FISIKA LANJUT
MEKANIKA
OLEH:
KELOMPOK 6
MUHYI (NIM 220220104019)
WIWIN SETIOWATI (NIM 220220104025)
i
KATA PENGANTAR
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
berabad-abad yang lalu pada zaman Galileo dan Newton. Galileo merumuskan
pada umumnya (Sarojo, 2002). Mekanika merupakan salah satu cabang ilmu fisika
yang mempelajari tentang gerak yang bekerja pada benda. Mekanika terbagi atas
sub-sub pokok materi yang terdiri dari statika yang mempelajari benda diam,
Dinamika merupakan cabang ilmu mekanika yang meninjau gerak partikel dengan
Mekanika terbagi dalam beberapa sub pokok materi antara lain kinematika,
tinggi, maka mekanika juga digunakan untuk mengetahui pengaruh daya atas tubuh
iv
dikembangkan oleh Lagrange, Hamilton dan lain-lainnya sangat sukses dalam
menjelaskan gerak dinamis benda-benda makroskopis. Demikian pula teori tentang cahaya
oleh J. C. Maxwell dan percobaan Hertz tentang emisi gelombang elektromagnet oleh
osilator muatan-muatan listrik. Pada akhir abad 19 teori-teori klasik tersebut tidak dapat
digunakan untuk memberi penjelasan yang memuaskan bagi sejumlah fenomena interaksi
radiasi-materi. Beberapa contoh fenomena yang tak terungkapkan dengan fisika klasik antara
lain adalah: (i) spektrum radiasi benda hitam, (ii) efek foto-listrik, (iii) spektrum atom
hidrogen, dan (iv) panas jenis padat. Untuk itu perempat pertama abad 20, mulai
dikembangkan ilmu fisika baru dan muncul berbagai pengembangan teori seperti teori
v
BAB II
PEMBAHASAN
2. Besaran Tambahan
No. Besaran Satuan Dasar Singkatan Dimensi
1. Sudut Datar Radian rad -
2. Sudut Ruang steradian sr -
3. Besaran Turunan
Besaran turunan adalah besaran yang satuannya diturunkan dari
besaran- besaran pokok. Besaran turunan ini jumlahnya sangat banyak,
contohnya: kecepatan, percepatan, gaya, usaha, energi, impuls,
momentum dan lain sebagainya.
2.2 Kinematika
a. Gerak Lurus Beraturan(GLB)
Gerak lurus beraturan adalah Gerakan benda dengan lintasan lurus dan
kecepatan selalu tetap setiap saat. Karena kecepatannya selalu tetap dengan
lintasan lurus, maka pada gerak lurus beraturan, jarak tempuh akan sama
dengan perpindahan.
Pada gerak lurus beraturan, hubungan antara jarak, waktu, dan kecepatan
vi
adalah sebagai berikut:
S=vxt
Keterangan:
s = jarak tempuh atau perpindahan dalam meter
v = kelajuan dalam meter/detik
t = waktu dalam detik
b. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
Gerak lurus berubah beraturan adalah gerak benda pada
lintasan lurus dengan kecepatan berubah secara tetap setiap waktu.
Gerak lurus berubah beraturan(GLBB) dibagi menjadi dua
yaitu GLBB dipercepat dan GLBB diperlambat.
GLBB dipercepat adalah gerak benda yang mengalami
perubahan kecepatan tetap setiap waktu di mana kecepatan
bertambah setiap waktu. GLBB dipercepat misalnya mobil yang
bergerak dari keadaan diam sampai mencapai kecepatan tertentu.
Dari keadaan diam, mobil akan diberi gaya sehingga setiap
kecepatannya bertambah.
