Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

MODULUS PUNTIR

DISUSUN OLEH
NAMA : DEWI SRI WAHYUNI (09120200066)
WAHYU ILHAM (09120200067)
M.RIAS RAHMAN (09120200068)
RAHMAT ANTO (09120200069)
A.M.FAUZI HAMID (09120200070)

KELOMPOK/FREK : 2B/2
FAKULTAS/JURUSAN : TEKNOLOGI INDUSTRI/
TEKNIK INDUSTRI

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2021
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Modulus puntir sama saja seperti modulus geser dan hanya terjadi pada zat
padat. Modulus puntir terjadi karena adanya perputaran pada salah satu ujung
benda-benda yang dilakukan dengan cara dijepit. Perputaran itu terjadi karena
torsi (momen puntir). Momen puntir merupakan penyebab perubahan gerakan
putar yang mempercepat atau memperlambat gerak putar suatu benda. Besarnya
gaya untuk menghasilkan tegangan dan regangan tiap-tiap benda pada umumnya
berbeda, tergantung pada jenis dan sifat benda. Benda memiliki kemampuan
terhadap gaya untuk menggeser suatu bidang kerja. Dengan kemampuannya
tersebut harus diperhitungkan suatu tetapan geser dari benda tersebut.
Di dalam kehidupan kita sehari-hari banyak sekali peristiwa yang sering kita
jumpai mengenai konsep modulus puntir ini, namun hal tersebut tidak kita sadari.
Contohnya seperti komedi putar, sepatu roda, bola atau silinder berputar ketika
menggelinding. Meskipun kita sering menjumpai peristiwa tersebut, akan tetapi
kita tidak tahu beberapa banyaknya modulus puntir atau modulus gesek dari
benda-benda yang bergerak atau berputar tersebut. Selain berhubungan dengan
gravitasi, modulus geser atau modulus puntir pun berkaitan dengan adanya gerak
jatuh bebas dan gerak vertikal ke atas. Gerak jatuh bebas mempengaruhi massa
dari benda juga oleh gravitasi, Sedangkan kecepatan sama dengan nol.
Puntiran adalah suatu perlakuan terhadap material yang diberikan torsi yang
tegak lurus terhadap diameter material tersebut pada kedua ujungnya secara
berlawanan. Gerak vertikal keatas berlawanan dengan gaya gravitasi suatu benda
dalam hal ini arahnya yang membedakan. Gerak vertikal keatas menunjukan gaya
normal,yaitu gaya yang berlawanan dengan arah gravitasi. Besarnya suatu gaya
normal sangat bergantung dengan besarnya gaya gravitasi yang terjadi pada suatu
Benda yang mengalami peristiwa puntir yang terjadi pada bahan getas terlihat
pada arahan kekuatan tarik yaitu 45°C terhadap sumber puntiran (Tim penyusun,
2017).

MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

1.2 Tujuan Percobaan


1.2.1 Tujuan Instruksi Umum ( TIU )
1. Kami dapat memahami peristiwa puntiran pada batang akibat momen

puntir
2. Kami dapat menetapkan konsep dari azas-azas fisika tentang momen
puntir
1.2.2 Tujuan Instruksi Khusus ( TIK )
1 .Kami dapat mengamati sudut puntir pada batang akibat dari pengaruh
puntir

2. Kami dapat menentukan shear modulus dari berbagai jenis logam.

3. Kami dapat menggambarkan grafik hubungan antara sudut puntir(ϴ)


dengan panjang (L)

MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Modulus Puntir

Modulus puntir merupakan materi yang asing di kalangan pelajar,


merek lebih akrab dengan materi modulus Young. Ini dikarenakan sulitnya
seorang guru menjelaskan fenomena dan eksperimen yang pasti tentang materi
ini. Percobaan sederhana penentuan modulus puntir batang besi telah dilakukan
dengan menggunakan metode pelengkungan. Metode yang digunakan adalah
dengan analisis regresi linier tanpa bobot hubungan antara sudut puntir dengan
massa beban tambahan, dan pengambilan data untuk penentuan nilai modulus
puntir batang besi dilakukan dengan variasi massa beban. Setiap variasi massa,
sudut yang terbentuk diukur menggunakan busur derajat sebanyak 7 kali.
Koefisien modulus puntir dapat dihitung dari gradien garis hasil regresi antara
sudut puntir dengan massa beban tambahan. Setelah dilakukan regresi dari 7 data
eksperimen, diperoleh nilai koefisien modulus puntir batang besi sebesar
G=(0,055 ± 0,007) × 1012Pa, nilai ini tidak jauh berbeda dengan perkiraan nilai
modulus puntir pada bahan-bahan yang sejenis lainnya (Firdaus,T,2016).
Modulus geser disebut juga modulus puntir, dan hanya terjadi pada zat
padat. Modulus puntir adalah cara untuk mengetahui benda-benda gaya-gaya apa
saja yang mempengaruhi benda-benda tersebut yang bisa berputar. Modulus
puntir dapat diartikan secara teoritis, yaitu adalah hubungan besaran tegangan
tarik dan regangan tarik, atau lebih jelasnya adalah perbandingan antara tegangan
geser regangan geser. Gaya yang terjadi harus di imbangi oleh gaya penentang
pada bagian dalam bahan benda. Puntiran adalah suatu perlakuan terhadap
material yang di berikan torsi yang tegak lurus terhadap diameter material pada
kedua ujungnya secara berlawanan.dengan derajat lebih kecil,sifat seperti
kekerasan, ketangguhan dan kelihatan menetap pemilihan bahan sifat.
Kekuatan bahan bukanlah kriteria satu-satunya yang harus diperhitungkan
dalam perencanaan struktur. Kekakuan bahan selalu sama pentingnya. Dengan
derajat lebih kecil, sifat seperti kekerasan, ketangguhan, dan keliatan menetapkan
MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

pemilihan bahan sifat ini ditetapkan dengan membuat pengujian bahan dan
membandingkan hasilnya dengan standar yang telah ada (Mulya R, 2010).

