KELOMPOK : 2
UNIVERSITAS PERTAMINA
2021
Kata pengantar
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan rahmatNya
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan beam deflection apparatus ini dengan
baik. Semoga laporan ini dapat digunakan sebagai salah satu petunjuk ataupun bagi pembaca
dalam kegiatan belajar mengajar.
Pada kesempatan ini saya ucapkan terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan
dalam penyelesian tugas uji metalografi ini kepada:
1. Pak Yudi Rahmawan selaku dosen pengampu Mekanika Kekuatan Material
3.Serta teman – teman yang telah turut membantu dalam penyelesaian laporan ini. Saya
menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan laporan ini tidak terlepas dari kesalahan-
kesalahan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan saya dalam menyusun laporan ini.
Oleh karena itu, saya mengharapkan koreksi dan saran demi kesempurnaan laporan saya.
Semoga laporan ini dapat memenuhi tugas uji metalografi dan bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Kebutuhan manusia semakin kompleks dan beragam yang tergantung pada era
pembangunan yang senantiasa berkembang. Didorong oleh kebutuhan manusia yang semakin
kompleks tersebut, maka manusia senantiasa berfikir untuk terus mengembangkan teknologi
yang telah ada guna menemukan teknologi baru yang bermanfaat bagi kehidupan umat
manusia. Bidang industri sebagai salah satu sasaran pembangunan jangka panjang meliputi
beberapa sektor pembangunan yang luas, diantaranya adalah bidang konstruksi,
pengembangan elemen mesin, perencanaan pesawat terbang, struktur rangka dari crane,
konstruksi jembatan dan sebagainya. Salah satu persoalan yang sangat penting diperhatikan
adalah perhitungan defleksi/ lendutan pada elemen-elemen ketika mengalami suatu
pembebanan. Hal ini sangat penting terutama dari segi kekuatan (strength) dan kekakuan
(stiffness), dimana pada batang horizontal yang diberi beban secara lateral akan mengalami
defleksi.
Defleksi sebenarnya bukan hal baru, kita serig menemui dalam kehidupan sehari hari,
baik itu defleksi pada baja, besi, kayu, maupun batang batang dari bahan lain. Oleh sebab itu,
kita seorang engineer harus dapat memperhitungkan defleksi atau lendutan yang akan atau
mungkin terjadi. Misal saja pada struktur jembatan. Jika seorang engineer tidak
memperhitungkan lendutan atau defleksinya dengan baik maka akan berakibat fatal dan
berbahaya bagi pengguna jembatan tersebut. Faktor lendutan yang besar akan mengurangi
faktor keamanan dan keselamatan pada struktur jembatan tersebut contohnya.
Oleh karena itu, kita harus mengetahui fenomena apa saja yang akan terjadi pada defleksi ini
1.2 Rumusan masalah :
1.3 Tujuan :
DASAR TEORI
Suatu batang atau beam yang diberi tumpuan pada bagian ujungnya akan mengalami lendutan
atau defleksi apabila terdapat gaya atau beban yang bekerja pada batang tersebut. Defleksi
adalah besarnya pergeseran atau perpindahan pada batang akibat dari adanya beban yang
bekerja padda batang tersebut. Deformasi pada balok dapat dijelaskan berdasarkan posisinya
sebelum mengalami pembebanan. Konfigurasi yang diasumsikan dengan deformasi
permukaan netral dikenal sebagai kurva elastis dari balok. Gambar dibawah ini
memperlihatkan balok pada posisi awal sebelum terjadi deformasi dan kondisi benda saat
diberi beban.
(a) (b)
1. Kekakuan batang
Semakin kaku suatu batang maka lendutan batang yang akan terjadi pada batang akan semakin
kecil
Besar-kecilnya gaya yang diberikan pada batang berbanding lurus dengan besarnya defleksi
yang terjadi. Semakin besar beban yang dialami batang maka defleksi yang terjadi pun
semakin kecil
Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda. Sehingga besarnya defleksi
karena penggunaan tumpuan yang berbeda-beda menjadi tidaklah sama. Semakin banyak
reaksi dari tumpuan yang melawan gaya dari beban, maka defleksi yang terjadi pada tumpuan
rol lebih besar dari tumpuan pin dan defleksi yang terjadi pada tumpuan pin lebih besar dari
tumpuan jepit.
