PUNTIRAN / TORSI
A. Definisi Torsi
Torsi adalah suatu pemuntiran sebuah batang yang diakibatkan oleh kopel-
kopel (couples) yang menghasilkan perputaran terhadap sumbu longitudinalnya.
Kopel-kopel yang menghasilkan pemuntiran sebuah batang disebut momen
putar (torque) atau momen puntir (twisting moment). Momen sebuah kopel
sama dengan hasil kali salah satu gaya dari pasangan gaya ini dengan jarak antara
garis kerja dari masing-masing gaya.
Gambar 8.1. Diagram Momen Kopel pada Batang
B. Puntiran Poros Berpenampang Lingkaran.
Akibat puntiran murni pada poros berpenampang lingkaran adalah timbulnya
tegangan geser murni dalam bahan. Bila poros dibagi menjadi dua bagian oleh
bidang transversal khayal, akan terlihat bahwa permukaan-permukaan pada kedua
pihak dari bidang ini cenderung berputar, relatif yang dianggap terdiri dari
lapisan-lapisan tipis transversal yang jumlahnya tak terhingga, masing-masing
relative berputar sedikit terhadap lapisan berikutnya bila torsi diberikan, akibatnya
poros akan terpuntir. Pergerakan angular salah satu ujung relative terhadap yang
lain disebut sudut puntiran.
Tegangan puntir disebabkan oleh momen puntir yang bekerja pada
penampang batang. Dalam menganalisa tegangan puntir, momen torsi yang
biasanya dinyatakan dalam vektor rotasi diubah menjadi vektor translasi dengan
menggunakan aturan tangan kanan. Lipatan jari tangan menunjukkan arah vektor
2
rotasi dan jari jempol menunjukkan vektor translasi. Seperti halnya gaya aksial,
tegangan puntir muncul (momen puntir ada) bila batang tersebut dipotong.
Metode irisan tetap digunakan untuk mendapatkan momen puntir dalam, sehingga
tegangan puntir dapat dicari.
Poros yang mengalami puntiran
C. Puntiran pada kawat baja
Tali/kawat baja sering dipakai pada mesin-mesin pengangkat sebagai salah
satu perangkat mesin pemindah bahan. Dibandingkan dengan rantai, tali baja
mempunyai keunggulan sebagai berikut :
a. Lebih ringan
b. Lebih tahan terhadap sentkan
c. Operasi yang tenang walaupun pada kecepatan operasi yang tinggi
d. Keandalan operasi yang lebih tinggi b = 130 sampai 200
Tali baja terbuat dari kawat baja dengan kekuatan kg/mm2. dimana dalam
proses pembuatannya kawat baja diberi perlakuan panas tertentu dan digabung
dengan penarikan dingin, sehingga menghasilkan sifat mekanis kawat baja yang
tinggi.
Salah satu hal yang dapat menyebabkan puntiran pada kawat baja yaitu
proses pembuatan yang dilakukan dengan pemintalan (penganyaman) yang akan
menyebabkan timbulnya gaya internal pada kawat baja. Hal lain yang dapat
menyebabkan puntiran adalah kawat diberi pembebanan maka pintalan tadi
cenderung akan mengecil sehingga juga akan menyebabkan puntiran pada kawat.
3
Pada saat tali ditekuk maka akan timbul gaya-gaya yang rumit pada kawat
yang terdiri dari tarikan, tekanan dan puntiran, oleh karena itu sangatlah sulit
untuk mendeteksi gaya-gaya yang terjadi.
D. Tali Baja Anti Puntir
Perkembangan terakhir pada pembuatan tali baja menghasilkan jenis tali baja
yang anti puntir. Tali yang demikian diproduksi oleh The Odessa Rope Works.
Pada tali ini sebelum dipintal setiap kawat dan untaian dibentuk sesuai dengan
kedudukannya di dalam tali. Akibatnya tali yang tidak dibebani tidak akan
mengalami tegangan internal. Tali ini mempunyai kecenderungan untuk terurai
walaupun ujung tali ini tidak disimpul. Sifat ini akan mempermudah
penyambungan anyaman tali. Diantara keunggulan tali ini dibandingkan tali biasa
yaitu :
a. Distribusi beban yang merata pada setiap kawat sehingga tegangan internal
yang terjadi minimal
b. Lebih fleksibel
E. Torsi pada Batang Elastis Berpenampang Bulat
Sebuah batang atau poros (shaft) berpenampang lingkaran yang dipuntir
oleh kopel-kopel T yang bekerja pada ujung-ujung batang mengalami
puntiran murni (pure torsion). Berdasarkan pertimbangan simetri, maka dapat
diperlihatkan bahwa penampang dari sebuah batang bundar akan berputar seperti
sebuah benda kaku terhadap sumbu longitudinalnya dengan jari-jarinya
tetaplurus dan penampangnya tetap berbentuk bidang dan bulat. Juga, bila
sudut-puntiran (the angle of twist) total batangnya kecil, maka baik panjang dan
jari-jari batang kedua - duanya tak ada yang mengalami perubahan.