GLBB diperlambat adalah gerak benda yang mengalami
perubahan kecepatan tetap setiap waktu di mana kecepatan
berkurang secara teratur setiap waktu
Grafik x vs t, v vs t dan a vs t dapat dilihat dalam Gambar 2.1
𝑥 𝑣 𝑎
𝑥 = 𝑥0 + 𝑣0𝑡
𝑡 𝑣 = 𝑣0
𝑡
𝑎 =0
𝜃 𝑡
𝑡 𝑡
𝜃 (a) x vs t 𝜃 (b) v vs t (c) a vs t
vii
Persamaan dasar Gerak Untuk nilai a = 0 (tidak Untuk a = g (percepatan
benda mengalami percepatan) gravitasi bumi = g = 10
m/s2)
Gerak lurus berubah Gerak lurus beraturan Gerak jatuh bebas (GJB)
beraturan (GLBB) (GLB)
𝑣 = 𝑣0 ± 𝑎𝑡 𝑣 = 𝑣0 (tetap) 𝑣 = 𝑣0 ± 𝑔𝑡
𝑠 = 𝑣0𝑡 ± 1/2𝑎𝑡2 𝑠 = 𝑣0𝑡 = 𝑣𝑡 ℎ = 𝑣0𝑡 ± 1/2𝑔𝑡2
viii
Arah gerah vertikal (sumbu y):
𝑣𝑦 = 𝑣0 sin 𝜃 ± 𝑔𝑡 (2 − 2)
ℎ = 𝑣0 sin 𝜃 𝑡 ± 1 𝑔𝑡2 (2 − 3)
2
ix
Jarak tembak maksimum, sampai benda jatuh di tanah kembali
𝑣02 sin(2𝜃) (2-7)
ℎ𝑚𝑎𝑥 =
𝑔
0 𝑥
Gerak peluru (parabola) dapat dianggap sebagai gabungan gerak tersusun dua
macam gerak, yaitu:
a. Gerak mendatar (horizontal) pada arah sumbu x merupakan gerak lurus
beraturan dengan kecepatan:
𝑣𝑥 = 𝑣0(tetap), dimana 𝑣0 adalah kecepatan awal
𝑠𝑥 = 𝑥 = 𝑣𝑥t
b. Gerak vertikal pada arah sumbu y, merupakan gerak jatuh bebas,
10
ℎ = 𝑠𝑦 = 1 𝑔𝑡2
2
Dinamika Partikel yaitu bagian dari mekanika yang mempelajari gerakan benda
serta penyebab benda tersebut bergerak.
2. Hukum-hukum Newton
(a) Hukum I Newton (Kelembaman)
Sebuah benda akan terus dalam keadaan diam atau bergerak lurus
beraturan, kecuali apabila ada gaya atau kekuatan dari luar yang bekerja
pada benda tersebut. Hukum ini merupakan pernyataan kesetimbangan
(statis dan dinamis).
11
(b) Hukum II Newton
Percepatan yang diperoleh benda bila dikerjakan gaya padanya akan
berbanding lurus dengan resultan gaya-gaya yang bekerja pada benda
tersebut, dengan suatu konstanta pembanding yang merupakan ciri khas
dari benda, atau percepatan yang timbul pada sebuah benda karena
dipengaruhi oleh gaya F akan sebanding dengan gaya F tersebut, dituliskan:
𝐹
𝑎= (3 − 1)
𝑚
Dimana F adalah gaya (Newton, dyne), dan m adalah massa (kg, gram).
Melalui pengertian perubahan momentum Hukum II Newton juga dapat
dicari:
𝑑𝑝 𝑑(𝑚𝑣) 𝑑(𝑣)
𝐹=( )= = 𝑚. = 𝑚𝑎 (3 − 2)
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
(c) Hukum III Newton
Dua benda yang berinteraksi akan menyebabkan gaya pada satu benda
karena benda kedua (aksi) yang sama dan berlawanan arah dengan gaya
pada benda kedua karena benda pertama.
Singkatnya ditulis:
Gaya aksi = - gaya reaksi
Atau ditulis,
𝐹12 = −𝐹12 (3 − 3)
3. Satuan Gaya
Gaya adalah besaran vektor dan satuannya adalah Newton, dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Sistem Satuan Nama Definisi
Khusus
12
S.I kg-m-det-2 Newton 1N = Gaya yang bekerja pada
(N) benda dengan massa 1 kg,
menyebabkan percepatan 1
m/det2
13
4. Gaya-gaya kontak (Gaya Gesekan)
(a) Gaya gesek statik
1). Gaya gesek yang bekerja pada benda, selama benda masih diam.
