Anda di halaman 1dari 24

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Laporan Praktikum
untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Praktikum Fenomena Dasar Mesin
yang Dibimbing oleh Avita Ayu Permanasari, S.T., M.T.

Disusun oleh
Kelompok IIA

Arya Rizky Dewangga (200514632055)


Dadang Romadhon (200514632011)
Gilang Krisnawan (180514627530)
Ulfieda Anwar Ulhaq (200514632001)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
S1 TEKNIK MESIN
AGUSTUS 2022
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

BAB I
PENDAHULUAN

2.2.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan


dan teknologi selalu berkembang dan mengalami kemajuan, disertai dengan
perkembangan pola pikir yang lebih produktif. Perkembangan bidang industri
manufaktur semakin berkembang sangat pesat demi untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia (Abidin and Rama, 2015). Bidang industri harus menghasilkan
produk yang berkualitas tinggi dan tentunya harus seiring dengan harga yang
terjangkau. Proses pengujian harus terlebih dahulu dilakukan sebelum melalui
tahap manufaktur suatu struktur. Tujuan dari proses pengujian defleksi dilakukan
pada material guna untuk mengetahui kelenturan benda uji ketika mengalami
suatu pembebanan, karena defleksi/kelenturan merupakan salah satu faktor
penting dalam suatu perancangan konstruksi mesin maupun bangunan, dengan
tujuan memperoleh konstruksi yang kokoh atau mampu menerima beban sesuai
dengan rancangan.
Pemilihan material yang sesuai pada kontruksi bangunan memberikan
keuntungan terhadap langkah kerja pada benda kerja. Defleksi terjadi ketika
pembebanan yang merata pada seluruh permukaan material yang mengakibatkan
benda kerja berubah bentuk. Penelitian tentang efek awal kekuatan pelat persegi
panjang dalam menahan pembebanan, mereka menyimpulkan bahwa defleksi
awal bergantung pada bentuk defleksi awal. Apabila beban yang diterima oleh
struktur material semakin besar, maka defleksi yang terjadi semakin besar pula.
(Hosseinabadi, Khedmati, and Norouzipoor 2021).
Suatu fenomena perubahan bentuk pada batang dalam arah vertikal dan
horizontal akibat adanya pembebanan yang diberikan pada batang tersebut
(Kakimoto, Sayurimilia, and Sugao, 2020). Sumbu sebuah batang akan terdeteksi
nilai defleksinya dari kedudukan semula bila benda dibawah pengaruh gaya yang
diberikan. Benda kerja yang mengalami pembebanan transversal baik itu beban
terpusat maupun terbagi merata akan mengalami defleksi. Persoalan yang perlu
diperhatikan adalah perhitungan defleksi dan tegangan pada elemen-elemen ketika
mengalami suatu pembebanan. Terutama dari segi kekuatan (strength) dan

LABORATORIUM FENOMENADASAR MESIN


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

kekakuan (stiffness) dimana pada batang horizontal yang diberi beban secara
lateral akan mengalami defleksi. Defleksi dan tegangan yang terjadi pada elemen-
elemen yang mengalami pembebanan, harus pada suatu batas yang diijinkan.
Kerusakan pada elemen akan terjadi apabila melewati batas yang diijinkan.
Urgensi pelaksanaan praktikum Deflection of Curved Bar Apparatus perlu
digali lebih lanjut mengingat profesi engineer tidak pernah terlepas dari fenomena
defleksi. Melalui praktikum, mahasiswa dapat mengembangkan diri untuk
membentuk intelegensi yang bermanfaat bagi diri sendiri pada khususnya dan
lingkungan pada umumnya. Selain dituntut dapat menghitung nilai defleksi
mengggunakna aplikasi, mahasiswa juga digiringa harus mengusai metode
konvensional dalam mengindentifikasi dan menganalisis fenomena defleksi yang
terjadi pada kontruksi bangunan. Penguatan ilmu dasar defleksi dari praktikum ini
harus dipelajari dan dilaksankan dengan sebaik mungkin supaya membuahkan
hasil yang maksimal.