F. Momen Inersia Kutub
4
G. Tegangan dan Regangan Akibat Momen Puntir
a. Tegangan Geser
Tegangan geser adalah intesitas gaya yang bekerja sejajar dengan
bidang dari luas permukaan. Persamaan umum tegangan geser pada
sebarang titik dengan jarak r dari pusat penampang adalah:
b. Regangan Geser
Regangan geser adalah perbandingan tegangan geser yang terjadi
dengan modulus elastisitasnya.
Dimana :
G = modulus elastisitas geser,
= tegangan geser
H. Desain Poros dalam Kaitannya dengan Torsi
Setelah torsi yang ditansmisikan oleh suatu poros ditentukan dan
tegangan geser ijin maksimum dipilih, maka persamaan proporsional dari
poros adalah
I. Sudut Puntir Batang
Selama pemuntiran, terjadi perputaran terhadap sumbu longitudinal dari
salah satu ujung batang terhadap ujung lainnya sehingga membentuk sudut
yang disebut sudut puntir (angle of twist).
Gambar 8.2. Sudut Puntir pada Batang
Dimana: = sudut puntir (rad)
T = torsi (Nm)
L = panjang batang (m)
G = modulus elastisitas geser (N/m
2
)
J = momen inersia kutub (m
4
)
J. Torsi pada Batang Pejal Berpenampang Tidak Bulat
Untuk batang-batang yang bukan melingkar, irisan yang tegak lurus
terhadap sumbu bagian struktur akan melengkung bila dikenakan momen
punter
6
Gambar 8.3. Torsi pada Batang Pejal Berpenampang Tidak Bulat
Pada batang berbentuk siku empat, tegangan geser pada sudut-sudut adalah
nol. Sedang pada tengah-tengah sisi yang panjang tegangan tersebut menjadi
maksimum.
Tegangan geser maksimum:
Sudut puntir:
Parameter dan tergantung pada perbandingan (b/c)
Keterangan : T = momen puntir
L = panjang poros
7
G = modulus elatisitas geser
b = sisi panjang irisan siku empat
c = sisi pedek irisan siku empat
, = parameter
K. Torsi pada Bagian Pipa Berdinding Tipis
Gambar 8.5. Torsi pada Bagian Pipa Berdinding Tipis
Momen puntir total T yang dihasilkan oleh tegangan-tegangan geser adalah:
Keterangan: q = aliran geser (shear flow)
Am = luas yang dibatasi oleh garis tengah keliling
tabung tipis (luas median)
Karena untuk tabung tertentu q adalah konstan, maka tegangan geser pada
suatu titik dari suatu tabung dimana tebal dinding t adalah
Sudut puntir untuk sebuah pipa berdinding tipis dapat ditentukan
dengan menyamakan usaha yang dilakukan oleh momen puntir T yang
dikenakan dengan energi regangan batang.
8
Untuk bahan yang elastis linier, sudut puntir dari suatu tabung berongga
dapat diperoleh dengan menggunakan dasar kekekalan energi.
L. Batang Berpenampang Berongga yang Berdinding Tipis
Jika penampang lingkaran berongga berdinding sangat tipis, momen
inersia polar dapat didekati dengan rumus:
Keterangan : t = tebal pipa
d = diameter pipa
Gambar 5.5. Penampang berongga dengan dinding tipis
Sebuah contoh batang dengan sembarang penanipang berongga yang
berdinding tipis dapat dilihat path Gambar 5.5. Jika aliran gaya q
menyatakan besarnya gaya persatuan panjang yang besarnya konstan, yang mana
dapat dihitung dengan
q = . t
maka besarnya momen puntir adalah (lihat juga Gambar 5.5(a)):
9
dengan dA = q ds dan r adalah jarak dA ke titik berat penampang. Jika luas daerah
terarsir (luas segitiga):
maka Persamaan (5.9) dapat dituliskan menjadi:
dengan Am: luas penampang yang dibatasi oleh tengah-
tengah antara sisi luar dan dalam dan dinding bagian luar dan dalam (luas
terarsir pada Gambar 5.5 (b)). Sedangkan tegangan geser dapat dihitung dengan
rumus
M. Arus Geser pada Poros Berdinding Tipis dengan Beban Puntir
Sebagaimana pada persoalan tentang lenturan, maka di sinipun arus geser
memiliki pengertian yang sama, yaitu tegangan geser, t , total yang bekerja
pada sepanjang tebal dinding batang, t , yang mengalami pembebanan puntir.
