SKRIPSI
PRODI KIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
JANUARI/2021
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
jaringan lunak karena tidak bersifat racun, bioaktif, dan biokompatibel (Hui
dkk, 2010).
Dalam proses sintesis HAp hampir selalu ditemukan senyawa apatit lain
seperti dicalcium phosphate, dibasic phosphate, tricalcium phosphate dan
beberapa fase amorph dari calcium phosphate (Hui dkk, 2010). Menurut
Puspita dan Cahyaningrum (2017) pada pH 8 dan 9 terbentuk fasa lain
selain HAp. Pada penelitian ini sintesis HAp dilakukan dengan
menggunakan bahan dasar kalsium dari cangkang telur puyuh, melalui
pembentukan Precipitated Calcium Carbonate (PCC). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Agustiyanti, dkk (2018) HAp yang disintesis dari
PCC cangkang telur ayam ras menggunakan metode presipitasi mempunyai
hasil dan pola yang mirip dengan HAp standar. Diharapkan pembuatan HAp
menggunakan metode pengendapan basah melalui pembentukan PCC
memberikan hasil yang lebih murni. Metode pengendapan basah yaitu
reaksi antar larutan yang memiliki beberapa kelebihan diantaranya, HAp
yang diperoleh memiliki kemurnian tinggi, rendemen besar dan tidak
memerlukan pelarut organik. Sedangkan pada metode kering yakni reaksi
antar padatan memiliki kekurangan antara lain kemurnian HAp yang
dihasilkan rendah, ukuran partikel besar dan bentuknya tidak teratur
(Suryadi, 2011).
2
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Cangkang telur merupakan lapisan keras yang melindungi telur dari kondisi
lingkungan sekitar. Cangkang ini keras serta memiliki kandungan kalsium
yang cukup tunggi. Kandungan kalsium pada cangkang telur merupakan
salah satu jenis makronutrien yang bermanfaat bagi tubuh (Aziz dkk, 2018).
Cangkang telur puyuh mengandung 𝐶𝑎𝐶𝑂3 (97%), 𝑀𝑔𝐶𝑂3 (1%),
𝐶𝑎3 (𝑃𝑂4 )2 (1%) dan bahan-bahan organik (1%) (Wei dkk, 2009).
PCC adalah senyawa kimia dengan rumus 𝐶𝑎𝐶𝑂3. PCC memiliki struktur
kristal yang berbeda dengan kalsium karbonat. Bentuk umum dari PCC
yaitu kristal heksagonal yang dikenal dengan calsite, dengan turunannya
yaitu skalenohedral, rhombohedral dan prismatic (Kasmujiastuti dan
Yuniari, 2012).
PCC adalah salah satu produk yang dapat disintesa dari 𝐶𝑎𝑂 dan dapat
diperoleh melalui proses hidrasi kalsium oksida (𝐶𝑎𝑂) kemudian
direaksikan dengan karbon dioksida (𝐶𝑂2). Keistimewaan dari PCC, yaitu
ukurannya mencapai partikel mikro sehingga sifat permukaannya mudah
diatur dan lebih homogen (Nurhepi, 2008). Pada umumnya PCC yang
ukuran partikelnya >1 mikro digunakan sebagai filler atau pengisi
fungsional yang penting pada sistem polimer diantaranya polipropilen,
polivinil klorida, dan polietilen tereftalat (Metwally dkk, 2014).
4
2.3 Hidroksiapatit (HAp)
HAp berasal dari berbagai sumber, baik alami maupun sintetis. Sumber
HAp secara alami terdapat pada tulang mamalia, kulit kerang, batu karang,
maupun cangkang telur. HAp juga dapat dibuat di laboratorium melalui
proses kimia dengan metode presipitasi, deposisi biomimetis, metode sol-
gel, dan metode lektrodeposisi (Ferraz dkk, 2004). Metode sintesis HAp
5
sangat menentukan morfologi, kristalografi, dan kemurnian fase partikel
yang menentukan sifat mekanis dari metrial yang dihasilkan (Kantharia dkk,
2014).
