Anda di halaman 1dari 43

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perencanaan suatu bagian mesin atau struktur selain perhitungan
tegangan (stress) yang terjadi akibat beban yang bekerja, besarnya lenturan
(deflection) seringkali harus diperhitungkan. Hal ini disebabkan walaupun tegangan
yang terjadi masih lebih kecil daripada tegangan yang diijinkan oleh kekuatan
bahan, bisa terjadi besar lenturan akibat beban yang bekerja melebihi batas yang
diijinkan. Keadaan demikian dapat menyebabkan kerusakan serius pada bagian-
bagian mesin atau struktur karena dapat mengakibatkan komponen menyimpang
dari fungsi utamanya. Salah satu tipe elemen yang sering mengalami lenturan
adalah bar.
Bars memegang peranan yang penting dalam banyak aplikasi keteknikan,
meliputi konstruksi bangunan gedung, jembatan, automobile dan struktur pesawat
terbang. Sebuah bars didifinisikan sebagai sebuah struktur dimana dimensi-dimensi
lintangnya relatif lebih kecil dibandingkan panjangnya.
Bars umumnya diperuntukkan mentransfer beban yang mana jenis beban
yang dikenakan merupakan beban bending.
Penyelesaian masalah—masalah engingeering termasuk masalah struktur
seperti defleksi pada beam bisa dilakukan dengan beberapa metode, seperti metode
analitis, metode numerik dan metode dengan mengukur secara langsung melalui
eksperiment.
Untuk masalah struktur seperti bar dapat diterapkan metode analitis (seperti
metode integrasi, strain energy), metode numerik (Finite Element Analysis) dan
pengukuran secara langsung. Metode analisis biasanya sulit diterapkan untuk
masalah yang bersifat kompleks dan kesulitan dalam penentuan kondisi batas.
Sedangkan metode numerik terbatas penyelesainnya pada titik-titik tertentu saja
yang disebut node. Metode eksperiment memberikan hasil—hasil real, namun
membutuhkan biaya yang cukup besar untuk kasus-kasus tertentu.

Salah satu cara yang telah dan sedang dikembangkan adalah dengan
simulasi, dimana penggunaan software simulasi dalam penyelesaian masalah-

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


1
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

masalah struktur, dinamik, fluid mekanik maupun dalam pembentukan


logam telah meningkat pada tahun-tahun terakhir. Hal ini karena keuntungan-
keuntungan pemecahan masalah dan pengoptimalan proses pada computer lebih
murah dibandingkan dengan cara coba-coba di lapangan (Brian Miller,2002).
Hal ini disebabkan karena masalah-masalah yang dipecahkan dapat
dimodelkan dengan pengurangan biaya secara efektif, yang mana permasalahan-
permasalahan tersebut beberapa tahun yang lalu hanya dapat dikerjakan secara
praktek. Namun demikian akurasi sebuah simulasi ditentukan oleh banyak factor
seperti, pemilihan jenis elemen, jenis dan penempatan pembebanan, property
material, pembuatan model komponen dan lain-lain. Untuk alasan tersebut hasil-
hasil simulasi perlu diverifikasi, salah satu caranya adalah dengan
membandingkannya dengan data-data hasil eksperiment atau dengan data dari
kajian analitis.
Pada pratikum ini penulis tertarik untuk meneliti pengaruh variasi
pembebanan yang terkonsentrasi di ujung bebas sebuah curved bars terhadap
besarnya defleksi yang terjadi di ujung bebas curved bars tersebut.
Besarnya displacement atau defleksi yang terjadi akan diselesaikan dengan
tiga metode. Ketiga metode yang digunakan adalah metode analitis, simulasi dan
eksperimen. Hasil-hasil dari ketiga metode tersebut akan dibandingkan apakah
terdapat perbedaan yang signifikan antara metode yang satu dengan metode yang
lainnya. Perbandingan metode-metode tersebut disajikan dalam bentuk grafis dan
analisa secara statistik.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui defleksi vertikal dari bermacam-macam batang lengkung
ketika mendapatkan sebuah pembebanan.
2. Untuk mengetahui perbedaan defleksi vertikal antar spesimen.
3. Untuk mengetahui pengaruh penambahan beban terhadap defleksi yang terjadi.
4. Untuk mengetahui hasil dari 3 cara pengambilan data yang berbeda.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


2
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

1.3 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui defleksi vertikal akibat sebuah pembebanan
2. Mahasiswa mengetahui pengaruh penambahan beban terhadap defleksi yang
terjadi
3. Mahasiswa mampu menganalisa defleksi dari material uji yang berbeda
4. Mahasiswa mampu menganalisa defleksi akibat dari pembebanan yang
beragam

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


3
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Definisi Defleksi
Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah vertical dan
horisontal akibat adanya pembebanan yang diberikan pada balok atau batang.
Sumbu sebuah batang akan terdeteksi dari kedudukannya semula bila benda
dibawah pengaruh gaya terpakai. Dengan kata lain suatu batang akan mengalami
pembebanan transversal baik itu beban terpusat maupun terbagi merata akan
mengalami defleksi.
Defleksi ada 2 yaitu :
1. Deflkesi Vertikal (Δw)
Perubahan bentuk suatu batang akibat pembebanan arah vertikal (tarik,
tekan) hingga membentuk sudut defleksi, dan posisi batang vertikal, kemudian
kembali ke posisi semula.

