PENDAHULUAN
Pulpitis irreversible adalah proses inflamasi parah yang tidak akan sembuh
sangat cepat. Pulpitis irreversible dapat bersifat simptomatik yang ditandai oleh
rasa sakit yang tiba-tiba dan bertahan. Pulpitis ini juga dapat bersifat
ekstensif selama prosedur operasi atau kerusakan aliran darah ke pulpa akibat
irreversible.
a) Farmakodinamik
b) Farmakokinetik
c) Mekanisme kerja
d) Efek samping
1
e) Indikasi dan kontraindikasi
f) Dosis
g) Interaksi obat
8) Jelaskan reaksi yang terjadi pada daerah perbatasan dentin dan pulpa!
a) Definisi
c) Jenis/macam
a) Definisi
b) Komposisi
c) Tipe/klasifikasi
e) Reaksi polimerisasi
2
f) Prinsip adhesi
g) Cara manipulasi
a) Farmakodinamik
b) Farmakokinetik
c) Mekanisme kerja
d) Efek samping
f) Dosis
g) Interaksi obat
OAINS/NSAID
3
4) Dapat menjelaskan Glass Ionomer Cements
pulpitis irreversible
irreversible
Metode penulisan yang digunakan yaitu metode pustaka dan studi literature,
dimana kami mencari dan mengumpulkan informasi dari buku maupun sumber-
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Radang pulpa dapat terjadi karena adanya jejas yang dapat menimbulkan
iritasi pada jaringan pulpa. Jejas tersebut dapat berupa kuman beserta toksin dan
juga karena faktor fisik dan kimia. Namun kebanyakan inflamasi pulpa
disebabkan oleh bakteri dan merupakan kelanjutan proses karies. Apabila lapisan
luar gigi artau enamel tertutup oleh sisa makanan, dalam waktu yang lama maka
hali ini merupakan media kuman sehingga terjadi kerusakan di daerah enamel
pulpa yang disebut pulpitis. Radang adalah reaksi pertahanan tubuh dari
pembuluh darah, saraf, dan cairan sel di jaringan yang mengalami trauma.
sebagai berikut:
Fisis
a) Mekanis
1. Trauma
5
b. Prosedur gigi iatrogenik (pemasangan alat ortho pada gigi,
b) Termal
1. Panas berasal dari preparasi kavitas pada kecepatan rendah atau tinggi
3. Konduksi panas dan dingin melalui tumpatan yang dalam tanpa suatu
restorasi
Kimiawi
2. Erosi (asam)
Bakterial
(anakerosis)
6
Pulpitis atau inflamasi pulpa dapat akut, sub akut, dan kronis
1. Radang akut
Radang akut adalah respon yang cepat dan segera terhadap cedera yang
nekrotik. Terdapat dua komponen utama dalam proses radang akut, yaitu
perubahan penampang dan struktural dari pembuluh darah serta emigrasi dari
dalam kapiler yang telah berfungsi meningkat dan juga dibukanya anyaman
melebar dan diisi darah yang mengalir deras. Dengan demikian, mikrovaskular
pada lokasi jejas melebar dan berisi darah terbendung. Kecuali pada jejas yang
sangat ringan, bertambahnya aliran darah (hiperemia) pada tahap awal akan
pembuluhnya. Perubahan pembuluh darah dilihat dari segi waktu, sedikit banyak
tergantung dari parahnya jejas. Dilatasi arteriol timbul dalam beberapa menit
7
Peningkatan permeabilitas vaskuler disertai keluarnya protein plasma dan
sel-sel darah putih ke dalam jaringan disebut eksudasi dan merupakan gambaran
utama reaksi radang akut. Vaskulatur-mikro pada dasarnya terdiri dari saluran-
berkesinambungan.
cairan keluar ke dalam ruang jaringan interstisial dengan cara ultrafiltrasi. Hal
osmotic koloid bertambah besar, dengan menarik kembali cairan pada pangkal
kapiler venula. Pertukaran normal tersebut akan menyisakan sedikit cairan dalam
jaringan interstisial yang mengalir dari ruang jaringan melalui saluran limfatik.
Eksudat adalah cairan radang ekstravaskuler dengan berat jenis tinggi (di atas
1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4 mg% serta sel-sel darah putih yang
akibat aliran darah lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit
lokasi jejas, merupakan aspek terpenting reaksi radang. Sel-sel darah putih
mampu memfagosit bahan yang bersifat asing, termasuk bakteri dan debris sel-sel
8
Emigrasi adalah proses perpindahan sel darah putih yang bergerak keluar
dari pembuluh darah. Tempat utama emigrasi leukosit adalah pertemuan antar-
Meskipun sel-sel fagosit dapat melekat pada partikel dan bakteri tanpa didahului
oleh suatu proses pengenalan yang khas, tetapi fagositosis akan sangat
serum (misalnya IgG, C3). Setelah bakteri yang mengalami opsonisasi melekat
pada permukaan, selanjutnya sel fagosit sebagian besar akan meliputi partikel,
berdampak pada pembentukan kantung yang dalam. Partikel ini terletak pada
vesikel sitoplasma yang masih terikat pada selaput sel, disebut fagosom.
yang telah mengalami pelahapan mudah dihancurkan oleh fagosit yang berakibat
2. Radang kronis
radang akut, radang akut ditandai dengan perubahan vaskuler, edema, dan
9
infiltrasi neutrofil dalam jumlah besar. Sedangkan radang kronik ditandai oleh
infiltrasi sel mononuklir (seperti makrofag, limfosit, dan sel plasma), destruksi
dan fibrosis)
Radang kronik dapat timbul melalui satu atau dua jalan. Dapat timbul
menyusul radang akut, atau responnya sejak awal bersifat kronik. Perubahan
radang akut menjadi radang kronik berlangsung bila respon radang akut tidak
dapat reda, disebabkan agen penyebab jejas yang menetap atau terdapat gangguan
pada proses penyembuhan normal. Ada kalanya radang kronik sejak awal
dan jamur-jamur tertentu), kontak lama dengan bahan yang tidak dapat hancur
(misalnya silika), penyakit autoimun. Bila suatu radang berlangsung lebih lama
respon efektif tuan rumah dan sifat alami jejas, maka batasan waktu tidak
banyak artinya.
