Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

FISIKA LANJUT

MEKANIKA

OLEH:
KELOMPOK 6
MUHYI (NIM 220220104019)
WIWIN SETIOWATI (NIM 220220104025)

PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhannahu wa Taala karena telah


memberikan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini. Dalam waktu sempit dengan diburu waktu bersamaan dengan beberapa tugas
serupa.
Materi utama yang dibahas pada diktat ini mencakup Sistem Satuan dan
Besaran, Kinematika, Dinamika Partikel, Usaha dan Energi, Gerak Melingkar,
Gerak Rotasi, Kesetimbangan serta Momentum dan Tumbukan, mekanika
kuantum.Pada makalah ini juga dibahas sejumlah fenomena yang terkait dengan
ilmu serta prinsip-prinsip fisika yang penerapannya terkait dengan sejumlah
fenomena yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dengan konsep yang
dipelajari.
Diharapkan dengan pendekatan ini menjadikan mahasiswa lebih tertarik dan
menyadarkan mahasiswa akan pentingnya aplikasi konsep-konsep fisika yang
pengaplikasiannya terkait fenomena sederhana yang ada di lingkungan sekitar
hingga peralatan berteknologi canggih.
Kami menyadari tentu masih banyak kekurangan dalam penulisan diktat ini,
untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan
selanjutnya.

Jember, Maret 2023

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1


1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................2
1.3 Tujuan ............................................................................................2
1.4 Manfaat …………………………………………………………..3

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................9


2.1 Dinamika Partikel...........................................................................9
2.2 Usaha dan Energi .........................................................................10
2.3 Gerak Melingkar ..........................................................................12
2.4 Gerak Rotasi …………………………………………………15
2.5 Statistika …………………………………………………
2.6 Momentum dan Tumbukan …………………………………….
2.7 Mekanika Quantum …………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................52

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mekanika merupakan cabang ilmu fisika klasik yang berkembang sejak

berabad-abad yang lalu pada zaman Galileo dan Newton. Galileo merumuskan

hukum-hukum benda-benda jatuh sedangkan Newton mempelajari gerak benda

pada umumnya (Sarojo, 2002). Mekanika merupakan salah satu cabang ilmu fisika

yang mempelajari tentang gerak yang bekerja pada benda. Mekanika terbagi atas

sub-sub pokok materi yang terdiri dari statika yang mempelajari benda diam,

kinematika yang mempelajari benda bergerak, dan dinamika yang

mempelajari benda yang terpengaruh oleh gaya.

Mekanika menggambarkan dinamika partikel atau sistem partikel.

Dinamika merupakan cabang ilmu mekanika yang meninjau gerak partikel dengan

memperhatikan penyebab geraknya, yang berhubungan dengan konsep-

konsep kondisi gerak benda dan keadaan-keadaan luar yang menyebabkan

perubahan keadaan gerak benda.

Mekanika terbagi dalam beberapa sub pokok materi antara lain kinematika,

dinamika partikel, usaha dan energi, gerak melingkar, gerak rotasi,

statistika(kesetimbangan), momentum dan tumbukan.

Pengetahuan tentang mekanika pada awalnya digunakan untuk merancang

benda yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti, bangunan, jembatan,

kapal, pesawat,dll. Kemudian, ketika kebutuhan akan gerak manusia semakin

tinggi, maka mekanika juga digunakan untuk mengetahui pengaruh daya atas tubuh

manusia dan pengaruh daya yang dikerahkan manusia ketika bergerak.

Mekanika klasik yang diformulasikan oleh Newtondan selanjutnya

iv
dikembangkan oleh Lagrange, Hamilton dan lain-lainnya sangat sukses dalam

menjelaskan gerak dinamis benda-benda makroskopis. Demikian pula teori tentang cahaya

sebagai gelombang yang dikembangkan oleh A. J. Fresnel, teori gelombang elektromagnet

oleh J. C. Maxwell dan percobaan Hertz tentang emisi gelombang elektromagnet oleh

osilator muatan-muatan listrik. Pada akhir abad 19 teori-teori klasik tersebut tidak dapat

digunakan untuk memberi penjelasan yang memuaskan bagi sejumlah fenomena interaksi

radiasi-materi. Beberapa contoh fenomena yang tak terungkapkan dengan fisika klasik antara

lain adalah: (i) spektrum radiasi benda hitam, (ii) efek foto-listrik, (iii) spektrum atom

hidrogen, dan (iv) panas jenis padat. Untuk itu perempat pertama abad 20, mulai

dikembangkan ilmu fisika baru dan muncul berbagai pengembangan teori seperti teori

relativitas dan teori kuantum.

Mekanika kuantum digunakan untuk menyusun kerangka acuan matematika


untuk fisika atom, fisika molekular, kimia komputasi, kimia kuantum, fisika partikel,
dan fisika nuklir.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tentang latar belakang di atas maka rumusan masalah yang hendak
dikemukakan dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan mekanika klasik?
2. Apa yang dimaksud dengan mekanika kuantum?
3. Bagaimana penerapan mekanika kuantum?
1.3 Tujuan
Berdasarkan uaraian latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan
ditulisnya makalah ini adalah:
1. Menjelaskan tentang mekanika klasik
2. Menjelaskan tentang mekanika kuantum
3. Menjelaskan penerapan tentang mekanika kuantum
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dapat diberikan oleh makalah ini adalah memberikan
wawasan tentang mekanika dan penerapannya terkini dalam kehidupan.

v
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Besaran Pokok


Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditentukan dan
ditetapkan terlebih dahulu. Besaran ini juga dipandang sebagai besaran
yang berdiri sendiri, tanpa adanya turunan dari besaran-besaran lainnya,
dinamakan juga sebagai besaran dasar.
Dalam (Sistem Internasional/SI) ada tujuh besaran pokok berdimensi dan
dua buah besaran tambahan yang tidak berdimensi, yaitu:
Besaran Dasar
No. Panjang Satuan Dasar Singkatan Dimensi
1. Panjang Meter m [L]
2. Waktu second (detik) s [T]
3. Massa Kilogram kg [M]
4. Arus Listrik Ampere A [I]
5. Temperatur Kelvin K [
6. Jumlah Zat Mol mol [N]
7. Intensitas Cahaya Kandela cd [J]

2. Besaran Tambahan
No. Besaran Satuan Dasar Singkatan Dimensi
1. Sudut Datar Radian rad -
2. Sudut Ruang steradian sr -

3. Besaran Turunan
Besaran turunan adalah besaran yang satuannya diturunkan dari
besaran- besaran pokok. Besaran turunan ini jumlahnya sangat banyak,
contohnya: kecepatan, percepatan, gaya, usaha, energi, impuls,
momentum dan lain sebagainya.

2.2 Kinematika
a. Gerak Lurus Beraturan(GLB)
Gerak lurus beraturan adalah Gerakan benda dengan lintasan lurus dan
kecepatan selalu tetap setiap saat. Karena kecepatannya selalu tetap dengan
lintasan lurus, maka pada gerak lurus beraturan, jarak tempuh akan sama
dengan perpindahan.
Pada gerak lurus beraturan, hubungan antara jarak, waktu, dan kecepatan

vi
adalah sebagai berikut:

S=vxt
Keterangan:
s = jarak tempuh atau perpindahan dalam meter
v = kelajuan dalam meter/detik
t = waktu dalam detik
b. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
Gerak lurus berubah beraturan adalah gerak benda pada
lintasan lurus dengan kecepatan berubah secara tetap setiap waktu.
Gerak lurus berubah beraturan(GLBB) dibagi menjadi dua
yaitu GLBB dipercepat dan GLBB diperlambat.
GLBB dipercepat adalah gerak benda yang mengalami
perubahan kecepatan tetap setiap waktu di mana kecepatan
bertambah setiap waktu. GLBB dipercepat misalnya mobil yang
bergerak dari keadaan diam sampai mencapai kecepatan tertentu.
Dari keadaan diam, mobil akan diberi gaya sehingga setiap
kecepatannya bertambah.
GLBB diperlambat adalah gerak benda yang mengalami
perubahan kecepatan tetap setiap waktu di mana kecepatan
berkurang secara teratur setiap waktu
Grafik x vs t, v vs t dan a vs t dapat dilihat dalam Gambar 2.1
𝑥 𝑣 𝑎
𝑥 = 𝑥0 + 𝑣0𝑡