Dalam bahasa fisisnya, modulus puntir adalah gaya yang diberikan


persatuan luas penampang dengan luas yang sejajar dengan vektor gaya yang di
terapkan. Bentuk persamaannya adalah :

................................................................................................................. (3.2.1)

Dimana : ∆L= pertambahan panjang (m), LO = panjang mula mula (m), A =


luas permukaan (m2), F = Gaya (N), G = modulus puntir.
Secara umum puntiran terjadi bila balok dan kolom mengalami perputaran
terhadap sumbunya. Perputaran demikian dapat diakibatkan oleh beban dengan
titik kerja yang tidak terletak pada sumbu simetris. Bila balokmengalami
puntiran, maka bahan lapisan–lapisan pada penampang balok cenderung bergeser
satu dengan yang lain, karena kohesi maka bahan akan melawan pergeseran
tersebut sehingga timbullah tegangan puntir pada balok.
Kekuatan bahan bukanlah kriteria satu-satunya yang harus diperhitungkan
dalam perencanaan struktur. Kekakuan bahan selalu sama pentingnya dengan
derajat lebih kecil, sifat seperti kekerasan, ketangguhan, dan keliatan
menetapkan pemilihan bahan sifat ini ditetapkan dengan membuat pengujian
bahan dan membandingkan hasilnya dengan standar yang telah ada. Perubahan
bentuk benda yang terjadi pada keadaan tegang disebut regangan. Ada dua
macam regangan,bahan dapat membesar atau mengecil dan menghasilkan
regangan normal atau lapisan-lapisan bahan dapat bergeser yang satu terhadap
yang lain dan menghasilkan regangan geser.
Untuk batang dalam keadaan tarik atau komprensi sederhana, akibat yang
paling jelas terlihat adalah perubahan panjang batang, yaitu regangan normal.
Intensitas regangan (biasanya disebut regangan saja) untuk regangan normal,
didefinisikan sebagai perbandingan perubahan ukuran terhadap ukuran semula.
Salah satu hal yang berpengaruh pada percobaan ini adalah gravitasi, karena
berkaitan dengan berat (massa), lalu hukum yang menyatakan gaya tarik benda
MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

atau gaya tarik menarik benda berbanding lurus dengan dua massa tersebut serta
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara pusat dengan kedua benda
tersebut.
Selain berhubungan dengan gravitasi, modulus geser atau modulus
puntirpun berkaitan dengan adanya gerak jatuh bebas dan gerak vertikal ke atas.
Gerak jatuh bebas mempengaruhi massa m dari benda juga oleh gravitasi,
sedangkan kecepatan sama dengan nol.
Gaya luar (eksternal) yang diberikan pada suatu benda harus diimbangi oleh
gaya penentang yang ada di dalam bahan. Bahan yang mempunyai gaya internal
tadi dikatakan berada dalam keadaan tegang. Untuk lebih mengerti hakekat gaya
internal ini, marilah kita perhatikan apa yang terjadi bila suatu benda diberi
beban. Mula-mula harus ditegaskan bahwa dalam praktek, semua beban bekerja
sedikit demi sedikit. Proses pembebanan ini dapat diselesaikan dalam selang
waktu yang sangat singkat, namun tak akan pernah sesaat.
Gaya-gaya di dalam benda mengadakan reaksi yang sama dan berlawanan,
sehingga keadaan setimbang tercapai. Bahan sekarang dalam keadaan tegang dan
terenggang. Dapat dilihat nanti bahwa kedua keadaan ini pasti berhubungan,
tegangan dalam bahan harus didampingi regangan dan sebaliknya. Untuk
menyederhanakan perhitungan, seringkali lebih mudah bila diperhatikan benda
tegar, namun ini hanya merupakan suatu konsep karena ada bahan yang tegar
sempurna, dan tidak ada benda nyata yang dapat menahan beban, tanpa
sebelumnya mengalami perubahan bentuk.
Bila benda berbeban yang disebutkan diatas dibagi menjadi dua oleh suatu
bidang khayal, maka tiap bagian harus berada dalam keadaan setimbang karena
pengaruh gaya luar yang bekerja padanya dan gaya-gaya internal (yaitu gaya
antar molekul) yang bekerja pada bidang khayal ini. Intensitas tegangan (untuk
mudahnya biasanya disebut tegangan) di suatu titik pada bidang, didefinisikan
sebagai gaya internal per satuan luas.
Tegangan didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya terhadap luas
penampang daerah yang dikenai gaya tersebut (Van Vlack, 1991).
Dalam satuan international stress memiliki lambang S dan satuan N/m2.
MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Gaya yang bekerja pada benda menyebabkan terjadinya perubahan ukuran


benda. Pengaruh vector gaya terhadap sumbu x menghasilkan besaran tensile
stress dengan lambing σx. Index x menyatakan arah vector gaya. pengaruh gaya
terhadap sumbu y dan z menghasilkan momen yang di sebut besaran sheartstre.
Regangan didefinisikan sebagai perbandingan perubahan panjang benda
terhadap panjang mula- mula akibat suatu gaya dengan arah sejajar perubahan
panjang tersebut (Van Vlack,1991).
Dalam satuan internasional, strain memiliki lambang dengan satuan
mm/mm atau %. Berkenaan dengan modulus puntir, maka pembahasan diawali
dengan adanya torsi. Torsi adalah suatu pemuntiran sebuah batang yang
diakibatkan oleh kopel-kopel yang menghasilkan perputaran sumbu
longitudinalnya. Kopel-kopel yang menghasilkan pemuntiran sebuah batang
disebut momen putar atau momen puntir. Tegangan puntir disebabkan oleh
momen puntir yang bekerja pada penampang batang. Dalam menganalisa
tegangan puntir, momentorsi yang biasanya dinyatakan dalam vektor rotasi
diubah menjadi vektor translasi dengan menggunakan aturan tangan kanan.
Benda padat yang dikenai gaya akan mengalami perubahan ukuran. Jika
gayanya berupa gaya tarik maka benda akan memanjang, sebaliknya jika
gayanya adalah gaya tekan, maka benda akan memendek. Hal ini terjadi jika
ukuran panjangnya jauh lebih besar dari lebarnya. Sementara jika ukuran panjang
dan lebar suatu benda hampir sama maka akibat adanya gaya akan
mengakibatkan terjadinya regangan geser (Callister,1991).

