Anda di halaman 1dari 41

PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dan mengalami
kemajuan, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara
berpikir manusia. Disertai dengan sistem pendidikan yang mapan,
memungkinkan kita berpikir kritis, kreatif, dan produktif. Sama halnya
dengan perkembangan teknologi dibidang konstruksi. Sistem struktur
yang diletakkan horizontal dan terutama diperuntukkan memikul beban
lateral, yaitu beban yang bekerja tegak lurus sumbu aksial batang. Beban
semacam ini khususnya muncul sebagai beban gravitasi.
Defleksi merupakan suatu fenomena perubahan bentuk pada balok
dalam arah vertical dan horizontal akibat adanya pembebanan yang
diberikan pada balok atau batang. Sumbu sebuah batang akan terdeteksi
dari kedudukannya semula bila benda di bawah pengaruh gaya terpakai.
Dengan kata lain suatu batang akan mengalami pembebanan transversal
baik itu beban terpusat maupun terbagi merata akan mengalami defleksi.
Salah satu persoalan yang sangat penting diperhatikan adalah
perhitungan defleksi/lendutan dan tegangan pada elemen-elemen ketika
mengalami suatu pembebanan. Hal ini sangat penting terutama dari segi
kekuatan (strength) dan kekakuan (stiffness), dimana pada batang
horizontal yang diberi beban secara lateral akan mengalami defleksi. Di
dalam kehidupan sehari – hari kita sering kali berjumpa dengan defleksi,
baik defleksi pada baja, pada besi maupun kayu. Oleh sebab itu kita
seorang engineer harus memperhitungkan defleksi atau lendutan yang
akan terjadi, contohnya saja pada jembatan. Jika seorang engineer tidak
memperhitungkan, maka akan berakibat fatal bagi pengguna jembatan
tersebut, karena faktor lendutan yang lebih besar akan mengurangi faktor
safety pada struktur tersebut. Oleh sebab itu kita harus mengetahui
fenomena apa saja yang akan terjadi pada defleksi ini. Namun banyak

Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

yang belum mengerti terhadap fenomena-fenomena pada defleksi sebagai


akibat dari pembebanan yang terjadi pada benda yang jika melewati batas
yang diizinkan, maka akan terjadinya kerusakan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah Praktikum Mekanika Terapan adalah
sebagai berikut.
1) Bagaimana pengaruh geometri variasi profil terhadap nilai
displacement ?
2) Bagaimana pengaruh geometri variasi profil terhadap nilai tegangan
normal ?
3) Bagaimana pengaruh geometri variasi profil terhadap nilai tegangan
geser ?

1.3 Tujuan
Adapun Tujuan Praktikum Mekanika Terapan adalah sebagai berikut.
1) Untuk mengetahui pengaruh geometri variasi profil terhadap nilai
displacement.
2) Untuk mengetahui pengaruh geometri variasi profil terhadap nilai
tegangan normal.
3) Untuk mengetahui pengaruh geometri variasi profil terhadap nilai
tegangan geser.

1.4 Manfaat
Adapun Manfaat Praktikum Mekanika Terapan adalah sebagai berikut.
1) Mengetahui pengaruh geometri variasi profil terhadap suatu
displacement, tegangan normal, dan tegangan geser.
2) Mampu mengetahui hubungan rumus-rumus defleksi teoritis dengan
hasil percobaan.
3) Menambah wawasan dan mampu menerapkan ilmu yang didapat
pada praktikum ini ke dunia kerja.

Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Teori Dasar


2.1.1 Pengertian Defleksi
Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y akibat
adanya pembebanan vertikal yang diberikan pada balok atau batang.
Deformasi pada balok secara sangat mudah dapat dijelaskan berdasarkan
defleksi balok dari posisinya sebelum mengalami pembebanan.
Defleksi diukur dari permukaan netral awal ke posisi netral setelah
terjadi deformasi. Konfigurasi yang diasumsikan dengan deformasi
permukaan netral dikenal sebagai kurva elastis dari balok. Gambar 1 (a)
memperlihatkan balok pada posisi awal sebelum terjadi deformasi dan
Gambar 1 (b) adalah balok dalam konfigurasi terdeformasi yang
diasumsikan akibat aksi pembebanan.

Gambar 2.1 (a) Balok sebelum terjadi deformasi, (b) Balok dalam
konfigurasi terdeformasi
(Sumber : http://bambangpurwantana.staff.ugm.ac.id/KekuatanBahan)
Defleksi juga merupakan perubahan bentuk pada balok dalam arah
sumbu y akibat adanya pembebanan dalam arah vertical. Pada semua
konstruksi teknik, bagian-bagian pelengkap suatu bangunan haruslah
diberi ukuran-ukuran fisik tertentu yang yang harus diukur dengan tepat
agar dapat menahan gaya-gaya yang akan dibebankan kepadanya.
Kemampuan untuk menentukan beban maksimum yang dapat
diterima oleh suatu konstruksi adalah penting. Dalam aplikasi keteknikan,
kebutuhan tersebut haruslah disesuaikan dengan pertimbangan ekonomis
dan pertimbangan teknis, seperti kekuatan (strength), kekakuan (stiffines),
dan kestabilan (stability). Pemilihan atau desain suatu batang sangat
Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

bergantung pada segi teknik di atas yaitu kekuatan, kekakuan dan


kestabilan.
Pada kriteria kekuatan, desain beam haruslah cukup kuat untuk
menahan gaya geser dan momen lentur, sedangkan pada kriteria
kekakuan, desain haruslah cukup kaku untuk menahan defleksi yang
terjadi agar batang tidak melendut melebihi batas yang telah diizinkan.
Suatu batang jika mengalami pembebanan lateral, baik itu beban terpusat
maupun beban terbagi rata, maka batang tersebut mengalami defleksi.
Suatu batang kontinu yang ditumpu pada bagian pangkalnya akan
melendut jika diberi suatu pembebanan.
Deformasi dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari
posisinya sebelum mengalami pembebanan. Defleksi diukur dari
permukaan netral awal ke posisi netral setelah terjadi deformasi.
2.1.2 Daktilitas Lendutan (Displacement)