2.2.2 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari praktikum defleksi ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui fenomena dan pengaruh defleksi pada balok (beam) dengan
berbagai macam variasi tumpuan dan pembeban.
2. Menentukan defleksi yang terjadi pada beam secara eksperimental.
3. Menganalisis hasil perhitungan defleksi secara teoritis dengan hasil
eksperimental

LABORATORIUM FENOMENADASAR MESIN


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.2.3 Dasar Teori
2.2.4 Defleksi
Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y akibat adanya
pembebanan vertikal yang diberikan pada balok atau batang. Deformasi pada
balok secara sangat mudah dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari
posisinya sebelum mengalami pembebanan. Defleksi diukur dari permukaan
netral awal ke posisi netral awal ke posisi netral setelah terjadi deformasi.
Konfigurasi yang diasumsikan dengan deformasi permukaan netral dikenal
sebagai kurva elastis dari balok (Kakimoto, Sayurimilia, and Sugao, 2020).

Gambar 2. 1 (a) Batang sebelum Terdefleksi (b) Batang setelah Terdefleksi


Sumber: (Herlambang, 2019)

Jarak perpindahan y didefinisikan sebagai defleksi balok, dalam


penerapannya harus menentukan defleksi pada nilai x disepanjang balok.
Hubungan ini dapat ditulis dalam bentuk persamaan yang sering disebut
persamaan defleksi kurva (kurva elastis) dari balok. Sistem struktur yang
diletakkan horizontal dan yang terutama diperuntukkan memikul beban lateral,
yaitu beban yang bekerja tegak lurus sumbu aksial batang.
2.2.5 Macam – Macam Defleksi
Defleksi dibagi menjadi dua macam yaitu defleksi vertikal dan defleksi
horizontal.
1. Defleksi Vertikal
Defleksi vertikal (∆w) merupakan defleksi yang terjadi apabila pembebanan
terjadi secara tegak lurus dengan penampangnya (Hibbeler, 2015).

LABORATORIUM FENOMENADASAR MESIN


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Gambar 2. 2 Defleksi Vertikal


Sumber: (Koten and Hasan, 2014)

Defleksi dari batang vertikal, δ seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.2
dinyatakan dengan Persamaan 2.1.

PL
δ= (2.1)
AE
Keterangan:
P = Beban aksial (N)
A = Luas penampang (m2)

E = Modulus Elastisitas batang (N/m 2)


L = Panjang batang (m)
2. Defleksi Horizontal
Defleksi horizontal (Δp) adalah perubahan bentuk suatu batang akibat
pembebanan arah vertikal (bending) posisi batang horizontal, hingga membentuk
sudut defleksi, kemudian kembali ke posisi semula (Holtermann, 2015).

Gambar 2. 3 Defleksi Horizontal


Sumber: (Koten and Hasan, 2014)
2.2.6 Deformasi
Deformasi merupakan gaya suatu benda yang cenderung mengubah suatu bentuk
dan ukuran benda. Selama deformasi terjadi material menyerap energi sebagai
akibat dari gaya yang bekerja sepanjang deformasi (Hibbeler, 2014).

LABORATORIUM FENOMENADASAR MESIN


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Gambar 2. 4 Diagram Tegangan-Regangan


Sumber: (Hibbeler, 2015)
2.2.7 Macam-macam Deformasi

Deformasi dibagi menjadi dua macam yaitu deformasi plastis dan deformasi
elastis
1. Deformasi Plastis
Deformasi plastis adalah perubahan bentuk yang terjadi pada benda secara
permanen, walaupun beban yang berkerja pada benda ditiadakan. Deformasi
plastis akan terjadi perubahan bentuk, posisi dan dimensi dari benda, deformasi
dapat diartikan sebagai perubahan kedudukan atau pergerakan suatu titik pada
benda secara absolut maupun relatif (Fato and Sugeng, 2021).

