Anda di halaman 1dari 27

BUKU MEKANIKA TEKNIK

ALAT BERAT CRANK

HALAMAN JUDUL

OLEH :
MUHARIYANTO POMALINGO (561420020)
MUHAMMAD FITOY AMUATI (561419034)

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................

BAB I MEKANIKA TEKNIK..............................................................................

1. PENGANTAR MEKANIKA..........................................................................1
A. Hukum I..................................................................................................1
B. Hukum II.................................................................................................1
C. Hukum III................................................................................................1
2. MEKANIKA TEKNIK...................................................................................4
A. Mekanika Benda - Benda Kaku..............................................................5
B. Mekanika Benda - Benda Elastis............................................................5
3. Gaya.......................................................................................................... 6
A. Komposisi Gaya.....................................................................................9
B. Kesetaraan Gaya..................................................................................10
4. HUKUM NEWTON...................................................................................13
BAB II ALAT BERAT CRANE........................................................................

1. ALAT BERAT............................................................................................15
2. ALAT BERAT CRANE..............................................................................15
BAB III HUBUNGAN CRANE DENGAN MEKANIKA TEKNIK.....................

1. Penerapan Alat berat CRANE pada mekanika Teknik..............................18


DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

ii
BAB I MEKANIKA TEKNIK

1. PENGANTAR MEKANIKA
Menurut Widodo, 2018 Mekanika Teknik merupakan mata kuliah
yang menempati porsi dominan. Semua jenis bangunan di darat, laut
bahkan di angkasa luar pasti melalui serangkaian analisis struktur
sehingga perencana mendapatkan suatu keyakinan bahwa sistem
struktur yang akan dibangun berada dalam kondisi kuat, kokoh, aman,
dan awet baik selama masa pelaksanaan konstruksi atau selama
umur bangunan tersebut.Prinsip - prinsip dasar Mekanika Teknik,
sebenarnya bersumber dari hasil kerja Isaac Newton (1642 –1727). Dalam
mekanika klasik, Newton berhasil menyusun 3 (tiga) pokok hukum
tentang gerak benda.
A. Hukum I

Hukum ini menyebutkan, jika resultan vektor gaya - gaya yang


bekerja pada suatu sistem sama dengan nol, maka benda tersebut
dalam keadaan diam (atau bergerak lurus beraturan).
B. Hukum II

Dalam bahasa sehari - hari kita artikan, jika vektor resultan gaya –
gaya yang diterima oleh suatu sistem tidak sama dengan nol, maka sistem
yang massa totalnya m akan mengalami gerak lurus dipercepat (atau
diperlambat) sebesar vektor â Harap diingat, vektor adalah besaran
yang memiliki besar(nilai) dan 2 arah. Sehingga kondisi sistem dipercepat
atau diperlambat bisa dilihat dari vektornya.
C. Hukum III

Hukum ini dikenal dengan istilah hukum timbal balik, jika suatu vektor
gaya F bekerja pada suatu sistem, maka sistem akan memberikan
gaya reaksinya dengan besar yang sama dengan besar gaya aksi tetapi

1
dalam arah yang berlawanan. Dalam analisis struktur statik, kita selalu
berpedoman pada hukum I dan III meskipun dalam perkembangannya
vektor gaya F dan vektor perpindahan d merupakan matriks vektor yang
dinyatakan dalam :

dimana notasi : F, adalah gaya (dapat berupa gaya aksial atau gaya
geser) M, adalah momen gaya (dapat berupa momen lentur, momen torsi),
Δ adalah defleksi, Θ adalah putaran sudut dalam arah sumbu. Sehingga
Hukum Newton I diterapkan dalam bidang Teknik sebagai:

