Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Didalam kehidupan sehari – hari kita sering kali berjumpa dengan
defleksi,

baik defleksi pada baja, pada besi maupun kayu. Oleh sebab itu seorang engineer
harus memperhitungkan defleksi atau lendutan yang akan terjadi, contohnya saja
pada jembatan. Jika seorang engineer tidak memperhitungkan maka akan
berakibat fatal bagi pengguna jembatan tersebut, karena faktor lendutan yang
lebih besar akan mengurangi faktor safety pada struktur tersebut.

Salah satu persoalan yang sangat penting diperhatikan dalam perencanaan-


perencanaan tersebut adalah perhitungan defleksi/lendutan dan tegangan pada
elemen-elemen ketika mengalami suatu pembebanan. Hal ini sangat penting
terutama dari segi kekuatan (strength) dan kekakuan (stiffness), dimana pada
batang horizontal yang diberi beban secara lateral akan mengalami defleksi.

Defleksi dan tegangan yang terjadi pada elemen-elemen yang mengalami


pembebanan harus pada suatu batas yang diijinkan, karena jika melewati batas
yang diijinkan, maka akan terjadi kerusakan pada elemen-elemen tersebut ataupun
pada elemen-elemen lainnya.

Oleh sebab itu kita harus mengetahui fenomena apa saja yang akan terjadi
pada defleksi ini. Namun banyak yang belum mengerti terhadap fenomena-
fenomena pada defleksi.

2.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari praktikum defleksi adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui fenomena lendutan batang prismatik dan pemanfaatannya


dalam eksperimen dengan konstruksi sederhana
2. Membandingkan solusi teoritik dengan hasil eksperimen
1.3 Manfaat
1. Praktikan mengetahui fenomena defleksi (lendutan) yang terjadi pada
batang prismatik.
2. Praktikan mampu membandingkan solusi teoritik dengan hasil eksperimen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TEORI DASAR

2.1 Pengertian
Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y akibat adanya
pembebanan vertikal yang diberikan pada balok atau batang. Deformasi pada
balok secara sangat mudah dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari
posisinya sebelum mengalami pembebanan.

Suatu barang kontinu yang ditimpu akan melendut jika mengalami beban
lentur. Defleksi berdasarkan pembebanan yang terjadi pada batang terdiri atas :

1. Defleksi Aksial
Defleksi Lateral
2. Defleksi Lateral
Defleksi yang terjadi jika pembebanan tegak lurus pada penampang
3. Defleksi yang disebabkan oleh gaya geser pada batang.
Defleksi berhubungan dengan regangan, jika regangan yang terjadi pada
struktur semakin besar, maka tegangan struktur semakin besar, maka tegangan
strukturpun akan bertambah besar. Defleksi sangat penting untuk diketahui karena
berhubungan dengan design struktur dan membantu dalam analisis struktur.
Faktor-faktor yang mempengaruhi defleksi :
1. Besar pembebanan (P)
2. Panjang batang (l)
3. Dimensi penampang batang (I)
4. Jenis material batang (E)

Pada kriteria kekuatan, desain haruslah cukup kuat untuk menahan gaya
geser dan momen lentur, sedangkan pada kriteria kekakuan, desain haruslah
cukup kaku untuk menahan defleksi yang terjadi agar batang tidak melendut
melebihi batas yang telah diizinkan. Suatu batang jika mengalami pembebanan
lateral, baik itu beban terpusat maupun beban terbagi rata, maka batang tersebut
mengalami defleksi. Suatu batang kontinu yang ditumpu pada bagian pangkalnya
akan melendut jika diberi suatu pembebanan.
Deformasi dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari posisinya
sebelum mengalami pembebanan. Defleksi diukur dari permukaan netral awal ke
posisi netral setelah terjadi deformasi.

Defleksi ada 2 yaitu :

1. Deflkesi Vertikal (Δw) Perubahan bentuk suatu batang akibat pembebanan


arah vertikal (tarik, tekan) hingga membentuk sudut defleksi, dan posisi
batang vertikal, kemudian kembali ke posisi semula.