Pada radang akut, sel yang terutama dijumpai adalah PMN (Sel
radang subakut yang banyak adalah sel PMN eosinofil, sedangkan jumlah
limfosit dan monosit bertambah banyak. Pada radang kronis, yang paling
banyak dijumpai adalah sel limfosit dan monosit. Kadang dijumpai sel plasma
10
Mekanisme inflamasi pulpa
jaringan pulpa yang rusak. Iritasi ringan seperti pada karies dan preparasi kavitas
yang dangkal mengakibatkan inflamasi yang sedikit atau tidak sama sekali pada
iritan seperti pada karies yang dalam dan prosedur operatif yang luas biasanya
protease, dan neuropeptid. Selain itu, respon imun juga dapat menginisiasi dan
memperparah penyakit pulpa. Pada jaringan pulpa normal dan tidak terinflamasi
sekitarnya. Jika pergerakan cairan oleh venul dan limfatik tidak dapat
tekanan jaringan dari eksudat ini akan menimbulkan tekanan pasif dan kolapsnya
11
venul secara total di area iritasi pulpa oleh karena jaringan pulpa dikelilingi oleh
memiliki dinding yang kaku. Selain itu, pelepasan sel-sel inflamasi menyebabkan
nyeri langsung dan tidak langsung dengan meningkatnya vasodilatasi arteriol dan
Meningkatnya tekanan jaringan dan tidak adanya sirkulasi kolateral ini yang dapat
inflamasi kronis pada suatu titik. Hal ini dimulai oleh odontoblas dan kemudian
sel dendrit. Sebagai sel yang paling tepi dalam pulpa, odontoblas ditempatkan
sebagai yang pertama kali bertempur dengan antigen asing dan memulai respon
imun. Deteksi patogen dilakukan dengan reseptor spesifik yang disebut pattern
(PAMPs) pada organisme yang menginvasi dan memulai pertahanan host melalui
aktivasi nuclear factor (NF)-kB. Salah satu molekul pengenal PAMP adalah toll-
dengan pelepasan TGF-β1 dari karies dentin, hasil dari peningkatan jumlah sel
dendrit pada suatu titik, dengan tambahan pelepasan mediator kemotaktik. Dengan
12
meningkat. Sel dendrit pulpa bertanggung jawab untuk pengenalan antigen dan
dan akhirnya bermigrasi ke tubulus. Terdapat dua jenis sel dendrite yang berbeda
dalam pulpa. CD11+ ditemukan dalam pulpa atau dentin border dan ke pit dan
fisur. F4/80+ terdapat pada ruang perivascular dalam zona subodontoblas dan
Schwann sel juga menghasilkan molekul sebagai respon terhadap karies, yang
dalam respon imun humoral terhadap karies. IgG, IgM, dan IgA ditempatkan
dalam sitoplasma dan sel memproses odontoblas dalam dentin yang mengalami
karies, menunjukkan bahwa sel ini secara aktif mengirim antibody ke tempat
infeksi. Mediator neurogenik terlibat dalam respon pulpa terhadap iritan dan
respon imun pulpa. Substansi P berperan sebagai kemotaktik dan agen stimulasi
untuk makrofag dan limfosit T. Hasil dari stimulasi ini adalah peningkatan
13
sitokin. CGRP melakukan aktivitas imunosupresi, yang ditunjukkan dengan
CGRP dapat menstimulasi produksi bone morphogenic protein oleh sel pulpa.
perubahan pada jaringan pulpa. Perubahan tersebut dapat terjadi sebagai akibat
tubulus dentin, sehinggatubulus tersebut menjadi lebih sempit atau buntu sama
nekrosis pulpa atau kalsifikasi jaringan pulpa. Nekrosis jaringan pulpa dapat
saluran akar dalam keadaan sehat. Hal ini mungkin terjadi karena toksin kuman
dan hasil pemecahan protein berhasil menembus jaringan pulpa sehat didalam
pada saat adanyairitasi dari pulpa dental. Produk granul lisosom PMN (elastase,
seperti calcitoningenerelated peptide (CGRP) serta substans (SP). Sel mast yang
14
pulpa yang terinflamasi.Pentingnya histamin dalam inflamasi pulpa terlihat dari
secara nyata. Kinin yangmenimbulkan banyak tanda dan gejala inflamasi akut,
oleh adanya cedera fisik pada sel mast ataumenyatunya 2 molekul IgE oleh
imunomodulator seperti SP dan CGRP. Cedera pulpa ringan dan sedang akan
SP.
A. Analgesic
15
Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala, yang
thalamus dan kemudian ke pusat nyeri di dalam otak besar, dimana rangsangan
serta ion-ion kalium. Berdasarkan proses terjadinya nyeri, maka rasa nyeri dapat
3. Blokade dari pusat nyeri dalam Sistem Saraf Pusat dengan analgetika sentral
Secara umum analgetika dibagi dalam dua golongan, yaitu analgetic non-
16
a. Analgetik narkotik
Zat-zat ini memiliki daya menghalangi nyeri yang kuat sekali dengan
serta ketergantungan psikis dan fisik (ketagihan adiksi). Karena bahaya adiksi
Dirjen POM.
kantuk, dan perubahan suasana jiwa dengan euforia. Pada dosis yang lebih
tekanan darah turun, dan sirkulasi darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi
koma dan pernafasan terhenti. Efek morfin terhadap Sistem Saraf Pusat
berupa analgesia dan narkosis. Analgesia oleh morfin dan opioid lain sudah
timbul sebelum penderita tidur dan seringkali analgesia terjadi tanpa disertai
tidur. Morfin dosis kecil (15-20 mg) menimbulkan euforia pada penderita
yang sedang menderita nyeri, sedih dan gelisah. Sebaliknya, dosis yang sama
atau takut disertai dengan mual, dan muntah. Morfin juga menimbulkan rasa
17
kantuk, tidak dapat berkonsentrasi, sukar berfikir, apatis, aktivitas motorik
antipiretik, yaitu menurunkan suhu badan pada keadaan demam, maka disebut
banyak keringat.
lambung-usus, kerusakan darah, kerusakan hati, dan ginjal dan juga reaksi-
reaksi alergi kulit. Efek-efek samping ini terutama terjadi pada penggunaan
B. Analgetik –Antipiretik
Analgetik adalah obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa
menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Jadi, analgetik-antipiretik adalah obat yang
mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Sebagai
18
1. Histamin
2. Serotonin
4. Prostaglandin
5. Ion Kalium
dapat ditimbulkan oleh berbagai rangsang mekanis, kimia, dan fisis yang
melampaui suatu nilai ambang tertentu (nilai ambang nyeri). Rasa nyeri tersebut
prostaglandin) dari jaringan yang rusak yang kemudian merangsang reseptor nyeri
di ujung saraf perifer ataupun ditempat lain. Dari tempat-tempat ini selanjutnya
rangsang nyeri diteruskan ke pusat nyeri di korteks serebri oleh saraf sensoris
Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan
19
Klasifikasi NSAIDs
Acetaminophen (Paracetamol)
a. Mekanisme kerja
dengan aspirin. Obat ini merupakan inhibitor lemah pada sintesis prostaglandin di
jaringan peripheral namun lebih aktif pada COX enzim di otak dan juga
spectrum enzim COX yang diinhibisi. Dikatakan bahwa acetaminophen lebih aktif
20
dalam menginhibisi COX dibandingkan aspirin dan kurang aktif pada peripheral.
analgesic. Namun adanya peroxide dari leukosit pada jaringan inflamasi memicu
b. Efek Farmakologi
penting terhadap organ atau sistem. Potensi dan efficacy acetaminophen saa
dengan aspirin. Pada dosis terapi, acetaminophen memiliki sedikit efek terhadap
cardiovascular atau sistem respirasi. Pada overdosis, organ yang paling terkena
efek adalah liver. Acute renal toxicity juga dapat terjadi. Pad penggunaan jangka
panjang, analgesic nephropathy dapat terjadi namun dengan tingkat resiko yang
rendah.
