Anda di halaman 1dari 29

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

BAB VI
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

6.1 Dasar Teori


6.1.1 Definisi Defleksi
Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok atau batang yang ditinjau
dari satu dimensi akibat adanya pembebanan yang diberikan pada balok atau
batang, yang biasanya dialami oleh benda yang mempunyai panjang. Sumbu sebuah
batang akan terdeteksi dari kedudukannya semula bila benda dibawah pengaruh gaya
terpakai. Dengan kata lain suatu batang akan mengalami pembebanan transversal baik
itu beban terpusat maupun terbagi merata akan mengalami defleksi. Defleksi ada 2
yaitu:
1. Defleksi Vertikal (Δy)
Perubahan posisi batang atau balok arah vertikal karena adanya
pembebanan yang diberikan pada batang atau balok.
2. Defleksi Horisontal (Δx)
Perubahan posisi suatu batang atau balok arah horisontal karena adanya
pembebanan yangdiberikan pada batang atau balok.

Gambar 6.1 Defleksi


Sumber: Sudjito. (2000: 13)

Hal-hal yang mempengaruhi terjadinya defleksi yaitu :


1. Kekakuan batang
Kekakuan adalah kemampuan suatu benda untuk mempertahankan
bentuknya supaya tidak berdeformasi atau mengalami defleksi saat di beri gaya.
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2015/2016
KELOMPOK 01
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Semakin kaku suatu batang maka lendutan batang yang akan terjadi pada batang
akan semakin kecil.
2. Besarnya kecil gaya yang diberikan
Besar-kecilnya gaya yang diberikan pada batang berbanding lurus dengan
besarnya defleksiyang terjadi. Dengan kata lain semakin besar beban yang dialami
batang maka defleksi yang terjadi pun semakin kecil.
3. Jenis tumpuan yang diberikan
Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda. Jika karena
itu besarnya defleksipada penggunaan tumpuan yang berbeda-beda tidaklah sama.
Semakin banyak reaksi dari tumpuan yang melawan gaya dari beban maka defleksi
yang terjadi pada tumpuan rol lebih besar dari tumpuan pin (pasak) dan
defleksiyang terjadi pada tumpuan pin lebih besar dari tumpuan jepit.
4. Jenis beban yang terjadi pada batang
Beban terdistribusi merata dengan beban titik, keduanya memiliki kurva
defleksi yang berbeda-beda. Pada beban terdistribusi merata slope yang terjadi pada
bagian batang yang paling dekat lebih besar dari slope titik. Ini karena sepanjang
batang mengalami beban sedangkan pada beban titik hanya terjadi pada beban titik
tertentu saja.
Macam-macam tumpuan, antara lain :
a. Engsel
Engsel merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertikaldan
gaya reaksi horizontal. Tumpuan yang berpasak ini mampu melawan gayayang
bekerja dalam setiap arah dari bidang.

Gambar 6.2 Tumpuan engsel


Sumber: Beer et. Al. (2012: 566)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2015/2016


KELOMPOK 01
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

b. Rol
Rol merupakan tumpuan yang hanya dapat menerima gaya reaksi vertikal.
Jenis tumpuan ini mampu melawan gaya-gaya dalam suatu garis aksi yang spesifik.

Gambar 6.3 Tumpuan rol


Sumber: Beer et. Al. (2012: 566)

c. Jepit
Jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertikal, gaya
reaksi horizontaldan momen akibat jepitan dua penampang. Tumpuan jepit ini
mampu melawan gaya dalam setiap arah dan juga mampu melawan suatu kopel
atau momen.

Gambar 6.4 Tumpuan jepit


Sumber: Beer et. Al. (2012: 566)

Jenis-jenis pembebanan, Antara lain :


1. Beban terpusat
Titik kerja pada batang dapat dianggap berupa titik karena luas kontaknya
kecil.

Gambar 6.5 Pembebanan terpusat


Sumber: Beer et. Al. (2012: 566)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2015/2016


KELOMPOK 01
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

2. Beban merata
Disebut beban merata karena terdistribusi merata di sepanjang batang dan
dinyatakan dalam qm (kg/m atau kN/m).

Gambar 6.6 Pembebanan terbagi merata


Sumber: Beer et. Al. (2012: 566)

3. Beban bervariasi uniform


Disebut beban bervariasi uniform karena beban sepanjang batang besarnya
tidak merata.

Gambar 6.7 Pembebanan bervariasi uniform


Sumber: Beer et. Al. (2012: 566)

6.1.2 Perbedaan Defleksi dan Deformasi


Seperti disebutkan diatas defleksi terjadi karena adanya pembebanan vertikal
dan horizontal pada balok atau batang. Sedangkan deformasi tidak hanya terjadi karena
pembebanan saja, tetapi karena adanya berbagai macam perlakuan yang dialami balok
atau batang. Selain itu defleksi yang terjadi pada balok hanya merubah bentuk
(lendutan) pada balok tersebut, sedangkan deformasi dapat merubah bentuk dan
ukuran serta volum balok tersebut.
Selain itu perbedaan antara defleksi dan deformasi juga dapat dilihat
berdasarkan dimensi dari batang atau balok, jika defleksi maka batangnya hanya

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2015/2016


KELOMPOK 01
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

memiliki satu dimensi (p / l ) sedangkan jika deformasi memiliki lebih dari satu
dimensi (p, l, t).