Gambar 2. 1 Defleksi Vertikal

2. Defleksi Horizontal (Δp)


Perubahan bentuk suatu batang akibat pembebanan arah vertikal (bending)
posisi batang horizontal, hingga membentuk sudut defleksi, kemudian
kembali ke posisi semula.

Gambar 2. 2 Defleksi Horizontal


2.2 Hal-hal yang mempengaruhi defleksi
Hal-hal yang mempengaruhi terjadinya defleksi yaitu :

1. Kekakuan batang
Semakin kaku suatu batang maka defleksi batang yang akan terjadi pada
batang akan semakin kecil.
2. Besarnya kecil gaya yang diberikan
Besar-kecilnya gaya yang diberikan pada batang berbanding lurus dengan
besarnya defleksi yang terjadi. Dengan kata lain semakin besar beban yang
dialami batang maka defleksi yang terjadi pun semakin kecil.
3. Jenis tumpuan yang diberikan
Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda. Defleksi
pada penggunaan tumpuan yang berbeda-beda tidaklah sama. Semakin
banyak reaksi dari tumpuan yang melawan gaya dari beban maka defleksi
yang terjadi pada tumpuan rol lebih besar dari tumpuan pin (pasak) dan
defleksi yang terjadi pada tumpuan pin lebih besar dari tumpuan jepit.
4. Jenis beban yang terjadi pada batang
Beban terdistribusi merata dengan beban titik, keduanya memiliki kurva
defleksi yang berbeda-beda. Pada beban terdistribusi merata slope yang
terjadi pada bagian batang yang paling dekat lebih besar dari slope titik.
Ini karena sepanjang batang mengalami beban sedangkan pada beban titik
hanya terjadi pada beban titik tertentu saja. Salah satu faktor yang sangat
menentukan besarnya defleksi pada batang yang dibebani adalah jenis
tumpuan yang digunakan.

2.1.3 Jenis-Jenis Tumpuan


1. Tumpuan Engsel
Tumpuan engsel merupakan tumpuan yang dapat menahan gaya horizontal
disamping gaya vertikal yang bekerja padanya. Pada gambar 2 ditunjukkan
gaya-gaya reaksi pada tumpuan engsel, dimana Rx adalah gaya reaksi pada
sumbu x dalam arah horizontal, Ry adalah gaya reaksi pada sumbu y
dalam arah vertikal.
Gambar 2. 3 Tumpuan Engsel

2. Tumpuan Rol
Rol merupakan tumpuan yang hanyadapat menerima gaya reaksi vertikal.
Alat ini mampu melawan gaya-gaya dalam suatu garis aksi yang spesifik.
Penghubung yang terlihat pada gambar dibawah ini dapat melawan gaya
hanya dalam arah AB rol. Pada gambar dibawah hanya dapat melawan
beban vertical. Sedang rol-rol hanya dapat melawan suatu tegak lurus pada
bidang cp.

Gambar 2. 4 Tumpuan Rol

3. Tumpuan Jepit (fixed support)


Tumpuan jepitan merupakan tumpuan yang dapat menahan momen dan
gaya dalam arah vertikal maupun horizontal. Pada gambar 1 ditunjukkan
gaya-gaya dan momen pada jepitan, dimana A adalah titik tumpuan, V
gaya reaksi pada sumbu y dalam arah vertikal, F adalah gaya reaksi pada
sumbu x dalam arah horizontal, dan M adalah momen.

Gambar 2. 5 Tumpuann Jepit

2.1.4 Jenis-Jenis Pembebanan


Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya defleksi pada batang adalah
jenis beban yang diberikan kepadanya. Adapun jenis pembeban :
1. Beban terpusat
Titik kerja pada batang dapat dianggap berupa titik karena luas kontaknya
kecil.

Gambar 2. 6 Pembebanan Terpusat

2. Beban Terbagi Merata


Disebut beban terbagi merata karena merata sepanjang batang dinyatakan
dalm qm (kg/m atau KN/m).

