Anda di halaman 1dari 13

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

BAB IV
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS
4.1 Dasar Teori
4.1.1 Definisi Defleksi
Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok atau batang yang ditinjau dari 1
dimensi akibat adanya pembebanan yang diberikan pada balok atau batang. Sumbu
sebuah batang akan terdeteksi dari kedudukannya semula bila benda dibawah pengaruh
gaya terpakai. Dengan kata lain suatu batang akan mengalami pembebanan transversal
baik itu beban terpusat maupun terbagi merata akan mengalami defleksi. Defleksi ada 2
yaitu:
1. Defleksi Vertikal (y)
Perubahan posisi batang atau balok arah vertikal karena adanya
pembebanan yang diberikan pada batang atau balok.
2. Defleksi Horisontal (x)
Perubahan posisi suatu batang atau balok arah horisontal karena adanya
pembebanan yang dberikan pada batang atau balok.

Gambar 4.1 Defleksi


Sumber: Sudjito. (2000: 13)
Hal-hal yang mempengaruhi terjadinya defleksi, yaitu:
1. Kekakuan Batang
Merupakan

kemampuan

suatu

benda

menerima

beban

tanpa

menyebabkan perubahan bentuk atau defleksi. Semakin kaku suatu batang maka
lendutan yang akan terjadi pada batang akan semakin kecil.
2. Besar kecilnya gaya yang diberikan
Besar-kecilnya gaya yang diberikan pada batang berbanding lurus dengan
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/205
100

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS


besarnya defleksi yang terjadi. Dengan kata lain semakin besar beban yang dialami
batang maka defleksi yang terjadi pun semakin besar.
3. Jenis tumpuan yang diberikan
Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda. Jika karena itu
besarnya defleksi pada penggunaan tumpuan yang berbeda-beda tidaklah sama.
Semakin banyak reaksi dari tumpuan yang melawan gaya dari beban maka defleksi
yang terjadi pada tumpuan rol lebih besar dari tumpuan pin (pasak) dan defleksi yang
terjadi pada tumpuan pin lebih besar dari tumpuan jepit. Macam-macam tumpuan,
antara lain:
a. Engsel
Engsel merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertikal dan
gaya reaksi horizontal. Tumpuan yang berpasak ini mampu melawan gaya yang
bekerja dalam setiap arah dari bidang.

Gambar 4.2 Tumpuan Engsel


Sumber: Beer et. al. (2012:566)
b. Rol
Rol merupakan tumpuan yang hanya dapat menerima gaya reaksi
vertikal. Jenis tumpuan ini mampu melawan gaya-gaya dalam suatu garis aksi
yang spesifik.

Gambar 4.3 Tumpuan Rol


Sumber: Beer et. al. (2012: 566)
c. Jepit
Jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertikal, gaya
reaksi horizontal dan momen akibat jepitan dua penampang. Tumpuan jepit ini
mampu melawan gaya dalam setiap arah dan juga mampu melawan suatu kopel atau
momen.
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/205
101

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Gambar 4.4 Tumpuan Jepit


Sumber: Beer et. al. (2012: 566)
4. Jenis beban yang terjadi pada batang
Beban terdistribusi merata dengan beban titik, keduanya memiliki kurva
defleksi yang berbeda-beda. Pada beban terdistribusi merata slope yang terjadi pada
bagian batang yang paling dekat lebih besar dari slope titik. Ini karena sepanjang
batang mengalami beban sedangkan batang mengalami beban sedangkan pada beban
titik hanya terjadi pada beban titik tertentu saja. Jenis-jenis pembebanan, antara lain:
a. Beban Terpusat
Titik kerja pada batang dapat dianggap berupa titik karena luas
kontaknya kecil.

Gambar 4.5 Pembebanan Terpusat


Sumber: Beer et. al. (2012: 566)
b. Beban Merata
Disebut beban merata karena terdistribusi merata di sepanjang batang
dan dinyatakan dalam qm (kg/m atau kN/m).

Gambar 4.6 Pembebanan Merata


Sumber: Beer et. al. (2012: 566)
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/205
102

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS


c. Beban bervariasi uniform
Disebut beban bervariasi uniform karena beban sepanjang batang
besarnya tidak merata.

