MODULUS PUNTIR
DISUSUN OLEH
NAMA : DEWI SRI WAHYUNI (09120200066)
WAHYU ILHAM (09120200067)
M.RIAS RAHMAN (09120200068)
RAHMAT ANTO (09120200069)
A.M.FAUZI HAMID (09120200070)
KELOMPOK/FREK : 2B/2
FAKULTAS/JURUSAN : TEKNOLOGI INDUSTRI/
TEKNIK INDUSTRI
MAKASSAR
2021
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
Modulus puntir sama saja seperti modulus geser dan hanya terjadi pada zat
padat. Modulus puntir terjadi karena adanya perputaran pada salah satu ujung
benda-benda yang dilakukan dengan cara dijepit. Perputaran itu terjadi karena
torsi (momen puntir). Momen puntir merupakan penyebab perubahan gerakan
putar yang mempercepat atau memperlambat gerak putar suatu benda. Besarnya
gaya untuk menghasilkan tegangan dan regangan tiap-tiap benda pada umumnya
berbeda, tergantung pada jenis dan sifat benda. Benda memiliki kemampuan
terhadap gaya untuk menggeser suatu bidang kerja. Dengan kemampuannya
tersebut harus diperhitungkan suatu tetapan geser dari benda tersebut.
Di dalam kehidupan kita sehari-hari banyak sekali peristiwa yang sering kita
jumpai mengenai konsep modulus puntir ini, namun hal tersebut tidak kita sadari.
Contohnya seperti komedi putar, sepatu roda, bola atau silinder berputar ketika
menggelinding. Meskipun kita sering menjumpai peristiwa tersebut, akan tetapi
kita tidak tahu beberapa banyaknya modulus puntir atau modulus gesek dari
benda-benda yang bergerak atau berputar tersebut. Selain berhubungan dengan
gravitasi, modulus geser atau modulus puntir pun berkaitan dengan adanya gerak
jatuh bebas dan gerak vertikal ke atas. Gerak jatuh bebas mempengaruhi massa
dari benda juga oleh gravitasi, Sedangkan kecepatan sama dengan nol.
Puntiran adalah suatu perlakuan terhadap material yang diberikan torsi yang
tegak lurus terhadap diameter material tersebut pada kedua ujungnya secara
berlawanan. Gerak vertikal keatas berlawanan dengan gaya gravitasi suatu benda
dalam hal ini arahnya yang membedakan. Gerak vertikal keatas menunjukan gaya
normal,yaitu gaya yang berlawanan dengan arah gravitasi. Besarnya suatu gaya
normal sangat bergantung dengan besarnya gaya gravitasi yang terjadi pada suatu
Benda yang mengalami peristiwa puntir yang terjadi pada bahan getas terlihat
pada arahan kekuatan tarik yaitu 45°C terhadap sumber puntiran (Tim penyusun,
2017).
MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
puntir
2. Kami dapat menetapkan konsep dari azas-azas fisika tentang momen
puntir
1.2.2 Tujuan Instruksi Khusus ( TIK )
1 .Kami dapat mengamati sudut puntir pada batang akibat dari pengaruh
puntir
MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pemilihan bahan sifat ini ditetapkan dengan membuat pengujian bahan dan
membandingkan hasilnya dengan standar yang telah ada (Mulya R, 2010).
................................................................................................................. (3.2.1)
atau gaya tarik menarik benda berbanding lurus dengan dua massa tersebut serta
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara pusat dengan kedua benda
tersebut.
Selain berhubungan dengan gravitasi, modulus geser atau modulus
puntirpun berkaitan dengan adanya gerak jatuh bebas dan gerak vertikal ke atas.
Gerak jatuh bebas mempengaruhi massa m dari benda juga oleh gravitasi,
sedangkan kecepatan sama dengan nol.
Gaya luar (eksternal) yang diberikan pada suatu benda harus diimbangi oleh
gaya penentang yang ada di dalam bahan. Bahan yang mempunyai gaya internal
tadi dikatakan berada dalam keadaan tegang. Untuk lebih mengerti hakekat gaya
internal ini, marilah kita perhatikan apa yang terjadi bila suatu benda diberi
beban. Mula-mula harus ditegaskan bahwa dalam praktek, semua beban bekerja
sedikit demi sedikit. Proses pembebanan ini dapat diselesaikan dalam selang
waktu yang sangat singkat, namun tak akan pernah sesaat.
