Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lendutan adalah perubahan bentuk defleksi yang dihitung dari keadaan
awal tanpa beban sampai batang membengkok karena pengaruh beban. Uji
defleksi penting dilakukan pada material untuk mengetahui kelenturan benda
uji yang menerima beban, karena defleksi/fleksibilitas merupakan faktor
penting dalam desain atau pembuatan mesin, untuk mendapatkan struktur yang
kokoh atau beban desain yang dapat diterima. Dalam merencanakan suatu
konstruksi perlu memperhatikan perhitungan lendutan dan tegangan struktur
pada saat dibebani. Hal ini penting, terutama dalam hal kekakuan dan
kekuatan, karena palang melintang yang menerima beban lateral akan
mengalami defleksi. Deformasi dan tegangan yang terjadi pada elemen penahan
beban harus berada dalam batas yang diperbolehkan, karena jika melebihi batas
yang diperbolehkan maka elemen tersebut atau elemen lainnya akan rusak.
Praktikum defleksi batang dikalkukan untuk mencari tahu besarnya defleksi
batang, hali ini dilakukna guna mengetahui prinsip defleksi pada pengaruh.
Praktikum juga dilakukan untuk mengaetahui apakan pengaruh tumppuan dan
perbedaan jenis material terhadap defleksi yang dihasilkan. Selain itu praktikum
dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil defleksi dan perhitungan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang terdapat pada praktikum defleksi batang
adalah sebagai berikut:
1. Apa besarnya deflesi pada batang?
2. Bagaimana prinsip defleksi pada batang?

1
3. Apa pengaruh tumpuan dan perbedaan jenis material terhadap defleksi yang
dihasilkan?
4. Apa bedanya besar defleksi hasil percobaan dengan hasil perhitungan?

1.3 Tujuan Praktikum


Sementara itu tujuan dari dilaksanakan praktikum ini adalah sebagai
bertikut:
1. Menentukan besarnya defleksi dari berbagai jenis balok dengan cara
memberikan pembebanan pada titik-titik tertentu
2. Memahami prinsip defleksi pada batang dengan melakukan pengujian
dengan jenis tumpuan yang berbeda
3. Mengetahui pengaruh tumpuan dan perbedaan jenis material terhadap
defleksi yang dihasilkan
4. Membandingkan besarnya defleksi hasil percobaan dengan hasil
perhitungan

1.4 Batasan Masalah


Agar permasalahan selama praktikum tidak menjalar terlalu jauh dan tidak
menimbulkan lebih banyak pertanyaan. Kita perlu menetapkan sebuah batasan
masalah yang terbagi menjadi dua Variabel, yaitu variable bebas dan variable
terikat.

1.5 Sistematika Penulisan


Pada praktikum defleksi batang ini, penulisan laporan ini dibagi menjadi lima
bab, Selain itu juga di akhir laporan terdapat lampiran yang memuat contoh
perhitungan, jawaban pertanyaan dan tugas khusus serta terdapat juga blangko
percobaan.
BAB I PENDAHULUAN
Bab I menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan percobaan, rumusan masalah,
sistematika penulisan.

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab II menjelaskan mengenai tinjauan pustaka yang berisi mengenai teori
singkat dari percobaan yang dilakukan.
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
Bab III menjelaskan mengenai metode pengambilan data dan bagaimana cara
melakukan praktikum
BAB IV ANALISA+ DAN PEMBAHASAN
Bab IV menjelaskan mengenai data percobaan dan pembahasan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab V menjelaskan mengenai kesimpulan dan saran dari percobaan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian defleksi


Salah satu fenomena yang sering dijumpai dalam sistem konstruksi ialah
terjadinya defleksi pada material batang atau yang sering diistilahkan sebagai
proses deflection beam. Fenomena ini merupakan proses melendutnya suatu
batang yang diakibatkan oleh adanya gaya atau beban yang bekerja pada batang
tersebut ( Naharuddin, 2014) Pada perencanaan konstruksi teknik, kemampuan
untuk menentukan beban maksimum yang dapat diterima oleh suatu konstruksi
adalah penting. Dalam aplikasi keteknikan, kebutuhan tersebut haruslah
disesuaikan dengan pertimbangan ekonomis dan pertimbangan teknis, seperti
kekuatan (strength), kekakuan (stiffines), dan kestabilan (stability) ( Popov
1991)

Gambar 2.1 defleksi


(sumber: baixardoc.com)

Dasarnya, besar kecilnya defleksi dapat memengaruhi balok tergantung


kelakuan dari balok tersebut, makin keras atau kaku balok maka lendutan akan
makin kecil dan sebaliknya, dan besar kecilnya gaya atau tekanan berbanding
lurus dengan besarnya defleksi. defleksi dapat terjadi karena adanya

4
pembebanan pada balok atau batang, sedangkan deformasi merupakan berbagai
macam bentuk perlakuan yang dapat menyebabkan perubahan bentuk ataupun
ukuran pada balok atau batang. (wahyu, 2022)

2.2 Macam-macam defleksi


Defleksi adalah perubahan bentuk balok atau batang dalam satu arah
akibat adanya beban yang diberikan pada balok atau batang tersebut. Sumbu
batang akan terdeteksi dari posisi awalnya ketika benda diberi gaya. Dengan
kata lain suatu batang akan mengalami pembebanan transversal baik itu beban
terpusat maupun terbagi merata akan mengalami defleksi. Defleksi ada 2 yaitu:
1. Defleksi Vertikal (Δy)
Perubahan posisi batang atau balok arah vertikal karena adanya
pembebanan yang diberikan pada batang atau balok

.
Gambar 2.2 defleksi Vertikal
(sumber: 123dok.com)

2. Defleksi Horisontal (Δx)


Perubahan posisi suatu batang atau balok arah horisontal karena adanya
pembebanan yang dberikan pada batang atau balok.

Gambar 2.3 defleksi Horizontal


(sumber: pengadaan.web.id)

5
2.3 Faktor yang mempengaruhi defleksi
Defleksi/lendutan adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y
akibat adanya pembebanan vertical yang diberikan pada batang material.
Deformasi pada balok dapat dijelaskan berdasarkan defleksi sesuai dengan
bahan material, dari posisinya sebelum mengalami pembebanan. Defleksi
diukur dari permukaan netral awal ke posisi netral setelah terjadi deformasi.
Konfigurasi yang diasumsikan dengan deformasi permukaan netral dikenal
sebagai kurva elastis dari balok. (Astamar, 1993)

A. Kekakuan batang
Batang yang sifatnya semakin kaku maka lendutan yang dihasilkan akan
semakin kecil.
B. Besarnya kecil gaya yang diberikan
Besar-kecilnya gaya yang diberikan pada batang berbanding lurus dengan
besarnya defleksi yang terjadi. Dengan kata lain semakin besar beban yang
dialami batang maka defleksi yang terjadi semakin besar.
C. Jenis tumpuan yang diberikan
Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda. Oleh karena
itu besarnya defleksi pada penggunaan tumpuan yang berbeda-beda tidaklah
sama. Semakin banyak reaksi dari tumpuan yang melawan gaya dari beban
maka defleksi yang terjadi pada tumpuan rol lebih besar dari tumpuan pin
(pasak) dan defleksi yang terjadi pada tumpuan pin lebih besar dari tumpuan
jepit.
D. Jenis beban yang terjadi pada batang
Beban terdistribusi merata dengan beban titik, keduanya memiliki kurva
defleksi yang berbeda-beda. Pada beban terdistribusi yang terjadi pada
bagian batang yang paling dekat lebih besar. Ini karena sepanjang batang
mengalami beban sedangkan pada beban titik hanya terjadi pada beban titik
tertentu saja. Beban terdistribusi merata dengan beban titik, keduanya

6
memiliki kurva defleksi. Untuk setiap batang yang ditumpu akan melendut
apabila diberikan beban yang cukup besar, dimana pada bagian-bagian
tertentu seperti struktur jembatan, lendutan sangat tidak diizinkan karena
dengan adannya lendutan yang besar maka struktur jembatan tersebut akan
mengalami kerusakan dan akan mengakibatkan jembatan tersebut menjadi
roboh. Pada semua konstruksi teknik, bagian-bagian pelengkap suatu
bangunan haruslah diberi ukuran-ukuran fisik yang tertentu. Bagian-bagian
tersebut haruslah diukur dengan tepat untuk menahan gayagaya yang
sesungguhnya atau yang mungkin akan dibebankan kepada struktur
jembatan tersebut. Jadi struktur jembatan haruslah diperlukan untuk
menahan gayagaya luar dan dalam. Demikian pula, bagian-bagian suatu
struktur material harus cukup kuat sehingga tidak akan melentur melebihi
batas yang diizinkan bila bekerja dibawah beban yang diizinkan. (Basori,
2015)

