HALAMAN JUDUL
OLEH :
MUHARIYANTO POMALINGO (561420020)
MUHAMMAD FITOY AMUATI (561419034)
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................
1. PENGANTAR MEKANIKA..........................................................................1
A. Hukum I..................................................................................................1
B. Hukum II.................................................................................................1
C. Hukum III................................................................................................1
2. MEKANIKA TEKNIK...................................................................................4
A. Mekanika Benda - Benda Kaku..............................................................5
B. Mekanika Benda - Benda Elastis............................................................5
3. Gaya.......................................................................................................... 6
A. Komposisi Gaya.....................................................................................9
B. Kesetaraan Gaya..................................................................................10
4. HUKUM NEWTON...................................................................................13
BAB II ALAT BERAT CRANE........................................................................
1. ALAT BERAT............................................................................................15
2. ALAT BERAT CRANE..............................................................................15
BAB III HUBUNGAN CRANE DENGAN MEKANIKA TEKNIK.....................
ii
BAB I MEKANIKA TEKNIK
1. PENGANTAR MEKANIKA
Menurut Widodo, 2018 Mekanika Teknik merupakan mata kuliah
yang menempati porsi dominan. Semua jenis bangunan di darat, laut
bahkan di angkasa luar pasti melalui serangkaian analisis struktur
sehingga perencana mendapatkan suatu keyakinan bahwa sistem
struktur yang akan dibangun berada dalam kondisi kuat, kokoh, aman,
dan awet baik selama masa pelaksanaan konstruksi atau selama
umur bangunan tersebut.Prinsip - prinsip dasar Mekanika Teknik,
sebenarnya bersumber dari hasil kerja Isaac Newton (1642 –1727). Dalam
mekanika klasik, Newton berhasil menyusun 3 (tiga) pokok hukum
tentang gerak benda.
A. Hukum I
Dalam bahasa sehari - hari kita artikan, jika vektor resultan gaya –
gaya yang diterima oleh suatu sistem tidak sama dengan nol, maka sistem
yang massa totalnya m akan mengalami gerak lurus dipercepat (atau
diperlambat) sebesar vektor â Harap diingat, vektor adalah besaran
yang memiliki besar(nilai) dan 2 arah. Sehingga kondisi sistem dipercepat
atau diperlambat bisa dilihat dari vektornya.
C. Hukum III
Hukum ini dikenal dengan istilah hukum timbal balik, jika suatu vektor
gaya F bekerja pada suatu sistem, maka sistem akan memberikan
gaya reaksinya dengan besar yang sama dengan besar gaya aksi tetapi
1
dalam arah yang berlawanan. Dalam analisis struktur statik, kita selalu
berpedoman pada hukum I dan III meskipun dalam perkembangannya
vektor gaya F dan vektor perpindahan d merupakan matriks vektor yang
dinyatakan dalam :
dimana notasi : F, adalah gaya (dapat berupa gaya aksial atau gaya
geser) M, adalah momen gaya (dapat berupa momen lentur, momen torsi),
Δ adalah defleksi, Θ adalah putaran sudut dalam arah sumbu. Sehingga
Hukum Newton I diterapkan dalam bidang Teknik sebagai:
2
B. Analisis struktur dinamik
Analisis dinamik, bidang kajian semakin dalam. Vektor gaya yang
diterima sistem struktur merupakan fungsi dari waktu, jadi baik arah
dan besarnya bisa berubah setiap saat. Karena itu untuk analisis
struktur dinamik ini diperlukan 4 penelaahan secara mendalam,
mungkin suatu saat akan saya kupas habis bagian mekanika teknik
yang sangat menarik ini. Ada banyak contoh yang berkaitan dengan
analisis struktur dinamik ini, misalnya analisis getaran pada badan
pesawat terbang, analisis respon dinamik pada gedung atau jembatan
bentang panjang, pemodelan aeroelastik serta aerodinamik pada
pengujian terowongan angin dan lain - lain. Prinsip utamanya
didasarkan pada hukum Newton yang kedua, seperti kita ketahui, vektor
percepatan merupakan perubahan vektor kecepatan setiap saatnya, jadi
didefinisikan :
3
Sehingga jika sistem struktur secara keseluruhan menerima
vektor gaya luar F maka resultan vektor gayanya adalahpersamaan terakhir
ini adalah
2. MEKANIKA TEKNIK
MekanikaTeknik adalah cabang dari ilmu fisika yang mempelajari
keadaan statu benda baik dalam keadaan diam atau bergerak akibat
pengaruh gaya – gaya yang bekerja ilmu ini sangat penting perannya alam
sistem analisis kerekayasaan dan seringkali orang menyebut bahwa awal
dari rekayasa adalah mekanika.Ilmu mekanika tergolong ilmu fisika yang
paling tua dibandingkan ilmu – ilmu fisika yang lain. Sedangkan mekanik
Teknik adalah ilmu yang sangat mendasar mempelajari hal penting yang
diperlukan dalam mendesain 6 dan merancang mulai dari alat atau mesin
transportasi bangunan perlengkapan sampai furniture.Ilustrasi gaya yang
bekerja pada sebuah jembatan dari kendaraan yang
lewat dapa dilihat pada gambar 1.1.