Gaya-gaya di dalam benda mengadakan reaksi yang sama dan berlawanan,
sehingga keadaan setimbang tercapai. Bahan sekarang dalam keadaan tegang dan
terenggang. Dapat dilihat nanti bahwa kedua keadaan ini pasti berhubungan,
tegangan dalam bahan harus didampingi regangan dan sebaliknya. Untuk
menyederhanakan perhitungan, seringkali lebih mudah bila diperhatikan benda
tegar, namun ini hanya merupakan suatu konsep karena ada bahan yang tegar
sempurna, dan tidak ada benda nyata yang dapat menahan beban, tanpa
sebelumnya mengalami perubahan bentuk.
Bila benda berbeban yang disebutkan diatas dibagi menjadi dua oleh suatu
bidang khayal, maka tiap bagian harus berada dalam keadaan setimbang karena
pengaruh gaya luar yang bekerja padanya dan gaya-gaya internal (yaitu gaya
antar molekul) yang bekerja pada bidang khayal ini. Intensitas tegangan (untuk
mudahnya biasanya disebut tegangan) di suatu titik pada bidang, didefinisikan
sebagai gaya internal per satuan luas.
Tegangan didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya terhadap luas
penampang daerah yang dikenai gaya tersebut (Van Vlack, 1991).
Dalam satuan international stress memiliki lambang S dan satuan N/m2.
MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
.…….……………………………………….……….….…..(3.2.2)
S = v .t
.................. ......................................................….....................................(3.2.3)
Vt = V…...........
0 – gt
.
........................................................................................(3.2.4)
2ML
G= …...…………………………………………………………..(3.2.5)
πθR4
MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
atau 360.g.r.L.m
G= ………………………………………..……………....(3.2.6)
π2R4a
Patahan karena puntiran dari bahan getas terlihat pada arah kekuatan tarik,
yaitu pada 450 terhadap sumber puntiran, sedangkan bagi bahan yang liat patahan
terjadi pada sudut tegak lurus terhadap sumbu puntiran setelah gaya pada arah
sumbu terjadi dengan deformasi yang besar, dari hal tersebut sangat mudah
MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Jika suatu benda diberikan suatu gaya yang cukup untuk merubah bentuk
benda tersebut maka kondisi benda tersebut dapat menjadi elastis, plastis, ataupun
hancur. Hancur merupakan kondisi kegagalan benda karena sudah melewati titik
patahnya (breaking point). Plastis merupakan kondisi benda yang tidak dapat
kembali lagi menjadi kondisi awalnya jika gaya yang diberikan dihilangkan. Contoh
benda yang bersifat plastis dapat kamu lihat pada plastisin, tanah liat, dan bahkan
permen karet.
Suatu gaya diberikan pada suatu benda, contohnya pada batang besi vertikal
yang tergantung seperti pada gambar dibawah, maka panjang batang besi tersebut
akan berubah (Douglas C. Giancoli, 2005).
juga akan semakin besar. Dapat disimpulkan bahwa pertambahan panjang benda
sebanding dengan besarnya gaya tarik. Perbandingan besar gaya tarik terhadap
pertambahan panjangbenda
∆x bernilai konstan. Konstan artinya sebanding. Proporsionalitas kedua besaran
tersebut dinotasikan dengan rumus persamaan
F=k . ∆x
..... ............................................................... (3.2.7)
Dimana : F = besarnya gaya yang diberikan atau gaya tarik (N), ∆�=
pertambahan panjang benda (m), k = konstanta benda (N/m)
MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Hukum hooke “jika gaya tarik tidak melampaui batas elastisitas pegas,
pertambahanpanjang pegas berbanding lurus (sebanding) dengan gaya tariknya”
Modulus puntir didefinisikan sebagai rasio tegangan dalam sistem koordinasi
kartesian terhadap regangan sepanjang aksi pada jangkauan tegangan pada kurva
tegangan. Regangan pada titik tertentu tertentu disebut dengan modulus tangen.
Modulus tangen dari kemiringan linier awal disebut dengan modulus young.
MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2.4 Regangan
Perubahan bentuk benda yang terjadi pada keadaan tegang disebut regangan.
Regangan merupakan ukuran mengenai seberapa jauh batang tersebut berubah
bentuk. Tegangan diberikan pada bahan dari arah luar, sedangkan regangan adalah
tanggapan bahan terhadap tegangan. Ada dua macam bentuk regangan. Bahan
dapat membesar atau mengecil dan menghasilkan regangan normal atau lapisan-
lapisan bahan dapat bergeser terhadap yang satu terhadap yang lain dan
menghasilkan regangan geser. Regangan geser disimbolkan dengan γ (gamma),
yang merupakan perubahan bentuk pada gambar diatas. Satuan regangan geser
adalah radian.