2). Bersifat pasif, artinya:
Muncul bila benda diberikan gaya luar
Apabila gaya luar yang bekerja pada benda lebih kecil dari pada gaya
gesek statik maksimumnya, besar gaya gesek statik sama dengan besar
gaya luar (besar gaya gesek statik mengikuti besar gaya luar yang
bekerja).
3). Besar gaya gesek statik maksimum, (𝑓𝑠)𝑚𝑎𝑥 adalah:
(𝑓𝑠)𝑚𝑎𝑥 = 𝜇𝑠𝑁
dimana:
𝜇𝑠= koefisien gesek statik, angka (nilai) yang menyatakan kasar
halusnya kedua permukaan kontak selama benda masih
diam.
N = gaya Normal
𝑤 = mg
5. Elastisitas
Benda elastis: adalah jika suatu benda diberikan gaya maka akan berpengaruh
pada bentuk benda tersebut, setelah gaya dihilangkan bentuk
benda kembali seperti semula.
Benda plastis: adalah jika bentuk benda tidak dapat kembali seperti semula
14
setelah gaya dihilangkan
Modulus elastisitas (Y): adalah perbandingan antara tegangan (stress) dengan
regangan (strain).
Tegangan : besar gaya yang bekerja pada tiap satuan luas penampang suatu
batang (F/A), dimana F = gaya dan A adalah luas penampang.
Regangan : perbandingan antara pertambahan panjang suatu batang terhadap
panjang mula-mula bila pada batang tersebut bekerja gaya.
(𝐹/𝐴)
𝑌=
(∆𝑙/𝑙)
∆𝑙 = pertambahan panjang batang (m, cm)
𝑙= panjang batang mula-mula (m, cm)
Kerja
Kerja adalah energi yang disalurkan oleh gaya yang bekerja pada benda
sehingga benda tersebut bergerak atau didefinisikan juga sebagai pergeseran dikali
komponen gaya pada arah pergeseran. Maka, kerja yang dilakukan oleh gaya F pada
benda yang bergerak dari A ke B sepanjang lintasan tertentu adalah:
W=F x s
Satuan Kerja
Jika gaya 𝐹̅dalam Newton (N) dan jarak s dalam meter (m) maka kerja W
15
dalam Joule.
1 N.m = 1 kg m2.S-2 = 1 J
Jika gaya 𝐹̅dalam dyne dan jarak s dalam cm maka kerja W dalam erg.
1 dyne.cm = 1 g.cm2.s-2 = 1 erg.
Sehingga
1 J = 107 erg
Macam-macam Energi
Jika gaya luar 𝐹̅dan gaya gesekan 𝑓 ̅ tidak ada, artinya benda melakukan kerja
semata-mata hanya karena gaya beratnya saja maka persamaan (7-5) menjadi:
𝑂 = ∆𝐾 + ∆𝑈
atau
𝐾1 + 𝑈1 = 𝐾2 + 𝑈2= konstan (4 − 9)
Persamaan (4-9) disebut juga sebagai hukum kekekalan energi dan K + U disebut
energi mekanik. Jadi jika tidak ada gaya luar maka energi mekanik sistem adalah
konstan.
Daya
Daya merupakan laju benda saat melakukan kerja.
𝑑𝑊
𝑃= = 𝐹̅. 𝑣̅ = 𝐹𝑣 cos 𝜃 = 𝐹 𝑑𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑧
+𝐹 +𝐹
𝑑𝑡 𝑥 𝑑𝑡 𝑦𝑑
𝑡 𝑧 𝑑𝑡
𝑊 (4 − 10)
𝑃=
𝑡
Satuan Daya
17
Jika kerja (W) dinyatakan dengan Joule (J) dan waktu t dalam second (s) maka
daya P dalam Watt (W).
sehingga:
1 Watt = 1 J.s-1 = 1 kg.m2.s-3 = 1 N.m.s-1
satuan daya yang juga sering dipakai adalah daya kuda (horse power = hp) dan
lb.ft/s.
1 daya kuda = 1 hp = 764 W = 550 lb.ft/s
Jika gaya melakukan usaha 1000J dalam waktu satu detik akan menghasilkan daya
sebesar 1 kilowatt (1KW), dalam satu jam gaya melakukan usaha sebanyak 1 kW.h.
