PENDAHULUAN
baik defleksi pada baja, pada besi maupun kayu. Oleh sebab itu seorang engineer
harus memperhitungkan defleksi atau lendutan yang akan terjadi, contohnya saja
pada jembatan. Jika seorang engineer tidak memperhitungkan maka akan
berakibat fatal bagi pengguna jembatan tersebut, karena faktor lendutan yang
lebih besar akan mengurangi faktor safety pada struktur tersebut.
Oleh sebab itu kita harus mengetahui fenomena apa saja yang akan terjadi
pada defleksi ini. Namun banyak yang belum mengerti terhadap fenomena-
fenomena pada defleksi.
2.1 Pengertian
Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y akibat adanya
pembebanan vertikal yang diberikan pada balok atau batang. Deformasi pada
balok secara sangat mudah dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari
posisinya sebelum mengalami pembebanan.
Suatu barang kontinu yang ditimpu akan melendut jika mengalami beban
lentur. Defleksi berdasarkan pembebanan yang terjadi pada batang terdiri atas :
1. Defleksi Aksial
Defleksi Lateral
2. Defleksi Lateral
Defleksi yang terjadi jika pembebanan tegak lurus pada penampang
3. Defleksi yang disebabkan oleh gaya geser pada batang.
Defleksi berhubungan dengan regangan, jika regangan yang terjadi pada
struktur semakin besar, maka tegangan struktur semakin besar, maka tegangan
strukturpun akan bertambah besar. Defleksi sangat penting untuk diketahui karena
berhubungan dengan design struktur dan membantu dalam analisis struktur.
Faktor-faktor yang mempengaruhi defleksi :
1. Besar pembebanan (P)
2. Panjang batang (l)
3. Dimensi penampang batang (I)
4. Jenis material batang (E)
Pada kriteria kekuatan, desain haruslah cukup kuat untuk menahan gaya
geser dan momen lentur, sedangkan pada kriteria kekakuan, desain haruslah
cukup kaku untuk menahan defleksi yang terjadi agar batang tidak melendut
melebihi batas yang telah diizinkan. Suatu batang jika mengalami pembebanan
lateral, baik itu beban terpusat maupun beban terbagi rata, maka batang tersebut
mengalami defleksi. Suatu batang kontinu yang ditumpu pada bagian pangkalnya
akan melendut jika diberi suatu pembebanan.
Deformasi dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari posisinya
sebelum mengalami pembebanan. Defleksi diukur dari permukaan netral awal ke
posisi netral setelah terjadi deformasi.
1. Kekakuan batang
Semakin kaku suatu batang maka defleksi batang yang akan terjadi pada
batang akan semakin kecil.
2. Besarnya kecil gaya yang diberikan
Besar-kecilnya gaya yang diberikan pada batang berbanding lurus dengan
besarnya defleksi yang terjadi. Dengan kata lain semakin besar beban yang
dialami batang maka defleksi yang terjadi pun semakin kecil.
3. Jenis tumpuan yang diberikan
Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda. Defleksi
pada penggunaan tumpuan yang berbeda-beda tidaklah sama. Semakin
banyak reaksi dari tumpuan yang melawan gaya dari beban maka defleksi
yang terjadi pada tumpuan rol lebih besar dari tumpuan pin (pasak) dan
defleksi yang terjadi pada tumpuan pin lebih besar dari tumpuan jepit.
4. Jenis beban yang terjadi pada batang
Beban terdistribusi merata dengan beban titik, keduanya memiliki kurva
defleksi yang berbeda-beda. Pada beban terdistribusi merata slope yang
terjadi pada bagian batang yang paling dekat lebih besar dari slope titik.
Ini karena sepanjang batang mengalami beban sedangkan pada beban titik
hanya terjadi pada beban titik tertentu saja. Salah satu faktor yang sangat
menentukan besarnya defleksi pada batang yang dibebani adalah jenis
tumpuan yang digunakan.