Gambar 3.2.1 Poros yang mengalami Puntiran

Untuk mencari hubungan antara momen puntir dalam dengan maupun

MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

tegangan pada penampang batang bulat,perlu dibuatkan asumsi :


a. Potongan norman tetap di bidang datar sebelum maupun sesudah puntiran.
b. regangan geser berbanding lurus terhadap sumbu pusat.
c. Potongan normal tetap berbentuk bulat selama puntiran
d. Batang di bebani momen punter dalam bidang tegak lurus sumbu btang
e. Tegangan punter tidak melebihi batas proporsional
f. Tegangan geser berubah sebanding dengan regangan linear
Specimen yang di gunakan pada penguji puntir adalah batang dengan

penampang lingkaran karena bentuk penampang ini sederhana sehingga mudah


diukur. Specimen tersebut hanya dikenai beban puntiran pada salah satu
ujungnya karena dua pembebanan akan memberikan ketidak konstanan sudut
punter yang diperoleh dari pengukuran.
Modulus ini hampir konstan untuk tegangan kecil, yang menunjukkan
bahwa regangan berubah secara linier terhadap tegangan, yang disebut juga
sebagai Hukum Hooke untuk tegangan torsional. Untuk kebanyakan bahan
modulus puntir ini besarnya antara setengah hingga sepertiga dari modulus
Young (Sears-Zemansky,1993).
Uji puntir pada suatu spesimen dilakukan untuk menentukan elastisitas suatu
material. Spesimen yang di gunakan pada penguji puntir adalah batang dengan
penampang lingkaran karena bentuk penampang ini sederhana sehingga mudah
diukur. Spesimen tersebut hanya dikenai beban puntiran pada salah satu ujungnya
karena dua pembebanan tersebut tidak konstan pada sudut puntir yang diperoleh
dari pengukuran.

Gambar 3.2.2 Batang Silindris dengan Beban Puntiran

MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

.…….……………………………………….……….….…..(3.2.2)

Dimana : t = tegangan geser, I p = Momen inersia polar penampang luas, c =


jari- jari lingkaran

S = v .t
.................. ......................................................….....................................(3.2.3)

Dimana:v = kecepatan (m/s), s = jarak tempuh (m), t = waktu tempuh (s)

Vt = V…...........
0 – gt
.
........................................................................................(3.2.4)

Dimana : Vt = Kecepatan akhir (m/s), V0= Kecepatan Awal (m/s), g = gravitas


, t = waktu (s)
Pengukuran dilakukan pada uji punter adalah momen punter dan sudut
puntir. Pengukuran kemudian dikonversikan menjadi sebuah grafik momen
punter terhadap sudut puntir (dalam putaran). Bila sebatang logam pejal
dengan panjang L dan jari-jari R, salah satu ujungnya dijepit dan ujung lain di
puntir dengan gaya f, maka akan terajdi simpangan atau pergeseran sebesar
(a‟).

Gambar 3.2.3 Alat Modulus Puntir


Besar pergeseran (a‟) untuk setiap logam berbeda-beda, tergantung koefisien
kekenyalannya. Hubungan tersebut dinyatakan sebagai berikut:

2ML
G= …...…………………………………………………………..(3.2.5)
πθR4

MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

atau 360.g.r.L.m
G= ………………………………………..……………....(3.2.6)
π2R4a

Dimana : G = Modulus Puntir, I = Panjang batang yang dipuntir, g = Gaya


gravitasi, r = Jari-jari roda pemuntir, m = Massa beban, a = Sudut puntiran dalam
derajat, � = Sudut puntiran dalam rad
Sebuah batang atau poros (shaft) berpenampang lingkaran yang dipuntir oleh
kopel-kopel T yang bekerja pada ujung-ujung batang mengalami puntiran murni
(pure torsion). Berdasarkan pertimbangan simetri, maka dapat diperlihatkan bahwa
penampang dari sebuah batang bundar akan berputar seperti sebuah benda kaku
terhadap sumbu longitudinalnya dengan jari-jarinya tetap lurus dan penampangnya
tetap berbentuk bidang dan bulat. Juga, bila sudut puntiran (theangleoftwist) total
batangnya kecil, maka baik panjang dan jari-jari batang keduaduanya tak ada yang
mengalami perubahan (Sears- Zemansky,1993).
2.2 Puntiran

Puntiran adalah suatu pembebanan yang penting. Sebagai contoh, kekuatan


puntir menjadi permasalahan pada poros-poros, karena elemen deformasi plastik
secara teori adalah slip (geseran) pada bidang slip, modulus kekakuan adalah
konstanta yang penting, yang diperoleh dari pengujian puntir (dalam banyak
kasus). Deformasi puntiran tidak menunjukkan tegangan uniform pada potongan
lintang seperti halnya pada deformasi lenturan. Untuk mendapat deformasi puntiran
dengan tegangan yang uniform perlu dipergunakan batang uji berupa silinder tipis.
Patahan karena puntiran dari bahan getas terlihat pada arah kekuatan tarik, yaitu
pada 450 terhadap sumber puntiran sedangkan bagi bahan yang liat patahan terjadi
pada sudut tegak lurus terhadap sumbu puntiran setelah gaya pada arah sumbu
terjadi dengan deformasi yang besar dari hal tersebur sangat mudah.

