Disusun Oleh :
KELAS A
KAMPUS PALEMBANG
Dosen Pembimbing :
196108181990032003
Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya
2018
Tegangan EMF ini akan menghasilkan suatu arus jangkar. Jadi diesel sebagai prime
mover akan memutar rotor generator, kemudian rotor diberi eksitasi agar menimbulkan
medan magnit yang berpotongan dengan konduktor pada stator dan menghasilkan tegangan
pada stator. Karena terdapat dua kutub yang berbeda yaitu Utara dan Selatan, maka pada 900
pertama akan dihasilkan tegangan maksimum positif dan pada sudut 2700 kedua akan
dihasilkan tegangan maksimum negatif. Ini terjadi secara terus menerus. Bentuk tegangan
seperti ini lebih dikenal sebagai fungsi tegangan bolak-balik.
Generator arus bolak-balik sering disebut sebagai generator sinkron atau alternator.
Generator arus bolak-balik memberikan hubungan yang sangat penting dalam proses
perubahan energi dari batu bara, minyak, gas, atau uranium ke dalam bentuk yang bermanfaat
untuk digunakan dalam industri atau rumah tangga. Dalam generator arus bolak-balik
bertegangan rendah yang kecil, medan diletakan pada bagian yang berputar atau rotor dan
lilitan jangkar pada bagian yang diam atau stator dari mesin
ε = N .B .ω
Keterangan:
ε = besarnya tegangan (V)
N = banyaknya lilitan
B = kuat medan magnetik (T)
ω = kecepatan putar dari generator (rad/s)
C. Bagian-bagian generator AC
Pulley
Berfungsi untuk tempat V belt penggerak alternator yang memindahkan gerak putar
mesin untuk memutar alternator.
Kipas (fan)
Berfungsi untuk mendinginkan komponen altenator yaitu diode maupun kumparan pada
alternator.
Rotor alternator
Bila rotor dirangkai seperti gambar diatas, maka arus listrik akan mengalir dari positip
baterai, variable resistor, amper meter, slip ring, rotor coil, slip ring dan ke negatip baterai.
Adanya aliran listrik pada rotor menyebabkan rotor menjadi magnet, saat tahanan pada
variable resistor kecil maka arus yang mengalir sangat besar, magnet pada rotor sangat kuat,
namun bila tahanan variable resistor besar maka arus yang mengalir ke rotor coil menjadi
kecil sehingga kemagnetan juga menjadi kecil. Pada saat tahanan variable resistor kecil maka
voltmeter yang dipasang pada slip ring menunjukan tegangan yang besar, sebaliknya saat
tahanan variable resistor besar maka tegangan pada slip ring menjadi kecil.
Sikat (brush)
Sikat berfungsi untuk mengalir arus listrik dari regulator ke rotor coil. Pada altenator terdapat
dua sikat, yaitu :
1. Sikat positip yang berhubungan dengan terminal F alternator
2. Sikat negatip berhubungan dengan bodi altenator dan terminal E
Sikat selalu menempel dengan slip ring, saat rotor berputar maka akan terjadi gesekan
antara slip ring dengan sikat, sehingga sikat menjadi cepat aus. Kontak sikat dengan slip ring
harus baik agar listrik dapat mengalir dengan baik, agar kontak sikat dengan slip ring baik
maka sikat ditekan oleh pegas.
Sikat merupakan bagian yang sering menjadi penyebab gangguan pada altenator, karena
cepat aus. Sikat yang sudah pendek dapat menyebabkan aliran listrik ke rotor coil berkurang,
akibat tekanan pegas yang melemah. Berkurangnya aliran listrik ke rotor coil menyebabkan
Sikat patah dan pecahnya rumah sikat sering dijumpai akibat kesalahan saat merakit
altenator. Saat rotor dilepas sikat akan keluar akibat tekanan pegas, pada kondisi tersebut
bila seseorang merakit rotor, maka bearing rotor akan menekan sikat sehingga sikat patah
dan hal ini dapat pula menyebabkan rumah sikat pecah, untuk menghindari hal tersebut
maka sikat harus dimasukkan ke rumahnya dan ditahan menggunakan kawat yang
dimasukan melaui lubang kecil yang sedah tersedia, bila sikat sudah tertahan oleh kawat
maka rotor dapat dimasukkan dengan aman.
