Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PROYEK MEKANIKA

ANALISIS PENERAPAN KONSEP MEKANIKA HUKUM NEWTON


PADA JEMBATAN KANTILEVER

Oleh: Kelompok 2

1) Jeni Jumadil (210103512011)

2) Muh. Syech Yusuf (210103511008)

3) Nurmadinah (210103510009)

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Eko Hadi Sujiono, M.Si.


Vicran Zharvan, S.Si., M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
proyek yang berjudul “Analisis Penerapan Konsep Mekanika Hukum I dan
Hukum III Newton Pada Jembatan Kantilever” ini tepat pada waktunya.
Adapun penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Mechanics. Terlebih dahulu kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Prof. Dr. Eko Hadi Sujiono, M.Si. dan Bapak Vicran Zharvan, S.Si, M.Si. selaku
dosen pengampu mata kuliah Mechanics yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan program
studi yang kami tekuni ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak
dapat kami sebutkan semua, terima kasih atas bantuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.
Kemudian, kami menyadari bahwa tugas yang kami tulis ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami
butuhkan demi kesempurnaan laporan ini.

Makassar, 17 Mei 2022

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................2

A. Ruang Lingkup Proyek dan Teori yang Mendukung......................................2

B. Tujuan Proyek..................................................................................................6

BAB II METODE PROYEK...................................................................................7

A. Desain Proyek................................................................................7

B. Pembuatan Jembatan Kantilever dengan analisi Hukum Newton. 9

C. Hubungan Jembatan Kantilever dengan Hukum Newton............10

BAB III PENUTUP...............................................................................................12

A. Kesimpulan....................................................................................................12

B. Saran...............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Ruang Lingkup Proyek dan Teori yang Mendukung


Ruang Lingkup Proyek ini membahas keterkaitan Hukum I dan Hukum
III Newton dari hubungan kesetimbangan gaya pada jembatan kantilever.

Jembatan merupakan struktur konstruksi yang berfungsi sebagai


penghubung antar wilayah satu dengan wilayah yang lain dan terdapat
rintangan- rintangan seperti sungai, rawa-rawa, laut, dan sebagainya. Dalam
pembangunan sebuah jembatan perlu dilakukan analisis terlebih dahulu baik
pada saat tahap konstruksi maupun kondisi lahan. Tahap konstruksi jembatan
memiliki berbagai macam metode, salah satunya metode kesetimbangan
kantilever. Metode ini umumnya digunakan untuk pembangunan jembatan
bentang panjang secara bertahap (Annisa, 2020: 76).

Jembatan penyangga atau biasa dikenal sebagai cantilever bridge


merupakan jembatan balok disangga oleh tiang penopang dikedua pangkalnya,
maka jembatan penyangga hanya ditopang di salah satu pangkalnya. Jembatan
penyangga biasanya digunakan untuk mengatasi masalah pembuatan jembatan
apabila keadaan tidak memungkinkan untuk menahan beban jembatan dari
bawah sewaktu proses pembuatan. Kelebihan jembatan jenis ini adalah tidak
mudah bergoyang. Tidak heran mengapa banyak jembatan rel kereta api
menggunakan jenis ini (Kholik, 2016:3).

Jembatan kantilever adalah jembatan panjang yang mirip dengan


jembatan sederhana yang terbuat dari batang pohon atau lempengan batu tetapi
penyangganya berada di tengah. Pada bagian-bagiannya terdapat kerangka
keras dan kaku terbuat dari besi atau baja. Bagian-bagian kerangka pada
jembatan kantilever ini meneruskan beban yang ditanggung ke ujung
penyangga jembatan melalui kombinasi antara tegangan dan regangan.
Tegangan ini timbul akibat adanya pasangan gaya yang arahnya menuju saat
satu sama lain sedangkan regangan ditimbulkan oleh pasangan gaya yang
arahnya saling berlawanan. Kombinasi antara pasangan gaya yang berupa

2
sebuah regangan dan tegangan menyebabkan setiap bagian jembatan yang
berbentuk segitiga membagi berat beban jembatan secarasama rata sehingga
peningkatan suatu perbandingan antara kekuatan terhadap berat jembatan
(Saripudin, 2009 : 134).

