Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL

MODUL 1 : BEAM DEFLECTION APPARATUS

KELOMPOK : 2

Nama : Dadang Tri Wicaksono


Nim : 102219004

Tanggal Praktikum : 26 Februari 20221


Tanggal Laporan : 5 Maret 2021
Asisten praktikum : fidelis tolutorat

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PERTAMINA

2021
Kata pengantar

Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh,

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan rahmatNya
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan beam deflection apparatus ini dengan
baik. Semoga laporan ini dapat digunakan sebagai salah satu petunjuk ataupun bagi pembaca
dalam kegiatan belajar mengajar.
Pada kesempatan ini saya ucapkan terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan
dalam penyelesian tugas uji metalografi ini kepada:
1. Pak Yudi Rahmawan selaku dosen pengampu Mekanika Kekuatan Material

2. Pak Rudy Krusdianto selaku asisten Lab. Mekanika Kekuatan Material

3.Serta teman – teman yang telah turut membantu dalam penyelesaian laporan ini. Saya
menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan laporan ini tidak terlepas dari kesalahan-
kesalahan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan saya dalam menyusun laporan ini.
Oleh karena itu, saya mengharapkan koreksi dan saran demi kesempurnaan laporan saya.
Semoga laporan ini dapat memenuhi tugas uji metalografi dan bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, 5 maret 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan manusia semakin kompleks dan beragam yang tergantung pada era
pembangunan yang senantiasa berkembang. Didorong oleh kebutuhan manusia yang semakin
kompleks tersebut, maka manusia senantiasa berfikir untuk terus mengembangkan teknologi
yang telah ada guna menemukan teknologi baru yang bermanfaat bagi kehidupan umat
manusia. Bidang industri sebagai salah satu sasaran pembangunan jangka panjang meliputi
beberapa sektor pembangunan yang luas, diantaranya adalah bidang konstruksi,
pengembangan elemen mesin, perencanaan pesawat terbang, struktur rangka dari crane,
konstruksi jembatan dan sebagainya. Salah satu persoalan yang sangat penting diperhatikan
adalah perhitungan defleksi/ lendutan pada elemen-elemen ketika mengalami suatu
pembebanan. Hal ini sangat penting terutama dari segi kekuatan (strength) dan kekakuan
(stiffness), dimana pada batang horizontal yang diberi beban secara lateral akan mengalami
defleksi.

Defleksi sebenarnya bukan hal baru, kita serig menemui dalam kehidupan sehari hari,
baik itu defleksi pada baja, besi, kayu, maupun batang batang dari bahan lain. Oleh sebab itu,
kita seorang engineer harus dapat memperhitungkan defleksi atau lendutan yang akan atau
mungkin terjadi. Misal saja pada struktur jembatan. Jika seorang engineer tidak
memperhitungkan lendutan atau defleksinya dengan baik maka akan berakibat fatal dan
berbahaya bagi pengguna jembatan tersebut. Faktor lendutan yang besar akan mengurangi
faktor keamanan dan keselamatan pada struktur jembatan tersebut contohnya.
Oleh karena itu, kita harus mengetahui fenomena apa saja yang akan terjadi pada defleksi ini
1.2 Rumusan masalah :

1. Bagaimana Mengetahui Nilai Defleksi

2. Bagaimana Mengetahui Nilai inersia pada defleksi

1.3 Tujuan :

1. Menentukan nilai defleksi dengan penopang berjarak 400 mm

2. menentukan nilai defleksi dengan beban 1 N

3. menentukan nilai inersia pada pengujian dan percobaan pertama

1.4 Manfaat Praktikum

1. Dapat memahami akibat dari defleksi


BAB II

DASAR TEORI

2.1 Definisi Defleksi

Suatu batang atau beam yang diberi tumpuan pada bagian ujungnya akan mengalami lendutan
atau defleksi apabila terdapat gaya atau beban yang bekerja pada batang tersebut. Defleksi
adalah besarnya pergeseran atau perpindahan pada batang akibat dari adanya beban yang
bekerja padda batang tersebut. Deformasi pada balok dapat dijelaskan berdasarkan posisinya
sebelum mengalami pembebanan. Konfigurasi yang diasumsikan dengan deformasi
permukaan netral dikenal sebagai kurva elastis dari balok. Gambar dibawah ini
memperlihatkan balok pada posisi awal sebelum terjadi deformasi dan kondisi benda saat
diberi beban.