B.Jenis-Jenis Tumpuan
1. Engsel
Engsel merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertikal dan gaya reaksi
horizontal. Tumpuan ini mampu melawan gaya yang bekerja dalam setiap arah dari bidang.
Jadi pada umumnya reaksi pada suatu tumpuan seperti ini mempunyai dua komponen, yang
satu dalam arah horizontal dan yang lainnya dalam arah vertical. Tidak seperti pada
perbandingan tumpuan rol, perbandingan antara komponen-komponen reaksi pada tumpuan
ini tidaklah tetap. Untuk menentukan kedua komponen ini, dua buah komponen statika harus
digunakan
2. Rol
Rol merupakan tumpuan yang hanya dapat menerima gaya reaksi vertical. Alat ini mampu
melawan gaya-gaya dalam suatu garis aksi yang spesifik namun hanya dapat melawan suatu
gaya yang tegak lurus pada bidang.
3. Jepit
Jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertical, gaya reaksi horizontal
dan momen akibat jepitan. Tumpuan jepit ini mampu melawan gaya dalam setiap arah dan
juga mampu melawan suatu kopel atau momen. Secara fisik, tumpuan ini diperoleh dengan
membangun sebuah balok ke dalam suatu dinding batu bata, mengecornya ke dalam beton
atau mengelas ke dalam bangunan utama. Gaya reaksi nya berupa komponen gaya x, y dan
sebuah momen.
2.2 sejarah
Sejak 1935, pemahaman yang lebih besar tentang nilai pembacaan defleksi telah dikembangkan.
Metode pengukuran telah menggunakan roda gelinding atau beban roda simulasi. Instrumentasi
yang digunakan untuk deflektograf roda bergulir telah berkembang dari balok defleksi
Benkelman, deflektograf LaCroix, Curviameter, Penguji Defleksi Jalan, Deflektograf Kilat,
Deflektometer Roda Bergulir, dan Deflektograf Kecepatan Tinggi. Penekanan dari penelitian
yang lebih baru adalah untuk mengukur defleksi perkerasan dengan kecepatan tinggi,
menggabungkan penggunaan komputer digital berkecepatan tinggi. Metode defleksi roda semu
menggunakan beban osilasi atau pulsa. Penggunaan deflektometer berat jatuh dan interpretasi
defleksi diperkenalkan. Ini digunakan untuk menilai sifat struktural perkerasan baru, perkerasan
dalam layanan dan perkerasan yang direhabilitasi. (Ferne, 2002)
3. Sayap pesawat
Sayap pesawat terbang bersifat ringan dengan tingkat elastitas yangtinggi namun 6 memiliki
kekuatan yang baik. Oleh karena itu, diperlukan analisa lendutan batang untuk mengetahui
defleksi yang terjadi pada material atau batang-batang penyusun
4Tower Crane
Ujung alat ini merupakan ujung bebas yang tak bertumpuan, sedangkan ujung yang
satunya lagi berhubungan langsung atau dapat dianggap dijepit pada menara kontrolnya.
Oleh karena itu, saat mengangkat material berkemungkinan untuk terjadi defleksi.
2.5 Rumus
1. Beban Balok di titik pusat
2.Balok Kantiliver dengan beban di titik akhir Untuk pengaturan ini, dapat ditunjukkan bahwa
defleksi maksimun dibawah kondisi pembebanan adalah sebagai berikut :
Gambar
3.2. Penggaris
3. Alat Tulis
Gambar 3.3. Alat Tulis
4. Kalkulator
5.Dial Gauge
Gambar 3.6. Batang Defleksi a (25,4 x 3,2)mm, b (25,4 x 6,4)mm, c (12,7 x 6,4)mm
7.Tumpuan Batang
8.Penggantung Beban
Penopang beban (tumpuan) kanan dan kiri dipasang pada unit beam.