Gambar 3.4. Analisis Arus Geser
10
Besarnya tegangan geser pada serat tertentu yang berjarak r dari sumbu
netral dari suatu penampang lintang tertentu diberikan oleh persamaan (3.8),
. Maka besarnya arus geser di A yang sama
besarnya dengan di B adalah
Dengan demikian tegangan rata-rata pada sepanjang tebal dinding pipa pada
suatu penampang lintang tertentu adalah
(MPa)
Dengan
= tegangan geser rata-rata sepanjang tebal dinding pipa (MPa)
q = arus geser pada sepanjang tebal dinding poros pipa (N/mm)
R
o
= jari-jari luar (mm)
R
i
= jari-jari dalam (mm)
T = torsi yang bekerja poros (N.mm)
N. PEGAS SPIRAL
Atau sering disebut juga coil spring dan sering juga disebut per keong atau
pegas ulir. Pegas sepiral ini terdiri atas sebuah uliran batang baja dalam bentuk
melingkar seperti rumah siput atau keong. Pegas ini memiliki ketahanan sangat
baik terhadap beban kejut, dan ketika terjadi defleksi tidak akan menimbulkan
gesekan. Namun pegas spiral tidak memiliki sifat meredam beban kejut, sehingga
dalam pemakaiannya selalu dirangkaikan dengan peredam kejut (shock absorber)
serta memerlukan dudukan pegas yang dipasang dikedua ujung pegas spiral.
Pegas ini umumnya dipasang pada system suspensi depan, karena daya
pemegasan pegas spiral bergantung pada garis tengah dan panjang batang baja
yang dipakai. Semakin diameter pegas dan semakin panjang pegas tersebut maka
t =
T r
J
.
( )
( )
A B A
o i
o i
q q dr
T r
J
dr
T r
R R
dr
T
R R
r
i
R
o
R
i
R
o
R
i
R
o
R
i
R
o
R
= = = =
-
=
-
t
p
p
.
.
.
.
.
.
2
2
4 4
4 4
2
2
( )
( )
t
p
=
-
=
+ -
q
R R
T
R R
R R o i
o i
o i
2 2
11
akan semakin fleksible. Pegas spiral yang panjang dapat memegas lebih leluasa
dan dapat melentur lebih jauh.
O. KOPLING
A. Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya
Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk
mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang
digerakkan (driven shaft), dimana putaran inputnya akan sama dengan
putaran outputnya. Tanpa kopling, sulit untuk menggerakkan elemen
mesin sebaik-baiknya. Dengan adanya kopling pemindahan daya dapat
dilakukan dengan teratur dan seefisien mungkin.
Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah kopling adalah:
1. Mampu menahan adanya kelebihan beban.
2. Mengurangi getaran dari poros penggerak yang diakibatkan oleh
gerakan dari elemen lain.
3. Mampu menjamin penyambungan dua poros atau lebih.
4. Mampu mencegah terjadinya beban kejut.
Untuk perencanaan sebuah kopling kita harus memperhatikan kondisi-kondisi
sebagai berikut:
1. Kopling harus mudah dipasang dan dilepas
2. Kopling harus dapat mentransmisikan daya sepenuhnya dari poros
3. Kopling harus sederhana dan ringan
4. Kopling harus dapat mengurangi kesalahan hubungan pada poros
Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis:
1. Kopling Tetap
Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai
penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan
12
secara pasti (tanpa terjadi slip), dimana sumbu kedua poros tersebut
terletak pada satu garis lurus atau dapat sedikit berbeda sumbunya.