2.4 Definisi defromasi


Deformasi adalah salah satu kontrol kestabilan suatu elemen balok
terhadap kekuatannya. Biasanya deformasi dinyatakan sebagai perubahan
bentuk elemen struktur dalam bentuk lengkungan (q) dan perpindahan posisi
dari titik di bentang balok ke titik lain, yaitu defleksi (v) akibat beban di
sepanjang bentang balok tersebut (Brahmantyo, 2004) Deformasi merupakan
hal yang biasa terjadi pada logam dimana biasanya sering terjadi pada logam
yang dikenai pembebanan dan akan mengalami perubahan bentuk pada struktur
mikronya. Pada prinsipnya beban terhadap benda terdeformasi (Deformable
Body) adalah suatu gaya yang melakukan aksi terhadap benda padat sehingga
menyebabkan Causative Influences yang menyebabkan terjadinya deformasi.
(Surdia T, 1985)

Apabila suatu benda mengalami deformasi maka dapat dilakukan analisis


dengan 2 macam cara, yaitu : Intrepretasi Fisik dan Analisis Geometri.

7
Intrepretasi fisik adalah proses penerjemahan secara fisis terhadap sifat materi
yang mengalami deformasi tegangan (stress) yang terjadi pada materi.
Hubungan fungsional antara beban dan deformasi yang terjadi dimana sifat
materi yang terdeformasi terdiri atas 2 macam, yaitu:
1. Rigid (Kaku) = Patah = Plastik.
2. Non-Rigid = Lentur = Elastik.

Untuk analisis geometri lebih menekankan penentuan parameter


deformasi dengan jalan mentransformasikan perubahan posisi ke dalam bentuk
parameter-parameter deformasi meliputi translasi, rotasi dan dilatasi.
Interpretasi Fisik dapat dilakukan dengan 2 macam metode, yaitu : Penentuan
Metode dan Metode Statistika. Penentuan metode pada umumnya adalah
metode deterministik, metode deterministik adalah metode operasional yang
menggunakan informasi yang berkaitan dengan beban, sifat-sifat materi,
geometri benda dan hukum fisis yang berlaku untuk tegangan-regangan (Stress-
Strain). Metode statistika dinamakan juga metode analisis regresi yang
menitikberatkan pembahasannya pada analisis korelasi antara besaran
deformasi antara besaran deformasi (displacement) dan besaran beban (load)
penyebab terjadinya deformasi

2.5 Jenis-jenis deformasi


Deformasi dibedakan atas deformasi elastis dan plastis. Deformasi elastis,
perubahan bentuk yang terjadi bila ada gaya yang berkerja, serta akan hilang
bila bebannya ditiadakan (benda akan kembali kebentuk dan ukuran semula).
Deformasi plastis, perubahan bentuk yang permanen, meskipun bebannya
dihilangkan. Secara mikrokopis, perubahan bentuk baik deformasi elastis
maupun plastis disebabkan oleh bergesernya kedudukan atom-atom dari
tempatnya semula. Pada deformasi elasitis adanya tegangan akan menggeser
atom-atom ke tempat kedudukannya yang baru, dan atom-atom tersebut akan
kembali ke tempatnya yang semula bila tegangan tersebut ditiadakan. Pada

8
deformasi plastis, atom-atom yang bergeser menempati kedudukannya yang
baru dan stabil, meskipun beban (tegangan) dihilangkan, atom-atom tersebut
tetap berada pada kedudukan yang baru (Eko Didik, 2015)
A. Elastisitas
Deformasi elastis adalah proses perubahan bentuk dari struktur atom
pada logam yang dikenai beban dan akan kembali kebentuk semula,
contohnya seperti karet
Elastisitas adalah sifat yang dimiliki oleh suatu material yang
menyebabkan benda / material akan kembali ke bentuk seperti semula
setelah diberi beban dan mengalami perubahan bentuk kemudian beban
dihilangkan. Sebuah benda yang kembali sepenuhnya kepada bentuk
semula kita namakan elastis sempurna, sedangkan apabila tidak
sepenuhnya kembali kepada bentuk semula kita namakan elastis parsial
(sebagian). ( S. Timoshenko dan Goodier. 1986 ) Elastisitas bahan sangat
ditentukan oleh modulus elastisitas, modulus elastisitas suatu bahan didapat
dari hasil bagi antara tegangan dan regangan
σ
ε …….………………………………(1)
E
Dimana:
E = Modulus elastisitas ( Mpa )
σ = Tegangan (Mpa)
ε = Regangan

B. Plastisitas
Deformasi plastis adalah proses perubahan bentuk dari struktur atom
pada logam yang dikenai beban dan tidak bisa panjang kebentuk semula
(permanen). Plastisitas adalah sifat yang dimiliki oleh suatu material, yaitu
Panjang beban yang diberikan kepada suatu benda / material hingga
mengalami perubahan bentuk kemudian dihilangkan lalu benda tidak bisa
Panjang sepenuhnya ke bentuk semula.

9
Peningkatan pembebanan yang melebihi kekuatan luluh (yield
strength) yang dimiliki plat mengakibatkan aliran deformasi permanen
yang disebut plastisitas. Teori plastis terbagi menjadi dua kategori. Teori
fisik menjelaskan aliran bagaimana logam akan menjadi plastis. Meninjau
terhadap kandungan mikroskopik material seperti halnya pengerasan kristal
atom dan dislokasi butir kandungan material saat mengalami tahap
plastisitas. Teori matematik berdasarkan pada fenomena logis alami dari
material dan kemudian dideterminasikan ke dalam rumus yang digunakan
untuk acuan perhitungan pengujian material tanpa mengabaikan sifat dasar
material.

2.6 Kurva tegangan regangan


Sebuah spesimen logam yang ditempatkan pada alat uji tegangan-tarik.
Karena peningkatan beban aksial yang terjadi secara bertahap, maka
perpanjangan total atas anjang diukur pada setiap kenaikan beban dan
dilanjutkan hingga terjadi kegagalan pada spesimen. Setelah dilakukan
pengujian dapat diketahui luas penampang asli dan anjang spesimen, tegangan
normal (σ) dan regangan (ε) dapat. Berdasarkan kondisi panjang awal batang
(L0) dan luas area awal batang (A0) yang diberikan beban (F). Maka tegangan
(σ) adalah gaya per satuan luas area, sedangkan regangan (ε) adalah perubahan
panjang (δ) dibagi dengan panjang awal batang (L0). Sehingga secara
matematis dapat dituliskan sebagai berikut.
Tegangan
Σ = F / A0…………………………...…………..(2.2)

Regangan
ε = δ / L0………………………..………………(2.3)

Material logam diklasifikasikan sebagai material yang ulet atau getas.


Bahan ulet adalah material yang memiliki regangan tarik yang relatif besar
hingga titik putus misalnya seperti baja struktural dan aluminium, sedangkan

10
bahan getas/rapuh memiliki regangan yang relatif kecil hingga titik putus,
misalnya seperti besi cor dan beton.