Sebuah jembatan kantilever adalah jembatan yang dibangun


menggunakan cantilevers, struktur yang memproyeksikan horizontal,
didukung hanya pada salah satu ujungnya. Untuk jembatan kecil, jembatan
kantilever dapat menggunakan balok yang sederhana, namun, untuk jembatan
kantilever yang besar yang dirancang untuk menangani jalan atau lalu lintas
kereta api dibangun dengan menggunakan baja struktural, atau balok girder
yang dibuat dari beton pratekan. Jembatan kantilever truss baja merupakan
terobosan rekayasa besar ketika pertama kali dimasukkan ke dalam
pengunaanya, karena dapat menjangkau jarak lebih dari 1.500 kaki (460 m),
dan dapat lebih mudah dibangun di medan yang sulit dengan hanya
menggunakan sebuah sedikit perancah atau bahkan tidak menggunakan
perancah (Kholik, 2016:3).

Philosophiae Naturalis Principia Mathematica menyatakan tiga hukum


tentang gerak benda. Pertama, setiap benda akan terus berada pada keadaan
diam atau bergerak dengan kelajuan tetap sepanjang lintasan lurus jika tidak
dipaksa untuk merubah keadaan geraknya itu oleh gaya-gaya yang bekerja
padanya (Hukum I Newton). Kedua, resultan gaya yang bekerja pada suatu
benda akan mengakibatkan terjadinya perubahan momentum. Perubahan
momentum tiap satu satuan waktu yang dialami oleh benda tersebut
berbanding lurus dengan resultan gaya yang bekerja padanya (Hukum II
Newton). Ketiga, jika suatu benda mengerjakan gaya (aksi) pada benda lain,
maka benda yang dikenai aksi akan melakukan gaya (reaksi) pada benda
pertama yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan gaya aksi (Hukum III
Newton) (Purwanto, 2014: 30).

Hukum Gerak Newton menjadi hukum dasar dinamika dengan


merumuskan pengaruh gaya terhadap sebuah perubahan gerak benda.
Rumusan ini lantas dikenal luas sebagai Hukum Newton 1, Hukum Newton 2,

3
dan Hukum Newton 3. Di samping itu sebagai penghormatan, nama "Newton"
diabadikan sebagai satuan gaya. Secara ringkas, Hukum Newton 1 berkaitan
dengan konsep kelembapan yang sebelumnya telah digagas oleh Galileo.
Hukum Newton 2 terkait percepatan dan gaya sebagai penyebab percepatan.
Lalu, Hukum Newton 3 membahas mengenai aksi- reaksi (Anwar, 2022).

Menurut Ilyas (2020: 12) menyatakan bahwa, setiap gaya mekanik


selalu muncul berpasangan sebagai akibat saling tindak antara dua benda . Bila
benda A dikenai gaya oleh gaya B , maka benda B akan dikenai gaya oleh
benda A. Pasangan gaya ini dikenal sebagai pasangan aksi reaksi . Sifat
pasangan aksi-reaksi adalah sama besar, arahnya berlawanan, dan bekerja pada
benda yang berlainan (satu bekerja pada benda A, yang lain bekerja pada
benda B). Pasangan aksi-reaksi yang memenuhi ketiga sifat ini memenuhi
bentuk lemah Hukum III Newton. Menurut hukum Ketiga Newton : “Setiap
gaya mekanik selalu muncul berpasangan, yang satu disebut aksi dan yang lain
disebut reaksi, sedemikian rupa sehingga aksi = reaksi”.

Σ F aksi =−Σ Freaksi

Kesetimbangan benda tegar merupakan kondisi ketika benda-benda


berada dalam keadaan setimbang saat jumlah gaya yang bekerja bernilai nol.

ΣV =0 , Σ M =0 , Σ H=0

dimana :
∑ = Penjumlahan Gaya

V = Gaya Vertikal

M = Momen Gaya

H = Gaya Horizontal

Pada aksi-reaksi (Hukum III Newton), gaya aksi yang diberikan oleh
beban kepada tumpuan akan dibalas oleh tumpuan dengan gaya reaksi yang
besarnya sama namun arahnya berlawanan, hal tersebut membuktikan bahwa
prinsip kesetimbangan benda egar teraplikasikan pada pembangunan
jembatan.