Kopling tetap selalu dalam keadaan terpasang, untuk
memisahkannya harus dilakukan pembongkaran. Kopling tetap terbagi
atas:
1. Kopling kaku
Kopling kaku dipergunakan bila kedua poros harus dihubungkan sumbu
segaris, dan dipakai pada poros mesin dan transmisi umum di pabrik-
pabrik, kopling ini terdiri atas :
a. Kopling bus
b. Kopling flens kaku
c. Kopling flens tempa
2. Kopling luwes
Kopling luwes ( fleksibel ) memungkinkan adanya sedikit ketidaklurusan
sumbu poros yang terdiri atas:
a. Kopling flens luwes
b. Kopling karet ban
c. Kopling karet bintang
d. Kopling gigi
e. Kopling rantai
3. Kopling universal
Kopling universal digunakan bila kedua poros akan membentuk
sudut yang cukup besar, terdiri dari:
a. Kopling universal hook
b. Kopling universal kecepatan tetap
Kopling universal digunakan bila poros penggerak dan poros yang
digerakkan membentuk sudut yang cukup besar.
4. Kopling Fluida
Penerusan daya dilakukan oleh fluida sehingga tidak ada hubungan
antara kedua poros. Kopling Fluida sangat cocok untuk mentransmisikan
13
putaran tinggi dan daya yang besar. Keuntungannya adalah getaran dari
sisi penggerak dan tumbukan dari sisi beban tidak saling diteruskan.
Demikian pula pada waktu terjadi pembebanan lebih , penggerak mula
tidak akan terkena momen yang akan melebihi batas kemampuan.
14
5. Kopling Tidak Tetap
Kopling tidak tetap adalah kopling yang digunakan untuk
menghubungkan poros penggerak dan poros yang digerakkan dengan
putaran yang sama saat meneruskan daya. Kopling juga dapat melepaskan
hubungan kedua poros tersebut dalam keadaan diam maupun berputar
tanpa harus menghentikan putaran dari poros penggerak.
Kopling tak tetap meliputi:
1. Kopling cakar, terdiri dari:
a. Kopling cakar persegi
b. Kopling cakar spiral
c. Kopling Kerucut
15
d. Kopling Friwil
2. Kopling pelat, terdiri dari:
a. Menurut jumlah pelatnya:
Kopling pelat tunggal
Kopling pelat banyak
b. Menurut cara pelayanannya:
Kopling pelat cara manual
Kopling pelat cara hidrolik
Kopling pelat cara pneumatic
c. Menurut pelumasannya:
Kopling pelat kering
Kopling pelat basah
16
Secara umum kopling pelat adalah kopling yang menggunakan satu pelat
atau lebih yang dipasang diantara kedua poros serta membuat kontak dengan
poros tersebut, sehingga terjadi penerusan daya melalui gesekan antara
sesamanya. Konstruksi kopling ini cukup sederhana, dapat dihubungkan dan
dilepaskan dalam keadaan berputar karena itu kopling ini sangat banyak dipakai.
Komponen Utama Kopling
Roda Penerus
Selain sebagai penstabil putaran motor,roda penerus juga berfungsi
sebagai dudukan hampir seluruh komponen kopling.
Pelat Kopling
17
Kopling berbentuk bulat dan tipis terbuat dari plat baja berkualitaas tinggi.
Kedua sisi plat kopling dilapisi dengan bahan yang memiliki koefesien gesek
tinggi. Bahan gesek ini disatukan dengan plat kopling dengan menggunakan
keling (rivet).
Pelat Tekan
Pelat tekan kopling terbuat dari besi tuang.pelat tekan berbentuk
bulat dan diameternya hampir sama dengan diameter plat kopling. salah
satu sisinya (sisi yang berhubungan dengan plat kopling) dibuat halus, sisi
ini akan menekan plat kopling dan roda penerus, sisi lainnya mempunyai
bentuk yang disesuaikan dengan kebutuhan penempatan komponen
kopling lainnya.
Unit Plat Penekan
Sebagai satu kesatuan dengan plat penekan, pelat penekan
dilengkapi dengan sejumlah pegas spiral atau pegas diaphragma. tutup dan
tuas penekan. Pegas digunakan untuk memberikan tekanan terhadap pelat
tekan, pelat kopling dan roda penerus. jumlah pegas (kekuatan tekan)
disesuikan dengan besar daya yang harus dipindahkan.
18
Mekanisme Penggerak
Komponen penting lainnya pada kopling ialah mekanisme
pemutusan hubungan (tuas tekan). mekanisme ini di lengkapi dengan
bantalan bola, bantalan bola diikat pada bantalan luncur yang akan
bergerak maju/mundur pada sambungan. Bantalan bola yang dilengkapi
dengan permukaan tekan akan mendorong tuas tekan.