(a) (b)

Gambar 2.1. (a) Balok sebelum terjadi deformasi,

(b) Balok dalam kondisi terdeformasi

Sistem struktur yang di letakkan horizontal terutama diperuntukkan memikul beban


lateral,yaitu beban yang bekerja tegak lurus dengan sumbu aksial batang. Beban semacam ini
khususnya muncul sebagai beban gravitasi, seperti misalnya berat batang itu sendiri,beban
karena gaya vertikal dan lain-lain. Suatu batang akan mengalami pembebanan transversal baik
itu beban terpusat maupun terbagi merata sehingga akan mengalami defleksi.
Unsur-unsur dan struktur dari mesin juga harus cukup kuat untuk mencegah
ketidakaturan dan mempertahankan posisi terhadap pengaruh beban. Balok pada lantai gedung
tidak dapat menopang beban secara berlebihan dan juga untuk menghindari pengaruh
psikologis yang tidak diinginkan oleh para penghuni gedung atau bangunan dan untuk
memperkecil atau mencegah bahan-bahan rapuh agar tidak roboh.

Dalam menjalankan fungsinya, balok atau batang meneruskan pengaruh beban


gravitasi terutama dengan mengandalakan aksi lentur,yang berkaitan dengan gaya berupa
momen lentur dan gaya geser. Walaupun timbul gaya normal, itu disebabkan oleh beban luar
yang relatif kecil, misalnya akibat gaya gesek rem kendaraan pada jembatan,atau misalnya
akibat posisi yang di buat miring. (ADIMAS701, 2018)

Hal-hal yang mempengaruhi terjadinya defleksi yaitu :

1. Kekakuan batang

Semakin kaku suatu batang maka lendutan batang yang akan terjadi pada batang akan semakin
kecil

2. Besarnya kecil gaya yang diberikan

Besar-kecilnya gaya yang diberikan pada batang berbanding lurus dengan besarnya defleksi
yang terjadi. Semakin besar beban yang dialami batang maka defleksi yang terjadi pun
semakin kecil

3. Jenis tumpuan yang diberikan

Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda. Sehingga besarnya defleksi
karena penggunaan tumpuan yang berbeda-beda menjadi tidaklah sama. Semakin banyak
reaksi dari tumpuan yang melawan gaya dari beban, maka defleksi yang terjadi pada tumpuan
rol lebih besar dari tumpuan pin dan defleksi yang terjadi pada tumpuan pin lebih besar dari
tumpuan jepit.

4. Jenis beban yang dialami batang.


Beban terdistribusi merata dengan beban titik,keduanya memiliki kurva defleksi yang berbeda-
beda. Pada beban terdistribusi merata, slope yang terjadi pada bagian batang yang paling dekat
lebih besar dari slope titik. Ini karena sepanjang batang mengalami beban sedangkan pada
beban titik hanya terjadi pada beban titik tertentu saja.

B.Jenis-Jenis Tumpuan

1. Engsel

Engsel merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertikal dan gaya reaksi
horizontal. Tumpuan ini mampu melawan gaya yang bekerja dalam setiap arah dari bidang.
Jadi pada umumnya reaksi pada suatu tumpuan seperti ini mempunyai dua komponen, yang
satu dalam arah horizontal dan yang lainnya dalam arah vertical. Tidak seperti pada
perbandingan tumpuan rol, perbandingan antara komponen-komponen reaksi pada tumpuan
ini tidaklah tetap. Untuk menentukan kedua komponen ini, dua buah komponen statika harus
digunakan

2. Rol

Rol merupakan tumpuan yang hanya dapat menerima gaya reaksi vertical. Alat ini mampu
melawan gaya-gaya dalam suatu garis aksi yang spesifik namun hanya dapat melawan suatu
gaya yang tegak lurus pada bidang.

3. Jepit

Jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertical, gaya reaksi horizontal
dan momen akibat jepitan. Tumpuan jepit ini mampu melawan gaya dalam setiap arah dan
juga mampu melawan suatu kopel atau momen. Secara fisik, tumpuan ini diperoleh dengan
membangun sebuah balok ke dalam suatu dinding batu bata, mengecornya ke dalam beton
atau mengelas ke dalam bangunan utama. Gaya reaksi nya berupa komponen gaya x, y dan
sebuah momen.