Metode pengendapan basah adalah metode yang paling terkenal dan banyak
digunakan untuk sintesis hidroksiapatit (HAp). Hal ini karena HAp dapat
disintesis dalam jumlah besar tanpa menggunakan pelarut-pelarut organik
dengan biaya yang tidak mahal (Santos dkk, 2004).
6
sistem optiknya sebelum berkas sinar infra-merah melewati sampel
(Fannyda, 2014).
7
dimiliki gugus 𝑂𝐻 yaitu pita yang muncul menunjukkan pita lebar, jika pita
yang muncul tidak lebar (runcing), dianggap ikatan hidrogen tidak ekstensif
(Fessenden dan Joan, 1992). Ikatan hidrogen mempengaruhi bentuk dan
frekuensi pita serapan dari gugus fungsi tertentu, contohnya 𝑂 − 𝐻 dan 𝑁 −
𝐻. Gugus 𝑂 − 𝐻 bebas memberikan serapan dengan frekuensi yang lebih
besar dan intensitas yang tajam sedangkan gugus 𝑂 − 𝐻 terikat (terjadinya
ikatan hidrogen) memberikan serapan dengan frekuensi yang lebih rendah
dan lebar (Muliati, 2016). Intensitas tinggi pada gugus posfat (𝑃𝑂4 3− )
ditandai dengan adanya vibrasi bending dan stretching dari ikatan 𝑃 −
𝑂 pada daerah 1000-1150 cm-1 (Muliati, 2016).
8
BAB III
METODE PENELITIAN
Alat yang digunakan antara lain tanur, ayakan 100 mesh, lumpang, alu,
cawan porselin, magnetic stirrer, hot plate, oven, neraca analitik, gelas
kimia 2000 mL, 1000 mL, 250 mL, buret 100 mL, pipet tetes, pH meter
elektrik, pH meter elektrik, desikator, corong Buchner, spektoskopi FTIR.
Bahan yang digunakan antara lain cangkang telur puyuh, 𝐻𝑁𝑂3 2M dan
pekat, 𝑁𝐻4 𝑂𝐻 25%, gas 𝐶𝑂2, akuades, akuademin, 𝐻3 𝑃𝑂4 0,3M, 𝑁𝑎𝑂𝐻
1M, kertas saring whatmann no. 41 dan kertas pH universal.
9
3.3.2 Pembuatan Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dari 𝑪𝒂𝑶
(Agustiyanti dkk, 2018)
10
3.3.4 Karakterisasi dengan Spektroskopi FTIR
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHSAN
∆
𝐶𝑎𝐶𝑂3 → 𝐶𝑎𝑂 + 𝐶𝑂2 (1)
12
𝐶𝑎𝐶𝑂3 + 2 𝐻2 𝑂 → 𝐶𝑎(𝑂𝐻)2 + 𝐶𝑂2
𝐶𝑎10 (𝑃𝑂4 )6 𝐶𝑂3 + 4𝐻𝑁𝑂3 → 𝐶𝑎10 (𝑃𝑂4 )6 (𝑂𝐻)2 + 4𝑁𝑂2 + 𝐶𝑂2 + 2𝑂2 + 𝐻2 𝑂
13
2374.37
90
449.41
1627.92
%T
495.71
727.16
75
3450.65
60
45
1217.08
941.26
609.51
555.50
30
972.12
1074.35
15
1033.85
4500 4000 3500 3000 2500 2000 1750 1500 1250 1000 750 500
H1 1/cm
Berdasarkan spektrum FTIR dari senyawa HAp hasil sintesis dengan suhu
sintering 1000ºC dapat dilihat pada Gambar 4.1 menunjukan adanya serapan
pada gugus 𝑂𝐻 − pada bilangan gelombang 3450,65 cm-1. Sedangkan
serapan pada gugus 𝑃𝑂4 3− dapat dilihat pada bilangan gelombang 941,26
cm-1 dan 972,12 cm-1 berupa vibrasi stretching phosphate, pada bilangan
gelombang 495,71 cm-1 berupa vibrasi bending, pada bilangan gelombang
1033,85 cm-1 dan 1074,35 cm-1 berupa vibrasi stretching asymmetric
phosphate dan pada bilangan gelombang 555,50 cm-1 dan 609,51 cm-1
berupa vibrasi bending asymmetric.