Gambar 2.2 Hubungan Beban – Lendutan


(Sumber : Paulay dan Prietsley, 1992)

Daktalitas lendutan biasanya digunakan pada evaluasi struktur yang


diberikan gaya gempa. Daktalitas didefinisikan oleh rasio dari total
lendutan yang terjadi Δ dengan lendutan pada awal titik leleh (yield point)
Uy.
U
μΔ=
Uy

Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Dimana U = Uy + Up lendutan pada titik leleh (Uy) dan pada titik


plastis (Up) penuh adalah komponen – komponen dari total lendutan
ujung. Untuk sebuah struktur portal, biasanya total defleksi diambil pada
bagian teratas (atap). Walaupun pada nantinya perhitungan faktor reduksi
akan dilihat dari hubungan simpangan dengan tinggi dari bangunan
tersebut, kesalahan Δμ pada bagian atap dapat dinormalkan dengan
perbandingan pendekatan yang telah dibuat. Pada saat perancangan,
harus diperhatikan daktilitas dihubungkan dengan maksimum antisipasi
lendutan U = Um. Sehingga, tidak terlalu diperhatikan lendutan yang
terjadi antar lantai.
Pada kenyataanya kejadian ini sangat berpengaruh. Terjadi
perbedaan daktilitas pada kedua kejadian ini, juga menunjukan bahwa
kapasitas daktalitas lendutan Δμ pada struktur seperti itu akan sangat
berpengaruh pada kemampuan kapasitas sambungan pada ujung balok
atau kolom. Hal itu menuntut kemampuan daktalitas pada kolom dan
balok secara individual. Lendutan sampai titik leleh Uy pada kantilever,
diasumsikan mengalami yeild curvature pada bagian dasarnya. Ini adalah
pendekatan yang paling realistis dan penting, karena nilai absolut dari
lendutan maksimum Um = Δμ ≤ Uu juga perlu dievaluasi dan dihubungkan
dengan tinggi struktur dimana lendutan terjadi.
Pada struktur, ketika respon gempa yang terjadi melebihi beban
rencana maka keadaan deformasi inelastis harus tercapai. Ketika struktur
mampu untuk merespon keadaan inelastis tanpa penurunan kemampuan
yang drastis, maka hal ini akan disebut dalam keadaan daktail. Keadaan
daktail yang sempurna terjadi pada saat ideal elastic / perfectly plastic
(elastoplastic).
2.1.3 Tegangan (Stress)
1. Tegangan Normal
Suatu tegangan σx bekerja dalam arah normal terhadap penampang
sebuah balok dari regangan normal εx. Tiap serat longitudinal dari
sebuah balok hanya dikenakan beban tarik dan tekan (yaitu, serat-serat

Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

dalam tegangan uniaksial). Sehingga diagram tegangan-regangan


bahan akan memberikan hubungan sebanding antara (σ x) dan (εx). Jika
bahannya elastis dengan suatu diagram tegangan-regangan linier, maka
dapat digunakan Hukum Hooke untuk tegangan uniaksial (σ=Eε) dan
diperoleh :
σx=Eεx=Exy
Jadi, tegangan normal yang bekerja pada penampang berubah
secara linier terhadap jarak y dari permukaan netral. Jenis distribusi
tegangan yaitu tegangan relatif (tekan) di bawah permukaan netral
apabila kopel Mo bekerja dalam arah yang ditunjukkan. Kopel ini
menghasilkan suatu kelengkungan positif K dalam balok, meskipun
menyatakan suatu momen lentur negatif M.
2. Tegangan Geser
Apabila sebuah balok dikenakan pelenturan tak merata, maka
momen lentur M dan gaya lintang V kedua-duanya bekerja pada
penampang. Tegangan normal (σx) yang berhubungan dengan momen-
momen lentur diperoleh dari rumus lentur. Kasus sederhana dari sebuah
balok berpenampang empat persegi panjang yang lebarnya b dan
tingginya h, dapat dimisalkan bahwa tegangan geser τ bekerja sejajar
dengan gaya lintang V (yaitu, sejajar dengan bidang-bidang vertikal
penampang). Dimisalkan juga bahwa distribusi tegangan geser sama
rata sepanjang arah lebar balok. Kedua penjelasan ini akan
memungkinkan untuk menentukan secara lengkap distribusi tegangan
geser yang bekerja pada penampang.
2.1.4 Hal - Hal Yang Mempengaruhi Defleksi
1. Kekakuan Batang
Semakin kaku suatu batang maka defleksi batang yang akan terjadi
pada batang akan semakin kecil.
2. Besarnya Kecil Gaya yang Diberikan
Besar-kecilnya gaya yang diberikan pada batang berbanding lurus
dengan besarnya defleksi yang terjadi. Dengan kata lain semakin besar

Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

beban yang dialami batang maka defleksi yang terjadi pun semakin
kecil.
3. Jenis Tumpuan yang Diberikan
Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda.
Defleksi pada penggunaan tumpuan yang berbeda-beda tidaklah sama.
Semakin banyak reaksi dari tumpuan yang melawan gaya dari beban
maka defleksi yang terjadi pada tumpuan rol lebih besar dari tumpuan
pin (pasak) dan defleksi yang terjadi pada tumpuan pin lebih besar dari
tumpuan jepit.
4. Jenis Beban yang Terjadi Pada Batang
Beban terdistribusi merata dengan beban titik, keduanya memiliki
kurva defleksi yang berbeda-beda. Pada beban terdistribusi merata
slope yang terjadi pada bagian batang yang paling dekat lebih besar dari
slope titik. Ini karena sepanjang batang mengalami beban sedangkan
pada beban titik hanya terjadi pada beban titik tertentu saja (Binsar
Hariandja, 1996).
2.1.5 Jenis - Jenis Tumpuan
1. Tumpuan Engsel
Tumpuan engsel merupakan tumpuan yang dapat menahan gaya
horizontal maupun gaya vertikal yang bekerja padanya. Tumpuan yang
berpasak mampu melawan gaya yang bekerja dalam setiap arah dari
bidang. Jadi pada umumnya reaksi pada suatu tumpuan seperti ini
mempunyai dua komponen yang satu dalam arah horizontal dan yang
lainnya dalam arah vertikal. Tidak seperti pada perbandingan tumpuan
rol atau penghubung, maka perbandingan antara komponen-komponen
reaksi pada tumpuan yang terpasak tidaklah tetap. Untuk menentukan
kedua komponen ini, dua buah komponen statika harus digunakan.

Gambar 2.3 Sketsa Tumpuan Engsel


Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

(Sumber : http://tazziemania.wordpress.com/link-tazzie/)

2. Tumpuan Rol
Rol merupakan tumpuan yang hanyadapat menerima gaya reaksi
vertikal. Alat ini mampu melawan gaya-gaya dalam suatu garis aksi
yang spesifik. Penghubung yang terlihat pada gambar dibawah ini dapat
melawan gaya hanya dalam arah AB rol. Pada gambar dibawah hanya
dapat melawan beban vertikal. Sedang rol-rol hanya dapat melawan
suatu tegak lurus pada bidang cp.

Gambar 2.4 Tumpuan Rol


(Sumber : http://tazziemania.wordpress.com/link-tazzie/)

3. Tumpuan Jepit
Jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi
vertikal, gaya reaksi horizontal dan momen akibat jepitan dua
penampang. Tumpuan jepit ini mampu melawan gaya dalam setiap arah
dan juga mampu melawan suaut kopel atau momen. Secara fisik,
tumpuan ini diperoleh dengan membangun sebuah balok ke dalam
suatu dinding batu bata. Mengecornya ke dalam beton atau mengelas
ke dalam bangunan utama. Suatu komponen gaya dan sebuah momen.

Gambar 2.5 Tumpuan Jepit


(Sumber : http://tazziemania.wordpress.com/link-tazzie/)

2.1.6 Jenis - Jenis Pembebanan


Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya defleksi pada
batang adalah jenis beban yang diberikan kepadanya. Adapun jenis
pembebanan :

Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

1. Beban Terpusat
Titik kerja pada batang dapat dianggap berupa titik karena luas
kontaknya kecil.

Gambar 2.6 Pembebanan Terpusat


(Sumber : http://tazziemania.wordpress.com/link-tazzie/)

2. Beban Terbagi Merata


Disebut beban terbagi merata karena merata sepanjang batang
dinyatakan dalm qm (kg/m atau KN/m).

Gambar 2.7 Pembebanan Terbagi Merata


(Sumber : http://tazziemania.wordpress.com/link-tazzie/)

3. Beban Bervariasi Uniform


Disebut beban bervariasi uniform karena beban sepanjang batang
besarnya tidak merata.

Gambar 2.8 Pembebanan Bervariasi Uniform


(Sumber : http://tazziemania.wordpress.com/link-tazzie/)

Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2.1.7 Jenis - Jenis Batang


1. Batang Tumpuan Sederhana
Bila tumpuan tersebut berada pada ujung-ujung dan pada pasak
atau rol.

Gambar 2.9 Batang Tumpuan Sederhana


(Sumber : http://tazziemania.wordpress.com/link-tazzie/)

2. Batang Kartilever
Bila salah satu ujung balok dijepit dan yang lain bebas.

Gambar 2.10 Batang Kartilever


(Sumber : http://tazziemania.wordpress.com/link-tazzie/)

3. Batang Overhang
Bila balok dibangun melewati tumpuan sederhana.

Gambar 2.11 Batang Overhang


(Sumber : http://tazziemania.wordpress.com/link-tazzie/)

4. Batang Menerus
Bila tumpuan-tumpuan terdapat pada balok continue secara fisik.

Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Gambar 2.12 Batang Menerus


(Sumber : http://tazziemania.wordpress.com/link-tazzie/)

2.1.8 Metode Perhitungan Defleksi


Defleksi yang terjadi disetiap titik pada batang tersebut dapat
dihitung dengan berbagai metode, antara lain (Popov, E.P., 1984) :
1. Metode Integrasi Ganda (Double Integrations)
Pandangan samping permukaan netral balok yang melendut disebut
kurva elastis balok (lihat gambar). Gambar tersebut memperlihatkan
bagaimana menetapkan persamaan kurva ini, yaitu bagaimana
menetapkan lendutan tegak y dari setiap titik dengan terminologi
koordinat x.
Pilihlah ujung kiri batang sebagai origin sumbu x searah dengan
kedudukan balok original tanpa lendutan, dan sumbu Y arah keatas
positif. Lendutan dianggap kecil sehingga tidak terdapat perbedaan
panjang original balok dengan proyeksi panjang lendutannya.
Konsekuensinya kurva elastis sangat datar dan kemiringannya pada
setiap sangat kecil. Harga kemiringan, tan q = dy / dx, dengan
kesalahan sangat kecil bisa dibuat sama dengan q, oleh karena itu :

dan

Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Gambar 2.13 Metode Integrasi Ganda


(Sumber : http://ebookgratisan.net/bab-vi-defleksi-balok)
Dimana r adalah jari-jari kurva sepanjang busur ds. Karena kurva
elastis sangat datar, ds pada prakteknya sama dengan dx: sehingga
peroleh persamaan :

atau

Dimana rumus lentur yang terjadi adalah sebagai berikut.