Kurva Tegangan regangan dapat diperoleh beberapa sifat mekanik material. Beberapa
sifat mekanik material yang dimaksud yaitu Dari kekuatan tarik, keuletan, dan
elastisitas. Contoh kurva hasil uji tarik dapat dilihat pada gambar 2.4 (Budiman,
2016)

Gambar 2.4 Kurva tegangan regangan


(sumber: mendeley.com)

Pada kurva tegangan-regangan titik mula (O) sampai ke titik batas


proporsional kurva tegangan-regangan berupa garis lurus. Hubungan linear
antara perpanjangan dan gaya aksial tersebut pertama kali diketahui oleh Sir
Robert Hooke pada tahun 1678 dan disebut sebagai Hukum Hooke yang
menyatakan bahwa "dalam batas proporsional, tegangan berbanding lurus
dengan tegangan

σ ∝ ε………………………………...…………(2.4)

atau

σ = Eε…………………………………………..(2.5)

2.7 Alat ukur defleksi

11
Pengujian defleksi sangat penting dilakukan pada material untuk
mengetahui kelenturan benda uji ketika terjadi suatu pembebanan.
Defleksi/kelenturan merupakan salah satu faktor penting dalam suatu
perancangan kontruksi mesin maupun bangunan, untuk mendapatkan kontruksi
yang kokoh dan mampu menerima beban yang sesuai dengan rancangan. Dalam
perancangan kontruksi salah satu bagian yang perlu diperhatikan yaitu
perhitungan defleksi/lendutan dan tegangan pada elemen-elemen ketika
mengalami suatu pembebanan. Hal ini sangat penting diperhatikan dari segi
kekakuan (stiffnes) dan kekuatan (strength), dimana pada batang horizontal
yang diberi beban secara lateral akan terjadi defleksi. Defleksi dan tegangan
yang terjadi pada elemen-elemen yang mengalami pembebanan harus sesuai
pada suatu batas yang diijinkan, karena jika melewati batas yang diijinkan maka
akan terjadi kerusakan pada elemenelemen tersebut ataupun pada elemen-
elemen lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari fenomena defleksi sudah banyak
dijumpai seperti pada jembatan atau pada rangka mesin, jika defleksi yang
diterima oleh suatu material sangat besar maka akan mempengaruhi safety dari
pengguna dan kemampuan rangka dalam menerima tekanan tertentu pada posisi
tertentu. Maka dari itu dalam penelitian ini akan dilakukan perbandingan antara
hasil perhitungan dengan hasil percobaan sehingga dalam merancang suatu alat
akan dapat digunakan dalam rentan waktu yang lama serta mempunyai
kekuatan yang besar. (Ferli Adinata, 2021)Gaya lateral yang bekerja pada
struktur material dapat mengakibatkan terjadinya defleksi atau pergeseran. Oleh
karenanya, diperlukan pengujian lapangan atau lateral test untuk mengetahui
besaran defleksi yang terjadi. Salah satu alat tersebut adalah strain gauge

Strain gauge adalah komponen elektronik yang biasa digunakan untuk


mengukur regangan atau deformasi. Alat ini berbentuk pelat logam yang sifat
isolasinya ditempelkan pada benda yang akan diuji yang tekanannya akan
diukur dan tekanan yang dihasilkan diambil dari beban. Cara kerjanya adalah

12
jika tekanan pada benda berubah maka kawat logam akan berubah bentuk dan
nilai hambatan alat pun ikut berubah. Perubahan resistansi kemudian
dimasukkan ke dalam rangkaian dalam bentuk jembatan Wheatstone. Maka
Anda akan mengetahui berapa hambatan dari strain gauge tersebut

Sensor strain gauge pada dasarnya adalah tipe kawat logam, dimana
konfigurasi dari grid terbentuk melalui proses photoeching. Karena proses yang
mudah, maka dapat dibentuk ukuran dari gauge yang bermacam macam. Untuk
ukuran panjang strain gauge yang terkecil yang tersedia sebesar 0,20 mm, dan
yang terbesar sebesar 102 mm. Tahanan strain gauge dengan ukuran umum
sebesar 120 mm dan 350 ohm, selain itu ada strain gauge dengan tujuan khusus
yang tersedia sebesar 500, 1000, dan 1000 ohm. (U.A.Bakshi, 2008). Gambar
strain gauge ditunjukkan dibawah ini

Gambar 2.5 Sensor strain gauge


(sumber: utexas.edu)

13
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Diagram Alir Praktikum


Agar praktikum berjalan dengan benar, kita perlu mengikuti diagram alir
seperti berikut:

mulai

Mengukur dimensi batang

mencatat hasil pengukuran dalam table yang disediakan

Melepas satu penjepit dan semua tumpuan dari rangka instalasi dan memasang
benda uji

atur digital dial indicator pada posisi di atas benda uji dengan jarak tertentu

mensetting dial indicator pada posisi nol menggunakan tombol “origin”


dan mengantungkan beban seperti tergambar

14
Gambar 3.1 Diagram alir
(sumber: Dokumentasi pribadi)

3.2 Alat Dan Bahan Yang Digunakan


Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum adalah sebagai
berikut:
3.2.1 Alat yang Digunakan
1. Rangka instalasi

Gambar 3.2 Rangak instalasi

15
(sumber: Dokumentasi pribadi)

2. Gantungan beban dengan beban-beban

Gambar 3.3 Gantungan beban dengan beban-beban


(sumber: Dokumentasi pribadi)

3. Jangka sorong

Gambar 3.4 Jangka Sorong


(sumber: Dokumentasi pribadi)

4. Dial indicator

Gambar 3.5 dial indicator

16
(sumber: Dokumentasi pribadi)

5. Kunci L

Gambar 3.6 Kunci L


(sumber: Dokumentasi pribadi)

6. 3 benda uji (aluminium, besi, kuningan)

Gambar 3.7 Benda uji


(sumber: Dokumentasi pribadi)

3.3 Prosedur Praktikum


setelah persiapan dilakukan, prosedur yang perlu dilakukan agar
praktikum bisa berjalan dengan benar adalah sebagai berikut
Pemeriksaan sebelum pengujian
1. Ukur dimensi tebal dan lebar dari setiap benda uji dengan menggunakan
jangka sorong
2. Catat hasil pengukuran dalam table yang disediakan untuk setiap benda uji
pada blangko percobaan

17
3. Lepaskan satu penjepit dan semua tumpuan dari rangka instalasi
4. Pasang benda uji dengan menjepitkan salah satu ujungnya pada penjepit
5. atur digital dial indicator pada posisi di atas benda uji dengan jearak tertentu
kemudian kunci
6. setting dial indicator pada posisi nol menggunakan tombol “origin”
7. gantungkan beban seperti tergambar dibawah ini

Gambar 3.8 tumpuan cantilever


(sumber: Laboratorium FDM)

8. catat hasil pembacaan dari dial indicator (defleksi) untuk setiap


penambahan beban
9. ulangi percobaan untuk setiap material benda uji

Pengujian II (Tumpuan sederhana)


1. Ukur dimensi tebal dan lebar dari setiap benda uji dengan menggunakan
jangka sorong
2. Catat hasil pengukurang dalam tabel yang disediakan untuk setiap benda uji
pada blangko percobaan
3. Lepaskan satu penjepit dan semua tumpuan dari rangka instalasi kemudian
setting tumpuan dengan jarak tertentu, seperti Digambar dibawah ini

18
Gambar 3.9 Tumpuan sederhana
(sumber: Laboratorium FDM)

19
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel data praktikum


Setelah praktikum dijalankan, praktikan telah mengumpulkan data yang
dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Hasil pengujian pada aluminium


aluminium
Jarak (mm)
beban
Cantilever Sederhana
(gram)
100 200 300 125 250 380
150 0,16 1,25 4,72 0,15 1,44 1,41
200 0,21 2,76 5,14 0,20 1,57 1,54
250 0,25 4.15 6,43 0,22 1,73 1,66

Tabel 4.2 Hasil pengujian pada steel


Steel
Jarak (mm)
beban
Cantilever Sederhana
(gram)
100 200 300 125 250 380
150 0,09 0,54 2,71 0,7 0,15 0,13
200 0,11 0,73 3,20 0,11 0,20 0,19
250 0,16 0,93 3,84 0,14 0,25 0,23

Tabel 4.2 Hasil pengujian pada steel


brass
Jarak (mm)
beban
Cantilever Sederhana
(gram)
100 200 300 125 250 380
150 0,16 1,05 4,26 0,14 0,4 0,36
200 0,21 1,34 5,2 0,18 0,51 0,47
250 0,25 1,71 6,19 0,22 0,65 0,58

20
Tabel 4.4 spesifikasi bahan
Batang b (mm) d (mm) E I L
−2
Aluminium 19,14 3,28 69 nm 600
−2
Steel 19,04 3,18 207 nm 600
−2
brass 19,06 3,15 105 nm 600

4.2 Jawaban pertanyaan


Menggunakan data yang telah dikumpulkan selama praktikum, kita dapat
menjawab berbagai pertanyaan mengenai defleksi batang:

1. Jelaskan mengenai hubungan antara sebuah massa dan sebuah defleksi pada
beam
Jawab: Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah vertikal
dan horizontal akibat adanya pembebanan yang diberikan pada balo
katau batang. Sumbu sebuah batang akan terdeteksi dari
kedudukannya semula bila benda dibawah pengaruh gaya terpakai.
Dengan kata lain suatu batang akan mengalami pembebanan
transversal baik itu beban terpusat maupun terbagi merata akan
mengalami defleksi. Beban berhubungan dengan defleksi karena
semakin besa beban yang ditahan oleh beam, semakin besar pula nilai
defleksi pada beam tersebut

2. Sebutkan dan jelaskan tiga contoh aplikasi dari strukttur cantilever dan
tumpuan sederhana dan sertakan gambarnya
Jawab: Kantilever memberikan ruang kosong di bawah balok tanpa kolom
atau penyangga pendukung. Kantilever menjadi bentuk struktur yang
populer dengan diperkenalkannya baja dan beton bertulang. Mereka
digunakan secara luas dalam konstruksi bangunan seperti pada
jembatan. Jembatan kantilever adalah jembatan yang dibangun
dengan menggunakan struktur yang menonjol secara horizontal ke

21
dalam ruang, ditopang hanya pada salah satu ujungnya (disebut
kantilever). Untuk jembatan penyeberangan kecil, kantilevernya bisa
berupa balok sederhana; namun, jembatan kantilever besar yang
dirancang untuk menangani lalu lintas jalan raya atau kereta api
menggunakan rangka yang terbuat dari baja struktural, atau gelagar
kotak yang dibuat dari beton pratekan.