Gambar 2. 5 Deformasi Plastis


Sumber: (Callister Jr and Rethwisch, 2018)

2. Deformasi Elastis
Deformasi elastis adalah perubahan bentuk yang terjadi pada benda akibat
adanya gaya yang dibebankan, tetapi bentuknya tidak akan kembali ke bentuk
semula saat gaya dihilangkan (Wibawa, 2019). Sebaliknya, beban berupa gaya
LABORATORIUM FENOMENADASAR MESIN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

tekan akan mengakibatkan benda menjadi pendek sedikit. Regangan elastis adalah
hasil dari perpanjangan sel satuan dalam arah tegangan tarik, atau kontraksi dari
sel satuan dalam arah tekanan. Bila hanya ada deformasi elastis, regangan akan
sebanding dengan tegangan. Perbandingan antara tegangan dan regangan disebut
modulus elastisitas (modulus young), dan merupakan karakteristik suatu logam
tertentu. Makin besar gaya tarik menarik antar atom logam, makin tinggi pula
modulus elastisitasnya. Setiap perpanjangan atau perpendekan struktur kristal
dalam satu arah tertentu, karena gaya searah, akan menghasilkan perubahan
dimensi dalam arah tegak lurus dengan gaya tadi.

Gambar 2. 6 Diagram Deformasi Elastis


Sumber: (Hibbeler, 2015)

2.1.8 Perbedaan Defleksi dan Deformasi


Defleksi terjadi karena adanya pembebanan vertikal dan horizontal pada
suatu benda, defleksi yang terjadi pada benda dapat merubah bentuk pada benda
yang diberikan pembebanan. Sedangkan deformasi terjadi akibat adanya berbagai
macam pengujian. Selama deformasi, bahan menyerap energi sebagai akibat
adanya gaya yang bekerja sepanjang deformasi. Sekecil apapun gaya yang
bekerja, maka benda akan mengalami perubahan bentuk dan ukuran (Abidin and
Rama, 2015).

2.1.9 Macam-macam Tumpuan


Jenis tumpuan yang sering digunakan menurut (Prijono 2022), ada 3 macam yaitu
tumpuan sendi, tumpuan jepit dan tumpuan rol.
1. Tumpuan Sendi
LABORATORIUM FENOMENADASAR MESIN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Tumpuan sendi adalah tumpuan yang dapat menahan gaya horizontal


maupun gaya vertikal yang bekerja padanya (Prijono, 2022). Tumpuan sendi
sering disebut tumpuan engsel karena cara kerjanya mirip dengan engsel.
Tumpuan sendi mampu menahan gaya yang bekerja dari arah sumbu x,y atau z
dengan memberikan reaksi ke arah gaya yang berlawanan.

Gambar 2.7 Tumpuan Sendi


Sumber: (Hibbeler, 2015)
2. Tumpuan Jepit
Tumpuan jepit dapat memberikan reaksi atau tahan terhadap gaya horizontal,
vertikal dan bahkan mampu memberikan reaksi terhadap putaran momen (Faoji et
al. 2018).

Gambar 2.8 Tumpuan Jepit


Sumber :(R. C . Hibbeler, 2011)
3. Tumpuan Rol
Tumpuan Rol adalah tumpuan yang hanya dapat menahan gaya reaksi
vertikal, namun tidak dapat menahan gaya rekasi horizontal dan juga momen
(Prijono 2022). Tumpuan rol hanya mampu memberikan reaksi arah vertikal,
artinya tumpuan hanya dapat menahan gaya vertikalnya saja, sehingga hanya

LABORATORIUM FENOMENADASAR MESIN


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

terdapat 1 buah variabel yang akan diselesaikan. Tumpuan rol hanya mempunyai
satu gaya reaksi yang tegak lurus (Faoji et al. 2018).

Gambar 2.9 Tumpuan Rol


Sumber : (Hibbeler 2018)

2.1.10 Jenis-jenis Pembebanan


Ada beberapa jenis pembebanan yang bekerja pada konstruksi struktur yaitu,
antara lain :
1. Beban Terpusat
Beban terpusat adalah beban yang bekerja pada bidang dengan titik singgung yang
sangat kecil. Satuan beban ini dinyatakan dalam Newton (N) atau turunannya
kilonewton (kN).

