BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berpikir
manusia begitu juga ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dan
mengalami kemajuan. Disertai dengan sistem pendidikan yang mapan,
memungkinkan kita berpikir kritis, kreatif, dan produktif. Sama halnya dengan
perkembangan teknologi dibidang konstruksi. Sistem struktur yang di letakkan
horizontal dan yang terutama di peruntukkan memikul beban lateral,yaitu beban
yang bekerja tegak lurus sumbu aksial batang. Beban semacam ini khususnya
muncul sebagai beban gravitasi, seperti misalnya bobot sendiri, beban hidup
vertikal, beban keran (crane) dan lain-lain. Contoh sistem balok dapat di
kemukakan antara lain,balok lantai gedung,gelagar keran, jembatan,balok
penyangga dan sebagainya.Sumbu sebuah batang akan terdeteksi dari
kedudukannya semula bila benda dibawah pengaruh gaya terpakai.
Dengan kata lain suatu batang akan mengalami pembebanan transversal
baik itu beban terpusat maupun terbagi merata akan mengalami defleksi. Unsur-
unsur dari mesin haruslah cukup tegar untuk mencegah ketidakbarisan dan
mempertahankan ketelitian terhadap pengaruh beban dalam gedung-gedung, balok
lantai tidak dapat melentur secara berlebihan untuk meniadakan pengaruh
psikologis yang tidak diinginkan para penghuni dan untuk memperkecil atau
mencegah dengan 3 bahan-bahan jadi yang rapuh.
Salah satu persoalan yang sangat penting diperhatikan dalam perencanaan-
perencanaan tersebut adalah perhitungan defleksi/lendutan dan tegangan pada
elemen-elemen ketika mengalami suatu pembebanan. Hal ini sangat penting
terutama dari segi kekuatan (strength) dan kekakuan (stiffness), dimana pada
batang horizontal yang diberi beban secara lateral akan mengalami defleksi.
defleksi dan tegangan yang terjadi pada elemen-elemen yang mengalami
pembebanan harus pada suatu batas yang diijinkan, karena jika melewati batas
yang diijinkan, maka akan terjadi kerusakan pada elemen-elemen tersebut ataupun
pada elemen-elemen lainnya.
Najib Rahman 1
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Najib Rahman 2
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Teori Dasar
2.1.1 Defleksi
Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y akibat adanya
pembebanan vertikal yang diberikan pada balok atau batang. Deformasi pada
balok secara sangat mudah dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari
posisinya sebelum mengalami pembebanan.
Defleksi diukur dari permukaan netral awal ke posisi netral setelah terjadi
deformasi. Konfigurasi yang diasumsikan dengan deformasi permukaan netral
dikenal sebagai kurva elastis dari balok. Gambar 1 (a) memperlihatkan balok
pada posisi awal sebelum terjadi deformasi dan Gambar 1 (b) adalah balok
dalam konfigurasi terdeformasi yang diasumsikan akibat aksi pembebanan.
Gambar 2.1 (a) Balok sebelum terjadi deformasi, (b) Balok dalam konfigurasi
terdeformasi
(Sumber: Panduan praktikum fenomena dasar mesin FT-UNRI)
Defleksi juga merupakan perubahan bentuk pada balok dalam arah sumbu
y akibat adanya pembebanan dalam arah vertikal. Pada semua konstruksi teknik,
bagian-bagian pelengkap suatu bangunan haruslah diberi ukuran-ukuran fisik
tertentu yang yang harus diukur dengan tepat agar dapat menahan gaya-gaya
yang akan dibebankan kepadanya.
Kemampuan untuk menentukan beban maksimum yang dapat diterima
oleh suatu konstruksi adalah penting. Dalam aplikasi keteknikan, kebutuhan
tersebut haruslah disesuaikan dengan pertimbangan ekonomis dan pertimbangan
teknis, seperti kekuatan (strength), kekakuan (stiffines), dan kestabilan
Najib Rahman 3
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
(stability). Pemilihan atau desain suatu batang sangat bergantung pada segi
teknik di atas yaitu kekuatan, kekakuan dan kestabilan.
Pada kriteria kekuatan, desain beam haruslah cukup kuat untuk menahan
gaya geser dan momen lentur, sedangkan pada kriteria kekakuan, desain
haruslah cukup kaku untuk menahan defleksi yang terjadi agar batang tidak
melendut melebihi batas yang telah diizinkan. Suatu batang jika mengalami
pembebanan lateral, baik itu beban terpusat maupun beban terbagi rata, maka
batang tersebut mengalami defleksi. Suatu batang kontinu yang ditumpu pada
bagian pangkalnya akan melendut jika diberi suatu pembebanan. Deformasi
dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari posisinya sebelum mengalami
pembebanan. defleksi diukur dari permukaan netral awal ke posisi netral setelah
terjadi deformasi.
