Anda di halaman 1dari 33

PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berpikir
manusia begitu juga ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dan
mengalami kemajuan. Disertai dengan sistem pendidikan yang mapan,
memungkinkan kita berpikir kritis, kreatif, dan produktif. Sama halnya dengan
perkembangan teknologi dibidang konstruksi. Sistem struktur yang di letakkan
horizontal dan yang terutama di peruntukkan memikul beban lateral,yaitu beban
yang bekerja tegak lurus sumbu aksial batang. Beban semacam ini khususnya
muncul sebagai beban gravitasi, seperti misalnya bobot sendiri, beban hidup
vertikal, beban keran (crane) dan lain-lain. Contoh sistem balok dapat di
kemukakan antara lain,balok lantai gedung,gelagar keran, jembatan,balok
penyangga dan sebagainya.Sumbu sebuah batang akan terdeteksi dari
kedudukannya semula bila benda dibawah pengaruh gaya terpakai.
Dengan kata lain suatu batang akan mengalami pembebanan transversal
baik itu beban terpusat maupun terbagi merata akan mengalami defleksi. Unsur-
unsur dari mesin haruslah cukup tegar untuk mencegah ketidakbarisan dan
mempertahankan ketelitian terhadap pengaruh beban dalam gedung-gedung, balok
lantai tidak dapat melentur secara berlebihan untuk meniadakan pengaruh
psikologis yang tidak diinginkan para penghuni dan untuk memperkecil atau
mencegah dengan 3 bahan-bahan jadi yang rapuh.
Salah satu persoalan yang sangat penting diperhatikan dalam perencanaan-
perencanaan tersebut adalah perhitungan defleksi/lendutan dan tegangan pada
elemen-elemen ketika mengalami suatu pembebanan. Hal ini sangat penting
terutama dari segi kekuatan (strength) dan kekakuan (stiffness), dimana pada
batang horizontal yang diberi beban secara lateral akan mengalami defleksi.
defleksi dan tegangan yang terjadi pada elemen-elemen yang mengalami
pembebanan harus pada suatu batas yang diijinkan, karena jika melewati batas
yang diijinkan, maka akan terjadi kerusakan pada elemen-elemen tersebut ataupun
pada elemen-elemen lainnya.

Najib Rahman 1
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

1.2 Rumusan Masalah


Dari Latar Belakang diatas dapat dirumuskan Masalah Sebagai Berikut:
1. Bagaimana fenomena defleksi pada batang prismatik?
2. Bagaimana kebenaran rumus-rumus defleksi teoritis dengan hasil percobaan?
1.3 Tujuan Praktikum
Tujuan dari Praktikum Mekanika Terapan ini antara lain adalah:
1. Mengetahui fenomena defleksi pada batang prismatik.
2. Membuktikan kebenaran rumus-rumus defleksi teoritis dengan hasil
percobaan.
1.4 Manfaat Praktikum
Manfaat yang akan didapatkan dari Praktikum Mekanika Terapan ini adalah:
1. Praktikan diharapkan dapat memperdalam pemahaman tentang fenomena-
fenomena yang terjadi pada defleksi.
2. Praktikan diharapkan mampu menerapkan ilmu yang didapat pada praktikum
defleksi ke dunia kerja nantinya apabila diperlukan.
3. Dapat menghitung dan membandingkan hasil pengukuran defleksi.

Najib Rahman 2
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Teori Dasar
2.1.1 Defleksi
Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y akibat adanya
pembebanan vertikal yang diberikan pada balok atau batang. Deformasi pada
balok secara sangat mudah dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari
posisinya sebelum mengalami pembebanan.
Defleksi diukur dari permukaan netral awal ke posisi netral setelah terjadi
deformasi. Konfigurasi yang diasumsikan dengan deformasi permukaan netral
dikenal sebagai kurva elastis dari balok. Gambar 1 (a) memperlihatkan balok
pada posisi awal sebelum terjadi deformasi dan Gambar 1 (b) adalah balok
dalam konfigurasi terdeformasi yang diasumsikan akibat aksi pembebanan.

Gambar 2.1 (a) Balok sebelum terjadi deformasi, (b) Balok dalam konfigurasi
terdeformasi
(Sumber: Panduan praktikum fenomena dasar mesin FT-UNRI)

Defleksi juga merupakan perubahan bentuk pada balok dalam arah sumbu
y akibat adanya pembebanan dalam arah vertikal. Pada semua konstruksi teknik,
bagian-bagian pelengkap suatu bangunan haruslah diberi ukuran-ukuran fisik
tertentu yang yang harus diukur dengan tepat agar dapat menahan gaya-gaya
yang akan dibebankan kepadanya.
Kemampuan untuk menentukan beban maksimum yang dapat diterima
oleh suatu konstruksi adalah penting. Dalam aplikasi keteknikan, kebutuhan
tersebut haruslah disesuaikan dengan pertimbangan ekonomis dan pertimbangan
teknis, seperti kekuatan (strength), kekakuan (stiffines), dan kestabilan