Gambar 6.8 Defleksi pada Beam


Sumber: Beer et. Al. (2012: 566)

Gambar 6.9 Deformasi pada Sebuah Balok


Sumber: Beer et. Al. (2012: 566)

6.1.3 Macam-macam Deformasi


Deformasi adalah perubahan bentuk atau ukuran objek diterapkan karena
adanya gaya. Gaya ini dapat berasal dari kekuatan tarik, kekuatan tekan, geser
dan torsi.
Deformasi dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Deformasi Elastis
Deformasi elastis adalah perubahan yang terjadi bila ada gaya yang
bekerja, serta akan hilang bila beban ditiadakan. Dengan kata lain bila beban
ditiadakan, maka benda akan kembali ke bentuk dan ukuran semula.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2015/2016


KELOMPOK 01
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

2. Deformasi Plastis
Deformasi plastis adalah deformasi yang terjadi akibat adanya
pembebanan yang jika beban tersebut ditiadakan maka ukuran dan bentuk
material tidak dapat kembali ke keadaan semula.

Gambar 6.10 Diagram Uji Tarik


Sumber: Hendratno (2015)

Keterangan:
 Batas Elastisitas σE (Elastic Limit)
Dalam gambar dinyatakan dengan titik A. Bila bahan diberi beban sampai
pada titik A, kemudian bebannya dihilangkan maka bahan tersebut akan kembali
ke kondisi semula yaitu regangan “nol” pada titik O.
Batas Proporsional σp (Proportional Limit)
Titik sampai dimana penerapan hukum hooke masih bisa ditolerir.
Tidak ada standarisasi tentang nilai ini. Dalam praktek, biasanya batas
proporsional sama dengan batas elastis.
 Deformasi Plastis (Plastic Deformation)
Yaitu perubahan bentuk yang tidak kembali ke keadaan semula. Pada
gambar yaitu bila bahan ditarik sampai melewati batas proporsional dan
mencapai daerah landing.
 Tegangan Luluh Atasσuy (Upper Yield Stress)
Tegangan maksimum sebelum bahan memasuki fase daerah landing
peralihan deformasi elastis ke plastis.
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2015/2016
KELOMPOK 01
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

 Tegangan Luluh Bawah σly (Lower Yield Stress)


Tegangan rata-rata daerah landing sebelum benar-benar memasuki fase
deformasi plastis. Bila hanya disebutkan tegangan luluh (yield stress) maka yang
dimaksud adalah tegangan ini.
Regangan Luluh εy (Yield Strain)
Regangan permanen saat bahan akan memasuki fase deformasi
plastis.

Regangan Elastis εe (Elastic Strain)


Regangan yang diakibatkan perubahan elastis bahan. Pada saat beban
dilepaskan regangan ini akan kembali ke posisi semula.
 Regangan Plastis εp (Plastic Strain)
Regangan yang diakatkan perubahan plastis. Pada saat beban dilepaskan
regangan ini tetap tinggal sebagai peerubahan permanen bahan.
 Regangan Total (Total Strain)
Merupakan gabungan antara regangan plastis dan elastis, εT = εe+εp.
Perhatikan beban dengan arah OABE. Pada titik B regangan yang ada adalah
regangan total. Ketika beban dilepaskan, posisi regangan ada pada titik E dan
besar regangan yang tinggal (OE) adalah regangan plastis.
 Tegangan Tarik Maksimum (Ultimate Tensile Strength)
Pada gambar ditunjukan dengan titik C merupakan besar tegangan
maksimum yang didapatkan dalam uji tarik.
Kekuatan Patah (Breaking Strength)
Pada gambar ditunjukan dengan titik D, merupakan besar tegangan dimana
beban yang diuji putus atau patah

6.1.4 Teori Castigliano


Metode Castigliano adalah metode untuk menentukan perpindahan dari
sebuah sistem linear-elastis berdasarkan pada turunan parsial dari prinsip persamaan
energi. Konsep dasar teori yaitu bahwa perubahan energi adalah gaya dikalikan
perpindahan yang dihasilkan, sehingga gaya dirumuskan dengan perubahan energi
dibagi dengan perpindahan yang dihasilkan. Ada dua teorema dalam teori Castigliano,
yaitu:

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2015/2016


KELOMPOK 01
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

1. Teori Pertama Castigliano


Teori ini digunakan untuk menghitung gaya yang bereaksi dalam
struktur elastis, yang menyatakan:
“Jika energi regangan dari suatu struktur elastis dinyatakan sebagai fungsi
persamaan perpindahan qi , maka turunan parsial dari energi regangan terhadap
perpindahan memberikan persamaan gaya Qi.”
Dirumuskan dengan,