2.2 sejarah
Sejak 1935, pemahaman yang lebih besar tentang nilai pembacaan defleksi telah dikembangkan.
Metode pengukuran telah menggunakan roda gelinding atau beban roda simulasi. Instrumentasi
yang digunakan untuk deflektograf roda bergulir telah berkembang dari balok defleksi
Benkelman, deflektograf LaCroix, Curviameter, Penguji Defleksi Jalan, Deflektograf Kilat,
Deflektometer Roda Bergulir, dan Deflektograf Kecepatan Tinggi. Penekanan dari penelitian
yang lebih baru adalah untuk mengukur defleksi perkerasan dengan kecepatan tinggi,
menggabungkan penggunaan komputer digital berkecepatan tinggi. Metode defleksi roda semu
menggunakan beban osilasi atau pulsa. Penggunaan deflektometer berat jatuh dan interpretasi
defleksi diperkenalkan. Ini digunakan untuk menilai sifat struktural perkerasan baru, perkerasan
dalam layanan dan perkerasan yang direhabilitasi. (Ferne, 2002)

2.3 Prinsip Kerja


Peralatan dirancang untuk diletakan di meja datar. Setiap item peralatan dibersihkan dengan
kain lembut untuk menghilangkan debu. Peralatan ditempatkan di atas meja yang rata dan kokoh
dengan ukuran sekitar 150 mm hingga 200 mm dari bagian depan meja. Level spirit ditempatkan
pada balok paralel dan sekrup leveling disetel untuk mengatur level peralatan di dua tempat
dengan skala utama menghadap benda uji. Setiap peraturan keselamatan wajib dipatuhi, seperti
tidak membanjiri peralatan dengan pelarut, menggunakan kain yang telah dibasahi dengan
pelarut untuk membersihkan, kemudian tunggu sampai bagian-bagian tersebut mengering dan
ditutup dengan 5 lapisan minyak tipis. Di setiap suhu hangat, minyak yang ringan atau kurang
kental lebih suka digunakan untuk mempertahankan kaca pelindung

2.4 Aplikasi Di Dunia Industri


1. Jembatan
Aplikasi lendutan mempunyai perananan yang sangat penting dalam konstruksi jembatan.
Sebuah jembatan yang fungsinya menyeberangkan kendaraan diatasnya. Hal ini tentunya akan
mengakibatkan terjadinya lendutan batang atau defleksi pada batang-batang konstruksi jembatan
tersebut. Defleksi yang terjadi secara berlebihan tentunya akan mengakibatkan keretakan pada
jembatang tersebut.
2.Chasis
kendaraan Kendaraan yang memiliki muatan yang berat kemungkinan akan terjadi
lendutan, terutama pada chasis (kerangka) atau batang-batang penyusunnya.

3. Sayap pesawat
Sayap pesawat terbang bersifat ringan dengan tingkat elastitas yangtinggi namun 6 memiliki
kekuatan yang baik. Oleh karena itu, diperlukan analisa lendutan batang untuk mengetahui
defleksi yang terjadi pada material atau batang-batang penyusun

4Tower Crane
Ujung alat ini merupakan ujung bebas yang tak bertumpuan, sedangkan ujung yang
satunya lagi berhubungan langsung atau dapat dianggap dijepit pada menara kontrolnya.
Oleh karena itu, saat mengangkat material berkemungkinan untuk terjadi defleksi.
2.5 Rumus
1. Beban Balok di titik pusat

∆ = 𝑊𝑙3/ 48𝐸𝐼 (Persamaan 2.1)

I = 𝑏𝑑3/ 12 (Persamaan 2.2)

∆/w = 𝑊𝑙3 / 4𝐸𝑏𝑑3 (Persamaan 2.3)

2.Balok Kantiliver dengan beban di titik akhir Untuk pengaturan ini, dapat ditunjukkan bahwa
defleksi maksimun dibawah kondisi pembebanan adalah sebagai berikut :

∆ = 𝑊𝑙3 /3𝐸𝐼 (Persamaan 2.4)

I = 𝑏𝑑3/ 12 (Persamaan 2.5)

∆/w = 4𝑙 3/ 𝐸𝑏𝑑3 (Persamaan 2.6)


3. Beban balok yang digunakan sama

∆ = 𝑊𝑙2 /8𝐸𝐼 (Persamaan 2.7)

I = 𝑏𝑑3 /12 (Persamaan 2.8)

∆/w = 3𝑎𝑙2 / 2𝐸𝑏𝑑3 (Persamaan 2.9)