Patahan karena puntiran dari bahan getas terlihat pada arah kekuatan tarik,
yaitu pada 450 terhadap sumber puntiran, sedangkan bagi bahan yang liat patahan
terjadi pada sudut tegak lurus terhadap sumbu puntiran setelah gaya pada arah
sumbu terjadi dengan deformasi yang besar, dari hal tersebut sangat mudah

MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

menentukan keliatan dan kegetasan (Mulya R, 2010).


2.2 Hukum Hooke

Jika suatu benda diberikan suatu gaya yang cukup untuk merubah bentuk
benda tersebut maka kondisi benda tersebut dapat menjadi elastis, plastis, ataupun
hancur. Hancur merupakan kondisi kegagalan benda karena sudah melewati titik
patahnya (breaking point). Plastis merupakan kondisi benda yang tidak dapat
kembali lagi menjadi kondisi awalnya jika gaya yang diberikan dihilangkan. Contoh
benda yang bersifat plastis dapat kamu lihat pada plastisin, tanah liat, dan bahkan
permen karet.

Elastis atau Elastisitas adalah kemampuan sebuah benda untuk kembali ke


kondisi awalnya ketika gaya yang diberikan pada benda tersebut dihilangkan.
Contoh benda elastis adalah pegas. Selain bersifat elastis, pegas juga dapat berubah
menjadi bersifat plastis jika ditarik dengan gaya yang besar melewati batas
elastisnya. Jika pegas sudah menjadi plastis kamu pasti tahu bahwa pegas tersebut
sudah rusak.

Suatu gaya diberikan pada suatu benda, contohnya pada batang besi vertikal
yang tergantung seperti pada gambar dibawah, maka panjang batang besi tersebut
akan berubah (Douglas C. Giancoli, 2005).

Gambar 3.2.4Batang besi vertikal yang tergantung


(Douglas C. Giancoli, 2005)
∆L atau seterusnya disebut ∆x merupakan pertambahan panjang pada batang
besi tersebut. Semakin besar gaya yang diberikan maka pertambahan panjangnya ∆x
MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

juga akan semakin besar. Dapat disimpulkan bahwa pertambahan panjang benda
sebanding dengan besarnya gaya tarik. Perbandingan besar gaya tarik terhadap
pertambahan panjangbenda
∆x bernilai konstan. Konstan artinya sebanding. Proporsionalitas kedua besaran
tersebut dinotasikan dengan rumus persamaan

F=k . ∆x
..... ............................................................... (3.2.7)

Dimana : F = besarnya gaya yang diberikan atau gaya tarik (N), ∆�=
pertambahan panjang benda (m), k = konstanta benda (N/m)

k merupakan koefisien elastisitas benda ataupun ukuran kelenturan pegas.


Hubungan ini pertama kali diketahui oleh Robert Hooke (1635 – 1703), oleh karena
itu dikenal juga sebagai hukum hooke. Hukum hooke hanya berlaku hingga batas
elastisitas. Batas elastisitas merupakan gaya maksimum yang dapat diberikan pada
benda sebelum benda berubah bentuk secara tetap dan panjang benda tidak dapat
kembali seperti semula (menjadi plastis ataupun hancur). Kita akan mengamati
sebuah objek yaitu pegas, sebuah benda yang dapat menjadi elastis. Pada kondisi
pegas saat ditarik, terdapat gaya pada pegas yang besarnya sama dengan gaya
tarikan pada pegas tetapi arahnya berlawanan. Jika gaya tersebut disebut dengan
gaya pegas maka gaya ini pun sebanding dengan pertambahan panjang pegas
(∆x).Perhatikan Gambar dibawah ini.

Gambar 3.2.5 Persamaa gaya pegas (Halliday 2005)

MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Hukum hooke “jika gaya tarik tidak melampaui batas elastisitas pegas,
pertambahanpanjang pegas berbanding lurus (sebanding) dengan gaya tariknya”
Modulus puntir didefinisikan sebagai rasio tegangan dalam sistem koordinasi
kartesian terhadap regangan sepanjang aksi pada jangkauan tegangan pada kurva
tegangan. Regangan pada titik tertentu tertentu disebut dengan modulus tangen.
Modulus tangen dari kemiringan linier awal disebut dengan modulus young.

Mendapatkan modulus elastisitasbukan cuma uji tarik.Uji tekuk (bending)


lebih akurat dalam penentuannya karena pada uji tersebut mesinnya lebih sedikit
menerima gaya daripada uji tarik.

Modulus elastisitas atau disebut juga modulus young menyatakan tingkat


kekakuan bahan. Dirumuskan dalam perbandingan antara tegangan yang mampu
ditahan suatu bahan sebelum mengalami deformasi plastis terhadap regangan saat
yield point terjadi. Modulus elastisitas merupakan salah satu sifat bahan yang
dapat diperoleh dari uji tarik. Deformasi elastis besarnya bahan mengalami
deformasi atau regangan bergantung kepada besarnya tegangan. Pada sebagian
besar metal, tegangan dan regangan adalah proporsional dengan hubungan : E =
modulus elastistas atau modulus young Dikenal dengan hukum hooke Untuk
logam harga E : 4,5 X 104 mpa S/D 40,7 X 104 Mpa. Bahan disebut mengalami
deformasi elastis Jika tegangan dan regangan besarnya proporsional.

Deformasi elastis adalah tidak permanent, artinya jika beban dilepaskan


maka bahan kembali kebentuk semula. Deformasi elastis non linear modulus
elastisitas dicari dengan modulus tangen atau modulus secant. dalam skala atom,
deformasi elastis adalah perubahan jarak antar atom. Jadi besar modulus elastisitas
adalah besarnya tahanan atom- atom yang berikatan Pada beban geser. Deformasi
elastis pada kebanyakan logam, deformasi elastis hanya terjadi sampai regangan
0.005.