Gambar 2. 7 Pembebanan Terbagi Merata

3. Beban Bervariasi Uniform


Disebut beban bervariasi uniform karena beban sepanjang batang besarnya
tidak merata.
Gambar 2. 8Pembebanan Bervariasi Uniform

2.2 Teori Dasar Alat Uji

2.2.1 Dial Indicator


Alat ukur yang digunakan pada percobaan defleksi ini adalah dial gauge (dial
indicator) atau jam ukur. Jam ukur merupakan alat ukur pembanding yang banyak
digunakan dalam industry pemesinan pada bagian produksi maupun pada bagian
pengukuran. Prinsip kerjanya adalah secara mekanis, dimana gerak liner dari
sensor diubah menjadi gerak putaran di jarum penunjuk pada piringan berskala
dengan perantara batang bergigi dan susunan roda gigi. Kecermatan pembacaan
skala adalah 0.01, 0.05 atau 0.002 dengan kapasitas ukuran yang berbeda
misalnya 20, 10, 5, 2 atau 1 mm. Untuk kapasitas ukuran yang besar biasanya
dilengkapi dengan jarum jam penunjuk kecil pada piringan jam yang besar,
dimana satu putaran penuh dari jarum jam yang besar sesuai dengan satu angka
dari yang kecil.

Ujung sensor dapat diganti dengan berbagai bentuk (bulat, lonjong, pipih) dan
dibuat dari baja karbida atau sapphire. Permukaan jenis sensor diisesuaikan
dengan kondisi benda ukur dan frekuensi penggunaannya. Toleransi kesalahan
putarnya (run-out tolerance) dapat diperiksa dengan cara menempatkan jam ukur
pada posisi yang tetap dan benda ukur diputar pada sumbu yang tertentu.

2.2.2 Mistar dan Mistar Ingsut


Mistar dan Mistar Ingsut dalam praktikum berfungsi untuk mengukur
dimensi benda uji. Mistar digunakan untuk mengukur benda uji hingga
kecermatan 1mm biasanya digunakan untuk mengukur benda-benda yang
panjang, sedangkan mistar ingsut untuk mengukur benda dengan kecermatan
sampai 0.01 mm ini digunakan untuk mengukur ketebalan dari benda uji.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Peralatan

Peralatan dan bahan yang di gunakan dalam praktikum defleksi yaitu :

1. Alat Penguji
Alat penguji adalah alat yang digunakan untuk menguji defleki pada
benda.

Gambar 3. 1 Alat Penguji


2. Dial Indicator
Dial indicator berfungsi sebagai alat ukur defleksi.

3. Tumpuan Rol
Tumpuan rol adalah alat yang digunakan untuk menguji dengan tumpuan
rol.

Gambar 3. 2 Tumpuan Rol


4. Tumpuan Engsel
Tumpuan engsel adalah alat yang digunakan untuk menguji dengan
tumpuan engsel.

Gambar 3. 3 Tumpuan Engsel


5. Tumpuan Jepit
Tumpuan jepit adalah alat yang digunakan untuk menguji dengan tumpuan
jepit.

Gambar 3. 4 Tumpuan Jepit

6. Mistar
Mistar digunakan untuk mengukur panjang batang sekaligus mengatur
letak beban yang diinginkan.

7. Beban
Beban 1,12 kg digunakan untuk memberi gaya luar pada batang.
8. Benda Uji 1 (Batang Silindris)
Gambar 3. 5 Benda Uji 1
9. Benda Uji 2 (Plat Pendek)