Akibat puntiran murni pada poros berpenampang lingkaran adalah timbulnya
tegangan geser murni dalam bahan. Bila poros dibagi menjadi dua bagian oleh
bidang transversal khayal, akan terlihat bahwa permukaan-permukaan pada kedua
pihak dari bidang ini cenderung berputar, relatif yang dianggap terdiri dari
lapisan-lapisan tipis transversal yang jumlahnya tak terhingga, masing- masing
relatif berputar sedikit terhadap lapisan berikutnya bila torsi diberikan, akibatnya
poros akan terpuntir. Pergerakan angular salah satu ujung relatif terhadap yang
lain disebut sudut puntiran.
Tegangan puntir disebabkan oleh momen puntir yang bekerja pada
penampang batang. Dalam menganalisa tegangan puntir, momentorsi yang
biasanya dinyatakan dalam vektor rotasi diubah menjadi vektor translasi dengan
menggunakan aturan tangan kanan. Lipatan jari tangan menunjukkan arah vektor
rotasi dan jari jempol menunjukkan vektor translasi. Seperti halnya gaya aksial,
tegangan puntir muncul (momen puntir ada) bila batang tersebut dipotong.
Metode irisan tetap digunakan untuk mendapatkan momen puntir dalam, sehingga
tegangan puntir dapat dicari. Momen puntir dalam ini yang akan mengimbangi
momen puntir luas sehingga bagian struktur tetap dalam kondisi seimbang.
(Daryanto,2000)
2.5 Sifat-Sifat Mekanik
MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
kisi yang akan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan strukstur kristal
tersebut. Dengan mengamati sifat mekanik logam, akan diperoleh sifat-sifat cacat
kisi tersebut. dilakukan seprti uji tarik, kekerasan, impak, creep dan fatik,
digunakan untuk mempelajari keadaan cacatnya (defect state) tetapi untuk
memeriksa kualitas produk yang dihasilkan berdasarkan suatu standar spesifikasi.
Hubungan antara setiap jenis tegangan dengan regangan yang bersangkutan
penting perananya dalam cabang fisika yang disebut teori elastisitas pada kekuatan
bahan dibidang enginering. Apabila suatu jenis tegangan diluaskan grafiknya
terdapat regangannya akan ternyata bahwa diagram tegangan yang diperoleh akan
berbeda-beda bentuknya menurut jenis bahanya. Dua bahan yang termasuk jenis
bahan yang sangat penting dalam ilmu dan teknologi dewasa ini ialah logam dan
karet yang divulkanisir, hubungan prororsional antara tegangan dan regangan
dalam hal ini bahan itu elastis atau memperhatikan sifat elastis dan titik lainya
dinamakan batas elastis.
Modulus puntir terjadi karena adanya perputaran pada salah satu ujung benda
benda yang dilakukan dengan cara dijepit. Perputaran itu terjadi karena torsi
(momen puntir). Momen puntir merupakan penyebab perubahan gerakan putar
yang mempercepat atau memperlambat gerak.
Tegangan puntir disebabkan oleh momen puntir yang bekerja pada
penampang batang. Dalam menganalisa tegangan puntir, momen torsi yang
biasanya dinyatakan dalam vektor rotasi diubah menjadi vektor translasi dengan
menggunakan aturan tangan kanan. Lipatan jari tangan menunjukkan arah vektor
rotasi dan jari jempol menunjukkan vektor translasi. Seperti halnya gaya aksial,
tegangan puntir muncul bila batang tersebut dipotong. Metode irisan tetap
digunakan untuk mendapatkan momen puntir dalam, sehingga tegangan puntir
dapat dicari. Momen puntir dalam ini yang akan mengimbangi momen puntir luas
sehingga bagian struktur tetap dalam kondisi seimbang. Pada puntiran poros
berpenampang lingkaran, torsi bekerja secara konstan sepanjang batang pada
sumbu polar, pemantang lintang akan kembali lagi pada posisi semula setelah
kembali. Uji puntir sering digunakan untuk menguji bahan-bahan getas.
Akibat puntiran murni pada poros berpenampang lingkaran adalah timbulnya
MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
tegangan geser murni dalam bahan. Puntiran dapat terjadi secara murni atau
bersamaan dengan beban aksial, momen lentur dan gaya lintang.