Gambar 2.1 Defleksi Vertikal


Sumber: http//:www.wikipedia.com/defleksi
2. Defleksi Horisontal (Δp)
Perubahan bentuk suatu batang akibat pembebanan arah vertikal (bending)
posisi batang horizontal, hingga membentuk sudut defleksi, kemudian kembali ke
posisi semula.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


4
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Gambar 2.2 Defleksi Horizontal


Sumber : http://iktutaryanto.blogspot.com/2010/05/kekuatan-bahan-untuk-
defleksi-dengan.html
Hal-hal yang mempengaruhi terjadinya defleksi yaitu :
1. Kekakuan batang
Semakin kaku suatu batang maka lendutan batang yang akan terjadi pada
batang akan semakin kecil
2. Besarnya kecil gaya yang diberikan
Besar-kecilnya gaya yang diberikan pada batang berbanding lurus dengan
besarnya defleksi yang terjadi. Dengan kata lain semakin besar beban yang dialami
batang maka defleksi yang terjadi pun semakin kecil
3. Jenis tumpuan yang diberikan
Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda. Jika karena
itu besarnya defleksi pada penggunaan tumpuan yang berbeda-beda tidaklah sama.
Semakin banyak reaksi dari tumpuan yang melawan gaya dari beban maka defleksi
yang terjadi pada tumpuan rol lebih besar dari tumpuan pin (pasak) dan defleksi
yang terjadi pada tumpuan pin lebih besar dari tumpuan jepit.
4. Jenis beban yang terjadi pada batang
Beban terdistribusi merata dengan beban titik, keduanya memiliki kurva
defleksi yang berbeda-beda. Pada beban terdistribusi merata slope yang terjadi pada
bagian batang yang paling dekat lebih besar dari slope titik. Ini karena sepanjang
batang mengalami beban sedangkan pada beban titik hanya terjadi pada beban titik
tertentu saja.
Macam-macam tumpuan, antara lain:
1. Engsel
Engsel merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertikal dan
gaya reaksi horizontal. Tumpuan yang berpasak ini mampu melawan gaya yang

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


5
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

bekerja dalam setiap arah dari bidang.

Gambar 2.3 Tumpuan Engsel


Sumber : http://tazziemania.wordpress.com/link-tazzie/
2. Rol
Rol merupakan tumpuan yang hanya dapat menerima gaya reaksi vertikal.
Jenis tumpuan ini mampu melawan gaya-gaya dalam suatu garis aksi yang spesifik.

Gambar 2.4 Tumpuan Rol


Sumber: http://tazziemania.wordpress.com/link-tazzie/
3. Jepit
Jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertikal, gaya
reaksi horizontal dan momen akibat jepitan dua penampang. Tumpuan jepit ini
mampu melawan gaya dalam setiap arah dan juga mampu melawan suatu kopel
atau momen.

Gambar 2.5 Tumpuan Jepit


Sumber : http://tazziemania.wordpress.com/link-tazzie/

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


6
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Jenis-jenis pembebanan, antara lain:


1. Beban terpusat
Titik kerja pada batang dapat dianggap berupa titik karena luas kontaknya
kecil.

Gambar 2.6 Pembebanan Terpusat


Sumber : http://tazziemania.wordpress.com/link-tazzie/
2. Beban merata
Disebut beban merata karena terdistribusi merata di sepanjang batang dan
dinyatakan dalam qm (kg/m atau kN/m)

Gambar 2.7 Pembebanan Terbagi Merata


Sumber : http://tazziemania.wordpress.com/link-tazzie/
3. Beban bervariasi uniform
Disebut beban bervariasi uniform karena beban sepanjang batang besarnya
tidak merata.

Gambar 4.8 Pembebanan Bervariasi Uniform


Sumber : http://tazziemania.wordpress.com/link-tazzie/

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


7
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

2.2 Perbedaan Defleksi dan Deformasi


Seperti disebutkan diatas defleksi terjadi karena adanya pembebanan
vertical pada balok atau batang. Sedangkan deformasi tidak hanya terjadi karena
pembebanan vertical saja, tetapi karena adanya berbagai macam perlakuan yang
dialami balok atau batang. Selain itu defleksi yang terjadi pada balok hanya
merubah bentuk (lendutan) pada balok tersebut, sedangkan deformasi dapat
merubah bentuk dan ukuran balok tersebut.

Gambar 4.9 Defleksi pada Beam


Sumber : http://iktutaryanto.blogspot.com/2010/05/kekuatan-bahan-untuk-
defleksi-dengan.html

Gambar 4.10 Deformasi pada Sebuah Balok


Sumber: http://blog.ub.ac.id/shabazz/2011/12/01/
2.3 Macam-macam Deformasi
Deformasi dalah perubahan bentuk atau ukuran objek diterapkan karena
adanya gaya. Gaya ini dapat berasal dari kekuatan tarik, kekuatan tekan, geser dan
torsi. Deformasi dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Deformasi Elastis
Deformasi elastis adalah perubahan yang terjadi bila ada gaya yang bekerja,
serta akan hilang bila beban ditiadakan. Dengan kata lain bila beban ditiadakan,
maka benda akan kembali ke bentuk dan ukuran semula
2. Deformasi Plastis
Deformasi plastis adalah perubahan bentuk yang permanen, meskipun

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


8
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

bebannya dihilangkan. Pada tinjauan mikro, deformasi plastis


mengakibatkan putusnya ikatan atom dengan atom tetangganya dan membentuk
ikatan yang baru dengan atom lainya. Jadi jika beban dilepaskan atom ini tidak
kembali ke ikatan awalnya.

Gambar 4.11 Grafik Tegangan Regangan


Sumber : http://blog.ub.ac.id/shabazz/2011/12/01/
2.4 Teori Castigliano
Metode Castigliano adalah metode untuk menentukan perpindahan dari
sebuah system linear-elastis berdasarkan pada turunan parsial dari prinsip
persamaan energi. Konsep dasar teori yaitu bahwa perubahan energi adalah gaya
dikalikan perpindahan yang dihasilkan, sehingga gaya dirumuskan dengan
perubahan energi dibagi dengan perpindahan yang dihasilkan.
Ada 2 teorema dalam teori Castigliano, yaitu:
1. Teori Pertama Castigliano
Teori ini digunakan untuk menghitung gaya yang bereaksi dalam struktur
elastis, yang menyatakan:
“Jika energi regangan dari suatu struktur elastis dinyatakan sebagai fungsi
persamaan perpindahan qi , maka turunan parsial dari energi regangan terhadap
perpindahan memberikan persamaan gaya Qi.”
Dirumuskan dengan,
𝜕𝑈
𝑄𝑖 = (2.1)
𝜕𝑞𝑖