1 kW.h = 3,6 x 106 J
18
mengitari matahari. Pada gerak melingkar beraturan terlihat kecepatan (laju) tetap
namun arahnya selalu berubah Gambar (5.1).
Karena percepatan didefinisikan sebagai harga perubahan kecepatan, maka
perubahan dalam arah kecepatan menunjukkan suatu percepatan pula. Dengan
demikian, suatu benda melakukan gerak melingkar beraturan adalah sepercepatan
𝑎
𝑎
𝑣̅
Gambar 2.4
Percepatan didefinisikan sebagai:
∆𝑣 𝑑𝑣
𝑎̅= lim =
∆𝑡→0 ∆𝑡 𝑑𝑡
disini 𝑣̅ merupakan perubahan kecepatan dalam interval waktu singkat ∆𝑡. Dalam
waktu ∆𝑡 partikel dalam Gambar 5.2 a bergerak dari titik A ke B menempuh jarak
∆𝑙 melewati sudut kecil ∆𝑣̅. Perubahan vektor kecepatannya adalah 𝑣̅ − 𝑣̅0 = ∆𝑣̅.
Bila 𝑣̅0 dipindahkan ke ruas kanan, persamaan menjadi 𝑣̅ = 𝑣̅0 + ∆𝑣̅. Di sini ∆𝑣̅
adalah suatu vektor seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 5.2 b. Dalam diagram
ini dapat diartikan bahwa bilamana t sangat kecil (mendekati nol), maka ∆𝑙 dan
∆𝜃 juga sangat kecil, 𝑣̅ hampir sejajar dengan 𝑣̅0 dan ∆𝑣̅ akan menjadi tegak lurus
pada keduanya. Dengan demikian ∆𝑣̅ menuju ke arah pusat lingkaran. Sesuaidengan
definisi percepatan di atas, percepatan 𝑎̅ mempunyai arah yang sama dengan
arah ∆𝑣̅, yaitu menuju ke pusat lingkaran pula. Oleh karena itu percepatan
𝑎̅disebut percepatan sentripetal dan diberi tanda 𝑎̅𝑐 .
19
𝐴 𝑣̅0
∆𝑙
𝑣̅0
𝐵
𝑣̅ ∆𝜃
𝑟
𝑣̅ ∆𝑣
∆𝜃 𝑟
(𝑎) (𝑏)
Gambar 2.5
Suatu benda yang bergerak melingkar beraturan dengan jari-jari r dan laju v
mempunyai percepatan sentripetal ac = v2/r. Besar percepatan ini tergantung pada
jari-jari r. Untuk gerakan satelit yang mengitari bumi percepatan sentripetalnya
adalah percepatan gravitasi bumi 𝑔̅.
20
menghasilkan perubahan kecepatan:
𝑑𝑣
𝑎̅ = (5 − 1)
𝑇
𝑑𝑡
𝑎 = √𝑎𝑟2 + 𝑎𝑐2 (5 − 4)
𝑎
. 𝑎̅𝑟
𝑎̅
Satuan 𝜔𝑟 adalah Rad/s, 0/s, atau putaran per menit (r p m), yakni satuan sudut
dibagi satuan waktu s, dapat juga:
𝜔 (dalam rad/s) = 2 f (5 − 7)
Percepatan sudut (𝖺) benda adalah perubahan sudut benda per satuan waktu.
Jika kecepatan sudut benda berubah beraturan dari harga 𝜔0 menjadi 𝜔𝑡 dalam
waktu t, maka:
𝜔𝑡−𝜔0 𝑑𝜔 (5 − 8)
𝖺= =
𝑡 𝑡
2 2
Satuannya adalah Rad/s atau putaran/s dan seterusnya.