Modulus puntir dapat diartikan secara teoritis, yaitu adalah hubungan besaran
tegangan tarik dan regangan tarik. Atau lebih jelasnya adalah perbandingan antara
tegangan geser dan regangan geser. Modulus puntir sangat penting dalam ilmu
fisika karena dengan mempelajarinya, di harapkan kemudian kita bisa
menggunakannya untuk menentukan nilai kelastisan dari sebuah benda (objek
studi).Suatu material dapat dikarakterisasi dengan cara diberikan suatu
gayakemudian ditentukan ketahannya terhadap gaya tersebut. Gaya yang dapat
menekan benda, menarik benda ataupun memuntir benda (Paul A. Tipler,1998)
MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB III
PROSEDUR KERJA
a b c
d e f
Gambar 3.3.1 Peralatan Praktikum Modulus Puntir (a) Jangka Sorong (b)
mikrometer sekrup (c) Beban Alat Pemberat (d) Rol Meter (e) B Busur Derajat
MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB IV
TABEL PENGAMATAN
MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
1. 1,483 0,4 4° 1°
2. 3,05 0,4 5° 3°
ASISTEN
( )
MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB V
PENGOLAHAN DATA
D1 = { D luar1 – ( 2 x kedalaman ) }
= { 14,25 – ( 2 x 0,35 ) }
= { 14,25 – ( 0,70 ) }
= 13,55 cm
D2 = { D luar2 – ( 2 x kedalaman ) }
= { 14,35 – ( 2 x 0,35 ) }
= { 14,35 – ( 0,70 ) }
= 13,65 cm
D3 = { D luar3 – ( 2 x kedalaman ) }
= { 14,30 – ( 2 x 0,45 ) }
= { 14,30 – ( 0,90 ) }
= 13,40 cm
∑�
�=
�
MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
�1 + �2 + �3
D =
3
13,55+13,65+13,40
=
3
40,60
=
3
= 31,66
1. Mencari jari-jari puly
�1
R1 =
2
13,55
=
2
= 6,775 cm
�2
R2 =
2
13,65
=
2
= 6,825 cm
�3
R3 =
2
13,40
=
2
= 6,700 cm
2. Mencari rata-rata jari-jari pada puly
R1+ R2+ R3
R=
3
6,775+ 6,825+ 6,700
=
3
20,3
=
3
= 15,83 cm
3. Mencari diameter rata-rata batang
d1+d2+d3
D=
3
4,95 + 4,85 + 4,85
=
3
MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
14,65
=
3
= 11,41 cm
4. Mencari rata-rata jari-jari pada batang
d
R =
2
11,41
=
2
= 5,705 cm
1 1487 g 20 cm 5° 2°
2 1487 g 30 cm 6° 5°
3 1487 g 35 cm 7° 2°
4 1487 g 25 cm 6° 5°
W = m.g
= 1487 × 9,81
= 14.587 N
�=W.R
= 14.587 × 5,705
= 83,218 Nm
1. Mencari nilai ��
π
θ = ( θ tinggi- θ rendah) ×
180 rad
3,14
�1 = ( 5 − 2) ×
180 ���
MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
3,14
=3×
180
= 0,0523 rad
3,14
θ2 = ( 6 - 5) ×
180 rad
3,14
=1×
180
= 0,0174 rad
3,14
θ3 = ( 7 - 2) ×
180 rad
3,14
=5×
180
= 0,0872 rad
3,14
θ4 = ( 6 - 5) ×
180 rad
3,14
=1×
180
= 0,0174 rad
2. Mencari modulus puntir
2σn. Ln
Gn=
π R4n θn
2 �. L1
G=
1 π R41 θ1
2(83,218×20)
=
3.14×5,7054×0,0523
= 19,1347 �⁄�2. Rad
2 �. L2
G=
2 π R42 θ2
2(83,218×30)
=
3.14×5,7054×0,0174
= 86,2174 �⁄�2. Rad
2 �. L3
G=
3 π R43 θ3
2(83,218×35)
=
3.14×5,7054×0,0872
MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
= 20,0838 �⁄�2.