Gambar 2.10 Beban Terpusat


Sumber : (Pratama et al, 2018)

2. Beban Merata
Beban merata adalah beban yang bekerja pada sebuah bidang dengan beban yang
terdistribusi secara merata. Satuan beban ini dinyatakan dalam satuan
Newton/meter persegi (N/m2) atau Newton/meter (N/m).

LABORATORIUM FENOMENADASAR MESIN


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Gambar 2.11 Beban Merata


Sumber : (Beer et al, 2012)
3. Beban Tidak Merata
Beban tidak merata adalah beban yang bekerja pada bidang yang tidak
teratur seperti pada segitiga dan trapesium. Satuan beban ini dinyatakan dalam
satuan Newton/meter(N/m) pada bagian yang memiliki beban terbesar (Andriyani
et al, 2012).

Gambar 2.12 Beban Tidak Merata


Sumber : (Beer et al, 2012)
2.11 Momen
Momen adalah sebuah besaran yang menyatakan besarnya gaya yang bekerja pada
sebuah benda sehingga mengakibatkan benda tersebut berotasi. Persamaan (2.2)
mendefinisikan bahwa momen adalah perkalian gaya (N) dikali jarak (d)
(Riduwan Prasetya 2018).

LABORATORIUM FENOMENADASAR MESIN


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Gambar 2.13 Right Hand Rules


Sumber : (Kraige, 2012)

M = F×d (2.2)

Keterangan :
M = Momen (Nm)
F = Gaya (N)
d = Jarak (m)

2.2.1 Momen Inersia


Momen inerisa adalah kecenderungan suatu benda untuk mempertahankan
kondisinya dalam keadaan bergerak maupun diam. Momen inersia berperan untuk
menentukan kecepatan sudut, percepatan sudut, momentum sudut, dan momentum
gaya (Riduwan Prasetya, 2018). Semakin besar gaya yang diberikan maka momen
yang terjadi semakin besar, begitu juga sebaliknya. Inersia disebut juga lembam,
hal ini berkaitan erat dengan hukum I Newton, hukum I Newton disebut juga
hukum inersia atau hukum kelembaman.

2
I = k×m× r (2.3)

Keterangan :
I = Momen Inersia (Kgm2)
k = Konstanta Inersia
m = Massa (kg)
r = Jari-jari (m)

LABORATORIUM FENOMENADASAR MESIN


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Tabel 2. 1 Persamaan Inersia


Gambar Nama Persamaan
3
bh
Ix =
12
b3 h
Iy =
12
I xy = 0

Rectangle bh
3
Ix =
3
3
b h
Iy = =
12
b3 h2
I xy =
4

3
bh
Ix =
36
b3 h
Iy =
48
I xy = 0
Isoceles triangle
b h3
Ix =
12
3
b h
Iy =
12
I xy = 0

π R4
Ix = Iy =
Circle 4
I xy = 0

Semicircle

LABORATORIUM FENOMENADASAR MESIN


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

4
I x = 0.1098 R
I xy = 0

π R4
Ix = Iy =
8
I xy = 0
Quartercircle I x = I y =0.05488 R
4

4
πR
Ix = Iy =
16
I xy =0.01647 R 4
π R4
I xy =
8
Sumber: (Tobergte and Curtis 2013)

2.2.12 Teori Castigliano


Teori kerja terkecil (Theorem of Least Work) atau yang lebih dikenal sebagai
Teorema Castigliano, ditemukan oleh Carlo Alberto Castigliano (1847-1884)
yang menyatakan bahwa:

1) Turunan parsial pertama dari total energi internal (energi regangan) pada suatu
titik dalam struktur defleksi sama dengan gaya dan arahnya yang dikenakan
pada titik komponen defleksi tersebut.
2) Turunan parsial pertama dari total energi internal dalam struktur yang
dikenakan gaya sama dengan defleksi pada titik penerapan dari gaya dalam
arah garis aksinya.

Teorema pertama Castigliano digunakan untuk menghitung gaya dalam struktur


elastis dengan Persamaan 2.4.