administrasi oral. Obat akan didistribusikan melalui cairan tubuh dan jaringan,
dan ini dapat menembus plasenta. Waktu paruhnya mecapai 2-4 jam, dan area
utama biotransformasi adalah liver. Pada kasus acetaminophen overdose dan pada
21
jarang mencapai 40% dari total obat. Eliminasi melalui ginjal oleh filtrasi
digunakan. Seperti untuk orang yang menderita ulcer, asthma, diabetes, influenza
mengurangi inflamasi, ini dapat efektif menangani sakit yang disebabkan dari
adalah minor. Acetaminophen memiliki efek dosis positif untuk analgesia sampai
1000 mg. untuk post surgical dental pain, acetaminophen biasanya digunakan
f. Efek samping
overdosis akut atau terjadi interaksi dengan alcohol. Dosis terapi pada
22
acetaminophen tidak menyebabkan mual, menghambat agregasi platelet, atau efek
manifestasinya adalah ruam pada kulit. Pada kasus yang jarang, acetaminophen
orang yang sebelumnya memiliki sakit liver adalah yang paling rentan. Pada
acetaminophen dengan dosis berlebihan, berefek pada liver dan kerusakan sel.
Ketika sudah banyak sel liver yang rusak, tanda keracunan akan muncul seperti
dari saraf pulpa. Tes vitalitas pulpa meliputi (1) tes thermal, (2) tes elektrik, (3)
dan tes dengan menggunakan alat yang dapat mendeteksi vaskularisasi pulpa.
Namun begitu, status pulpa tetap harus diperiksa secara histological karena
terkadang terdapat ketidakcocokan antara tanda dan gejala klinis dari pasien
1. Tes termal
Respon normal terhadap panas atau dingin adalah laporan pasien tentang
sensasi yang dirasakan namun akan hilang ketika stimulus thermal dihilangkan,
maka sensasi juga hilang. Respon abnormal mencakup tidak adanya reaksi
terhadap stimulus, masih ada rasa sakit setelah stimulus dihilangkan, atau sakit
23
a. Tes panas
Paling berguna untuk pasien yang memiliki keluhan nyeri ketika makan
makanan panas atau minuman panas. Apabila pasien tidak dapat menentukan gigi
mana yang sensitive, maka operator mencoba stimulus panas dari gigi paling
Tes panas ini menggunakan syringe yang diisi liquid (umumnya air) yang
memiliki temperature (biasanya tinggi temperature sama dengan suhu yang bisa
menyebabkan rasa ngilu) dan disemprotkan ke gigi. Dari arah posterior, operator
menggerakan syringe maju dalam kuadran yang sama. Berikan waktu jeda per 10
diletakkan “light layer of lubricant” agar gutta percha yang panas tidak menempel
3) Alat yang digunakan : karet polish kering yang berputar dengan high-speed
Karet polish diletakkan di atas permukaan gigi. Namun cara yang ini
Apabila ketika tes panas dihasilkan reaksi yang berlebihan dari pasien
akibat gigi sensitive, berikan liquid dingin pada pasien agar ditempelkan pada
pipinya. Biasanya, gigi yang bereaksi terhadap panas dan sembuh ketika diberikan
24
Pasien dengan kasus pulpitis irreversible terhadap panas yang dinetralkan dengan
dingin
b. Tes dingin
Tes pulpa yang paling sering digunakan. Agar lebih meyakinkan, tes
dingin diikuti tes elektrik pulpa. Apabila gigi tidak bereaksi terhadap dingin
maupun tes elektrik, dapat didiagnosa bahwa itu adalah nekrotik. Gigi dengan
akar lebih dari satu, yang dimana satu akar merupakan akar yang vital, dapat
merespon tes dingin ini walaupun akar yang lainnya nekrotik. Tes dingin juga
meliputi pemakaian rubber dam seperti tes panas. Tes dingin sangat berguna bagi
Keuntungan dari teknik ini adalah tidak memerlukan banyak alat kecuali
rubber dam.
dam agar ketika es mencair tidak mengenai gigi dan gingiva dan menghasilkan
25
2) alat yang digunakan : dry ice atau CO2 snow
Tes dengan dry ice sangat efektif apabila pasien tidak mampu dites secara
tes elekrik.
Teknik : CO2 diisikan pada tabung silinder menghasilkan stik CO2. Stik CO2
diletakkan pada gigi menghadap facial atau pada bagian gigi asli (ketika pasien
menggukana crown). Gigi harus diisolasi, dan jaringan halus harus dilindungi
dengan cotton roll agar CO2 tidak berkontak (mengingat suhunya yang sangan
dingin -69 derajat F sampai -119 derajat F; -56 derajat C sampai -98 derajat C)
Teknik : refrigerant spray disemprotkan pada cotton pellet lalu cotton pellet
26
Refrigerant spray
Untuk tes dingin, hasil positif palsu didapatkan ketika cairan dingin
terkena gingiva atau gigi tetangganya dan hasil negative palsu didapatkan untuk
2. Tes elektrik
Alat yang digunakan untuk tes elektrik ini adalah electric pulp tester yang
diperlengkapi dengan elektroda. Elektroda ini ditaruh pada gigi yang dikeluhkan
(incisal edge). Pada dasarnya, listrik akan menjalar pada struktur gigi yang masih
Teknik :
1. Tip of the testing probe yang akan berkontak dengan gigi dilapisi dengan
listrik.
4. Alat ditaruh di incisal edge (gigi dalam keadaan terisolasi dan kering.)
27
6. Tes dilakukan sebanyak 2 kali.
dapat diatur secara manual atau otomatis sampai pasen memperlihatkan reaksi.
Namun, hasil tes tidak selalu sesuai, maka harus disesuaikan lagi dengan gejala
gigi yang dikeluhkan karena, terjadi perbedaan dengan gigi normal. Tes ini juga
28
direkomendasikan untuk gigi yang mengalami traumatic dan untuk melihat
vitalitas gigi. Namun, EPT ini kontraindikasi dengan pasien yang memakai gigi
tiruan.
Apabila tes sebelumnya tidak didapati hasil tes yang maksimal, maka
pulpa lebih “bersih”. Jika ternyata gigi mengalami nekrotik, operator dapat
melakukan perawatan saluran akar, dan jika giginya masih vital, kavitas dapat
ditutupi dengan base dan filling material. Indikasi dilakukannya preparasi kavitas
ini adalah :
- Adanya restorasi mahkota dan marginal ridge yang kontak dengan jaringan gusi
- Gigi masih muda dimana akar serta sarafnya belum berkembang sehingga tidak
86%, tes elektrik pula mencapai 81% dan tes panas mencapai 71%. Karena itu,
pemeriksaan sensory supply bisa memberikan respon yang positif ketika pulpa
rusak (yaitu, hasil positif-palsu). Hasil negative palsu (yaitu, tidak ada respon)
diperoleh dalam kasus-kasus calcific metamorphosis, gigi yang baru trauma, dan
29
3. Tes dengan alat untuk mengetahui vaskularisasi pulpa
pergerakan sel darah merah tapi hilanag ketika melalui jaringan yang diam.
b. Pulse Oximetry
(merah dan inframerah) lewat bagian tubuh yang translusen (contoh jari, gigi).
memiliki oksigen. Pada bagian yang berlawanan dengan jaringan target, sensor
mendeteksi cahaya yang terserap, dan diantara cahaya yang dipancarkan dan yang
dalam darah. Transmisi cahaya terhadap sensor memperlihatkan bahwa tidak ada
Pulse oximetry
30
Apa itu hasil tes positif palsu dan negative palsu?