Gambar
4.7
Pembebanan Terbagi Merata
Sumber: Beer et. al. (2012: 566)
5. Bentuk Batang
Bentuk batang yang mmemiliki radius dengan bentuk batang yang tidak
memiliki radius memiliki defleksi yang berbeda. Bentuk batang yang memiliki radius
cenderung sulit untuk terdefleksi dari pada bentuk batang yang tidak memiliki radius.
Hal ini dikarenakan radius pada bentuk batang berguna untuk mendistribusikan
beban, sedangkan untuk untuk batang yang tidak memiliki radius bebannya terpusat.

Gambar 4.8 Bentuk Batang yang Beradius dan Bentuk Batang yang Tidak Beradius
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/205
103

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS


Sumber : Modul Pratikum Fenomena Dasar Mesin 2013-2014
4.1.2 Perbedaan Defleksi dan Deformasi
Seperti disebutkan diatas defleksi terjadi karena adanya pembebanan vertikal
pada balok atau batang. Sedangkan deformasi tidak hanya terjadi karena pembebanan
vertikal saja, tetapi karena adanya berbagai macam perlakuan yang dialami balok atau
batang. Selaim itu defleksi yang terjadi pada balok hanya merubah bentuk ( lendutan )
pda balok tersebut, sedangkan deformasi dapat merubah bentuk dan ukuran balok
tersebut.
Selain itu perbedaan antara defleksi dan deformasi juga dapat dilihat bedasarkan
dimensi dari batang atau balok, jika defleksi maka batangnya hanya memiliki satu
dimensi (p / l) sedangkan jika deformasi memiliki lebih dari satu dimensi (p, l, t).

Gambar 4.9 Defleksi pada Beam


Sumber: Anonymous 22, 2014

Gambar 4.10 Deformasi pada Sebuah Balok


Sumber: Anonymous 23, 2014
4.1.3 Macam-macam Deformasi
Deformasi adalah perubahan bentuk atau ukuran objek diterapkan karena adanya
gaya. Gaya ini dapat berasal dari kekuatan tarik, kekuatan tekan, geser dan torsi.
Deformasi dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Deformasi Elastis
Deformasi elastis adalah perubahan yang terjadi bila ada gaya yang bekerja,

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/205


104

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS


serta akan hilang bila beban ditiadakan. Dengan kata lain bila beban ditiadakan,
maka benda akan kembali ke bentuk dan ukuran semula.
2. Deformasi Plastis
Deformasi plastis adalah deformasi yang terjadi akibat adanya pembebanan
yang jika beban tersebut ditiadakan maka ukuran dan bentuk material tidak dapat
kembali ke keadaan semula.

Gambar 4.11 Diagram Uji Tarik


Sumber: Anonymous 24, 2014
Keterangan:
Batas Elastisitas E(Elastic Limit)
Dalam gambar dinyatakan dengan titik A. Bila bahan diberi beban
sampai pada titik A, kemudian bebannya dihilangkan maka bahan tersebut
akan kembali ke kondisi semula yaitu regangan nol pada titik O.
Batas Proporsional p(Proportional Limit)
Titik sampai dimana penerapan hukum hooke masih bisa ditolerir.
Tidak ada standarisasi tentang nilai ini. Dalam praktek, biasanya batas
proporsional sama dengan batas elastis.

Deformasi Plastis (Plastic Deformation)


Yaitu perubahan bentuk yang tidak kembali ke keadaan semula. Pada
gambar yaitu bila bahan ditarik sampai melewati batas proporsional dan
mencapai daerah landing.

Tegangan Luluh Atasuy (Upper Yield Stress)


Tegangan maksimum sebelum bahan memasuki fase daerah landing
peralihan deformasi elastis ke plastis.
Tegangan Luluh Bawah ly(Lower Yield Stress)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/205


105

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS


Tegangan rata-rata daerah landing sebelum benar-benar memasuki fase
deformasi plastis. Bila hanya disebutkan tegangan luluh (yield stress) maka
yang dimaksud adalah tegangan ini.
Regangan Luluh y(Yield Strain)
Regangan permanen saat bahan akan memasuki fase deformasi plastis.
Regangan Elastis e(Elastic Strain)
Regangan yang diakibatkan perubahan elastic bahan. Pada saat beban
dilepaskan regangan ini akan kembali ke posisi semula.
Regangan Plastisp (Plastic Strain)
Regangan yang diakatkan perubahan plastis. Pada saat beban
dilepaskan regangan ini tetap tinggal sebagai peerubahan permanen bahan.