𝜕𝑈
𝑄𝑖 =
𝜕𝑞𝑖

Dimana:
Qi = gaya [N]
U = energi regangan [Nm]
qi = perpindahan [m]

2. Teori Kedua Castigliano


Teori ini digunakan untuk menghitung perpindahan dari suatu struktur
elastis sebagai persamaan gaya, Qi, maka turunan parsial dari energi regangan
terhadap persamaan gaya memberikan persamaan perpindahan, qi, searah Qi.
Secara matematis, dirumuskan sebagai :
𝜕𝑈
𝑞𝑖 =
𝜕𝑄𝑖
Sebagai contoh, untuk beam kantilever lurus dan tipis dengan beban
P di ujung, dan perpindahan pada ujungnya dapat ditemukan dengan teori
kedua Castigliano:

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2015/2016


KELOMPOK 01
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

6.1.5 Momen
Momen adalah kecenderungan sebuah gaya untuk memutar sebuah benda
disekitar sumbu tertentu dari benda tersebut. Bila didefinisikan dari persamaannya
adalah hasil perkalian dari besar gaya (F) dengan jarak tegak lururs (d).

M = F.d
Keterangan:
M = Momen (Nm)
F = Gaya (N)
d = jarak tegak lurus (m)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2015/2016


KELOMPOK 01
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Arah momen gaya tergantung dari perjanjian, misalnya searah jarum jam
(CW/ClockWise) atau berlawanan arah jarum jam (CCW/Counter ClockWise) begitu
pula dengan perjanjian tanda positif dan negatif dari CW dan CCW. Macam-macam
momen:
1. Momen Gaya (Torsi)
Perubahan gaya translasi pada sebuah benda dapat terjadi jika resultan gaya
yang mempengaruhibenda tidak sama dengan nol. Jika resultan gaya adalah nol
maka benda mungkin akan tetap diam atau bergerak lurus beraturan. Untuk
mengubah keceepatan dibutuhkan gaya. Hal ini sesuai dengan Hukum II Newton.
Peristiwa yang sama juga berlaku pada gerak rotasi jika benda tersebut diberi
momen gaya. Dengan adanya momen gaya maka benda akan mengalami
perubahan kecepatan sudut. Momen gaya merupakan besaran vektor dan secara
matematis dituliskan:

𝜏 = F. r

Keterangan :
𝜏 = Momen Gaya (Nm)
F = Gaya (N)
r = jarak tegak lurus (m)
2. Momen Kopel
Momen kopel dinotasikan dg M, satuannya Nm. Kopel adalah pasangan dua
buah gaya yang sama besar berlawanan arah dan sejajar. Besarnya kopel dinyatakan
denganmomen kopel (M). Momen kopel merupakan besaran vektor dengan satuan
Nm. Pengaruh kopel terhadap benda yaitu dapat menyebabkan banda berotasi.
Formula: M = F x d
Keterangan:
M = momen kopel (Nm)
F = gaya (N)
d = jarak antara kedua gaya (m)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2015/2016


KELOMPOK 01
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Gambar 6.11 Momen Kopel


Sumber: Setyawan (2015)

3. Momen Inersia
Momen inersia merupakan ukuran kelebaman suatu benda untuk
berotasi terhadap porosnya. Besaran ini adalah analog rotasi daripada massa.
Momen inersia berperan dalam rotasi seperti massa dalam dinamika dasar,
menentukan hubungan antara momentum sudut dan kecepatan sudut,
sertamomen gaya dan percepatan sudut.
I = k. m. r2
Keterangan:
I = Momen Inersia (Kgm2)
k = konstanta inersia
m = massa (kg)
r = jari-jari objek dari pusat massa (m)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2015/2016


KELOMPOK 01
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Gambar 6.12 Macam-macam Konstanta Inersia


Sumber: Beer et. Al. (2012: 566)

4. Momen Bending
Momen bending adalah jumlah dari semua komponen momen gaya luar
yang bekerja pada segmen yang terisolasi, yaitu beban luar yang bekerja tegak
lurus sepanjang sumbu axis. Sebagai contoh momen bending adalah terjadi pada
konstruksi jembatan.
𝑀 𝜎
=
𝐼 𝑦
Keterangan:
M = Momen Bending (Nm)
I = Momen Inersia (kgm2)
y = jarak dari sumbu netral ke permukaan benda (m)
𝜎= tegangan bending (Pa)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2015/2016


KELOMPOK 01
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

6.2 Tujuan Pengujian


1. Untuk mengetahui defleksi vertikal dari bermacam – macam batang lengkung
ketika mendapatkan sebuah pembebanan.
2. Untuk mengetehui defleksi horizontal dari bermacam – macam batang
lengkung ketika mendapatkan sebuah pembebanan.
3. Untuk mengetahui pengaruh penambahan beban terhadap defleksi yang terjadi