14
2372.44
90
433.98
%T
1433.11
75
3454.51
60
45
551.64
30
977.91
605.65
15
1120.64
-0
1039.63
4500 4000 3500 3000 2500 2000 1750 1500 1250 1000 750 500
H2b 1/cm
Berdasarkan spektrum FTIR dari senyawa HAp hasil sintesis dengan suhu
sintering 1100ºC dapat dilihat pada Gambar 4.2 menunjukan adanya serapan
pada gugus 𝑂𝐻 − pada bilangan gelombang 3454,51 cm-1. Sedangkan
serapan pada gugus 𝑃𝑂4 3− dapat dilihat pada bilangan gelombang 977,91
cm-1 berupa berupa vibrasi stretching phosphate, pada bilangan gelombang
1039,63 cm-1 berupa vibrasi stretching asymmetric phosphate dan pada
bilangan gelombang 551,64 cm-1 dan 605,65 cm-1 berupa vibrasi bending
asymmetric .
15
2856.58
90
2927.94
%T
1631.78
1485.19
1425.40
75
60
3452.58
634.58
45
601.79
30
3641.60
569.00
1093.64
15
1047.35
4500 4000 3500 3000 2500 2000 1750 1500 1250 1000 750 500
H3 1/cm
Berdasarkan spektrum FTIR dari senyawa HAp hasil sintesis dengan suhu
sintering 1200ºC dapat dilihat pada Gambar 4.3 menunjukan adanya serapan
pada gugus 𝑂𝐻 − pada bilangan gelombang 3452,58 cm-1; 3641,60 cm-1 dan
634,58 cm-1. Sedangkan serapan pada gugus 𝑃𝑂4 3− dapat dilihat pada
bilangan gelombang 1047,35 cm-1 dan 1093,64 cm-1 berupa vibrasi
stretching asymmetric phosphate dan pada bilangan gelombang 569,00
cm-1 dan 601,65 cm-1 berupa vibrasi bending asymmetric.
Hasil analisis spektrum FTIR dapat dilihat pada Tabel 4.1 berupa rentang
bilangan gelombang gugus fungsi yang terdapat pada senyawa HAp hasil
sintesis dengan variasi suhu sintering 1000ºC; 1100ºC; dan 1200ºC yang
akan dibandingkan dengan rentang bilangan gelombang HAp yang telah
dilakukan oleh Salma, dkk (2009) , Musa, dkk (2016) dan Rachman, dkk
(2018).
16
Tabel 4.1 Hasil Analisi Bilangan Gelombang HAp Hasil Sintesis dengan
Literatur
3452,58;
(𝑂𝐻)− 𝑣𝑠 3450,65 3454,51 3571 3421,72 3641,60
3641,60
524,64;
555,50; 551,64; 569,00; 599; 603,72;
(𝑃𝑂4 )3− 𝑣4 570,93;
609,450 605,65 601,79 560 563,21
600
(𝐶𝑂3 )2− 𝑣2 875
1425,40; 1482;
(𝐶𝑂3 )2− 𝑣3 1433,11 1448,54 1435,04
1485,19 1424
(𝐶𝑂3 )2− 𝑣4 727,16
3700-
𝐻𝑂𝐻 1627,92 1631,78 3100;
1637
17
Hasil analisis juga menunjukan adanya gugus 𝑃𝑂4 3− dengan rentang
bilangan gelombang 1093-1033 cm-1; 977-941cm-1; 609-551 cm-1; dan 495
cm-1. Gugus fosfat merupakan gugus yang memiliki puncak bilangan
gelombang paling tajam dikarenakan gugus ini merupakan gugus utama
pembentuk senyawa HAp. Gugus fosfat memilki vibrasi stretching
asymmetric phosphate (𝑣3 − 𝑃𝑂4 3− ) pada rentang bilangan gelombang
sekitar 1090-1030 cm-1, vibrasi stretching phosphate (𝑣1 − 𝑃𝑂4 3− ) pada
rentang bilangan gelombang 980-960 cm-1, vibrasi bending asymmetric
(𝑣4 − 𝑃𝑂4 3− ) pada rentang bilangan gelombang sekitar 600-500 cm-1, dan
vibrasi bending (𝑣2 − 𝑃𝑂4 3− ) pada rentang bilangan gelombang 500-470
cm-1 (Rachmania, 2012).