Regangan Total (Total Strain)


Merupakan gabungan antara regangan plastis dan elastis, T = e+p.
Perhatikan beban dengan arah OABE. Pada titik B regangan yang ada adalah
regangan total. Ketika beban dilepaskan, posisi regangan ada pada titik E dan
besar regangan yang tinggal (OE) adalah regangan plastis.

Tegangan Tarik Maksimum (Ultimate Tensile Strength)


Pada gambar ditunjukan dengan titik C merupakan besar tegangan
maksimum yang didapatkan dalam uji tarik.
Kekuatan Patah (Breaking Strength)
Pada gambar ditunjukan dengan titik D, merupakan besar tegangan
dimana beban yang diuji putus atau patah.
4.1.4 Teori Castigliano
Metode Castigliano adalah metode untuk menentukan perpindahan dari sebuah
sistem linear-elastis berdasarkan pada turunan parsial dari prinsip persamaan energi.
Konsep dasar teori yaitu bahwa perubahan energi adalah gaya dikalikan perpindahan
yang dihasilkan, sehingga gaya dirumuskan dengan perubahan energi dibagi dengan
perpindahan yang dihasilkan. Ada 2 teorema dalam teori Castigliano, yaitu:
1. Teori Pertama Castigliano
Teori ini digunakan untuk menghitung gaya yang bereaksi dalam struktur
elastis, yang menyatakan:
Jika energi regangan dari suatu struktur elastis dinyatakan sebagai fungsi
persamaan perpindahan qi , maka turunan parsial dari energi regangan terhadap

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/205


106

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS


perpindahan memberikan persamaan gaya Qi.
Secara matematis, dirumuskas sebagai :
Qi=

U
qi
dimana :
Qi = gaya [N]
U = energi regangan [Nm]
qi = perpindahan [m]
2. Teorema Castigliano II
Teori ini digunakan untuk menghitung perpindahan dari suatu struktur

elastis sebagai persamaan gaya, Qi, maka turunan parsial dari energi regangan
terhadap persamaan gaya memberikan persamaan perpindahan, qi, searah Qi.
Secara matematis, dirumuskan sebagai :
qi=

U
Qi

Sebagai contoh, untuk beam kantilever lurus dan tipis dengan beban P di ujung, dan
perpindahan pada ujungnya dapat ditemukan dengan teori kedua Castigliano:
=

P. x. y
I

P=

Mx
x

1
du= . .dvol
2
du=

1 2
dvol
2 E

P. x. y 2
I
1
du=
dvol
2
E

2
Mx
. x. y
x
I
1
du=
dvol
2
E

Mx . y
I
1
du=
2
E

) A . dx

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/205


107

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS


du=

du=

1 Mx 2 . I
A . dx
2 E . I2 A

du=

1 Mx
. dx
2 E. I

1 Mx 2 . y 2
A . dx
2 E . I2

y 2=

I
A

du
dp

d 1 Mx 2
dx
dp 2 E . I

d 1 P .x
dx
dp 2 E . I

P . x2
dx
E.I

(
(

=
0

P. x
dx
E. I

1 P . L3
3 E.I

4.1.5 Momen
Momen adalah kecenderungan sebuah gaya untuk memutar sebuah benda
disekitar sumbu tertentu dari benda tersebut. Bila didefinisikan dari persamaannya
adalah hasil perkalian dari besar gaya (F) dengan jarak tegak lururs (d).
M=F .d
Dimana:
M = Momen (N.m)
F = Gaya (N)
d = jarak tegak lurus (m)
Arah momen gaya tergantung dari perjanjian, misalnya searah jarum jam
(CW/Clock Wise) atau berlawanan arah jarum jam (CCW/Counter Clock Wise) begitu