Najib Rahman 4
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
sepanjang batang mengalami beban sedangkan pada beban titik hanya terjadi
pada beban titik tertentu saja (Binsar Hariandja, 1996). Salah satu faktor yang
sangat menentukan besarnya defleksi pada batang yang dibebani adalah jenis
tumpuan yang digunakan.
2) Tumpuan Rol
Rol merupakan tumpuan yang hanyadapat menerima gaya reaksi vertical.
Alat ini mampu melawan gaya-gaya dalam suatu garis aksi yang spesifik.
Penghubung yang terlihat pada gambar dibawah ini dapat melawan gaya hanya
dalam arah AB rol. Pada gambar dibawah hanya dapat melawan beban vertical.
Sedang rol-rol hanya dapat melawan suatu tegak lurus pada bidang cp.
Najib Rahman 5
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
3) Tumpuan Jepit
Jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertikal, gaya
reaksi horizontal dan momen akibat jepitan dua penampang. Tumpuan jepit ini
mampu melawan gaya dalam setiap arah dan juga mampu melawan suaut kopel
atau momen. Secara fisik,tumpuan ini diperoleh dengan membangun sebuah
balok ke dalam suatu dinding batu bata. Mengecornya ke dalam beton atau
mengelas ke dalam bangunan utama. Suatu komponen gaya dan sebuah momen.
Najib Rahman 6
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Najib Rahman 7
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2) Batang Kartilever
Batang kartilever adalah batang yang salahsatu ujungnya diberikan tumpuan jepit
dan batang yang satunya lagi dibiarkan bebas. Pada percobaan ini, kita hanya akan
menggunakan batang jenis ini.
3) Batang Overhang
Bila balok dibangun melewati tumpuan sederhana. Bila batang tumpuan
sederhana terdapat tumpuan rol atau engsel di kedua ujungnya, maka batang
Najib Rahman 8
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
4) Batang Menerus
Batang jenis ini merupakan batang yang memiliki banyak tumpuan.
Dinamakan batang menerus apabila tumpuan-tumpuannya secara fisik terdapat
pada balok kontinu.
Suatu batang kontinu yang ditumpu akan melendut jika mengalami beban
lentur. Defleksi berdasarkan pembebanan yang terjadi pada batang terdiri atas:
1. Defleksi Aksial
Defleksi aksial terjadi jika pembebanan pada luas penampang. Nama lain
dari defleksi ini adalah regangan.
Najib Rahman 9
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
P
A dari hukum hooke: E
P
L L0 / L0 E
A
P
E / L0
A
Pl0
AE
Keterangan :
Ϭ = Tegangan (N/m2)
δ = Defleksi (m)
ԑ = Regangan
Najib Rahman 10
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Najib Rahman 11
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Dimana r adalah jari-jari kurva sepanjang busur ds. Karena kurva elastis
sangat datar, ds pada prakteknya sama dengan dx: sehingga peroleh persamaan:
1 d d
ds dx atau
1 d2y
dx 2
Najib Rahman 12
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
1
Dengan menyamakan harga dari persamaan diatas, kita peroleh
d2y
EI M
dx 2
Persamaan diatas dikenal sebagai persamaan differensial kurva elastis
balok. Perkalian EI, disebut kekauan lentur balok, biasanya tetap sepanjang
balok. Apabila persamaan diatas diintegrasi, andaikan EI diperoleh:
dy
dx
EI Mdx C1
Najib Rahman 13
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Jarak dari B pada kurva elastis (diukur tegak lurus terhadap kedudukan
balok original) yang akan memotong garis singgung yang ditarik kekurva ini
pada setiap titik lain A adalah jumlah pintasan dt yang timbul akibat garis
Najib Rahman 14
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
singgung kekurva pada titik yang berdekatan. Setiap pintasan ini dianggap
sebagai busur lingkaran jari-jari x yang dipisahkan oleh sudut dq:
dt = xdq
oleh karena itu
XB
tb / a dt x ( Md )
XA
Najib Rahman 15
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
M
w ''
EIy
Q
w '''
EIy
q
wIV
EIy
w( x ) w1( x ) w2( x )
Berlaku analog
w '( x ) w '1( x ) w '2( x )
M ( x ) M 1( x ) M 2( x )
Q( x ) Q1( x) Q2( x )
2.2 Aplikasi
Beberapa Alternatif yang dapat diaplikasikan pada Penerapan Defleksi ini
adalah sebagai berikut:
1. Jembatan
Disinilah dimana aplikasi lendutan batang mempunyai perananan yang sangat
penting. Sebuah jembatan yang fungsinya menyeberangkan benda atau
kendaraan diatasnya mengalami beban yang sangat besar dan dinamis yang
bergerak diatasnya. Hal ini tentunya akan mengakibatkan terjadinya lendutan
batang atau defleksi pada batang-batang konstruksi jembatan tersebut. Defleksi
yang terjadi secara berlebihan tentunya akan mengakibatkan perpatahan pada
jembatang tersebut dan hal yang tidak diinginkan dalam membuat jembatan.