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


9
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Dimana, U = energi regangan


2. Teori Kedua Castigliano
Teori ini digunakan untuk menghitung perpindahan, yang menyatakan:
“Jika energi regangan dari suatu struktur elastis dinyatakan sebagai fungsi
persamaan gaya Qi , maka turunan parsial dari energi regangan terhadap persamaan
gaya memberikan persamaan perpindahan qi , searah Qi”.
Dirumuskan dengan,
𝜕𝑈
𝑞𝑖 =
𝜕𝑄𝑖 (2.2)

Sebagai contoh, untuk beam kantilever lurus dan tipis dengan beban P di
ujung, dan perpindahan 𝛿 pada ujungnya dapat ditemukan dengan teori kedua
Castigliano:
𝜕𝑈
𝛿= (2.3)
𝜕𝑃

𝜕 𝐿 𝑀𝐿2 𝜕 𝐿 𝑃𝐿2
𝜕= ∫ 𝑑𝐿 = ∫ 𝑑𝐿 (2.4)
𝜕𝑃 0 2𝐸𝐼 𝜕𝑃 0 2𝐸𝐿

Dimana, E adalah Modulus Young dan I adalah momen inersia penampang


dan M(L) = P×L adalah pernyataan untuk momen pada titik berjarak L dari ujung,
maka:
𝐿
𝑃𝐿2 𝑃𝐿3
𝛿=∫ 𝑑𝐿 = (2.5)
0 𝐸𝐼 3𝐸𝐼

(sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Castigliano’s_method)
2.5 Momen
Penyebab terjadinya gerak translasi adalah gaya. Sedangkan pada gerak
rotasi, penyebab berputarnya benda dinamakan momen gaya ( = torsi). Momen
Gaya ( ) adalah gaya kali jarak/lengan. Arah gaya dan arah jarak harus tegak lurus.
 Untuk benda panjang: 𝜏 = 𝐹𝑙
 Untuk benda berjari jari: 𝜏 = 𝐹𝑟
Momen inersia (Satuan SI: kg.m2) adalah ukuran kelembaman suatu benda
untuk berotasi terhadap porosnya. Besaran ini adalah analog rotasi daripada massa.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


10
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Momen inersia berperan dalam dinamika rotasi seperti massa dalam dinamika
dasar, dan menentukan hubungan antara momentum sudut dan kecepatan sudut,
momen gaya dan percepatan sudut, dan beberapa besaran lain. Lambang I dan
kadang-kadang juga J biasanya digunakan untuk merujuk kepada momen inersia.
Definisi sederhana momen inersia (terhadap sumbu rotasi tertentu) dari
sembarang objek, baik massa titik atau struktur tiga dimensi, diberikan oleh rumus:

𝐼 = ∫ 𝑟 2 𝑑𝑚 (2.6)

Dimana, m adalah massa dan r adalah jarak tegak lurus terhadap sumbu rotasi.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


11
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Sumber : Robert L. Mott, 2004, Machine Element in Mechanical Design edisi 4


Untuk menentukan besarnya defleksi dari suatu struktur, dapat digunakan
metode luas momen. Metode luas momen diperkenalkan oleh Saint – Venant dan
dikembangkan oleh Mohr dan Greene.

Gambar 2.12 Prinsip metode momen area


Sumber : http://tazziemania.wordpress.com/link-tazzie/

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


12
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Gambar 2.13 Defleksi balok kantilever dengan diagram luas momen


Sumber : http://tazziemania.wordpress.com/link-tazzie/
1. Teori Momen Luas Pertama
Sudut θ antara tangen A dan tangen B sama dengan luasan diagram
antara kedua titik dibagi EI.
𝐴
𝑀𝑑𝑥
𝜃=∫ (2.7)
𝐵 𝐸𝐼
Keterangan: θ = sudut kemiringan
M = momen lentur dengan jarak x dari titik B
E = modulus elastisitas balok
I = momen-area kedua
Teori Momen Luas Pertama ini dipergunakan untuk:
- Menghitung lendutan
- Menghubungkan putaran sudut antara titik-titik yang dipilih sepanjang sumbu
balok
2. Teori Momen Luas Kedua
Jarak vertikal B pada kurva defleksi dan tangen A sama dengan momen
dikali jarak (centroid area) dibagi EI.
𝐴
𝑀𝑥 𝑑𝑥
∆= ∫ (2.8)
𝐵 𝐸𝐼
Dengan, ∆ = defleksi
Teori momen luasan kedua berguna untuk mendapatkan lendutan, karena
memberikan posisi dari suatu titik pada balok terhadap garis singgung disuatu
titik lainnya.
2.6 Teori Defleksi Pada Curved Bars
Lenturan pada suatu batang dapat terjadi akibat adanya beban gaya geser
atau momen lentur. Lenturan akibat beban geser umumnya sangat kecil

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


13
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

dibandingkan dengan lenturan akibat beban momen terutama untuk batang yang
relative panjang (beam), sehingga lenturan akibat gaya geser dapat diabaikan.
Besarnya lenturan yang terjadi tergantung dari beberapa factor sebagai berikut:
1. Sifat kekakuan batang (Modulus elasticity)
2. Posisi batang terhadap beban dan dimensi batang, yang biasanya ditunjukkan
dalam besaran momen inertia batang.
3. Besarnya beban yang diterima
Kasus umum curved beam ditunjukkan pada Gambar 1. Jika diasumsikan
section beam bersifat uniform, maka besarnya defleksi vertical (ΔW) dan
horizontal (ΔP) adalah:
𝑊𝑎3 𝑊𝑅 𝜋𝑎3 𝜋𝑅 2 𝑊
∆𝑤 = + [ + + 2𝑎𝑅] + [𝑎2 𝑏 + 2𝑎𝑏𝑅 + 𝑏𝑅 2 ] (2.9)
3𝐸𝐼 𝐸𝐼 2 4 𝐸𝐼
𝑊𝑅 2 𝜋 𝑅 𝑊 𝑎𝑏 2 𝑏 2 𝑅 2
∆𝑃 = [𝑎 ( − 1) + ] + [𝑎𝑏𝑅 + 𝑏𝑅 2 + + ] (2.10)
𝐸𝐼 2 2 𝐸𝐼 2 2