2. Tumpuan Rol
Rol merupakan tumpuan yang hanyadapat menerima gaya reaksi vertikal.
Alat ini mampu melawan gaya-gaya dalam suatu garis aksi yang spesifik.
Penghubung yang terlihat pada gambar dibawah ini dapat melawan gaya
hanya dalam arah AB rol. Pada gambar dibawah hanya dapat melawan
beban vertical. Sedang rol-rol hanya dapat melawan suatu tegak lurus pada
bidang cp.
Ujung sensor dapat diganti dengan berbagai bentuk (bulat, lonjong, pipih) dan
dibuat dari baja karbida atau sapphire. Permukaan jenis sensor diisesuaikan
dengan kondisi benda ukur dan frekuensi penggunaannya. Toleransi kesalahan
putarnya (run-out tolerance) dapat diperiksa dengan cara menempatkan jam ukur
pada posisi yang tetap dan benda ukur diputar pada sumbu yang tertentu.
3.1 Peralatan
1. Alat Penguji
Alat penguji adalah alat yang digunakan untuk menguji defleki pada
benda.
3. Tumpuan Rol
Tumpuan rol adalah alat yang digunakan untuk menguji dengan tumpuan
rol.
6. Mistar
Mistar digunakan untuk mengukur panjang batang sekaligus mengatur
letak beban yang diinginkan.
7. Beban
Beban 1,12 kg digunakan untuk memberi gaya luar pada batang.
8. Benda Uji 1 (Batang Silindris)
Gambar 3. 5 Benda Uji 1
9. Benda Uji 2 (Plat Pendek)
Batang Posisi Pengujian (mm) Defleksi Pengujian (mm) Defleksi Teoritis (mm)
Uji No. X1 X2 X3 X1 X2 X3 X1 X2 X3
1 150 240 450 0,830 1,500 0,700
2 150 350 450 0,830 1,500 0,700
3 125 200 325 0,280 0,480 0,400
Batang Uji Posisi Pengujian (mm) Defleksi Pengujian (mm) Defleksi Teoritis (mm)
No. X1 X2 X3 X1 X2 X3 X1 X2 X3
1 150 370 450 4,95 4,82 2,200
2 150 370 450 5,01 3,86 2,840
3 120 320 370 2,06 0,3 0,330
𝑃𝑙 2 𝑙 15 𝑃𝑥 2
𝛿= (3𝑙 − ) − (3𝑙 − 𝑥)