Gambar 4.1 Jembatan kantilever


(sumber: khairiconsult.com)

Contoh lainnya dari pengaplikasian struktur kantilever adalah pada


rumah seperti teras atau dek. Keunggulan utama kantilever adalah
menciptakan daya tarik arsitektur yang unik, baik itu diaplikasikan
pada interior maupun eksterior rumah. Meskipun sering kali
terkesan berdesain modern, namun nyatanya kantilever dapat
disandingkan ke dalam berbagai desain rumah. Bonusnya,
kehadiran kantilever bisa sekaligus memberikan perlindungan ke
area di bawahnya, seperti teras atau dek.

Gambar 4.2 Struktur kantilever pada rumah

22
(sumber: dekoruma.com)
Tower Crane adalah salah satu jenis crane yang biasa digunakan
dalam proyek konstruksi bangunan. Dalam pembangunan suatu
gedung tinggi alat berat ini sangatlah dibutuhkan demi
mempermudah proses pembangunan. Tinggi tower crane adalah 70-
80 meter dan dilengkapi dengan daya angkat material berat hingga
lebih dari 20 ton. Memiliki bentuk yang tinggi besar, membuat
pemasangan tower crane memakan banyak waktu. Pengaturan
untuk menggunakan tower crane adalah tetap berada di tempat
crane itu ditancapkan. Dasar dari tower ini terbuat dari beton dan
untuk proses penancapannya menggunakan baut besar berkualitas
tinggi.

Gambar 4.4 tower crane


(sumber: petrotrainingasia.com)

Contoh penerapan dari tumpuan sederhana dapat dilihat pada pegas


daun. Suspensi pegas daun digunakan pada kendaraan dengan
kapasitas muatan yang besar. Pegas daun ini memberikan nilai
pantulan akibat beban yang diterima, yang akan mengalami kondisi
terberat dalam beban tekan yang berulang ulang, sehingga
berpotensi untuk gagal akibat lewat batas lelah materialnya.

23
Gambar 4.4 pegas daun
(sumber: otospector.co.id)
Contoh penerapan dari tumpuan sederhana lainnya adalah sruktur
beton,. Struktur beton adalah suatu sistem konstruksi yang
menggunakan material beton sebagai bahan utamanya. Beton
memiliki kekuatan yang cukup tinggi, sehingga dapat digunakan
untuk membangun berbagai macam struktur baik itu gedung,
jembatan, maupun bangunan-bangunan lainnya. Dalam struktur
beton, material beton akan dibentuk menjadi berbagai macam
bentuk seperti batu bata, blok beton, dan lain-lain sesuai dengan
kebutuhannya. Selain itu, struktur beton juga dilengkapi dengan
beberapa bagian penting seperti besi tulangan dan pasir agar dapat
meningkatkan kekuatannya.

Gambar 4.5 Struktur beton


(sumber: wika-beton.co.id)
Jembatan gantung adalah sistem struktur jembatan yang
menggunakan wirerope (kabel) sebagai pemikul utama beban lalu
intas dan Berat Sendiri. Pada sistem ini wirerope utama memikul
beberapa hanger (penggantung) yang menghubungkan antara
wirerope utama dengan gelagar/ struktur jembatan. Wirerope utama
dihubungkan pada kedua pylon (menara) dan memanjang di
sepanjang jembatan yang berakhir pada pengangkeran pada kedua
ujung jembatan untuk menahan pergerakan vertikal dan horizontal
akibat beban-beban yang bekerja. Pada pylon tersebut dipasang

24
saddle (dudukan) beserta roller yang berfungsi sebagai pengarah
wirerope utama tersebut.

Gambar 4.6 Jembatan gantung


(sumber: wika-beton.co.id)

3. Buatlah grafuk defleksi terhadap massa untuk ketiga benda uji pada
salah satu data dalam aksis yang sama

grafik cantilever 100mm


0.3

0.25

0.2

0.15

0.1

0.05

0
150 200 250

aluminium steel brass

Gambar 4.7 grafik defleksi kantilever terhadap massa jarak 100mm


(sumber: Laboratorium FDM 2023)

25
grafik kantilever 200mm
4.5

3.5

2.5

1.5

0.5

0
150 200 250

aluminium steel brass

Gambar 4.8 grafik defleksi kantilever terhadap massa jarak 200mm


(sumber: Laboratorium FDM 2023)

grafik kantilever 300mm


7

0
150 200 250

aluminium steel brass

Gambar 4.9 grafik defleksi kantilever terhadap massa jarak 300mm


(sumber: Laboratorium FDM 2023)

26
grafik sederhana 125mm
0.25

0.2

0.15

0.1

0.05

0
125 250 250

aluminium steel brass

Gambar 4.10 grafik defleksi Sederhana terhadap massa jarak 125mm


(sumber: Laboratorium FDM 2023)

grafik sederhana 250,mm


2
1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
125 250 250

aluminium steel brass

Gambar 4.11 grafik defleksi Sederhana terhadap massa jarak 250mm


(sumber: Laboratorium FDM 2023)

27
grafik sederhana 300mm
1.8

1.6

1.4

1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
125 250 250

aluminium steel brass

Gambar 4.12 grafik defleksi Sederhana terhadap massa jarak 380mm


(sumber: Laboratorium FDM 2023)

4. Hitung harga defleksi


Mengunakan rumus berikut data yang didapat dengan hasil
perhitungannya adalah sebagai berikut:
-Defleksi pada kantilever
2
w×B
∆ δ= (3 p−x)…………….……………….(4.1)
6×E×l
a. Batang aluminium
- Jarak 100 mm dengan beban 150g
2
1.47 × 0.1 ( 3 ×0.6−0.6 )=0.000757
6 ( 69 ×10 ) × ( 56.2836 ×10−11 )
9

- Jarak 100 mm dengan beban 200g


2
1.96 × 0.1 ( 3 ×0.6−0.6 )=0.001009
6 ( 69 ×10 ) × ( 56.2836 ×10−11 )
9

- Jarak 100 mm dengan beban 250g


2
2.45× 0.1 ( 3 ×0.6−0.6 )=0.00126 1
6 ( 69 ×10 ) × ( 56.2836 ×10−11 )
9

28
- Jarak 200 mm dengan beban 150g
2
1.47 × 0.2 ( 3 ×0.6−0.6 )=0.00403
6 ( 69 ×10 ) × ( 56.2836 ×10−11 )
9

- Jarak 200 mm dengan beban 200g


2
1.96 × 0.2 ( 3 ×0.6−0.6 )=0.005383
6 ( 69 ×10 ) × ( 56.2836 ×10−11 )
9

- Jarak 200 mm dengan beban 250g


2
2.45× 0.2 ( 3 ×0.6−0.6 )=0.006729
6 ( 69 ×10 ) × ( 56.2836 ×10−11 )
9

- Jarak 300 mm dengan beban 150g


2
1.47 × 0.3 ( 3 ×0.6−0.6 )=0.00851 6
6 ( 69 ×10 ) × ( 56.2836 ×10−11 )
9

- Jarak 300 mm dengan beban 200g


2
1.96 × 0.3 ( 3 ×0.6−0.6 )=0.011355
6 ( 69 ×10 ) × ( 56.2836 ×10−11 )
9

- Jarak 300 mm dengan beban 250g


2
2.45 × 0.3 ( 3 ×0.6−0.6 )=0.014194
6 ( 69 ×10 ) × ( 56.2836 ×10−11 )
9

b. Batang steel
- Jarak 100 mm dengan beban 150g
2
1.47 × 0.2 ( 3 ×0.6−0.6 )=0.000278
6 ( 207 ×10 9) × ( 51.0231× 10−11 )
- Jarak 100 mm dengan beban 200g
2
1.96 × 0.2 ( 3 ×0.6−0.6 )=0.000371
6 ( 207 ×10 9) × ( 51.0231× 10−11 )
- Jarak 100 mm dengan beban 250g
2
1.47 × 0.2 ( 3 ×0.6−0.6 )=0.000463
6 ( 207 ×10 9) × ( 51.0231× 10−11 )