Gaya sentripetal adalah gaya (yang tidak mempunyai gaya reaksi) yang harus
bekerja pada massa m yang bergerak melingkar, agar massa itu mengalami
percepatan sentripetal
𝑎𝑐 = 𝑣2/𝑟. Dari hubungan F = m a diperoleh :
𝑣2
𝐹𝑐 = 𝑚 (5 − 9)
𝑟
22
Hubungan antara Besaran Angular dan Besaran Tangensial
Jika roda dengan jari-jari r berputar pada porosnya, maka suatu titik pada tepi roda
digambarkan dengan menyatakan panjang busur S yang ditempuhnya, kecepatan
tangensial v dan percepatan tangensial 𝑎𝑇 . Besaran-besaran ini berhubungan
dengan besaran-besaran 𝜃, 𝜔 dan 𝖺 yang menggambarkan perputaran roda itu
melalui hubungan-hubungan berikut:
𝑠= 𝑟𝜃 𝑣 =𝜔𝑟 𝑎𝑇 = 𝑟 𝖺
Asal 𝜃, 𝜔 dan 𝖺 dinyatakan dalam Rad., Rad/s dan rad/s2 dengan mudah dapat
dilihat, bahwa sebenarnya adalah panjang tali yang melilit pada tepi roda atau jarak
tempuh roda seandainya roda itu dapat menggelinding tanpa slip. Dalam hal ini v
dan 𝑎𝑇 adalah kecepatan dan percepatan pusat perputaran roda.
5.5. Susunan Roda-roda
1. Sepusat:
(a). Kecepatan sudutnya sama besar (𝜔2 = 𝜔1)
(b). Untuk 𝑅2>𝑅1, maka: 𝑣2>𝑣1 𝑅1 . 𝑅2
2. Bersinggungan
(a). Kecepatan linearnya sama besar (𝑣2 = 𝑣1)
(b). Untuk 𝑅2 >𝑅1, maka 𝜔2 < 𝜔1 .
.𝑅
3. Terhubung dengan rantai (sabuk)
(a). Kecepatan linearnya sama besar (𝑣2 = 𝑣1) 𝑅
. .
23
>𝑅1, maka 𝜔2 < 𝜔1
(b). Untuk 𝑅2
24
2.6 Momen Kelembaman
Sebuah partikel (benda tegar) bermassa m berotasi terhadap suatu titik yang
berjarak r terhadap pusat massa m, maka kelajuan dari benda ini sebesar:
𝑣=𝜔𝑟 (𝑧)
(𝑦)
(𝑥)
Gambar 6.1
25
(6 − 1)
Energi kinetiknya: 𝐸𝑘 = 1 𝑚𝑣2 = 1 𝑚(𝜔2𝑟2)
2 2
2 1 1 1 2 2 2 2 2 𝑛 𝑛 𝑛
= ∑ 21 (𝑚𝑖𝑟𝑖2) 𝜔2 (6 − 2)
Faktor ∑(𝑚𝑖𝑟𝑖2), adalah penjumlahan dari perkalian antara massa dan kuadrat jari-
jari (jarak terhadap sumbu) yang selanjutnya didefinisikan sebagai momen
kelembaman, ditulis:
𝐼 = ∑(𝑚𝑖𝑟𝑖2) = ∑ 𝑚𝑟2 (6 − 3)
Untuk partikel yang tidak diskrit, tetapi merupakan suatu distribusi massa yang
kontinu, maka bentuk ∑(𝑚𝑖𝑟𝑖2) harus diubah menjadi bentuk integrasi. Misalkan
suatu benda dapat dibagi-bagi menjadi elemen-elemen yang kecil sekali. Masing-
masing mempunyai massa dm dan mempunyai jarak r terhadap suatu sumbu putar,
maka kelembaman dapat dituliskan sebagai:
𝐼 = ∫ 𝑟2𝑑𝑚 (6 − 4)
26
1. Suatu lempeng tipis berbentuk cakram dengan massa M dan jari-jari R akan
dihitung momen kelembaman terhadap sumbu dari pusat lempeng dan tegak
lurus bidang lempeng tersebut.
ℎ = tebal cakram
𝑅 𝑅
Momen kelembaman:𝐼 = ∫ 𝑟2𝑑𝑀 = ∫ 𝑟2𝜌ℎ(2𝜋𝑟𝑑𝑟) = 2𝜋𝜌ℎ ∫ 𝑟2𝑑𝑟 =
0 0
𝑅
2𝜋𝜌ℎ(1 𝑟4)] = (𝜋ℎ𝑅4/2)(𝑀/𝑉) = 1/2𝑀𝑅2
4 0
(𝑧)
Gambar 6.2
Dari gambar dapat dituliskan:
𝑟𝑖 = 𝑟𝑐 + 𝑟𝑖′
Dan dari bentuk ini dapat diperoleh bentuk umum sebagai berikut:
𝐼𝑧 = ICM + mrC2 (6 − 5)
27
Momen kelembaman terhadap suatu sumbu yang sembarang adalah sama dengan
kelembaman terhadap suatu sumbu yang sejajar melalui pusat massa, ditambah
dengan massa benda dikalikan dengan kuadrat jarak antara kedua sumbu tersebut,
dituliskan sebagai berikut:
𝐼 = IC + mh2 (6 − 6)
Contoh soal:
1). Akan dihitung momen kelembaman tongkat tipis dengan panjang 𝑙 dan massa
𝑚 terhadap sumbu yang melalui pusat massanya.