24𝐸𝐼 2 48 6𝐸𝐼
(10,98 𝑁)(600 𝑚𝑚)2 600𝑚𝑚
𝛿= (3(600 𝑚𝑚) − )
𝑁 4) 2
24 (200000 ) (87,579 𝑚𝑚
𝑚𝑚2
15 (10,98 𝑁)(240 𝑚𝑚)2
− (3(600 𝑚𝑚)
48 6 (200000 𝑁 ) (87,579 𝑚𝑚4 )
𝑚𝑚2
− 240 𝑚𝑚)
𝛿 =0,825 mm
𝑃𝑥 2 27𝑙 33𝑥
𝛿= ( − )
6𝐸𝐼 48 48
(10,98 𝑁)(450 𝑚𝑚)2 27(600 𝑚𝑚) 33(450 𝑚𝑚)
𝛿= ( − )
𝑁 4) 48 48
6 (200000 ) (87,579 𝑚𝑚
𝑚𝑚2
𝛿 = 0,473 𝑚𝑚
Benda Uji 2
Defleksi Pada X1=150 mm
𝑃𝑥 2 27𝑙 33𝑥
𝛿= ( − )
6𝐸𝐼 48 48
(10,98 𝑁)(150 𝑚𝑚)2 27(600 𝑚𝑚) 33(150 𝑚𝑚)
𝛿= ( − )
𝑁 4) 48 48
6 (200000 ) (104,95 𝑚𝑚
𝑚𝑚2
𝛿 = 0,511 𝑚𝑚
Defleksi Pada X2= Ymax = 350 mm
𝑃𝑙 2 𝑙 15 𝑃𝑥 2
𝛿= (3𝑙 − ) − (3𝑙 − 𝑥)
24𝐸𝐼 2 48 6𝐸𝐼
(10,98 𝑁)(600 𝑚𝑚)2 600 𝑚𝑚
𝛿= (3(600 𝑚𝑚) − )
𝑁 4) 2
24 (200000 ) (104,95 𝑚𝑚
𝑚𝑚2
15 (10,98 𝑁)(350 𝑚𝑚)2
− (3(600 𝑚𝑚) − 350 𝑚𝑚)
48 6 (200000 𝑁 ) (104,95 𝑚𝑚4 )
𝑚𝑚2
𝛿 = 1,241 mm
Defleksi Pada X3= 450 mm
𝑃𝑥 2 27𝑙 33𝑥
𝛿= ( − )
6𝐸𝐼 48 48
(10,98 𝑁)(450 𝑚𝑚)2 27(600 𝑚𝑚) 33(600 𝑚𝑚)
𝛿= ( − )
𝑁 4) 48 48
6 (200000 ) (104,95 𝑚𝑚
𝑚𝑚2
𝛿 = 0,596𝑚𝑚
Benda Uji 3
Defleksi Pada X1=125 mm
𝑃𝑥 2 27𝑙 33𝑥
𝛿= ( − )
6𝐸𝐼 48 48
(10,98 𝑁)(125 𝑚𝑚)2 27(500 𝑚𝑚) 33(125 𝑚𝑚)
𝛿= ( − )
𝑁 4) 48 48
6 (200000 ) (99,95 𝑚𝑚
𝑚𝑚2
𝛿 = 0,053 𝑚𝑚
𝛿 = −0,841 𝑚𝑚
𝑃 𝑙 𝑙 𝑙2
𝛿= (𝑧 3 − (2𝑙 + ) 𝑧 + 2 𝑙)
6𝐸𝐼 2 2 2
10,98 𝑁
𝛿= ((400 𝑚𝑚)3
𝑁 4
6 (200000 ) (87,579 𝑚𝑚 )
𝑚𝑚2
600 𝑚𝑚 600𝑚𝑚
− (2 (600 𝑚𝑚 + ) 400 𝑚𝑚
2 2
(600𝑚𝑚)2
+2 600𝑚𝑚))
2
𝛿 = 2,325 𝑚𝑚
𝑃 𝑙 𝑙 𝑙2
𝛿= (𝑧 3 − (2𝑙 + ) 𝑧 + 2 𝑙)
6𝐸𝐼 2 2 2
10,98 𝑁
𝛿= ((500 𝑚𝑚)3
𝑁 4
6 (200000 ) (87,579 𝑚𝑚 )
𝑚𝑚2
600 𝑚𝑚 600𝑚𝑚
− (2 (600 𝑚𝑚 + ) 500 𝑚𝑚
2 2
(60𝑚𝑚)2
+2 600𝑚𝑚))
2
𝛿 = 6,644 𝑚𝑚
Benda Uji 2
Defleksi Pada X1=150 mm
𝑃 𝑙 𝑙 𝑙2
𝛿= (𝑧 3 − (2𝑙 + ) 𝑧 + 2 𝑙)
6𝐸𝐼 2 2 2
10,98 𝑁
𝛿= ((150 𝑚𝑚)3
𝑁 4
6 (200000 ) (104,95 𝑚𝑚 )
𝑚𝑚2
600 𝑚𝑚 500𝑚𝑚
− (2 (150 𝑚𝑚 + ) 150 𝑚𝑚
2 2
(600𝑚𝑚)2
+2 600𝑚𝑚))
2