∂ Ui
Pi=
∂ ∆i
(2.4)

dimana, Pi adalah beban yang diterapkan, U adalah energi regangan, dan ∆ i


adalah nilai perpindahan.

LABORATORIUM FENOMENADASAR MESIN


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Teorema kedua Castigliano digunakan untuk menghitung perpindahan dalam


struktur elastis yang menggunakan Persamaan 2.5.

∂ Ui
∆i =
∂ Pi
(2.5)

Teorema Castigliano dapat digunakan untuk mencari perpindahan berupa defleksi


yang dapat dirumuskan sebagai berikut.

M ∂M
∆=∫ dx (2.6)
EI ∂ P 1

Keterangan:
∆ = Defleksi (m)
E = Elastisitas Benda (MPa)
I = Momen inersia (N.m)
P = Beban (N)
M = Momen tekuk (N.m)

Energi tegangan internal pada batang disebabkan oleh tekukan dan regangan.
Namun, apabila batang memiliki bentuk yang panjang dan tipis, energi tegangan
dapat diabaikan ketika dibandingkan dengan tekukan. Hal ini menyebabkan
bentuk energi tegangan internal menjadi Persamaan 2.7.

M 2 dx
Ui = ∫ (2.7)
2EI

Teorema kedua Castigliano pada Persamaan 2.5 menjadi Persamaan 2.8 sebagai
berikut:

L 2

∆ =
∂P
∫M dx
(2.8)
0 2EI

Langkah yang memudahkan untuk menulis persamaan, yaitu dengan cara


melakukan diferensiasi sebelum integrasi dengan nilai E dan I konstan, menjadi
Persamaan 2.9

LABORATORIUM FENOMENADASAR MESIN


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

L
∆ =∫ M
0
(∂M )
∂P EI
dx
(2.9)

Simbol ∆ adalah perpindahan titik yang disebabkan oleh pembebanan pada


batang, P adalah gaya eksternal dari magnitudo variabel yang diterapkan di batang
pada titik dan dalam arah ∆ , M adalah momen internal dalam batang, yang
digambarkan dalam sebuah fungsi x dan disebabkan oleh gaya P dan beban pada
batang, E adalah modulus elastisitas dari material, dan I adalah momen inersia
dari luas penampang di sekitar sumbu netral.
Jika lereng (slope) dari tangen θ pada sebuah titik dalam kurva elastis ditentukan,
maka harus dicari turunan parsial dari momen internal M yang sehubungan
dengan momen kopel eksternal M’ yang bekerja pada titik tersebut, dan diperoleh
Persamaan 2.10.

L
θ =∫ M
0
(∂M ) dx
∂M' EI
(2.10)

Kemudian untuk mencari defleksi maksimum balok menggunakan Persamaan


2.11

W a 2 WR π a 2 π R 2 W 2
+2aR ⌉ + [ a b+2a b +b R ]
2 2
δ maks = + ⌈ (2.11)
3EI EI 2 4 EI

dimana,

δ maks = Defleksi maksimum balok (mm)


W = Beban (N)
E = Modulus elastisitas spesimen (MPa)
I = Momen inersia (mm4)
a = Panjang benda (mm)
b = Lebar benda (mm)
R = Radius benda (mm)

LABORATORIUM FENOMENADASAR MESIN


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

BAB III
METODE PENELITIAN
2.2.13 Alat
1. Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk
mengetahui panjang, diameter luar, dan diameter dalam sebuah bentuk benda
tertentu. Jangka sorong juga bisa digunakan untuk mengukur kedalaman lubang
atau bangun ruang tertentu, seperti tabung.

Gambar 3. 1 Jangka Sorong


Sumber: Lab. FDM UM (2022)

2. Penggaris
Penggaris berfungsi untuk mengukur benda yang berbidang datar, baik mengukur
panjang, pendek, dan ketebalan dari suatu benda dan dapat mengukur benda yang
berdimensi kecil.