Rad 2 �. L4
G =4
4 π R4 θ4
2(83,218×25)
=
3.14×5,7054×0,0174
= 71,8928 � ⁄� 2 . Rad
G1 + G2 + G3 + G4
�=
4
19,1347 +86,2174 +20,0838 + 71,8928
=
4
= 49,3321 N/m²-rad
Setelah kita mengolah data beban tetap dengan panjang batang berubah maka
dapat dianalisa :
Tabel 3.5.3 Hasil modulus puntir beban tetap dengan panjang berubah
No L Θ G �
5.3. Menghitung modulus puntir pada beban berubah dengan panjang tetap
Tabel 3.5.4 beban berubah dengan panjang tetap
No W Berubah (kg) L Berubah (m) �1 �2
1 3050 g 35 cm 8° 5°
MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Wn = mn.g
W1 = 3050 × 9,81
= 29.920 N
W2 = 3547 × 9,81
= 34.796 N
W3 = 4036 × 9,81
= 39.593 N
W4 = 4459 × 9,81
= 43.742 N
Nσn = Wn.R
σ1 = W1 × �
= 29.920× 5,705
= 170,6936 N/m
σ2 = W2 × �
= 34.796× 5,705
= 198.5111 N/m
σ3 = W3 × �
= 39.593× 5,705
= 225,8780 N/m
σ4 = W4 × �
= 43,472× 5,705
= 248,0077 N/m
1. Mencari nilai ��
π
θ = ( θ tinggi- θ rendah) ×
180 rad
3,14
�1 = ( 8 − 5) ×
180 ���
3,14
=3×
180
= 0,0523 rad
3,14
θ2 = ( 12 - 10) ×
180 rad
MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
3,14
=2×
180
= 0,0348 rad
3,14
θ3 = ( 11 - 10) ×
180 rad
3,14
=1×
180
= 0,0174 rad
3,14
θ4 = ( 41 - 34) ×
180 rad
3,14
=6×
180
= 0,1046 rad
2. Mencari modulus puntir
2σn. Ln
Gn=
π R4n θn
2 �. L1
G=
1 π R41 θ1
2(83,218×35)
=
3.14×5,7054×0,0523
= 33,4858 �⁄�2. Rad
2 �. L2
G=
2 π R42 θ2
2(83,218×35)
=
3.14×5,7054×0,0348
= 51,5091 �⁄�2. Rad
2 �. L3
G=
3 π R43 θ3
2(83,218×35)
=
3.14×5,7054×0, 0174
= 100,6500 �⁄�2.
Rad 2 �. L4
G =4
4 π R4 θ4
MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2(83,218×35)
=
3.14×5,7054×0,1046
= 16,7429 � ⁄� 2 . Rad
G1 + G2 + G3 + G4
�=
4
33,4858 + 51,5091 +100,6500 + 16,7429
=
4
= 57,8362 N/m²-rad
Setelah kita mengolah data beban tetap dengan panjang batang berubah maka
dapat dianalisa :
Tabel 3.5.5 Hasil modulus puntir beban berubah dengan panjang batang tetap
No Σ Θ G
�
MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB VI
Tabel 3.6.2 Hasil modulus puntir beban berubah dengan panjang batang tetap
No � Θ G
�
MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
gesernya akan semakin besar, karena Panjang kawat berbanding lurus dengan
modulus geser. Sedangkan semakin besar periode osilasi maka modulus
gesernya akan semakin kecil karena periode osilasi berbanding terbalik dengan
modulus geser. Dan pengaruh konstanta puntir terhadap modulus geser yaitu
semakin besar konstanta puntir maka modulus geser juga semakin besar
MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Modulus puntir ini terjadi akibat adanya perputaran oleh salah satu ujung
batang yang diakibatkan oleh torsi atau momen puntir. Adapun hukum yang
berlaku pada percobaan ini adalah hukum hooke, dimana hukum hooke sendiri
berbunyi yaitu ketika pegas tidak melampaui batas elastisitasnya maka
perpanjangan pegas itu tdk sebanding dengan gaya yang diberikan artinya
semakin besar gaya yang diberikan kepadaa pegas maka pertambahan panjang
akan lebih besar atau pada percobaan ini semakin besar gaya yang diberikan atau
semakin besar torsi yang diberikan makka sudut yang terjadi pada batang akan
lebih besar begitupun sebalikya semakin kecil gaya yang diberikan maka semakin
kecil pula sudut yang terjadi akibat torsi.
Saran
Saran Untuk Asisten
Tetap semangat dan sabar dalam membimbing kami
7.2.2 Saran Untuk Praktikum
Kerja samanya lebih ditingkatkan lagi dan lebih teliti lagi saat mengerjakan
laporan.
Ayat yang Berhubungan
Penjelasan :
Allah memang Maha Kuasa dapat merubah nasib semua orang dan semua
kaum. Akan tetapi, hidup ini realistis. Benda tidak akan bergerak jika tidak dikenai
gaya. Begitu pula hidup, tidak akan bergerak bahkan maju jika tidak kita beri
gaya. Benda akan tetap bergerak pada kecepatan awal jika tidak dikenai gaya.
MODULUS PUNTIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DAFTAR PUSTAKA
Paul A Tipler. 1988. Fisika untuk sains dan teknik. (Trans: Lia Prasetio dan
Rahmad W.Adi). Jakarta.Erlangga.
Sears, F.W. dan Zemansky, M.W.1993. Fisika universitas (Trans: Sri Jatno
Wirdosoedirdjo). Jakarta : Erlangga
MODULUS PUNTIR