1. Hasil tes positif palsu adalah ketika gigi non vital beraksi positif terhadap
A. Pasien yang ketakutan atau pasien yang masih muda yang melaporkan
positif palsu (untuk gigi yang memiliki akar lebih dari satu), jadi saraf
2. Hasil tes negative palsu adalah gigi yang masih vital namun tidak
Pulpa adalah suatu rongga di bawah lapisan dentin. Pulpa gigi banyak
memiliki kemiripan dengan jaringan ikat lain pada tubuh manusia, namun ia
31
memiliki karakteristik yang unik. Di dalam pulpa terdapat berbagai elemen
adalah arteriol dan venula, yang memasuki pulpa melalui lubang di ujung saluran
akar gigi (foramen apikal). Karena dibatasi oleh dinding denting yang kaku,
matriks.
dentin.
32
4. Defensif. Jaringan pulpa juga memiliki kemampuan memroses dan
keberadaan zat asing itu. hal ini adalah cirri khas respons pulpa terhadap
karies dentin.
email atau dentin ke pusat saraf yang lebih tinggi. Sensasi pulpa yang berjalan
melalui dentin dan email biasanya cepat, tajam, parah, dan ditransmisikan oleh
serabut bermielin. Sensasi yang dialami diawali di dalam inti pulpa dan
ditransmisikan oleh serabut C yang lebih kecil, biasanya lambat, lebih tumpul,
Ruang pulpa adalah ruangan di dalam gigi yang dibatasi oleh dentin
kecuali foramen apical. Bentuk, ukuran dan jumlah saluran akar dipengaruhi oleh
umur
1. Odontoblast Layer
33
kuboid dan di apikal berbentuk lapisan squamosa dengan sel yang
2. Cell-Free Zone/Subodontoblastik
“bebas dari sel”. Cell-free zone sering juga di sebut cell-free of weil. Cell-
free zone biasanya tidak terlihat pada pulpa muda saat bentuk dentin
- Kapiler darah
3. Cell-Rich Zone
pulpa radicular. Dentin Reparatif terbentuk dari fibroblas pada zona ini
4. Pulp Proper
Merupakan massa sentral dari pulpa dan berisi jaringan ikat bebas dan
pembuluh saraf & pembuluh darah yang lebar. Sel yang paling menonjol
34
Sel pada Pulpa
Odontoblas
Odontoblas adalah sel pulpa yang paling khas. Sel ini membentuk lapisan
jumlahnya banyak sekali dan bentuknya seperti kubus relatif besar. Jumlahnya di
daerah itu sekitar 45.000 dan 65.000/mm2. Di daerah serviks dan tengah-tengah
dan sel yang lebih besar memiliki kapasitas mensintesis lebih banayak matriks.
Odontoblas adalah sel akhir yakni tidak mengalami lagi pembelahan sel. Seumur
hidupnya, yang bisa sama dengan umur vitalitas pulpa, odontoblas mengalami
35
Odontoblas terdiri atas dua komponen structural dan fungsional utama
yakni badan sel dan prosesus sel. Badan sel terletak dissebelah matriks dentin tak
Badan sel adalah bagian dari sel yang begrfungsi sintesis dan mengandung
nucleus yang terletak dibasal serta struktur organel didalam sitoplasma yang
adalah khas dari suatu sel pensekresi. Selama dentinogenesis aktif, reticulum
dan vesikel. Badan sel dilengkapi dengan berbagai junction ayng kompleks yang
terbentuknya dentin dan mengatur aliran zat ke dalam dan keluar area. Produk
ekskresi dari odontoblas ke dalam membrane sel diujung perifer badan sel dan
ujung basal dari prosesus sel. Pada mulanya produk ini mencakup komponen
Preodontoblas
Odontoblas baru dapat tumbuh setelah odontoblas yang lama hilang akibat
cedera. Namun tumbuhnya odontoblas baru hanya baru terjadi jika pada zona
kaya akan sel telah ada preodontoblas. Preodontoblas adalah sel yang telah
36
bermigrsi ke tempat terjadinya cedera dan melanjutkan differensiasinya pada
tenpat tersebut.
Fibroblast
Preodontoblas adalah tipe sle yang paling umum terlihat dalam jumlah
yang paling besar di pulpa mahkota. Sel ini menghasilkan dan mempertahankan
kolagen serta zat dasar pulpa juka ada penyakit. Seperti odontoblas , penonjolan
selnya, makin menonjol organel dan komponen lainnya yang diperlukan untuk
sintesis dan sekresi. Akan tetapi, tidak seperti odontoblas, sel-sel ini mengalami
kematian apoptosis dan diganti jika perlu oleh maturasi dari sel-sel yang kurang
terdiferensiasi.
Sel ini merupakan sumber bagi sel jaringan ikat pulpa. Sel precursor ini
ditemukan di zona kaya akan sel dan inti pulpa serta dekat sekali dengan
pembuluh darah. Tampaknya, sel-sel ini merupakan sel yang pertama kali
membelah ketika terjadi cedera. Sel ini akan berkurang jumlahnya sejalan dengan
kemampuan regeneratifnya.
normal dari pulpa. Sel dendritik dan ptosesusnya ditemukan diseluruh lapisan
37
odontblas dan memiliki hubungan dekat dengan elemen veskular dan elemen
saraf. Sel-sel ini merupakan bagian Dario system respon imun awal dan pemantau
(surveillance) dari pulpa. Sel ini akan menangkap dan memaparkan antigen
terhadap sel T residen dan makrofag. Secara kolektif, kelompok sel ini merupakan
Pulpa gigi terdiri dari jaringan penghubung vascular yang terdapat didalam
dinding dentin yang kerasa. Meskipun sama dengan jaringan penghubung lainnya
b. Sel imunokompeten
inflamasi pulpa adalah limfosit T, limfosit B (lebih sedikit), makrofag, dan sel
berbentuk seperti dendrit pada saraf namun berfungsi untuk menstimulasi molekul
pada pengaktivan sel T bukan berfungsi sebagai sel saraf. Sel ini pada pulpa
terletak di perifer jaringan, dimana biasanya antigen masuk. Fungsi utama sel
efektif
38
Anatomi Pulpa
o Ruang pulpa yaitu rongga pulpa yang terdapat pada bagian tengah korona gigi
o Saluran pulpa/saluran akar yaitu rongga pulpa yang terdapat pada bagian akar
gigi
o Suplementary canal. Beberapa akar gigi mungkin mempunyai lebih dari satu
foramen, dalam hal ini, saluran tersebut mempunyai 2 atu lebih cabang dekat
o foramene apical yaitu ujung dari saluran pulpa yang terdapat pada apeks,akar
o kanal pulpa yaitu rongga pulpa yang terdapat pada bagian tengah korona gigi
o orifice yaitu pintu masuk ke saluran akar gigi. Saluran pulpa di hubungkan
o radix pulpa yaitu suatu bagian yang terletak pada daerah akar gigi
39
Saraf dan Pembuluh Darah pada Pulpa
odontoblast, sel imun, dengan serat saraf sebagai reseptor high affinity untuk
NGF.