Selain gugus 𝑂𝐻 − dan gugus 𝑃𝑂4 3− , pada senyawa HAp hasil sintesis juga
teridentifikasi gugus 𝐶𝑂3 2− . Adanya gugus karbonat pada senyawa HAp
hasil sintesis dimungkinkan karena proses sintesis berlangsung dalam
keadaan terbuka sehingga 𝐶𝑂2 bebas yang berada di udara berikatan dengan
aquades (pelarut) dan membentuk anion 𝐶𝑂3 2− lalu masuk ke dalam kisi
kristal HAp. Ion 𝐶𝑂3 2− yang masuk ke dalam kisi kristal HAp akan
menggantikan ion 𝑂𝐻 − ataupun ion 𝑃𝑂4 3− dan menghasilkan carbonated-
HAp (CHAp) (Afshar dkk, 2003). Kebardaan gugus 𝐶𝑂3 2− berada pada
rentang bilangan gelombang 1485-1425 cm-1 dan 727 cm-1. Menurut Plav,
dkk (1999) gugus 𝐶𝑂3 2− dapat diidentifikasi berdasarkan transmisi planar
ion 𝐶𝑂3 2− pada vibrasi molekul ikatan karboksil (𝑂 − 𝐶) pada panjang
gelombang 1600-600 cm-1 yang dicirikan dengan empat jenis vibrasi yakni
vibrasi stretching asymmetric (𝑣3 − 𝐶𝑂3 2− ) pada kisaran panjang
gelombang 1535-1387 cm-1, vibrasi stretching symmetric (𝑣1 − 𝐶𝑂3 2− )
pada kisaran panjang gelombang 1090-1070 cm-1, vibrasi bending out-of-
plane pada kisaran panjang gelombang 850-800 cm-1, dan vibrasi bending
split in-plane pada kisaran panjang gelombang 755-700 cm-1. Selain gugus
𝐶𝑂3 2− pada hasil sintesis HAp juga masih terdapat molekul air berupa
gugus 𝐻 − 𝑂 − 𝐻 yang teridentifikasi pada daerah panjang gelombang
18
1627-1631. Menurut Salma dkk (2009) adanya pita absorbsi pada dearah
kisaran 1637 yang beasal dari adanya vibrasi bending hydrogen (𝑂 − 𝐻 )
dari gugus 𝑂𝐻 − yang berikatan hidrogen.
Pada HAp dengan suhu sintering 1000ºC menunjukan satu gugus 𝐶𝑂3 2− dan
satu gugus 𝐻 − 𝑂 − 𝐻. Pada HAp dengan suhu sintering 1100ºC
menunjukan satu gugus 𝐶𝑂3 2− dan bebas dari gugus −𝑂 − 𝐻 . Sedangkan
pada HAp dengan suhu sintering 1200ºC menunjukan dua gugus 𝐶𝑂3 2− dan
satu gugus 𝐻 − 𝑂 − 𝐻. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa senyawa HAp terbaik diperoleh pada hasil sintesis
dengan suhu sintering 1100ºC dibandingkan dengan HAp suhu sintering
1000ºC dan 1200ºC. Hal ini dikarenakan pada banyaknya gugus 𝐶𝑂3 2− yang
terbentuk selain itu juga teridentifikasi gugus 𝐻 − 𝑂 − 𝐻 dimana senyawa
HAp yang terbentuk masih terikat dengan molekul air.
19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
Afshar, A., Ghorbani, M., Ehsani, N., Saeri, M. R. & Sorrell, C. C. Some
Important Factors in the Wet Precipitation Process of Hydroxyapatite.
Materials & Design. Volume 24, Issue 3 (2003), Pages 197-202.
Agustiyanti, R. D., Aziz, Y., dan Helwanni, Z. Sintesis Hidroksiapatit dari
Precipitated Calcium Carbonate (PCC) Cangkang Telur Ayam Ras
Melalui Proses Presipitasi. Jom FTEKNIK. Volume 5, Nomor 1 (2018).