29
- Jarak 200 mm dengan beban 150g
2
2.45× 0.2 ( 3 ×0.6−0.6 )=0.00148
6 ( 207 ×10 9) × ( 51.0231× 10−11 )

- Jarak 200 mm dengan beban 200g


2
1.96 × 0.2 ( 3 ×0.6−0.6 )=0.001979
6 ( 207 ×10 9) × ( 51.0231× 10−11 )
- Jarak 200 mm dengan beban 250g
2
2.45× 0.2 ( 3 ×0.6−0.6 )=0.001855
6 ( 207 ×10 9) × ( 51.0231× 10−11 )
- Jarak 300 mm dengan beban 150g
2
1.47 × 0.3 ( 3 ×0.6−0.6 )=0.002505
6 ( 207 ×10 9) × ( 51.0231× 10−11 )
- Jarak 300 mm dengan beban 200g
2
1.96 × 0.3 ( 3 ×0.6−0.6 )=0.003340
6 ( 207 ×10 9) × ( 51.0231× 10−11 )
- Jarak 300 mm dengan beban 250g
2
2.45 × 0.3 ( 3 ×0.6−0.6 )=0.001855
6 ( 207 ×10 9) × ( 51.0231× 10−11 )

c. Batang brass
- Jarak 100 mm dengan beban 150g
2
1.47 ×0.1 ( 3× 0.6−0.6 ) =0.000569
6 ( 105 ×109 ) × ( 49.1734 × 10−11 )
- Jarak 100 mm dengan beban 200g
2
1.96 ×0.1 ( 3× 0.6−0.6 ) =0. 000759
6 ( 105 ×109 ) × ( 49.1734 × 10−11 )
- Jarak 100 mm dengan beban 250g

30
2
2.45 ×0.1 ( 3× 0.6−0.6 ) =0.000949
6 ( 105 ×109 ) × ( 49.1734 × 10−11 )
- Jarak 200 mm dengan beban 150g
2
1.47 ×0.2 ( 3× 0.6−0.6 ) =0.002277
6 ( 105 ×109 ) × ( 49.1734 × 10−11 )
- Jarak 200 mm dengan beban 200g
2
1.96 ×0.2 ( 3× 0.6−0.6 ) =0.003036
6 ( 105 ×109 ) × ( 49.1734 × 10−11 )
- Jarak 200 mm dengan beban 250g
2
2.45 ×0.2 ( 3× 0.6−0.6 ) =0.003796
6 ( 105 ×109 ) × ( 49.1734 × 10−11 )
- Jarak 300 mm dengan beban 150g
2
1.47 ×0.3 ( 3× 0.6−0.6 ) =0.005124
6 ( 105 ×109 ) × ( 49.1734 × 10−11 )
- Jarak 300 mm dengan beban 200g
2
1.96 ×0.3 ( 3× 0.6−0.6 ) =0.006832
6 ( 105 ×109 ) × ( 49.1734 × 10−11 )
- Jarak 300 mm dengan beban 250g
2
2.45 ×0.3 ( 3× 0.6−0.6 ) =0.008541
6 ( 105 ×109 ) × ( 49.1734 × 10−11 )

-Defleksi maksimal kantilever


2
w×B
∆ δ= (3 x−b)……………….……………….(4.2)
6×E×l
a. Batang aluminium
- Jarak 100 mm dengan beban 150g
2
1.47 × 0.1 ( 3 ×0.6−0.1 ) =0.001072
6 ( 69 ×10 ) × ( 56.2836 ×10−11 )
9

- Jarak 100 mm dengan beban 200g


2
1.96 × 0.1 ( 3 ×0.6−0.1 ) =0.001429
6 ( 69 ×10 ) × ( 56.2836 ×10−11 )
9

31
- Jarak 100 mm dengan beban 250g
2
2.45× 0.1 ( 3 ×0.6−0.1 ) =0.001787
6 ( 69 ×10 ) × ( 56.2836 ×10−11 )
9

- Jarak 200 mm dengan beban 150g


2
1.47 × 0.2 ( 3 ×0.6−0.2 ) =0.004037
6 ( 69 ×10 ) × ( 56.2836 ×10−11 )
9

- Jarak 200 mm dengan beban 200g


2
1.96 × 0.2 ( 3 ×0.6−0.2 ) =0.005383
6 ( 69 ×10 ) × ( 56.2836 ×10−11 )
9

- Jarak 200 mm dengan beban 250g


2
2.45× 0.2 ( 3 ×0.6−0.2 ) =0.006729
6 ( 69 ×10 ) × ( 56.2836 ×10−11 )
9

- Jarak 300 mm dengan beban 150g


2
1.47 × 0.3 ( 3 ×0.6−0.3 )=0.002505
6 ( 69 ×10 ) × ( 56.2836 ×10−11 )
9

- Jarak 300 mm dengan beban 200g


2
1.96 × 0.3 ( 3 ×0.6−0.3 )=0.003340
6 ( 69 ×10 ) × ( 56.2836 ×10−11 )
9

- Jarak 300 mm dengan beban 250g


2
2.45 × 0.3 ( 3 ×0.6−0.3 )=0.004175
6 ( 69 ×10 ) × ( 56.2836 ×10−11 )
9

d. Batang steel
- Jarak 100 mm dengan beban 150g
2
1.47 × 0.1 ( 3 ×0.6−0.1 )=0.000394
6 ( 207 ×10 9) × ( 51.0231× 10−11 )
- Jarak 100 mm dengan beban 200g
2
1.96 × 0.1 ( 3 ×0.6−0.1 )=0.000525
6 ( 207 ×10 9) × ( 51.0231× 10−11 )
- Jarak 100 mm dengan beban 250g

32
2
2.45× 0.1 ( 3 ×0.6−0.1 )=0.000657
6 ( 207 ×10 9) × ( 51.0231× 10−11 )
- Jarak 200 mm dengan beban 150g
2
1.47 × 0.2 ( 3 ×0.6−0.2 )=0.001484
6 ( 207 ×10 9) × ( 51.0231× 10−11 )
- Jarak 200 mm dengan beban 200g
2
1.96 × 0.2 ( 3 ×0.6−0.2 )=0.001979
6 ( 207 ×10 9) × ( 51.0231× 10−11 )
- Jarak 200 mm dengan beban 250g
2
2.45× 0.2 ( 3 ×0.6−0.2 )=0.002474
6 ( 207 ×10 9) × ( 51.0231× 10−11 )
- Jarak 300 mm dengan beban 150g
2
1.47 × 0.3 ( 3 ×0.6−0.3 ) =0.003131
6 ( 207 ×10 9) × ( 51.0231× 10−11 )
- Jarak 300 mm dengan beban 200g
2
1.96 × 0.3 ( 3 ×0.6−0.3 ) =0.004175
6 ( 207 ×10 9) × ( 51.0231× 10−11 )
- Jarak 300 mm dengan beban 250g
2
2.45 × 0.3 ( 3 ×0.6−0.3 ) =0.005219
6 ( 207 ×10 9) × ( 51.0231× 10−11 )

e. Batang brass
- Jarak 100 mm dengan beban 150g
2
1.47 ×0.1 ( 3× 0.6−0.1 )=0.000806
6 ( 105 ×109 ) × ( 49.1734 × 10−11 )
- Jarak 100 mm dengan beban 200g
2
1.96 ×0.1 ( 3× 0.6−0.1 )=0.001075
6 ( 105 ×109 ) × ( 49.1734 × 10−11 )
- Jarak 100 mm dengan beban 250g
2
2.45 ×0.1 ( 3× 0.6−0.1 )=0.001344
6 ( 105 ×109 ) × ( 49.1734 × 10−11 )