6.3 Spesifikasi Alat

Gambar 5.13 Deflection of Curved Beam Apparatus


Sumber : Laboraturium Fenomena Dasar Mesin Fakultas Teknik UB

 Spesimen
Bahan : Baja 25,4 × 3,2 mm
E = 2 × 107 gr/mm
Spesimen 1 : a = 75 mm R = 75 mm b = 75 mm
Spesimen 2 : a = 0 R = 150 mm b=0
Spesimen 3 : a = 0 R = 75 mm b = 75 mm
Spesimen 4 : a = 150 mm R=0 b = 150 mm

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2015/2016


KELOMPOK 01
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

6.4 Cara Pengambilan Data

Gambar 5.15 Sketsa Curved Beam Apparatus


Sumber : Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2014
Prosedur :
1. Pasang Spesimen (2) pada klem (1).
2. Blok (3) dikendorkan dan ditempatkan ulang jika perlu untuk menempatkan
spesimen. Kunci pada posisi yang tersedia.
3. pasang Beban (4) pada spesimen. Dial indicator (5) dan (6) ditempatkan
berhubungan dengan beban (4)
4. Indikator di set terlebih dahulu sehingga menunjukkan angka nol. Pembebanan
dilakukan dengan memberikan beban pada beban tergantung (4).
5. Kemudian perubahan yang terjadi dicatat. Beban ditambahkan sambil mencatat
perubahan yang terjadi.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2015/2016


KELOMPOK 01
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

6.5. HASIL PENGUJIAN


6.5.1. Data Hasil Pengujian
a. untuk spesimen 2 (a = 0 mm , R = 150 mm, b = 0 mm )

tabel 5.2 data defleksi aktual spesimen 2


spesimen 2
pembebanan
No X Y
(gram) ΔX ΔY
1 2 1 2
1 50 0,10 0,09 0,095 0,10 0,10 0,1
2 100 0,17 0,1 0,155 0,19 0,16 0,175
3 150 0,25 0,24 0,245 0,30 0,28 0,29
4 200 0,35 0,34 0,345 0,42 0,41 0,415
5 250 0,42 0,41 0,415 0,52 0,50 0,51
6 300 0,48 0,50 0,49 0,59 0,62 0,605
7 350 0,58 0,55 0,565 0,73 0,73 0,73
8 400 0,62 0,61 0,615 0,80 0,83 0,815
9 450 0,71 0,70 0,705 0,95 0,95 0,95
10 500 0,79 0,76 0,775 1,05 1,05 1,05
Ʃ 4,47 4,34 4,405 5,65 5,63 5,64

b. untuk spesimen 3 (a = 0 mm, R = 75 mm, b = 75 mm)

Tabel 5.3 data defleksi aktual spesimen 3

Spesimen 3
pembebanan
No X Y
(gram) ΔX ΔY
1 2 1 2
1 50 0,13 0,09 0,11 0,10 0,10 0,10
2 100 0,22 0,23 0,225 0,20 0,23 0,215
3 150 0,34 0,34 0,34 0,46 0,48 0,47
4 200 0,41 0,41 0,41 0,54 0,57 0,565
5 250 0,47 0,50 0,485 0,74 0,79 0,765
6 300 0,51 0,53 0,52 0,94 0,95 0,945
7 350 0,54 0,57 0,555 1,01 1,07 1,04
8 400 0,64 0,71 0,675 1,17 1,17 1,17
9 450 0,80 0,80 0,80 1,40 1,40 1,40
10 500 0,88 0,88 0,88 1,54 1,54 1,545
Ʃ 4,94 5,06 5 8,1 8,31 8,205

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2015/2016


KELOMPOK 01
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

c. Data defleksi teoritis spesimen 3 dan 2


Tabel 5.4 data defleksi teoritis spesimen 3 dan 2
defleksi horizontal defleksi vertikal
spesimen spesimen spesimen spesimen
3 2 3 2
0.030412 0.060825 0.0271431 0.9549509
0.060825 0.121650 0.0542862 0.19099018
0.091237 0.182475 0.0814293 0.28648527
0.121650 0.243300 0.1085724 0.38198036
0.152062 0.304125 0.1357156 0.4774754
0.182475 0.364949 0.1628587 0.5729705
0.212887 0.425774 0.1900018 0.6684656
0.243300 0.486599 0.2171449 0.7639607
0.273712 0.547424 0.244288 0.8594558
0.304124 0.608249 0.2714311 0.9549509

d. Data Antar Kelompok

Tabel 5.5 Hubungan antara beban dengan defleksi teoritis horizontal (∆p) berbagai
spesimen
defleksi horisontal (X)
no pembebanan
spesimen 1 spesimen 2 spesimen 3 spesimen 4
1 50 0.062 0.061 0.304 0.061
2 100 0.124 0.122 0.061 0.122
3 150 0.186 0.182 0.091 0.182
4 200 0.248 0.243 0.121 0.243
5 250 0.310 0.304 0.152 0.304
6 300 0.371 0.365 0.182 0.365
7 350 0.433 0.426 0.212 0.426
8 400 0.495 0.487 0.243 0.487
9 450 0.557 0.547 0.273 0.547
10 500 0.619 0.608 0.304 0.608