Anam, C., Sirojudin, S., dan Firdausi, K. S. Analisis Gugus Fungsi pada Sampel
Uji, Bensin dan Spiritus Menggunakan Metode Spektroskopi FTIR.
Berkala Fisika. Volume 10, Nomor 1 (2007), Halaman 79-85.
Anggraini, D. R. dan Subakti, Y. (2011) Super Komplit Menu Sehari-hari
Sepanjang Masa. Kawah Media. Cipedak-Jagakarsa.
Ardhiyanto, H. B. (2013). Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit dari Kalsit
Puger Kabupaten Jember Sebagai Material Bone Graft. Penelitian Dosen
Pemula. Jember: Universitas Jember.
Aziz, M. Y., Putri, T. R., Aprilia, F. R., Ayuliasari, Y., Hartini, O. A. D. dan
Putra, M. R. Eksplorasi Kadar Kalsium (Ca) dalam Limbah Cangkang
Kulit Telur Bebek dan Burung Puyuh Menggunakan Metode Titrasi dan
AAS. al-Kimiya. Volume 5, Nomor 2 (2018), Halaman 74-77.
Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. (2018). Statistik Populasi
Puyuh dan Produksi Telur Puyuh. Kementrian Pertanian Indonesia.
Jakarta.
Ensminger, M. E. 1992. Poultry Science (Animal Agricultural Series). Interstate
Publisher, Inc, Danville, Illinois.
Fannyda, R. (2014). Pengaruh Ekstrak Daun Medang Perawas (Litsea odorifera
Val.) Terhadap Tukak Lambung Mus musculus dan Karakterisasi Gugus
Fungsi dengan Spektroskopi FTIR. Skripsi Fakultas Kegeruan dan Ilmu
Pendidikan. Bengkulu: Universitas Bengkulu.
Ferraz M. P., Monteiro F. J., and Manuel C. M. Hydroxyapatite Nanoparticles: A
Review of Preparation Methodologies. Journal of Applied Biomaterials
and Biomechanics. Volume 2, (2004), Pages 74–80.
Fessenden, R. J. dan Joan S. F. (1992). Organic Chemistry, Terjemahan Aloysius
Hadyana Pudjaatmaka. Erlangga. Jakarta.
Hartono, dan Isman. (2010). Kiat Sukses Menetaskan Telur Ayam. Penerbit Agro
Media Pustaka. Yogjakarta.
Henggu, K. U., Ibrahim, B., dan Suptijah, P. Hidroksiapatit dari Cangkang Sotong
Sebagai Sediaan Biomaterial Perancah Tulang. JPHPI, Volume 22, Nomor
1 (2019)
Hermita. (2006). Analisis Fisika Kimia. Departemen Farmasi FMIPA-UI. Jakarta.
21
Hui, P., S. L. Meena, G. Singh, R. D. Agarawal, dan S. Prakash. Synthesis of
Hydroxyapatite Bioceramic Powder by Hydrothermal Method. Journal of
Minerals and Materials Characterization & Engineering, Volume 9,
Number 8 (2010), Pages 683-692.
Kantharia, N., Naik, S., Apte, S., Kheur, M., Kheur, S., and Kale, B. Nano-
hydroxyapatite and Its Contemporary Applications. Journal of Dental
Research and Scientific Development. Volume 1, Issue 1 (2014), Pages
15–19.
Kasaj, A., Willershausen, B., Junker, R., Stratul Sl., Schmidt, M. Human
Periodontal Ligament Fibroblasts Stimulated by Nanocrystalline
Hydroxyapatite Paste or Enamel Matrix Derivative: An In Vitro
Assessment of PDL Attachment, Migration, and Proliferation. Clin Oral
Invest. Volume 16, Issue 3 (2012), Pages 745–754.
Kasmujiastuti, E., dan Yuniari, A. Pengaruh Filter PCC (Precipitated Calcium
Carbonate) Terhadap Sifat Mekanik, Elektrik, Termal dan Morfologi dari
Komposit HDPE/PCC. Majalah Kulit, Karet dan Plastik. Volume 28,
Nomor 1 (2012). Halaman 35-43.