33
- Jarak 200 mm dengan beban 150g
2
1.47 ×0.2 ( 3× 0.6−0.2 )=0.003036
6 ( 105 ×109 ) × ( 49.1734 × 10−11 )
- Jarak 200 mm dengan beban 200g
2
1.96 ×0.2 ( 3× 0.6−0.2 )=0.004049
6 ( 105 ×109 ) × ( 49.1734 × 10−11 )
- Jarak 200 mm dengan beban 250g
2
2.45 ×0.2 ( 3× 0.6−0.2 )=0.005061
6 ( 105 ×109 ) × ( 49.1734 × 10−11 )
- Jarak 300 mm dengan beban 150g
2
1.47 ×0.3 ( 3× 0.6−0.3 )=0.006405
6 ( 105 ×109 ) × ( 49.1734 × 10−11 )
- Jarak 300 mm dengan beban 200g
2
1.96 ×0.3 ( 3× 0.6−0.3 )=0.008541
6 ( 105 ×109 ) × ( 49.1734 × 10−11 )
- Jarak 300 mm dengan beban 250g
2
2.45 ×0.3 ( 3× 0.6−0.3 )=0.010676
6 ( 105 ×109 ) × ( 49.1734 × 10−11 )

Defleksi beban sederhana


w ×b 2 2
∆ δ= (3l −4 b )…….……………….(4.3)
48× E ×l
a. Batang aluminium
- Jarak 125mm dengan beban 150g
1.47 ×0.125
( 3 × 0.62−4 ×0.125 2) =0.001002
48 ( 69 ×10 ) × ( 56.283 ×10
9 −11
)
- Jarak 125mm dengan beban 200g
1. 96 ×0.125
( 3 × 0.62−4 ×0.125 2) =0.001337
48 ( 69 ×10 ) × ( 56.283 ×10
9 −11
)

34
- Jarak 125mm dengan beban 250g
1.47 ×0.125
( 3 × 0.62−4 ×0.125 2) =0.001671
48 ( 69 ×10 ) × ( 56.283 ×10
9 −11
)
- Jarak 250mm dengan beban 150g
1. 96 ×0.25
( 3 × 0.62−4 ×0. 252 ) =0.00 1636
48 ( 69 ×10 ) × ( 56.283 ×10
9 −11
)
- Jarak 250mm dengan beban 200g
2.45 ×0.25
( 3 × 0.62−4 ×0.25 2) =0.002181
48 ( 69 ×10 ) × ( 56.283 ×10
9 −11
)
- Jarak 250mm dengan beban 250g
2.45 ×0.25
( 3 × 0.62−4 ×0.25 2) =0.00 2727
48 ( 69 ×10 ) × ( 56.283 ×10
9 −11
)
- Jarak 380mm dengan beban 150g
1.47 ×0.38
( 3 × 0.62−4 ×0. 382 ) =0.001505
48 ( 69 ×10 ) × ( 56.283 ×10
9 −11
)
- Jarak 380mm dengan beban 200g
1. 96 ×0.38
( 3 × 0.62−4 ×0.38 2) =0.002007
48 ( 69 ×10 ) × ( 56.283 ×10
9 −11
)
- Jarak 380mm dengan beban 250g
2.45 ×0.38
( 3 × 0.62−4 ×0.38 2) =0.002509
48 ( 69 ×10 ) × ( 56.283 ×10
9 −11
)

b. Batang Steel
- Jarak 125mm dengan beban 150g
1.47 ×0.125
( 3 × 0.62−4 ×0. 1252 ) =0.00 0 368
48 ( 207 ×10 ) × ( 51.023 ×10
9 −11
)
- Jarak 125mm dengan beban 200g

35
1. 96 ×0.125
( 3 × 0.62−4 ×0.125 2 )=0.000491
48 ( 207 ×10 ) × ( 51.023 ×10
9 −11
)
- Jarak 125mm dengan beban 250g
2.45 ×0.125
( 3 × 0.62−4 ×0.125 2 )=0.000614
48 ( 207 ×10 ) × ( 51.023 ×10
9 −11
)
- Jarak 250mm dengan beban 150g
1.47 × 0.25
( 3 × 0.62−4 ×0. 252 ) =0.000606
48 ( 207 ×10 ) × ( 51.023 ×10
9 −11
)
- Jarak 250mm dengan beban 200g
1.96 ×0.25
( 3 × 0.62−4 ×0.25 2 )=0.000802
48 ( 207 ×10 ) × ( 51.023 ×10
9 −11
)
- Jarak 250mm dengan beban 250g
1.96 ×0.25
( 3 × 0.62−4 ×0.25 2 )=0.001002
48 ( 207 ×10 ) × ( 51.023 ×10
9 −11
)
- Jarak 380mm dengan beban 150g
1.47 × 0.38
( 3 × 0.62−4 ×0. 382 ) =0.000553
48 ( 207 ×10 ) × ( 51.023 ×10
9 −11
)
- Jarak 380mm dengan beban 200g
1. 96 ×0.38
( 3 × 0.62−4 ×0.38 2 )=0.0007380
48 ( 207 ×10 ) × ( 51.023 ×10
9 −11
)
- Jarak 380mm dengan beban 250g
2.45 ×0.38
( 3 × 0.62−4 ×0.38 2 )=0.000922
48 ( 207 ×10 ) × ( 51.023 ×10
9 −11
)

c. Batang brass
- Jarak 125mm dengan beban 150g
1.47 × 0.125
( 3× 0.62 −4 × 0.125 2) =0.000754
48 ( 105 ×10 ) × ( 49.173 ×10
9 −11
)

- Jarak 125mm dengan beban 200g

36
1.96 × 0.125
( 3 × 0.62−4 ×0. 1252 ) =0.00100 5
48 ( 207 ×10 ) × ( 51.023 ×10
9 −11
)
- Jarak 125mm dengan beban 250g
2.45 ×0.125
( 3 × 0.62−4 ×0.125 2 )=0.001257
48 ( 207 ×10 ) × ( 51.023 ×10
9 −11
)
- Jarak 250mm dengan beban 150g
1.45 ×0.25
( 3 × 0.62−4 ×0.25 2 )=0.0012 30
48 ( 207 ×10 ) × ( 51.023 ×10
9 −11
)
- Jarak 250mm dengan beban 200g
1.96 ×0.25
( 3 × 0.62−4 ×0.25 2 )=0.001641
48 ( 207 ×10 ) × ( 51.023 ×10
9 −11
)
- Jarak 250mm dengan beban 250g
2.45 ×0.25
( 3 × 0.62−4 ×0.25 2 )=0.002051
48 ( 207 ×10 ) × ( 51.023 ×10
9 −11
)
- Jarak 380mm dengan beban 150g
1.47 × 0.38
( 3 × 0.62−4 ×0. 382 ) =0.001132
48 ( 207 ×10 ) × ( 51.023 ×10
9 −11
)
- Jarak 380mm dengan beban 200g
1.96 ×0.38
( 3 × 0.62−4 ×0.38 2 )=0.001059
48 ( 207 ×10 ) × ( 51.023 ×10
9 −11
)
- Jarak 380mm dengan beban 250g
2.45 ×0.38
( 3 × 0.62−4 ×0.38 2 )=0.001887
48 ( 207 ×10 ) × ( 51.023 ×10
9 −11
)

Defleksi maksimal sederhana


w ×b 2 2 2
∆ δ= (l −b −x )…….……………….(4.4)
48× E ×l
a. Batang aluminium
- Jarak 125mm dengan beban 150g
1.47 × 0.125
( 0.6 2−0. 1252−0.3 2 )=0.000409
48 ( 69 ×10 ) × ( 5 6.2836 ×10
9 −11
)

37
- Jarak 125mm dengan beban 200g
1. 96 ×0.125
( 0.62−0.125 2−0.32 )=0.000334
48 ( 69 ×10 ) × ( 56.2836 ×10
9 −11
)
- Jarak 125mm dengan beban 250g
2.45 ×0.125
( 0.62−0.125 2−0.32 )=0.000417
48 ( 69 ×10 ) × ( 56.2836 ×10
9 −11
)
- Jarak 250mm dengan beban 150g
1.47 × 0.25
( 0.62−0. 252−0.32 )=0.000409
48 ( 69 ×10 ) × ( 56.2836 ×10
9 −11
)
- Jarak 250mm dengan beban 200g
1. 96 ×0.25
( 0.62−0.252 −0.32 )=0.000545
48 ( 69 ×10 ) × ( 56.2836 ×10
9 −11
)
- Jarak 250mm dengan beban 250g
2.45 ×0.25
( 0.62−0.252 −0.32 )=0.000681
48 ( 69 ×10 ) × ( 56.2836 ×10
9 −11
)
- Jarak 380mm dengan beban 150g
1.47 × 0.38
( 0.62−0. 382−0.3 2 )=0.000376
48 ( 69 ×10 ) × ( 56.2836 ×10
9 −11
)
- Jarak 380mm dengan beban 200g
1.96 × 0.38
( 0.62−0. 382−0.3 2 )=0.000501
48 ( 69 ×10 ) × ( 56.2836 ×10
9 −11
)
- Jarak 380mm dengan beban 250g
2.45 ×0.38
( 0.62−0.38 2−0.32 )=0.000627
48 ( 69 ×10 ) × ( 56.2836 ×10
9 −11
)

b. Batang Steel
- Jarak 125mm dengan beban 150g
1.47 ×0. 125
( 0.6 2−0.125 2−0.32 ) =0.000922
48 ( 207 ×10 ) × ( 5 1.0231× 10
9 −11
)
- Jarak 125mm dengan beban 200g