Penyelesaian:
Dari gambar berikut:
I = (1/3)ml2
ℎ = 1/2 Dari teori sumbu sejajar : I = Ic + mh2
Ic = I – mh2 = (1/3)ml2 – m(l/2)2 = (1/12) ml2
𝐼 Ic Jadi : Ic = (1/12)ml2
𝑙
28
2). Akan dihitung momen kelembaman dari kulit silinder tipis terhadap sumbu
sembarang, yaitu terhadap garis singgung tepi silinder (lihat gambar).
Penyelesaian: (𝑧)
𝑦
Ih 𝑥 ICM
29
Gaya-gaya yang bekerja pada suatu benda cenderung menyebabkan perubahan
dimensi atau bentuk benda dan akan mempengaruhi gerak benda itu. Gerak suatu
benda dapat dianggap terdiri dari gerak benda itu secara menyeluruh, yaitu gerak
translasi serta gerak rotasi, jika ada. Pada umumnya satu gaya saja yang bekerja
pada benda mengakibatkan perubahan baik pada gerak translasinya maupun pada
gerak rotasinya. Tetapi bila yang bekerja itu beberapa gaya sekaligus, mungkin
akibatnya saling meniadakan, sehingga tidak menghasilkan perubahan pada gerak
translasi maupun pada gerak rotasi. Jika demikian, maka dikatakan benda itu dalam
keadaan setimbang, yang berarti bahwa:
(1) Benda itu sebagai satu keseluruhan tetap diam, atau bergerak menurut garis
lurus dengan kecepatan konstan, dan
(2) Benda itu tidak berotasi sama sekali, atau berotasi dengan kecepatan
konstan.
Kesetimbangan Translasi
Syarat: jika jumlah vektor gaya-gaya luar yang bekerja pada benda = nol (gaya-
gaya luar yang bekerja tidak memberi percepatan pada benda tersebut)
Dituliskan: ∑ 𝐹 = 0, atau jika dinyatakan dalam komponen bidang xy
∑ 𝐹𝑥 = 0 dan ∑ 𝐹𝑦 = 0
Kesetimbangan Rotasi
Syarat: jika vektor gaya-gaya luar yang bekerja pada benda = nol (gaya –gaya luar
yang bekerja tidak memberikan percepatan pada benda tersebut)
Dituliskan: ∑ 𝐹 = 0, atau jika dinyatakan dalam komponen bidang xy
∑ 𝐹𝑥 = 0 dan ∑ 𝐹𝑦 = 0
Torsi (momen gaya)
Bila suatu gaya luar bekerja pada benda tegar dan menyebabkan rotasi dari benda
tersebut disekitar suatu sumbu, atau menghasilkan suatu percepatan rotasi terhadap
sumbu tersebut. Besaran sebagai ukuran akibat dari rotasi yang disebabkan oleh
gaya tersebut, dinamakan torsi (momen gaya).
30
sumbu
𝑇𝑜𝑟𝑠𝑖 = 𝑟 = 𝐹. 𝑑
31
Gambar 2.7
Syarat kesetimbangan rotasi:
34
setiap fenomena alam, tetapi pengalaman manusialah yang terbatas.
Olehsebab itu, sampai di sini kita harus sadar dan meyakini bahwa sifat sains
itu sangattentatif.