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/205


108

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS


pula dengan perjanjian tanda positif dan negatif dari CW dan CCW. Macam-macam
momen:
1. Momen Gaya (Torsi)
Perubahan gaya translasi pada sebuah benda dapat terjadi jika resultan gaya
yang mempengaruhi benda tidak sama dengan nol. Jika resultan gaya adalh nol maka
benda mungkin akan tetap diam atau bergerak lurus beraturan. Untuk mengubah
keceepatan dibutuhkan gaya. Hal ini sesuai dengan Hukum II Newton. Peristiwa
yang sama juga berlaku pada gerak rotasi jika benda tersebut diberi momen gaya.
Dengan adanya momen gaya maka benda akan mengalami perubahan kecepatan
sudut. Momen gaya merupakan besaran vektor dan secara matematis dituliskan:
=F . r
Keterangan:

= Momen Gaya (Torsi)(N.m)

F = Gaya(N)
r = jarak tegak lurus(m)
2. Momen Kopel
Momen kopel dinotasikan dengan M, satuannya Nm. Kopel adalah
pasangan dua buah gaya yang sama besar berlawanan arah dan sejajar. Besarnya
kopel dinyatakan dengan momen kopel (M). Momen kopel merupakan besaran
vektor dengan satuan Nm. Pengaruh kopel terhadap benda yaitu dapat
menyebabkan benda berotasi.
Formula: M = F x d
Keterangan :
M = momen kopel (Nm)
F = gaya (N)
d = jarak antara kedua gaya (m)

Gambar 4.12 Momen Kopel


Sumber: Anonymous 25, 2014
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/205
109

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS


3. Momen Inersia
Momen inersia merupakan ukuran kelebaman suatu benda untuk berotasi
terhadap porosnya. Besaran ini adalah analog rotasi daripada massa. Momen inersia
berperan dalam rotasi seperti massa dalam dinamika dasar, menentukan hubungan
antara momentum sudut dan kecepatan sudut, serta momen gaya dan percepatan
sudut.
I =k . m. r

Keterangan:
I = Momen Inersia(Kg m2)
k = konstanta inersia
m = massa(Kg)
r = jari-jari objek dari pusat massa(m)

Gambar 4.13 Macam-macam Konstanta Inersia


Sumber: Beer et. Al. (2012: 566)
4. Momen Bending
Momen bending adalah jumlah dari semua komponen momen gaya luar
yang bekerja pada segmen yang terisolasi, yaitu beban luar yang bekerja tegak lurus
sepanjang sumbu axis. Sebagai contoh momen bending adalah terjadi pada jemuran
baju.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/205


110

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS


M
=
I
y
Keterangan:
M = Momen Bending (Nm)
I = Momen Inersia (kgm2)
Y = jarak dari sumbu netral ke permukaan luar benda (m)

= Tegangan Bending (Pa)

4.2 Tujuan Pengujian


1. Untuk mengetahui defleksi vertikal dari bermacam macam batang lengkung
ketika mendapatkan sebuah pembebanan.
2. Untuk mengetehui defleksi horizontal dari bermacam macam batang lengkung
ketika mendapatkan sebuah pembebanan.
3. Untuk mengetahui pengaruh penambahan beban terhadap defleksi yang terjadi
4.3 Spesifikasi Alat

Gambar 4.14 Deflection of Curved Bars Apparatus


Sumber : Laboraturium Fenomena Dasar Mesin Fakultas Teknik UB

Spesimen
Bahan : Baja

25,4 3,2 mm
E = 2 107 gr/mm

Spesimen 1 : a = 75 mm

R = 75 mm

b = 75 mm

Spesimen 2 : a = 0

R = 150 mm

b=0

Spesimen 3 : a = 0

R = 75 mm

b = 75 mm

Spesimen 1 : a = 150 mm

R=0

b = 150 mm

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/205


111

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS


4.3.1 Cara Pengambilan Data

Gambar 4.15 Sketsa Curved Bars Apparatus


Sumber : Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2014

Prosedur :
1. Pasang Spesimen (2) pada klem (1).
2. Blok (3) dikendorkan dan ditempatkan ulang jika perlu untuk menempatkan
spesimen. Kunci pada posisi yang tersedia.
3. pasang Beban (4) pada spesimen. Dial indicator (5) dan (6) ditempatkan
berhubungan dengan beban (4)
4. Indikator di set terlebih dahulu sehingga menunjukkan angka nol. Pembebanan
dilakukan dengan memberikan beban pada beban tergantung (4).
5. Kemudian perubahan yang terjadi dicatat. Beban ditambahkan sambil mencatat
perubahan yang terjadi.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/205


112

Anda mungkin juga menyukai