38
1. 96 ×0.125
( 0.6 2−0.1252−0.32 )=0.000122
48 ( 207 ×10 ) × ( 51.0231 ×10
9 −11
)
- Jarak 125mm dengan beban 250g
2.45 ×0.125
( 0.6 2−0.1252−0.32 )=0.000153
48 ( 207 ×10 ) × ( 51.0231 ×10
9 −11
)
- Jarak 250mm dengan beban 150g
1.47 × 0.25
( 0.6 2−0. 252−0.3 2) =0.000154
48 ( 207 ×10 ) × ( 51.0231 ×10
9 −11
)

- Jarak 250mm dengan beban 200g


1. 96 ×0.25
( 0.6 2−0.252−0.32 )=0.000200
48 ( 207 ×10 ) × ( 51.0231 ×10
9 −11
)
- Jarak 250mm dengan beban 250g
2.45 ×0.25
( 0.6 2−0.252−0.32 )=0.000230
48 ( 207 ×10 ) × ( 51.0231 ×10
9 −11
)
- Jarak 380mm dengan beban 150g
1.47 × 0.38
( 0.6 2−0. 382−0.3 2) =0.000138
48 ( 207 ×10 ) × ( 51.0231 ×10
9 −11
)
- Jarak 380mm dengan beban 200g
1. 96 ×0. 38
( 0.6 2−0. 382−0.3 2) =0.000184
48 ( 207 ×10 ) × ( 51.0231 ×10
9 −11
)
- Jarak 380mm dengan beban 250g
2 . 45 ×0. 38
( 0.6 2−0. 382−0.3 2) =0. 000230
48 ( 207 ×10 ) × ( 51.0231 ×10
9 −11
)

b. Batang Brass
- Jarak 125mm dengan beban 150g
1.47 × 0. 125
( 0.6 2−0. 1252−0.32 ) =0.000188
48 ( 105 ×10 ) × ( 49.1734 × 10
9 −11
)
- Jarak 125mm dengan beban 200g
1. 96 × 0.125
( 0.6 2−0.1252−0.3 2 )=0.000251
48 ( 105 ×10 ) × ( 49.1734 × 10
9 −11
)

39
- Jarak 125mm dengan beban 250g
2.45 × 0.125
( 0.6 2−0.1252−0.3 2 )=0.000314
48 ( 105 ×10 ) × ( 49.1734 × 10
9 −11
)
- Jarak 250mm dengan beban 150g
1.47 × 0. 25
( 0.6 2−0. 252−0.32 ) =0.000307
48 ( 105 ×10 ) × ( 49.1734 × 10
9 −11
)
- Jarak 250mm dengan beban 200g
1.96 × 0.25
( 0.6 2−0.252−0.3 2 )=0.000410
48 ( 105 ×10 ) × ( 49.1734 × 10
9 −11
)
- Jarak 250mm dengan beban 250g
2.45 × 0.25
( 0.6 2−0.252−0.3 2 )=0.000512
48 ( 105 ×10 ) × ( 49.1734 × 10
9 −11
)

- Jarak 380mm dengan beban 150g


1.47 × 0.25
( 0.6 2−0.252−0.3 2 )=0.000283
48 ( 105 ×10 ) × ( 49.1734 × 10
9 −11
)
- Jarak 380mm dengan beban 200g
1. 96 × 0.25
( 0.6 2−0.252−0.3 2 )=0.000377
48 ( 105 ×10 ) × ( 49.1734 × 10
9 −11
)
- Jarak 380mm dengan beban 250g
2.45 × 0.25
( 0.6 2−0.252−0.3 2 )=0.000471
48 ( 105 ×10 ) × ( 49.1734 × 10
9 −11
)

Tabel 4.5 hasil perhitunngan defleksi beban aluminium


defleksi batang aluminium
jarak (m)
beban
kantilever sederhana
(gram)
100 200 300 125 250 380
150 0.000757 0.00437 0.008516 0.001002 0.001636 0.001505
200 0.001009 0.005483 0.011355 0.001337 0.002181 0.002007
250 0.001261 0.006729 0.014194 0.001671 0.002727 0.002509

Tabel 4.6 hasil perhitunngan defleksi maksimum aluminium

40
defleksi maksimal aluminium
jarak (m)
beban
kantilever sederhana
(gram)
100 200 300 125 250 380
150 0.001072 0.004037 0.002505 0.000409 0.000409 0.000376
200 0.001429 0.005383 0.00334 0.000334 0.000545 0.000501
250 0.001787 0.006739 0.004175 0.000417 0.000681 0.000627

Tabel 4.7 hasil perhitunngan defleksi beban Steel


defleksi batang steel
jarak (m)
beban
kantilever sederhana
(gram)
100 200 300 125 250 380
150 0.000278 0.00148 0.002505 0.000368 0.000606 0.000553
200 0.000371 0.001979 0.00334 0.000491 0.000802 0.000738
250 0.000463 0.001855 0.001855 0.000614 0.001002 0.000922

Tabel 4.8 hasil perhitunngan defleksi maksimum Steel


defleksi maksimal steel
jarak (m)
beban
kantilever sederhana
(gram)
100 200 300 125 250 380
150 0.000394 0.001484 0.003131 0.000922 0.000154 0.000138
200 0.000525 0.001979 0.00417 0.000122 0.0002 0.000184
250 0.000657 0.002474 0.005219 0.000153 0.00023 0.00023

Tabel 4.9 hasil perhitunngan defleksi beban Brass


defleksi batang brass
jarak (m)
beban
kantilever sederhana
(gram)
100 200 300 125 250 380
150 0.000569 0.002277 0.005124 0.000754 0.00123 0.001132
200 0.000759 0.003036 0.006832 0.001005 0.001641 0.001059
250 0.0009449 0.003796 0.008541 0.001257 0.002051 0.001887

Tabel 4.10 hasil perhitunngan defleksi maksimum Brass


defleksi maksimal brass
beban jarak (m)

41
kantilever sederhana
(gram)
100 200 300 125 250 380
150 0.000806 0.003036 0.006405 0.000188 0.000307 0.000283
200 0.002075 0.004049 0.008541 0.000251 0.00041 0.000377
250 0.001344 0.005061 0.010676 0.000314 0.000512 0.000471

5. Bandingkan hasil pengujian dengan hasil perhitungan dari setiap


pembedaan dengan jarak yang ditentukan dalam bentu grafik
Jawab:
Setelah melakukan perhitungan diatas kita dapat mengolah semua
data tersebut menjadi grafik dan membandingkan hasil perbedaan dari
setiap perbedaan jarak:

Grafik kantilever Alumunium jarak 100mm


0.002
0.0018
0.0016
0.0014
0.0012
Defleksi

0.001
0.0008
0.0006
0.0004
0.0002
0
150 200
Beban 250

Pengujian Beban Maksimal

Gambar 4.13 grafik kantilever alumunium jarak 100mm


(sumber: Laboratorium FDM 2023)

42
Grafik kantilever Alumunium jarak 200mm
0.018
0.016
0.014
0.012
0.01

Defleksi
0.008
0.006
0.004
0.002
0
150 200 250
Beban

Pengujian Beban Maksimal

Gambar 4.14 grafik kantilever alumunium jarak 200mm


(sumber: Laboratorium FDM 2023)

Grafik kantilever Alumunium jarak 300mm


0.035

0.03

0.025

0.02
Defleksi

0.015

0.01

0.005

0
150 200 250
Beban

Pengujian Beban Maksimal

Gambar 4.15 grafik kantilever alumunium jarak 300mm


(sumber: Laboratorium FDM 2023)

43
Grafik Sederhana Alumunium jarak 125mm
0.0025

0.002

0.0015
Defleksi

0.001

0.0005

0
150 200 250
Beban

Pengujian Beban Maksimal

Gambar 4.16 grafik sederhana alumunium jarak 125mm


(sumber: Laboratorium FDM 2023)