Dengan menyamakan harga dari persamaan diatas, kita peroleh :

Persamaan diatas dikenal sebagai persamaan differensial kurva


elastis balok. Perkalian EI, disebut kekauan lentur balok, biasanya tetap

Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

sepanjang balok. Apabila persamaan diatas diintegrasi, andaikan EI


diperoleh :

Persamaan diatas adalah persamaan kemiringan yang


menunjukkan kemiringan atau harga dy / dx pada setiap titik. Dapat
dicatat disini bahwa M menyatakan persamaan momen yang dinyatakan
dalam terminologi x, dan C1 adalah konstanta yang dievaluasi dari
kondisi pembebanan tertentu. Sekarang integrasi persamaan diatas
untuk memperoleh :

Persamaan diatas adalah persamaan lendutan kurva elastis yang


dikehendaki guna menunjukkan harga y untuk setiap harga x; 2 C
adalah konstanta integrasi lain yang harus dievaluasi dari kondisi balok
tertentu dan pembebannya. Apabila kondisi pembebanan dirubah
sepanjang balok, maka persamaan momen akan berubah pula.
Pengevaluasian konstanta integrasi menjadi sangat rumit. Kesulitan ini
dapat dihindari dengan menuliskan persamaan momen tunggal
sedemikan rupa sehingga menjadi persamaan kontinu untuk seluruh
panjang balok meskipun pembebanan tidak seimbang.
2. Metode Luas Bidang Momen (Momen Area Method)
Metode yang berguna untuk menetapkan kemiringan dan lendutan
batang menyangkut luas diagram momen dan momen luas adalah
metode momen luas. Motode momen luas mempunyai batasan yang
sama seperti metode integrasi ganda. Kurva elastis merupakan
pandangan samping permukaan netral, dengan lendutan yang
diperbesar, diagram momen. Jarak busur diukur sepanjang kurva elastis
antara dua penampang sama dengan r dq, dimana r adalah jari-jari
lengkungan kurva elastis pada kedudukan tertentu. Dari persamaan
momen lentur diperoleh :

Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

karena ds = r dq, maka

atau
Pada banyak kasus praktis kurva elastis sangat datar sehingga tidak
ada kesalahan serius yang diperbuat dengan menganggap panjang ds =
proyeksi dx. Dengan anggapan itu kita peroleh :

Gambar 2.14 Sketsa Metode Luas Momen


(Sumber : http://ebookgratisan.net/bab-vi-defleksi-balok)
Perubahan kemiringan antara garis yang menyinggung kurva pada
dua titik sembarang A dan B akan = jumlah sudut-sudut kecil tersebut.

Jarak dari B pada kurva elastis yang akan memotong garis singgung
yang ditarik kekurva ini pada setiap titik lain A adalah jumlah pintasan dt
yang timbul akibat garis singgung kekurva pada titik yang berdekatan.
Setiap pintasan ini dianggap sebagai busur lingkaran jari-jari x yang
dipisahkan oleh sudut dq : dt = xdq, oleh karena itu :

Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Dengan memasukkan harga dq, diperoleh :

Panjang t b/a dikenal sebagai penyimpangan B dari garis singgung


yang ditarik pada A, atau sebagai penyimpangan tangensial B terhadap
A. Secara umum penyimpangan seperti ini tidak sama.
Mdx adalah luas elemen arsiran yang berkedudukan pada jarak x
dari ordinat melalui B karena integral M dx berarti jumlah elemen, maka
dinyatakan sebagai,

3. Metode Unit Load

Gambar 2.15 Sketsa Metode Unit Load


(Sumber : http://ebookgratisan.net/bab-vi-defleksi-balok)
L
M .m
∆ C=∫ dx
0 E. I

Dimana :
M = momen akibat beban W
m = momen akibat satu satuan gaya (unit load) yang bekerja pada
titik C
4. Metode Superposisi
Persamaan diferensial kurva defleksi balok adalah persamaan
diferensial linier, yaitu semua faktor yang mengandung defleksi w dan
turunannya dikembangkan ke tingkat pertama saja. Karena itu,
penyelesaian persamaan untuk bermacam-macam kondisi pembebanan
boleh di superposisi. Jadi defleksi balok akibat beberapa beban yang

Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

bekerja bersama-sama dapat dihitung dengan superposisi dari defleksi


akibat masing-masing beban yang bekerja sendiri-sendiri

Berlaku analog

Gambar 2.16 Metode Superposisi


(Sumber : http://ebookgratisan.net/bab-vi-defleksi-balok)
2.2 Aplikasi
Adapun pengaplikasian pada defleksi ini adalah sebagai berikut :
1. Jembatan
Disinilah dimana aplikasi lendutan batang mempunyai perananan
yang sangat penting. Sebuah jembatan yang fungsinya
menyeberangkan benda atau kendaraan diatasnya mengalami beban
yang sangat besar dan dinamis yang bergerak diatasnya. Hal ini
tentunya akan mengakibatkan terjadinya lendutan batang atau defleksi
pada batang-batang konstruksi jembatan tersebut. Defleksi yang terjadi
secara berlebihan tentunya akan mengakibatkan perpatahan pada

Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

jembatang tersebut dan hal yang tidak diinginkan dalam membuat


jembatan.
2. Poros Transmisi
Pada poros transmisi roda gigi yang saling bersinggungan untuk
mentransmisikan gaya torsi memberikan beban pada batang poros
secara radial. Ini yang menyebabkan terjadinya defleksi pada batang
poros transmisi. Defleksi yang terjadi pada poros membuat sumbu poros
tidak lurus. Ketidaklurusan sumbu poros akan menimbulkan efek getaran
pada pentransmisian gaya torsi antara roda gigi. Selain itu, benda
dinamis yang berputar pada sumbunya.
3. Rangka (Chasis) Kendaraan
Kendaraan-kendaraan pengangkut yang berdaya muatan besar,
memiliki kemungkinan terjadi defleksi atau lendutan batang-batang
penyusun konstruksinya.
4. Konstruksi Badan Pesawat Terbang
Pada perancangan sebuah pesawat material-material pembangunan
pesawat tersebut merupakan material-material ringan dengan tingkat
elestitas yang tinggi namun memiliki kekuatan yang baik. Oleh karena
itu, diperlukan analisa lendutan batang untuk mengetahui defleksi yang
terjadi pada material atau batang-batang penyusun pesawat tersebut,
untuk mencegah terjadinya defleksi secara berlebihan yang
menyebabkan perpatahan atau fatik karena beban terus-menerus.
5. Mesin Pengangkut Material
Pada alat ini ujung pengankutan merupakan ujung bebas tak
bertumpuan sedangkan ujung yang satu lagi berhubungan langsung
atau dapat dianggap dijepit pada menara kontrolnya. Oleh karena itu,
saat mengangkat material kemungkinan untuk terjadi defleksi. Pada
konstruksinya sangat besar karena salah satu ujungnya bebas tak
bertumpuan. Disini analisa lendutan batang akan mengalami batas tahan
maksimum yang boleh diangkut oleh alat pengangkut tersebut.

Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu Dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Fisika & Material
Program S1 Teknik Mesin Universitas lambung Mangkurat pada Hari
Senin, 23 Mei 2022 Pukul 08.00 WITA – Selesai.
3.2 Alat Dan Bahan
1. Alat Ukur Defleksi

Gambar 3.1 Alat Ukur Defleksi


2. Batang Uji (Variasi Panjang dan Luas Penampangnya)

Gambar 3.2 Batang Uji


3. Beban
Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Gambar 3.3 Beban


4. Mistar

Gambar 3.4 Mistar


5. Dial Indikator

Gambar 3.5 Dial Indikator

6. Kunci Pas

Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Gambar 3.6 Kunci Pas


3.3 Prosedur Praktikum
Prosedur Pelaksanaan Praktikum dilakukan sebagai berikut :
1. Susunlah perangkat pengujian defleksi untuk tumpuan sederhana.
2. Ambillah salah satu batang uji pendek dan pasang pada tempat yang
ada pada perangkat pengujian serta jepit pada salah satu ujung.
3. Aturlah jarak beban dan titik-titik pengujian defleksi, catat pada tabel.
4. Ganti batang uji dengan yang panjang dan hanya jepit pada satu
ujung lalu catat pada tabel.
5. Ulangi langkah 4 dengan menjepit kedua ujung.
3.4 Profil Benda Kerja
Tabel 1 Data Properties Material Aluminium 6061

Mass density 2.70 g/cm3


Yield strength 275 MPa
Ultimate tensile strength 310 MPa
Young’s modulus 68,9 GPa

Gambar 3.7 Profil Benda Kerja

Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Praktikum
Tabel 4.1 Beban yang diberikan pada Batang Profil
No P1 P2 P3
1 80 100 120

4.2 Perhitungan pada Batang Utama


4.2.1 Percobaan Pertama

Gambar 4.1 Diagram Benda Bebas Rangka Pada Batang profil


Ra = Tumpuan Roda Belakang
Rb = Tumpuan Roda Depan
F2=P1 = Beban 1 = 90 N
F3=P2 = Beban 2 = 100 N
F1=P3 = Beban 3 = 120 N
Ra ke F3 = 125 mm
Ra ke F2 = 225 mm
Ra ke F1 = 425 mm

Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Ra ke Rb = 650 mm
4.2.2 Percobaan Kedua

Gambar 4.2 Diagram Benda Bebas Rangka Pada Batang profil


Ra = Tumpuan Roda Belakang
Rb = Tumpuan Roda Depan
F1=P1 = Beban 1 = 90 N
F2=P2 = Beban 2 = 100 N
F3=P3 = Beban 3 = 120 N
Ra ke F3= 125 mm
Ra ke F2 = 225 mm
Ra ke F1 = 425 mm
Ra ke Rb = 650 mm
4.2.3 Percobaan Ketiga
Ra = Tumpuan Roda Belakang
Rb = Tumpuan Roda Depan
F1=P1 = Beban 1 = 90 N
F2=P2 = Beban 2 = 100 N
F3=P3 = Beban 3 = 120 N
Ra ke F3= 100 mm
Ra ke F2 = 200 mm

Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Ra ke F1 = 300 mm
a ke b = 430 mm

Gambar 4.3 Diagram Benda Bebas Rangka Pada Batang profil


4.3 Distribusi bebas statis
4.3.1 Percobaan Pertama
∑ fy=0
0=Ra+ Rb−90−100−120
Ra+ Rb=310 N
∑ Ma=0
∑ Ma=(90 ×225)+(100× 125)+(120 × 425)
−(Rb × 650)=0
∑ Ma=20250+ 12500+51000−650 Rb=0
83750
Rb= =129 N
650
Ra=310−129
Ra=¿ 181 N
4.3.2 Percobaan Kedua

Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

∑ fy=0
0=Ra+ Rb−90−100−120
Ra+ Rb=310 N
∑ Ma=0
∑ Ma=(90 × 425)+(100 ×225)+(120× 125)
−(Rb × 650)=0
∑ Ma=38250+ 22500+15000−650 Rb=0
75750
Rb= =117 N
650
Ra=310−117
Ra=¿ 193 N
4.3.3 Percobaan Tiga
∑ fy=0
0=Ra−90−100−120
Ra=310 N
a. Gaya geser
4.4.1 Percobaan Pertama
V1 = Ra = 181 N
V2 = Ra – P1 = 181 – 90 = 91 N
V3 = Ra – P1 – P2 = 181 – 90 – 100 = -9 N
V4 = Ra – P1 – P2 – P3 = 181 – 90 – 100 – 120 = -129 N

Gambar 4.4 Diagram Bidang Gaya Geser Pada Rangka Geometri


profil percobaan 1
4.4.2 Percobaan Kedua
V1 = Ra = 193 N
V2 = Ra – P3 = 193 – 120 = 73 N

Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

V3 = Ra – P3 – P2 = 193 – 120 – 100 = -33 N


V4 = Ra – P3 – P2 – P1 = 193 – 120 – 100 – 90 = -117 N

Gambar 4.5 Diagram Bidang Gaya Geser Pada Rangka Geometri profil
4.4.3 Percobaan Ketiga
V1 = Ra = 310 N
V2 = Ra – P3 = 310 – 120 = 190 N
V3 = Ra – P3 – P2 = 310 – 120 – 100 = 90 N
V4 = Ra – P3 – P2 – P1 = 310 – 120 – 100 – 90 = 0 N

Gambar 4.6 Diagram Bidang Gaya Geser Pada Rangka Geometri profil
b. Momen Lentur
4.5.1 Percobaan Pertama
1. Potongan 1 dari roda belakang ke penampang mesin bagian belakang

a = 125mm

P1 = 100N

Gambar 4.7 Diagram Benda Bebas Potongan pertama


Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Ra = 181 N
a = 125 mm
Mc = Ra.a
Mc = 181 x 125
Mc = 22625 N.mm
2. Potongan 2 dari roda belakang ke penampang mesin bagian depan
P2 = 80N

P1 = 100N

a = 125mm

b = 225mm

Gambar 4.8 Diagram Benda Bebas Potongan kedua


MD = Ra.b – P1(b - a)
MD = 181 x 225 – 100(225 –125)
MD = 30725 N.mm
3. Potongan 3 dari roda belakang ke Roda belakang
P2 = 80N

P1 = 100N P3 = 120N

a = 125mm

b = 225mm

c = 425mm

Gambar 4.9 Diagram Benda Bebas Potongan ketiga


ME = Ra.c – P1(c – a) – P2(c – b)
ME = 181 x 425 – 100(425 – 125) – 80(425 – 225)
ME = 30925 N.mm
4. Potongan 4 dari roda belakang ke roda depan
P2 = 80N

P1 = 100N P3 = 120N

a = 125mm

Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

b = 225mm

c = 425mm
L=650

Gambar 4.10 Diagram Benda Bebas Potongan keempat


ME = Ra.L – P1(L – a) – P2(L – b) – P3(L – c)
ME = 181 x 650 – 100(650 – 125) – 90(650 – 225) – 120(650 – 425)
ME = 269 N.mm

Gambar 4.11 Diagram Bidang Momen Lentur Pada Rangka geometri


profil percobaan pertama
4.5.2 Percobaan Kedua
1. Potongan 1 dari roda belakang ke penampang mesin bagian belakang
P1 = 100N

a = 125mm

Gambar 4.12 Diagram Benda Bebas Potongan pertama


Ra = 193 N
a = 125 mm
Mc = Ra.a
Mc = 193 x 125
Mc = 24125 N.mm
2. Potongan 2 dari roda belakang ke penampang mesin bagian depan
P2 = 80N

P1 = 100N

a = 125mm

Mohd Azlan b = 225mm

1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Gambar 4.13 Diagram Benda Bebas Potongan 2


MD = Ra.b – P1(b - a)
MD = 193 x 225 – 120(225 – 125)
MD = 31425 N.mm
3. Potongan 3 dari roda belakang ke roda depan
P2 = 80N

P1 = 100N P3 = 120N

a = 125mm

b = 225mm

c = 425mm

Gambar 4.14 Diagram Benda Bebas Potongan 3


ME = Ra.c – P1(c – a) – P2(c – b)
ME = 193 x 425 – 120(425 – 125) – 100(425 – 225)
ME = 26025 N.mm
4. Potongan 4 dari roda belakang ke roda depan
P2 = 80N
P3 = 120N
P1 = 100N

a = 125mm

b = 225mm

Gambar 4.15 Diagram Benda Bebas Potongan 3


c = 425mm

ME = Ra.L – P1(L – a) – P2(L – b) – P3(L – c) L=650

ME = 193 x 650 – 120(650 – 125) – 100(650 – 225) – 90(650 – 425)


ME = 0 N.mm

Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Gambar 4.16 Diagram Bidang Momen Lentur Pada Rangka geometri


4.5.3 Percobaan Ketiga
1. Potongan 1 dari roda belakang ke penampang mesin bagian belakang
P1 = 80N

a = 100mm

Gambar 4.17 Diagram Benda Bebas Potongan pertama


Ra = 310 N
a = 100 mm
Mc = Ra.a
Mc = 310 x 100
Mc = 31000 N.mm
2. Potongan 2 dari roda belakang ke penampang mesin bagian depan
P2 = 100N