Dengan : w = Beban
l = jarak tumpuan
d = tebal batang
b = lebar batang
E = Modulus Elastisitas
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat yang digunakan dalam praktikum
1. Beam Deflection Apparatus Unit

Gambar 3.1. Beam Deflection Apparatus Unit


2. Penggaris

Gambar
3.2. Penggaris

3. Alat Tulis
Gambar 3.3. Alat Tulis
4. Kalkulator

Gambar 3.4. Kalkulator

5.Dial Gauge

Gambar 3.5. Dial Gauge


6.Batang Defleksi (25,4 x 3,2)mm, (25,4 x 6,4)mm, (12,7 x 6,4)mm

Gambar 3.6. Batang Defleksi a (25,4 x 3,2)mm, b (25,4 x 6,4)mm, c (12,7 x 6,4)mm

7.Tumpuan Batang

Gambar 3.7. Tumpuan Batang

8.Penggantung Beban

Gambar 3.8. Penggantung beban


3.1.2 Bahan yang digunakan saat praktikum

1. Beban (100g, 200g, 300g 400g, 500g)

Gambar 3.9. Beban

3.4 Diagram Alir


3.4.1 Percobaan Pertamaz

Penopang beban (tumpuan) kanan dan kiri dipasang pada unit beam.

Pengunci penopang beban (tumpuan) dipasang.

Cantiliver (batang defleksi) dipasang pada unit beam.

Pengunci penopang beban diatur dengan jarak 800mm, 400mm.

Ring penggantung beban dipasang di tengah pada lengan


cantiliver (batang) pada titik 400 mm dan 200 mm.

Titik keseimbangan lengan pengukur dicari.

Penggantung beban 1 N , 2 N ,3 N, 4 N, dan 5 N


(beban yang telah ditentukan oleh asisten lab) dipasang secara bergantian

Hasilnya dicatat pada lembar LKS.


3.4.2 Percobaan Kedua

1.Penopang beban (tumpuan jepit) cantilever dipasang di titik nol pada unit beam.

Pengunci penopang beban dipasang.

Cantiliver (batang defleksi) dipasang pada tumpuan jepit.

Pengunci penopang beban diatur dengan jarak 800mm, 400mm.

Ring penggantung beban dipasang pada ujung cantiliver (batang)


untuk penggantung beban dengan jarak 800 mm dan 400 mm.

Penggantung beban 1 N , 2 N ,3 N, 4 N, dan 5 N atau beban yang


telah ditentukan oleh asisten lab dipasang secara bergantian.

Hasilnya dicatat pada lembar LKS

Langkah percobaan tersebut diulangi dengan variasi beban yang berbeda-beda.


3.5.3 Percobaan ketiga

Penopang beban (tumpuan) kanan dan kiri dipasang pada unit beam

Pengunci penopang beban (tumpuan) dipasang.

Cantiliver (batang defleksi) dipasang pada unit beam

Pengunci penopang beban diatur dengan jarak 700mm, 600mm, 500mm, 400mm

Ring penggantung kanan dan kiri dipasang pada lengan


cantiliver untuk penggantung beban sesuaikan jarak
tumpuan atau penopang dengan jarak 50mm, 100mm, 150mm, 200mm.

Penggantung beban 1 N , 2 N ,3 N, 4 N, dan 5 N atau beban yang


telah ditentukan oleh asisten lab dipasang secara bergantian.

Hasilnya dicatat pada lembar LKS.

Langkah percobaan tersebut diulangi dengan variasi beban yang berbedabeda.


Bab IV Pembahasan

4.1 Data

Lembar Data Sementara Beam Deflection Apparatus

Pengujian 1
- Percobaan 1 l= 800mm b = 25.4mm d = 3.2mm
- Percobaan 2 l = 400mm b = 25.4mm d = 3.2mm
- Percobaan 3 l= 800mm b = 12.7mm d = 6.4mm
- Percobaan 4 l= 800mm b = 25.4mm d = 6.4mm
W (N) Perc 1 Δ Perc 2 Δ (mm) Perc 3 Δ Perc 4 Δ (mm)
(mm) (mm)
1 0.62 0.07 0.14 0.1