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2015/2016


KELOMPOK 01
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Tabel 5.6 Hubungan antara beban dengan defleksi teoritis vertikal (∆w) berbagai
spesimen
defleksi vertikal (Y)
No pembebanan
spesimen 1 spesimen 2 spesimen 3 spesimen 4
1 50 0.097 0.095 0.027 0.124
2 100 0.194 0.191 0.054 0.247
3 150 0.291 0.286 0.081 0.371
4 200 0.388 0.382 0.109 0.494
5 250 0.486 0.477 0.136 0.618
6 300 0.583 0.573 0.163 0.741
7 350 0.680 0.668 0.190 0.865
8 400 0.777 0.764 0.217 0.988
9 450 0.874 0.859 0.244 1.112
10 500 0.971 0.955 0.271 1.235

6.5.2 Contoh Perhitungan

a. Spesimen 3
 Defleksi Vertikal
𝑊𝑎2 𝑊𝑅 𝜋𝑎2 𝜋𝑅 2 𝑊 2
∆𝑤 = + [ + + 2𝑎𝑅] + (𝑎 𝑏 + 2𝑎𝑏 2 + 𝑏𝑅 2 )
3𝐸𝐼 𝐸𝐼 2 4 𝐸𝐼
50 𝑥 02 50 𝑥 75 𝜋 𝑥 02 𝜋 𝑥 752
∆𝑤 = 3 x 2.107x 69.358933 + [ + + 2 𝑥 0 𝑥 75 ]
2.107 x 69.358933 2 4
50
+ x (02 𝑥 75 + 2 𝑥 0 𝑥 752 + 75 𝑥 752 )
2.107 x 69.358933

∆𝑤 = 0 + ( 0.0000027 x 4415,625 ) + ( 0.000000036 x 421875 )

∆𝑤 = 0.027143 mm

 Defleksi Horizontal
𝑊𝑅 2 𝜋 𝑅 𝑊 𝑎𝑏 2 𝑏2𝑅
∆𝑃 = [𝑎 (2 − 1 + 2 )]+ 𝐸𝐼 (𝑎𝑏𝑅 + 𝑏𝑅 2 + + )
𝐸𝐼 2 2
50 𝑋 752 𝜋 75 50
∆𝑃 = 2.107 𝑋 69.358933 [0 (2 − 1 + )]+ 2.107 𝑋 69.358933 (0 𝑥 0.75 𝑥 0.75 +
2
0 𝑥 752 752 𝑥 75
75 𝑥 752 + + )
2 2

∆𝑃 = ( 0.000202750 x 37.5 ) + ( 0.000000036 x 632812,5 )

∆𝑃 = 0.030412 mm

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2015/2016


KELOMPOK 01
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

b. Spesimen 2
 Defleksi vertikal
𝑊𝑎2 𝑊𝑅 𝜋𝑎2 𝜋𝑅 2 𝑊
 ∆𝑤 = + [ + + 2𝑎𝑅] + (𝑎2 𝑏 + 2𝑎𝑏 2 + 𝑏𝑅 2 )
3𝐸𝐼 𝐸𝐼 2 4 𝐸𝐼
50 𝑥 02 50 𝑥 150 𝜋 𝑥 02 𝜋 𝑥 1502
 ∆𝑤 = 3 x 2.107 x 69.358933 + [ + +
2.107 x 69.358933 2 4
50
2 𝑥 0 𝑥 150 ] + x (02 𝑥 0 + 2 𝑥 0 𝑥 02 + 0 𝑥 1502 )
2.107 x 69.358933

 ∆𝑤 = 0,09549509 mm

 Defleksi horizontal
𝑊𝑅 2 𝜋 𝑅 𝑊 𝑎𝑏 2 𝑏2 𝑅
 ∆𝑃 = [𝑎 (2 − 1 + 2 )]+ 𝐸𝐼 (𝑎𝑏𝑅 + 𝑏𝑅 2 + + )
𝐸𝐼 2 2
50 𝑋 02 𝜋 0 50
 ∆𝑃 = 2.107 𝑋 69.358933 [150 ( 2 − 1 + 2)]+ 2.107 𝑋 69.358933
150 𝑥 1502 1502 𝑥 0
(150 𝑥 75 𝑥 0 + 75 𝑥 02 + + )
2 2

 ∆𝑃 = ( 0 x 85.5 ) + ( 0.000000036 x 1687500 )


 ∆𝑃 = 0.0608825 mm

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2015/2016


KELOMPOK 01
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

6.5.3Grafik dan Pembahasan

6.5.3.1 Grafik Hubungan Defleksi Horisontal dan Vertikal terhadap Variasi Pembebanan Pada Spesimen 2

1.2

0.8 defleksi horizontal aktual spesimen 2


defleksi vertikal aktual spesimen 2
Defleksi (mm)

defleksi horizontal teoritis spesimen 2


0.6
defleksi vertikal teoritis spesimen 2
Linear (defleksi horizontal aktual spesimen 2)
0.4 Linear (defleksi vertikal aktual spesimen 2)
Linear (defleksi horizontal teoritis spesimen 2)
Linear (defleksi vertikal teoritis spesimen 2)
0.2