Gambar 2.14 Curved bars


Sumber : Putra Negara 2009
Untuk kasus lain seperti gamar 2.15, besarnya defleksi adalah
𝜋𝑊𝑅 3 𝑊𝑏𝑅 2
∆𝑤 = + (2.11)
4𝐸𝐼 𝐸𝐼
Dan
𝑊𝑅 3 𝑊𝑏𝑅 𝑏
∆𝑃 = + (𝑅 + )
2𝐸𝐼 𝐸𝐼 2 (2.12)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


14
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Gambar 2.15 Curved bars dengan a=0, b=75 mm, R=75 mm


Sumber : Laboratorium Fenomena Dasar Mesin Fakultas Teknik UM
2.7 Uji T
Uji T dikenal dengan uji parsial, yaitu untuk menguji bagaimana pengaruh
masing—masing variabel bebasnya secara sendiri—sendiri terhadap variabel
terikatnya. Uji ini dapat dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel
atau dengan melihat kolom signifikansi pada masing—masing t hitung. Derajat
signifikansi yang digunakan adalah 0,05.
Dasar pengambilan keputusan
1. Jika nilai sig < 0,05, atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, dan Ha
diterima
2. Jika nilai sig > 0,05, atau t hitung < t tabel, maka Ho diterima, dan Ha
ditolak
Mencari nilai t tabel dan t hitung sebagai berikut :
𝑥̅ − 𝜇0
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑠
√𝑛
𝛼
𝑇𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 𝑡 ( : 𝑛 − 𝑘 − 1)
2
2.8 Uji ANOVA
Singkatan dari Analysis of variance. Merupakan prosedur uji statistik
yang mirip dengan uji T, namun kelebihan dari uji ANOVA adalah dapat menguji
perbedaan lebih dari dua kelompok. Hasil akhir dari analisis ANOVA adalah nilai
F test atau F hitung. Nilai F hitung nantinya akan dibandingkan dengan nilai pada
F tabel. Dapat disimpulkan bahwa menerima H1 dan menolak H0 atau sebaliknya.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


15
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Spesifikasi Alat
3.1.1 Deflection of Bars Curved Apparatus
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah Devlection of Curved Bars
Apparatus.

Gambar 3.1 Deflection of Bars Curved Apparatus


Sumber: Laboratorium Fenomena Dasar Mesin Fakultas Teknik UM
3.1.2. Dial Indicator
Alat ini digunakan untuk menentukan besarnya pergerakan secara vertikal
dan horisontal pada ujung bebas dari bermacam-macam batang lengkung yang tipis
ketika mendapat beban tunggal.

Gambar 3.2 Dial Indicator


Sumber: Laboratorium Fenomena Dasar Mesin Fakultas Teknik UM
3.1.3 Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat ukur yang mampu mengukur jarak, kedalaman,
maupun ‘diameter dalam’ suatu objek dengan tingkat akurasi dan presisi yang
sangat baik (±0,05 mm). Hasil pengukuran dari ketiga fungsi alat tersebut dibaca
dengan cara yang sama.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


16
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Gambar 3.3 Jangka Sorong


Sumber : https://www.google.com/search?q=jangka+sorong
3.2 Bahan Uji
Spesimen 1 : Carbon and low alloy steel 26 x 3 mm
E = 200 Gpa
a=0 R = 75 mm b = 75 mm

Spesimen 2 : Alumunium alloy 1100 26 x 3 mm


E = 69 GPa
a=0 R = 75 mm b = 75 mm
Beban awal = 50 gram
Penambahan beban = 50 gram

(a) (b)
Gambar 3.4 Spesimen (a) Aluminium Alloy 1100 (b) Carbon and Low Alloy Steel
Sumber: Laboratorium Fenomena Dasar Mesin Fakultas Teknik UM
3.3 Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan tiga metode, yaitu metode simulasi,
eksperimen dan secara analitis seperti ditunjukkan pada Gambar 3.5.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


17
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Gambar 3.5 Skematil Langkah Penelitian


3.3.1 Rancangan Penelitian dan Pengamatan
Penelitian ini menggunakan rancangan satu arah, dimana terdapat satu
variabel bebas yaitu pembebanan dengan 10 variasi perlakuan yaitu 50, 100, 150,
200, 250, 300, 350, 400, 450, dan 500 gr. Observasi respon dari masing-masing
perlakuan merupakan sebuah variabel terikat dilakukan dengan mengukur defleksi
di ujung curved beam (ΔW dan ΔP). Untuk setiap perlakuan dilakukan replikasi
sebanyak tiga kali, seperti tampak pada table 3.1.
Tabel 3.1. Tabel pengambilan data

Beban Defleksi Spesimen 1 [mm] Defleksi Spesimen 2 [mm]


No.
[gram] X Y X Y
1 50
2 100
3 150
4 200

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


18
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

5 250
6 300
7 350
8 400
9 450
10 500

3.3.2 Presedur Percobaan

Gambar 3.6 Skematik alat penelitian


Sumber : Putra Negara 2009
Renggangkan clamp (1) dan tempatkan specimen (2) pada posisi clam
specimen. Renggangkan block (3) dan posisikan ulang jika diperlukan untuk
menyesuaikan dengan specimen yang dipilih. Kunci pada posisi yang disyaratkan.
Tempatkan special load hanger (4) pada specimen. Posisikan dial indicator
supports sehingga indicators (5) dan (6) membuat kontak dengan load hanger (4).
Set indicators pada posisi nol. Bebani specimen dengan menempatkan sebuah
beban 50 gr (7) pada pemegang (4) dan pastikan dial indicator terbaca. Tingkatkan
beban dengan penambahan beban yang sama (100, 150, 200, 250, 300, 350, 400,
450, dan 500 gr) dan pastikan indicator terbaca untuk masing masing specimen.
Lakukan pengulangan sebanyak tiga kali untuk masing-masing beban dan hasilnya
ditabelkan pada Tabel 1.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