Najib Rahman 3
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

(stability). Pemilihan atau desain suatu batang sangat bergantung pada segi
teknik di atas yaitu kekuatan, kekakuan dan kestabilan.
Pada kriteria kekuatan, desain beam haruslah cukup kuat untuk menahan
gaya geser dan momen lentur, sedangkan pada kriteria kekakuan, desain
haruslah cukup kaku untuk menahan defleksi yang terjadi agar batang tidak
melendut melebihi batas yang telah diizinkan. Suatu batang jika mengalami
pembebanan lateral, baik itu beban terpusat maupun beban terbagi rata, maka
batang tersebut mengalami defleksi. Suatu batang kontinu yang ditumpu pada
bagian pangkalnya akan melendut jika diberi suatu pembebanan. Deformasi
dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari posisinya sebelum mengalami
pembebanan. defleksi diukur dari permukaan netral awal ke posisi netral setelah
terjadi deformasi.

2.1.2 Hal - Hal Yang Mempengaruhi Defleksi


1) Kekakuan batang
Semakin kaku suatu batang maka defleksi batang yang akan terjadi pada
batang akan semakin kecil.
2) Besarnya kecil gaya yang diberikan
Besar-kecilnya gaya yang diberikan pada batang berbanding lurus dengan
besarnya defleksi yang terjadi. Dengan kata lain semakin besar beban yang
dialami batang maka defleksi yang terjadi pun semakin kecil.
3) Jenis tumpuan yang diberikan
Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda. Defleksi
pada penggunaan tumpuan yang berbeda-beda tidaklah sama. Semakin banyak
reaksi dari tumpuan yang melawan gaya dari beban maka defleksi yang terjadi
pada tumpuan rol lebih besar dari tumpuan pin (pasak) dan defleksi yang terjadi
pada tumpuan pin lebih besar dari tumpuan jepit.
4) Jenis beban yang terjadi pada batang
Beban terdistribusi merata dengan beban titik,keduanya memiliki kurva
defleksi yang berbeda-beda. Pada beban terdistribusi merata slope yang terjadi
pada bagian batang yang paling dekat lebih besar dari slope titik. Ini karena

Najib Rahman 4
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

sepanjang batang mengalami beban sedangkan pada beban titik hanya terjadi
pada beban titik tertentu saja (Binsar Hariandja, 1996). Salah satu faktor yang
sangat menentukan besarnya defleksi pada batang yang dibebani adalah jenis
tumpuan yang digunakan.

2.1.3 Jenis - Jenis Tumpuan


1) Tumpuan Engsel
Tumpuan engsel merupakan tumpuan yang dapat menahan gaya horizontal
maupun gaya vertikal yang bekerja padanya. Tumpuan yang berpasak mampu
melawan gaya yang bekerja dalam setiap arah dari bidang. Jadi pada umumnya
reaksi pada suatu tumpuan seperti ini mempunyai dua komponen yang satu
dalam arah horizontal dan yang lainnya dalam arah vertikal. Tidak seperti pada
perbandingan tumpuan rol atau penghubung, maka perbandingan antara
komponen-komponen reaksi pada tumpuan yang terpasak tidaklah tetap. Untuk
menentukan kedua komponen ini, dua buah komponen statika harus digunakan.

Gambar 2.2 Sketsa Tumpuan Engsel


(Sumber: Panduan praktikum fenomena dasar mesin FT-UNRI)

2) Tumpuan Rol
Rol merupakan tumpuan yang hanyadapat menerima gaya reaksi vertical.
Alat ini mampu melawan gaya-gaya dalam suatu garis aksi yang spesifik.
Penghubung yang terlihat pada gambar dibawah ini dapat melawan gaya hanya
dalam arah AB rol. Pada gambar dibawah hanya dapat melawan beban vertical.
Sedang rol-rol hanya dapat melawan suatu tegak lurus pada bidang cp.

Najib Rahman 5
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Gambar 2.3 Tumpuan Rol


(Sumber: Panduan praktikum fenomena dasar mesin FT-UNRI)

3) Tumpuan Jepit
Jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertikal, gaya
reaksi horizontal dan momen akibat jepitan dua penampang. Tumpuan jepit ini
mampu melawan gaya dalam setiap arah dan juga mampu melawan suaut kopel
atau momen. Secara fisik,tumpuan ini diperoleh dengan membangun sebuah
balok ke dalam suatu dinding batu bata. Mengecornya ke dalam beton atau
mengelas ke dalam bangunan utama. Suatu komponen gaya dan sebuah momen.