Jika bahan berdeformasi melewati batas elastis, tegangan tidak lagi


proporsional terhadap regangan. Daerah ini disebut daerah plastis. Pada daerah
plastis, bahan tidak bisa kembali ke bentuk semula jika beban dilepaskan. Pada

MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

tinjauan mikro deformasi plastis mengakibatkan putusnya ikatan atom dengan


atom tetangganya dan membentuk ikatan yang baru dengan atom yang lainnya.
2.3 Tegangan
Kekuatan bahan bukanlah kriteria satu- satunya yang harus diperhitungkan
dalam perencanaan struktur. Kekakuan bahan selalu sama pentingnya. Dengan
derajat lebih kecil, sifat seperti kekerasan, ketangguhan, dan keliatan menetapkan
pemilihan bahan sifat ini ditetapkan dengan membuat pengujian bahan dan
membandingkan hasilnya dengan standar yang telah ada.
Bila gaya dikenakan pada suatu benda, maka bentuk benda akan berubah dan
molekul-molekulnya bergeser sedikit dari posisi awalnya. Pergeseran ini
mengakibatkan timbulnya gaya-gaya antar molekul, yang tergabung untuk
menentang gaya yang ditimbulkan oleh beban tadi. Bila beban bertambah,
perubahan bentuk benda makin besar dan gaya-gaya antar molekul juga
bertambah sampai pembebanan mencapai harga akhirnya.
Gaya-gaya di dalam benda mengadakan reaksi yang sama dan berlawanan,
sehingga keadaan setimbang tercapai. Bahan sekarang dalam keadaan tegang dan
terenggang. Dapat dilihat nanti bahwa kedua keadaan ini pasti berhubungan,
tegangan dalam bahan harus didampingi regangan dan sebaliknya. Bila benda
berbeban yang disebutkan diatas dibagi menjadi dua oleh suatu bidang khayal,
maka tiap bagian harus berada dalam keadaan setimbang karena pengaruh gaya
luar yang bekerja padanya dan gaya-gaya internal (yaitu gaya antar molekul) yang
bekerja pada bidang khayal ini. Intensitas tegangan (untuk mudahnya biasanya
disebut tegangan) di suatu titik pada bidang, didefinisikan sebagai gaya internal
per satuan luas.
Tegangan dibedakan menjadi dua jenis. Bila gaya internal tegak lurus pada
bidang yang diamati, maka didapat tegangan normal atau langsung, dan sesuai
dengan arah gaya, dapat bersifat tarik (tensile) atau mampat (compressive). Bila
gaya internal sejajar dengan bidang yang diamati, didapat tegangan tangensial
atau geser. Seringkali resultan gaya pada elemen luasan membentuk sudut dengan
bidang luasnya (Callister,1991).

MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2.4 Regangan

Perubahan bentuk benda yang terjadi pada keadaan tegang disebut regangan.
Regangan merupakan ukuran mengenai seberapa jauh batang tersebut berubah
bentuk. Tegangan diberikan pada bahan dari arah luar, sedangkan regangan adalah
tanggapan bahan terhadap tegangan. Ada dua macam bentuk regangan. Bahan
dapat membesar atau mengecil dan menghasilkan regangan normal atau lapisan-
lapisan bahan dapat bergeser terhadap yang satu terhadap yang lain dan
menghasilkan regangan geser. Regangan geser disimbolkan dengan γ (gamma),
yang merupakan perubahan bentuk pada gambar diatas. Satuan regangan geser
adalah radian.
Akibat puntiran murni pada poros berpenampang lingkaran adalah timbulnya
tegangan geser murni dalam bahan. Bila poros dibagi menjadi dua bagian oleh
bidang transversal khayal, akan terlihat bahwa permukaan-permukaan pada kedua
pihak dari bidang ini cenderung berputar, relatif yang dianggap terdiri dari
lapisan-lapisan tipis transversal yang jumlahnya tak terhingga, masing- masing
relatif berputar sedikit terhadap lapisan berikutnya bila torsi diberikan, akibatnya
poros akan terpuntir. Pergerakan angular salah satu ujung relatif terhadap yang
lain disebut sudut puntiran.
Tegangan puntir disebabkan oleh momen puntir yang bekerja pada
penampang batang. Dalam menganalisa tegangan puntir, momentorsi yang
biasanya dinyatakan dalam vektor rotasi diubah menjadi vektor translasi dengan
menggunakan aturan tangan kanan. Lipatan jari tangan menunjukkan arah vektor
rotasi dan jari jempol menunjukkan vektor translasi. Seperti halnya gaya aksial,
tegangan puntir muncul (momen puntir ada) bila batang tersebut dipotong.
Metode irisan tetap digunakan untuk mendapatkan momen puntir dalam, sehingga
tegangan puntir dapat dicari. Momen puntir dalam ini yang akan mengimbangi
momen puntir luas sehingga bagian struktur tetap dalam kondisi seimbang.
(Daryanto,2000)
2.5 Sifat-Sifat Mekanik