Innervasi pada pulpa ada dua, afferent neurons untuk impuls sensoris dan
pembuluh darah di dental papilla. Pada gigi dewasa saraf simpatik dari plexus
percepatannya.
40
Type of Fiber Function Diameter Conduction
Velocity
A alpha Motor,proprioception 12-20 70-120
A beta Pressure, touch 5-12 30-70
A gamma Motor, to muscle 3-6 15-30
spindles
A Delta Pain, temperature, 1-5 6-30
touch
B Preganglionic <3 3-15
autonomic
C dorsal root Pain 0.4-1 0.5-2
Sympathetic Postganglionic 0.3-1.3 0.7-2.3
sympathetic
pembuluh darah. Walaupun hanya unmyelinated fibers yang terlihat pada dental
papilla, sebenarnya beberapa dari itu adalah A fibers yang belum termyelinasi.
41
Saraf sensoris pulpa muncul dari saraf trigeminal. Setiap saraf yang
memasuki pulpa didalam sel schwann, dan A fibers mendapat myelin dari sel
bergrup pada daerah sentral pulpa. Unmyelinated C fibers masuk pulpa didalam
Ketika serat saraf mencapai coronal pulp, dia menyebar dibawah zona cell-
rich, bercabang menjadi lebih kecil dan akhirnya bercabang ke plexus axon single
nerve (plexus of Raschkow) sampai final stage pembentukan akar. Pada plxus, A
subodontoblastic plexus. Akhirnya ujung axon keluar dari sel schwann dan
melewati antara odontoblas sebagai ujung saraf bebas. Ujung saraf intratubular
yang paling banyak pada tanduk pulpa. Membrane sel dari process odontoblast
dan serat saraf jaraknya dekat serta parallel tapi tidak berhubungan.
Saraf sensorik gigi juga bereaksi pada injuri gigi karena perluasan
anatomis dan perubahan sitokimia pada ujung cabangnya. pada percobaan model
tikus, adanya penipisan awal neuropeptides dan pertumbuhan ujung serat sehari
setelah injuri.
42
Sitmulan yang tidak berbahaya seperti dingin, panas, getar dapat
menyebabkan serat saraf jadi aktif yang dapat menyebabkan perubahan regulasi
Tipe Injuri
Reactive dentinogenesis
Reparative dentinal
formation
Persistent acute
inflammation in vital pulp
43
Persistent nerve sprouting
in vital pulp
Pulpo dentin complex memiliki respon yang unik saat pertahanan dan
perbaikan yang tidak dapat kita lihat di jaringan ikat lainnya. Reaksi ini
terbentuk pada respon setelah injuri disebut dentin tersier. Dentin tersier secara
fisik menipiskan stimuli luar ke pulpa yand diperoleh dari tubulus dentin, dengan
D. Mikrosirkulasi Pulpa
44
Darah dari dental artery masuk ke gigi lewat arterioles melalui foramen
apical. Pembuluh yang lebih kecil bisa masuk lewat lateral atau accessory canals.
Banyaknya pembuluh darah pada coronal dua kali lipat dibanding pada
akar. Namun ditanduk pulpa aliran pembuluh darah lebih banyak dibanding
tempat lain.
Sistem ini sangat penting dalam mengatur homeostasis jaringan dan tetapi
bisa mengalami respon dinamis pada injuri, memulai immunologi respon pada
1. Arteriol
rah kapiler. Inflamasi pulpa bisa menimbulkan respon sirkulasi local yang dibatasi
pada area inflamasi dan tidak menghasilkan perubahan besar pada sirkulasi pulpa.
2. Kapiler
substansi antara darah dan jaringan interstinal local. Kapiler terdiri dari satu
lapisan endothelium yang dikelilingi basement membrane dan serat kolagen. Pada
45
dengan endothel terbuka pada dinding kapiler. Kelas yang kedua adalah kapiler
tanpa fenestrasi. Kelas ketiga adalah kapiler discontinued, terdiri dari discontinued
Terminal kapiler berada pada pada lapisan pertama, disebut juga seagai lapisan
odontoblastic. Lapisan kedua disebut sebagai capillary network, yang terdiri dari
prekapiler dan postkapiler. Lapisan ketiga terdiri dari venular network kapiler.
3. Venule
venule yang menerima aliran darah pulpa dari kapiler dan transfer ke venule.
4. Pembuluh limfe
Sangat berperan pada homeostatis dan respon pada injuri. Penting sebagai
fungsi immunosurveillance oleh transport dari antigen ke nodal dari sel imun.
Definisi
subjektif dan objektif yang mengindikasikan adanya inflamasi yang parah pada
jaringan pulpa.
46
Pulpitis irreversible seringkali merupakan lanjutan dari dan progres dari
ekstensif selama prosedur operasi atau kerusakan aliran darah ke pulpa akibat
irreversible.
Pulpitis irreversible adalah proses inflamasi parah yang tidak akan sembuh
tersebut kehilangan kemampuan untuk pulih atau menjadi nekrotik dengan sangat
cepat. Pulpitis irreversible dapat bersifat simptomatik yang ditandai oleh rasa sakit
yang tiba-tiba dan bertahan. Pulpitis ini juga dapat bersifat asimptomatik dengan
1. Fisis
A. Mekanis
Injuri pulpa secara mekanis ini biasanya disebabkan oleh trauma atau
pemakaian patologik gigi. Injuri traumatic dapat disertai atau tidak disertai dengan
fraktur mahkota atau akar. Injuri traumatic pulpa dapat disebabkan karena adanya
perkelahian. Selain itu, injuri traumatic pulpa juga dapat disebabkan oleh prosedur
kedokteran gigi. Misalnya terbukanya pulpa secara tidak sengaja ketika ekskavasi
struktur gigi yang terkena karies. Pulpa juga dapat terbuka atau hampir terbuka
oleh pemakaian patologik gigi, baik abrasi maupun atrisi bila dentin sekunder
B. Termal
47
Penyebab termal injuri pulpa adalah panas yang didapat karena preparasi
kavitas, dan konduksi panas dari tumpatan. Panas karena preparasi kavitas
merupakan panas yang ditimbulkan oleh bur ketika sedang mempreparasi kavitas.