19
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

3.3.3 Analisa Data


Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pembebanan terhadap besarnya
defleksi digunakan analisa varian.
1. Simulasi
Preprocessor
• Dilakukan pemilihan elemen berupa bars
• Dimensi elemen untuk spesimen 1 [a = 0, b = 75, R= 75 mm, l = 26 mm, t = 3
mm.] , modulus elastisitas [E = 200 GPa], momen inertia [ I = bh3/12] dan spesimen
2 [a = 0, b = 75, R= 75 mm, l = 26 mm, t = 3 mm.] , modulus elastisitas [E = 69
GPa], momen inertia [ I = bh3/12].
• Memodelkan perangkat penelitian secara phisik ke dalam model simulasi (seperti
Gambar di bawah ini),

• Dilakukan meshi
Solution
• Menerapkan beban [W = 50, 100, 150, 200, 250, 300, 350, 400, 450, dan 500 gr]
• Menentukan constrain pada reaksi tumpuan (DOF).
• Menjalankan simulasi untuk memecahkan permasalahan.
Post Processor
• Melihat hasil simulasi bisa berupa grafik, countour, atau angka.
2. Kajian analitis
Secara analitis defleksi vertical Δw diselesaikan dengan persamaan (2.9)
dan defleksi horizontal Δp diselesaikan menggunakan persamaan (2.10). Untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan antara data hasil eksperimen, simulasi dan
kajian analitis digunakan ploting data ke dalam grafik dan dilakukan uji t.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


20
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Data Hasil Eksperimen
Untuk spesimen (a = 0, R = 75 mm, b = 75 mm) dengan W = 50—500
gram, dengan bahan spesimen 1 adalah Carbon and low alloy steel modulus
elastisnya 200 Gpa dan bahan spesimen 2 adalah Aluminium alloy 1100 modulus
elastisnya 69 Gpa. Diberikan beban secara bertahap tiap 50 gram.
Tabel 4.1 Data hasil ekperimen
Defleksi Spesimen 1 (mm) Defleksi Spesimen 2 (mm)
No Beban (gram)
Sumbu Vertikal (Y) Sumbu Vertikal (Y)
1 50 0,02 0,03
2 100 0,08 0,08
3 150 0,13 0,24
4 200 0,18 0,40
5 250 0,24 0,57
6 300 0,30 0,70
7 350 0,35 0,96
8 400 0,39 1,04
9 450 0,46 1,16
10 500 0,50 1,30

4.2 Data Hasil Simulasi


Simulasi dilakukan dengan sofware Ansys 18.1 dengan memodelkan
perangkat penelitian secara phisik ke dalam model simulasi. Seperti gambar
dibawah ini :

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


21
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Gambar 4.1 Simulasi Ansys 18.1 spesimen 2 pada beban 500 gram
Tabel 4.2 Data hasil simulasi
Defleksi Spesimen 1 (mm) Defleksi Spesimen 2 (mm)
No Beban (gram)
Sumbu Vertikal (Y) Sumbu Vertikal (Y)
1 50 0,016 0,047
2 100 0,033 0,095
3 150 0,049 0,142
4 200 0,066 0,19
5 250 0,082 0,237
6 300 0,099 0,284
7 350 0,115 0,332
8 400 0,132 0,379
9 450 0,148 0,427
10 500 0,165 0,474

4.3 Data Hasil Kajian Analitis


Didapatkan persamaan dari persamaan 2.9 untuk mencari nilai defleksi
vertikal (∆𝑤) dengan spesimen a = 0, R = 75 mm, b = 75 mm dengan beban W =
50-500 gram.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


22
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Defleksi vertikal (∆𝑤)


𝜋𝑊𝑅 3 𝑊𝑏𝑅 2
∆𝑤 = +
4𝐸𝐼 𝐸𝐼
Dengan 𝜋 = 3.14
E = 200 Gpa = 20394324,25 gram/mm2(spesimen 1)
69 Gpa = 7036041,87 gram/mm2 (spesimen 2)
W= 50 – 500 gram
b = 75 mm dan R = 75 mm
1 1
𝐼 = 12 . 𝑏. ℎ3 = 12 . 26. 33 = 58,5 𝑚𝑚2

Tabel 4.2 Data hasil kajian analitis


Defleksi Spesimen 1 (mm) Defleksi Spesimen 2 (mm)
No Beban (gram)
Sumbu Vertikal (Y) Sumbu Vertikal (Y)
1 50 0,03 0,09
2 100 0,06 0,18
3 150 0,1 0,28
4 200 0,13 0,37
5 250 0,16 0,46
6 300 0,19 0,55
7 350 0,22 0,64
8 400 0,25 0,74
9 450 0,28 0,83
10 500 0,32 0,92

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


23
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1 Perbandingan Data Hasil Uji
Dari analisa yang dilakukan menunjukkan bahwa variasi pembebanan
sangat berpengaruh terhadap besarnya defleksi yang terjadi, untuk defleksi
horizontal.
Perbandingan data hasil eksperimen, simulasi dan kajian analitis.