Gambar 3. 6 Benda Uji 2


10. Benda Uji 3 (Plat Panjang)

Gambar 3. 7 Benda Uji 3


3.2 Prosedur Praktikum
1. Ukur dimensi semua benda uji menggunakan alat ukur yang tersedia
2. Susunlah perangkat pengujian defleksi untuk tumpuan jepit-rol untuk
masing-masing spesimen batang uji.
3. Set posisi jjam ukur pada posisi nol ketika batang uji tanpa diberi
pembebanan.
4. Berika pembebanan pada setiap batang uji di bagian tengah dari panjang
batang uji.
5. Ukurlah besar nilai simpangan lendutan pada posis/jarak tertentu dari
posisi pembebanan (lakukan pengukuran lendutan pada tiga titik).
6. Ulangi langkah percobaan No.2-5, akan tetapi pindahkan posisi
pembebanan pada ujung batang uji dan tumpuan rol berada di tengah-
tengah panjang batang (overhang).
7. Ganti jenis tumpuan pada perangkat pengujian manjadi tumpuan engsel-
rol. Berikan pembebanan pada bagian tengah dari setiap batang uji dan
ukur besar siimpangan yang terjadi.
8. Catat hasil pengujian pada table yang telah disediakan.
BAB IV
PENGOLAHAN DATA

4.1 Data Pengujian


1. Pengukuran Dimensi batang Uji
Tabel 4. 1 Pengukuran dimensi batang

Batang Uji Panjang Lebar Tebal Massa Diamater Keterangan


No. (mm) (mm) (mm) (gr) (mm)
1 600 49 3 1120 Plat Panjang
2 600 - - 1120 6,5 Poros
3 500 51 5 1120 Plat Pendek

2. Pengukuran lendutan batang dengan tumpuan jepit-rol dan beban pada


bagian tengah batang.

Gambar 4. 1 Tumpuan Jepit-Rol dan beban di tengah


Tabel 4. 2 Tumpuan Jepit Rol

Batang Posisi Pengujian (mm) Defleksi Pengujian (mm) Defleksi Teoritis (mm)
Uji No. X1 X2 X3 X1 X2 X3 X1 X2 X3
1 150 240 450 0,830 1,500 0,700
2 150 350 450 0,830 1,500 0,700
3 125 200 325 0,280 0,480 0,400

3. Pengukuran lendutan batang dengan tumpuan Jepit-Rol dan beban pada


bagian ujung batang.

Gambar 4. 2 Beban di ujung batang


Batang Posisi Pengujian (mm) Defleksi Pengujian (mm) Defleksi Teoritis (mm)
Uji No. X1 X2 X3 X1 X2 X3 X1 X2 X3
1 150 400 500 -0,870 6,110 9,810
2 150 420 520 -0,180 6,230 11,450
3 130 300 410 -0,780 0,910 1,340

4. Pengukuran lendutan batang pada tumpuan Engsel-Rol dan beban di


tengah.

Gambar 4. 3 Tumpuan Engsel-Rol


Tabel 4. 3 Data tumpuan Engsel-Rol

Batang Uji Posisi Pengujian (mm) Defleksi Pengujian (mm) Defleksi Teoritis (mm)
No. X1 X2 X3 X1 X2 X3 X1 X2 X3
1 150 370 450 4,95 4,82 2,200
2 150 370 450 5,01 3,86 2,840
3 120 320 370 2,06 0,3 0,330

4.2 Pengolahan Data


4.1.1 Tumpuan Jepit-Rol beban di tengah
 Benda Uji 1
Defleksi pada X1=150 mm
𝑃𝑥 2 27𝑙 33𝑥
𝛿= ( − )
6𝐸𝐼 48 48
(10,98 𝑁)(150 𝑚𝑚)2 27(600 𝑚𝑚) 33(150 𝑚𝑚)
𝛿= ( − )
𝑁 4 48 48
6 (200000 ) (87,579 𝑚𝑚 )
𝑚𝑚2
𝛿 = 0,438 𝑚𝑚
Defleksi Pada X2= Ymax = 240 mm

𝑃𝑙 2 𝑙 15 𝑃𝑥 2
𝛿= (3𝑙 − ) − (3𝑙 − 𝑥)
24𝐸𝐼 2 48 6𝐸𝐼
(10,98 𝑁)(600 𝑚𝑚)2 600𝑚𝑚
𝛿= (3(600 𝑚𝑚) − )
𝑁 4) 2
24 (200000 ) (87,579 𝑚𝑚
𝑚𝑚2
15 (10,98 𝑁)(240 𝑚𝑚)2
− (3(600 𝑚𝑚)
48 6 (200000 𝑁 ) (87,579 𝑚𝑚4 )
𝑚𝑚2
− 240 𝑚𝑚)