Contoh:
Suatu kendaraan yang diatas jembatan.
4
Benda roda kendaraan pada jembatan tersebut adalah suatu
beban atau
5
Tetapan gaya atau tetapan elastis adalah ketetapan elastisitas
bagi sebuah benda. Bila pada bentuk dan ukuran tidak
memperanguhi, maka pada tetapan gaya hal tersebut
mempengaruhi. Karena tetapan gaya dirumuskan sebagai berikut :
2. Hukum Hooke
Hukum hooke grafik tegangan - regangan diatas, sebelum batas
hukum hooke, tegangan dan regangan sebanding, besarnya
dipengaruhi oleh tetapan gaya, karena itu hukum hooke dirumuskan
dalam:
3. Gaya
Gaya dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang menyebabkan benda
(titik materi) bergerak baik dari diam maupun dari gerak lambat menjadi
lebih lambat maupun lebih cepat. Menurut pengertian mekanika teknik, gaya
dapat diartikan sebagai muatan yang bekerja pada suatu konstruksi, yang
tidak dapat dilepaskan dari konstruksi itu sendiri. Dalam teknik bangunan,
gaya berasal dari bangunan itu sendiri, seperti: berat benda di atasnya atau
yang menempelnya, tekanan angin, gempa, perubahan suhu dan pengaruh
pengerjaan. (Murfihenni, 2014)
Gaya dapat digambarkan dalam bentuk garis (atau kumpulan garis)
yang memiliki dimensi besar, garis kerja, arah kerja dan titik tangkap. Gaya-
gaya biasanya disimbolkan dengan huruf F atau P dengan kekecualian
huruf K untuk gaya tekuk dan huruf R bagi suatu resultante. Jika ada
beberapa gaya, maka kita memberi index, misalnya: P1 , P 2, dan
sebagainya. Pada gambar gaya kita menggaris gaya sebagai garis dengan
6
menggunakan skala, misalnya 1 cm = 1 ton dengan tanda anak panah
menunjukkan arah atau jurusannya. Satuan gaya menurut Sistem Satuan
Internasional (SI) adalah Newton dan turunannya (kN). Akan tetapi ada yang
memberi satuan kg gaya (kg). Bila gravitasi bumi diambil 10 m/detik2 maka
hubungan satuan tersebut adalah 1 kg gaya (atau sering ditulis 1 kg)
ekuivalen dengan 10 Newton. Pada gambar 8 dijelaskan pengertian gaya
tersebut.
7
Titik tangkap gaya adalah titik awal bermulanya gaya tersebut. Mobil
mogok di atas jembatan, roda mobil serta tumpuan tangan orang yang
mendorong adalah merupakan titik tangkap gaya.
8
Walaupun kita tidak bisa merasakan gaya dalam maupun gaya luar
namun kita bisa melihat akibatnya. Suatu gaya menggeser suatu benda jika
benda tersebut diikat dan gaya yang bekerja tidak seimbang. Pergeseran
bisa berjurusan atau berarah lurus atau merupakan perputaran. Suatu gaya
pada tangkai pengungkit dengan jarak siku-siku pada titik putaran
mengakibatkan momen.
A. Komposisi Gaya
Pada suatu struktur mungkin bekerja lebih dari satu gaya dan
susunannya juga bermacam-macam, berbagai kemungkinan komposisi
gaya antara lain :
1. Gaya-gaya kolinear, adalah gaya-gaya yang garis kerjanya terletak
pada satu garis lurus.