Kattimani, V.S., Chakravarthi, P.S., Kanumuru, N.R., Subbarao, V.V.,
Sidharthan, A., and Kumar, T. S. S. Eggshell Derived Hydroxyapatite as
Bone Graft Substitute in the Healing of Maxillary Cystic Bone Defects: A
Preliminary Report. Journal of International Oral Health. Volume 6, Issue
3 (2014), Pages 15–19.
Kehoe, S. (2008). Optimization of Hydroxyapatite (HAp) for Orthopaedic
Application via the Chemical Precipitation Technique. Tesis School of
Mechanical and Manufacturing Engineering. Dublin: Dublin City
University.
Kroschwitz, J. (1990). Polymers: Polymer Characterization and Analysis,
Encyclopedia ,Reprint Series. John Wiley & Sons. New York.
Loka, W. P. (2017). Performa Produksi Telur Puyuh (Coturnix Coturnix
Japanica) yang Diberi Ransum Mengandung Bangkil Inti Sawit. Skripsi
Fakultas Pertanian. Jambi: Universitas Jambi.
Metwally, H. A., Ardazishvili, R. V., Severyukhina, A. N., Zaharevich, A. M.,
Skaptsov, A. A., Venig, S. B., Sukhorukov, G. B. and Gorin, D. A. The
Influence of Hydroxyapatite and Calcium Carbonate Microparticles on the
Mechanical Properties of Nonwoven Composite Materials Based on
Polycaprolactone. BioNanoScience. Volume 5, Issue 1 (2015), Pages 22-
30.
Muliati. (2016). Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit dari Tulang Ikan Tuna
(Thunus sp) dengan Metode Sol-Gel. Skripsi Fakultas Sains dan
Teknologi. Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin.
Musa, B., Raya, I., and Natsir, H. Synthesis and Characterizations of
Hydroxyapatite Derived Blood Clam Shells (Anadara granosa) and Its
Potency to Dental Remineralizations. International Journal of Applied
Chemistry. Volume 12, Number 4 (2016), Pages 527-538.
22
Nascimento, C. D., Paulo, J., Issa, M., Oliveira, Rafael, R. D., Iyomasa, M. M.,
Siéssere, S., and Regalo, S. C. Biomaterials Applied to the Bone Healing
Process. International Journal of Morphology. Volume 25, Issue 4 (2007),
Pages 839-846.
Nayak, A. K. Hydroxyapatite Synthesis Methodologies: An Overview.
International Journal of ChemTech Research. Volume 2, Issue 2 (2010),
Pages 903-907.
Ningsih, R. P., Wahyuni, N., dan Destiarti, L. Sintesis Hidroksiapatit dari
Cangkang Kerang Kepah (Polymesoda Erosa) dengan Variasi Waktu
Pengadukan. Jurnal Kimia Khatulistiwa. Volume 3, Nomor 1 (2014),
Halaman 22-26.
Nurhepi. (2008). Pengaruh CaO dan Penambahan Asam Organik terhadap
Pembentukan Precipitated Calcium Carbonat (PCC) Melalui Metoda
Karbonasi, Tesis Program Pascasarjana. Padang: Universitas Andalas.
Petit, R. The Use of Hydroxyapatite in Orthopedic Surgery. European Journal of
Orthopaedic Surgery and Traumatology. Volume 9, Number 2 (1999),
Pages 71-74.
Plav, B. S., Kobe, and Oriel, B. Identification of Crystallization Forms of CaCO3
with FTIR Spectroscopy. Kovine Zlitine Tehnology. Volume 33, Issue 6
(1999), Pages 517-522
Pupita, F. W. dan Cahyaningrum, S. E. Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit
dari Cangkang Telur Ayam Ras (Gallus gallus) Menggunakan Metode
Pengendapan Basah. UNESA Journal of Chemistry. Volume 6, Nomor 2
(2017), Halaman 100-106.
Rachman, A., Sifiyaningsih, N., dan Wahyudi, K. Karakteristik Mineralogi
Material Biokeramik Jenis Kalsium Fosfat Dari Cangkang Kerang
Simping (Amusium pleuronectes)
Rachmania P, Aida. (2012). Preparasi Hidroksiapatit dari Tulang Sapi Dengan
Metode Kombinasi Ultrasonik dan Spray Drying. Tesis Fakultas Teknik.