1.Penopang beban (tumpuan jepit) cantilever dipasang di titik nol pada unit beam.
Penopang beban (tumpuan) kanan dan kiri dipasang pada unit beam
Pengunci penopang beban diatur dengan jarak 700mm, 600mm, 500mm, 400mm
4.1 Data
Pengujian 1
- Percobaan 1 l= 800mm b = 25.4mm d = 3.2mm
- Percobaan 2 l = 400mm b = 25.4mm d = 3.2mm
- Percobaan 3 l= 800mm b = 12.7mm d = 6.4mm
- Percobaan 4 l= 800mm b = 25.4mm d = 6.4mm
W (N) Perc 1 Δ Perc 2 Δ (mm) Perc 3 Δ Perc 4 Δ (mm)
(mm) (mm)
1 0.62 0.07 0.14 0.1
Pengujian 2
- Percobaan 1 l= 800mm b = 25.4mm d = 6.4mm
- Percobaan 2 l = 400mm b = 12.7mm d = 6.4mm
- Percobaan 3 l= 400mm b = 25.4mm d = 3.2mm
- Percobaan 4 l= 400mm b = 25.4mm d = 6.4mm
W (N) Perc 1 Δ Perc 2 Δ (mm) Perc 3 Δ Perc 4 Δ
(mm) (mm) (mm)
1 1.67 0.75 2.78 0.34
4.2 Evaluasi
Pembahasan Percobaan 1
1. Gambarkan grafik hubungan antara defleksi Δ(mm) dengan W dengan percobaan 1 dan 2
Grafik 4.2.1 Perbandingan percobaan 1 dan 2
2. Gambarkan grafik hubungan antara defleksi Δ(mm) dengan W dengan percobaan 3 dan 4
1.2
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0.5 1 1.5 2 2.5
p3 Δ 3 p43.5
Δ 4 4.5 5 5.5
3. Gambarkan grafik hubungan antara defleksi Δ(mm) dengan W dengan percobaan 1 dan 4
Perbandingan percobaan 1 dan 4
3.5
2.5
1.5
0.5
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
p1 Δ p4 Δ
Dengan melihat grafik 4.2.1 masih ada kemiringan yg tidak selaras antara percobaan
pertama dengan percobaan kedua, ini menandakan bahwa panjang batang atau jarak antar
tumpuan dalam batang yang sama menyebabkan perbedaan defleksi atau lendutan yang
berbeda. Percobaan pertama menggunakan panjang 800mm, percobaan kedua menggunakan
panjang 400mm menggunakan intensitas beban yg sama. Terlihat jelas dalam grafik bahwa
percobaan pertama memiliki kemiringan yg lebih tajam dibandingkan percobaan kedua. Maka
batang yg mempunyai l yg besar memiliki nilai penyimpangan ynag lebih besar.
Perbedaan panjang batang/ jarak antar tumpuan akan menciptakan nilai delta berubah,
semakin panjang maka nilai delta akan semakin besarr. Jadi, panjang nya batag berbanding
lurus terhadap besarnya penyimpangan.
5. Jelaskan pengaruh pengurangan b terhadap simpangan (defleksi) dengan
membandingkan grafik 3 dan 4
Pada percobaan ketiga & keempat kita melakukan percobaan dengan menggunakan lebar
balok yang berbeda (b), panjang balok sama, jarak antar tumpuan sama, ketebalan sama &
jenis batang yang sama dengan intensitas beban yang sama pula. Jadi, menggunakan
membandingkan grafik percobaan 3 & 4, bahwa batang yang semakin lebar akan
mengalami defleksi yang semakin kecil. Maka lebarnya batang berbanding terbalik dengan
besarnya defleksi.
Dalam perbandingan percobaan pertama batang diberi ketebalan yang lebih kecil dibanding
dengan batang percobaan yang keempat hasil grafik menunjukkan nilai percobaan keempat
lebih landai ini membuktikan bahwa percobaan keempat memiliki nilai deformasi yang lebih
kecil. Maka ketebalan batang berbanding terbalik dengan nilai deformasi
Momen Inersia
Defleksi (mm)
Dengan menggunakan data pada tabel 4.2.1 maka akan diperoleh nilai inersia dan defleksi
benda.