Gambar 2.4 Tumpuan Jepit


(Sumber: Panduan praktikum fenomena dasar mesin FT-UNRI)

2.1.4 Jenis - Jenis Pembebanan


Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya defleksi pada batang
adalah jenis beban yang diberikan kepadanya. Adapun jenis pembeban:
1) Beban Terpusat
Dikarenakan luas kotaknya yang kecil, maka titik kerja yang terjadi pada
batang dapat dianggap sebagai titik saja.

Najib Rahman 6
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Gambar 2.5 (a) Pembebanan Terpusat Samping, (b) Pembebanan Terpusat


Miring, (c) Pembebanan Tepusat Tengah
(Sumber: Panduan praktikum fenomena dasar mesin FT-UNRI)

2) Beban Terbagi Merata


Satuan yang biasanya digunakan pada beban jenis ini adalah kg/m atau
N/m. Ini dikarenakan beban yang diberikan pada batang terdistribusi merata
pada setiap titiknya. Dalam mata kuliah Statika Struktur batang seperti ini
dinamakan beams.

Gambar 2.6 Pembebanan Terbagi Merata


(Sumber: Panduan praktikum fenomena dasar mesin FT-UNRI)

3) Beban Bervariasi Uniform


Bebrbeda dengan kasus pada beban yang terbagi merta, pada beban jenis
ini gaya yang terdistribusi tidak merata. Walaupun satuan yang diguanakan
biasanya sama, namun dikarenakan pendistribusian beban di setiap titiknya
berbeda, maka perlakuan dalam perhitungannya pun sudah dipastikan tidak bisa
disamakan.

Najib Rahman 7
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Gambar 2.7 Pembebanan Bervariasi Uniform


(Sumber: Panduan praktikum fenomena dasar mesin FT-UNRI)

2.1.5 Jenis - Jenis Batang


1) Batang Tumpuan Sederhana
Dinamakan batang tumpuan sederhana apabila tumpuan tersebut terletak di
salahsatu atau kedua ujung dari batang. Biasanya terjadi pada tumpuan rol dan
engsel/pin.

Gambar 2.8 Batang Tumpuan Sederhana


(Sumber: Panduan praktikum fenomena dasar mesin FT-UNRI)

2) Batang Kartilever
Batang kartilever adalah batang yang salahsatu ujungnya diberikan tumpuan jepit
dan batang yang satunya lagi dibiarkan bebas. Pada percobaan ini, kita hanya akan
menggunakan batang jenis ini.

Gambar 2.9 Batang Kartilever


(Sumber: Panduan praktikum fenomena dasar mesin FT-UNRI)

3) Batang Overhang
Bila balok dibangun melewati tumpuan sederhana. Bila batang tumpuan
sederhana terdapat tumpuan rol atau engsel di kedua ujungnya, maka batang

Najib Rahman 8
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

overhang dibangun melewati tumpuan sederhana. Artinya, masih ada batang


terusan setelah melewati tumpuan-tumpuan tersebut.

Gambar 2.10 Batang Overhang


(Sumber: Panduan praktikum fenomena dasar mesin FT-UNRI)

4) Batang Menerus
Batang jenis ini merupakan batang yang memiliki banyak tumpuan.
Dinamakan batang menerus apabila tumpuan-tumpuannya secara fisik terdapat
pada balok kontinu.

Gambar 2.11 Batang Menerus


(Sumber: Panduan praktikum fenomena dasar mesin FT-UNRI)

Suatu batang kontinu yang ditumpu akan melendut jika mengalami beban
lentur. Defleksi berdasarkan pembebanan yang terjadi pada batang terdiri atas:
1. Defleksi Aksial
Defleksi aksial terjadi jika pembebanan pada luas penampang. Nama lain
dari defleksi ini adalah regangan.

Gambar 2.12 Defleksi Aksial


(Sumber: Panduan praktikum fenomena dasar mesin FT-UNRI)

Najib Rahman 9
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

P

A dari hukum hooke:   E
P
  L  L0    / L0 E 
A
P
E   / L0  
A
Pl0

AE

Keterangan :

L = Panjang akhir benda (m)

L0= Panjang awal benda (m)

A = Luas Penampang (m2)

E = Modulus Elastisitas (Pa)

Ϭ = Tegangan (N/m2)

P = massa jenis (kg/m3)

I = Momen inersia (kgm2)

δ = Defleksi (m)

ԑ = Regangan

2. Defleksi Kantilever dan Lateral


Defleksi yang terjadi jika pembebanan tegak lurus pada luas penampang.
Defleksi lateral terjadi apada batang rigid, yaitu batang lurus yang kaku.
Defleksi lateral hanya terjadi apabila beban yang diberikan tegak lurus terhadap

Najib Rahman 10
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

permukaan batang. Dikarenakan pada praktikum kali ini percobaan yang


dilakukan hanyalah difleksi lateral, maka untuk selanjutnya kata difleksi bisa
digantikan dengan kata lendutan.