𝑡 𝑣 = 𝑣0
𝑡
𝑎 =0
𝜃 𝑡
𝑡 𝑡
𝜃 (a) x vs t 𝜃 (b) v vs t (c) a vs t

Gambar 2.1 Grafik x, v, dan a fungsi t


Salah satu contoh GLBB dalam kehidupan sehari-hari adalah gerak jatuh
bebas. Gerak jatuh bebas merupakan gerak suatu benda yang jatuh ke bumi tanpa
kecepatan awal ( awalnya diam). Setiap benda yang jatuh ke bawah akan mengalami
percepatan yang disebabkan oleh tarikan bumi. Besarnya tarikan bumi ini adalah 9,8
m/s2 atau sering dibulatkan menjadi 10 m/s2. Besarnya percepatan ini selalu sama
untuk setiap saat.
Rangkuman persamaan gerak lurus:

vii
Persamaan dasar Gerak Untuk nilai a = 0 (tidak Untuk a = g (percepatan
benda mengalami percepatan) gravitasi bumi = g = 10
m/s2)
Gerak lurus berubah Gerak lurus beraturan Gerak jatuh bebas (GJB)
beraturan (GLBB) (GLB)
𝑣 = 𝑣0 ± 𝑎𝑡 𝑣 = 𝑣0 (tetap) 𝑣 = 𝑣0 ± 𝑔𝑡
𝑠 = 𝑣0𝑡 ± 1/2𝑎𝑡2 𝑠 = 𝑣0𝑡 = 𝑣𝑡 ℎ = 𝑣0𝑡 ± 1/2𝑔𝑡2

c. Gerak Peluru / Gerak Parabola


Gerak benda dengan lintasan parabola
Arah gerak horizontal tidak dipengaruhi percepatan
gravitasi bumi (g), berarti bahwa komponen kecepatan
ke arah horizontal besarnya tetap (identik dengan
persamaan gerak lurus beraturan/ GLB)
Arah gerak vertikal dipengaruhi oleh percepatan gravitasi
bumi (g), yang berarti bahwa arah gerak vertikal
memenuhi persamaan gerak dipercepat beraturan atau
gerak jatuh bebas (identik dengan GLBB/ GLB)

Bentuk lintasannya dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2Gerak peluru/ gerak parabola


(Sumber : https://idschool.net/sma/rumus-gerak-parabola-dan-keterangannya/)

viii
Arah gerah vertikal (sumbu y):
𝑣𝑦 = 𝑣0 sin 𝜃 ± 𝑔𝑡 (2 − 2)

ℎ = 𝑣0 sin 𝜃 𝑡 ± 1 𝑔𝑡2 (2 − 3)
2

a. Arah gerak horizontal (sumbu x):


𝑣𝑥 = 𝑣0 cos 𝜃 (2 − 4)
𝑥 = 𝑠 = (𝑣0 cos 𝜃)𝑡 (2 − 5)

Substitusi dari persamaan-persamaan di atas, diperoleh persamaan:

b. Tinggi maksimum yang dicapai benda


𝑣02𝑠𝑖𝑛2(𝜃)

ix
Jarak tembak maksimum, sampai benda jatuh di tanah kembali
𝑣02 sin(2𝜃) (2-7)
ℎ𝑚𝑎𝑥 =
𝑔

Rangkuman persamaan gerak parabola:


Gerak Parabola Waktu setengah lintasan
Gerak jatuh bebas (t)
(GJB) Gerak Parabola Arah 𝑡 = 𝑣0𝑠𝑖𝑛 𝜃/𝑔
sumbu-y
𝑣 = 𝑣0 ± 𝑔𝑡 𝑣 = 𝑣0𝑠𝑖𝑛 𝜃 ± 𝑔𝑡 Tinggi maksimum
𝑥 (hmax)
ℎ = 𝑣0𝑡 ± 1 𝑔𝑡2 ℎ = 𝑣0𝑠𝑖𝑛 𝜃𝑡 ± 1 𝑔𝑡2 𝑣02𝑠𝑖𝑛2(𝜃)
2 2 ℎ𝑚𝑎𝑥 =
2𝑔
Gerak lurus beraturan Gerak parabola arah Jarak mendatar (sx)
(GLB) sumbu-x
𝑣 = 𝑣0 (tetap) 𝑣𝑥 = 𝑣0𝑐𝑜𝑠 𝜃 𝑣02 sin(2𝜃)
𝑠𝑥 =
𝑠 = 𝑣0𝑡 = 𝑣𝑡 𝑠 = 𝑣𝑥𝑡 = 𝑣0𝑐𝑜𝑠 𝜃𝑡 𝑔

d. Sebuah benda yang dilempar mendatar:


Jika gaya gesekan udara diabaikan maka benda akan melakukan gerak parabola
(peluru), percepatan = g, dengan arah ke bawah

0 𝑥

Gerak peluru (parabola) dapat dianggap sebagai gabungan gerak tersusun dua
macam gerak, yaitu:
a. Gerak mendatar (horizontal) pada arah sumbu x merupakan gerak lurus
beraturan dengan kecepatan:
𝑣𝑥 = 𝑣0(tetap), dimana 𝑣0 adalah kecepatan awal
𝑠𝑥 = 𝑥 = 𝑣𝑥t
b. Gerak vertikal pada arah sumbu y, merupakan gerak jatuh bebas,

10
ℎ = 𝑠𝑦 = 1 𝑔𝑡2
2

2.3 Dinamika Pertikel


Dinamika Partikel yaitu bagian dari mekanika yang mempelajari gerakan benda serta
penyebab benda tersebut bergerak.
1. Hukum-hukum Newton
(a) Hukum I Newton (Kelembaman)
Sebuah benda akan terus dalam keadaan diam atau bergerak lurus
beraturan, kecuali apabila ada gaya atau kekuatan dari luar yang bekerja
pada benda tersebut. Hukum ini merupakan pernyataan kesetimbangan
(statis dan dinamis).
(b) Hukum II Newton
Percepatan yang diperoleh benda bila dikerjakan gaya padanya akan
berbanding lurus dengan resultan gaya-gaya yang bekerja pada benda
tersebut, dengan suatu konstanta pembanding yang merupakan ciri khas
dari benda, atau percepatan yang timbul pada sebuah benda karena
dipengaruhi oleh gaya F akan sebanding dengan gaya F tersebut, ditulis:

Dinamika Partikel yaitu bagian dari mekanika yang mempelajari gerakan benda
serta penyebab benda tersebut bergerak.

2. Hukum-hukum Newton
(a) Hukum I Newton (Kelembaman)
Sebuah benda akan terus dalam keadaan diam atau bergerak lurus
beraturan, kecuali apabila ada gaya atau kekuatan dari luar yang bekerja
pada benda tersebut. Hukum ini merupakan pernyataan kesetimbangan
(statis dan dinamis).