Spesimen Carbon And Low Alloy Steel


Variable
0,5 Eksperimen
Analisis
Simulasi

0,4
Defleksi (mm)

0,3

0,2

0,1

0,0
0 100 200 300 400 500
Beban (gram)

Gambar 5.1 Grafik hubungan beban dan defleksi vertical tiga jenis data pada
spesimen Carbon and low alloy steel

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


24
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Spesimen Aluminium Alloy 1100


1,4 Variable
Eksperimen
Analisis
1,2
Simulasi

1,0
Defleksi (mm)

0,8

0,6

0,4

0,2

0,0

0 100 200 300 400 500


Beban (gram)

Gambar 5.2 Grafik hubungan beban dan defleksi vertical tiga jenis data pada
spesimen Aluminium alloy 1100
Analisa grafik:
Grafik di atas menunjukkan hubungan antara defleksi horizontal dan
defleksi vertikal yang terjadi (eksperimen, simulasi dan teoritis) akibat pembebanan
yang diberikan pada Curved Bars Apparatus dengan dimensi spesimen (a = 0, R =
75 mm, b = 75 mm), dimana semakin besar beban yang diberikan maka defleksi
horizontal dan defleksi vertikal yang terjadi juga semakin besar.
Pada setiap bahan mempunyai modulus elastisitas yang merupakan
perbandingan antara tegangan yang diperlukan untuk menghasilkan suatu regangan
pada bahan yang bersangkutan. Selama masih dalam batas proporsional (batas
elastisitas bahan) tegangan memanjang menimbulkan regangan yang besarnya
sama dimana modulus young dirumuskan dengan :
𝛿 𝐹/𝐴 𝐹𝑥𝑙0
𝑌= . =
𝜀 ∆𝑙 ∆𝑙. 𝐴
𝑙0

Ket : 𝛿 = Tegangan
𝜀 = Regangan

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


25
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Jika batas proporsional belum terlampaui, perbandingan tegangan tegangan


terhadap regangan konstan dan karena itu hukum Hooke sama maknanya dengan
ungkapan bahwa dalam proporsional, modulus elastisitas bahan adalah konstan
bergantung hanya pada sifat bahan.
Pada proses defleksi, salah satu faktor penting yang juga mempengaruhi
nilai dari defleksi spesimen adalah inersia penampang bahan itu sendiri. Inersia bisa
diartikan juga sebagai kecenderungan suatu material untuk mempertahankan
kondisi awalnya ketika dilakukan pembebanan. Inersia suatu bahan dapat diketahui
dari dimensi luasan penampangnya, misalkan untuk penampang berikut:

1
Maka, inersia spesimen tersebut adalah . 𝑏. ℎ3 dan faktor faktor tersebut sesuai
12

dengan rumus :
𝑊𝑅 3 𝑊𝑏𝑅 𝑏
∆𝑝 = + (𝑅 + )
2𝐸𝐼 𝐸𝐼 2
Dan untuk defleksi vertikal,
𝜋𝑊𝑅 3 𝑊𝑏𝑅 2
∆𝑤 = +
4𝐸𝐼 𝐸𝐼
Dari rumus diatas dapat diketahui bahwa defleksi horizontal (∆𝑝) dan
defleksi vertikal (∆𝑤) berbanding lurus dengan pembebanan yang diberikan (𝑤).
Pada grafik ini juga menunjukan bahwa nilai defleksi horizontal dan vertikal aktual
yang lebih besar daripada teoritisnya, dimana garis defleksi aktual berada di atas
defleksi teoritis. Hal ini disebabkan karena:
a. Perubahan Modulus Young pada spesimen yang sering dipakai sehingga
menyebabkan spesimen lebih mudah terdefleksi
b. Perubahan inersia penampang spesimen yang disebabkan adanya perubahan
dimensi benda karena pembebanan statis, sedangkan dalam perhitungan teoritis
E dan I bernilai konstan

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


26
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Dan dari Gambar 5.1 dan 5.2 terlihat bahwa pengaruh beban terhadap
defleksi memiliki trend yang proporsional, yaitu semakin tinggi beban yang
diberikan semakin besar pula defleksi yang terjadi. Hal ini disebabkan dengan
semakin tingginya beban berarti semakin besar pula gaya yang menekan beam,
sehingga semakin besar pula deformasi yang terjadi. Hal ini ditunjukkan dengan
semakin besarnya defleksi yang terjadi. Dari data juga terlihat bahwa defleksi
vertical pada spesimen 2 lebih tinggi dari pada spesimen 1.
Dari Gambar 5.1 dan 5.2 terlihat bahwa garis untuk data eksperimen,
simulasi dan kajian analitis jaraknya tidak begitu jauh. Bahkan garis untuk data
simulasi dan kajian analitis terlihat berimpit. Ini menunjukkan hasil simulasi dan
kajian analitis menunjukkan hasil yang sama. Namun untuk data eksperimen dan
simulasi harus diuji lagi dengan uji t.
5.2 Uji T
Perbandingan statistik data defleksi kearah vertikal dari hasil eksperimen
dan simulasi pada batang berbahan Carbon and low alloy steel dengan
menggunakan aplikasi SPSS, sebagai berikut :

Tabel 5.1 Data hasil eksperimen dan simulasi untuk spesimen 1


Defleksi Spesimen 1 Sumbu Vertikal
No Beban
Eksperimen (X1) Simulasi (X2)
1 50 0,02 0,016
2 100 0,08 0,033
3 150 0,13 0,049
4 200 0,18 0,066
5 250 0,24 0,082
6 300 0,30 0,099
7 350 0,35 0,115
8 400 0,39 0,132
9 450 0,46 0,148
10 500 0,50 0,165

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


27
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Hipotesis yang diajukan adalah :


Ho : rata-rata hasil eksperimen dan simulasi adalah sama
H1 : rata-rata hasil eksperimen dan simulasi adalah berbeda

Nilai t hitung adalah sebesar 4,903 dengan sig 0,001. Karena t hitung > t
tabel yaitu, 4,903 > 2,364 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, artinya rata-
rata hasil ekperimen dan simulasi dari uji defleksi kearah vertikal pada bahan
Carbon and low alloy steel adalah tidak sama atau berbeda. Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa defleksi ke arah vertikal yang terjadi dipengaruhi oleh jenis cara
uji.
Dari hasil uji t yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
antara data hasil eksperimen dengan data hasil simulasi. Hal ini menunjukkan
bahwa pemodelan bar, dan penggunaan kondisi batas pada simulasi kurang akurat.
Hal ini ditunjukkan dengan hasil-hasil yang diperoleh memiliki perbedaan dengan
hasil yang diperoleh dari eksperimen.
Kelebihan yang bisa didapatkan dengan simulasi adalah bahwa defleksi
yang diperoleh tidak hanya terbatas di ujung curved beam, namun bisa diperoleh
pada setiap titik sepanjang curved beam sesuai jumlah node yang kita buat.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