Gambar 2.13 Defleksi Lateral


(Sumber: Panduan praktikum fenomena dasar mesin FT-UNRI)

Gambar 2.14 Defleksi Kantilever


(Sumber: Panduan praktikum fenomena dasar mesin FT-UNRI)

3. Defleksi Oleh Gaya Geser atau Puntir Pada Batang


Unsur-unsur dari mesin haruslah tegar untuk mempertahankan ketelitian
dimensional terhadap pengaruh beban. Suatu batang kontinu yang ditumpu akan
melendut jika mengalami beban lentur.

2.1.6 Metode Perhitungan Defleksi


Defleksi yang terjadi disetiap titik pada batang tersebut dapat dihitung
dengan berbagai metode, antara lain (Popov, E.P., 1984):
1) Metode Integrasi Ganda
Pandangan samping permukaan netral balok yang melendut disebut
kurva elastis balok (lihat gambar). Gambar tersebut memperlihatkan bagaimana

Najib Rahman 11
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

menetapkan persamaan kurva ini, yaitu bagaimana menetapkan lendutan tegak y


dari setiap titik dengan terminologi koordinat x.
Pilihlah ujung kiri batang sebagai origin sumbu x searah dengan
kedudukan balok original tanpa lendutan, dan sumbu Y arah keatas positif.
Lendutan dianggap kecil sehingga tidak terdapat perbedaan panjang original
balok dengan proyeksi panjang lendutannya. Konsekuensinya kurva elastis
sangat datar dan kemiringannya pada setiap sangat kecil. Harga kemiringan, tan
q =dy / dx, dengan kesalahan sangat kecil bisa dibuat sama dengan q, oleh
karena itu
d dy

  dy / dx dan dx dx

Gambar 2.8 Metode Integrasi Ganda


(Sumber: Panduan praktikum fenomena dasar mesin FT-UNRI)

Dimana r adalah jari-jari kurva sepanjang busur ds. Karena kurva elastis
sangat datar, ds pada prakteknya sama dengan dx: sehingga peroleh persamaan:
1 d d
 
 ds dx atau

1 d2y

 dx 2

Dimana rumus lentur yang terjadi adalah


1 M

 EI

Najib Rahman 12
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

1
Dengan menyamakan harga  dari persamaan diatas, kita peroleh
d2y
EI M
dx 2
Persamaan diatas dikenal sebagai persamaan differensial kurva elastis
balok. Perkalian EI, disebut kekauan lentur balok, biasanya tetap sepanjang
balok. Apabila persamaan diatas diintegrasi, andaikan EI diperoleh:
dy
dx 
EI  Mdx  C1

Persamaan diatas adalah persamaan kemiringan yang menunjukkan


kemiringan atau harga dy / dx pada setiap titik. Dapat dicatat disini bahwa M
menyatakan persamaan momen yang dinyatakan dalam terminologi x, dan C1
adalah konstanta yang dievaluasi dari kondisi pembebanan tertentu. Sekarang
integrasi persamaan diatas untuk memperoleh
EIy   Mdxdx  C1  C2

Persamaan diatas adalah persamaan lendutan kurva elastis yang


dikehendaki guna menunjukkan harga y untuk setiap harga x; 2 C adalah
konstanta integrasi lain yang harus dievaluasi dari kondisi balok tertentu dan
pembebannya. Apabila kondisi pembebanan dirubah sepanjang balok, maka
persamaan momen akan berubah pula. Pengevaluasian konstanta integrasi
menjadi sangat rumit. Kesulitan ini dapat dihindari dengan menuliskan
persamaan momen tunggal sedemikan rupa sehingga menjadi persamaan kontinu
untuk seluruh panjang balok meskipun pembebanan tidak seimbang.

2) Metode Luas Bidang Momen


Metode yang berguna untuk menetapkan kemiringan dan lendutan batang
menyangkut luas diagram momen dan momen luas adalah metode momen luas.
Motode momen luas mempunyai batasan yang sama seperti metode integrasi
ganda. Kurva elastis merupakan pandangan samping permukaan netral, dengan
lendutan yang diperbesar, diagram momen. Jarak busur diukur sepanjang kurva
elastis antara dua penampang sama dengan r ´dq, dimana r adalah jari-jari

Najib Rahman 13
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

lengkungan kurva elastis pada kedudukan tertentu. Dari persamaan momen


lentur diperoleh:
1 M

 EI
karena ds = r dq, maka
1 M d M
  d  ds
 EI ds atau EI
Pada banyak kasus praktis kurva elastis sangat datar sehingga tidak ada
kesalahan serius yang diperbuat dengan menganggap panjang ds = proyeksi dx.
Dengan anggapan itu kita peroleh:
M
d  dx
EI

Gambar 2.9. Sketsa Metode Luas Momen


(Sumber: Panduan praktikum fenomena dasar mesin FT-UNRI)
Perubahan kemiringan antara garis yang menyinggung kurva pada dua
titik sembarang A dan B akan sama dengan jumlah sudut-sudut kecil tersebut:
B X
1 B
  d 
EI XA
 AB Mdx
A