11
(b) Hukum II Newton
Percepatan yang diperoleh benda bila dikerjakan gaya padanya akan
berbanding lurus dengan resultan gaya-gaya yang bekerja pada benda
tersebut, dengan suatu konstanta pembanding yang merupakan ciri khas
dari benda, atau percepatan yang timbul pada sebuah benda karena
dipengaruhi oleh gaya F akan sebanding dengan gaya F tersebut, dituliskan:
𝐹
𝑎= (3 − 1)
𝑚

Dimana F adalah gaya (Newton, dyne), dan m adalah massa (kg, gram).
Melalui pengertian perubahan momentum Hukum II Newton juga dapat
dicari:

𝑑𝑝 𝑑(𝑚𝑣) 𝑑(𝑣)
𝐹=( )= = 𝑚. = 𝑚𝑎 (3 − 2)
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
(c) Hukum III Newton

Dua benda yang berinteraksi akan menyebabkan gaya pada satu benda
karena benda kedua (aksi) yang sama dan berlawanan arah dengan gaya
pada benda kedua karena benda pertama.
Singkatnya ditulis:
Gaya aksi = - gaya reaksi
Atau ditulis,
𝐹12 = −𝐹12 (3 − 3)

3. Satuan Gaya
Gaya adalah besaran vektor dan satuannya adalah Newton, dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Sistem Satuan Nama Definisi
Khusus

12
S.I kg-m-det-2 Newton 1N = Gaya yang bekerja pada
(N) benda dengan massa 1 kg,
menyebabkan percepatan 1
m/det2

c.g.s gr-cm-det-2 dyne (dn) 1 dn = gaya yang bekerja pada


benda dengan massa 1 gram,
menyebabkan percepatan 1
cm/det2

British pound-ft-1 lb pounda 1 1 pdl = gaya yang bekerja pada


(f.p.s) sec2 (pdl) benda dengan massa (pound),
menyebabkan percepatan 1
ft/sec2

Praktis kgf, lbf 1 kgf adalah gaya yang sama


dengan berat benda dengan
massa 1 kg. Adanya kgf dan lbf
menyebabkan adanya satuan
baru untuk massa, jika gaya
dinyatakan dalam persamaan
𝐹 = 𝑚𝑎

Dalam 1 lb = 0,0311 slug 1 slug adalah massa suatu


satuan slug benda yang mendapatkan
Inggris percepatan sebesar 1 ft sec-2
satuan bila dikerjakan gaya 1 lbf.
massa
adalah (1 lbf = 1 slug.ft.sec-2)

13
4. Gaya-gaya kontak (Gaya Gesekan)
(a) Gaya gesek statik
1). Gaya gesek yang bekerja pada benda, selama benda masih diam.
2). Bersifat pasif, artinya:
Muncul bila benda diberikan gaya luar
Apabila gaya luar yang bekerja pada benda lebih kecil dari pada gaya
gesek statik maksimumnya, besar gaya gesek statik sama dengan besar
gaya luar (besar gaya gesek statik mengikuti besar gaya luar yang
bekerja).
3). Besar gaya gesek statik maksimum, (𝑓𝑠)𝑚𝑎𝑥 adalah:
(𝑓𝑠)𝑚𝑎𝑥 = 𝜇𝑠𝑁
dimana:
𝜇𝑠= koefisien gesek statik, angka (nilai) yang menyatakan kasar
halusnya kedua permukaan kontak selama benda masih
diam.
N = gaya Normal

(b) Gaya gesek kinetik


1). Gaya gesek yang bekerja pada benda, setelah benda masih bergerak.
2). Besar gaya gesek kinetik, (𝑓𝑘) adalah:
(𝑓𝑘) = 𝜇𝑘𝑁
dimana:
𝜇𝑘 = koefisien gesek kinetik, angka (nilai) yang menyatakan
kasar halusnya kedua permukaan kontak selama benda
bergerak.
Nilai 𝜇𝑘 < 𝜇𝑠 dan batasan nilai dari koefisien gesek:
0 ≤ 𝜇𝑘 < 𝜇𝑠 ≤ 1

𝑁 W = gaya berat (Newton, dyne)


F = gaya luar (Newton, dyne)
N = w = mg
𝐹 f = gaya gesekan (statik/kinetik)
N = gaya Normal

𝑤 = mg

Gambar 3.1 Gaya gesek kinetik

5. Elastisitas
Benda elastis: adalah jika suatu benda diberikan gaya maka akan berpengaruh
pada bentuk benda tersebut, setelah gaya dihilangkan bentuk
benda kembali seperti semula.
Benda plastis: adalah jika bentuk benda tidak dapat kembali seperti semula
14
setelah gaya dihilangkan
Modulus elastisitas (Y): adalah perbandingan antara tegangan (stress) dengan
regangan (strain).
Tegangan : besar gaya yang bekerja pada tiap satuan luas penampang suatu
batang (F/A), dimana F = gaya dan A adalah luas penampang.
Regangan : perbandingan antara pertambahan panjang suatu batang terhadap
panjang mula-mula bila pada batang tersebut bekerja gaya.
(𝐹/𝐴)
𝑌=
(∆𝑙/𝑙)
∆𝑙 = pertambahan panjang batang (m, cm)
𝑙= panjang batang mula-mula (m, cm)

2.4 Usaha dan Energi


Pengertian Energi
Energi disebut juga dengan tenaga. Energi sering pula dihubungkan dengan
gerak dalam kehidupan sehari-hari. Jadi energi adalah kemampuan untuk
melakukan kerja.
Sifat-sifat Energi
(1). Transformasi Energi
Energi tidak dapat hilang, energi dapat diubah menjadi bentuk energi lain.
Contoh: pemanggang roti mengubah energi listrik menjadi energi panas,
sebuah blender mengubah energi listrik menjadi energi mekanik, matahari
mengubah energi nuklir menjadi ultraviolet, inframerah, dan energi gamma
semua bentuk energi elektromagnetik.
(2). Transfer Energi
Energi dapat dipindahkan dari satu benda ke benda lain atau dari satu sistem ke
sistem lain. Contoh saat memanaskan air, energi dari api dipindah ke air
sehingga air menjadi panas, energi panas dipindahkan lagi ke dalam uap air
menjadi energi uap.
(3). Kerja
Energi dapat pindah ke sistem lain melalui gaya yang menyebabkan
pergeseran, yang disebut kerja mekanik.
(4). Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat pula dimusnahkan

Kerja
Kerja adalah energi yang disalurkan oleh gaya yang bekerja pada benda
sehingga benda tersebut bergerak atau didefinisikan juga sebagai pergeseran dikali
komponen gaya pada arah pergeseran. Maka, kerja yang dilakukan oleh gaya F pada
benda yang bergerak dari A ke B sepanjang lintasan tertentu adalah:

W=F x s

Satuan Kerja
Jika gaya 𝐹̅dalam Newton (N) dan jarak s dalam meter (m) maka kerja W
15
dalam Joule.
1 N.m = 1 kg m2.S-2 = 1 J
Jika gaya 𝐹̅dalam dyne dan jarak s dalam cm maka kerja W dalam erg.
1 dyne.cm = 1 g.cm2.s-2 = 1 erg.
Sehingga
1 J = 107 erg

Macam-macam Energi

(1). Energi Kinetik (Ek)


Energi kinetik adalah energi yang ditimbulka dari sebuah benda bermassa m
yang bergerak dengan kecepatan v, maka energi kinetik dapat dituliskan, Ek = ½ m
v2, yaitu kemampuan suatu benda untuk bergerak melakukan kerja.

(2). Energi Potensial Gravitasi (Ep)


Energi potensial gravitasi adalah energi tempat, yaitu kemampuan suatu benda
untuk berada pada suatu tempat, dimana energi ini dipengaruhi oleh ketinggian.
Jika massa benda pada ketinggian h dari posisi acuan, maka energi potensial dapat
ditulis:
Ep = m g h (4 − 4)

(3). Energi Potensial Elastis (Pegas)


Energi potensial elastis (Es) merupakan energi potensial karena adanya tarikan
atau penekanan pegas. Energi potensial elastis pegas adalah kemampuan suatu
benda yang dihubungkan dengan pegas untuk berada pada posisi panjang pegas.
Jika suatu pegas dengan konstanta pegas k ditarik atau ditekan sejauh x, maka
energi potensial elastis pegas adalah:
Es = ½ k x2 (4 − 5)

(4) Energi – energi bentuk lain


Energi panas, energi listrik, energi kimia, energi magnet dan lain – lain. Satuan
dari energi adalah Joule (J) atau erg.

Hukum Kekekalan Energi


Jika pada suatu benda diberikan gaya luar𝐹̅, maka kerja yang dilakukan oleh
gaya 𝐹̅ pada benda akan mengakibatkan terjadinya perubahan energi kinetik,
perubahan energi potensial gravitasi dan sebagian hilang berubah menjadi panas.