Ketika menggunakan bur, sebaiknya gunakan pendingin agar injuri pulpa dapat
bila preparasi kavitas dilakukan dibawah semprotan air. Konduksi panas dari
tumpatan dihasilkan dari tumpatan metalik. Tumpatan metalik yang dekat pada
pulpa tanpa suatu dasar semen perantara dapat menyalurkan secara cepat
2. Kimiawi
Aplikasi suatu permbersih kavitas pada lapisan dentin yang tipis dapat
menyebabkan inflamasi pulpa. Pada suatu studi, pembersih kavitas seperti asam
sitrat menyebabkan respon radang yang sangat dalam yang secara berangsur-
angsur berkurang dalam kira-kira satu bulan. Erosi yang lambat dan progresif
pada permukaan labial atau fasial leher gigi akhirnya dapat mengiritasi pulpa dan
3. Bakterial
Penyebab paling umum injuri pulpa adalah bakteri. Bakteri atau produk-
produknya mungkin masuk ke dalam pulpa melalui suatu keretakan di dentin, baik
dari karies maupun terbukanya pulpa karena kecelakaan, dari perluasan infeksi
Pathogenesis Pulpitis
Pulpitis atau inflamasi pulpa dapat akut atau kronis, sebagian atau
seluruhnya, dan pulpa dapat terinfeksi atau steril. Keradangan pulpa dapat terjadi
48
karena adanya jejas yang dapat menimbulkan iritasi pada jaringan pulpa. Jejas
tersebut dapat berupa kuman beserta produknya yaitu toksin, dan dapat juga
kelanjutan proses karies, dimana karies ini proses kerusakannya terhadap gigi
dapat bersifat local dan agresif. Apabila lapisan luar gigi atau enamel tertutup oleh
sisa makanan, dalam waktu yang lama akan menjadi kuman sehingga terjadinya
kerusakan di daerah enamel yang akan terus berjalan mengenai dentin hingga
pulpa.
pulpa (pulpitis). Radang merupakan reaksi pertahanan tubuh dari pembuluh darah,
Gejala Klinis
diasosiasikan dengan episode rasa sakit yang berlanjut (tanpa adanya stimulus dari
luar). Inflamasi pada pulpa dapat menyebabkan rasa sakit yang tajam,
terlokalisasi, atau terdifusi dan dapat berlangsung mulai dari beberapa menit
hingga beberpa jam. Penempatan lokasi rasa sakit pada pulpa akan lebih sulit
49
daripada penempatan lokasi rasa sakit periadicular, terutama saat rasa sakit
rasa sakit berlangsung lebih lama. Pada dasarnya, untuk tingkatan rasa sakit,
respons pulpa akan berbeda jika berasal dari gigi yang tidak terinflamasi atau gigi
dengan pulpitis reversible. Sebagai contoh, pemberian panas pada gigi dengan
dengan pemberian stimulus dingin, respons tersebut tidak menghilang dan justru
bertambah panjang.
periapikal, gigi mungkin masih merespons dalam limit normal palpasi dan
perkusi dan memungkinkan penempatan rasa sakit yang lebih baik. Perawatan
saluran akar atau ekstraksi diindikasikan untuk gigi dengan tanda dan simptom
pulpitis irreversible.
50
Pulpitis irreversible, Beer, Pocket Atlas of Endodontics, 2006
Keterangan gambar :
menunjukkan initial tissue necrosis. Ada juga sel plasma dan makrofag, yang
51
Monosit yang bergerak ini, neutrofilik granulocytes, dan sel lainnya,
karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan
mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan
Streptokokus mitis dan Stretokokus salivarius serta beberapa strain lainnya. Selain
mikroorganisme (70 %) dan bahan antar sel (30 %). Plak akanterbentuk apabila
adanya karbohidrat, sedangkan karies akan terbentuk apabila terdapat plak dan
karbohidrat.
1) Pulpitis Reversibel
sampai sedang yang disebabkan oleh adanya jejas, tetapi pulpa masih mampu
kembali pada keadaan tidak terinflamasi setelah jejas dihilangkan. Rasa sakit
biasanya sebentar, yang dapat dihasilkan oleh karena jejas termal pada pulpa yang
sedang mengalami inflamasi reversibel, tetapi rasa sakit ini akan hilang segera
52
setelah jejas dihilangkan. Pulpitis reversibel yang disebabkan oleh jejas ringan
Mekanisme
pertibular terbentuk, diikuti oleh proses mineralisasi dari odontoblastik. Di sisi ini,
Jika proses karies yang terjadi adalah superfisial dan kronis, pembentukan
Dengan karies aktif, di sisi lain, terdapat inflamasi sel secara besar-besaran
dengan hanya sedikitnya formasi dentin sekunder. Enzim lisosom dilepaskan oleh
netrofil granulosit yang rusak dan makrofag dibawa ke endotel sel nekrosis, dan
proses karies ini, serabut saraf tampak hanya untuk meringankan kerusakan.
perlekatan molekul, untuk mengangkat benda di sekitar leukosit. Hal ini dan aliran
dan elstravasate ke dalam jaringan pulpa. Pada permukaan reseptor dari makrofag,
53
setelah kematian bakteri gram negatif. Aktivitas makrofag ini mensekresikan
berpindah ke arah pintu masuk tubulus dekat pulpa. Disana, granulosit mati dan
melepaskan enzim lisosom yang dapat merusak jaringan pulpa. selama fagositosis
Histopatologi
ringan hingga sedang terbatas pada daerah dimana tubuli dentin terlibat. Secara
pembuluh darah dan adanya sel inflamasi kronis yang secara imunologis
kompeten. Meskipun sel inflamasi kronis menonjol dapat dilihat juga sel
Penyebab
Pulpitis reversibel dapat disebabkan oleh apa saja yang mampu melukai
pulpa, antara lain: trauma, misalnya dari suatu pukulan atau hubungan oklusal
yang terganggu; syok termal, seperti yang timbul saat preparasi kavitas dengan
bur yang tumpul, atau membiarkan bur terlalu lama berkontak dengan gigi atau
panas yang berlebihan saat memoles tumpatan; dehidrasi kavitas dengan alkohol
54
atau kloroform yang berlebihan, atau rangsangan pada leher gigi yang dentinnya
ini dapat berlangsung dua sampai tiga hari atau satu minggu, tetapi berangsur-
angsur akan hilang. Sensitivitas ini adalah gejala pulpitis reversibel. Rangsangan
tersebut di atas dapat menyebabkan hiperemia atau inflamasi ringan pada pulpa
sehingga menghasilkan dentin sekunder, bila rangsangan cukup ringan atau bila
pulpa cukup kuat untuk melindungi diri sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa
penyebab terjadinya pulpitis reversibel bisa karena trauma yaitu apa saja yang
dapat melukai pulpa. Seperti telah diterangkan di atas bahwa sejak lapisan terluar
Gejala
Pulpitis reversibel simtomatik ditandai oleh rasa sakit tajam yang hanya
sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh makanan atau minuman dingin daripada
panas, tidak timbul secara spontan dan tidak berlanjut bila penyebabnya
kuantitatif; rasa sakit pulpitis irreversibel adalah lebih parah dan beralngsung
lebih lama.