Bagaimanapun baiknya suatu kristal dipersiapkan, pasti memiliki cacat-cacat

MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

kisi yang akan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan strukstur kristal
tersebut. Dengan mengamati sifat mekanik logam, akan diperoleh sifat-sifat cacat
kisi tersebut. dilakukan seprti uji tarik, kekerasan, impak, creep dan fatik,
digunakan untuk mempelajari keadaan cacatnya (defect state) tetapi untuk
memeriksa kualitas produk yang dihasilkan berdasarkan suatu standar spesifikasi.
Hubungan antara setiap jenis tegangan dengan regangan yang bersangkutan
penting perananya dalam cabang fisika yang disebut teori elastisitas pada kekuatan
bahan dibidang enginering. Apabila suatu jenis tegangan diluaskan grafiknya
terdapat regangannya akan ternyata bahwa diagram tegangan yang diperoleh akan
berbeda-beda bentuknya menurut jenis bahanya. Dua bahan yang termasuk jenis
bahan yang sangat penting dalam ilmu dan teknologi dewasa ini ialah logam dan
karet yang divulkanisir, hubungan prororsional antara tegangan dan regangan
dalam hal ini bahan itu elastis atau memperhatikan sifat elastis dan titik lainya
dinamakan batas elastis.
Modulus puntir terjadi karena adanya perputaran pada salah satu ujung benda
benda yang dilakukan dengan cara dijepit. Perputaran itu terjadi karena torsi
(momen puntir). Momen puntir merupakan penyebab perubahan gerakan putar
yang mempercepat atau memperlambat gerak.
Tegangan puntir disebabkan oleh momen puntir yang bekerja pada
penampang batang. Dalam menganalisa tegangan puntir, momen torsi yang
biasanya dinyatakan dalam vektor rotasi diubah menjadi vektor translasi dengan
menggunakan aturan tangan kanan. Lipatan jari tangan menunjukkan arah vektor
rotasi dan jari jempol menunjukkan vektor translasi. Seperti halnya gaya aksial,
tegangan puntir muncul bila batang tersebut dipotong. Metode irisan tetap
digunakan untuk mendapatkan momen puntir dalam, sehingga tegangan puntir
dapat dicari. Momen puntir dalam ini yang akan mengimbangi momen puntir luas
sehingga bagian struktur tetap dalam kondisi seimbang. Pada puntiran poros
berpenampang lingkaran, torsi bekerja secara konstan sepanjang batang pada
sumbu polar, pemantang lintang akan kembali lagi pada posisi semula setelah
kembali. Uji puntir sering digunakan untuk menguji bahan-bahan getas.
Akibat puntiran murni pada poros berpenampang lingkaran adalah timbulnya
MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

tegangan geser murni dalam bahan. Puntiran dapat terjadi secara murni atau
bersamaan dengan beban aksial, momen lentur dan gaya lintang.
Modulus puntir dapat diartikan secara teoritis, yaitu adalah hubungan besaran
tegangan tarik dan regangan tarik. Atau lebih jelasnya adalah perbandingan antara
tegangan geser dan regangan geser. Modulus puntir sangat penting dalam ilmu
fisika karena dengan mempelajarinya, di harapkan kemudian kita bisa
menggunakannya untuk menentukan nilai kelastisan dari sebuah benda (objek
studi).Suatu material dapat dikarakterisasi dengan cara diberikan suatu
gayakemudian ditentukan ketahannya terhadap gaya tersebut. Gaya yang dapat
menekan benda, menarik benda ataupun memuntir benda (Paul A. Tipler,1998)

MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB III
PROSEDUR KERJA

3.1 Alat dan Bahan

a b c

d e f

Gambar 3.3.1 Peralatan Praktikum Modulus Puntir (a) Jangka Sorong (b)
mikrometer sekrup (c) Beban Alat Pemberat (d) Rol Meter (e) B Busur Derajat

(f) Peraga Modulus Puntir


3.2 Prosedur Kerja

Pertama-tama menimbang massa beban, Kemudian, mengukur diameter


roda (puly) secara vertikal, horizontal, diagonal dan mengukur diameter batang
logam setelah itu, mengukur jarak dari ujung batang ke ujung batang yang
lainnya, mengatur skala pada busur derajat hingga jarumnya tepat berada pada
posisi ditengah (90°) kemudian memasang beban pada roda dan mengukur beban
yang tercipta, setelah itu menyetel kembali panjang batang sesuai ukuran yang
ditentukan. mengikuti sesuai cara pengolahan data, apabila cara pengolahan data
beban yang tetap dengan jarak yang berubah maka yang diubah adalah jarak yang
ada pada peraga modulus puntir, namun apabila cara pengolahan data beban yang
berubah dan jarak tetap maka beban yang digunakan diubah.

MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB IV

TABEL PENGAMATAN

4.1 Data Hasil Pengamatan


Tabel 3.4.1 Hasil Pengukuran
No Puly Diamete Keterangan
Diameter Kedalaman r Batang
luar
(m) (m)
(m)

1 0,1632 0,00321 0,00549 V = Vertikal


0,003
2 0,1622 0,00548 H = Horizontal

3 0,1611 0,00322 0,00548 D = Diagonal

Tabel 3.4.2 Beban Tetap , Panjang Beban Berubah

No W Tetap (kg) L Berubah (m) �1 �2

1 3,539 0,3 10° 8°

2 3,539 0,35 10° 8°

3 3,539 0,4 11° 7°

MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Tabel 3.4.3 Beban Berubah, Panjang Tetap

No W Berubah (kg) L Barambah �1 �2


(m)

1. 1,483 0,4 4° 1°

2. 3,05 0,4 5° 3°

3. 3,539 0,4 10° 5°

Hari/Tanggal Praktikum : Minggu, 21 Maret 2021


Frekuensi : 2/4B
Anggota Kelompok : 1. DEWI SRI WAHYUNI (09120200066)
2. WAHYU ILHAM (09120200067)
3. M.RIAS RAHMAN (09120200068)
4. RAHMAT ANTO ( 09120200069)
5. A.M.FAUZI HAMID (09120200070)

Makassar, 29 Maret 2021

ASISTEN

( )

MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB V
PENGOLAHAN DATA

5. 1 Menhitung Modulus Puntir untuk masing-masing data


Tabel 3.5.1 Hasil Pengukuran
No Puly Diameter Keterangan
Diameter Kedalaman Batang
luar
(m) (m)
(m)
1 V = 14,25 cm V = 0,35 cm 4,95 cm V = Vertikal

2 H = 14,35 cm H = 0,35 cm 4,85 cm H = Horizontal

3 D = 14,30 cm D = 0,45 cm 4,85 cm D = Diagonal

D1 = { D luar1 – ( 2 x kedalaman ) }

= { 14,25 – ( 2 x 0,35 ) }

= { 14,25 – ( 0,70 ) }

= 13,55 cm
D2 = { D luar2 – ( 2 x kedalaman ) }

= { 14,35 – ( 2 x 0,35 ) }

= { 14,35 – ( 0,70 ) }

= 13,65 cm
D3 = { D luar3 – ( 2 x kedalaman ) }

= { 14,30 – ( 2 x 0,45 ) }

= { 14,30 – ( 0,90 ) }
= 13,40 cm
∑�
�=

MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

�1 + �2 + �3
D =
3
13,55+13,65+13,40
=
3
40,60
=
3
= 31,66
1. Mencari jari-jari puly
�1
R1 =
2
13,55
=
2
= 6,775 cm
�2
R2 =
2
13,65
=
2