𝑊 = 𝐹̅. 𝑆̅ = ∆𝐸𝑘 + ∆𝐸𝑝 + H (4 − 6)


16
(4 − 7)
di sini ∆𝐾 = 𝐾2 − 𝐾1 = 21 𝑚(𝑣22 − 𝑣12)
(4 − 8)
∆𝑈 = 𝑈2 − 𝑈1 = 𝑚𝑔(ℎ2 − ℎ1)

dan H = f.s adalah panas yang timbul akibat gesekan.

Jika gaya luar 𝐹̅dan gaya gesekan 𝑓 ̅ tidak ada, artinya benda melakukan kerja
semata-mata hanya karena gaya beratnya saja maka persamaan (7-5) menjadi:
𝑂 = ∆𝐾 + ∆𝑈
atau
𝐾1 + 𝑈1 = 𝐾2 + 𝑈2= konstan (4 − 9)

Persamaan (4-9) disebut juga sebagai hukum kekekalan energi dan K + U disebut
energi mekanik. Jadi jika tidak ada gaya luar maka energi mekanik sistem adalah
konstan.

Daya
Daya merupakan laju benda saat melakukan kerja.
𝑑𝑊
𝑃= = 𝐹̅. 𝑣̅ = 𝐹𝑣 cos 𝜃 = 𝐹 𝑑𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑧
+𝐹 +𝐹
𝑑𝑡 𝑥 𝑑𝑡 𝑦𝑑
𝑡 𝑧 𝑑𝑡

di sini 𝐹̅dan 𝑣̅ masing-masing menyatakan gaya dan kecepatan sesaat sedangkan


𝜃 adalah sudut antara gaya 𝐹̅dan kecepatan 𝑣̅ .
Jika daya tidak berubah-ubah terhadap waktu maka:

𝑊 (4 − 10)
𝑃=
𝑡

Satuan Daya

17
Jika kerja (W) dinyatakan dengan Joule (J) dan waktu t dalam second (s) maka
daya P dalam Watt (W).
sehingga:
1 Watt = 1 J.s-1 = 1 kg.m2.s-3 = 1 N.m.s-1
satuan daya yang juga sering dipakai adalah daya kuda (horse power = hp) dan
lb.ft/s.
1 daya kuda = 1 hp = 764 W = 550 lb.ft/s
Jika gaya melakukan usaha 1000J dalam waktu satu detik akan menghasilkan daya
sebesar 1 kilowatt (1KW), dalam satu jam gaya melakukan usaha sebanyak 1 kW.h.
1 kW.h = 3,6 x 106 J

2.5 Gerak melingkar


Gerak melingkar adalah gerakan dari suatu partikel pada lintasan yang
berbentuklingkaran.

1. Gerak Melingkar Beraturan


Sebuah benda yang bergerak melingkar dengan laju 𝑣 yang tetap dikatakan
benda tersebut melakukan gerak melingkar beraturan. Contoh gerak melingkar
beraturan dapat kita lihat pada gerak bulan mengitari bumi begitu pula bumi dalam

18
mengitari matahari. Pada gerak melingkar beraturan terlihat kecepatan (laju) tetap
namun arahnya selalu berubah Gambar (5.1).
Karena percepatan didefinisikan sebagai harga perubahan kecepatan, maka
perubahan dalam arah kecepatan menunjukkan suatu percepatan pula. Dengan
demikian, suatu benda melakukan gerak melingkar beraturan adalah sepercepatan

𝑎
𝑎

𝑣̅
Gambar 2.4
Percepatan didefinisikan sebagai:

∆𝑣 𝑑𝑣
𝑎̅= lim =
∆𝑡→0 ∆𝑡 𝑑𝑡
disini 𝑣̅ merupakan perubahan kecepatan dalam interval waktu singkat ∆𝑡. Dalam
waktu ∆𝑡 partikel dalam Gambar 5.2 a bergerak dari titik A ke B menempuh jarak
∆𝑙 melewati sudut kecil ∆𝑣̅. Perubahan vektor kecepatannya adalah 𝑣̅ − 𝑣̅0 = ∆𝑣̅.
Bila 𝑣̅0 dipindahkan ke ruas kanan, persamaan menjadi 𝑣̅ = 𝑣̅0 + ∆𝑣̅. Di sini ∆𝑣̅
adalah suatu vektor seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 5.2 b. Dalam diagram
ini dapat diartikan bahwa bilamana t sangat kecil (mendekati nol), maka ∆𝑙 dan
∆𝜃 juga sangat kecil, 𝑣̅ hampir sejajar dengan 𝑣̅0 dan ∆𝑣̅ akan menjadi tegak lurus
pada keduanya. Dengan demikian ∆𝑣̅ menuju ke arah pusat lingkaran. Sesuaidengan
definisi percepatan di atas, percepatan 𝑎̅ mempunyai arah yang sama dengan
arah ∆𝑣̅, yaitu menuju ke pusat lingkaran pula. Oleh karena itu percepatan
𝑎̅disebut percepatan sentripetal dan diberi tanda 𝑎̅𝑐 .

19
𝐴 𝑣̅0

∆𝑙
𝑣̅0
𝐵
𝑣̅ ∆𝜃
𝑟

𝑣̅ ∆𝑣
∆𝜃 𝑟

(𝑎) (𝑏)
Gambar 2.5

Arah percepatan yang menuju ke pusat lingkaran diperoleh, maka selanjutnya


dihitung berapa besar percepatan sentripetal ac tersebut.
Pada segitiga ABC dan segitiga yang dibentuk oleh vektor 𝑣̅0 , 𝑣̅ dan ∆𝑣̅
dalam Gambar 5.2. Kedua segitiga tersebut sebangun, maka:
∆𝑣 ∆𝑙 𝑣
.

𝑎𝑡𝑎𝑢 ∆𝑣 ≈ ∆𝑙
𝑣 𝑟 𝑟
Untuk ∆𝑡 0, tali busur AB sama panjang dengan busur ∆𝑙. Besar percepatan
ac didefinisikan sebagai:
∆𝑣 𝑣 ∆𝑙
𝑎 = lim = lim
𝑐
∆𝑡→0 ∆𝑡 ∆𝑡→0 𝑟 ∆𝑡
dan karena
∆𝑙 𝑣2
𝑣 = lim 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑎𝑐 =
∆𝑡→0 ∆
𝑡 𝑟

Suatu benda yang bergerak melingkar beraturan dengan jari-jari r dan laju v
mempunyai percepatan sentripetal ac = v2/r. Besar percepatan ini tergantung pada
jari-jari r. Untuk gerakan satelit yang mengitari bumi percepatan sentripetalnya
adalah percepatan gravitasi bumi 𝑔̅.

Gerak Melingkar Berubah Beraturan


Bila laju benda yang bergerak melingkar berubah, berarti ada percepatan
tangensial 𝑎̅𝑇 , seperti halnya percepatan sentripetal 𝑎̅𝑐 . Percepatan tangensial

20
menghasilkan perubahan kecepatan:
𝑑𝑣
𝑎̅ = (5 − 1)
𝑇
𝑑𝑡

Sedangkan percepatan sentripetal menimbulkan perubahan arah kecepatan dan


besarnya:
𝑣2
𝑎̅𝑐 = (5 − 2)
𝑟

Percepatan tangensial selalu menyinggung lingkaran dan arahnya sejajar dengan


kecepatan bilamana lajunya bertambah Gambar 5.3. Sebaliknya arah 𝑎̅𝑇 akan
berlawanan dengan 𝑣̅ bilamana lajunya berkurang. Dengan demikian 𝑎̅𝑇 dan 𝑎̅𝑐
selalu saling tegak lurus dan arahnya berubah terus menerus sepanjang benda
bergerak melingkar.
Percepatan total benda:
(5 − 3)
𝑎 = 𝑎̅𝑇 + 𝑎̅𝑐
dan besarnya:

𝑎 = √𝑎𝑟2 + 𝑎𝑐2 (5 − 4)

𝑎
. 𝑎̅𝑟
𝑎̅

Gambar 5.3 Gerak Melingkar Berubah Beraturan


Besaran Angular
Perpindahan angular (perpindahan sudut) biasanya dinyatakan dalam radian,
derajat atau putaran.
1 putaran = 3600 = 2𝜋 Rad atau 1 Rad = 57,30
Satu ardian adalah sudut datar pada pusat lingkaran di antara dua buah jari-jari
r yang mencakup busur s sepanjang jari-jari pada keliling lingkaran. Maka:
21
S=r 𝜃
Satu Rad sebagai ukuran sudut merupakan suatu bilangan dan sebenarnya tidak memiliki satuan.
Kecepatan sudut (𝜔) sebuah benda adalah perubahan koordinat sudut, yakni
perpindahan sudut 𝜃, per satuan waktu. Jika 𝜃 berubah dari 𝜃0 menjadi 𝜃𝑡 dalam
waktu t, maka kecepatan sudut rata-rata adalah:
𝜃𝑡−𝜃0 (5 − 6)
𝜔𝑟 =
𝑡

Satuan 𝜔𝑟 adalah Rad/s, 0/s, atau putaran per menit (r p m), yakni satuan sudut
dibagi satuan waktu s, dapat juga:
𝜔 (dalam rad/s) = 2 f (5 − 7)

di sini f adalah frekuensi putaran dinyatakan dalam putaran/detik.