2. Gaya-gaya konkuren, adalah gaya-gaya yang garis kerjanya
berpotongan melalui suatu titik.
3. Gaya-gaya nonkonkuren, adalah gaya-gaya yang garis kerjanya
berpotongan dengan yang lain tidak pada satu titik.
4. Gaya-gaya sejajar, adalah gaya-gaya yang garis kerjanya sejajar satu
sama lain
9
B. Kesetaraan Gaya
Kesetaraan gaya adalah “kesamaan pengaruh” antara gaya pengganti
(resultan) dengan gaya yang diganti (gaya komponen) tanpa
memperhatikan titik tangkap gayanya. Dengan demikian pada suatu
keadaan tertentu, walaupun gaya sudah setara atau ekuivalen, ada
perbedaan pengaruh antara gaya pengganti dengan yang diganti. Pada
prinsipnya gaya dikatakan setara apabila gaya pengganti dan penggantinya
baik gerak translasi maupun rotasi besarnya sama. Pada gambar 12 gaya P
yang bertitik tangkap di A dipindahkan di B dalam garis kerja yang sama
adalah setara (dalam arti efek gerak translasi dan rotasinya) tetapi hal ini
dapat berpengaruh terhadap jenis gaya yang dialami benda, pada waktu titik
tangkap gaya di A mengalami gaya tekan, sedang pada waktu di B benda
mengalami gaya tarik.
Dengan kata lain keseimbangan gaya yang satu garis kerja dapat
dikatakan bahwa gaya aksi dan reaksi besarnya sama tapi arahnya
berlawanan.
Pada statika bidang (koplanar) ada dua macam keseimbangan yaitu
keseimbangan translasi (keseimbangan gerak lurus) dan keseimbangan
10
rotasi (keseimbangan gerak berputar). Untuk mencapai keseimbangan
dalam statika disyaratkan ∑Gy = 0 (jumlah gaya vertikal = 0), ∑Gx = 0
(jumlah gaya horisontal = 0) dan ∑M=0 (jumlah momen pada sebuah titik
=0).
Bila ada sejumlah gaya yang bekerja pada sebuah benda, maka
kesetimbangan gaya-gayanya ditentukan dengan rusultan gaya. Untuk
menghitung berbagai gaya ini digunakan salib-sumbu ortogonal XY, dan
semua gaya dilukiskan di dalam bidang ini agar dapat dihitung secara
aljabar, disamping itu juga dapat digunakan cara grafis. Untuk penyelesaian
secara aljabar ditetapkan tanda sebagai lazimnya digunakan di dalam salib-
sumbu, yaitu :
Gaya Positif, suatu proyeksi gaya pada suatu sumbu akan positif, bila
arah gaya tersebut ke kanan, atau ke atas. P P A B Benda yang dikenai
gaya 34
Gaya negatif, suatu proyeksi gaya pada suatu sumbu akan negatif, bila
arah gaya tersebut ke kiri, atau ke bawah.
Dua gaya dikatakan setimbang, jika besarnya sama, arahnya
berlawanan dan segaris kerja, diperlihatkan pada Gambar 14. Untuk tiga
gaya dikatakan setimbang, apabila gaya yang satu dengan resultan dua
gaya lainnya mempunyai besaran yang sama, segaris kerja dan arahnya
berlawanan, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 15.
11
Gaya-gaya yang mempunyai titik tangkap yang sama, resultan dari
gaya-gaya tersebut dapat ditentukan dengan menguraikan gaya-gaya ke
dalam sumbu x dan y.
12
4. HUKUM NEWTON
Hukum gerak Newton adalah hukum fisika yang menjelaskan isolasi
suatu objek sebagai hasil hubungan antara nilai dan jarak dari gaya yang
berlaku pada objek tersebut. Hukum gerak Newton merupakan salah satu
dari tiga hukum fisika yang menjadi dasar mekanika klasik. Hukum Newton
tentang gerak dikenal di dalam tiga formulasi, yaitu: Hukum I Newton,
Hukum II Newton, dan Hukum III Newton. (Rahayu & Purwanto, 2013).