2 0.82 0.15 0.38 0.2

3 2.16 0.29 0.57 0.3

4 2.77 0.38 0.74 0.38

5 3.33 0.45 0.96 0.47

Pengujian 2
- Percobaan 1 l= 800mm b = 25.4mm d = 6.4mm
- Percobaan 2 l = 400mm b = 12.7mm d = 6.4mm
- Percobaan 3 l= 400mm b = 25.4mm d = 3.2mm
- Percobaan 4 l= 400mm b = 25.4mm d = 6.4mm
W (N) Perc 1 Δ Perc 2 Δ (mm) Perc 3 Δ Perc 4 Δ
(mm) (mm) (mm)
1 1.67 0.75 2.78 0.34

2 2.85 1.6 6.0 0.76

3 3.6 2.29 9.1 1.14

4 5.33 3.16 12.27 1.55

5 7.72 3.77 15.57 1.92


Pengujian 3
Perbandingan percobaan 1 dan 2 - Percobaa
3.5 n1
3 l= 700
2.5 mm
a = 50
2
mm
1.5
- Percobaa
1
n2
0.5 l = 400
0 mm
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
a=
p1 Δ p2 Δ 100 mm
- Percobaan 3 l= 400 mm a = 150 mm
- Percobaan 4 l= 400 mm a = 200 mm

Untuk semua percobaan d = 6.4 mm, b = 25.4 mm

W (N) Perc 1 Δ Perc 2 Δ (mm) Perc 3 Δ Perc 4 Δ


(mm) (mm) (mm)
1 0.03 0.02 0.02 0.03

2 0.05 0.03 0.05 0.07

3 0.08 0.05 0.08 0.11

4 0.11 0.07 0.1 0.15

5 0.14 0.08 0.13 0.18

4.2 Evaluasi
Pembahasan Percobaan 1
1. Gambarkan grafik hubungan antara defleksi Δ(mm) dengan W dengan percobaan 1 dan 2
Grafik 4.2.1 Perbandingan percobaan 1 dan 2
2. Gambarkan grafik hubungan antara defleksi Δ(mm) dengan W dengan percobaan 3 dan 4

Perbandingan percobaan 3 dan 4

1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
0.5 1 1.5 2 2.5
p3 Δ 3 p43.5
Δ 4 4.5 5 5.5

Grafik 4.2.2 Perbandingan percobaan 3 dan 4

3. Gambarkan grafik hubungan antara defleksi Δ(mm) dengan W dengan percobaan 1 dan 4
Perbandingan percobaan 1 dan 4
3.5

2.5

1.5

0.5

0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5

p1 Δ p4 Δ

Grafik 4.2.2 Perbandingan percobaan 1dan 4

4. Jelaskan pengaruh pengurangan l terhadap simpangan (defleksi) dengan membandingkan


grafik 1 dan 2
Dari percobaan pertama dan kedua dalam pengujian 1, kita melakukan percobaan
dengan membandingkan defleksi pada jenis batang yang sama tetapi tidak selaras l antar
tumpuan.

Dengan melihat grafik 4.2.1 masih ada kemiringan yg tidak selaras antara percobaan
pertama dengan percobaan kedua, ini menandakan bahwa panjang batang atau jarak antar
tumpuan dalam batang yang sama menyebabkan perbedaan defleksi atau lendutan yang
berbeda. Percobaan pertama menggunakan panjang 800mm, percobaan kedua menggunakan
panjang 400mm menggunakan intensitas beban yg sama. Terlihat jelas dalam grafik bahwa
percobaan pertama memiliki kemiringan yg lebih tajam dibandingkan percobaan kedua. Maka
batang yg mempunyai l yg besar memiliki nilai penyimpangan ynag lebih besar.

Perbedaan panjang batang/ jarak antar tumpuan akan menciptakan nilai delta berubah,
semakin panjang maka nilai delta akan semakin besarr. Jadi, panjang nya batag berbanding
lurus terhadap besarnya penyimpangan.
5. Jelaskan pengaruh pengurangan b terhadap simpangan (defleksi) dengan
membandingkan grafik 3 dan 4

Pada percobaan ketiga & keempat kita melakukan percobaan dengan menggunakan lebar
balok yang berbeda (b), panjang balok sama, jarak antar tumpuan sama, ketebalan sama &
jenis batang yang sama dengan intensitas beban yang sama pula. Jadi, menggunakan
membandingkan grafik percobaan 3 & 4, bahwa batang yang semakin lebar akan
mengalami defleksi yang semakin kecil. Maka lebarnya batang berbanding terbalik dengan
besarnya defleksi.