28
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

5.3 Uji ANOVA

Dari data diatas diuji menggunakan aplikasi minitab, dihasilkan tabel


Analysis of Variance diatas diperoleh nilai P=0,037. Terkait dengan tingkat
signifikansi = 0,05, diperoleh P < signifikansi menyatakan bahwa Ho ditolak.
Sehingga dapat disimpulkan tidak benar bahwa ketiga pengujian memberikan efek
yang sama.
Dari hasil diatas disebutkan bahwa terdapat perbedaan antara ketiga
pengujian, untuk menentukan metode mana yang lebih baik dari metode yang lain
maka dilakukan uji lanjut dan hasilnya pada rangkuman dibawah ini :

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


29
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Pada tabel coefficients pada kolom sig terdapat nilai sig .002, artinya nilai
tersebut signifikan karena kurang dari 0,05. Karena signifikan artinya ada pengaruh
antara variabel analitis terhadap variabel beban. Dengan demikian pengujian yang
paling berpengaruh adalah pengujian secara analitis.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


30
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Pembebanan memiliki pengaruh signifikan terhadap besarnya defleksi yang
terjadi. Semakin besar beban semakin besar pula defleksi yang terjadi. Defleksi
vertical lebih besar dibandingkan defleksi horizontal.
2. Spesimen berbahan Aluminium 1100 memiliki nilai defleksi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan spesimen berbahan Carbon and Low Alloy Steel dikarenakan
modulus elastisitas dari Aluminium 1100 lebih kecil dibandingkan dengan Carbon
and Low Alloy Steel.
3. Hasil yang diperoleh dari simulasi berbeda dengan hasil dari eksperimen,
dikarenakan beberapa faktor seperti : spesimen yang digunakan berulang kali
menyebabkan elastisitas bahan berkurang, pemodelan bars yang kurang akurat.
4. Dengan simulasi dapat diprediksi defleksi pada setiap titik sepanjang bar sesuai
node yang dibuat, tidak hanya terbatas di ujung curved bars.
5. Dapat dinyatakan bahwa defleksi ke arah vertikal yang terjadi dipengaruhi oleh
jenis cara uji. Dari hasil uji t dan uji ANOVA yang dilakukan menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan antara data hasil eksperimen, data hasil simulasi dan data hasil
analisis.
6. Pengujian yang paling berpengaruh adalah pengujian secara analitis.

6.2 Saran
- Lakukan pengujian sesuai dengan prosedur yang disarankan
- Dalam pengambilan dan pengolahan data praktikum harus dilakukan dengan
cermat agar data yang dihasilkan lebih akurat
- Saat praktikum sebaiknya pergunakan spesimen yang masih baru dan belum
pernah dilakukan pembebanan

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


31
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

LAMPIRAN 1. Data Pengujian Eksperimen

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


32
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

LAMPIRAN 2. Perhitungan Analisis


Dengan menggunakan persamaan 2.11 diketahui a=0 R=75 mm b=75 mm
sebagai berikut,
𝜋 𝑊 𝑅3 𝑊 𝑏 𝑅2
∆𝑤 = +
4𝐸𝐼 𝐸𝐼
Dimana W= beban (50-500 gram)
E = 200 Gpa = 2,04 x 107 gram/mm2(spesimen 1)
69 Gpa = 7,04 x 106 gram/mm2 (spesimen 2)
b = 75 mm dan R = 75 mm
1 1
𝐼 = 12 . 𝑏. ℎ3 = 12 . 26. 33 = 58,5 𝑚𝑚2

Spesimen 1
Beban 50 gram
3,14 (50 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)3 (50 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)(75 𝑚𝑚)2
∆𝑤 = +
4 (2,04 × 107 )(58,5 𝑚𝑚2 ) (2,04 × 107 )(58,5 𝑚𝑚2 )
= 0,032 𝑚𝑚
Beban 100 gram
3,14 (100 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)3 (100 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)(75 𝑚𝑚)2
∆𝑤 = +
4 (2,04 × 107 )(58,5 𝑚𝑚2 ) (2,04 × 107 )(58,5 𝑚𝑚2 )
= 0,063 𝑚𝑚
Beban 150 gram
3,14 (150 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)3 (150 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)(75 𝑚𝑚)2
∆𝑤 = +
4 (2,04 × 107 )(58,5 𝑚𝑚2 ) (2,04 × 107 )(58,5 𝑚𝑚2 )
= 0,095 𝑚𝑚
Beban 200 gram
3,14 (200 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)3 (200 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)(75 𝑚𝑚)2
∆𝑤 = +
4 (2,04 × 107 )(58,5 𝑚𝑚2 ) (2,04 × 107 )(58,5 𝑚𝑚2 )
= 0,126 𝑚𝑚
Beban 250 gram
3,14 (250 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)3 (250 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)(75 𝑚𝑚)2
∆𝑤 = +
4 (2,04 × 107 )(58,5 𝑚𝑚2 ) (2,04 × 107 )(58,5 𝑚𝑚2 )
= 0,158 𝑚𝑚