Mengapa teori kuantum merupakan babak baru cara memandang
alam? VladimirHorowitz pernah mengatakan bahwa mozart terlalu mudah
untuk pemula, tetapi terlalu sulit untuk para ahli . Hal yang sama juga berlaku
untuk teori kuantum. Secara sederhanateori kuantum menyatakan bahwa
partikel pada tingkat sub atomik tidak tunduk padahukum fisika klasik. Entitas
seperti elektron dapat berwujud [exist] sebagai dua bendaberbeda secara
simultan — materi atau energi, tergantung pada cara pengukurannya (Paul
Strathern, 2002:viii).
Kerangka mendasar melakukan penalaran dalam sains adalah berpikir
dengan metoda induksi. Apabila melakukan penalaran dengan metoda ini,
maka pengamatan terhadap wajah alam fisik dilakukan melalui premis-premis
yang khusustentang materi-materi kecil [mikro] bahan alam fisik yang kasat
mata. Hukum-hukumsains klasik yang telah terpancang lama, ternyata terlihat
kelemahannya ketika berhadapan dengan fenomena mikrokosmik.
Gary Zukaf (2003:22) memberikan pengertian secara etimologis dari
mekanika kuantum. „Kuantum‟ merupakan ukuran kuantitas sesuatu,
besarnya tertentu. „Mekanika‟ adalah kajian atau ilmu tentang gerak. Jadi,
mekanika kuantum adalah kajian atau ilmu tentanggerak kuantum. Teori
kuantum mengatakan bahwa alam semesta terdiri atas bagian- bagian yang
sangat kecil yang disebut kuanta [ quanta , bentuk jamak dari quantum ],
danmekanika kuantum adalah kajian atau ilmu yang mempelajari fenomena
ini.
B. Perkembangan Mekanika Kuantum
Pada tahun 1905, Albert Einstein berhasil menjelaskan efek foto listrik
dengan didasarioleh pendapat Planck lima tahun sebelumnya dengan
mempostulatkan bahwa cahayaatau lebih khususnya radiasi
35
elektromagenetik dapat dibagi dalam paket-paket tertentuyang disebut
kuanta dan berada dalam ruang. Energi berhasil menjelaskan bahwa untuk
membuat electron terpancar dari permukaan logam diperlukan cahaya yang
menumbuk. Cahaya tersebut harus memiliki frekuensi melebih frekuensi
ambang dari logam tersebut. Efek foto listrik ini tidak bergantung pada
intensitas cahaya yang ditembakan seperti pandangan mekanika klasik tetapi
hanya bergantung pada frekuensinya saja. Walaupuncahaya lemah
ditembakan tetapi memiliki frekuensi yang melebihi frekuensi ambang
ternyata ada electron yang dipancarkan.
Pernyataan Einstein bahwa cahaya teradiasikan dalam bentuk paket-paket
energi yangkemudian disebut kuanta dinyatakan dalam jurnal kuantum yang
berjudul "On a heuristicviewpoint concerning the emission and
transformation of light" pada bulan Maret 1905.Pernyataan tersebut disebut-
sebut sebagai pernyataan yang paling revolusioner yangditulis oleh fisikawan
pada abad ke-20.
Paket-paket energi yang pada masa itu disebut dengan kuanta kemudian
disebut olehfoton, sebuah istilah yang dikemukakan oleh Gilbert & Lewis pada
tahun 1926. Ide bahwa tiap foton harus terdiri dari energi dalam bentuk
kuanta merupakan sebuahkemajuan. Hal tersebut dengan efektif merubah
paradigma ilmuwan fisika pada saat ituyang sebelumnya menjelaskan teori
gelombang. Ide tersebut telah mampu menjelaskan banyak gejala fisika pada
waktu itu.