6. Jelaskan pengaruh pengurangan d terhadap simpangan (defleksi) dengan


membandingkan grafik 1 dan 4

Dalam perbandingan percobaan pertama batang diberi ketebalan yang lebih kecil dibanding
dengan batang percobaan yang keempat hasil grafik menunjukkan nilai percobaan keempat
lebih landai ini membuktikan bahwa percobaan keempat memiliki nilai deformasi yang lebih
kecil. Maka ketebalan batang berbanding terbalik dengan nilai deformasi

7. Hitunglah perhitungan secara teoritis pengujian 1, 2, dan 3 dan bandingkan


dengan percobaan 1, 2, dan 3

Momen Inersia

Defleksi (mm)
Dengan menggunakan data pada tabel 4.2.1 maka akan diperoleh nilai inersia dan defleksi
benda.

Perbedaan panjang batang/ jarak antar tumpuan akan membuat nilai delta berubah, semakin
panjang maka nilai delta akan semakin besar. Menggunakan rumus diatas, pada percobaan
pertama didapat nilai Inersia sebesar 69,358 kgm2.
Sebagai contoh, dengan menggunakan W = 1 N
Secara teoritis, pada percobaan pertama didapatkan:

10000 ( 800 )3
∆= =0,768mm
48 x 200000000 kpa × 69,358

Percobaan kedua didapatkan:

10000 ( 400 )3
∆= =0,09mm
48 x 200000000 kpa × 69,358

Dengan menggunakan data pada tabel 4.2.2 maka didapatkan momen inersia pada
percobaan ketiga sebesar 277,435 kgm2 . Menggunakan rumus tersebut, nilai defleksi
secara teoritis dapat dihitung. Sebagai contoh , kita hitung nilai teoritis dengan
menggunakan nilai W = 1 N ; E = 200GPa ; l=800mm; d = 6,4mm

Percobaan ketiga didapatkan :


10000 ( 800 )3
∆= =1,922mm
48 ×200 ×10 6 × 277,435

8. Jelaskan perbedaan perhitungan teoritis dengan percobaan, mengapa demikian?

Nilai secara teoritis dengan percobaan memiliki selisih nilai yang tidak terlalu jauh. Selisih ini
trjadi karena eror pada saat melakukan percobaan seperti keahlian dalam pembacaan alat atau
penaruhan ring penggantung yang kurang tepat

9. Buatlah Tabel perbandingan teoritis dengan percobaan

no Nilai teoritis Nilai percobaan


1 0,768mm 0,62mm

2 0,09mm 0,07mm

3 1,92mm 0,14mm

Table 4.2.1 perbandingan teoritis dengan percobaan

Galat pada percoban 1

perc−teori
%Galat= x100%
teori

0,62−0,76
%Galat= x100% =0,18%
0,76

Pengujian 2

1. Gambarkan grafik hubungan antara defleksi Δ(mm) dengan W dengan percobaan 1 dan
4

0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5

Perc 1 Δ (mm) Perc 4 Δ (mm)


Grafik 4.2.4 hubungan antara defleksi Δ(mm) dengan W dengan percobaan 1 dan

2. Gambarkan glafik hubungan antara defleksi Δ(mm) dengan W dengan percobaan 2 dan
4

3.5

2.5

1.5

0.5

0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5

Perc 2 Δ (mm) Perc 4 Δ (mm)

Grafik 4.2.5 hubungan antara defleksi Δ(mm) dengan W dengan percobaan 2 dan 4

3. Gambarkan grafik hubungan antara defleksi Δ(mm) dengan W dengan percobaan 3 dan
4

18

16

14

12

10

0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5

Perc 3 Δ (mm Perc 4 Δ (mm)


Grafik 4.2.6 hubungan antara defleksi Δ(mm) dengan W dengan percobaan 3 dan 4

4. Jelaskan pengaruh pengurangan l terhadap simpangan (defleksi) dengan


membandingkan grafik 1 dan 4

Dari grafik 4.2.4 terlihat bahwa garis biru yaitu percobaan 1 menggunakan panjang batang
dari tumpuan (l) sebanyak 800mm memiliki kemiringan yang lebih tajam daripada
percobaan keempat menggunakan panjang batang tumpuan sebesar 400mm. Percobaan
mengambarkan bahwa batang yg semakin panjang berdasarkan titik tumpuan maka akan
mengalami lendutan atau penyimpangan yang semakin besar pula