Pada pulpitis reversibel penyebab rasa sakit umumnya peka terhadap suatu
stimulus, seperti air dingin atau aliran udara, sedangkan irreversibel rasa sakit
dapat datang tanpa stimulus yang nyata. Pulpitis reversibel asimtomatik dapat
disebabkan karena karies yang baru mulai dan menjadi normal kembali setelah
55
Diagnosis
sensitif dan rasa sakit tajam yang hanya sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh
rangsangan dingin daripada panas. Ada keluhan rasa sakit bila kemasukan
makanan, terutama makanan dan minuman dingin. Rasa sakit hilang apabila
Perawatan
meluas, desensitisasi leher gigi dimana terdapat resesi gingiva, penggunaan pernis
kavitas atau semen dasar sebelum penumpatan, dan perhatian pada preparasi
kavitas dan pemolesan dianjurkan untuk mencegah pulpitis lebih lanjut. Bila
begitu gejala telah reda, gigi harus dites vitalitasnya untuk memastikan bahwa
tidak terjadi nekrosis. Apabila rasa sakit tetap ada walaupun telah dilakukan
perawatan yang tepat, maka inflamasi pulpa dianggap sebagai pulpitis irreversibel,
Prognosis
Prognosa untuk pulpa adalah baik, bila iritasi diambil cukup dini, kalau tidak
2) Nekrosis Pulpa
Pulpa terbentuk dari dinding yang kaku, tidak memiliki sirkulasi darah
kolateral, dan venula serta limfatik berada di bawah tekanan jaringan yang
56
meningkat. Oleh karena itu pulpitis ireversibel dapat menyebabkan dua jenis
Jika eksudat dihasilkan selama pulpitis ireversibel diserap atau dia alirkan melalui
karies atau melalui pulpa yang terbuka ke dalam rongga mulut dan nekrosis
tertunda. Pulpa radikuler dapat tetap penting untuk jangka waktu yang lama.
menginduksi dengan cepat dan jumlah nekrosis pulpa serta periradikuler patosis.
Selain itu ada nekrosis iskemik pulp atau nekrosis koagulasi, terjadi sebagai akibat
dari cedera traumatis dari gangguan suplai darah. Nekrotik pulpa adalah suatu
kondisi klinis yang terkait dengan temuan subyektif dan obyektif yang
Gejala Klinis
rasa sakit yang spontan, ketidaknyamanan atau nyeri saat diberi tekanan. Gigi
liquefaction) karena terjadi ekspansi termal dari gas yang ada pada saluran akar
elektrik tidak memberikan respon pada gigi yang mengalami nekrosis. Selain itu
57
Gigi yang mengalami nekrosis dan perubahan warna
(http://orthoshalom.wordpress.com/)
Namun dengan adanya berbagai derajat respon inflamasi yang dimulai dari
pulpitis reversibel hingga nekrosis maka hasil uji vitalitas pun akan berbeda-beda.
Selain itu karena adanya inflamasi yang menyebar pada jaringan periadikular, gigi
yang nekrosis akan lebih sensitif terhadap perkusi dan palpasi. Dianjurkan
treatment dengan root canal treatment atau ekstraksi pada nekrosis gigi ini.
Abses apikalis akut adalah proses inflamasi pada jaringan periapikal gigi,
bakteri, serta produknya dari saluran akar gigi yang terinfeksi.(ingel) Abses
apikalis akut ditandai dengan nyeri yang spontan, adanya pembentukan nanah,
atau palatal tergantung lokasi apeks gigi yang tekena. Abses apikialis akut juga
dan malaise. Tes perkusi abses apikalis akut akan mengahasilkan respon yang
58
sangat sensitif, tes palpasi akan merespon sensitif. Sedangkan tes vitalitas tidak
memberikan respon.
dari nekrosis yang mengandung banyak leukosit PMN yang rusak, debris, dan sel
Abses apikalis kronis merupakan keadaan yang timbul akibat lesi yang
kronis disebabkan oleh nekrosis pulpa yang meluas ke jaringan periapikal, dapat
juga disebabkan oleh abses akut yang sebelumnya terjadi. Abses adalah kumpulan
pus yang terbentuk dalam jaringan. Pus ini merupakan suatu kumpulan sel-sel
jaringan lokal yang mati, sel-sel darah putih, organisme penyebab infeksi atau
benda asing dan racun yang dihasilkan oleh orgnisme dan sel darah. Abses
59
Abses apikalis kronis berkembang dan membesar tanpa gejala yang
adanya fistula didaerah sekitar gigi yang terkena. Fistula merupakan ciri khas dari
abses apikalis kronis. Fistula merupakan saluran abnormal yang terbentuk akibat
drainasi abses.
Abses apikalis kronis pada tes palpasi dan perkusi tidak memberikan
radiografis abses apikalis kronis terlihat putusnya lamina dura hingga kerusakan
Sebuah gigi dengan periodontitis apikal gejala akan memiliki respon akut
menyakitkan untuk tekanan menggigit atau perkusi. Gigi ini mungkin atau
mungkin tidak merespon tes vitalitas pulpa, dan radio-grafik atau gambar gigi ini
mungkin atau mungkin tidak memiliki radiolusensi apikal terkait dengan salah
60
6) Periodontitis apikal Asimtomatik
tanpa gejala klinis. Gigi ini tidak merespon tes vitalitas pulpa, dan radiografi atau
gambar akan menunjukkan suatu radiolusensi apikal. Gigi ini umumnya tidak
61
2.8 Radiografi
A. Radiografi Periapikal
permukaan oklusal atau incisal edge menuju apeks dan 2-3 mm dari tulang
62
Indikasi radiografi periapikal, antara lain yaitu:
Pertama, film diletakkan pada bagian palatinal atau lingual gigi yang akan
difoto. Film kemudian diletakkan sejajar dengan long axis gigi dengan memakai
film holder. Selanjutnya sinar sentral diarahkan tegak lurus terhadap aksis gigi
dalam film. Teknik ini akan menghasilkan gambar yang lebih baik dari pada
distorsi yang di dapat pada rontgen foto sangat kecil dan juga gambar yang
dihasilkan sangat representatif dengan gigi yang asli. Keuntungan lain dari teknik
63
paralel ini, selain mudah dipelajari juga mudah digunakan. Jika teknik paralel ini
dilakukan dengan benar, maka akan membentuk gambar di film dengan akurasi
Kerugian dari teknik paralel adalah sulit meletakkan film holder, terutama
pada anak-anak dan pasien yang mempunyai mulut kecil. Selain itu, film holder
Film diletakkan pada lingual atau palatinal gigi yang akan difoto.
Kemudian salah satu ujung film menyentuh bagian insisal dari gigi dan
membentuk sudut dengan long axis gigi. X-ray tube atau sinar sentral tegak lurus
dengan garis (khayal) yang membagi 2 sudut yang dibentuk antara long axis gigi
dengan film. Metode yang biasa digunakan adalah menggunakan telunjuk pasien
untuk menjaga film tetap pada permukaan lingual. Namun metode ini memiliki
Keuntungan yang didapat yaitu teknik ini tidak menggunakan film holder
64
Kerugian dari teknik ini adalah distorsi lebih mudah terjadi dan juga sering
1. Incipient caries
Tidak dapat dilihat dengan gambaran radiografi, harus dideteksi secara klinis
menggunakan explorer.