Gambar 3.2 Penggaris


Sumber: Lab. FDM UM (2022)

LABORATORIUM FENOMENADASAR MESIN


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

3. Ragum
Ragum berfungsi untuk menjepit atau mencekam benda kerja yang ingin
dikerjakan untuk menahan spesimen yang akan diberikan oleh beban.

Gambar 3.3 Ragum


Sumber: Lab. FDM UM (2022)
4. Dial Indicator
Dial indicator berfungsi untuk mengukur kerataan suatu benda datar, kebulatan
poros, mengukur kerataan permukaan dinding silinder.

Gambar 3.4 Dial Indicator


Sumber: Lab. FDM UM (2022)
5. Kunci Kombinasi
Kunci kombinasi berfungsi untuk mengencangkan baut ataupun mur yang
memiliki momen pengencangan sedang. Selain itu kunci kombinasi memiliki
fungsi untuk mengisi kekurangan kunci pas dan kunci ring.

LABORATORIUM FENOMENADASAR MESIN


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Gambar 3.5 Kunci kombinasi


Sumber: Lab. FDM UM (2022)
6. Beban
Beban berfungsi untuk memberikan beban kepada pelat besi yang akan diukur
kelendutannya atau untuk mengetahui defleksinya.

Gambar 3.6 Beban


Sumber: Lab. FDM UM (2022)

7. Deflection of Bars Curved Apparatus


Deflection of Curved Bars Apparatus ini merupakan alat dari beberapa komponen
yang ada seperti: dial indicator, ragum, penahan, dan beban.

Gambar 3.7 Deflection of Bars Curved Apparatus


Sumber: Lab. FDM UM (2022)

LABORATORIUM FENOMENADASAR MESIN


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

2.2.14 Bahan
a. Spesimen 1 ST
Spesimen 1 memiliki bentuk siku-siku yang memiliki panjang sisi b sebesar 150
mm, tetapi pada sisi a ditambah 20 mm untuk dijepit pada ragum. Berikut Gambar
3.9 dari spesimen 1.

Gambar 3.8 Spesimen 1 ST


Sumber: Lab. FDM UM (2022)

b. Spesimen 2 ST
Spesimen 2 memiliki bentuk setengah lingkaran dengan jari-jari sebesar 150 mm
ditambah 20 mm pada bagian lurus agar dapat dijepit pada ragum. Berikut
Gambar 3.10 dari spesimen 2.

Gambar 3.9 Spesimen 2 ST


Sumber: Lab. FDM UM (2022)

c. Spesimen 3 ST

LABORATORIUM FENOMENADASAR MESIN


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Spesimen 3 memiliki bentuk siku-siku, tetapi pada sudutnya di bending dengan


jari-jari sebesar 75 mm. Panjang sisi a sebesar 75 mm ditambah 20 mm dan
panjang sisi b sebesar 75 mm. Berikut merupakan Gambar 3.11 dari spesimen 3.

Gambar 3.10 Spesimen 3 ST


Sumber: Lab. FDM UM (2022)

d. Spesimen 4 ST
Spesimen 4 memiliki bentuk seperempat lingkaran di ujungnya dengan jari-jari
75 mm serta memiliki sisi a sepanjang 75 mm ditambah 20 mm yang akan
digunakan sebagai bagian untuk dijepit pada ragum. Berikut merupakan Gambar
3.12 dari spesimen 4.

Gambar 3.11 Spesimen 4 ST


Sumber: Lab. FDM UM (2022)

e. Spesimen 1 Al
Spesimen 1 memiliki bentuk siku-siku yang memiliki sisi b dengan panjang
sebesar 150 mm, tetapi pada sisi a ditambah 20 mm untuk dijepit pada ragum.
Berikut Gambar 3.13 dari spesimen 1

LABORATORIUM FENOMENADASAR MESIN


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Gambar 3.12 Spesimen 1 Al


Sumber: Lab. FDM UM (2022)

f. Spesimen 2 Al
Spesimen 2 memiliki bentuk setengah lingkaran dengan jari-jari sebesar 150 mm
ditambah 20 mm pada bagian lurus agar dapat dijepit pada ragum. Berikut
Gambar 3.14 dari spesimen 2.