= 6,825 cm
�3
R3 =
2
13,40
=
2
= 6,700 cm
2. Mencari rata-rata jari-jari pada puly
R1+ R2+ R3
R=
3
6,775+ 6,825+ 6,700
=
3
20,3
=
3
= 15,83 cm
3. Mencari diameter rata-rata batang
d1+d2+d3
D=
3
4,95 + 4,85 + 4,85
=
3

MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

14,65
=
3
= 11,41 cm
4. Mencari rata-rata jari-jari pada batang
d
R =
2
11,41
=
2
= 5,705 cm

5. 2 Menghitung modulus puntir pada beban tetap,panjang batang berubah


Tabel 3.5.2 Beban Tetap , Panjang Batang Berubah

No W Tetap (kg) L Berubah (m) �1 �2

1 1487 g 20 cm 5° 2°

2 1487 g 30 cm 6° 5°

3 1487 g 35 cm 7° 2°

4 1487 g 25 cm 6° 5°

W = m.g
= 1487 × 9,81
= 14.587 N
�=W.R
= 14.587 × 5,705
= 83,218 Nm
1. Mencari nilai ��
π
θ = ( θ tinggi- θ rendah) ×
180 rad
3,14
�1 = ( 5 − 2) ×
180 ���

MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

3,14
=3×
180
= 0,0523 rad
3,14
θ2 = ( 6 - 5) ×
180 rad
3,14
=1×
180
= 0,0174 rad
3,14
θ3 = ( 7 - 2) ×
180 rad
3,14
=5×
180
= 0,0872 rad
3,14
θ4 = ( 6 - 5) ×
180 rad
3,14
=1×
180
= 0,0174 rad
2. Mencari modulus puntir
2σn. Ln
Gn=
π R4n θn
2 �. L1
G=
1 π R41 θ1
2(83,218×20)
=
3.14×5,7054×0,0523
= 19,1347 �⁄�2. Rad
2 �. L2
G=
2 π R42 θ2
2(83,218×30)
=
3.14×5,7054×0,0174
= 86,2174 �⁄�2. Rad
2 �. L3
G=
3 π R43 θ3
2(83,218×35)
=
3.14×5,7054×0,0872

MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

= 20,0838 �⁄�2.
Rad 2 �. L4
G =4
4 π R4 θ4
2(83,218×25)
=
3.14×5,7054×0,0174
= 71,8928 � ⁄� 2 . Rad
G1 + G2 + G3 + G4
�=
4
19,1347 +86,2174 +20,0838 + 71,8928
=
4
= 49,3321 N/m²-rad
Setelah kita mengolah data beban tetap dengan panjang batang berubah maka
dapat dianalisa :
Tabel 3.5.3 Hasil modulus puntir beban tetap dengan panjang berubah
No L Θ G �

1 20 cm 0,0523 rad 19,1347� ⁄�2 .


Rad
2 30 cm 0,0174 rad 86,2174 �⁄� 2 . 49,3321 N/m²-rad
Rad
3 35 cm 0,034 rad 20,0838 � ⁄� 2 .
Rad
4 25 cm 0,0174 rad 71,8928 �⁄� 2 .
Rad

5.3. Menghitung modulus puntir pada beban berubah dengan panjang tetap
Tabel 3.5.4 beban berubah dengan panjang tetap
No W Berubah (kg) L Berubah (m) �1 �2

1 3050 g 35 cm 8° 5°

2 3547 g 35 cm 12° 10°

3 4036 g 35 cm 11° 10°

4 4459 g 35 cm 41° 34°

MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Wn = mn.g
W1 = 3050 × 9,81
= 29.920 N
W2 = 3547 × 9,81
= 34.796 N
W3 = 4036 × 9,81
= 39.593 N
W4 = 4459 × 9,81
= 43.742 N
Nσn = Wn.R
σ1 = W1 × �
= 29.920× 5,705
= 170,6936 N/m
σ2 = W2 × �
= 34.796× 5,705
= 198.5111 N/m
σ3 = W3 × �
= 39.593× 5,705
= 225,8780 N/m
σ4 = W4 × �
= 43,472× 5,705
= 248,0077 N/m
1. Mencari nilai ��
π
θ = ( θ tinggi- θ rendah) ×
180 rad
3,14
�1 = ( 8 − 5) ×
180 ���
3,14
=3×
180
= 0,0523 rad
3,14
θ2 = ( 12 - 10) ×
180 rad

MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

3,14
=2×
180
= 0,0348 rad
3,14
θ3 = ( 11 - 10) ×
180 rad
3,14
=1×
180
= 0,0174 rad
3,14
θ4 = ( 41 - 34) ×
180 rad
3,14
=6×
180
= 0,1046 rad
2. Mencari modulus puntir
2σn. Ln
Gn=
π R4n θn
2 �. L1
G=
1 π R41 θ1
2(83,218×35)
=
3.14×5,7054×0,0523
= 33,4858 �⁄�2. Rad
2 �. L2
G=
2 π R42 θ2
2(83,218×35)
=
3.14×5,7054×0,0348
= 51,5091 �⁄�2. Rad
2 �. L3
G=
3 π R43 θ3
2(83,218×35)
=
3.14×5,7054×0, 0174
= 100,6500 �⁄�2.
Rad 2 �. L4
G =4
4 π R4 θ4

MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2(83,218×35)
=
3.14×5,7054×0,1046
= 16,7429 � ⁄� 2 . Rad
G1 + G2 + G3 + G4
�=
4
33,4858 + 51,5091 +100,6500 + 16,7429
=
4
= 57,8362 N/m²-rad
Setelah kita mengolah data beban tetap dengan panjang batang berubah maka
dapat dianalisa :
Tabel 3.5.5 Hasil modulus puntir beban berubah dengan panjang batang tetap
No Σ Θ G