P1 = 80N

a = 100mm

b = 200mm

Gambar 4.18 Diagram Benda Bebas Potongan kedua


MD = Ra.b – P1(b - a)
MD = 310 x 200 – 120(200 – 100)
MD = 50000 N.mm

Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

3. Potongan 3 dari roda belakang ke roda depan


P2 = 100N

P3 = 120N
P1 = 80N

a = 100mm

b = 200mm

c = 300mm

Gambar 4.19 Diagram Benda Bebas Potongan ketiga


ME = Ra.c – P1(c – a) – P2(c – b)
ME = 310 x 300 – 120(300 – 100) – 100(300 – 200)
ME = 59000 N.mm
4. Potongan 4 dari roda belakang ke roda depan
P2 = 100N P3 = 120N

P1 = 80N

a = 100mm

b = 200mm

c = 300mm

L = 430mm

Gambar 4.20 Diagram Benda Bebas Potongan keempat


ME = Ra.L – P1(L – a) – P2(L – b) – P3(L – c)
ME = 310 x 430 – 120(430 – 100) – 100(430 – 200) – 90(430 – 300)
ME = 59000 N.mm

Gambar 4.21 Diagram Bidang Momen Lentur Pada Rangka geometri


profil percobaan ketiga
4.6 Displacement

Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Displacement atau pergerakan yang terjadi akibat beban yang


terdapat pada rangka dengan posisi nilai terbesar berada pada tengah
tengah rangka.
4.6.1 Percobaan Pertama

Gambar 4.22 Displacement Dial Indicator Rangka

Pada Percobaan Pertama hasil displacementnya adalah 1.23mm


pada dial indicator.

Gambar 4.23 Diagram Benda Bebas Rangka profil percobaan pertama


3
PL
y=
48 EI
P = P1+P2+P3 = 100+90+120 = 310 N
L = 650 mm
E = 120,5 GPa = 120500 Mpa
I = 6750 mm4

310 x 274625000
y= =218 , 05 mm
48 x 120500 x 67 , 50
4.6.2 Percobaan Kedua

Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Gambar 4.24 Displacement Dial Indicator Rangka


Pada Percobaan Kedua hasil displacementnya adalah 0.39mm
pada dial indicator.

Gambar 4.25 Diagram Benda Bebas Rangka profil percobaan kedua


3
PL
y=
48 EI
P = P1+P2+P3 = 100+90+120 = 310 N
L = 650 mm
E = 120,5 GPa = 120500 Mpa
I = 6750 mm4

310 x 274625000
y= =218 , 05 mm
48 x 120500 x 67 , 50

4.6.3 Percobaan Ketiga

Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Gambar 4.26 Displacement Dial Indicator Rangka


Pada Percobaan Ketiga hasil displacementnya adalah 4.46 mm
pada dial indicator.

Gambar 4.27 Diagram Benda Bebas Rangka profil percobaan ketiga


3
PL
y=
48 EI
P = P1+P2+P3 = 100+90+120= 310 N
L = 430 mm
E = 120,5 GPa = 120500 Mpa
I = 6750 mm4

310 x 79507000
y= =0 , 63 mm
48 x 120500 x 6750
4.7 Tegangan Normal
4.7.1 Percobaan Pertama

Gambar 4.28 Diagram Momen Lentur Rangka Percobaan Pertama


1. Tegangan Normal pada MC
MC b 1
σ1=
I
MC = 21875 N.mm
C1 = 30 mm
I = 6750 mm4
21875 x 30
σ 1=
6750

Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

σ 1=97 , 22 MPa

2. Tegangan Normal pada MD


M D b1
σ1=
I
MD = 29375 N.mm
C1 = 40 mm
I = 6750 mm4
29375 x 30
σ 1=
6750

σ 1=130 ,55 MPa

3. Tegangan Normal pada ME


M E b1
σ1=
I
MD = 28375 N.mm
C1 = 40 mm
I = 6750 mm4
28375 x 30
σ 1=
6750

σ 1=126 ,11 MPa

4.7.2 Percobaan Kedua

Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Gambar 4.29 Diagram Momen Lentur Rangka Percobaan kedua


1. Tegangan Normal pada MC
MC b 1
σ1=
I
MC = 22625 N.mm
C1 = 30 mm
I = 6750 mm4
23750 x 30
σ 1=
6750

σ 1=105 ,55 MPa

2. Tegangan Normal pada MD


M D b1
σ1=
I
MD = 30.750 N.mm
C1 = 30 mm
I = 6750 mm4
30.750 x 30
σ 1=
6750

σ 1=136 , 66 MPa

3. Tegangan Normal pada ME


M E b1
σ1=
I
MD = 24750 N.mm
C1 = 30 mm
I = 6750 mm4
24750 x 30
σ 1=
6750

σ 1=110 MPa
4.7.3 Percobaan Ketiga

Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Gambar 4.30 Diagram Momen Lentur Rangka Percobaan Ketiga


1. Tegangan Normal pada MC
MC b 1
σ1=
I
MC = 30000 N.mm
C1 = 30 mm
I = 6750 mm4
30000 x 30
σ 1=
6750
σ 1=133 ,33 MPa
2. Tegangan Normal pada MD
M D b1
σ1=
I
MD = 48000 N.mm
C1 = 30 mm
I = 6750 mm4
48000 x 30
σ 1=
6750