𝛿 =0,825 mm

Defleksi Pada X3= 450 mm

𝑃𝑥 2 27𝑙 33𝑥
𝛿= ( − )
6𝐸𝐼 48 48
(10,98 𝑁)(450 𝑚𝑚)2 27(600 𝑚𝑚) 33(450 𝑚𝑚)
𝛿= ( − )
𝑁 4) 48 48
6 (200000 ) (87,579 𝑚𝑚
𝑚𝑚2
𝛿 = 0,473 𝑚𝑚
 Benda Uji 2
Defleksi Pada X1=150 mm
𝑃𝑥 2 27𝑙 33𝑥
𝛿= ( − )
6𝐸𝐼 48 48
(10,98 𝑁)(150 𝑚𝑚)2 27(600 𝑚𝑚) 33(150 𝑚𝑚)
𝛿= ( − )
𝑁 4) 48 48
6 (200000 ) (104,95 𝑚𝑚
𝑚𝑚2
𝛿 = 0,511 𝑚𝑚
Defleksi Pada X2= Ymax = 350 mm

𝑃𝑙 2 𝑙 15 𝑃𝑥 2
𝛿= (3𝑙 − ) − (3𝑙 − 𝑥)
24𝐸𝐼 2 48 6𝐸𝐼
(10,98 𝑁)(600 𝑚𝑚)2 600 𝑚𝑚
𝛿= (3(600 𝑚𝑚) − )
𝑁 4) 2
24 (200000 ) (104,95 𝑚𝑚
𝑚𝑚2
15 (10,98 𝑁)(350 𝑚𝑚)2
− (3(600 𝑚𝑚) − 350 𝑚𝑚)
48 6 (200000 𝑁 ) (104,95 𝑚𝑚4 )
𝑚𝑚2

𝛿 = 1,241 mm
Defleksi Pada X3= 450 mm
𝑃𝑥 2 27𝑙 33𝑥
𝛿= ( − )
6𝐸𝐼 48 48
(10,98 𝑁)(450 𝑚𝑚)2 27(600 𝑚𝑚) 33(600 𝑚𝑚)
𝛿= ( − )
𝑁 4) 48 48
6 (200000 ) (104,95 𝑚𝑚
𝑚𝑚2
𝛿 = 0,596𝑚𝑚

 Benda Uji 3
Defleksi Pada X1=125 mm
𝑃𝑥 2 27𝑙 33𝑥
𝛿= ( − )
6𝐸𝐼 48 48
(10,98 𝑁)(125 𝑚𝑚)2 27(500 𝑚𝑚) 33(125 𝑚𝑚)
𝛿= ( − )
𝑁 4) 48 48
6 (200000 ) (99,95 𝑚𝑚
𝑚𝑚2
𝛿 = 0,053 𝑚𝑚

Defleksi Pada X2= Ymax = 200 mm


𝑃𝑙 2 𝑙 15 𝑃𝑥 2
𝛿= (3𝑙 − ) − (3𝑙 − 𝑥)
24𝐸𝐼 2 48 6𝐸𝐼
(10,98 𝑁)(500 𝑚𝑚)2 500 𝑚𝑚
𝛿= (3(500 𝑚𝑚) − )
𝑁 4) 2
24 (200000 ) (99,95 𝑚𝑚
𝑚𝑚2
15 (10,98 𝑁)(200 𝑚𝑚)2
− (3(600 𝑚𝑚) − 200 𝑚𝑚)
48 6 (200000 𝑁 ) (99,95 𝑚𝑚4 )
𝑚𝑚2
𝛿 = 0,138mm

Defleksi Pada X3= 325 mm


𝑃𝑥 2 27𝑙 33𝑥
𝛿= ( − )
6𝐸𝐼 48 48
(10,98 𝑁)(325 𝑚𝑚)2 27(500𝑚𝑚) 33(325 𝑚𝑚)
𝛿= ( − )
𝑁 4) 48 48
6 (200000 ) (99,95 𝑚𝑚
𝑚𝑚2
𝛿 = 0,105 𝑚𝑚