2. Poros Transmisi
Najib Rahman 16
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Najib Rahman 17
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Mekanika Terapan ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 14
Desember 2019 mulai dari pukul 08.30 WITA sampai selesai, bertempat di
Laboratorium Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat.
Najib Rahman 18
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
A B
Va
2. Plat Panjang
C
Najib Rahman 19
1610816110009
V
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
A
Va
Gambar 3.2 Rangkaian Sebelum Defleksi Plat Panjang Penjepit kiri
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 3.3 Rangkaian Sebelum Defleksi Plat Panjang Penjepit Kiri dan Kanan
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Vb
Najib Rahman 20
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
Tabel 4.1 Hasil Praktikum
Letak beban Panjang Defleksi
Percobaan Beban (kg)
(cm) batang (cm) batang (mm)
1 0,5 15 47 2,4
2 0,5 25 74 1,48
3 1 28,3 74 1,67
4.1.1 Percobaan 1
0,5 kg
A B C
Va
Gambar 4.1 Rangkaian Setelah terjadi Defleksi Plat Pendek
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
EI = 50348333,3 kgm²GPa
AB = 150 mm
P = m . g = 0,5 . 10 = 5 N
Va = P
Ma = AB . P = 150 . 5 = 750
Mx= Va . x + Ma = 5x + 750
mx = x+ AC = x+ 470
Najib Rahman 21
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
150 150
2
∆D . EI = ∫ ( 5 x +750 ) (x + 470)d. = ∫ ( 5 x +3100 x+ 352500 ) dx ∆D =
0 0
Va
93375000
A
= 1.85 mm
50348333,3
4.1.2 Percobaan 2
0,5 kg
B
P
C
EI = 1751,6666 kgm²GPa
Vb
P = 0,5 . 10 = 5 N = Va
∆B
Vb =
δb
Untuk ∆B karena beban hanya ada di titik B maka momen di titik BC dan DC = 0
Mx = Va . x = 5 x
mx = x + BD = x + 4,9
2,5 2,5
2
∆B = ∫ ( 5 x ) ( x+ 4 , 9)d x = ∫ ( 5 x + 24 , 5 x ) d x
0 0
∆B = 102.6
Untuk titik AB
Najib Rahman 22
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Mx = x + BD = x + 4,9
mx = - (x + BD) = - x - 4,9
Untuk titik BC
Mx = x + CD = x + 3,7
mx = - (x + CD) = - x -3,7
Untuk titik CD
Mx = x
mx = - x
2,5 1,2
δB = ∫ ( x +4,9 ) (−x −4,9)d. + ∫ ( x+ 3,7 ) (−x−3,7 ) d x
0 0
3,7
+ ∫ ( x ) (−x)dx
0
δB = 135,0746
102,6
Vb = = 0,759
135,1
Va = P - Vb = 5 – 0,759 = 4,25
Untuk titik AB
Mx = Va . x - Ma = 4,24 x - 18,12
Untuk titik BC
= -0,759 x – 7,52
Untuk titik CD
Najib Rahman 23
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
= -0,759 x – 7,52
Untuk mencari mx kita asumsikan tidak ada beban di B dan ada beban di C=
1 N karena sebagai titik tengah sehingga P = Va + Vb jika dibagi rata didapatkan
Va = 0,5 dan Vb = 0,5
ma = P . AC = 1 . 3,7
Untuk titik AB
mx = Va . x – Ma = 0,5x – 3,7
untuk titik BC
untuk titik CD
2,5
1.2
3,7
224,409
∆D = = 1,28 mm
A
Va
17516,666
4.2.3 Percobaan 3
0,5 kg
B
P
C
Najib Rahman 24
0,5 kg
1610816110009
D
P
Vb
E
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 4.3 Rangkaian Setelah terjadi Defleksi Plat Panjang Penjepit kiri dan
kanan
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
−Wa −5
Mab = (L – AB) = (7,4 – 2,83) = -3,08
L 7,4
−Wa −5
Mba = (L – DE) = (7,4 – 2,45) = = - 3,34
L 7,4
∑Ma = 0
0 = Vb . L – P . AD – P . AB – Mba
Vb = 4,8 N
∑Mb = 0
0 = Va . L – P . EB – P . ED – Mab
Va = 4,3 N
Untuk titik AC
Mx = Va (x + AB) + Mab - P . x
Mx = - 0,7x + 9,089
Untuk titik EC
Mx = Vb (x+ED) + Mba – P . x
Mx = - 0,2x + 8,42
Najib Rahman 25
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Untuk mencari mx
Mac = Mca
1
(7,4 – 3,7) = 0,5
7,4
Va = Vb
Va = 0,57
Untuk titik AB
mx = Va (x + AB) – Mac
mx = 0,57x + 1,11
untuk titik EC
mx = Vb (x + ED) – Mca
mx = 0,57 x + 0,8965
0,87
1,25
+12,970896875
216 , 4093830075
∆D =
17516,66
∆D = 1,23 mm
Najib Rahman 26
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan 3 kali percobaan dengan variasi beban, jarak,
dan jumlah ujung yang dijepit. Pada percobaan pertama menggunakan batang
pendek dengan beban 500gram dan jarak beban 15 cm. hasil yang didapatkan dari
percobaan tersebut defleksinya sebesar 2,4 mm sedangkan ketika dilakukan
perhitungan secara teoritis didapatkan hasil defleksi yaitu 1,85 mm sehingga hasil
observasi > hasil teoritis.
