih AZ. 2019. Analisa Lendutan Balok Wide Flang dengan Metode Analitis dan FEM. Skripis.
Departemen Kelautan, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.
Cahyati MD. 2016. Pengaruh Variasi Tebal Terhadap Kekuatan Lentur Pada Balok Komposit
Menggunakan Response 2000. Jurnal Ilmiah Semesta Teknika 19(2): 157-164.
Alabyan B, Kasda. 2018. Analisis Rangka Penyiang Gulma Menggunakan Metoda Elemen
Hingga. MESA (Teknik Mesin, Teknik Elektro, Teknik Sipil, Arsitektur) 3(1): 17-22.
Sugianto A. 2019. Portal Baja Open Frame sebagai Metode Penanganan Defleksi Pipa Raw
Water Sungai Wain Area Bangunan Bendali Refinery Unit V Balikpapan. Jurnal Kacapuri
(Jurnal Keilmuan Teknik Sipil) 2(1): 1-11.
LAMPIRAN