Percepatan sudut (𝖺) benda adalah perubahan sudut benda per satuan waktu.
Jika kecepatan sudut benda berubah beraturan dari harga 𝜔0 menjadi 𝜔𝑡 dalam
waktu t, maka:
𝜔𝑡−𝜔0 𝑑𝜔 (5 − 8)
𝖺= =
𝑡 𝑡
2 2
Satuannya adalah Rad/s atau putaran/s dan seterusnya.
Gaya sentripetal adalah gaya (yang tidak mempunyai gaya reaksi) yang harus
bekerja pada massa m yang bergerak melingkar, agar massa itu mengalami
percepatan sentripetal
𝑎𝑐 = 𝑣2/𝑟. Dari hubungan F = m a diperoleh :
𝑣2
𝐹𝑐 = 𝑚 (5 − 9)
𝑟

22
Hubungan antara Besaran Angular dan Besaran Tangensial

Persamaan Gerak Melingkar Berubah Beraturan adalah analog dengan


persamaan gerak lurus berubah beraturan yakni:
Gerak Lurus Gerak Melingkar
𝑣0 + 𝑣𝑡 𝜔0 + 𝜔𝑡
𝑣𝑟 = 𝜔𝑟 =
2 2
𝑠 = 𝑣𝑡 𝑡 𝜃 = 𝜔𝑟 𝑡
𝑣𝑡 = 𝑣0 + 𝑎𝑡 𝜔𝑡 = 𝜔0+𝖺 𝑡
𝑣𝑡2 = 𝑣02 + 2𝑎𝑠 𝜔𝑡2 = 𝜔02 + 2 𝖺 𝑡
𝑠 = 𝑣0𝑡 + 1/2𝑎𝑡2 𝜃 = 𝜔0𝑡 + 1/2 𝖺 𝑡2

Jika roda dengan jari-jari r berputar pada porosnya, maka suatu titik pada tepi roda
digambarkan dengan menyatakan panjang busur S yang ditempuhnya, kecepatan
tangensial v dan percepatan tangensial 𝑎𝑇 . Besaran-besaran ini berhubungan
dengan besaran-besaran 𝜃, 𝜔 dan 𝖺 yang menggambarkan perputaran roda itu
melalui hubungan-hubungan berikut:
𝑠= 𝑟𝜃 𝑣 =𝜔𝑟 𝑎𝑇 = 𝑟 𝖺
Asal 𝜃, 𝜔 dan 𝖺 dinyatakan dalam Rad., Rad/s dan rad/s2 dengan mudah dapat
dilihat, bahwa sebenarnya adalah panjang tali yang melilit pada tepi roda atau jarak
tempuh roda seandainya roda itu dapat menggelinding tanpa slip. Dalam hal ini v
dan 𝑎𝑇 adalah kecepatan dan percepatan pusat perputaran roda.
5.5. Susunan Roda-roda
1. Sepusat:
(a). Kecepatan sudutnya sama besar (𝜔2 = 𝜔1)
(b). Untuk 𝑅2>𝑅1, maka: 𝑣2>𝑣1 𝑅1 . 𝑅2

2. Bersinggungan
(a). Kecepatan linearnya sama besar (𝑣2 = 𝑣1)
(b). Untuk 𝑅2 >𝑅1, maka 𝜔2 < 𝜔1 .
.𝑅
3. Terhubung dengan rantai (sabuk)
(a). Kecepatan linearnya sama besar (𝑣2 = 𝑣1) 𝑅

. .
23
>𝑅1, maka 𝜔2 < 𝜔1
(b). Untuk 𝑅2

24
2.6 Momen Kelembaman
Sebuah partikel (benda tegar) bermassa m berotasi terhadap suatu titik yang
berjarak r terhadap pusat massa m, maka kelajuan dari benda ini sebesar:
𝑣=𝜔𝑟 (𝑧)

(𝑦)

(𝑥)
Gambar 6.1

25
(6 − 1)
Energi kinetiknya: 𝐸𝑘 = 1 𝑚𝑣2 = 1 𝑚(𝜔2𝑟2)
2 2

Untuk n buah partikel, misalkan 𝑚1, 𝑚2, 𝑚3 … . , 𝑚𝑛 , dengan kecepatan linear


masing-masing 𝑣1, 𝑣2, 𝑣3 … . , 𝑣𝑛, maka persamaan 6-1 di atas menjadi:
𝐸 =1 𝑚 𝑣 + 1 𝑚 𝑣 + ⋯ + 1 𝑚 𝑣 2 = ∑ ( 1𝑚 𝑣 2)
2 2
𝑘 1 1 2 2 𝑛 𝑛 𝑛 𝑛
2 2 2 2
= 1 𝑚 𝜔 2𝑟 2 + 1𝑚 𝜔 2𝑟 2 +⋯+ 1𝑚
𝜔 2𝑟 2

2 1 1 1 2 2 2 2 2 𝑛 𝑛 𝑛

= ∑ 21 (𝑚𝑖𝑟𝑖2) 𝜔2 (6 − 2)

Faktor ∑(𝑚𝑖𝑟𝑖2), adalah penjumlahan dari perkalian antara massa dan kuadrat jari-
jari (jarak terhadap sumbu) yang selanjutnya didefinisikan sebagai momen
kelembaman, ditulis:

𝐼 = ∑(𝑚𝑖𝑟𝑖2) = ∑ 𝑚𝑟2 (6 − 3)

Untuk partikel yang tidak diskrit, tetapi merupakan suatu distribusi massa yang
kontinu, maka bentuk ∑(𝑚𝑖𝑟𝑖2) harus diubah menjadi bentuk integrasi. Misalkan
suatu benda dapat dibagi-bagi menjadi elemen-elemen yang kecil sekali. Masing-
masing mempunyai massa dm dan mempunyai jarak r terhadap suatu sumbu putar,
maka kelembaman dapat dituliskan sebagai:

𝐼 = ∫ 𝑟2𝑑𝑚 (6 − 4)

26
1. Suatu lempeng tipis berbentuk cakram dengan massa M dan jari-jari R akan
dihitung momen kelembaman terhadap sumbu dari pusat lempeng dan tegak
lurus bidang lempeng tersebut.