4
Gambar 1.1 Hukum aksi-reaksi yang terjadi pada jembatan
(Sumber : Canticha, 2021)
Selain itu, terdapat elemen lain yang memanfaatkan prinsip
kesetimbangan benda tegar. Elemen struktur tersebut adalah rangka batang
yang dibuat berbentuk segitiga dengan berbagai macam pola, hal tersebut
dimaksud agar tidak ada gaya geser dari beban yang bekerja. Prinsip
kesetimbangan benda tegar diaplikasikan untuk menghitung tegangan dan
tarikan dari batang-batang rangka jembatan tersebut (Canticha, 2021 : 122).
Setiap benda yang memiliki gaya berat pasti memiliki gaya yang
besarnya sama dan berlawanan arah dengan gaya berat tersebut yaitu gaya
normal. Prinsip Hukum III Newton tersebut berguna dalam pembangunan
struktur jembatan. Hukum aksi-reaksi berlaku pada tumpuan jembatan.
Setiap gaya aksi yang diterima oleh tumpuan akan mendapat reaksi yang
besarnya sama dari tumpuan kepada beban tersebut. Sehingga sistem
jembatan tetap dalam keadaan diam (statis). Prinsip aksi reaksi ini
dimanfaatkan untuk menghitung reaksi peletakan.

Gambar 1.2 Jembatan ketika diberi beban kendaraan

(Sumber : Canticha, 2021)

Pada gambar di atas, jembatan ini dibebani dengan gaya aksi yaitu

5
beratnya sendiri dan juga beban hidup berupa truk, maka masing-masing
ujung jembatan akan memberi sebuah reaksi yang besarnya sama namun pada
arahnya berlawanan (Canticha, 2021 : 122).
Agar sebuah benda dalam keadaan diam, hukum kedua Newton
menyatakan bahwa jumlah semua gaya yang bekerja padanya harus nol.
Karena gaya adalah sebuah vector, maka tiap-tiap komponen dari gaya
nettonya juga harus sama bernilai nol. Sehingga persyaratan untuk
tercapainya kesetimbangan adalah
Σ F x =0 , Σ F y =0 , Σ F z =0
Gaya-gaya yang sebidang yaitu gaya yang bekerja pada bidang yang
sama, sehingga biasanya akan dibutuhkan komponen-komponen x dan y saja.
Komponen gaya menunjukkan kearah x atau y negative, maka nilainya juga
harus bertanda negative. Persamaan (1.3) disebut persyaratan pertama untuk
kesetimbangan. Persyaratan kedua untuk kesetimbangan: bahwa jumlah
semua torsi yang bekerja pada sebuah benda dihitung terhadap sumbu
manapun harus bernilai nol.
Στ=0
Persyaratan ini akan memastikan bahwa percepatan sudut, α ,
mengelilingi sumbu manapun akan bernilai nol (Giancoli, 2001: 290).
B. Tujuan Proyek
Tujuan dari penulisan laporan proyek ini adalah :
1. Mengetahui metode yang digunakan dalam pelaksanaan pembangunan
jembatan kantilever menggunakan konsep analisis Hukum Newton.

2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari metode jembatan kantilever


dalam lingkup fisika .

3. Mengetahui bagaimana hubungan Newton berdasarkan kesetimbangan gaya


pada jembatan kantilever.

6
BAB II
DESAIN DAN PEMBAHASAN PROYEK

A. Desain Proyek
Rancangan bentuk atau sketsa merupakan sebuah gambaran bagaimana
bentuk jembatan yang akan dibuat. Gambar sketsa dapat dibuat secara manual
maupun menggunakan teknologi komputer.

Gambar 2.1 Sketsa Jembatan Kantilever

Gambar 2.2 Desain Proyek Jembatan Kantilever


Jembatan kantilever yaitu jembatan dengan ukuran panjang yang
penyangganya berada di tengah. Di setiap bagian jembatan terdapat kerangka
keras dan kaku yang terbuat dari besi atau baja. Bagian kerangka-kerangka yang
ada di jembatan kantilever akan meneruskan beban yang diperolehnya ke ujung
penyangga jembatan melalui gabungan antara tegangan dan regangan. Tegangan

7
muncul akibat adanya pasangan gaya yang arahnya saling mendekati, sedangkan
regangan timbul karena adanya pasangan gaya yang arahnya saling bertolak.