0
0 100 200 300 400 500 600
Pembebanan (gram)

Gambar 5.16 Grafik Hubungan Pembebanan Terhadap Defleksi Pada Spesimen 2

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2015/2016


KELOMPOK 01
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Analisa Grafik
Secara umum grafik hubungan antara defleksi horizontal dan vertikal terhadap
variasi pembebanan pada spesimen 2 cenderung mengalami peningkatan hal ini
disebabkan karena adanya penambahan beban sehingga defleksi semakin bertambah dan
deformasi yang terjadi akibat beban selalu kontinyu. Pertambahan nilai defleksi terhadap
beban sesuai dengan rumus
𝑊𝑎2 𝑊𝑅 𝜋𝑎2 𝜋𝑅 2 𝑊 2
∆𝑤 = + [ + + 2𝑎𝑅] + (𝑎 𝑏 + 2𝑎𝑏 2 + 𝑏𝑅 2 )
3𝐸𝐼 𝐸𝐼 2 4 𝐸𝐼

𝑊𝑅 2 𝜋 𝑅 𝑊 𝑎𝑏 2 𝑏2𝑅
∆𝑃 = [𝑎 ( 2 − 1 + 2 )]+ 𝐸𝐼 (𝑎𝑏𝑅 + 𝑏𝑅 2 + + )
𝐸𝐼 2 2

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya defleksi:


1. Kekakuan batang. Semakin kaku batang maka defleksi akan semakin kecil.
2. Besar kecilnya gaya yang diberikan.
3. Bentuk spesimen yang diuji.
Pada grafik pembebanan horizontal dan vertikal nilai aktual lebih tinggi daripada
teoritis hal ini dikarenakan peletakkan beban tidak tepat pada center of gravity. Kesalahan
peletakkan beban yang tidak sesuai dengan center of gravity mengakibatkan nilai inersia
berubah. Berubahnya nilai inersia mengakibatkan nilai defleksi pada aktual menjadi tidak
sesuai dengan yang teoritis.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2015/2016


KELOMPOK 01
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

6.5.3.2 Grafik Hubungan Defleksi Horisontal dan Vertikal terhadap Variasi Pembebanan Pada Spesimen 3

1.800000 defleksi horizontal teoritis spesimen


3
defleksi horizontal aktual spesimen 3
1.600000
defleksi vertikal teoritis spesimen 3
1.400000
defleksi vertikal aktual spesimen 3

1.200000 Poly. (defleksi horizontal teoritis


spesimen 3)
Axis Title

1.000000

0.800000

0.600000

0.400000

0.200000

0.000000
0 100 200 300 400 500 600
Axis Title

Gambar 5.17 Grafik Hubungan Pembebanan Terhadap Defleksi Pada Spesimen 3

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2015/2016


KELOMPOK 01
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Analisa Grafik :
Secara umum grafik hubungan antara defleksi horizontal dan vertikal terhadap
variasi pembebanan pada spesimen 3 yang cenderung mengalami peningkatan hal ini
disebabkan karena adanya penambahan beban sehingga defleksi horizontal semakin
meningkat dan deformasi yang terjadi akibat beban selalu kontinyu.
Pada grafik defleksi horizontal dan vertikal teoritis spesimen 3, peningkatan
grafik ini sesuai dengan rumus :
𝑊𝑎2 𝑊𝑅 𝜋𝑎2 𝜋𝑅 2 𝑊 2
∆𝑤 = + [ + + 2𝑎𝑅] + (𝑎 𝑏 + 2𝑎𝑏 2 + 𝑏𝑅 2 )
3𝐸𝐼 𝐸𝐼 2 4 𝐸𝐼

𝑊𝑅 2 𝜋 𝑅 𝑊 𝑎𝑏 2 𝑏2 𝑅
∆𝑃 = [𝑎 ( 2 − 1 + 2 )]+ 𝐸𝐼 (𝑎𝑏𝑅 + 𝑏𝑅 2 + + )
𝐸𝐼 2 2

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya defleksi:


1. Kekakuan batang. Semakin kaku batang maka defleksi akan semakin kecil.
2. Besar kecilnya gaya yang diberikan.
3. Bentuk spesimen yang diuji.
Sama seperti spesimen 1. Pada grafik pembebanan horizontal dan vertikal nilai
aktual lebih tinggi daripada teoritis hal ini dikarenakan peletakkan beban tidak tepat pada
center of gravity. Kesalahan peletakkan beban yang tidak sesuai dengan center of gravity
mengakibatkan nilai inersia berubah. Berubahnya nilai inersia mengakibatkan nilai
defleksi pada aktual menjadi tidak sesuai dengan yang teoritis.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2015/2016