Perbedaan panjang batang/ jarak antar tumpuan akan membuat nilai delta berubah, semakin
panjang maka nilai delta akan semakin besar. Menggunakan rumus diatas, pada percobaan
pertama didapat nilai Inersia sebesar 69,358 kgm2.
Sebagai contoh, dengan menggunakan W = 1 N
Secara teoritis, pada percobaan pertama didapatkan:
10000 ( 800 )3
∆= =0,768mm
48 x 200000000 kpa × 69,358
10000 ( 400 )3
∆= =0,09mm
48 x 200000000 kpa × 69,358
Dengan menggunakan data pada tabel 4.2.2 maka didapatkan momen inersia pada
percobaan ketiga sebesar 277,435 kgm2 . Menggunakan rumus tersebut, nilai defleksi
secara teoritis dapat dihitung. Sebagai contoh , kita hitung nilai teoritis dengan
menggunakan nilai W = 1 N ; E = 200GPa ; l=800mm; d = 6,4mm
Nilai secara teoritis dengan percobaan memiliki selisih nilai yang tidak terlalu jauh. Selisih ini
trjadi karena eror pada saat melakukan percobaan seperti keahlian dalam pembacaan alat atau
penaruhan ring penggantung yang kurang tepat
2 0,09mm 0,07mm
3 1,92mm 0,14mm
perc−teori
%Galat= x100%
teori
0,62−0,76
%Galat= x100% =0,18%
0,76
Pengujian 2
1. Gambarkan grafik hubungan antara defleksi Δ(mm) dengan W dengan percobaan 1 dan
4
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
2. Gambarkan glafik hubungan antara defleksi Δ(mm) dengan W dengan percobaan 2 dan
4
3.5
2.5
1.5
0.5
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Grafik 4.2.5 hubungan antara defleksi Δ(mm) dengan W dengan percobaan 2 dan 4
3. Gambarkan grafik hubungan antara defleksi Δ(mm) dengan W dengan percobaan 3 dan
4
18
16
14
12
10
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Dari grafik 4.2.4 terlihat bahwa garis biru yaitu percobaan 1 menggunakan panjang batang
dari tumpuan (l) sebanyak 800mm memiliki kemiringan yang lebih tajam daripada
percobaan keempat menggunakan panjang batang tumpuan sebesar 400mm. Percobaan
mengambarkan bahwa batang yg semakin panjang berdasarkan titik tumpuan maka akan
mengalami lendutan atau penyimpangan yang semakin besar pula
Dari hasil percobaan yg tertera dalam grafik 4.2.5 terlihat jelas bahwa percobaan kedua
dengan lebar btg 12,7mm memiliki penyimpangan yang lebih besar bila dibandingkan dengan
besarnya penyimpangan yg dialami dalam percobaan keempat menggunakan lebar btg
25,4mm. Dari tabel 4.2.5 pula terlihat bahwa semakin besar gaya yg diberikan pada btg, maka
batang itu akan mengalami penyimpangan yg semakin akbar pula, namun batang
menggunakan lebar 12,7mm memiliki nilai penyimpangan yg lebih besar daripada btg dengan
lebar 25,4mm. percobaan ini membuktikan bahwa lebar suatu batang berbanding lurus dengan
momen inersia, tetapi berbanding terbalik dengan besarnya defleksi yang terjadi
Pada percobaan ketiga dan keempat pada pengujian kedua ini, kita akan membuktikan
interaksi ketebalan btg dengan besarnya defleksi yg terjadi. Di grafik 4.2.6 dapat kita lihat
bersama bahwa terjadi disparitas yang signifikan antara percobaan ketiga yang memiliki tebal
batang 3,2mm dengan percobaan keempat yg tebal batangnya 6,4mm. Dari grafik terlihat
bahwa batang yg lebih tebal memiliki nilai penyimpangan yg kecil, bahkan kemiringan
garisnya sangat landai. Berbeda menggunakan btg yg lebih tipis, kemiringan garisnya jauh
lebih tajam dibandingkan dengan batang yang lebih tebal. Ini memberi pertanda bahwa
semakin tebal batang maka semakin kecil nilai defleksinya.