4.1.2 Tumpuan Jepit-Rol beban di ujung batang


 Benda Uji 1
Defleksi pada X1= 150 mm
𝑃 𝑙 𝑙 𝑙2
𝛿= (𝑧 3 − (2𝑙 + ) 𝑧 + 2 𝑙)
6𝐸𝐼 2 2 2
10,98 𝑁
𝛿= ((150 𝑚𝑚)3
𝑁 4
6 (200000 ) (87,579 𝑚𝑚 )
𝑚𝑚2
600 𝑚𝑚 600𝑚𝑚
− (2 (600 𝑚𝑚 + ) 150 𝑚𝑚
2 2
(600𝑚𝑚)2
+2 600𝑚𝑚))
2

𝛿 = −0,841 𝑚𝑚

Defleksi pada X2=400mm

𝑃 𝑙 𝑙 𝑙2
𝛿= (𝑧 3 − (2𝑙 + ) 𝑧 + 2 𝑙)
6𝐸𝐼 2 2 2
10,98 𝑁
𝛿= ((400 𝑚𝑚)3
𝑁 4
6 (200000 ) (87,579 𝑚𝑚 )
𝑚𝑚2
600 𝑚𝑚 600𝑚𝑚
− (2 (600 𝑚𝑚 + ) 400 𝑚𝑚
2 2
(600𝑚𝑚)2
+2 600𝑚𝑚))
2

𝛿 = 2,325 𝑚𝑚

Defleksi Pada X3= 500 mm

𝑃 𝑙 𝑙 𝑙2
𝛿= (𝑧 3 − (2𝑙 + ) 𝑧 + 2 𝑙)
6𝐸𝐼 2 2 2
10,98 𝑁
𝛿= ((500 𝑚𝑚)3
𝑁 4
6 (200000 ) (87,579 𝑚𝑚 )
𝑚𝑚2
600 𝑚𝑚 600𝑚𝑚
− (2 (600 𝑚𝑚 + ) 500 𝑚𝑚
2 2
(60𝑚𝑚)2
+2 600𝑚𝑚))
2

𝛿 = 6,644 𝑚𝑚

 Benda Uji 2
Defleksi Pada X1=150 mm
𝑃 𝑙 𝑙 𝑙2
𝛿= (𝑧 3 − (2𝑙 + ) 𝑧 + 2 𝑙)
6𝐸𝐼 2 2 2
10,98 𝑁
𝛿= ((150 𝑚𝑚)3
𝑁 4
6 (200000 ) (104,95 𝑚𝑚 )
𝑚𝑚2
600 𝑚𝑚 500𝑚𝑚
− (2 (150 𝑚𝑚 + ) 150 𝑚𝑚
2 2
(600𝑚𝑚)2
+2 600𝑚𝑚))
2

𝛿 = −1,059 𝑚𝑚

Defleksi Pada X2= Ymax = 420 mm

𝑃𝑙 2 𝑙 15 𝑃𝑥 2
𝛿= (3𝑙 − ) − (3𝑙 − 𝑥)
24𝐸𝐼 2 48 6𝐸𝐼
(10,98 𝑁)(600 𝑚𝑚)2 600 𝑚𝑚
𝛿= (3(600 𝑚𝑚) − )
𝑁 4) 2
24 (200000 ) (104,95 𝑚𝑚
𝑚𝑚2
15 (10,98 𝑁)(420 𝑚𝑚)2
− (3(600 𝑚𝑚) − 420 𝑚𝑚)
48 6 (200000 𝑁 ) (104,95 𝑚𝑚4 )
𝑚𝑚2