Jarak dari B pada kurva elastis (diukur tegak lurus terhadap kedudukan
balok original) yang akan memotong garis singgung yang ditarik kekurva ini
pada setiap titik lain A adalah jumlah pintasan dt yang timbul akibat garis

Najib Rahman 14
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

singgung kekurva pada titik yang berdekatan. Setiap pintasan ini dianggap
sebagai busur lingkaran jari-jari x yang dipisahkan oleh sudut dq:
dt = xdq
oleh karena itu
XB

tb / a   dt   x ( Md )
XA

Dengan memasukkan harga dq, diperoleh


XB
1
tb / a   dt   x(Md )
EI XA

Panjang b a t / dikenal sebagai penyimpangan B dari garis singgung yang


ditarik pada A, atau sebagai penyimpangan tangensial B terhadap A. Secara
umum penyimpangan seperti ini tidak sama.
Pengertian geometris mengembangkan dasar teori metode momen luas
dari diagram momen yang mana kita melihat bahwa Mdx adalah luas elemen
arsiran yang berkedudukan pada jarak x dari ordinat melalui B karena integral M
dx berarti jumlah elemen, maka dinyatakan sebagai,
1
 AB  (luas ) AB
EI
3) Metode Superposisi
Metode Superposisi berguna hanya apabila rumus untuk defleksi dan
kemiringan telah tersedia. Persamaan diferensial kurva defleksi balok adalah
persamaan diferensial linier, yaitu semua faktor yang mengandung defleksi w
dan turunannya dikembangkan ke tingkat pertama saja. Karena itu, penyelesaian
persamaan untuk bermacam-macam kondisi pembebanan boleh di superposisi.
Jadi defleksi balok akibat beberapa beban yang bekerja bersama-sama dapat
dihitung dengan superposisi dari defleksi akibat masing-masing beban yang
bekerja sendiri-sendiri.

Najib Rahman 15
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

M
w ''  
EIy
Q
w '''  
EIy
q
wIV  
EIy

w( x )  w1( x )  w2( x )
Berlaku analog
w '( x )  w '1( x )  w '2( x )
M ( x )  M 1( x )  M 2( x )
Q( x )  Q1( x)  Q2( x )

Gambar 2.10 Metode Superposisi


(Sumber: Panduan praktikum fenomena dasar mesin FT-UNRI)

2.2 Aplikasi
Beberapa Alternatif yang dapat diaplikasikan pada Penerapan Defleksi ini
adalah sebagai berikut:
1. Jembatan
Disinilah dimana aplikasi lendutan batang mempunyai perananan yang sangat
penting. Sebuah jembatan yang fungsinya menyeberangkan benda atau
kendaraan diatasnya mengalami beban yang sangat besar dan dinamis yang
bergerak diatasnya. Hal ini tentunya akan mengakibatkan terjadinya lendutan
batang atau defleksi pada batang-batang konstruksi jembatan tersebut. Defleksi
yang terjadi secara berlebihan tentunya akan mengakibatkan perpatahan pada
jembatang tersebut dan hal yang tidak diinginkan dalam membuat jembatan.
2. Poros Transmisi

Najib Rahman 16
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Pada poros transmisi roda gigi yang saling bersinggungan untuk


mentransmisikan gaya torsi memberikan beban pada batang poros secara radial.
Ini yang menyebabkan terjadinya defleksi pada batang poros transmisi. Defleksi
yang terjadi pada poros membuat sumbu poros tidak lurus. Ketidaklurusan
sumbu poros akan menimbulkan efek getaran pada pentransmisian gaya torsi
antara roda gigi. Selain itu,benda dinamis yang berputar pada sumbunya.
3. Rangka (Chasis) Kendaraan
Kendaraan - kendaraan pengangkut yang berdaya muatan besar, memiliki
kemungkinan terjadi defleksi atau lendutan batang-batang penyusun
konstruksinya.
4. Konstruksi Badan Pesawat Terbang
Pada perancangan sebuah pesawat material-material pembangunan pesawat
tersebut merupakan material-material ringan dengan tingkat elestitas yang tinggi
namun memiliki kekuatan yang baik. Oleh karena itu,diperlukan analisa
lendutan batang untuk mengetahui defleksi yang terjadi pada material atau
batang-batang penyusun pesawat tersebut,untuk mencegah terjadinya defleksi
secara berlebihan yang menyebabkan perpatahan atau fatik karena beban terus-
menerus.
5. Mesin Pengangkut Material
Pada alat ini ujung pengankutan merupakan ujung bebas tak bertumpuan
sedangkan ujung yang satu lagi berhubungan langsung atau dapat dianggap
dijepit pada menara kontrolnya. Oleh karena itu,saat mengangkat material
kemungkinan untuk terjadi defleksi. Pada konstruksinya sangat besar karena
salah satu ujungnya bebas tak bertumpuan. Disini analisa lendutan batang akan
mengalami batas tahan maksimum yang boleh diangkut oleh alat pengangkut
tersebut.