Regulator
Regulator berfungsi untuk mengatur arus dan tegangan yang dihasilkan oleh altenator.
Arus yang dihasilkan altenator sampai putaran 2000 rpm sebesar 10 A atau kurang, namun
saat beban lampu dihidupkan maka arus yang dihasilkan pada putaran 2000 rpm sebesar 30 A
atau lebih sesuai kapasitas dari altenator dan beban listriknya. Tegangan yang dihasilkan
altenator dijaga tetap stabil pada 13,8-14,8 Volt. Regulator mekanik 6 terminal mempunyai
terminal E, F, N, B, IG dan L. Pada regulator ini terdiri dari dua bagian yaitu voltage
regulator yang berfungsi untuk mengatur arus dan tegangan pengisian dan voltage relay yang
Pola susunan terminal pada regulator tipe A adalah IG,N,F dan E,L,B, sedangkan pola
susunan terminal pada regulator tipe B adalah B,L,E dan F,N,IG. Meskipun terminal
regulator mempunyai pola tertentu, namun kita sering mengalami kesulitan dalam
menentukan terminal regulator, sehingga kita kesulitan menentukan apakah regulator tertentu
tipa A atau tipe B.
Gambar (a) adalah sebuah generator AC dengan kumparan kawat sebagai rotor.
Tampak pada grafik dibawahnya bahwa dengan satu putaran lilitan kumparan mampu
menghasilkan listrik AC fasa tunggal.
Gambar (b) juga sama seperti gambar (a), yakni sebuah alternator dengan kumparan
sebagai rotor. Hanya saja lilitan kumparan diperbanyak menjadi beberapa kali. Hal ini akan
menghasilkan arus listrik AC fasa tungggal dengan frekuensi yang sama seperti gambar (a),
namun memiliki nilai voltase yang berlipat ganda sesuai dengan jumlah lilitan kumparan.
Gambar (c) dan (d) adalah generator AC tipe medan magnet sebagai rotor, sehingga
kawat kumparan didesain berada di sisi stator. Nampak pada gambar (c), stator tersusun atas
dua sisi kumparan yang saling terhubung secara seri. Selain itu arah putaran lilitan kumparan
antara yang satu dengan yang lainnya nampak saling berkebalikan, hal ini dikarenakan tiap-
tiap kumparan akan menghadap ke medan magnet dengan kutub yang berbeda. Dengan
desain demikian akan membuat arah arus listrik yang terbangkitkan akan selalu searah antara
kumparan yang satu dengan yang lainnya.
Generator gambar (d) merupakan pengembangan dari desain (c), dimana kumparan
kawat bertambah menjadi empat kumparan dan begitu pula dengan kutub magnet yang juga
menjadi empat kutub. Lilitan kumparan saling terhubung secara seri sesuai dengan gambar di
atas. Dengan desain semacam ini, untuk setiap 90o putaran rotor, kutub voltase listrik akan
berubah arah dari positif ke negatif ataupun sebaliknya. Sehingga di setiap satu putaran rotor
akan tercipta dua gelombang penuh listrik AC. Selain itu karena kumparan dihubungkan
secara seri dan output tegangan berupa satu fase, maka besar tegangan listrik total yang
dihasilkan oleh generator ini sebanyak empat kali tegangan yang dihasilkan oleh masing-
masing kumparan. Dengan kata lain dua kali lebih besar dibandingkan dengan tegangan
listrik yang dihasilkan oleh generator (c).
Generator tiga fasa memiliki prinsip kerja yang sama dengan generator satu fasa.
Pembeda paling utama adalah digunakannya tiga kumparan kawat yang saling terhubung
dengan konfigurasi khusus. Jika pada alternator satu fasa beberapa kumparan dihubungkan
secara seri akan menghasilkan tegangan listrik AC yang lebih besar, maka pada alternator
tiga fasa koneksi antar ketiga kumparan kawat akan menghasilkan tiga gelombang voltase
listrik AC yang saling mendahului.