Gambar 3.2 Sketsa Hubungan Regangan dan Tegangan


Pada gambar tersebut, gabungan antara regangan dan tegangan akan
menyebabkan setiap bagian jembatan membentuk segitiga yang kemudian
membagi berat beban secara seimbang sehingga terjadi peningkatan
perbandingan antara kekuatan dengan berat jembatan. Salah satu bentang
jembatan kantilever harus mampu menahan gaya rotasi dan refraksi dimana
salah satu ujungnya bebas. Sifat jembatan kantilever adalah sebagai berikut:
1. Ketika diberi beban, maka bentang akan melengkung, tetapi tidak terjadi
rotasi maupun defleksi pada bagian tumpuan.
2. Di bagian tumpuan jepit terjadi gaya vertikal dan reaksi menahan momen.
3. Tumpuan jepit memiliki gaya lintang maksimum. Sedangkan pada bagian
ujungnya yang bebas memiliki gaya lintang nol.
4. Momen gaya pada seluruh bentang bernilai negatif tetapi momen gaya pada
tumpuan jepitnya mencapai maksimum. Sedangkan momen lentur sama
dengan nol pada bagian ujung yang bebas.
Jika bentang kantilever bergabung dengan jembatan utama dan
perpanjangan bentang pada jembatan terjadi secara terus-menerus, maka akan
terjadi rotasi dan momen gaya pada tumpuan kantilever sesuai dengan
bentang di dekatnya.

Dalam lingkup fisika, jembatan kantilever memiliki kelebihan dan


kekurangan tertentu. Berikut adalah beberapa kelebihan dan kekurangan
jembatan kantilever dalam konteks fisika:

Kelebihan jembatan kantilever dalam lingkup fisika:

Distribusi Beban: Jembatan kantilever memiliki kemampuan yang baik untuk

8
mendistribusikan beban dengan merata. Struktur kantilever memungkinkan
beban yang diterapkan pada ujung jembatan didistribusikan secara efisien ke
tiang penyangga. Hal ini membantu dalam menjaga kestabilan struktural dan
meminimalkan regangan yang berlebihan pada elemen-elemen jembatan.

Kekakuan Struktural: Jembatan kantilever cenderung memiliki kekakuan


struktural yang tinggi. Konstruksi balok kantilever yang panjang dan tiang
penyangga yang kuat memberikan kekuatan yang diperlukan untuk menahan
beban yang diterapkan. Ini memungkinkan jembatan kantilever untuk memiliki
respons struktural yang baik terhadap beban eksternal dan mempertahankan
integritas strukturalnya.

Kekurangan jembatan kantilever dalam lingkup fisika:

Tegangan Lebih Tinggi: Jembatan kantilever sering menghasilkan tegangan


yang lebih tinggi pada bagian strukturalnya dibandingkan dengan jenis
jembatan lainnya. Struktur kantilever yang panjang dan tanpa dukungan di
tengah memerlukan elemen-elemen struktural yang lebih kuat untuk
menangani beban yang diterapkan. Hal ini dapat mengarah pada regangan yang
lebih tinggi pada material dan membutuhkan perencanaan yang cermat untuk
memastikan kekuatan yang memadai.

Kompleksitas Konstruksi: Konstruksi jembatan kantilever cenderung lebih


kompleks dan memerlukan perencanaan yang lebih detail. Desain yang rumit
dan penempatan tiang penyangga yang tepat memerlukan pemahaman yang
kuat tentang prinsip-prinsip fisika dan analisis struktural yang akurat. Proses
konstruksi yang kompleks ini dapat menambah biaya dan waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan proyek.
B. Pembuatan Jembatan Kantilever dengan menggunakan analisis Hukum
Newton
Hukum Newton juga memiliki beberapa fungsi penting dalam pembuatan
jembatan kantilever. Berikut adalah beberapa fungsi utama Hukum Newton
dalam konteks tersebut:

1. Analisis Beban: Hukum Newton digunakan untuk menganalisis dan


memperkirakan Analisis beban yang akan diterima oleh jembatan

9
kantilever. Melalui prinsip Hukum Gerak Newton, insinyur dapat
mengidentifikasi dan memodelkan gaya-gaya yang akan bekerja pada
jembatan, seperti beban kendaraan, beban angin, dan beban lainnya.
Analisis beban ini penting untuk memastikan bahwa jembatan dirancang
dengan mempertimbangkan kekuatan dan keandalan struktural yang
memadai.