σ 1=213 ,33 MPa


3. Tegangan Normal pada ME
M E b1
σ1=
I
MD = 56000 N.mm
C1 = 30 mm
I = 6750 mm4

Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

56000 x 30
σ 1=
6750

σ 1=248 , 88 MPa
4.8 Tegangan Geser
V .Q
τmax =
I .b
Q = 30 x 3 (1, 5−0)
= 90 ¿)
= 135 mm3
b = 30
V = 300 N
V .Q
τmax =
I .b
300 x 135
=
6750 x 30
= 0,2 Mpa
4.9 Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan 3 kali percobaan dengan variasi beban,
jarak dan jumlah ujung yang dijepit. Pada percobaan pertama
menggunakan rangka plat baja strip dengan panjang 650 mm yang
memiliki beban sebesar 100 N pada jarak 125 mm, pada jarak 225 mm
sebesar 90 N dan pada jarak 425 mm sebesar 120 N. Pada percobaan
kedua menggunakan rangka plat baja strip dengan panjang 650 mm yang
memiliki beban sebesar 120 N pada jarak 125 mm, pada jarak 225 mm
sebesar 100 N dan pada jarak 425 mm sebesar 90 N. Pada percobaan
ketiga menggunakan rangka plat baja strip dengan panjang 430 mm yang
memiliki beban sebesar 90 N pada jarak 100 mm, pada jarak 200 mm
sebesar 100 N dan pada jarak 300 mm sebesar 90 N.
Dari perhitungan yang dilakukan didapatkan untuk beban distribusi
bebas statis itu sendiri didapatkan untuk nilai Ra = 181 N dan untuk nilai
Rb = 129 pada percobaan pertama pada percobaan kedua nilai Ra = 117
dan untuk nilai Rb = 193 dan pada percobaan ketiga nilai Ra = 310. Jika

Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

distribusi beban sudah didapatkan maka akan dilanjutkan untuk


perhitungan gaya geser yang mana jika dilihat pada diagram bidang gaya
geser pada rangka geometri profil percobaan pertama, kedua dan ketiga
bahwa semakin jauh jarak yang ditinjau maka nilai untuk gaya geser
tersebut semakin kecil. Selanjutnya untuk perhitungan momen lentur
sendiri dapat dilihat dari diagram bidang momen lentur pada angka
geometri profil percobaan pertama, percobaan kedua, percobaan ketiga
bahwa semakin besar beban yang dipikul suatu batang maka momen
lentur yang bekerja akan semakin besar atau dapat dikatakan
mendapatkan nilai maksimum.
Untuk displacement atau pergerakan yang terjadi akibat beban yang
bekerja pada rangka plat baja strip mendapatkan nilai sebesar 1,23 mm
pada percobaan pertama, percobaan kedua mendapatkan nilai 0,39 mm,
dan pada percobaan ketiga mendapatkan nilai 4.46 mm. Selanjutnya
adalah perhitungan tegangan normal yang mana jika dilihat pada diagram
tegangan normal pada rangka geometri mendapatkan nilai maksimum
yaitu 130 , 55 MPa pada percobaan pertama. Pada percobaan kedua nilai
maksimum tegangan normal yaitu 136 , 66MPa. Pada percobaan ketiga
nilai maksimum tegangan normal yaitu 248 , 88MPa. hal ini pula
disebabkan oleh adanya beban yang dipikulnya cukup besar daripada
beban yang lainnya. Yang terakhir adalah perhitungan tegangan geser
yang mana terlebih dahulu mencari momen inersia dari plat baja strip
sehingga mendapatkan tegangan geser sebesar 0,2 MPa.

BAB V

Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum Mekanika Terapan adalah
sebagai berikut.
1. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa variasi profil terhadap nilai
displacement mendaptkan nilai displacement sebesar 1,23 mm pada
percobaan pertama, pada percobaan kedua sebesar 0,39 mm dan
pada percobaan ketiga sebesar 4,46 mm.
2. Dari hasil perhitungan geometri variasi profil diperoleh nilai tegangan
normal maksimum yaitu 130 , 55 MPa pada percobaan pertama. Pada
percobaan kedua nilai maksimum tegangan normal yaitu 136 , 66MPa.
Pada percobaan ketiga nilai maksimum tegangan normal yaitu 248 , 88
MPa. Dengan perhitungan tersebut diketahui bahwa geometri profil
sangat berpengaruh pada tegangan normal yang mana semakin besar
profil yang digunakan maka untuk nilai tegangan normal tersebut
semakin besar pula.
3. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai gaya geser maksimum pada
percobaan pertama yaitu sebesar 175 N, pada percobaan kedua yaitu
sebesar 190 N dan pada percobaan ketiga 300 N. Yang mana dalam
perhitungan ini perhitungan distribusi beban statis sangat berpengaruh
sehingga dalam menentukan nilai gaya geser tersebut perhitungan
distribusi beban statis yang benar agar mendapatkan hasil yang
maksimal. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai tegangan geser
maksimum yaitu sebesar 0,2 MPa.
5.2 Saran
Dalam melaksanakan praktikum Mekanika Terapan, agar
menggunakan alat ukur yang baik yaitu melakukan kalibrasi terhadap alat
yang ingin digunakan agar mendapatkan hasil yang teliti dan akurat dan
data yang diambil harus lebih bervariasi dan jelas mechanical
propertiesnya seperti apa.
DAFTAR PUSTAKA

Mohd Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Nazaruddin, Muftil Badri. 2013. Panduan Praktikum Fenomena Dasar

Mesin.

William T. Thomson “Teori Getaran dengan Penerapan”

Singer, Ferdinand L, Pytel Andrew. 1985. Kekuatan Bahan. Erlangga,

Jakarta.

Spotss, M.F, & Shoup, T.E. 2004. Design of Machine Elements. New

York. Prentice-Hall, Inc.

Team Asisten LKM .2013. Panduan Pratikum Fenomena dasar Mesin

Bid. Konstruksi Mesin Dan Perancangan.Jurusan Teknik Mesin FT-

UNRI : Pekanbaru.

Mohd Azlan
1910816210025

Anda mungkin juga menyukai