artinya “ Jika sistem berada dalam keadaan setimbang, maka haruslah


dipenuhi persyaratan mekanis sebagai jumlah semua matriks
vector gaya sama dengan nol dan jumlah semua matriks vektor
perpindahan sama dengan nol ”
Inilah yang merupakan prinsip dasar dari analisis struktur statik yang
dalam aplikasinya menggunakan matematika terapan untuk
menterjemahkan prinsip dasar diatas secara kualitatif. Sebelum membahas
hukum Newton yang kedua, ada baiknya kalau saya sampaikan kalo
analisis struktur itu terbagi menjadi dua bagian yaitu :
A. Analisis struktur statik
Vektor gaya - gaya yang bekerja pada analisis struktur statik bukan
merupakan fungsi dari waktu, jadi besar dan arah vektor gaya yang bekerja
pada sistem selalu statis. Kajian analisis struktur statik diadakan pada
Hukum Newton pertama dan ketiga (sebagiankecil sudah saya
singgung di atas). Contoh analisis struktur statis misalnya : beban
akibat struktur itu sendiri, beban suhu pada struktur jembatan, beban tanah
pada fondasi dan lain -lain.

2
B. Analisis struktur dinamik
Analisis dinamik, bidang kajian semakin dalam. Vektor gaya yang
diterima sistem struktur merupakan fungsi dari waktu, jadi baik arah
dan besarnya bisa berubah setiap saat. Karena itu untuk analisis
struktur dinamik ini diperlukan 4 penelaahan secara mendalam,
mungkin suatu saat akan saya kupas habis bagian mekanika teknik
yang sangat menarik ini. Ada banyak contoh yang berkaitan dengan
analisis struktur dinamik ini, misalnya analisis getaran pada badan
pesawat terbang, analisis respon dinamik pada gedung atau jembatan
bentang panjang, pemodelan aeroelastik serta aerodinamik pada
pengujian terowongan angin dan lain - lain. Prinsip utamanya
didasarkan pada hukum Newton yang kedua, seperti kita ketahui, vektor
percepatan merupakan perubahan vektor kecepatan setiap saatnya, jadi
didefinisikan :

Sehingga hukum Newton kedua menjadi,

Vektor gaya elastisitas struktur yang memiliki kekakuan K


memenuhi hukum Hooke,

3
Sehingga jika sistem struktur secara keseluruhan menerima
vektor gaya luar F maka resultan vektor gayanya adalahpersamaan terakhir
ini adalah

persamaan umum gerak dinamik partikel sebagai fungsi dari


waktu. Analisis lebih lanjut diberikan dalam pembahasan persamaan
diferensial biasa orde kedua (bisa dibaca sendiri di banyak literatur
matematika rekayasa atau matematika terapan) Untuk sementara, pada
saat ini dibatasi untuk analisis struktur statik pada kondisi linear elastik.

2. MEKANIKA TEKNIK
MekanikaTeknik adalah cabang dari ilmu fisika yang mempelajari
keadaan statu benda baik dalam keadaan diam atau bergerak akibat
pengaruh gaya – gaya yang bekerja ilmu ini sangat penting perannya alam
sistem analisis kerekayasaan dan seringkali orang menyebut bahwa awal
dari rekayasa adalah mekanika.Ilmu mekanika tergolong ilmu fisika yang
paling tua dibandingkan ilmu – ilmu fisika yang lain. Sedangkan mekanik
Teknik adalah ilmu yang sangat mendasar mempelajari hal penting yang
diperlukan dalam mendesain 6 dan merancang mulai dari alat atau mesin
transportasi bangunan perlengkapan sampai furniture.Ilustrasi gaya yang
bekerja pada sebuah jembatan dari kendaraan yang
lewat dapa dilihat pada gambar 1.1.

Contoh:
 Suatu kendaraan yang diatas jembatan.

4
 Benda roda kendaraan pada jembatan tersebut adalah suatu
beban atau

MEKANIKA dibagi menjadi 3 yaitu:


A. Mekanika Benda - Benda Kaku
Mekanika Benda kaku di bagi lagi menjadi dua:
1. Statika
Statika adalah ilmu tentang keseimbangan, antara lain
berhubungan dengan perubahan gaya - gaya yang tidak diketahui
yang bekerja pada benda pengetahuan mengenai gaya - gaya ini
adalah sangat penting untuk perhitungan – perhitungan stabilitas.
2. Dinamika
Dinamika adalah suatu bentuk perubahan, baik itu yang sifat
nya besar - besaran atau kecil - kecilan, maupun secara cepat atau
lambat, yang sifat nya nyata dan berhubungan dengan suatu
kondisi keadaan
B. Mekanika Benda - Benda Elastis
Elastisitas adalah kemampuan benda padat yang jika diberi tegangan
yang sebagian maka benda tersebut dapat kembali seperti semula.
Hukum - Hukum Elastisitas
1. Hukum tetapan gaya