2. Perhitungan Struktural: Hukum Newton digunakan dalam perhitungan


struktural jembatan kantilever. Insinyur menerapkan Hukum Newton,
khususnya Hukum Newton Kedua, untuk memahami dan menghitung
gaya-gaya internal yang terjadi pada elemen-elemen struktural jembatan.
Perhitungan ini membantu menentukan dimensi dan kekuatan yang
dibutuhkan oleh balok, tiang penyangga, dan struktur pendukung lainnya.

3. Stabilitas Struktural: Hukum Newton berperan penting dalam


memastikan stabilitas struktural jembatan kantilever. Dengan menerapkan
Hukum Newton Kedua dan Hukum Newton Ketiga, insinyur dapat
memprediksi dan memeriksa respons struktural jembatan terhadap beban
yang diterima. Hal ini memungkinkan mereka untuk merancang struktur
yang memiliki kekuatan, kekakuan, dan stabilitas yang memadai untuk
menjaga integritas jembatan.

4. Pengujian Struktural: Hukum Newton digunakan dalam pengujian


struktural jembatan kantilever. Dalam tahap pengujian, jembatan diberikan
beban yang dikendalikan untuk mengamati respons strukturalnya. Prinsip
Hukum Newton digunakan untuk menganalisis data pengujian dan
memverifikasi keandalan struktural jembatan.

C. Hubungan jembatan kantilever dalam analisis Hukum Newton


berdasarkan kesetimbangan gaya
Dalam jembatan kantilever, hukum Newton terkait dengan prinsip
kesetimbangan yang diterapkan pada struktur jembatan. Prinsip kesetimbangan
Newton menyatakan bahwa sebuah objek akan tetap dalam keadaan setimbang
atau dalam gerak lurus beraturan jika jumlah gaya yang bekerja padanya adalah
nol.

10
Dalam konteks jembatan kantilever, prinsip kesetimbangan Newton dapat
diterapkan untuk menganalisis gaya-gaya yang bekerja pada struktur jembatan dan
memastikan kesetimbangan strukturalnya. Terdapat tiga hukum Newton yang
relevan dalam analisis kesetimbangan jembatan kantilever, yaitu:
Hukum Newton Pertama (Hukum Inersia): Hukum Newton pertama
menyatakan bahwa sebuah benda cenderung tetap dalam keadaan diam atau
bergerak lurus beraturan dengan kecepatan konstan jika jumlah gaya yang bekerja
pada benda tersebut adalah nol. Dalam konteks jembatan kantilever, jika struktur
jembatan tidak mengalami percepatan atau rotasi, maka jumlah gaya horizontal
dan vertikal yang bekerja pada jembatan harus saling seimbang.
Hukum Newton Kedua (Hukum Gerak): Hukum Newton kedua menyatakan
bahwa gaya total yang bekerja pada suatu objek akan menyebabkan percepatan
pada objek tersebut. Dalam jembatan kantilever, hukum ini dapat digunakan untuk
menganalisis respons struktural terhadap beban yang diterapkan. Gaya-gaya yang
bekerja pada jembatan, seperti beban kendaraan atau beban angin, akan
menyebabkan respons struktural dalam bentuk regangan dan deformasi.
Hukum Newton Ketiga (Hukum Aksi dan Reaksi): Hukum Newton ketiga
menyatakan bahwa setiap gaya aksi memiliki gaya reaksi yang sama besar namun
berlawanan arah. Dalam konteks jembatan kantilever, ketika jembatan mengalami
beban, reaksi gaya akan terjadi pada titik penyangga atau fondasi jembatan. Gaya
reaksi ini harus seimbang dengan gaya-gaya yang bekerja pada jembatan untuk
mempertahankan kesetimbangan struktural.