7. Hitunglah perhitungan secara teoritis pengujian 1, 2, dan 3 dan bandingkan
dengan percobaan 1, 2, dan 3
Percobaan 1
Momen Inersia
Defleksi (mm)
Momen inersia percobaan 1 sebesar 554,8714 kgm2
10000 ( 800 )3
∆= =1,537mm
3 x 200000000 kpa ×554,871
Percobaan 2
l = 400mm, d = 6.4mm w= 1
Percobaan 2 dengan b=12,7mm didapatkan momen inersia sebesar 277,435kgm2, sekarang
kita dapat hitung defleksinya menggunakan rumus diatas, sehingga didapat :
10000 ( 400 )3
∆= =0,468mm
3 x 200000000 kpa ×277,435
Percobaa 3
Dari data data tersebut, kita peroleh nilai momen inersia pada percobaan ketiga sebesar
69,358kgm2, sehingga kita dapat hitung defleksi yang terjadi,
10000 ( 400 )3
∆= =1 , 53mm
3 x 200000000 kpa ×69,358
8. Jelaskan perbedaan perhitungan teoritis dengan percobaan, mengapa demikian?
Nilai secara teoritis dengan percobaan memiliki selisih nilai yang tidak terlalu jauh. Selisih
ini trjadi karena eror pada saat melakukan percobaan seperti keahlian dalam pembacaan
alat atau penaruhan ring penggantung yang kurang tepat
2 0,46mm 0,75mm
3 1,53mm 2,78mm
perc−teori
%Galat= x100%
teori
1,6−1,5
%Galat= x100% =0,06%
1,5
Pembahasan Pengujian 3
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Pengaruh besar nya b terhadap defleksi pada pengujian ini tidak terlalu memepengaruhi
defleksi yang terjadi. Pada percobaan ini kita memakai tebal & lebar batang yg sama, tetapi yg
dibedakan adalah panjang dan jarak berdasarkan beban ke tumpuan. Percobaan kedua
memiliki nilai defleksi yang lebih kecil karena jarak berdasarkan beban ke tumpuan lebih
dekat dibandingkan dengan percobaan keempat. Sehigga nilai penyimpangan percobaan
keempat lebih besar
4. Jelaskan pengruh pengurangan d terhadap simpangan (defleksi) dengan
membandingkan grafik 3 dan 4
kejadian yang sama dengan sebelumnya, pada percobaan ini kita membandingkan
penyimpangan yang terjadi dalam tebal dan lebar btg yg sama namun menggunakan jarak
berdasarkan tumpuan ke beban yg berbeda. Semakin jauh jarak beban menggunakan tumpuan,
maka penyimpangan yang terjadi akan semakin besar. Ini karena jarak yang semakin jauh
akan menambah masa dan panjang dari btg itu sendiri, yang mengakibatkan lendutan pada
batang semakin besar
3 x 50 x ( 700 )2 x 10000
Percobaan 1 ∆= =0,27
2 x 200000000 x 25,4 x 6 , 43
2 0,018 mm 0,02mm
3 0,027mm 0,02mm
perc−teori
%Galat= x100%
teori
0,03−0,027
%Galat= x100% =0,1%
0,027
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Saran untuk percobaan ini, semoga di lain waktu kami mahasiswa dapat secara langsung
praktek di lab agar memliki keahlian dalam hal praktek.
REFERENSI
Ferne, B. (2005, April 4). History Deflection testing. Diambil kembali dari History of Beam Deflection
Apparatus: https://trid.trb.org/view/754657
Modul. (2021). Beam Deflection Apparatus. Penyusun, T. (2021). Modul Praktikum Mekanika dan
Kekuatan Material.
Wiratsongko, A. (2017, Januari 5). Diambil kembali dari ADIMAS701 Laporan Praktikum Defleksi pada
batang: https://www.slideshare.net/ADIMAS701/praktikum-70695703