Hukum ini menggambarkan hubungan antara gaya yang bekerja pada suatu
benda dan gerak yang disebabkannya. Hukum ini telah dituliskan dengan
bahasa pengantar yang berbeda-beda selama hampir 3 abad dan dapat
dirangkum sebagai berikut:
1. Hukum I Newton mengatakan bahwa: “Jika resultan gaya yang
bekerja pada suatu benda sama dengan nol, maka benda yang
mula-mula diam akan terus diam, sedangkan benda yang mula-
mula bergerak akan terus bergerak dengan kecepatan konstan.”
(Nugroho, 2009: 55). Hukum I Newton dituliskan dalam formulasi
matematis.
13
14
BAB II ALAT BERAT CRANE
1. ALAT BERAT
Alat berat merupakan faktor penting di dalam proyek, terutama proyek-
proyek konstruksi dengan skala yang besar. Tujuan penggunaan alat-alat
berat tersebut untuk memudahkan manusia dalam mengerjakan
pekerjaannya sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih
mudah pada waktu yang relatif lebih singkat. (Rumengan et al., 2017).
Menurut Nurani, P. (2008), Pemilihan peralatan untuk suatu proyek harus
sesuai dengan kondisi di lapangan, agar dapat berproduksi seoptimal dan
seefisien mungkin. Faktor –factor yang mempengaruhi yaitu:
1. Spesifikasi alat disesuaikan dengan jenis pekerjaanya, seperti
pemindahan tanah, penggalian, produksi agregat, penempatan beton.
2. Syarat-syarat kerja serta rencana kerja yang tertulis dalam kontrak.
3. Kondisi lapangan, seperti keadaan tanah, keterbatasan lahan.
4. Letak daerah/ lokasi, meliputi keadaan cuaca , temperature, angin,
ketinggian, sumber daya.
5. Jadwal rencana pelaksanaan yang digunakan.
6. Keberadaan alat untuk dikombinasikan dengan alat yang lain.
7. Pergerakan dari peralatan, meliputi mobilisasi dan demobilisasi.
8. Kemampuan satu alat untuk mengerjakan bermacam–macam
pekerjaan.
2. ALAT BERAT CRANE
Dalam buku kali ini kita akan membahas antara Mast CRANE (MC) dan
Tower CRANE (TC).
A. Mast CRANE (MC)
Menurut Utama et al., 2014 (MC) adalah alat pengangkat khusus.
Mast CRANE biasanya disebut derek tetap (fixed CRANE), berarti Mast
CRANE dirakit dan dibongkar di lokasi di mana ia digunakan, (MC) ini
menggunakan penggerak untukmengangkat beban berupa winch, winch
memiliki dua tipe yaitu winch yang menggunakan bensin dan winch
dengandiesel. Spesifikasi (MC) adalah sebagai berikut :
1. Berat sendiri : max 5 ton JURNAL TEKNIK SIPIL Jurnal PROKONS
Politeknik Negeri Malang 148
2. Kapasitas angkat : 3 ton dalam cantilever 3m untuk member truss, 3
ton untuk kantilever 0 m untuk cross girder, dan 3 ton untuk
kantilever 0 m untuk tie beam.
15
Mekanisme Kerja
a. Hoising Mechanism ( mekanisme angkat ) Mekanisme ini digunakan
untuk mengangkat beban. Gerakan ini adalah gerakan naik/ turun
beban yang telah dipasang pada kait diangkat atau diturunkan dengan
menggunakan drum/ hook, dalam hal ini putaran drum disesuaikan
dengan drum/hook yang sudah direncanakan. Hook digerakkan oleh
diesel winch dan gerakan drum/hook dihentikan dengan rem sehingga
beban tidak akan naik atau turun setelah posisi yang ditentukan sesuai
dengan yang direncanakan
b. Slewing Mechanism ( mekanisme putar ) Pada mekanisme ini
digunakan untuk menggerakkan tiang (MC) sehingga dapat mencapai
radius yang diinginkan, tetapi pada alat (MC) ini digerakkan/ diputar
manual oleh tenaga manusia. Sket gambar (MC) seperti Gambar 1.
16
otomatis. Bukan hanya untuk memindahkan, melainkan juga untuk
proses bongkar muatan.