36
3) J.J. Thompson dengan eksperimen sinar katoda menemuka electron pada
tahun 1897,
4) Studi radiasi benda hitam antara 1850 sampai 1900 yang dijelaskan
tanpamenggunakan konsep mekanika kuantum,
5) Einstein menjelaskan efek foto listrik pada tahun 1905 dengan
menggunakan konsepfoton dan partikel cahaya dengan energi
terkuantisasi,
6) Robert Milikan menunjukan bahwa arus listrik bersifat seperti kuanta
denganmenggunakan eksperimen tetes minyak pada tahun 1909,
7) Ernest Rutherford mengungkapkan model atom pudding yaitu massa dan
muatan postif dari atom terdistribusi merata dengan percobaan
lempengan emas pada tahun1911,
8) Otti Stern dan Walther Gerlach mendemonstrasikan sifat
terkuantisasinya spin partikel yang dikenal dengan eksperimen Stern-
Gerlach pada tahun 1920,
9) Clinton Davisson dan Lester Germer mendemondtrasikan sifat
gelombang darielectron melalui percobaan difraksi electron pada tahun
1927,
10) Clyde L. Cowan dan Frederick Reines menjelaskan keberadaan neutrino
pada tahun1955,
37
Mekanika kuantum sangat berguna untuk menjelaskan perilakuatomdan
partikelsubatomikseperti proton, neutrondanelektronyang tidak mematuhi
hukum-hukumfisika klasik. Atom biasanya digambarkan sebagai sebuah
sistem di mana elektron(yang bermuatan listrik negatif) beredar seputarnukleus
atom(yang bermuatan listrik positif). Menurut mekanika kuantum, ketika
sebuah elektron berpindah dari tingkatenergi yang lebih tinggi (misalnya dari
n=2 atau kulit atom ke-2 ) ke tingkat energiyang lebih rendah (misalnya n=1
atau kulit atom tingkat ke-1), energi berupa sebuah partikel cahaya yang
disebutfoton, dilepaskan. Energi yang dilepaskan dapatdirumuskan sebagai
berikut:
E=Hf
E= Enenrgi (j)
H= adalah tetapan planc, h=6.63x10−34 (Js)
F= adalah Frekuansi dari cahaya (Hz)
38
intuitif sehingga dalam mempelajari fisika kuantum, mahasiswa dituntut untuk
lebih profesional dalam hal pembelajarannya. Mahasiswa membutuhkan lebih
banyak waktu dan refleksi untuk menyerap ide – ide dasar dari fisika kuantum
(Johnston, 2006 ).
Kebanyakan mahasiswa yang mempelajari fisika kuantum banyak
menemukan hal abstrak dan sulit. Hal ini karena mekanika merupakan ilmu
yang kompleks dan pembelajaran dari dosen juga tidak banyak berubah sejak
tahun - tahun awal mekanika kuantum dibangun, sehingga dosen harus
menyelidiki cara – cara pembelajaran yang mungkin lebih efektif dan efisien
agar ide – ide dapat sampai kepada mahasiswa.
Ada dua kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa dalam mempelajari
mekanika kuantum. Pertama adalah formalisme matematika dan yang kedua
adalah bagaimana interpretasi yang dihasilkan. Formalisme matematika yang
dimaksud disini adalah berupa deret fourier,persamaan differensial,fungsi
kompleks serta ruang hilbert.Interpretasi konseptual yang dibutuhkan dapat
berupa fungsi gelombang,interpretasi Max Born, prinsip ketidakpastian
Heisenberg serta persamaan Schrodinger sebagai persamaan pokok mekanika
kuantum. Tuntutan tinggi dari kesulitan ini harus dihadapi baik mahasiswa
maupun dosen yang mengajarkannya sehingga tafsiran kuantum dapat
dipahami ( Muller, 1998 ).
Kesulitan dalam pembelajaran mekanika kuantum telah banyak diteliti oleh
peneliti. Kebanyakan mahasiswa merasa terkejut dengan perubahan yang besar
dari mekanika klasik ke mekanika kuantum. Perubahan ini dapat dimengerti
seperti formalisme matematis yang sangat sulit dan adanya kontraintuitif.
Ketidaksiapan perubahan ini membawa dampak beban yang berat dan juga
mengakibatkan kesalahan konsep ( incorrect conceptual ) serta menghambat
pertumbuhan pemahaman mahasiswa (Jones, 1991).
39
40
41
DAFTAR PUSTAKA
Cholis, B., Yuniarti, H. (2008). Fisika Dasar 1 Bagian Mekanika. hal. 47-51,
Universitas Trisakti.
Zemansky, S. (1985): Fisika untuk Universitas 1 Mekanika. Panas. Bunyi. hal. 35-
50, Penerbit Binacipta, Jakarta.
https://idschool.net/sma/rumus-gerak-parabola-dan-keterangannya/
https://fismy.blogspot.com/2016/12/dinamika-rotasi.html
42