Najib Rahman 17
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Mekanika Terapan ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 14
Desember 2019 mulai dari pukul 08.30 WITA sampai selesai, bertempat di
Laboratorium Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam Praktikum Mekanik Terapan ini adalah
sebagai Berikut:
1. Alat Pengujian Defleksi
2. Plat Pengujian
3. Beban 250 gram
4. Mistar
5. Tang Penjepit
6. Dial Indikator
7. Kunci Pas
8. Magnetic Holder

Najib Rahman 18
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

3.3 Prosedur Praktikum


Prosedur Pelaksanaan Praktikum Mekanika Terapan ini dilakukan sebagai
berikut:
1. Susunlah perangkat pengujian defleksi untuk tumpuan sederhana.
2. Ambillah salah satu batang uji pendek dan pasang pada tempat yang ada
pada perangkat pengujian serta jepit pada salah satu ujung.
3. Aturlah jarak beban dan titik-titik pengujian defleksi, catat pada tabel.
4. Ganti batang uji dengan yang panjang dan hanya jepit pada satu ujung lalu
catat pada tabel.
5. Ulangi langkah 4 dengan menjepit kedua ujung.

Bentuk Gambar Rangkaian Sebelum terjadi Defleksi:


1. Plat Pendek

A B

Va

Gambar 3.1 Rangkaian Sebelum Defleksi Plat Pendek


Va

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

2. Plat Panjang
C

Najib Rahman 19
1610816110009
V
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

A
Va
Gambar 3.2 Rangkaian Sebelum Defleksi Plat Panjang Penjepit kiri
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar 3.3 Rangkaian Sebelum Defleksi Plat Panjang Penjepit Kiri dan Kanan
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Vb

Najib Rahman 20
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
Tabel 4.1 Hasil Praktikum
Letak beban Panjang Defleksi
Percobaan Beban (kg)
(cm) batang (cm) batang (mm)
1 0,5 15 47 2,4
2 0,5 25 74 1,48
3 1 28,3 74 1,67

4.1.1 Percobaan 1

0,5 kg

A B C

Va
Gambar 4.1 Rangkaian Setelah terjadi Defleksi Plat Pendek
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

EI = 50348333,3 kgm²GPa

AB = 150 mm

P = m . g = 0,5 . 10 = 5 N

Va = P

Ma = AB . P = 150 . 5 = 750

Mx= Va . x + Ma = 5x + 750

mx = x+ AC = x+ 470

Najib Rahman 21
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

150 150
2
∆D . EI = ∫ ( 5 x +750 ) (x + 470)d. = ∫ ( 5 x +3100 x+ 352500 ) dx ∆D =
0 0

Va
93375000

A
= 1.85 mm
50348333,3

4.1.2 Percobaan 2

0,5 kg
B
P
C

Gambar 4.2 Rangkaian SetelahDokumentasi


(Sumber: terjadi Defleksi Plat Panjang Penjepit kiri
Pribadi)

AB = 2,5 dm; BC = 1,20 dm; CD = 3,7 dm

EI = 1751,6666 kgm²GPa
Vb

P = 0,5 . 10 = 5 N = Va

∆B
Vb =
δb

Untuk ∆B karena beban hanya ada di titik B maka momen di titik BC dan DC = 0

Mx = Va . x = 5 x

mx = x + BD = x + 4,9

2,5 2,5
2
∆B = ∫ ( 5 x ) ( x+ 4 , 9)d x = ∫ ( 5 x + 24 , 5 x ) d x
0 0

∆B = 102.6

Untuk δB disemua tempat terdapat mmen dan asumsikan P di titik D = 1 N

Untuk titik AB

Najib Rahman 22
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Mx = x + BD = x + 4,9

mx = - (x + BD) = - x - 4,9

Untuk titik BC

Mx = x + CD = x + 3,7

mx = - (x + CD) = - x -3,7

Untuk titik CD

Mx = x

mx = - x

2,5 1,2
δB = ∫ ( x +4,9 ) (−x −4,9)d. + ∫ ( x+ 3,7 ) (−x−3,7 ) d x
0 0

3,7

+ ∫ ( x ) (−x)dx
0

δB = 135,0746

102,6
Vb = = 0,759
135,1

Va = P - Vb = 5 – 0,759 = 4,25

Ma = (P . AB) + (Vb . AD) = (5 . 2,5) + (0,759 . 7,4) = 18,12

Untuk titik AB

Mx = Va . x - Ma = 4,24 x - 18,12

Untuk titik BC

Mx = Va (AB+ x) – P . x – Ma = 4,24 (2,5 + x) – 5x – 18,12

= -0,759 x – 7,52

Untuk titik CD

Mx = Va (AB+ x) – P . x – Ma = 4,24 (2,5 + x) – 5x – 18,12

Najib Rahman 23
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

= -0,759 x – 7,52

Untuk mencari mx kita asumsikan tidak ada beban di B dan ada beban di C=
1 N karena sebagai titik tengah sehingga P = Va + Vb jika dibagi rata didapatkan
Va = 0,5 dan Vb = 0,5