Tiga kumparan kawat, diposisikan sebagai rotor ataupun stator alternator, disusun
sedemikian rupa sehingga diantara ketiganya memiliki jarak sudut 120o. Masing-masing
kumparan memiliki dua ujung kawat yang salah satu ujungnya dihubungkan dengan ujung
kawat kumparan lainnya dengan bentuk konfigurasi delta (Δ) atau wye(Y) seperti pada
Tegangan listrik keluaran alternator AC tiga fasa membentuk tiga buah gelombang
sinus jika diproyeksikan ke dalam sebuah grafik. Ketiga gelombang tersebut memiliki
frekuensi yang sama persis, namun saling memiliki jarak sepertiga gelombang antara satu
gelombang dengan gelombang lainnya. Dibawah ini adalah sebuah animasi proses
pembentukan gelombang listrik AC dari sebuah alternator. Titik-titik merah, biru, dan hijau
adalah posisi dimana kumparan kawat harus diletakan serta merepresentasikan fase satu, dua,
dan tiga.
𝑝𝑥𝑛
𝑓=
120
Keterangan :
f = Frekuensi tegangan yang diinduksikan (Hz)
p = jumlah kutub pada rotor
n = kecepatan rotor per menit (rpm)
𝐸 = 4 . 𝑓 . 𝑓𝑣 . Φ . W . 10−8 Volt
Keterangan :
E = Tegangan GGL generator (V)
f = frekuensi generator (Hz)
fv = faktor efektif = 1,111
fw = faktor lilitan (untuk generator fasa tunggal adalah 0,8 dan untuk generator
fasa tiga adalah 0,96)
Φ = fluks (garis gaya = 108 maxwell)
W = lilitan
ε = N .B .ω
Keterangan:
ε = besarnya tegangan (V)
N = banyaknya lilitan
B = kuat medan magnetik (T)
ω = kecepatan putar dari generator (rad/s)
𝜀𝑚𝑎𝑘𝑠 = N . B . A . ω
Keterangan:
ε = besarnya tegangan (V)
N = banyaknya lilitan
B = kuat medan magnetik (T)
ω = kecepatan putar dari generator (rad/s)
A = Luas Penampang (m2)
Rugi listrik dikenal juga dengan rugi tembaga yang terdiri dari kumparan armatur,
kumparan medan. Rugi – rugi tembaga ditemukan pada semua belitan pada mesin, dihitung
berdasarkan pada tahanan dc dari lilitan pada suhu 750 C dan tergantung pada tahanan efektif
dari lilitan pada fluks dan frekuensi kerjanya. Rugi kumparan armatur ( Par = Ia2 . Ra ) sebesar
sekitar 30 sampai 40% dari rugi total pada beban penuh. Sedangkan rugi kumparan medan
shunt ( Psh = Ish2 . Rsh ) bersama – sama dengan kumparan medan seri ( Psr = Isr2 . Rsr ) sebesar
sekitar 20% sampai 30% dari rugi beban penuh.
Sangat berkaitan dengan rugi I2 R adalah rugi – rugi kontak sikat pada cincin slip
dan komutator, rugi ini biasanya diabaikan pada mesin induksi dan mesin serempak, dan
pada mesin dc jenis industri tegangan jatuh pada sikat dianggap tetap sebesar 2V
keseluruhannya jika dipergunakan sikat arang dan grafit dengan shunt.
2. Rugi Besi
Rugi besi disebut juga rugi magnetik yang terdiri dari histerisis dan rugi arus pusar
atau arus eddy yang timbul dari perubahan kerapatan fluks pada besi mesin dengan hanya
lilitan peneral utama yang diberi tenaga pada generator sinkron rugi ini dialami oleh besi
armatur, meskipun pembentukan pulsa fluks yang berasal dari mulut celah akan
menyebabkan rugi pada besi medan juga, terutama pada sepatu kutub atau permukaan besi
medan. Rugi ini biasanya data diambil untuk suatu kurva rugi – rugi besi sebagai fungsi
dari tegangan armatur disekitar tegangan ukuran. Maka rugi besi dalam keadaan terbebani
ditentukan sebagai harga pada suatu tegangan yang besarnya sama dengan tegangan
ukuran yang merupakan perbedaan dari jatuhnya tahanan ohm armatur pada saat
terbebani. Rugi histerisis (Ph) dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan empiris yang
besarnya adalah :
3. Rugi Mekanik
Rugi gesek yang terjadi pada pergesekan sikat dan sumbu. Rugi ini dapat diukur
dengan menentukan masukan pada mesin yang bekerja pada kecepatan yang
semestinya tetapi tidak diberi beban dan tidak diteral.