Misalkan untuk tebal yang tipis, maka massa


sebanding dengan luasnya, sehingga:
𝑅
. 𝑑𝑟
𝑑𝐿 = 2𝜋 𝑑𝑟>>>𝑑𝑉 = ℎ 𝑑𝐿 = 2𝜋 ℎ 𝑑𝑟
Dari persamaan: 𝜌 = (𝑀/𝑉)>>>𝑀 = (𝜌 𝑉)
𝑑𝑀 = 𝜌 𝑑𝑉 = 𝜌ℎ𝑑𝐿 = 𝜌ℎ(2𝜋 𝑑𝑟)

ℎ = tebal cakram
𝑅 𝑅
Momen kelembaman:𝐼 = ∫ 𝑟2𝑑𝑀 = ∫ 𝑟2𝜌ℎ(2𝜋𝑟𝑑𝑟) = 2𝜋𝜌ℎ ∫ 𝑟2𝑑𝑟 =
0 0
𝑅
2𝜋𝜌ℎ(1 𝑟4)] = (𝜋ℎ𝑅4/2)(𝑀/𝑉) = 1/2𝑀𝑅2
4 0

Jadi momen kelembaman lempeng cakram : 1/2𝑀𝑅2

Teori Sumbu Sejajar


Suatu lempeng tipis berotasi dalam bidangnya sendiri (bidang xy), sekitar titik O.
Tiap titik bergerak dalam lingkarannya masing-masing dengan kelajuan:
𝑣𝑖 = 𝜔𝑟𝑖

(𝑧)

Gambar 6.2
Dari gambar dapat dituliskan:
𝑟𝑖 = 𝑟𝑐 + 𝑟𝑖′
Dan dari bentuk ini dapat diperoleh bentuk umum sebagai berikut:
𝐼𝑧 = ICM + mrC2 (6 − 5)

Teori Sumbu Sejajar secara umum.

27
Momen kelembaman terhadap suatu sumbu yang sembarang adalah sama dengan
kelembaman terhadap suatu sumbu yang sejajar melalui pusat massa, ditambah
dengan massa benda dikalikan dengan kuadrat jarak antara kedua sumbu tersebut,
dituliskan sebagai berikut:
𝐼 = IC + mh2 (6 − 6)

Dimana h : jarak antara kedua sumbu.

Dari persamaan (2) di atas, yaitu 𝐸𝑘 = ∑ 1/2(𝑚𝑖𝑟𝑖2)𝜔2 merupakan bentuk dari


energi kinetik dari benda yang mengalami gerak rotasi, dengan bentuk ∑(𝑚𝑖𝑟𝑖2)
adalah momen kelembaman dari benda. Secara umum untuk benda tegar yang
mengalami rotasi mempunyai energi kinetik sebesar:
𝐸𝑘 = 1/2𝐼𝜔2 (6 − 7)

Teori Sumbu Tegak Lurus


Momen kelembaman untuk suatu lapis bidang tegar terhadap suatu sumbu yang
normal pada bidang itu adalah sama dengan jumlah dari momen kelembaman
terhadap dua sumbu sembarang yang tegak lurus satu sama lain dan terletak pada
bidang itu, dua garis ini berpotongan pada sumbu normal, dituliskan:
I = IX + Iy
dimana: IX = ∑ 𝑚𝑖𝑦𝑖2 dan Iy = ∑ 𝑚𝑖𝑥𝑖2

IX + Iy = ∑ 𝑚𝑖𝑦𝑖2 + ∑ 𝑚𝑖𝑥𝑖2 = ∑ 𝑚𝑖(𝑦𝑖2 + 𝑥𝑖2) = ∑ 𝑚𝑖𝑟𝑖2

Contoh soal:
1). Akan dihitung momen kelembaman tongkat tipis dengan panjang 𝑙 dan massa
𝑚 terhadap sumbu yang melalui pusat massanya.
Penyelesaian:
Dari gambar berikut:
I = (1/3)ml2
ℎ = 1/2 Dari teori sumbu sejajar : I = Ic + mh2
Ic = I – mh2 = (1/3)ml2 – m(l/2)2 = (1/12) ml2
𝐼 Ic Jadi : Ic = (1/12)ml2
𝑙

28
2). Akan dihitung momen kelembaman dari kulit silinder tipis terhadap sumbu
sembarang, yaitu terhadap garis singgung tepi silinder (lihat gambar).
Penyelesaian: (𝑧)

𝑦
Ih 𝑥 ICM

Iz = mR2 dengan Iz = Ix + Iy dan Ix = Iy


Ix = Iy = ½ Iz = ½ mR2
Untuk momen kelembaman terhadap garis singgung:
Ih = ICM + mR2 = Ix + mR2 = 1/2 mR2 + mR2 = 3/2 mR2

Momen kelembaman beberapa bentuk benda tegar:

Gambar 2.4 Momen inersia benda tegar


(https://fismy.blogspot.com/2016/12/dinamika-rotasi.html)

29
Gaya-gaya yang bekerja pada suatu benda cenderung menyebabkan perubahan
dimensi atau bentuk benda dan akan mempengaruhi gerak benda itu. Gerak suatu
benda dapat dianggap terdiri dari gerak benda itu secara menyeluruh, yaitu gerak
translasi serta gerak rotasi, jika ada. Pada umumnya satu gaya saja yang bekerja
pada benda mengakibatkan perubahan baik pada gerak translasinya maupun pada
gerak rotasinya. Tetapi bila yang bekerja itu beberapa gaya sekaligus, mungkin
akibatnya saling meniadakan, sehingga tidak menghasilkan perubahan pada gerak
translasi maupun pada gerak rotasi. Jika demikian, maka dikatakan benda itu dalam
keadaan setimbang, yang berarti bahwa:

(1) Benda itu sebagai satu keseluruhan tetap diam, atau bergerak menurut garis
lurus dengan kecepatan konstan, dan
(2) Benda itu tidak berotasi sama sekali, atau berotasi dengan kecepatan
konstan.

Kesetimbangan Translasi
Syarat: jika jumlah vektor gaya-gaya luar yang bekerja pada benda = nol (gaya-
gaya luar yang bekerja tidak memberi percepatan pada benda tersebut)
Dituliskan: ∑ 𝐹 = 0, atau jika dinyatakan dalam komponen bidang xy
∑ 𝐹𝑥 = 0 dan ∑ 𝐹𝑦 = 0
Kesetimbangan Rotasi
Syarat: jika vektor gaya-gaya luar yang bekerja pada benda = nol (gaya –gaya luar
yang bekerja tidak memberikan percepatan pada benda tersebut)
Dituliskan: ∑ 𝐹 = 0, atau jika dinyatakan dalam komponen bidang xy
∑ 𝐹𝑥 = 0 dan ∑ 𝐹𝑦 = 0
Torsi (momen gaya)
Bila suatu gaya luar bekerja pada benda tegar dan menyebabkan rotasi dari benda
tersebut disekitar suatu sumbu, atau menghasilkan suatu percepatan rotasi terhadap
sumbu tersebut. Besaran sebagai ukuran akibat dari rotasi yang disebabkan oleh
gaya tersebut, dinamakan torsi (momen gaya).