5. Jelaskan pengaruh pengurangan b terhadap simpangan (defleksi) dengan


membandingkan grafik 2 dan 4

Dari hasil percobaan yg tertera dalam grafik 4.2.5 terlihat jelas bahwa percobaan kedua
dengan lebar btg 12,7mm memiliki penyimpangan yang lebih besar bila dibandingkan dengan
besarnya penyimpangan yg dialami dalam percobaan keempat menggunakan lebar btg
25,4mm. Dari tabel 4.2.5 pula terlihat bahwa semakin besar gaya yg diberikan pada btg, maka
batang itu akan mengalami penyimpangan yg semakin akbar pula, namun batang
menggunakan lebar 12,7mm memiliki nilai penyimpangan yg lebih besar daripada btg dengan
lebar 25,4mm. percobaan ini membuktikan bahwa lebar suatu batang berbanding lurus dengan
momen inersia, tetapi berbanding terbalik dengan besarnya defleksi yang terjadi

6. Jelaskan pengaruh pengurangan d terhadap simpangan (defleksi) dengan


membandingkan grafik 3 dan 4

Pada percobaan ketiga dan keempat pada pengujian kedua ini, kita akan membuktikan
interaksi ketebalan btg dengan besarnya defleksi yg terjadi. Di grafik 4.2.6 dapat kita lihat
bersama bahwa terjadi disparitas yang signifikan antara percobaan ketiga yang memiliki tebal
batang 3,2mm dengan percobaan keempat yg tebal batangnya 6,4mm. Dari grafik terlihat
bahwa batang yg lebih tebal memiliki nilai penyimpangan yg kecil, bahkan kemiringan
garisnya sangat landai. Berbeda menggunakan btg yg lebih tipis, kemiringan garisnya jauh
lebih tajam dibandingkan dengan batang yang lebih tebal. Ini memberi pertanda bahwa
semakin tebal batang maka semakin kecil nilai defleksinya.
7. Hitunglah perhitungan secara teoritis pengujian 1, 2, dan 3 dan bandingkan
dengan percobaan 1, 2, dan 3

Perhitungan teoritis dengan pengujian 1

Percobaan 1

Momen Inersia

Defleksi (mm)
Momen inersia percobaan 1 sebesar 554,8714 kgm2

10000 ( 800 )3
∆= =1,537mm
3 x 200000000 kpa ×554,871
Percobaan 2
l = 400mm, d = 6.4mm w= 1
Percobaan 2 dengan b=12,7mm didapatkan momen inersia sebesar 277,435kgm2, sekarang
kita dapat hitung defleksinya menggunakan rumus diatas, sehingga didapat :

10000 ( 400 )3
∆= =0,468mm
3 x 200000000 kpa ×277,435

Percobaa 3

l=400mm ; W=1N ; E=200GPa ; b=25,4mm

Dari data data tersebut, kita peroleh nilai momen inersia pada percobaan ketiga sebesar
69,358kgm2, sehingga kita dapat hitung defleksi yang terjadi,

10000 ( 400 )3
∆= =1 , 53mm
3 x 200000000 kpa ×69,358
8. Jelaskan perbedaan perhitungan teoritis dengan percobaan, mengapa demikian?

Nilai secara teoritis dengan percobaan memiliki selisih nilai yang tidak terlalu jauh. Selisih
ini trjadi karena eror pada saat melakukan percobaan seperti keahlian dalam pembacaan
alat atau penaruhan ring penggantung yang kurang tepat

9. Buatlah Tabel perbandingan teoritis dengan percobaan

no Nilai teoritis Nilai percobaan


1 1,5 mm 1,62mm

2 0,46mm 0,75mm

3 1,53mm 2,78mm

Tabel 4.2.2 perbandingan teoritis dengan percobaan

Galat pada percoban 1

perc−teori
%Galat= x100%
teori

1,6−1,5
%Galat= x100% =0,06%
1,5

Pembahasan Pengujian 3

1. Gambarkan grafik hubungan antara defleksi Δ(mm) dengan W dengan


percobaan 1, 2, 3 dan 4
6

0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5

grafik 4.2.7 hubungan antara defleksi Δ(mm) dengan W dengan percobaan 1, 2, 3


dan 4

2. Jelaskan pengaruh pengurangan l terhadap simpangan (defleksi) dengan


membandingkan grafik 1 dan 4
Kedua percobaan ini akan membuktikan hubungan panjang besi atau btg menggunakan
penyimpangan yg terjadi. Pada grafik 4.2.7 terlihat bahwa percobaan pertama dengan
series 1 dan percobaan keempat dengan series 4 memiliki disparitas nilai
penyimpangan meski tidak terlalu signifikan. Tetapi besar kecilnya defleksi ini juga
akan ditentukan oleh jarak menurut tumpuan ke beban. Jadi, pengurangan panjang btg
akan berbanding lurus terhadap pengurangan nilai penyimpangan itu sendiri
3. Jelaskan pengaruh pengurangan b terhadap simpangan (defleksi) dengan
membandingkan grafik 2 dan 4