Gambar 3.13 Spesimen 2 Al


Sumber: Lab. FDM UM (2022)

g. Spesimen 3 Al
Spesimen 3 memiliki bentuk siku-siku, tetapi pada sudutnya di bending dengan
jari-jari sebesar 75 mm. Panjang sisi a sebesar 75 mm ditambah 20 mm dan
panjang sisi b sebesar 75 mm. Berikut Gambar 3.15 dari spesimen 3.

LABORATORIUM FENOMENADASAR MESIN


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Gambar 3.14 Spesimen 3 Al


Sumber: Lab. FDM UM (2022)

h. Spesimen 4 Al
Spesimen 4 memiliki bentuk seperampat lingkaran di ujungnya dengan jari-jari
75 mm serta memiliki panjang a sebesar 75 mm ditambah 20 mm yang akan
digunakan sebagai bagian untuk dijepit pada ragum. Berikut merupakan Gambar
3.16 dari spesimen 4.

Gambar 3.15 Spesimen 4 Al


Sumber: Lab. FDM UM (2022)

LABORATORIUM FENOMENADASAR MESIN


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

2.2.15 Alur Penelitian

Gambar 3.16 Flowchart Praktikum Deflection Of Curved Bars Apparatus


Sumber: Dokumen Pribadi (2022)
Flowchart merupakan alur dari praktikum deflection of curved bars
apparatus dari awal hingga akhir. Tahapan pertama dimulai dengan persiapan alat
dan bahan yang diperlukan untuk melakukan praktikum. Kemudian mulai
melakukan pengujian. Pengujian dilakukan dengan 3 metode yakni,
eksperimental, komputasional, dan numerikal. Setelah selesai dilakukan

LABORATORIUM FENOMENADASAR MESIN


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

pengujian, semua data yang diperoleh dikumpulkan dan kemudian dilakukan


perbandingan. Langkah selanjutnya, melakukan analisis terhadap data yang telah
diolah kemudian membuat kesimpulan dan saran. Setelah semua selesai, langkah
yang terakhir adalah menyusun laporan.

2.2.16 Metode Pengambilan Data


a. Eksperimental
Pelaksanaan metode eksperimental menggunakan cara pelaksanaan praktikum.
Siapkan alat dan bahan dengan memastikan semuanya dalam keaadan berfungsi,
serta letakkan pada sebuah meja untuk memudahkan pelaksanaan praktikum.
Rangkai peralatan dan pasang spesimen pada ragum, serta pastikan dalam keadaan
yang kencang sehingga dapat diperoleh data pengujian yang optimal. Kendurkan
baut dan mur pada penahan (jika diperlukan), serta tangkai pemutara pada ragum
untuk menyesuaikan posisi dari spesimen dan dial indikator. Pasang beban pada
spesimen, lalu letakkan dial indikator pada ujung bebas spesimen untuk diukur
besarnya defleksi vertikal yang terjadi pada spesimen tersebut. Catat besarnya
defleksi vertikal yang terjadi pada spesimen. Tambahkan beban secara bertahap
(sebesar 50 gram) dan catat perubahannya. Lakukan metode pengujian
eksperimental kembali untuk spesimen selanjutnya hingga selesai.

b. Komputasional
ANSYS merupakan software yang berbasis finite element analysis (FEA).
Penggunaan ANSYS mencakup simulasi struktur, panas, dinamika fluida, akustik,
dan elektromagnetik. Pada penelitian ini ansys berfungsi untuk mengetahui
defleksi dan deformasi dari suatu spesimen.

c. Teoritis
Metode teoritis dilakukan dengan menggunakan metode pengujian numerikal
menggunakan persamaan dengan bantuan kalkulator. Bandingkan dari data yang
telah terkumpul dari kedua metode pengujian. Analisis nilai defleksi serta buat
kesimpulan dan saran untuk praktikum yang telah dilakukan.

LABORATORIUM FENOMENADASAR MESIN


UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Anda mungkin juga menyukai