1 170,6936 N/m 0,0523 rad 33,4858 � ⁄� 2 .Rad


2 198.5111 N/m 0,0348 rad 51,5091 �⁄�2 . Rad 57,8362N/m²rad
3 225,8780 N/m 0,0174 rad 100,6500
� ⁄� 2 .Rad
4 248,0077 N/m 0,1046 rad 16,7429 �⁄�2 . Rad

MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB VI

ANALISIS PENGOLAHAN DATA

6.1 Tabel Hasil Pengolahan Data


Hasil dari pengolahan data diatas, kita dapat menganalisa data
tersebut sebagai berikut :
Tabel 3.6.1 Hasil modulus puntir beban tetap dengan panjang berubah
No L Θ G �

1 20 cm 0,0523 rad 19,1347� ⁄�2 .


Rad
2 30 cm 0,0174 rad 86,2174 �⁄� 2 . 49,3321 N/m²-
Rad rad
3 35 cm 0,0348 rad 20,0838 � ⁄� 2 .
Rad
4 25 cm 0,0174 rad 71,8928 �⁄� 2 .
Rad

Tabel 3.6.2 Hasil modulus puntir beban berubah dengan panjang batang tetap
No � Θ G

1 170,6936 N/m 0,0523 rad 33,4858 � ⁄� 2 .Rad


2 198.5111 N/m 0,0348 rad 51,5091 �⁄�2 . Rad 57,8362N/m
3 225,8780 N/m 0,0174 rad 100,6500 ²rad
� ⁄� .Rad
2

4 248,0077 N/m 0,1046 rad 16,7429 �⁄�2 . Rad

6.2 Pembahasan Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan data tersebut dapat di simpulkan bahwa hubungan atau


pengaruh periode dan Panjang kawat terhadap konstanta puntir yaitu semakin
besar periode osilasi maka konstanta puntirnya semakin kecil. Dalam hal ini
periode osilasi berbanding terbalik dengan konstanta puntir. Dalam hal ini periode
osilasi berbanding terbalik dengan konstanta puntir. Adapun pengaruh Panjang
tali dan periode terhadap modulus geser yaitu semakin Panjang tali maka modulus

MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
gesernya akan semakin besar, karena Panjang kawat berbanding lurus dengan
modulus geser. Sedangkan semakin besar periode osilasi maka modulus
gesernya akan semakin kecil karena periode osilasi berbanding terbalik dengan
modulus geser. Dan pengaruh konstanta puntir terhadap modulus geser yaitu
semakin besar konstanta puntir maka modulus geser juga semakin besar

MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB VII
PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Modulus puntir ini terjadi akibat adanya perputaran oleh salah satu ujung
batang yang diakibatkan oleh torsi atau momen puntir. Adapun hukum yang
berlaku pada percobaan ini adalah hukum hooke, dimana hukum hooke sendiri
berbunyi yaitu ketika pegas tidak melampaui batas elastisitasnya maka
perpanjangan pegas itu tdk sebanding dengan gaya yang diberikan artinya
semakin besar gaya yang diberikan kepadaa pegas maka pertambahan panjang
akan lebih besar atau pada percobaan ini semakin besar gaya yang diberikan atau
semakin besar torsi yang diberikan makka sudut yang terjadi pada batang akan
lebih besar begitupun sebalikya semakin kecil gaya yang diberikan maka semakin
kecil pula sudut yang terjadi akibat torsi.

Saran
Saran Untuk Asisten
Tetap semangat dan sabar dalam membimbing kami
7.2.2 Saran Untuk Praktikum
Kerja samanya lebih ditingkatkan lagi dan lebih teliti lagi saat mengerjakan
laporan.
Ayat yang Berhubungan

(Qs. Ar – Ra’d : 11) yang Artinya:

„‟Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sampai mereka


merubahnya sendiri‟‟

Penjelasan :
Allah memang Maha Kuasa dapat merubah nasib semua orang dan semua
kaum. Akan tetapi, hidup ini realistis. Benda tidak akan bergerak jika tidak dikenai
gaya. Begitu pula hidup, tidak akan bergerak bahkan maju jika tidak kita beri
gaya. Benda akan tetap bergerak pada kecepatan awal jika tidak dikenai gaya.

MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto. 1988. Pengetahuan teknik bangunan. Jakarta.PT Bina Aksara.

Daryanto. 2000. Fisika teknik. Jakarta. Rineka Cipta

Firdaus,T.2007. Rancangan sederhana penentuan modulus puntir batang besi


untuk pembelajaran peserta didik. (inovasi pendidikan fisika dan riset
ilmiah),1(1),1-4

Firdaus,T.2016. Pengembangan media pembelajaran arus dan tegangan listrik


bolak-balik untuk SMA/MA Kelas XII menggunakan program
spreadsheet. Inovasi dan pembelajaran fisika,2(2),197-203

Paul A Tipler. 1988. Fisika untuk sains dan teknik. (Trans: Lia Prasetio dan
Rahmad W.Adi). Jakarta.Erlangga.

Sears, F.W. dan Zemansky, M.W.1993. Fisika universitas (Trans: Sri Jatno
Wirdosoedirdjo). Jakarta : Erlangga

Tim asisten Fisika Dasar, 2019.”Penuntun Praktikum Mekanika Batuan”.Fakultas


Teknologi Industri.Universitas Muslim Indonesia.

Van Vlack, LH.1992. Ilmu dan Teknologi Bahan(trans:Sriati Djaprie). Jakarta .


Erlangga
Giancoli C.(2001). Fisika Dasar Jilid 1. Jakarta: Erlangga Halliday – Resnick –
Walker, (2005). Gaya Pegas

MODULUS PUNTIR

Anda mungkin juga menyukai