𝛿 = 3,794 mm

Defleksi Pada X3= 520 mm


𝑃 3
𝑙 𝑙 𝑙2
𝛿= (𝑧 − (2𝑙 + ) 𝑧 + 2 𝑙)
6𝐸𝐼 2 2 2
10,98 𝑁
𝛿= ((520 𝑚𝑚)3
𝑁 4
6 (200000 ) (104,95 𝑚𝑚 )
𝑚𝑚2
600 𝑚𝑚 600𝑚𝑚
− (2 (520 𝑚𝑚 + ) 520 𝑚𝑚
2 2
(600𝑚𝑚)2
+2 600𝑚𝑚))
2
𝛿 = 9,807 𝑚𝑚

 Benda Uji 3
Defleksi Pada X1=130 mm
𝑃 𝑙 𝑙 𝑙2
𝛿= (𝑧 3 − (2𝑙 + ) 𝑧 + 2 𝑙)
6𝐸𝐼 2 2 2
10,98 𝑁
𝛿= ((130 𝑚𝑚)3
𝑁 4)
6 (200000 ) (99,95 𝑚𝑚
𝑚𝑚2
600 𝑚𝑚 600𝑚𝑚
− (2 (600 𝑚𝑚 + ) 130 𝑚𝑚
2 2
(600𝑚𝑚)2
+2 600𝑚𝑚))
2

𝛿 = −0,102 𝑚𝑚

Defleksi pada X2=300 mm

𝑃 𝑙 𝑙 𝑙2
𝛿= (𝑧 3 − (2𝑙 + ) 𝑧 + 2 𝑙)
6𝐸𝐼 2 2 2
10,98 𝑁
𝛿= ((300 𝑚𝑚)3
𝑁 4)
6 (200000 ) (99,95 𝑚𝑚
𝑚𝑚2
600 𝑚𝑚 600𝑚𝑚
− (2 (600 𝑚𝑚 + ) 300 𝑚𝑚
2 2
(600𝑚𝑚)2
+2 600𝑚𝑚))
2

𝛿 = 0,142 𝑚𝑚

Defleksi pada X3 = 410 mm

𝑃 𝑙 𝑙 𝑙2
𝛿= (𝑧 3 − (2𝑙 + ) 𝑧 + 2 𝑙)
6𝐸𝐼 2 2 2
10,98 𝑁
𝛿= ((410 𝑚𝑚)3
𝑁 4)
6 (200000 ) (99,95 𝑚𝑚
𝑚𝑚2
500 𝑚𝑚 500𝑚𝑚
− (2 (500 𝑚𝑚 + ) 410 𝑚𝑚
2 2
(500𝑚𝑚)2
+2 500𝑚𝑚))
2

𝛿 = 0,746 𝑚𝑚

4.1.3 Tumpuan Engsel dan Rol Dengan Beban Ditengah


 Benda Uji 1
Defleksi pada X1 = 150 mm
10,98 𝑁 (150𝑚𝑚)
𝛿= (3(600𝑚𝑚)2 − 4(150𝑚𝑚)2 )
𝑁
48 (200000 ) (87,579 𝑚𝑚4 )
𝑚𝑚2
𝛿 = 1,542 𝑚𝑚
Defleksi pada X2 = 370mm
10,98 𝑁 (370𝑚𝑚)
𝛿= (3(600𝑚𝑚)2 − 4(370𝑚𝑚)2 )
𝑁 4
48 (200000 ) (87,579𝑚𝑚 )
𝑚𝑚2
𝛿 = 2,045 𝑚𝑚

Defleksi pada X3 = 405 mm


10,98𝑁
𝛿= (4(405𝑚𝑚)3
𝑁
48 (200000 ) (87,579𝑚𝑚4 )
𝑚𝑚2
− 12(405𝑚𝑚)2 (500𝑚𝑚) + 9(405𝑚𝑚)(500𝑚𝑚)2
− 500𝑚𝑚3 )
𝛿 = 1,261 𝑚𝑚

 Benda Uji 2
Defleksi pada X1= 150 mm
10,98 𝑁 (150𝑚𝑚)
𝛿= (3(600𝑚𝑚)2 − 4(150𝑚𝑚)2 )
𝑁
48 (200000 ) (104,95𝑚𝑚4 )
𝑚𝑚2
𝛿 = 1,941𝑚𝑚