5
Tetapan gaya atau tetapan elastis adalah ketetapan elastisitas
bagi sebuah benda. Bila pada bentuk dan ukuran tidak
memperanguhi, maka pada tetapan gaya hal tersebut
mempengaruhi. Karena tetapan gaya dirumuskan sebagai berikut :

2. Hukum Hooke
Hukum hooke grafik tegangan - regangan diatas, sebelum batas
hukum hooke, tegangan dan regangan sebanding, besarnya
dipengaruhi oleh tetapan gaya, karena itu hukum hooke dirumuskan
dalam:

3. Gaya
Gaya dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang menyebabkan benda
(titik materi) bergerak baik dari diam maupun dari gerak lambat menjadi
lebih lambat maupun lebih cepat. Menurut pengertian mekanika teknik, gaya
dapat diartikan sebagai muatan yang bekerja pada suatu konstruksi, yang
tidak dapat dilepaskan dari konstruksi itu sendiri. Dalam teknik bangunan,
gaya berasal dari bangunan itu sendiri, seperti: berat benda di atasnya atau
yang menempelnya, tekanan angin, gempa, perubahan suhu dan pengaruh
pengerjaan. (Murfihenni, 2014)
Gaya dapat digambarkan dalam bentuk garis (atau kumpulan garis)
yang memiliki dimensi besar, garis kerja, arah kerja dan titik tangkap. Gaya-
gaya biasanya disimbolkan dengan huruf F atau P dengan kekecualian
huruf K untuk gaya tekuk dan huruf R bagi suatu resultante. Jika ada
beberapa gaya, maka kita memberi index, misalnya: P1 , P 2, dan
sebagainya. Pada gambar gaya kita menggaris gaya sebagai garis dengan

6
menggunakan skala, misalnya 1 cm = 1 ton dengan tanda anak panah
menunjukkan arah atau jurusannya. Satuan gaya menurut Sistem Satuan
Internasional (SI) adalah Newton dan turunannya (kN). Akan tetapi ada yang
memberi satuan kg gaya (kg). Bila gravitasi bumi diambil 10 m/detik2 maka
hubungan satuan tersebut adalah 1 kg gaya (atau sering ditulis 1 kg)
ekuivalen dengan 10 Newton. Pada gambar 8 dijelaskan pengertian gaya
tersebut.

Apabila terdapat bermacam-macam gaya bekerja pada suatu benda,


maka gaya-gaya tersebut dapat digantikan oleh satu gaya yang memberi
pengaruh sama seperti yang dihasilkan dari bermacam-macam gaya
tersebut, yang disebut sebagai resultan gaya. Gaya adalah VEKTOR yang
mempunyai besar dan arah. Penggambaranya biasanya Berupa Garis
dengan panjang sesuai dengan skala yang di tentukan.

Jadi, 50 kN adalah gaya yang diakibatkan oleh orang berdiri tersebut


dengan arah gaya ke bawah yang diwakili sebagai gambar anak panah
dengan panjang 1 cm, karena panjang 1cm setara dengan berat 50kN.

7
Titik tangkap gaya adalah titik awal bermulanya gaya tersebut. Mobil
mogok di atas jembatan, roda mobil serta tumpuan tangan orang yang
mendorong adalah merupakan titik tangkap gaya.

Gaya dan titik tangkap bisa dipindah-pindah, asal masih dalam


daerah garis kerja gaya, seperti disajikan pada Gambar 8 di bawah ini.

8
Walaupun kita tidak bisa merasakan gaya dalam maupun gaya luar
namun kita bisa melihat akibatnya. Suatu gaya menggeser suatu benda jika
benda tersebut diikat dan gaya yang bekerja tidak seimbang. Pergeseran
bisa berjurusan atau berarah lurus atau merupakan perputaran. Suatu gaya
pada tangkai pengungkit dengan jarak siku-siku pada titik putaran
mengakibatkan momen.