KELOMPOK 01
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

6.5.3.3 Grafik Hubungan Defleksi Horisontal Teoritis Terhadap Variasi Pembebaban Berbagai Spesimen

0.7
Spesimen 1

0.6
Spesimen 2

0.5 Spesimen 3
Defleksi (mm)

0.4 Spesimen 4

0.3

0.2

0.1

0
0 100 200 300 400 500 600
Pembebanan (gram)

Gambar 5.18 Grafik Hubungan Defleksi Horisontal Teoritis Terhadap Variasi Pembebaban Berbagai Spesimen

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2015/2016


KELOMPOK 01
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Analisa Grafik :
Pada grafik di atas menjelaskan tentang pengaruh pembebanan terhadap defleksi
yang terjadi secara horizontal. Semakin tinggi nilai pembebanan yang diberikan kepada
specimen maka semakin tinggi pula nilai defleksi horizontal yang terjadi. Seperti pada
rumus berikut :
Spesimen 1
𝑊𝑅 2 𝜋 𝑅 𝑊 𝑎𝑏 2 𝑏2 𝑅
∆𝑃 = [𝑎 ( − 1 + )]+ (𝑎𝑏𝑅 + 𝑏𝑅 2 + + )
𝐸𝐼 4 2 𝐸𝐼 2 2

Spesimen 2
𝑊𝑅 3
∆𝑃 = 2𝐸𝐼

Spesimen 3
𝑊 𝑏2 𝑅
∆𝑃 = 𝐸𝐼 (𝑏𝑅 2 + )
2

Spesimen 4
𝑊 𝑎𝑏 2
∆𝑃 = 𝐸𝐼 ( )
2

Keterangan :
∆𝑃 : defleksi horizontal (mm)
𝑊 : beban (kg)
𝐸 : modulus elastisitas (kg/mm2)
𝐼 : momen inersia (mm4)
𝐴 : lengan horizontal (mm)
𝐵 : lengan vertikal (mm)
𝑅 : radius kelengkungan (mm)

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya defleksi:


1. Jari-jari kelengkungan (radius) pada specimen menimbulkan distribusi tegangan
sehingga defleksi yang terjadi lebih besar.
2. Panjang lengan. Semakin panjang lengan maka momen gaya yang dihasilkan semakin
besar sehingga defleksi yang terjadi semakin besar.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2015/2016


KELOMPOK 01
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

3. Besar kecil gaya yang diberikan pada batang berbanding lurus dengan besarnya
defleksi yang terjadi.
Pada grafik diatas, spesimen mengalami pertambahan defleksi horizontal seiring
dengan bertambahnya beban yang diberikan. Namun disini terdapat perbedaan defleksi
antar spesimen. Untuk spesimen 1 mengalami defleksi horizontal yang lebih tinggi
daripada spesimen yang lainnya. Namun selisih antara grafik spesimen 1,2, dan 4 tidak
terlalu tinggi. Ini dikarenakan beban horizontal berhubungan dengan momen, dan momen
berhubungan dengan jarak beban terhadap tumpuan. Pada spesimen 1,2, dan 4 jarak beban
terhadap titik tumpuan sama yaitu 150 mm. Karena jarak beban terhadap titik tumpuan
sama, maka besarnya defleksi horrizontal pada kedua spesimen hampir sama.
Pada spesimen 3, defleksi horisontal yang terjadi paling kecil. Hal ini dikarenakan
jarak antara beban dengan tumpuan tidak terlalu jauh, yaitu 75 mm. Ini mengakibatkan
momen yang diterima oleh spesimen 3 tidak terlalu besar sehingga defleksi horisontal
yang terjadi tidak terlalu besar.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2015/2016


KELOMPOK 01
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

6.5.3.4 Grafik Hubungan Defleksi vertikal Teoritis Terhadap Variasi Pembebaban Berbagai Spesimen

1.4
Spesimen 1

1.2
Spesimen 2

1 Spesimen 3
Defleksi (mm)

0.8 Spesimen 4

0.6

0.4

0.2

0
0 100 200 300 400 500 600
Pembebanan (gram)

Gambar 5.19 Grafik Hubungan Defleksi vertikal Teoritis Terhadap Variasi Pembebaban Berbagai Spesimen

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2015/2016


KELOMPOK 01
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS
Pada grafik perbandingan defleksi vertikal teoritis pada spesimen 1, 2, 3 dan 4
semua grafik cenderung mengalami peningkatan akibat adanya penambahan beban.
Adapun urutan paling atas adalah grafik spesimen 4, 1, 2 dan 3. Hal ini bisa dari lihat
rumus-rumus yang digunakan dalam mencari defleksi vertikal teoritis pada tiap spesimen,
berikut adalah rumus yang digunakan :
Spesimen 1 :