Rugi angin (windageloss) atau disebut juga rugi buta (stray loss) akibat adanya celah
udara antara bagian rotor dan bagian stator. Besar rugi mekanik sekitar 10 sampai 20%
dari rugi total pada beban penuh.
𝑃𝑐𝑢,𝑠
𝐼 2𝑠 = .............................................................................. 2
3 . 𝑅𝑠
√𝑃𝑐𝑢,𝑠
𝐼𝑠 = ............................................................................ 3
3 .𝑅𝑠
Keterangan :
8. Arus Rotor
Oleh karena pemanasan rotor sama dengan pemanasan stator maka persamaan
pembatasnya pun mempunyai bentuk yang sama yaitu :
𝑃𝑐𝑢, 𝑟 = 𝐼2 . 𝑟 𝑥 𝑅𝑟 ................................................................. 1
𝑃𝑐𝑢,𝑟
𝐼2 𝑟 = ............................................................................... 2
𝑅𝑟
√𝑃𝑐𝑢,𝑟
𝐼𝑟 = .............................................................................. 3
𝑅𝑠
Keterangan :
Pcu,r = Rugi-rugi belitan maksimum belitan rotor (watt)
Ir = Arus rotor maksimum (ampere)
Rr = Resistansi belitan rotor ( ohm )
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 2.12 sistem segitiga daya berikut ini :
Daya memiliki hubungan usaha yaitu daya merupakan usaha yang dilakukan dalam
satuan waktu atau dengan kata lain daya berbanding terbalik dengan waktu sehingga dapat
dirumuskan sebagai berikut :
𝑊
𝑃=
𝑇
Keterangan :
P = Daya (W)
W = Usaha (joule)
T = Waktu (s)
Atau
𝑃𝑜𝑢𝑡
𝜂= 𝑥 100% .......................................................... 2
𝑃𝑖𝑛+𝑃𝑙𝑜𝑠𝑠
𝑃𝑙𝑜𝑠𝑠 = 𝐼2 . 𝑅........................................................................... 3
Keterangan :
𝜂 = efisiensi generator (%)
Pout = daya keluaran (watt)
Pin = daya masukan (watt)
Pin (daya masukan) adalah jumlah dari masukan ac pada jangkar dan masukan dc pada
medan. Sedangkan daya keluaran adalah daya masukan total dikurangi jumlah rugi-rugi
total.
H. Pemanfaatan Generator AC
Berikut ini merupakan beberapa contoh dari pemanfaatan generator AC dalam kehidupan
sehari – hari :
a. Bagian utama dinamo sepeda adalah sebuah magnet tetap dan kumparan yang disisipi
besi lunak. Jika magnet tetap diputar, perputaran tersebut menimbulkan GGL induksi
pada kumparan. Jika sebuah lampu pijar (lampu sepeda) dipasang pada kabel yang
menghubungkan kedua ujung kumparan, lampu tersebut akan dilalui arus induksi AC,
akibatnya lampu tersebut menyala. Nyala lampu akan makin terang jika perputaran
magnet tetap makin cepat (laju sepeda makin kencang).
Pada PLTU, generator digerakan oleh tenaga uap air yang dipanaskan dengan bahan
bakar batu bara. Uap air yang dihasilkan dialirkan dengan tekanan yang tinggi untuk
memutar turbin generator. Bentuk gambaran penggunaan generator pada PLTU ini
diperlihatkan pada gambar 1.8.