ma = P . AC = 1 . 3,7

Untuk titik AB

mx = Va . x – Ma = 0,5x – 3,7

untuk titik BC

mx = Va (AB + x) – Ma = 0,5 (2,5 + x) – 3,7 = 0,5x – 2,45

untuk titik CD

mx = Va (AC + x) – P . x – Ma = 0,5 (3,7 + x) – x – 3,7 = -0,5x – 1,85

2,5

∆D . EI = ∫ ( 4,24 x−18,12 ) (0,5 x−3,7) d x +


0

1.2

∫ (−0,759 x−7,52 ) (0,5 x−2,45) d x+


0

3,7

∫ (−0,759 x−8,43 )(−0,5 x−1,85)dx


0

∆D . EI = 101,314 + 20,521 + 102,574

224,409
∆D = = 1,28 mm
A
Va

17516,666

4.2.3 Percobaan 3
0,5 kg
B

P
C

Najib Rahman 24
0,5 kg

1610816110009
D

P
Vb

E
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Gambar 4.3 Rangkaian Setelah terjadi Defleksi Plat Panjang Penjepit kiri dan
kanan
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

AB = 2,83 dm; BC = 0,87 dm; CD = 1,25 dm; DE = 2,45 dm

−Wa −5
Mab = (L – AB) = (7,4 – 2,83) = -3,08
L 7,4

−Wa −5
Mba = (L – DE) = (7,4 – 2,45) = = - 3,34
L 7,4

∑Ma = 0

0 = Vb . L – P . AD – P . AB – Mba

0 = 7,4 . Vb – 5 . 4,95 – 5 . 2,83 + 3,34

Vb = 4,8 N

∑Mb = 0

0 = Va . L – P . EB – P . ED – Mab

0 = 7,4 . Va – 5 . 4,57 – 5 . 2,45 + 3,08

Va = 4,3 N

Untuk titik AC

Mx = Va (x + AB) + Mab - P . x

Mx = 4,3 (x + 2,83) – 3,08 - 5x

Mx = - 0,7x + 9,089

Untuk titik EC

Mx = Vb (x+ED) + Mba – P . x

Mx = 4,8 (x + 2,45) – 3,34 - 5x

Mx = - 0,2x + 8,42

Najib Rahman 25
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Untuk mencari mx

Mac = Mca

1
(7,4 – 3,7) = 0,5
7,4

Va = Vb

0 = 7,4 Va – (7,4 - 3,7) – 0,5

Va = 0,57

Untuk titik AB

mx = Va (x + AB) – Mac

mx = 0,57 (x+2,83) – 0,5

mx = 0,57x + 1,11

untuk titik EC

mx = Vb (x + ED) – Mca

mx = 0,57 (x + 2,45) – 0,5

mx = 0,57 x + 0,8965

0,87

∆D . EI = ∫ (−0,7 x +9,089 )( 0,57 x +1,11 ) dx +¿


0

1,25

∫ (−0,2 x +8,42)(0,57 x +0,8965)dx = 10.356258019


0

+12,970896875

216 , 4093830075
∆D =
17516,66

∆D = 1,23 mm

Tabel 4.2 Perbandingan defleksi realistis dan teoritis

Najib Rahman 26
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Defleksi Observasi Hasil Teoritis


Percobaan % Error
(mm) (mm)
Percobaan 1 2,4 1,85 -29,73%
Percobaan 2 1,48 1,28 -15,62%
Percobaan 3 1,67 1,23 -33,77%