A. Komposisi Gaya
Pada suatu struktur mungkin bekerja lebih dari satu gaya dan
susunannya juga bermacam-macam, berbagai kemungkinan komposisi
gaya antara lain :
1. Gaya-gaya kolinear, adalah gaya-gaya yang garis kerjanya terletak
pada satu garis lurus.
2. Gaya-gaya konkuren, adalah gaya-gaya yang garis kerjanya
berpotongan melalui suatu titik.
3. Gaya-gaya nonkonkuren, adalah gaya-gaya yang garis kerjanya
berpotongan dengan yang lain tidak pada satu titik.
4. Gaya-gaya sejajar, adalah gaya-gaya yang garis kerjanya sejajar satu
sama lain

9
B. Kesetaraan Gaya
Kesetaraan gaya adalah “kesamaan pengaruh” antara gaya pengganti
(resultan) dengan gaya yang diganti (gaya komponen) tanpa
memperhatikan titik tangkap gayanya. Dengan demikian pada suatu
keadaan tertentu, walaupun gaya sudah setara atau ekuivalen, ada
perbedaan pengaruh antara gaya pengganti dengan yang diganti. Pada
prinsipnya gaya dikatakan setara apabila gaya pengganti dan penggantinya
baik gerak translasi maupun rotasi besarnya sama. Pada gambar 12 gaya P
yang bertitik tangkap di A dipindahkan di B dalam garis kerja yang sama
adalah setara (dalam arti efek gerak translasi dan rotasinya) tetapi hal ini
dapat berpengaruh terhadap jenis gaya yang dialami benda, pada waktu titik
tangkap gaya di A mengalami gaya tekan, sedang pada waktu di B benda
mengalami gaya tarik.

Dengan kata lain keseimbangan gaya yang satu garis kerja dapat
dikatakan bahwa gaya aksi dan reaksi besarnya sama tapi arahnya
berlawanan.
Pada statika bidang (koplanar) ada dua macam keseimbangan yaitu
keseimbangan translasi (keseimbangan gerak lurus) dan keseimbangan

10
rotasi (keseimbangan gerak berputar). Untuk mencapai keseimbangan
dalam statika disyaratkan ∑Gy = 0 (jumlah gaya vertikal = 0), ∑Gx = 0
(jumlah gaya horisontal = 0) dan ∑M=0 (jumlah momen pada sebuah titik
=0).
Bila ada sejumlah gaya yang bekerja pada sebuah benda, maka
kesetimbangan gaya-gayanya ditentukan dengan rusultan gaya. Untuk
menghitung berbagai gaya ini digunakan salib-sumbu ortogonal XY, dan
semua gaya dilukiskan di dalam bidang ini agar dapat dihitung secara
aljabar, disamping itu juga dapat digunakan cara grafis. Untuk penyelesaian
secara aljabar ditetapkan tanda sebagai lazimnya digunakan di dalam salib-
sumbu, yaitu :
 Gaya Positif, suatu proyeksi gaya pada suatu sumbu akan positif, bila
arah gaya tersebut ke kanan, atau ke atas. P P A B Benda yang dikenai
gaya 34
 Gaya negatif, suatu proyeksi gaya pada suatu sumbu akan negatif, bila
arah gaya tersebut ke kiri, atau ke bawah.
Dua gaya dikatakan setimbang, jika besarnya sama, arahnya
berlawanan dan segaris kerja, diperlihatkan pada Gambar 14. Untuk tiga
gaya dikatakan setimbang, apabila gaya yang satu dengan resultan dua
gaya lainnya mempunyai besaran yang sama, segaris kerja dan arahnya
berlawanan, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 15.

11
Gaya-gaya yang mempunyai titik tangkap yang sama, resultan dari
gaya-gaya tersebut dapat ditentukan dengan menguraikan gaya-gaya ke
dalam sumbu x dan y.