Generator AC banyak kita jumpai pada pusat-pusat listrik (dengan kapasitas yang
relatif besar). Misalnya pada PLTA, PLTU, PLTD, PLTN, PLTG, dan lain lain. Disini
umumnya generator AC disebut dengan alternator atau generator saja. Selain generator AC
dengan kapasitas yang relatif besar tersebut, kita mengenal pula generator dengan kapasitas
yang relatif kecil, misalnya generator yang dipakai untuk penerangan darurat, untuk
penerangan daerah-daerah terpencil (yang belum terjangkau PLN), dan sebagainya.
Generator tersebut sering disebut home light atau generator set.
2. Sebuah generator memiliki 1000 lilitan. Jika generator tersebut berputar dengan
kecepatan sudut 3 rad/s pada medan magnetik sebesar 10 T, maka tegangan yang
dihasilkan generator tersebut adalah berapa ?
Diketahui :
N = 1000 lilitan
ω = 3 rad/s
B = 10 T
Ditanya :
ε ?
Jawab :
ε = N.B.ω
ε = 1000 . 10 . 3
ε = 30.000 V
Imaks?
Jawab :
𝜀𝑚𝑎𝑘𝑠 = N . B . A . ω
𝜀𝑚𝑎𝑘𝑠
𝐼 𝑚𝑎𝑘𝑠 =
𝑅
N .B .A .ω
𝐼 𝑚𝑎𝑘𝑠 =
𝑅
N . B . A . 2πf
𝐼 𝑚𝑎𝑘𝑠 =
𝑅
(100). (2). (0,05). (2 x 3,14). (50)
𝐼 𝑚𝑎𝑘𝑠 =
100
𝐼 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 31,4 𝐴
Pada gambar di atas G adalah generator 1000 W yang digerakkan dengan kncir air.
Generator menerima energi sebesar 80% dari energi air. Jika generator dapat bekerja
normal, debit air yang sampai ke kincir adalah …. L/s.
Diketahui :
P = 1000 W
H = 10 m
g = 10 m/s2
𝜌 = 1000 Kg/m3
Ditanya :
Q?
Jawab :
𝑊 𝑚𝑔ℎ 𝜌. 𝑉. 𝑔. ℎ
𝑃= = = = 𝜌 .𝑄 .𝑔 .ℎ
𝑡 𝑡 𝑡
𝑃 = 𝜌 .𝑄 .𝑔 .ℎ
1000 = 80.000 𝑄
1000 𝑚2
𝑄= = 0,0125 = 12,5 L/s
80.000 𝑠
6. Pada inti besi sebuah generator memiliki koefisien steinmentz histerisis sebesar 502
joule / m3, kemudian kerapatan flux pada generator sebesar 0,8 T. Volume intinya
sebesar 0,3 m3 dan frekuensi sebesar 25 Hz. Hitunglah berapa besar nilai rugi rugi !
Diketahui :
ηh = 502 Joule/m3
Bmax = 0,8 T
V = 0,3 m3
f = 25 Hz
Ditanya :
𝑃ℎ ?
Jawab :
𝑃ℎ = 2634,57 𝑊𝑎𝑡𝑡
1. Sebuah generator memiliki 1000 lilitan. Jika generator tersebut berputar dengan
kecepatan 500 rpm di dalam medan magnetik sebesar 10 T, maka tentukan tegangan
yang dihasilkan generator tersebut !
ε = N.B.ω
ε = 1000 . 10 . 52,33
ε = 523.333,33 V
2. Diketahui :
N = 1000 lilitan 1 Tesla = 1 Weber/Luas Penampang
A = 0,05 m2
Ra = 100 Ω
B = 5 Weber / 0,05 m2 = 100 T
f = 50 Hz
Imaks?
Jawab :
𝜀𝑚𝑎𝑘𝑠 = N . B . A . ω
𝜀𝑚𝑎𝑘𝑠
𝐼 𝑚𝑎𝑘𝑠 =
𝑅
N .B .A .ω
𝐼 𝑚𝑎𝑘𝑠 =
𝑅
N . B . A . 2πf
𝐼 𝑚𝑎𝑘𝑠 =
𝑅
(1000). (100). (0,05). (2 x 3,14). (50)
𝐼 𝑚𝑎𝑘𝑠 =
100
𝐼 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 15.700 𝐴