30
sumbu

𝑇𝑜𝑟𝑠𝑖 = 𝑟 = 𝐹. 𝑑

31
Gambar 2.7
Syarat kesetimbangan rotasi:

𝑎). ∑ 𝐹𝑥 = 0 dan 𝑏). ∑ 𝐹𝑦 = 0


𝑐). ∑ 𝑟 = 0dimana: 𝑟 =𝑟𝑥𝐹

2.8 Momentum dan Tumbukan


Pada Bagian Usaha dan Energi telah dijabarkan persamaan berikut:
𝐹. 𝑡 = m v − mv0
dimana:
Ruas kiri merupakan impuls gaya yang merupakan gaya dikali waktu selama gaya
bekerja dan ruas kanan merupakan perubahan momentum yakni momentum awal
(mv0) dikurangi dengan momentum akhir.
Hukum Kekekalan Momentum
Bila pada suatu sistem tidak ada gaya luar yang bekerja, maka momentum total
dari sistem akan kekal. Hal ini dikenal dengan Hukum Kekekalan Momentum
.Contoh :
1). Orang yang menembak peluru dari senapan, akan terasa bahwa senapan
terdorong ke arah belakang.
2). Roket yang bergerak maju, akibat roket mendorong ke belakang (gas akan
mendorong ke arah belakang)
3). Peristiwa tumbukan.
Tumbukan
Tumbukan : Jika dua benda salah satu atau keduanya sedang bergerak, jika
suatu saat kedua benda saling bersinggungan maka akibat reaksi gaya tekan pada
titik singgung kedua benda akan terjadi gaya tolak-menolak. Peristiwa ini
dinamakan tumbukan. Dimana pada semua jenis tumbukan selalu berlaku Hukum
kekekalan momentum.
Dalam tumbukan didefinisikan istilah koefisien restitusi (e) dari dua benda
yang bertumbukan, yaitu harga negatif perbandingan antara beda kecepatan
sesudah tumbukan dengan kecepatan sebelum tumbukan, dituliskan:
𝑒 = −(𝑣2′ − 𝑣1′)/(𝑣2 − 𝑣1)
Nilai koefisien restitusi terletak antara nol dan satu (0 ≤ 𝑒 ≤ 1).
Tumbukan ada 3 macam yaitu: tumbukan lenting sempurna, tumbukan tidak lenting
32
sama sekali, tumbukan lenting sebagian.
Tumbukan lenting sempurna
a). Pada tumbukan ini berlaku hukum kekekalan energi kinetik, yaitu jumlah
energi kinetik sebelum dan sesudah tumbukan dituliskan:
𝐸𝑘1 + 𝐸𝑘2 = 𝐸𝑘1′ − 𝐸𝑘2′
b). Nilai koefisien restitusi tumbukan (e) = 1
Tumbukan tidak lenting sama sekali
a). Tidak berlaku hukum kekekalan energi kinetik.
b). Nilai koefisien restitusi tumbukan (e) = 0
c). Sesudah tumbukan kedua benda menjadi satu, dan bergerak bersama –
sama.
d). Dari hukum kekekalan momentum, diperoleh persamaan:
𝑚𝑣1 + 𝑚𝑣2 = (𝑚1 + 𝑚2)𝑣′
Tumbukan lenting sebagian
a). Tidak berlaku hukum kekekalan energi kinetik.
Energi kinetik benda sebelum tumbukan lebih besar dari
pada energi kinetiksesudah tumbukan.
b). Nilai koefisien restitusi tumbukan, 0 < e < 0

2.8 Mekanika Kuantum

Mekanika kuantum sudah lama dikenal sebagai “ilmu dasar” bagi


penelaahan gejala dan sifat berbagai sistem mikroskopik. Perkembangan
mekanika kuantum berakar dari konsep dasar teori kuantum yang meliputi
dugaan-dugaan sementara baik secara diskrit maupun ketidakteraturan. Teori
mekanika kuantum khususnya tentang orbital kuantum merupakan ilmu
dasar yang digunakan untuk menjelaskan sifat- sifat material secara
mikroskopik (Tija dan Sutjahja, 2012).
Mekanika kuantum merupakan cabang fisika yang menjelaskan perilaku
materi serta interaksinya dengan energi pada skala atom dan partikel
subatomik. Dalam Mekanika kuantum, perilaku dari partikel dapat
direperesentasikan dalam bentuk fungsi gelombang yang diperoleh dari
penyelesaian persamaan Schrodinger (Suparmi, 2011).
A. Sejarah awal
33
Setiap memasuki pemahaman dunia atom, ilmuan mengalami kesulitan
yang luar biasa.Teori-teori mapan tidak berdaya, bahasa yang digunakan
mengalami kebuntuan, bahkanimajinasi terhadap dunia atom dipengaruhi
pandangan emosional. Pengalaman ini dilukiskan Heisenberg: “Saya ingat
pembicaraan saya dengan Bohr yang berlangsung selama berjam-jam hingga
larut malam dan mengakhirinya dengan putus asa; dan ketika perbincangan
itu berakhir saya berjalan-jalan sendirian di taman terdekat dan mengulangi
pertanyaan pada diri saya sendiri berkali-kali: Mungkinkah alam itu absurd
sebagaimana yang tampak pada kita dalam eksperimen- eksperimen atom
ini?” (Fritjof Capra, 2000:86).
Situasi psikologis Heisenberg, pada akhirnya merupakan salah satu kata
kunci dalam perkembangan revolusioner dunia atom. Benda/materi yang
diamati tidak terlepas dari pengalaman pengamat, benda/materi bukan lagi
sebagai objek penderita yang dapatdiotak-atik sesuai keinginan pengamat.
Lebih jauhnya, benda/materi sendiri yang berbicara dan mempunyai
keinginan sesuai fungsi dan kedudukannya dalam suatufenomena. Absurditas
subatom terlihat ketika dipandang sebagai benda/materi tidak memadai lagi,
subatom bukan „benda‟. Tetapi, merupakan kesalinghubungan dalam
membentuk jaringan dinamis yang terpola. Sub-subatom merupakan jaring-
jaring pembentuk dasar materi yang merubah pandangan manusia selama ini
yang memandangsub atom sebagai blok-blok bangunan dasar pembentuk
materi.
Meminjam istilah Kuhn, mekanika kuantum merupakan paradigma sains
revolusioner pada awal abad 20. Lahirnya mekanika kuantum, tidak terlepas
dari perkembangan- perkembangan teori, terutama teori atom. Mekanika
kuantum, bukan untuk menghapusteori dan hukum sebelumnya. Mekanika
kuantum tidak lebih untuk merevisi danmenambal pandangan manusia
terhadap dunia, terutama dunia mikrokosmik. Bisa jadi,sebenarnya hukum-
hukum yang berlaku bagi dunia [ sunnatullah ] telah tersedia dan berlaku bagi

34
setiap fenomena alam, tetapi pengalaman manusialah yang terbatas.
Olehsebab itu, sampai di sini kita harus sadar dan meyakini bahwa sifat sains
itu sangattentatif.
Mengapa teori kuantum merupakan babak baru cara memandang
alam? VladimirHorowitz pernah mengatakan bahwa mozart terlalu mudah
untuk pemula, tetapi terlalu sulit untuk para ahli . Hal yang sama juga berlaku
untuk teori kuantum. Secara sederhanateori kuantum menyatakan bahwa
partikel pada tingkat sub atomik tidak tunduk padahukum fisika klasik. Entitas
seperti elektron dapat berwujud [exist] sebagai dua bendaberbeda secara
simultan — materi atau energi, tergantung pada cara pengukurannya (Paul
Strathern, 2002:viii).
Kerangka mendasar melakukan penalaran dalam sains adalah berpikir
dengan metoda induksi. Apabila melakukan penalaran dengan metoda ini,
maka pengamatan terhadap wajah alam fisik dilakukan melalui premis-premis
yang khusustentang materi-materi kecil [mikro] bahan alam fisik yang kasat
mata. Hukum-hukumsains klasik yang telah terpancang lama, ternyata terlihat
kelemahannya ketika berhadapan dengan fenomena mikrokosmik.
Gary Zukaf (2003:22) memberikan pengertian secara etimologis dari
mekanika kuantum. „Kuantum‟ merupakan ukuran kuantitas sesuatu,
besarnya tertentu. „Mekanika‟ adalah kajian atau ilmu tentang gerak. Jadi,
mekanika kuantum adalah kajian atau ilmu tentanggerak kuantum. Teori
kuantum mengatakan bahwa alam semesta terdiri atas bagian- bagian yang
sangat kecil yang disebut kuanta [ quanta , bentuk jamak dari quantum ],
danmekanika kuantum adalah kajian atau ilmu yang mempelajari fenomena
ini.
B. Perkembangan Mekanika Kuantum
Pada tahun 1905, Albert Einstein berhasil menjelaskan efek foto listrik
dengan didasarioleh pendapat Planck lima tahun sebelumnya dengan
mempostulatkan bahwa cahayaatau lebih khususnya radiasi

35
elektromagenetik dapat dibagi dalam paket-paket tertentuyang disebut
kuanta dan berada dalam ruang. Energi berhasil menjelaskan bahwa untuk
membuat electron terpancar dari permukaan logam diperlukan cahaya yang
menumbuk. Cahaya tersebut harus memiliki frekuensi melebih frekuensi
ambang dari logam tersebut. Efek foto listrik ini tidak bergantung pada
intensitas cahaya yang ditembakan seperti pandangan mekanika klasik tetapi
hanya bergantung pada frekuensinya saja. Walaupuncahaya lemah
ditembakan tetapi memiliki frekuensi yang melebihi frekuensi ambang
ternyata ada electron yang dipancarkan.
Pernyataan Einstein bahwa cahaya teradiasikan dalam bentuk paket-paket
energi yangkemudian disebut kuanta dinyatakan dalam jurnal kuantum yang
berjudul "On a heuristicviewpoint concerning the emission and
transformation of light" pada bulan Maret 1905.Pernyataan tersebut disebut-
sebut sebagai pernyataan yang paling revolusioner yangditulis oleh fisikawan
pada abad ke-20.
Paket-paket energi yang pada masa itu disebut dengan kuanta kemudian
disebut olehfoton, sebuah istilah yang dikemukakan oleh Gilbert & Lewis pada
tahun 1926. Ide bahwa tiap foton harus terdiri dari energi dalam bentuk
kuanta merupakan sebuahkemajuan. Hal tersebut dengan efektif merubah
paradigma ilmuwan fisika pada saat ituyang sebelumnya menjelaskan teori
gelombang. Ide tersebut telah mampu menjelaskan banyak gejala fisika pada
waktu itu.