α adalah sudut antara gaya dengan sumbu x Besarnya resultan gaya


adalah :

12
4. HUKUM NEWTON
Hukum gerak Newton adalah hukum fisika yang menjelaskan isolasi
suatu objek sebagai hasil hubungan antara nilai dan jarak dari gaya yang
berlaku pada objek tersebut. Hukum gerak Newton merupakan salah satu
dari tiga hukum fisika yang menjadi dasar mekanika klasik. Hukum Newton
tentang gerak dikenal di dalam tiga formulasi, yaitu: Hukum I Newton,
Hukum II Newton, dan Hukum III Newton. (Rahayu & Purwanto, 2013).
Hukum ini menggambarkan hubungan antara gaya yang bekerja pada suatu
benda dan gerak yang disebabkannya. Hukum ini telah dituliskan dengan
bahasa pengantar yang berbeda-beda selama hampir 3 abad dan dapat
dirangkum sebagai berikut:
1. Hukum I Newton mengatakan bahwa: “Jika resultan gaya yang
bekerja pada suatu benda sama dengan nol, maka benda yang
mula-mula diam akan terus diam, sedangkan benda yang mula-
mula bergerak akan terus bergerak dengan kecepatan konstan.”
(Nugroho, 2009: 55). Hukum I Newton dituliskan dalam formulasi
matematis.

2. Hukum II Newton menyatakan bahwa: “Percepatan yang


dihasilkan oleh resultan gaya yang bekerja pada suatu benda
berbanding lurus dengan resultan gaya, searah dengan resultan
gaya, dan berbanding terbalik denagn massa benda” (Nugroho,
2009: 55). Formulasi matematis Hukum II Newton ditunjukkan
melalui persamaan.

Hukum II Newton ini juga membuktikan keberlakuan Hukum I


Newton ketika titik materi diam maupun bergerak dengan
kecepatan konstan (a=0).

3. Hukum III Newton menyampaikan bahwa, “Setiap gaya (gaya


aksi) yang mengenai sebuah benda kedua, maka benda kedua
tersebut akan menghasilkan gaya (gaya reaksi) yang sama besar
dan berlawanan arah pada benda pertama” (Ishaq, 2006: 72).
Secara matematis Hukum III Newton ditunjukkan oleh persamaan.

13
14
BAB II ALAT BERAT CRANE

1. ALAT BERAT
Alat berat merupakan faktor penting di dalam proyek, terutama proyek-
proyek konstruksi dengan skala yang besar. Tujuan penggunaan alat-alat
berat tersebut untuk memudahkan manusia dalam mengerjakan
pekerjaannya sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih
mudah pada waktu yang relatif lebih singkat. (Rumengan et al., 2017).
Menurut Nurani, P. (2008), Pemilihan peralatan untuk suatu proyek harus
sesuai dengan kondisi di lapangan, agar dapat berproduksi seoptimal dan
seefisien mungkin. Faktor –factor yang mempengaruhi yaitu:
1. Spesifikasi alat disesuaikan dengan jenis pekerjaanya, seperti
pemindahan tanah, penggalian, produksi agregat, penempatan beton.
2. Syarat-syarat kerja serta rencana kerja yang tertulis dalam kontrak.
3. Kondisi lapangan, seperti keadaan tanah, keterbatasan lahan.
4. Letak daerah/ lokasi, meliputi keadaan cuaca , temperature, angin,
ketinggian, sumber daya.
5. Jadwal rencana pelaksanaan yang digunakan.
6. Keberadaan alat untuk dikombinasikan dengan alat yang lain.
7. Pergerakan dari peralatan, meliputi mobilisasi dan demobilisasi.
8. Kemampuan satu alat untuk mengerjakan bermacam–macam
pekerjaan.
2. ALAT BERAT CRANE
Dalam buku kali ini kita akan membahas antara Mast CRANE (MC) dan
Tower CRANE (TC).
A. Mast CRANE (MC)
Menurut Utama et al., 2014 (MC) adalah alat pengangkat khusus.
Mast CRANE biasanya disebut derek tetap (fixed CRANE), berarti Mast
CRANE dirakit dan dibongkar di lokasi di mana ia digunakan, (MC) ini
menggunakan penggerak untukmengangkat beban berupa winch, winch
memiliki dua tipe yaitu winch yang menggunakan bensin dan winch
dengandiesel. Spesifikasi (MC) adalah sebagai berikut :
1. Berat sendiri : max 5 ton JURNAL TEKNIK SIPIL Jurnal PROKONS
Politeknik Negeri Malang 148
2. Kapasitas angkat : 3 ton dalam cantilever 3m untuk member truss, 3
ton untuk kantilever 0 m untuk cross girder, dan 3 ton untuk
kantilever 0 m untuk tie beam.