Pengaruh besar nya b terhadap defleksi pada pengujian ini tidak terlalu memepengaruhi
defleksi yang terjadi. Pada percobaan ini kita memakai tebal & lebar batang yg sama, tetapi yg
dibedakan adalah panjang dan jarak berdasarkan beban ke tumpuan. Percobaan kedua
memiliki nilai defleksi yang lebih kecil karena jarak berdasarkan beban ke tumpuan lebih
dekat dibandingkan dengan percobaan keempat. Sehigga nilai penyimpangan percobaan
keempat lebih besar
4. Jelaskan pengruh pengurangan d terhadap simpangan (defleksi) dengan
membandingkan grafik 3 dan 4

kejadian yang sama dengan sebelumnya, pada percobaan ini kita membandingkan
penyimpangan yang terjadi dalam tebal dan lebar btg yg sama namun menggunakan jarak
berdasarkan tumpuan ke beban yg berbeda. Semakin jauh jarak beban menggunakan tumpuan,
maka penyimpangan yang terjadi akan semakin besar. Ini karena jarak yang semakin jauh
akan menambah masa dan panjang dari btg itu sendiri, yang mengakibatkan lendutan pada
batang semakin besar

5. Hitunglah perhitungan secara teoritis pengujian 1, 2, dan 3 dan bandingkan


dengan percobaan 1, 2, dan 3

Dengan rumus , kita dapat membandingkan dengan hasil


percobaan.

3 x 50 x ( 700 )2 x 10000
Percobaan 1 ∆= =0,27
2 x 200000000 x 25,4 x 6 , 43

3 x 100 x ( 400 )2 x 10000


Percobaan 2 ∆= =0,18
2 x 200000000 x 25,4 x 6 , 43

3 x 150 x ( 400 )2 x 10000


Percobaan 3 ∆= =0,27
2 x 200000000 x 25,4 x 6 , 43

6. Jelaskan perbedaan perhitungan teoritis dengan percobaan, mengapa demikian?


Nilai secara teoritis dengan percobaan memiliki selisih nilai yang tidak terlalu jauh.
Selisih ini trjadi karena eror pada saat melakukan percobaan seperti keahlian dalam
pembacaan alat atau penaruhan ring penggantung yang kurang tepat
7. Buatlah Tabel perbandingan teoritis dengan percobaan

no Nilai teoritis Nilai percobaan


1 0,027mm 0,03mm

2 0,018 mm 0,02mm

3 0,027mm 0,02mm

Galat pada percoban 1

perc−teori
%Galat= x100%
teori

0,03−0,027
%Galat= x100% =0,1%
0,027

BAB V KESIMPILAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. nilai defleksi dengan penopang berjarak 400 mm adalah


10000 ( 400 )3
∆= =0,09mm
48 x 200000000 kpa × 69,358

2. nilai defleksi dengan beban 1 N


10000 ( 800 )3
∆= =0,768mm
48 x 200000000 kpa × 69,358

3. pada percobaan pertama didapat nilai Inersia sebesar 69,358 kgm2.

5.2 Saran

Saran untuk percobaan ini, semoga di lain waktu kami mahasiswa dapat secara langsung
praktek di lab agar memliki keahlian dalam hal praktek.

REFERENSI

ADIMAS701. (2018). Definisi Defleksi.

Ferne, B. (2005, April 4). History Deflection testing. Diambil kembali dari History of Beam Deflection
Apparatus: https://trid.trb.org/view/754657

Modul. (2021). Beam Deflection Apparatus. Penyusun, T. (2021). Modul Praktikum Mekanika dan
Kekuatan Material.
Wiratsongko, A. (2017, Januari 5). Diambil kembali dari ADIMAS701 Laporan Praktikum Defleksi pada
batang: https://www.slideshare.net/ADIMAS701/praktikum-70695703

Susanti, Lilya. Defleksi Pada Balok. Universitas Brawijaya Malang

Anda mungkin juga menyukai