Grafik Sederhana Alumunium jarak 250mm


0.006

0.005

0.004
Defleksi

0.003

0.002

0.001

0
150 200 250
Beban

Pengujian Beban Maksimal

Gambar 4.17 grafik sederhana alumunium jarak 250mm


(sumber: Laboratorium FDM 2023)

44
Grafik Sederhana Alumunium jarak 380mm
0.006

0.005

0.004
Defleksi

0.003

0.002

0.001

0
150 200 250
Beban

Pengujian Beban Maksimal

Gambar 4.18 grafik sederhana alumunium jarak 380mm


(sumber: Laboratorium FDM 2023)

Grafik kantilever Steel jarak 100mm


0.0014

0.0012

0.001

0.0008
Defleksi

0.0006

0.0004

0.0002

0
150 200 250
Beban

Pengujian Beban Maksimal

Gambar 4.19 grafik kantilever steel jarak 100mm


(sumber: Laboratorium FDM 2023)

45
Grafik kantilever Steel jarak 200mm
0.006

0.005

0.004
Defleksi

0.003

0.002

0.001

0
150 200 250
Beban

Pengujian Beban Maksimal

Gambar 4.20 grafik kantilever steel jarak 200mm


(sumber: Laboratorium FDM 2023)

Grafik kantilever Steel jarak 300mm


0.014

0.012

0.01

0.008
Defleksi

0.006

0.004

0.002

0
150 200 250
Beban

Pengujian Beban Maksimal

Gambar 4.21 grafik kantilever steel jarak 300mm


(sumber: Laboratorium FDM 2023)

46
Grafik Sederhana Stell jarak 125mm
0.001
0.0009
0.0008
0.0007
0.0006
Defleksi

0.0005
0.0004
0.0003
0.0002
0.0001
0
150 200 250
Beban

Pengujian Beban Maksimal

Gambar 4.22 grafik sederhana steel jarak 125mm


(sumber: Laboratorium FDM 2023)

Grafik Sederhana Steel jarak 250mm


0.0016

0.0014

0.0012

0.001
Defleksi

0.0008

0.0006

0.0004

0.0002

0
150 200 250
Beban

Pengujian Beban Maksimal

Gambar 4.23 grafik sederhana steel jarak 250mm


(sumber: Laboratorium FDM 2023)

47
Grafik Sederhana Steel 380mm
0.0016

0.0014

0.0012

0.001
Defleksi

0.0008

0.0006

0.0004

0.0002

0
150 200 250
Beban

Pengujian Beban Maksimal

Gambar 4.24 grafik sederhana steel jarak 380mm


(sumber: Laboratorium FDM 2023)

Grafik kantilever Brass jarak 100mm


0.0025

0.002

0.0015
Defleksi

0.001

0.0005

0
150 200 250
Beban

Pengujian Beban Maksimal

Gambar 4.25 grafik kantilever Brass jarak 100mm


(sumber: Laboratorium FDM 2023)

48
Grafik kantilever Brass jarak 200mm
0.012

0.01

0.008
Defleksi

0.006

0.004

0.002

0
150 200 250
Beban

Pengujian Beban Maksimal

Gambar 4.26 grafik kantilever Brass jarak 200mm


(sumber: Laboratorium FDM 2023)

Grafik kantilever Brass jarak 300mm


0.03

0.025

0.02
Defleksi

0.015

0.01

0.005

0
150 200 250
Beban

Pengujian Beban Maksimal

Gambar 4.27 grafik kantilever Brass jarak 300mm


(sumber: Laboratorium FDM 2023)

49
Grafik Sederhana Brass jarak 125mm
0.002
0.0018
0.0016
0.0014
0.0012
Defleksi

0.001
0.0008
0.0006
0.0004
0.0002
0
150 200 250
Beban

Pengujian Beban Maksimal

Gambar 4.28 grafik sederhana Brass jarak 125mm


(sumber: Laboratorium FDM 2023)

Grafik Sederhana Brass jarak 250mm


0.0035

0.003

0.0025

0.002
Defleksi

0.0015

0.001

0.0005

0
150 200 250
Beban

Pengujian Beban Maksimal

Gambar 4.29 grafik sederhana Brass jarak 250mm


(sumber: Laboratorium FDM 2023)

50
Grafik Sederhana Brass jarak 380mm
0.0035

0.003

0.0025

0.002
Defleksi

0.0015

0.001

0.0005

0
150 200 250
Beban

Pengujian Beban Maksimal

Gambar 4.30 grafik sederhana Brass jarak 380mm


(sumber: Laboratorium FDM 2023)

6. Dari hasil-hasil perbandingan data antara pengujian dan perhitungan,


kesimpulan apa yang dapat diambil?
Jawab:
Setelah praktikum dilakukan, data diambil dan perhitungan dilakukan,
dapat diliat bahwah pata tabel memiliki grafik yang relative lurus
tanpa deviasi yang besar. Hal ini membuktikan bahwa praktikum
berjalan dengan baik dan benar. Namun masih bisa dilihat paad grafik
masih terapat grafik dengan deviasi yang relative besar seperti pada
grafik brass 200mm. hal ini bisa saja diakibatkan oleh beberapa
kesalahan seperti kesalahan pembacaan, berat yang tidak sesuai
karena kepingan rusak, berat yang diletakkan salah tempat,
pengkalibrasian yang salah, dan hal lainnya yang dapat menyebabkan
kesalahan selama praktikum

51
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah praktikum dijalankan, kesimpulan yang dapat diambil dari
praktikum defleksi batang adalah:

1. Dapat dilihat pada grafik bahwa hampir semua grafik memiliki pola yang
sama yaitu meningkat secara lurus dan bertahap, hal ini bisa saja menjadi
indikasi bahwa praktikum berjalan dengan bendar dan teratur, namus masih
dapat dilihat pada beberapa grafik memiliki deviasi berupa bentuk yang
bengkok dan tidak teratur hal ini bisa saja menjadi penyebab data yang
didapatkan salah dan tidak sesuai
2. Setelah praktikum kita mengetahui bahwa Defleksi adalah perubahan
bentuk pada balok atau batang yang ditinjau dari 1 dimensi akibat adanya
pembebanan yang diberikan pada balok atau batang. Sumbu sebuah batang
akan terdeteksi dari kedudukannya semula bila benda dibawah pengaruh
gaya terpakai. Dengan kata lain suatu batang yang mengalami pembebanan
transversal baik itu beban terpusat maupun terbagi merata akan mengalami
defleksi. Sementara it bisa dilihat pada tabel hasil pengujian bahwa hasil
yang diapat dengan tumpuan kantilever dan tumpuan sederhana berbeda
3. Tumpuan dan bahan benda dapat mempengaruhi tingkat deflekti yang
terjadi pada benda. Dapat dilihat bahwa suatu benda yang diberi beban
dengan tumpuan kantilever akan memiliki tingkat defleksi yang lebih
tinggi daripada tumpuan sederhana selain itu dapat dilihat pula pada tabel
bahwa alumunium yang memiliki modulus young lebih kecil daripada baja
dan kuningan memiliki tignkat defleksi yang lebih tinggi daripada dua
bahan tersebut
4. Dapat dilihat pada grafik bahwa selagi data hasil pratikum relative kecil.
Data hasil perhitungan besar, hal ini bisa saja dikarenakn beberapa faktor

52
seperti keasalahn perhitungan, namu baik pada perhitungan maupun data
praktikum bisa dilihat bahwa grafik memiliki jejak yang lurus hal ini dapat
menjadi indikasi bahwa praktikum berjalan dengan benar

5.2 Kesimpulan
Setelah praktikum dijalankan, saran yang bisa diberi pratikan adalah
berikut:

5.2.1 Laboratorium
1. Alat-alat praktikum sebaiknya dikalibrasi terlebih dahulu supaya tidak
menggangu dan membuat praktikum menjadi gagal
2. Ruang praktikum sebaiknya lebih rapih demi kenyamanan selama
praktikum
3. menambah variasi bahan yang digunakan agar tidak terpakuk pada
aluminium, baja, dan kuningan

5.2.2 Asisten Lab


1. Praktikum sebaiknya dilaksanakan 1 minggu sekali agar praktikan tidak
kewalahan mengerjakan tugas laporan
2. Pratikum sebaiknyaa dilaksanakan pada waktu senggan agar tidak
terpotong oleh mata kuliah lainnya

53

Anda mungkin juga menyukai