𝑊𝑎2 𝑊𝑅 𝜋𝑎2 𝜋𝑅 2 𝑊 2
∆𝑤 = + [ + + 2𝑎𝑅] + (𝑎 𝑏 + 2𝑎𝑏 2 + 𝑏𝑅 2 )
3𝐸𝐼 𝐸𝐼 2 4 𝐸𝐼
Spesimen 2 :
𝜋𝑊𝑅 3
∆𝑤 =
4𝐸𝐼
Spesimen 3 :
𝜋𝑊𝑅 3 𝑊𝑏𝑅 2
∆𝑤 = +
4𝐸𝐼 𝐸𝐼
Spesimen 4 :
𝑊𝑎2 𝑊 2
∆𝑤 = + (𝑎 𝑏 + 2𝑎𝑏 2 )
3𝐸𝐼 𝐸𝐼

Keterangan :
∆𝑤 : defleksi vertikal (mm)
𝑊 : beban (kg)
𝐸 : modulus elastisitas (kg/mm2)
𝐼 : momen inersia (mm4)
𝐴 : lengan horizontal (mm)
𝐵 : lengan vertikal (mm)
𝑅 : radius kelengkungan (mm)

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya defleksi:


1. Jari-jari kelengkungan (radius) pada specimen menimbulkan distribusi tegangan
sehingga defleksi yang terjadi lebih kecil.
2. Panjang lengan. Semakin panjang lengan maka momen gaya yang dihasilkan semakin
besar sehingga defleksi yang terjadi semakin besar.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2015/2016 160


Kelompok 05
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

3. Sudut atau tanpa adanya radius menimbulkan pemusatan tegangan sehingga defleksi
yang terjadi lebih besar, disbanding dengan specimen yang memiliki radius.
Dari rumus diatas dapat di hubungkan dengan grafik yang menunjukkan bahwa
urutan dari defleksi yang paling tinggi 4,1,2,3 yaitu karena spesimen 4 tidak memiliki
Radius ( R ) sehingga terjadi pemusatan tegangan, dilanjutkan dengan spesimen 1
dikarenakan lengannya yang lebih kecil yaitu sebesar 75. Kemudian spesimen 2 yang
memiliki radius sebesar 150 sehingga distribusi tegangan lebih merata dibanding
spesimen 1. Dilanjutkan dengan spesimen 3 dimana tidak mempunyai lengan dan radius
kecil sehingga defleksinya juga kecil.
Pada spesimen 3, defleksi vertikal yang terjadi paling kecil. Hal ini dikarenakan
jarak antara beban dengan tumpuan tidak terlalu jauh, yaitu 75 mm. Ini mengakibatkan
momen yang diterima oleh spesimen 3 tidak terlalu besar sehingga defleksi vertikal yang
terjadi tidak terlalu besar.

6.5.4. Kesimpulan dan Saran


 Kesimpulan
1. Pada grafik hubungan pembebanan terhadap defleksi pada spesimen 2, defleksi di
pengaruhi pembebanan, semakin besar pembebanan yang diberikan maka semakin
besar pula defleksi yang terjadi. Defleksi juga dipengaruhi oleh peletakkan beban
terhadap center of gravity. Karena center of gravity mempengaruhi nilai dari inersia
pada spesimen tersebut.
2. Pada grafik hubungan pembebanan terhadap defleksi pada spesimen 3, defleksi di
pengaruhi pembebanan, semakin besar pembebanan yang diberikan maka semakin
besar pula defleksi yang terjadi. Defleksi juga dipengaruhi oleh peletakkan beban
terhadap center of gravity. Karena center of gravity mempengaruhi nilai dari inersia
pada spesimen tersebut.

3. Pada grafik hubungan defleksi horisontal teoritis terhadap variasi pembebaban


berbagai spesimen, spesimen yang nilai defleksi horizontal teoritis mulai yang
terbesar adalah spesimen 1, 2, 4, dan 3. Jarak pembebanan sangat mempengaruhi
defleksi horizontal pada sebuah spesimen.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2015/2016 161


Kelompok 05
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

4. Pada grafik hubungan defleksi vertikal teoritis terhadap variasi pembebaban


berbagai spesimen, urutan defleksi paling besar adalah grafik spesimen 4, 1, 2 dan 3.
Hal ini dikarenakan tiap spesimen memiliki lengan yang berbeda dan radius yang
berbeda. Semakin panjangnya lengan dan radius pada spesimen akan membuat
defleksi vertikal pada spesimen semakin tinggi.
5. Pada pembebanan vertical yang berpengaruh pada besar kecil nya defleksi adalah
radius dan panjang lengan, sementara pada pembebanan horizontal yang
berpengaruh pada besar kecil nya defleksi adalah panjang lengan. Semakin besar
nilai radius dari suatu specimen, maka defleksi yang terjadi akan semakin kecil,
karena terjadi distribusi tegangan yang lebih merata.

 Saran
1. Spesimen yang digunakan sebaiknya diperbarui untuk meminimalisir perbedaan
defleksi antara aktual dan teoritis
2. Bagi asisten sebaiknya lebih diperkenalkan mengenai alat – alat yang akan dibuat
praktikum .
3. Bagi praktikan diharapkan untuk menguasai dasar teori agar lebih mudah dalam
kegiatan asistensi.
4. Praktikan sebaiknya dating tepat waktu

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2015/2016 162


Kelompok 05

Anda mungkin juga menyukai