15
 Mekanisme Kerja
a. Hoising Mechanism ( mekanisme angkat ) Mekanisme ini digunakan
untuk mengangkat beban. Gerakan ini adalah gerakan naik/ turun
beban yang telah dipasang pada kait diangkat atau diturunkan dengan
menggunakan drum/ hook, dalam hal ini putaran drum disesuaikan
dengan drum/hook yang sudah direncanakan. Hook digerakkan oleh
diesel winch dan gerakan drum/hook dihentikan dengan rem sehingga
beban tidak akan naik atau turun setelah posisi yang ditentukan sesuai
dengan yang direncanakan
b. Slewing Mechanism ( mekanisme putar ) Pada mekanisme ini
digunakan untuk menggerakkan tiang (MC) sehingga dapat mencapai
radius yang diinginkan, tetapi pada alat (MC) ini digerakkan/ diputar
manual oleh tenaga manusia. Sket gambar (MC) seperti Gambar 1.

B. Tower CRANE (TC)


Menurut Techno konstruksi, Pada prinsipnya, (TC) merupakan
pesawat pengangkat dan pengangkut yang memiliki mekanisme
gerakan yang cukup lengkap, yakni: kemampuan mengangkat muatan
(lifting) menggeser (trolleying), menahannya tetap di atas bila diperlukan
dan membawa muatan ke tempat yang ditentukan (slewing dan
travelling). Operasi kerja yang identik dan muatan yang seragam yang
diangkutnya, memungkinkan fasilitas transport dilakukan secara

16
otomatis. Bukan hanya untuk memindahkan, melainkan juga untuk
proses bongkar muatan.

1) Jenis (TC)
Menurut Rostiyanti (2002), Jenis- jenis (TC) dibagi berdasarkan cara
CRANE tersebut berdiri yaitu: Free Standing CRANE. CRANE yang
berdiri bebas (free standing CRANE) berdiri diatas pondasi yang khusus
dipersiapkan untuk alat tersebut. Jika CRANE harus mencapai
ketinggian yang besar maka kadang– kadang digunakan pondasi. ((TC)
yang digunakan pada kajian) 2) Mekanisme Kerja Mekanisme kerja (TC)
terdiri dari:
1. Hoising Mechanism (mekanisme angkat) Mekanisme ini digunakan
untuk mengangkat beban. Gerakan ini adalah gerakan naik/ turun
beban yang telah dipasang pada kait diangkat atau diturunkan
dengan menggunakan drum/ hook, dalam hal ini putaran drum
disesuaikan dengan drum/ hook yang sudah direncanakan. Hook
digerakkan olehmotor listrik dan gerakan drum/ hook dihentikan
dengan rem sehingga beban tidak akan naik atau turun setelah
posisi yang ditentukan sesuai dengan yang direncanakan
2. Slewing Mechanism (mekanisme putar) Mekanisme ini digunakan
untuk memutar jib dan counter jib sehingga dapat mencapai radius
yang diinginkan.
3. Trolley Traveling Mechanism (mekanisme jalan trolley) JURNAL
TEKNIK SIPIL Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 149
Mekanisme ini digunakan untuk menjalankan trolley maju dan
mundur sepanjang jib.
4. Traveling Mechanism (mekanisme jalan) Mekanisme ini digunakan
untuk menjalankan bogie (kereta) untuk traveling tower CRANE.