Dalam keseluruhan, Hukum Newton berfungsi untuk memahami, menganalisis,


dan merancang jembatan kantilever dengan mempertimbangkan gaya-gaya yang
bekerja pada struktur tersebut. Dengan menggunakan konsep fisika yang
dinyatakan dalam Hukum Newton, insinyur dapat merancang jembatan yang kuat,
stabil, dan aman untuk menangani beban yang diberikan dan memastikan kinerja
jembatan yang optimal.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dalam pembuatan jembatan kantilever, Hukum Newton berfungsi untuk


memahami, menganalisis, dan merancang jembatan kantilever dengan
mempertimbangkan gaya-gaya yang bekerja pada struktur tersebut.
Dengan menggunakan konsep fisika yang dinyatakan dalam Hukum
Newton, insinyur dapat merancang jembatan yang kuat, stabil, dan aman
untuk menangani beban yang diberikan dan memastikan kinerja jembatan
yang optimal.

2. Dalam menganalisis kelebihan dan kekurangan jembatan kantilever dalam


lingkup fisika, penting untuk mempertimbangkan sejumlah faktor,
termasuk kondisi lingkungan, beban yang diterapkan, sumber daya yang
tersedia, dan tujuan desain yang diinginkan. Pemilihan jenis jembatan yang
tepat harus mempertimbangkan faktor-faktor tersebut dan
mengintegrasikan prinsip-prinsip fisika yang relevan untuk memastikan
kekuatan, stabilitas, dan kinerja yang optimal.

3. Dalam jembatan kantilever, hukum Newton terkait dengan prinsip


kesetimbangan yang diterapkan pada struktur jembatan. Prinsip
kesetimbangan Newton menyatakan bahwa sebuah objek akan tetap dalam
keadaan setimbang atau dalam gerak lurus beraturan jika jumlah gaya yang
bekerja adanya adalah nol. Dalam konteks jembatan kantilever, prinsip
kesetimbangan Newton dapat diterapkan untuk menganalisis gaya-gaya
yang bekerja pada struktur jembatan dan memastikan kesetimbangan
strukturalnya. Seperti pada Hukum I Newton atau Hukum inersia, Hukum
II Newton dalam Hukum Gerak dan Hukum III Newton atau Hukum Aksi
reaksi pada jembatan dan beban. Dengan menerapkan prinsip
kesetimbangan Newton, termasuk hukum-hukum Newton yang disebutkan
di atas, pada jembatan kantilever, insinyur dan perencana dapat
menganalisis dan merancang struktur jembatan yang memenuhi

12
persyaratan kesetimbangan dan stabilitas. Prinsip-prinsip ini membantu
memastikan bahwa gaya-gaya yang bekerja pada jembatan terdistribusi
dengan baik dan tidak menyebabkan deformasi atau keruntuhan struktural
yang tidak diinginkan.

B. Saran
Sebelum melakukan pembuatan proyek, sebaiknya terlebih dahulu
memahami konsep dasar dari proyek serta memahami apa yang akan
dibuat sehingga tidak terjadi kekeliruan dalam pembuatan proyek serta
proyek yang dihasilkan dapat berjalan dan berfungsi dengan dengan baik.

13
DAFTAR PUSTAKA

Canticha, J.O., Salsabilla, M.E., Fathurohman, A. 2021. ‘Tinjauan Konsep Fisika


Pada Jembatan Penghubung Antara Desa Gasing Dengan Desa Muara
Sugih, Banyuasin.’ Jurnal Kajian Pendidikan Sains. 7 (2):119-125. ISSN:
2442-9910
Faizal, Kholik. (2016). Makalah Jembatan Kantilever 2. https://www.scribd
com/doc/315912200/MAKALAH-JEMBATAN- KANTILEVER-2-docx.
Giancoli, D. C. 2001. Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga.
Ilyas, dkk. 2020. Buku Ajar Dinamika Partikel. Bandung : Media Sains Indonesia.
Purwanto, Joko. 2014. ‘Hukum Newton Tentang Gerak Dalam Ruang Fase Tak
Komutatif.’ J. Kaunia, 10 (1) : 30-35, ISSN 1829-5266.
Saripudin, Aip., dkk. 2009. Praktis Belajar Fisika. Jakarta : Pusat Perbukuan.
Ilham Choirul Anwar, 2020. Hukum Newton 1,2, dan 3. Tirto.id
https://tirto.id/pengertian-hukum-newton-1-2-3-bunyi-rumus-dan-
contohnya-gbwf

14

Anda mungkin juga menyukai