Pada percobaan kedua yaitu dengan menggunakan batang panjang dengan
beban 500gram serta jarak bebannya 25 cm dan hanya dijepit pada satu ujung
didapatkan hasil defleksinya sebesar 1,48 mm sedangkan ketika dilakukan
perhitungan secara teoritis didapatkan hasil defleksi yaitu 1,28 mm sehingga hasil
observasi > hasil teoritis.
Pada percobaan ketiga yaitu dengan menggunaan batang panjang dengan
beban 500gram pada jarak 28,3 cm dari kiri dan 500gram pada jarak 24,5 cm dari
kanan serta dijepit pada kedua ujungnya didapatkan hasil defleksinya sebesar 1,67
mm sedangkan ketika dilakukan perhitungan secara teoritus didapatkan hasil
defleksi yaitu 1,23 mm. sehingga hasil observasi > hasil teoritis.
Dari hasil diatas bisa dilihat bahwa tidak ada hasil observasi dan teoritis yang
sama. Pada percobaan pertama dengan persentase eror -29,73%, pada percobaan
kedua persentase eror -15,62%, dan pada percobaan ketiga dengan persentase
error -33,77%. Hal ini menunjukkan bahwa defleksi Observasi menggunakan alat
pengujian defleksi memiliki error yang besar dibandingkan dengan hasil teoritis.
Selisih ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1. Ketidak telitian dalam pengukuran menggunakan dial indikator.
2. Batang yang digunakan tidak benar-benar lurus.
Najib Rahman 27
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Najib Rahman 28
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BAB V
5.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas kesimpulan dari hasil Praktikum Mekanika Terapan adalah
sebagai berikut:
1. Semakin kaku baja yang diuji maka defleksi yang terjadi akan lebih kecil
dibandingkan dengan baja yang lentur. Semakin besar beban yang dialami
batang maka defleksi yang terjadi pun akan semakin besar. Besarnya defleksi
maksimum cenderung terjadi pertengahan batang.
2. Pada perhitungan teoritis menggunakan rumus hasil defleksi yang didapatkan
mendapatkan selisih dari ketiga percobaan. Pada percobaan pertama defleksi
teoritis lebih kecil 0,55 mm dengan persentase error -29,73%, pada percobaan
kedua defleksi teoritis lebih kecil 0,2 mm dengan persentase error -15,62%,
dan percobaan ketiga lebih kecil 0,44 mm dengan persentase error -33,77%.
5.2 Saran
Saran untuk Praktikum ini Perlu diadakannya kuliah pembelajaran materi
dikelas sebelum pelaksanaan praktikum lapangan, tentang bagaimamana prosedur
praktikum dan cara penyelesaian perhitungan. sehingga memudahkan dan
memberi gambaran kepada praktikan dalam Pelaksanaan dan penyelesain laporan.
adanya modul Praktikum yang tersedia untuk panduan praktikum, serta waktu
pelaksanaan Praktikum dilaksanakan lebih awal.
Najib Rahman 29
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
DAFTAR PUSTAKA
Pekanbaru
Erlangga. Jakarta.
Spotss, M.F, & Shoup, T.E. 2004. Design of Machine Elements. New York.
Prentice-Hall, Inc.
Team Asisten LKM .2013. ”Panduan Pratikum Fenomena dasar Mesin Bid.
Pekanbaru
Najib Rahman 30
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
LAMPIRAN
Najib Rahman 31
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 7. Pembebanan
Gambar 8. Penguuran jarak Beban
(Sumber: Dokumentasi(Sumber:
Pribadi) Dokumentasi Pribadi)
Gambar 10. Hasil Defleksi
Gambar 9. Pengkalibrasian
(Sumber:
(Sumber: Dokumentasi Dokumentasi Pribadi)
Pribadi)
Najib Rahman 32
1610816110009
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Najib Rahman 33
1610816110009