17
BAB III HUBUNGAN CRANE DENGAN MEKANIKA TEKNIK

1. Penerapan Alat berat CRANE pada mekanika Teknik


Penerapan Alat berat pada Mekanika tekniik dapt dilihat dapat dilihat dari
bebepa hal, salah satunya pada Struktur yang digunakan, gaya yang
dihasilkan, serta bagaimana Benda itu dapat bekerja. Salah satunya dengan
mempelajari dengan detail hal-hal yang berhubungan dengan peralatan
berat agar dapat mengetahui definisi, cara kerja ,bagian-bagian, mekanisme
kerja, dan tata letak atau penempatan peralatan berat. Pada Alat berat kali
ini kita mengambil sampel pada alat Tower CRANE (TC) dan Mast CRANE
(MC) di lapangan. Dalam hal ini Data–data yang berkaitan dengan
permasalahan yang ada, tidak hanya berasal dari proyek tetapi juga dari
sumber lain sehingga memberikan informasi yang dibutuhkan. Adapun Data
yang berasal dari proyek yang bersangkutan antara lain:
1. Gambar struktur proyek
2. Volume pekerjaan
3. Jenis dan spesifikasi peralatan berat yang dipakai
Dalam menentuan metode pelaksanaan pekerjaan antara penggunaan
alat berat (MC) dan (TC) berpengaruh terhadap waktu, biaya dan struktur
tendon temporary tower pada pelaksanaan di lapangan. Dalam menganalisa
dan mengelola data dapat dilakukan beberapa tahapan, yaitu :
1. Melakukan perhitungan volume pekerjaan struktur atas pekerjaan
erection rangka baja jembatan.
2. Menentukan posisi awal erection rangka baja jembatan serta jarak
perpindahan material dan penempatan material dari lokasi proyek
dan peralatan.
3. Melakukan perhitungan biaya peralatan Biaya peralatan yang dapat
dihitung berdasarkan lamanya peralatan tersebut beroperasi untuk
menyelesaikan pekerjaan. Yang termasuk dalam biaya peralatan
adalah:
1) Biaya sewa
2) Biaya operasional, upah operator dan yang terdiri dari pemakaian
bahan bakar, minyak pelumas, upah operator dan crew
pendukung peralatan.

18
Setelah diketahui volume pekerjaan, posisi dan biaya peralatan maka
waktu, biaya dan struktur tendon temporary tower pada pelaksanaan
pekerjaan untuk penggunaan (TC) dan (MC) dapat diperoleh.

A. Contoh Kasus perhitungan Mekanika Teknik pada CRANE


Perencanaa penggunaan peralatan (MC) dan (TC) dalam pembangunan
Jembatan Pelengkung Baja 2x70 m Trisula Blitar-Jawa Timur yang terletak
di daerah Kademangan. Di sebelah barat dan timur lokasi proyek yang akan
dibangun terdapat sungai berantas yang masih aktif mengalir, sehingga
keselamatan pekerja yang bekerja di sekitar lokasi proyek perlu
diperhatikan.

Pelaksanaannya pembangunan proyek ini menggunakan Alat berat


yang salah salah satunya diantaranya adalah (MC) sebagai kondisi existing
di lapangan. Dimana alat ini difungsikan sebagai pemasang rangka baja
jembatan. Dari kondisi tersebut maka perlu dianalisa alternatif lain sebagai
pembanding dalam penggunaan peralatan (MC) khususnya pada pekerjaan
struktur, yaitu tower CRANE. Dimana alat ini juga mempunyai kemampuan
baik mengangkat, memindah maupun untuk pekerjaan pemasangan rangka
baja jembatan, selain itu (TC) memiliki jangkauan yang lebih baik untuk
lokasi yang akan dituju, dengan merencanakan metode kerjanya yang
disesuaikan dengan lokasi kerja existing.
1) Penggunaan Mast CRANE (MC)
a. Spesifikasi Peralatan (MC)
Spesifikasi (MC) yang digunakan untuk proses erection
jembatan adalah memiliki berat sendiri : max 5 ton; kapasitas
angkat : 3 ton dalam cantilever 3 m untuk member truss, 3 ton untuk
kantilever 0 m untuk cross girder, dan 3 ton untuk kantilever 0 m
untuk tie beam.