C. Eksperimen-Eksperimen Yang Mendasari Perkembangan Mekanika Kuantum


Berikut ini adalah eksperimen – eksperimen yang mendasari perkembangan
mekanikakuantum:
1) Thomas Young dengan eksperimen celah ganda mendemonstrasikan sifat
gelombangcahaya pada tahun 1805,
2) Henri Becquerel menemukan radioaktivitas pada tahun 1896,

36
3) J.J. Thompson dengan eksperimen sinar katoda menemuka electron pada
tahun 1897,
4) Studi radiasi benda hitam antara 1850 sampai 1900 yang dijelaskan
tanpamenggunakan konsep mekanika kuantum,
5) Einstein menjelaskan efek foto listrik pada tahun 1905 dengan
menggunakan konsepfoton dan partikel cahaya dengan energi
terkuantisasi,
6) Robert Milikan menunjukan bahwa arus listrik bersifat seperti kuanta
denganmenggunakan eksperimen tetes minyak pada tahun 1909,
7) Ernest Rutherford mengungkapkan model atom pudding yaitu massa dan
muatan postif dari atom terdistribusi merata dengan percobaan
lempengan emas pada tahun1911,
8) Otti Stern dan Walther Gerlach mendemonstrasikan sifat
terkuantisasinya spin partikel yang dikenal dengan eksperimen Stern-
Gerlach pada tahun 1920,
9) Clinton Davisson dan Lester Germer mendemondtrasikan sifat
gelombang darielectron melalui percobaan difraksi electron pada tahun
1927,
10) Clyde L. Cowan dan Frederick Reines menjelaskan keberadaan neutrino
pada tahun1955,

D. Tokoh-Tokoh Mekanika Kuantum


1) Max Planck
2) Albert Einstein (14 Maret 1879 – 18 April 1955)
3) Niels Bohr
4) Louis de Broglie
5) Werner Karl Heisenberg (1925)
6) Erwin Schrodinger (1887-1961)
7) Paul Dirac
E. Bukti dari Mekanika Kuantum

37
Mekanika kuantum sangat berguna untuk menjelaskan perilakuatomdan
partikelsubatomikseperti proton, neutrondanelektronyang tidak mematuhi
hukum-hukumfisika klasik. Atom biasanya digambarkan sebagai sebuah
sistem di mana elektron(yang bermuatan listrik negatif) beredar seputarnukleus
atom(yang bermuatan listrik positif). Menurut mekanika kuantum, ketika
sebuah elektron berpindah dari tingkatenergi yang lebih tinggi (misalnya dari
n=2 atau kulit atom ke-2 ) ke tingkat energiyang lebih rendah (misalnya n=1
atau kulit atom tingkat ke-1), energi berupa sebuah partikel cahaya yang
disebutfoton, dilepaskan. Energi yang dilepaskan dapatdirumuskan sebagai
berikut:

E=Hf
E= Enenrgi (j)
H= adalah tetapan planc, h=6.63x10−34 (Js)
F= adalah Frekuansi dari cahaya (Hz)

Dalam spektrometer massa, telah dibuktikan bahwa garis-garisspektrumdari


atomyang di-ionisasitidak kontinyu, hanya pada frekuensi/panjang gelombang
tertentugaris-garis spektrum dapat dilihat. Ini adalah salah satu bukti dari teori
mekanikakuantum.
F. Kesulitan mempelajari Mekanika
Fisika kuantum merupakan bagian dari fisika modern yang mempelajari
partikel pada level konstanta planck (Planck Order) yang saat ini merupakan
ilmu yang sangat penting untuk kemajuan teknologi secara khusus
semikonduktor dan nanoteknologi. Bahkan dapat dikatakan tidak ada teknologi
tanpa mekanika kuantum.
Dikalangan mahasiswa (studentsof university) fisika kuantum merupakan
ilmu dan pembelajaran yang sangat sulit, tetapi setiap mahasiswa harus
melewati mata kuliah ini karena fisika kuantum telah menjadi mata kuliah
dasar keahlian. Dianggap sulit karena ilmu fisika kuantum merupakan ilmu
yang kompleks ( memerlukan pemahaman disiplin ilmu lain ) dan kontra-

38
intuitif sehingga dalam mempelajari fisika kuantum, mahasiswa dituntut untuk
lebih profesional dalam hal pembelajarannya. Mahasiswa membutuhkan lebih
banyak waktu dan refleksi untuk menyerap ide – ide dasar dari fisika kuantum
(Johnston, 2006 ).
Kebanyakan mahasiswa yang mempelajari fisika kuantum banyak
menemukan hal abstrak dan sulit. Hal ini karena mekanika merupakan ilmu
yang kompleks dan pembelajaran dari dosen juga tidak banyak berubah sejak
tahun - tahun awal mekanika kuantum dibangun, sehingga dosen harus
menyelidiki cara – cara pembelajaran yang mungkin lebih efektif dan efisien
agar ide – ide dapat sampai kepada mahasiswa.
Ada dua kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa dalam mempelajari
mekanika kuantum. Pertama adalah formalisme matematika dan yang kedua
adalah bagaimana interpretasi yang dihasilkan. Formalisme matematika yang
dimaksud disini adalah berupa deret fourier,persamaan differensial,fungsi
kompleks serta ruang hilbert.Interpretasi konseptual yang dibutuhkan dapat
berupa fungsi gelombang,interpretasi Max Born, prinsip ketidakpastian
Heisenberg serta persamaan Schrodinger sebagai persamaan pokok mekanika
kuantum. Tuntutan tinggi dari kesulitan ini harus dihadapi baik mahasiswa
maupun dosen yang mengajarkannya sehingga tafsiran kuantum dapat
dipahami ( Muller, 1998 ).
Kesulitan dalam pembelajaran mekanika kuantum telah banyak diteliti oleh
peneliti. Kebanyakan mahasiswa merasa terkejut dengan perubahan yang besar
dari mekanika klasik ke mekanika kuantum. Perubahan ini dapat dimengerti
seperti formalisme matematis yang sangat sulit dan adanya kontraintuitif.
Ketidaksiapan perubahan ini membawa dampak beban yang berat dan juga
mengakibatkan kesalahan konsep ( incorrect conceptual ) serta menghambat
pertumbuhan pemahaman mahasiswa (Jones, 1991).

39
40
41
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M (2016): Fisika Dasar 1. Hal. 87-117, Penerbit Institute Teknologi


Bandung.

Cholis, B., Yuniarti, H. (2008). Fisika Dasar 1 Bagian Mekanika. hal. 47-51,
Universitas Trisakti.

Dalimunnthe Yuraida (2018). Fisika Mekanika. Kinematika. Hal. 9-15,

Fakutas Teknik Universitas Trisakti

Yahdi, M. (1996). Pengantar Fisika Mekanika, hal. 91-94, Penerbit Universitas


Gunadarma.

Zemansky, S. (1985): Fisika untuk Universitas 1 Mekanika. Panas. Bunyi. hal. 35-
50, Penerbit Binacipta, Jakarta.

https://idschool.net/sma/rumus-gerak-parabola-dan-keterangannya/

https://fismy.blogspot.com/2016/12/dinamika-rotasi.html

42

Anda mungkin juga menyukai