4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan 3 kali percobaan dengan variasi beban, jarak,
dan jumlah ujung yang dijepit. Pada percobaan pertama menggunakan batang
pendek dengan beban 500gram dan jarak beban 15 cm. hasil yang didapatkan dari
percobaan tersebut defleksinya sebesar 2,4 mm sedangkan ketika dilakukan
perhitungan secara teoritis didapatkan hasil defleksi yaitu 1,85 mm sehingga hasil
observasi > hasil teoritis.
Pada percobaan kedua yaitu dengan menggunakan batang panjang dengan
beban 500gram serta jarak bebannya 25 cm dan hanya dijepit pada satu ujung
didapatkan hasil defleksinya sebesar 1,48 mm sedangkan ketika dilakukan
perhitungan secara teoritis didapatkan hasil defleksi yaitu 1,28 mm sehingga hasil
observasi > hasil teoritis.
Pada percobaan ketiga yaitu dengan menggunaan batang panjang dengan
beban 500gram pada jarak 28,3 cm dari kiri dan 500gram pada jarak 24,5 cm dari
kanan serta dijepit pada kedua ujungnya didapatkan hasil defleksinya sebesar 1,67
mm sedangkan ketika dilakukan perhitungan secara teoritus didapatkan hasil
defleksi yaitu 1,23 mm. sehingga hasil observasi > hasil teoritis.
Dari hasil diatas bisa dilihat bahwa tidak ada hasil observasi dan teoritis yang
sama. Pada percobaan pertama dengan persentase eror -29,73%, pada percobaan
kedua persentase eror -15,62%, dan pada percobaan ketiga dengan persentase
error -33,77%. Hal ini menunjukkan bahwa defleksi Observasi menggunakan alat
pengujian defleksi memiliki error yang besar dibandingkan dengan hasil teoritis.
Selisih ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1. Ketidak telitian dalam pengukuran menggunakan dial indikator.
2. Batang yang digunakan tidak benar-benar lurus.

Najib Rahman 27
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

3. Batang tidak benar-benar rata. Terdapat benjolan ataupun kotoran yang


melekat yang kasat mata.
4. Modulus elastisitas batang yang dipakai saat praktikum tidak sama dengan
modulus elastisitas yang digunakan dalam perhitungan karena selisih
sedikit saja bisa mempengaruhi hasil perhitungan.

Najib Rahman 28
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari uraian diatas kesimpulan dari hasil Praktikum Mekanika Terapan adalah
sebagai berikut:
1. Semakin kaku baja yang diuji maka defleksi yang terjadi akan lebih kecil
dibandingkan dengan baja yang lentur. Semakin besar beban yang dialami
batang maka defleksi yang terjadi pun akan semakin besar. Besarnya defleksi
maksimum cenderung terjadi pertengahan batang.
2. Pada perhitungan teoritis menggunakan rumus hasil defleksi yang didapatkan
mendapatkan selisih dari ketiga percobaan. Pada percobaan pertama defleksi
teoritis lebih kecil 0,55 mm dengan persentase error -29,73%, pada percobaan
kedua defleksi teoritis lebih kecil 0,2 mm dengan persentase error -15,62%,
dan percobaan ketiga lebih kecil 0,44 mm dengan persentase error -33,77%.
5.2 Saran
Saran untuk Praktikum ini Perlu diadakannya kuliah pembelajaran materi
dikelas sebelum pelaksanaan praktikum lapangan, tentang bagaimamana prosedur
praktikum dan cara penyelesaian perhitungan. sehingga memudahkan dan
memberi gambaran kepada praktikan dalam Pelaksanaan dan penyelesain laporan.
adanya modul Praktikum yang tersedia untuk panduan praktikum, serta waktu
pelaksanaan Praktikum dilaksanakan lebih awal.

Najib Rahman 29
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

DAFTAR PUSTAKA

Hariandja, Binsar. 1996. Mekanika Teknik. Statika dalam analisis struktur

berbentuk rangka. Erlangga, Jakarata.

Nazaruddin., Muftil Badri.2013. Panduan Praktikum Fenomena Dasar Mesin.

Pekanbaru

Popov. E.P, Astamar. Z. 1984. Mekanika Teknik (mechanics of materials).

Erlangga. Jakarta.

Singer, Ferdinand L, Pytel Andrew. 1985. “Kekuatan Bahan”. Erlangga, Jakarta.

Spotss, M.F, & Shoup, T.E. 2004. Design of Machine Elements. New York.

Prentice-Hall, Inc.

Team Asisten LKM .2013. ”Panduan Pratikum Fenomena dasar Mesin Bid.

Konstruksi Mesin Dan Perancangan”. Jurusan Teknik Mesin FT-UNRI.

Pekanbaru

William T. Thomson “Teori getaran dengan penerapan”

Najib Rahman 30
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

LAMPIRAN

Najib Rahman 31
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Gambar 1. Alat Pengujian Defleksi Gambar 2. Beban


(Sumber: Dokumentasi Pribadi) (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar 5. Plat Pengujian Gambar 6. Kunci Pas


(Sumber: Dokumentasi Pribadi) (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 3. Dial Indikator dan Magnetetic Gambar 4. Mistar
(Sumber: Dokumentasi Pribadi) (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar 7. Pembebanan
Gambar 8. Penguuran jarak Beban
(Sumber: Dokumentasi(Sumber:
Pribadi) Dokumentasi Pribadi)
Gambar 10. Hasil Defleksi
Gambar 9. Pengkalibrasian
(Sumber:
(Sumber: Dokumentasi Dokumentasi Pribadi)
Pribadi)

Najib Rahman 32
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Gambar 11. Anggota Kelompok V


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Najib Rahman 33
1610816110009

Anda mungkin juga menyukai