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


33
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Beban 300 gram


3,14 (300 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)3 (300 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)(75 𝑚𝑚)2
∆𝑤 = +
4 (2,04 × 107 )(58,5 𝑚𝑚2 ) (2,04 × 107 )(58,5 𝑚𝑚2 )
= 0,189 𝑚𝑚
Beban 350 gram
3,14 (350 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)3 (350 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)(75 𝑚𝑚)2
∆𝑤 = +
4 (2,04 × 107 )(58,5 𝑚𝑚2 ) (2,04 × 107 )(58,5 𝑚𝑚2 )
= 0,220 𝑚𝑚
Beban 400 gram
3,14 (400 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)3 (400 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)(75 𝑚𝑚)2
∆𝑤 = +
4 (2,04 × 107 )(58,5 𝑚𝑚2 ) (2,04 × 107 )(58,5 𝑚𝑚2 )
= 0,250 𝑚𝑚
Beban 450 gram
3,14 (450 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)3 (450 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)(75 𝑚𝑚)2
∆𝑤 = +
4 (2,04 × 107 )(58,5 𝑚𝑚2 ) (2,04 × 107 )(58,5 𝑚𝑚2 )
= 0,284 𝑚𝑚
Beban 500 gram
3,14 (500 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)3 (500 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)(75 𝑚𝑚)2
∆𝑤 = +
4 (2,04 × 107 )(58,5 𝑚𝑚2 ) (2,04 × 107 )(58,5 𝑚𝑚2 )
= 0,316 𝑚𝑚
Spesimen 2
Beban 50 gram
3,14 (50 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)3 (50 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)(75 𝑚𝑚)2
∆𝑤 = +
4 (7,04 × 106 )(58,5 𝑚𝑚2 ) (7,04 × 106 )(58,5 𝑚𝑚2 )
= 0,092 𝑚𝑚
Beban 100 gram
3,14 (100 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)3 (100 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)(75 𝑚𝑚)2
∆𝑤 = +
4 (7,04 × 106 )(58,5 𝑚𝑚2 ) (7,04 × 106 )(58,5 𝑚𝑚2 )
= 0,184 𝑚𝑚
Beban 150 gram
3,14 (150 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)3 (150 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)(75 𝑚𝑚)2
∆𝑤 = +
4 (7,04 × 106 )(58,5 𝑚𝑚2 ) (7,04 × 106 )(58,5 𝑚𝑚2 )
= 0,276 𝑚𝑚

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


34
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Beban 200 gram


3,14 (200 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)3 (200 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)(75 𝑚𝑚)2
∆𝑤 = +
4 (7,04 × 106 )(58,5 𝑚𝑚2 ) (7,04 × 106 )(58,5 𝑚𝑚2 )
= 0,368 𝑚𝑚
Beban 250 gram
3,14 (250 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)3 (250 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)(75 𝑚𝑚)2
∆𝑤 = +
4 (7,04 × 106 )(58,5 𝑚𝑚2 ) (7,04 × 106 )(58,5 𝑚𝑚2 )
= 0,460 𝑚𝑚
Beban 300 gram
3,14 (300 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)3 (300 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)(75 𝑚𝑚)2
∆𝑤 = +
4 (7,04 × 106 )(58,5 𝑚𝑚2 ) (7,04 × 106 )(58,5 𝑚𝑚2 )
= 0,552 𝑚𝑚
Beban 350 gram
3,14 (350 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)3 (350 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)(75 𝑚𝑚)2
∆𝑤 = +
4 (7,04 × 106 )(58,5 𝑚𝑚2 ) (7,04 × 106 )(58,5 𝑚𝑚2 )
= 0,640 𝑚𝑚
Beban 400 gram
3,14 (400 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)3 (400 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)(75 𝑚𝑚)2
∆𝑤 = +
4 (7,04 × 106 )(58,5 𝑚𝑚2 ) (7,04 × 106 )(58,5 𝑚𝑚2 )
= 0,740 𝑚𝑚
Beban 450 gram
3,14 (450 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)3 (450 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)(75 𝑚𝑚)2
∆𝑤 = +
4 (7,04 × 106 )(58,5 𝑚𝑚2 ) (7,04 × 106 )(58,5 𝑚𝑚2 )
= 0,830 𝑚𝑚
Beban 500 gram
3,14 (500 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)3 (500 𝑔𝑟𝑎𝑚)(75 𝑚𝑚)(75 𝑚𝑚)2
∆𝑤 = +
4 (7,04 × 106 )(58,5 𝑚𝑚2 ) (7,04 × 106 )(58,5 𝑚𝑚2 )
= 0,920 𝑚𝑚

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


35
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

LAMPIRAN 3. Simulasi Ansys 18.1


Spesimen 1 :
Carbon and low alloy steel b x h=26 x 3 mm
E = 200 Gpa
a=0 R = 75 mm b = 75 mm

Gambar 1 Simulasi Ansys 18.1 spesimen 1 pada beban 50 gram

Gambar 2 Simulasi Ansys 18.1 spesimen 1 pada beban 100 gram

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


36
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Gambar 3 Simulasi Ansys 18.1 spesimen 1 pada beban 150 gram

Gambar 4 Simulasi Ansys 18.1 spesimen 1 pada beban 200 gram

Gambar 5 Simulasi Ansys 18.1 spesimen 1 pada beban 250 gram

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


37
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Gambar 6 Simulasi Ansys 18.1 spesimen 1 pada beban 300 gram

Gambar 7 Simulasi Ansys 18.1 spesimen 1 pada beban 350 gram

Gambar 8 Simulasi Ansys 18.1 spesimen 1 pada beban 400 gram

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


38
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Gambar 9 Simulasi Ansys 18.1 spesimen 1 pada beban 450 gram

Gambar 10 Simulasi Ansys 18.1 spesimen 1 pada beban 500 gram

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


39
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Spesimen 2 :
Alumunium alloy 1100 b x h=26 x 3 mm
E = 69 GPa
a=0 R = 75 mm b = 75 mm

Gambar 11 Simulasi Ansys 18.1 spesimen 2 pada beban 50 gram

Gambar 12 Simulasi Ansys 18.1 spesimen 2 pada beban 100 gram

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


40
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Gambar 13 Simulasi Ansys 18.1 spesimen 2 pada beban 150 gram

Gambar 14 Simulasi Ansys 18.1 spesimen 2 pada beban 200 gram

Gambar 15 Simulasi Ansys 18.1 spesimen 2 pada beban 250 gram

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


41
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Gambar 16 Simulasi Ansys 18.1 spesimen 2 pada beban 300 gram

Gambar 17 Simulasi Ansys 18.1 spesimen 2 pada beban 350 gram

Gambar 18 Simulasi Ansys 18.1 spesimen 2 pada beban 400 gram

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


42
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Gambar 19 Simulasi Ansys 18.1 spesimen 2 pada beban 450 gram

Gambar 20 Simulasi Ansys 18.1 spesimen 2 pada beban 500 gram

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN UM


43

Anda mungkin juga menyukai