𝛿 = −1,059 𝑚𝑚
𝑃𝑙 2 𝑙 15 𝑃𝑥 2
𝛿= (3𝑙 − ) − (3𝑙 − 𝑥)
24𝐸𝐼 2 48 6𝐸𝐼
(10,98 𝑁)(600 𝑚𝑚)2 600 𝑚𝑚
𝛿= (3(600 𝑚𝑚) − )
𝑁 4) 2
24 (200000 ) (104,95 𝑚𝑚
𝑚𝑚2
15 (10,98 𝑁)(420 𝑚𝑚)2
− (3(600 𝑚𝑚) − 420 𝑚𝑚)
48 6 (200000 𝑁 ) (104,95 𝑚𝑚4 )
𝑚𝑚2
𝛿 = 3,794 mm
Benda Uji 3
Defleksi Pada X1=130 mm
𝑃 𝑙 𝑙 𝑙2
𝛿= (𝑧 3 − (2𝑙 + ) 𝑧 + 2 𝑙)
6𝐸𝐼 2 2 2
10,98 𝑁
𝛿= ((130 𝑚𝑚)3
𝑁 4)
6 (200000 ) (99,95 𝑚𝑚
𝑚𝑚2
600 𝑚𝑚 600𝑚𝑚
− (2 (600 𝑚𝑚 + ) 130 𝑚𝑚
2 2
(600𝑚𝑚)2
+2 600𝑚𝑚))
2
𝛿 = −0,102 𝑚𝑚
𝑃 𝑙 𝑙 𝑙2
𝛿= (𝑧 3 − (2𝑙 + ) 𝑧 + 2 𝑙)
6𝐸𝐼 2 2 2
10,98 𝑁
𝛿= ((300 𝑚𝑚)3
𝑁 4)
6 (200000 ) (99,95 𝑚𝑚
𝑚𝑚2
600 𝑚𝑚 600𝑚𝑚
− (2 (600 𝑚𝑚 + ) 300 𝑚𝑚
2 2
(600𝑚𝑚)2
+2 600𝑚𝑚))
2
𝛿 = 0,142 𝑚𝑚
𝑃 𝑙 𝑙 𝑙2
𝛿= (𝑧 3 − (2𝑙 + ) 𝑧 + 2 𝑙)
6𝐸𝐼 2 2 2
10,98 𝑁
𝛿= ((410 𝑚𝑚)3
𝑁 4)
6 (200000 ) (99,95 𝑚𝑚
𝑚𝑚2
500 𝑚𝑚 500𝑚𝑚
− (2 (500 𝑚𝑚 + ) 410 𝑚𝑚
2 2
(500𝑚𝑚)2
+2 500𝑚𝑚))
2
𝛿 = 0,746 𝑚𝑚
Benda Uji 2
Defleksi pada X1= 150 mm
10,98 𝑁 (150𝑚𝑚)
𝛿= (3(600𝑚𝑚)2 − 4(150𝑚𝑚)2 )
𝑁
48 (200000 ) (104,95𝑚𝑚4 )
𝑚𝑚2
𝛿 = 1,941𝑚𝑚
Benda Uji 3
Defleksi pada X1=120mm
10,98 𝑁 (120𝑚𝑚)
𝛿= (3(600𝑚𝑚)2 − 4(120𝑚𝑚)2 )
𝑁
48 (200000 ) (99,95𝑚𝑚4 )
𝑚𝑚2
𝛿 = 0,179 𝑚𝑚
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada pembaca sebagai berikut:
1. Pastikan kedataran permukaan poros dan pelat antara tumpuan engsel dan
rol, karena kedataran permukaan sangat mempengaruhi hasil perhitungan.
Jika permukaan tidak rata lakukan peyetelan, dalam praktikum ini
penyetelan bisa dilakukan pada tumpuan rol.
Perlu adanya ketelitian dalam proses peletakan beban dan memposisikan
dial indicator karena itu sangat mempengaruhi error yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Spotts, M.F. 1998. Design of Machine Elements 7th. New Jersey : Prentice-Hall,
Inc.