1) Jenis (TC)
Menurut Rostiyanti (2002), Jenis- jenis (TC) dibagi berdasarkan cara
CRANE tersebut berdiri yaitu: Free Standing CRANE. CRANE yang
berdiri bebas (free standing CRANE) berdiri diatas pondasi yang khusus
dipersiapkan untuk alat tersebut. Jika CRANE harus mencapai
ketinggian yang besar maka kadang– kadang digunakan pondasi. ((TC)
yang digunakan pada kajian) 2) Mekanisme Kerja Mekanisme kerja (TC)
terdiri dari:
1. Hoising Mechanism (mekanisme angkat) Mekanisme ini digunakan
untuk mengangkat beban. Gerakan ini adalah gerakan naik/ turun
beban yang telah dipasang pada kait diangkat atau diturunkan
dengan menggunakan drum/ hook, dalam hal ini putaran drum
disesuaikan dengan drum/ hook yang sudah direncanakan. Hook
digerakkan olehmotor listrik dan gerakan drum/ hook dihentikan
dengan rem sehingga beban tidak akan naik atau turun setelah
posisi yang ditentukan sesuai dengan yang direncanakan
2. Slewing Mechanism (mekanisme putar) Mekanisme ini digunakan
untuk memutar jib dan counter jib sehingga dapat mencapai radius
yang diinginkan.
3. Trolley Traveling Mechanism (mekanisme jalan trolley) JURNAL
TEKNIK SIPIL Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 149
Mekanisme ini digunakan untuk menjalankan trolley maju dan
mundur sepanjang jib.
4. Traveling Mechanism (mekanisme jalan) Mekanisme ini digunakan
untuk menjalankan bogie (kereta) untuk traveling tower CRANE.
17
BAB III HUBUNGAN CRANE DENGAN MEKANIKA TEKNIK
18
Setelah diketahui volume pekerjaan, posisi dan biaya peralatan maka
waktu, biaya dan struktur tendon temporary tower pada pelaksanaan
pekerjaan untuk penggunaan (TC) dan (MC) dapat diperoleh.
19
b. Rencana Penempatan (MC)
Penempatan alat berat yang tepat pada lokasi proyek dapat
memperlancar kegiatan suatu proyek. Proses perencanaan awal
adalah dengan cara menganalisa kondisi lokasi proyek, diantaranya
dengan cara mengatur jalur mobilisai alat tersebut terhadap
perencanan tata letak atau penempatan baik itu penimbunan
material, gudang, kantor dan lain–lain. Dimana penempatan alat ini
harus mampu dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam proses
pelaksanaan suatu proyek. Letak (MC) yang direncanakan dapat
dipindahkan di posisi yang aman dari rangka batang atas bagian
badan tanpa menimbulkan kerusakan pada bagian tersebut atau
komponen lainnya dan kerusakan berupa korosi harus
diproteksi.Pada skripsi ini letak penempatan (MC) sendiri sesuai
dengan kondisi eksisting di lapangan, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 5.
20
3) Menghitung volume pekerjaan erection rangka baja. Serta
jarak jarak terhadap posisi mast CRANE.
4) Perencanaan letak dari penimbunan material, direksi keet,
gudang dan lainnya e. Mengurutkan pekerjaan erection rangka
baja sedemikian rupa dari sisi pier 1, pier 2 dan pier 3
2) Penggunaan (TC)
a. Spesifikasi Peralatan (TC)
Spesifikasi dari (TC) yang digunakan adalah tipe Free Standing
CRANE karena tipe (TC) ini mampu berdiri bebas dengan pondasi
khusus untuk (TC) itu sendiri: dengan Lifting capacity: 3,2 ton di
ujung jib dan maximum capacity: 8 ton dan memiliki jib radius 40 m.
tipe ini dipilih dikarenakan keterbatasan spesifikasi CRANE untuk
pembebanannya untuk menjangkau 1 segmen jembatan. untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada brosur (TC) pada lampiran skripsi.
b. Rencana Penempatan (TC)
Penempatan alat berat yang tepat pada lokasi proyek dapat
memperlancar kegiatan suatu proyek. Proses perencanaan awal
adalah dengan cara menganalisa kondisi lokasi proyek, diantaranya
dengan cara mengatur jalur mobilisai alat tersebut terhadap
perencanan tata letak atau penempatan baik itu penimbunan
material, gudang, kantor dan lain–lain. Dimana penempatan alat ini
harus mampu dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam proses
pelaksanaan suatu proyek. Letak (TC) yang direncanakan
21
diletakkan disamping 2 pier segmen yang dikerjakan, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6
3) Analisa Perhitungan
22
23
24
DAFTAR PUSTAKA
25