19
b. Rencana Penempatan (MC)
Penempatan alat berat yang tepat pada lokasi proyek dapat
memperlancar kegiatan suatu proyek. Proses perencanaan awal
adalah dengan cara menganalisa kondisi lokasi proyek, diantaranya
dengan cara mengatur jalur mobilisai alat tersebut terhadap
perencanan tata letak atau penempatan baik itu penimbunan
material, gudang, kantor dan lain–lain. Dimana penempatan alat ini
harus mampu dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam proses
pelaksanaan suatu proyek. Letak (MC) yang direncanakan dapat
dipindahkan di posisi yang aman dari rangka batang atas bagian
badan tanpa menimbulkan kerusakan pada bagian tersebut atau
komponen lainnya dan kerusakan berupa korosi harus
diproteksi.Pada skripsi ini letak penempatan (MC) sendiri sesuai
dengan kondisi eksisting di lapangan, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 5.

c. Pelaksanaan Pekerjaan Erection Rangka Baja dengan (MC)


Sebelum pekerjaan Erection Rangka Baja ini dilakukan, pier,
abutment dan temporary support harus sudah selesai terlebih
dahulu. Pekerjaan yang perlu dipersiapkan dan direncanakan pada
penggunaan (MC) adalah:
1) Perencanaan posisi untuk (MC) pada lokasi proyek.
2) Pengadaan alat bantu diantaranya diesel winch dan rope.

20
3) Menghitung volume pekerjaan erection rangka baja. Serta
jarak jarak terhadap posisi mast CRANE.
4) Perencanaan letak dari penimbunan material, direksi keet,
gudang dan lainnya e. Mengurutkan pekerjaan erection rangka
baja sedemikian rupa dari sisi pier 1, pier 2 dan pier 3
2) Penggunaan (TC)
a. Spesifikasi Peralatan (TC)
Spesifikasi dari (TC) yang digunakan adalah tipe Free Standing
CRANE karena tipe (TC) ini mampu berdiri bebas dengan pondasi
khusus untuk (TC) itu sendiri: dengan Lifting capacity: 3,2 ton di
ujung jib dan maximum capacity: 8 ton dan memiliki jib radius 40 m.
tipe ini dipilih dikarenakan keterbatasan spesifikasi CRANE untuk
pembebanannya untuk menjangkau 1 segmen jembatan. untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada brosur (TC) pada lampiran skripsi.
b. Rencana Penempatan (TC)
Penempatan alat berat yang tepat pada lokasi proyek dapat
memperlancar kegiatan suatu proyek. Proses perencanaan awal
adalah dengan cara menganalisa kondisi lokasi proyek, diantaranya
dengan cara mengatur jalur mobilisai alat tersebut terhadap
perencanan tata letak atau penempatan baik itu penimbunan
material, gudang, kantor dan lain–lain. Dimana penempatan alat ini
harus mampu dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam proses
pelaksanaan suatu proyek. Letak (TC) yang direncanakan

21
diletakkan disamping 2 pier segmen yang dikerjakan, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6
3) Analisa Perhitungan

22
23
24
DAFTAR PUSTAKA

Murfihenni, W. (2014). Mekanika Teknik X-1. Direktorat Jenderal Pendidikan


Dasar dan Menengah.
Rahayu, S., & Purwanto, J. (2013). Identifikasi model mental siswa sma kelas x
pada materi hukum newton tentang gerak. Jurnal Kaunia, 9(2), 12–20.
Rumengan, M. R., Dundu, A. K. T., & Pratasis, P. A. K. (2017). Analisa kelayakan
investasi alat berat stone crusher di Kelurahan Kumersot Kota Bitung. Jurnal
Sipil Statik, 5(10).
Utama, S. F., Patty, A. H., & Naibaho, A. (2014). Perbandingan erection rangka
baja jembatan dengan menggunakan mast CRANE dan tower CRANE pada
proyek jembatan trisula blitar. Prokons: Jurnal Teknik Sipil, 8(2), 146–157.
Widodo, E. (2018). Buku Ajar Pengantar Mekanika Teknik. Umsida Press, 1–133.
 

25

Anda mungkin juga menyukai