Rumah Kopling
Rumah kopling terbuat dari besi tuang atau aluminium. rumah kopling
menutupi seluruh unit kopling dan mekanisme penggerak. rumah kopling
umumnya mempunyai daerah terbuka yang berfungsi sebagai saluran sirkulasi
udara.
19
Cara Kerja Kopling
Pada saat pedal kopling ditekan/diinjak, ujung tuas akan mendorong
bantalan luncur kebelakang. bantalan luncur akan menarik plat tekan melawan
tekanan pegas.
Pada saat pelat tekan bergerak mundur, pelat kopling terbebas dari roda
penerus dan perpindahan daya terputus. bila tekanan pedal kopling dilepas, pegas
kopling akan mendorong pelat tekan maju dan menjepit pelat kopling dengan roda
penerus dan terjadi perpindahan daya. Pada saat pelat tekan bergerak
kedepan,pelat kopling akan menarik bantalan luncur, sehingga pedal kopling
20
kembali ke posisi semula. selain secara mekanik, sebagai mekanisme pelepas
hubungan.
Sekarang sudah banyak digunakan sistem hidrolik dan booster. secara
umum, sistem hidrolik dan hidrolik booster adalah sama. perbedaannya adalah
pada sistem hidrolik booster , digunakan booster untuk memperkecil daya tekan
pada pedal kopling. pemilihan sistem yang digunakan disesuikan dengan
kebutuhan.
Pada sistem hidrolik, pada saat pedal kopling ditekan, maka batang
penerus akan mendorong piston pada master silinder kopling, fluidapada sistem
akan meneruskan daya ini keselinder pada unit kopling, dan piston silinder unit
kopling akan mendorong tuas, dan seperti pada sistem mekanik, pelat kopling
terlepas, sehingga penerusan daya dari motor ke transmisi terputus. Cara kerja
sistem hidrolik ini sama seperti cara kerja pada sistem rem. Kebocoran sistem
hidrolik akan mengganggu proses pelepasan hubungan.
21
Rumus-rumus yang Digunakan
Torsi maksimum
Kopling plat gesek bekerja karena adanya gaya gesek (U)
dengan permukaan, sehingga menyebabkan terjadinya momen
punter pada poros yang di gerakkan. Momen ini bekerja dalam waktu
tr sampai putaran kedua poros sama. Pada keaadan terhubung tidak
terjadi slip dan putaran kedua poros sama dengan putaran awal poros
penggerak, sehingga dapat dibuat persamaan :
Mr = Mb + Mh
Dimana :
Mr = Torsi gesek [kgf.cm]
Mb = momen puntir poros transmisi [kgf.cm]
Mh = Torsi percepatan [kgf.cm]
Nilai Mh dapat dihitung dengan persamaan :
Mh = 71620
Dengan :
Mh = Torsi maksimum [kgf.cm]
N = Daya maksimum [hp]
N = putaran poros [rpm]
71620 = konstanta korelasi satuan
Teori Gesek
Harga torsi gesek didapat dari hubungan :
Mr = C . Mh
22
Dengan : Mr = Torsi gesek [kgf.cm]
C = Konstanta
Harga C dapat dipilih dari tabel pada lampiran, harga ini berkisar antara 2-3 untuk
kendaraan mobil.
Kerja Gesek dan Daya Gesek
Kerja gesek ditentukan dari hubungan antara torsi, putaran, dam waktu terjadinya
slip yaitu :
Dimana: Ar = Kerja gesek [kgf.cm]
Mr = Torsi gesek [kgf.cm]
n = Putaran [rpm]
tR = Waktu penyambungan / slip [detik]
1910 = Faktor korelasi satuan
Harga daya gesek dapat ditentukan dari hubungan kerja gesek dengan
frekuensi penggunaan kopling, yaitu jumlah penekanan atau pelepasan kopling
persatuan waktu yaitu :
Dimana : Nr = Daya gesek [hp]
z = Frekuensi penekanan kopling dalam satu jam
2710
4
= Faktor korelasi satuan
23
Diameter Rata-rata Plat Gesek
Diameter rata-rata plat gesek ditentukan dengan menggunakan persamaan untuk
diameter rata-rata, yaitu :
Dengan : d = Diameter rata-rata pelat [cm]