Depok: Universitas Indonesia.
Rahmawati, L., Amri, A., Zultiniar, dan Yelmida. Sintesa Precipitated Calcium
Carbonate (Pcc) dari Cangkang Kerang Darah (Anadara Granosa) dengan
Variasi Ukuran Partikel dan Waktu Karbonasi. Jom FTEKNIK. Volume 2,
Nomor 2 (2015).
Salma, K., Berzina-Cimdina, L., and Borodajenko, N. Calcium Phosphate
Bioceramics Prepared from Wet Chemically Precipitated Powders.
Processing and Application of Ceramics. Volume 4, Issue 1 (2010),
Pages 45–51.
Santos, M. H., Olivira, M., Souza, L. P. F., Mansur, H. S., and Vasconcelos, W. L.
Synthesis Control and Characterization of Hydroxyapatite Prepred by Wet
Precipitation Process. Materials Research. Volume 7, Number 4 (2004),
Pages 625-630.
23
Sari, N. W., Fajri, M. Y. dan W. Anjas. Analisis Fitokimia dan Gugus Fungsi dari
Ekstrak Etanol Pisang Goroho Merah (Musa Acuminate (L)). IJOBB
Volume 2, Nomor 1 (2018).
Silverstain, R. M., and Bassler, G. C. (1967). Spectroscopic Identification of
Organic Compounds. Second Edition. John Wiley & Sons. New York.
Suryadi. (2011). Sintesis dan Karakterisasi Biomaterial Hidroksiapatit dengan
Proses Pengendapan Kimia Basah. Tesis Fakultas Teknik. Depok:
Universitas Indonesia.
Wardani, N. S. dan Irdoni, A. F. Sintesis Hidroksiapatit dari Cangkang Telur
dengan Metode Pengendapan Basah. JOM FTeknik. Volume 2, Nomor 1
(2015).
Wei, Z., Xu, C. dan Li, B. Application of Waste Eggshell as Low-Cost Solid
Catalyst for Biodiesel Production. Volume 100, Issue 11 (200), Pages
2883-2885.
Ylinen, P. (2006). Apllications of Coralline Hydroxyapatite with Bioreserbable
Cointaiment and Reinforcement as Bonegraft Subsitute. Academic
Disertation Medical Faculty. Helsinki: University of Helsinki.
24
LAMPIRAN
- Bersihkan
- Cuci
- Keringkan di oven suhu 110°𝐶
- Kalsinasi pada suhu 1000°𝐶
selama 5 jam
- Haluskan
- Ayak dengan ayakan 100 mesh
CaO
25
II. Pembuatan PCC (Precipitated Calcium Carbonate) dari CaO
Filtrat Endapan
- Panaskan pada suhu 60°𝐶
+ 𝑁𝐻4 𝑂𝐻 pekat sampai pH 12
- Saring
Filtrat Endapan
Endapan PCC
Filtrat - Saring
- Cuci dengan akudes sampai pH
7
- Keringkan di oven suhu 105°𝐶
- Timbang
PCC
26
III. Sintesis Hidroksiapatit
5 g PCC
+ 100 mL akuademin
- Endapkan dengan 100 mL 𝐻3 𝑃𝑂4
- Aduk dengan magnetic stirrer
- Diamkan selama 1 jam, suhu 30°𝐶
+ 𝑁𝑎𝑂𝐻 1𝑀 sampai pH 11
- Aduk 30 menit dengan magnetic stirrer
- Diamkan selama 24 jam
- Saring
Filtrat Endapa
n
- Cuci dengan akuademin tiga kali
- Keringkan suhu 110°𝐶, 2 jam
- Timbang
+ 𝐻𝑁𝑂3 12 𝑀 sebanyak 1 mL
- Tanur pada suhu
900°𝐶, 1000°𝐶, 𝑑𝑎𝑛 1100°𝐶 selama 2 jam
- Dinginkan 15 jam dalam tanur
- Desikator
- Timbang
Karakterisasi
menggunakan FTIR
27