Defleksi pada X2 = 370 mm


10,98 𝑁 (450𝑚𝑚)
𝛿= (3(600𝑚𝑚)2 − 4(370𝑚𝑚)2 )
𝑁 4
48 (200000 ) (104,95𝑚𝑚 )
𝑚𝑚2
𝛿 = 2,574𝑚𝑚

Defleksi pada X3=450mm


10,98𝑁
𝛿= (4(450𝑚𝑚)3
𝑁 4
48 (200000 ) (104,95𝑚𝑚 )
𝑚𝑚2
− 12(450𝑚𝑚)2 500𝑚𝑚 + 9(450𝑚𝑚)(500𝑚𝑚)2
− 500𝑚𝑚3 )
𝛿 = 1,581 𝑚𝑚

 Benda Uji 3
Defleksi pada X1=120mm
10,98 𝑁 (120𝑚𝑚)
𝛿= (3(600𝑚𝑚)2 − 4(120𝑚𝑚)2 )
𝑁
48 (200000 ) (99,95𝑚𝑚4 )
𝑚𝑚2
𝛿 = 0,179 𝑚𝑚

Defleksi pada X2=320 mm


10,98𝑁
𝛿= (4(320𝑚𝑚)3
𝑁
48 (200000 ) (99,95𝑚𝑚4 )
𝑚𝑚2
− 12(320𝑚𝑚)2 600𝑚𝑚 + 9(320𝑚𝑚)(600𝑚𝑚)2
− 600𝑚𝑚3 )
𝛿 = 0,235 𝑚𝑚

Defleksi pada X3 = 370 mm


10,98𝑁
𝛿= (4(370𝑚𝑚)3
𝑁 4
48 (200000 ) (99,95𝑚𝑚 )
𝑚𝑚2
− 12(370𝑚𝑚)2 500𝑚𝑚 + 9(370𝑚𝑚)(500𝑚𝑚)2
− 500𝑚𝑚3 )
𝛿 = 0,161 𝑚𝑚

4.3 Analisa Data


BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dari pelaksanaan praktikum defleksi dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut

1. Hal-hal yang mempengaruhi defleksi adalah kekakuan batang, besar kecil


gaya yang diberikan, jenis tumpuan yang diberikan dan jenis beban yang
terjadi pada batang Besar lendutan yang terjadi sangat dipengaruhi oleh
jenis tumpuan yang digunakan dan jenis pembebanan yang dilakukan.
Nilai defleksi yang terbesar terjadi pada saat beban diletakkan di ujung
benda uji. Hasil defleksi yang ditampilkan bukan merupakan titik
maksimumnya. Tumpuan pembebanan diujung merupakan jenis tumpuan
yang paling beresiko terjadinya retak. Apabila tetap ingin menggunakan
jenis tumpuan ini dibutuhkan bahan dengan tingkat kekakuan yang tinggi.
2. Hasil pengukuran yang diamati oleh praktikan dalam menentukan
defleksi dengan solusi teoritik tidak sama. Itu disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain, posisi peletakan titik pengamatan pada saat pengukuran
langsung. Pengukuran yang dilakukan secara manual tentunya akan
menimbulkan kurang akuratnya hasil pengamatan yang dilakukan.
Contohnya, pemberian titik yang akan diamati tidak sesuai dengan angka
yang di inputkan ke dalam table pengamatan.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada pembaca sebagai berikut:

1. Pastikan kedataran permukaan poros dan pelat antara tumpuan engsel dan
rol, karena kedataran permukaan sangat mempengaruhi hasil perhitungan.
Jika permukaan tidak rata lakukan peyetelan, dalam praktikum ini
penyetelan bisa dilakukan pada tumpuan rol.
Perlu adanya ketelitian dalam proses peletakan beban dan memposisikan
dial indicator karena itu sangat mempengaruhi error yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Spotts, M.F. 1998. Design of Machine Elements 7th. New Jersey : Prentice-Hall,
Inc.

Anda mungkin juga menyukai