2. Moderate caries
Karies meluas ke dentin dan terlihat sebagai gambaran radiolusen yang sangat
3. Severe caries
besar.
65
C. Keterbatasan Radiografi
merupakan objek tiga dimensi yang kompleks. Akibat dari gambar yang
radiografi.
D. Interpretasi
a. Interpretasi mahkota
radioopak
66
Arah perjalanannya/ kedalamannya kelainan seperti dari oklusal ke
sampai dentin, atau dari mesial sampai mendekati pulpa atau sudah
kamar pulpa.
b. Interpretasi akar
divergen
eksterna
tulang alveolar
67
Menebal: apabila bayangan radioopak terlihat jelas disepanjang tulang
alveolar
Menghilang: apabila lamina dura telah tertutup oleh lesi ataupun lainnya
Resorpsi puncak tulang alveolar ini terdiri dari resorpsi horisontal dan
vertikal dengan menarik garis khayal antara dua CEJ dari dua gigi yang
berdampingan.
Dalam batas normal: apabila tidak terdapat kelainan pada puncak tulang
penurunannya.
gigi.
Dalam batas normal: apabila tidak tampak adanya lesi ataupun kelainan
68
Berupa lesi radiolusen dengan karakteristik batas lesi: difus dengan
batas tidak jelas dan tidak tegas, batas jelas tetapi tidak tegas atau batas
daerah periapikal
h. Kesan Radiografi
sampai periapikal
E. Interpretasi kasus
69
Kesan: kelainan pada mahkota
70
2.9 Perawatan Saluran Akar
Tujuan perawatan saluran akar adalah mengembalikan keadaan gigi yang sakit
agar dapat diterima secara biologis oleh jaringan sekitarnya. Salah satu tujuan
perawatan saluran akar yaitu membersihkan dan mendisinfeksi sistem saluran akar
mengurangi mikroba di dalam saluran akar antara lain dengan cara sterilisasi
saluran akar, irigasi dengan bahan antimikroba dan bahan pengisi yang bersifat
hambatan.
endodontik harus selalu diperhatikan, yaitu teknik asepsis, akses langsung saluran
akar, pembersihan dan pembentukan saluran akar, pengisian saluran akar dan
pembuatan restorasi.
perlindungan yang pasti terhadap karet kontaminasi bakterial dari ludah dan
tertelannya alat saluran akar yang tidak disengaja. Hanya gigi yang akan
dilakukan perawatan yang harus diisolasi. Pembatasan ini memakan waktu lebih
ludah. Dalam kasus ini dengan gigi 35, maka digunakan penjepit HF No. 27.
71
Lubang-lubang pada karet harus dibuat kira-kira di atas pusat permukaan
oklusal atau insisal gigi yang digunakan. Selain itu, lubang pemandu harus dibuat
sepanjang tepi atas isolator karet untuk identifikasi permukaan atas dengan segera
Cara tahapan ini diawali dengan penjepit lebih baik dimasukkan setengah
jalan ke dalam lubang yang baru saja dibuat pada isolator karet, dan lengan
dengan tangan kiri dan ditahan agar tidak menghalangi pandangan sementara
penjepit dipasang di atas gigi dengan tangan kanan. Tang kemudian dilepaskan
dari penjepit, dan isolator karet dimasukkan di bawah lengan anterior penjepit.
isolator karet, penjepit dipasang pada gigi, tang penjepit diambil, dan isolator
STERILISASI INSTRUMEN
Begitu isolator karet dipasang, gigi dan isolator harus diseka secara cermat
dengan kapas yang dibasahi dengan antiseptik yang cepat menguap dan tidak
Iodin. Bur-bur untuk membuka kamar pulpa harus disterilkan dengan autoklaf,
dan dipanaskan dengan nyala api 2 atau 3 kali, sebelum digunakan dalam kavitas
pulpa.
menekan bilah dengan kain kasa 2x2, atau gulungan kapas, yang dibasahi dengan
72
hydrogen peroksida atau alcohol, sementara menarik alat menggunakan gerakan
Untuk poin absorben, jarum-jarum, kikir, dan alat-alat saluran akar lainnya
harus segera disterilisasi ke dalam suatu alat sterilisasi garam panas sebelum
tersebut.
dan peralatan lain dapat disterilisasi dengan menggunakan ujung kerja dalam
alcohol dan 2 kali dipanaskan dengan nyala api dan untuk kerucut gutta percha
dijaga steril dalam botol alcohol sedangkan yang baru saja dikeluarkan,
kasa steril.
DEBRIDEMEN
dibersihkan terlebih dahulu secara mekanis. Demikian juga halnya bahwa saluran
akar yang terinfeksi harus dibersihkan terlebih dahulu dari debris. Saluran akar
dan kamar pulpa harus diirigasi secara hati-hati dengan larutan sodium hipoklorit
sebelum dicoba dimasuki instrument, karena larutan ini mempunyai efek pelarut
pada pulpa dan juga mempunyai pengaruh antibacterial. Pada semua kasus,
73
irigasi untuk debridement yang sempurna dan permbersihan saluran akar.
Instrumentasi sempurna saluran akar dalam satu kunjungan adalah suatu prosedur
aman bila saluran diirigasi dengan cermat, bekerja dengan hati-hati untuk tidak
mendorong debris melalui saluran akar karena kalau tidak dapat mengiritasi
jaringan periapikal.
DRAINASE
Jika dijumpai infeksi luas dan pembengkakan seperti abses alveolar akut
dengan banyak edema, drainase harus dilakukan, baik melalui saluran akar, atau
preparasi kavitas di bagian lingual (anterior) atau oklusal (posterior). Turbin udara
atau batu untuk menembus email. Jaringan pulpa, bila ada, harus diambil dengan
instrument yang tepat. Bila drainase melalui saluran akar lambat atau jalan masuk
sukar, atau giginya begitu sensitive sehingga mempreparasi kavitas tidak dapat
dilakukan, dan terdapat suatu pembengkakan lunak yang fluktuan, suatu insisi
harus dibuat pada bagian yang paling bergantung dari pembengkakan dekat apeks
akar. Begitu insisi dibuat, suatu drain harus dimasukkan untuk menjaga luka tetap
terbuka. Dapat digunakan sepotong isolator karet yang dimasukkan ke dalam luka.
KEMOPROFILAKSIS
Bila pasien mempunyai riwayat demam rematik atau penyakit ringan yang
melibatkan katup jantung, suatu antibiotika harus diberikan 1 jam sebelum operasi
74
IMOBILISASI
PENGHINDARAN TRAUMA
Jaringan lunak harus ditangani dengan lemah lembut dan hati-hati, serta
akar melebihi foramen apikal. Untuk mencegah hal tersebut, suatu stop mekanis
atau diskus karet atau plastic dapat dipasang di atas instrument dan disesuaikan
kurang dari panjang gigi dari apeks ke permukaan insisal atau oklusal.
Perawatan saluran akar terdiri dari tiga tahap (Triad Endodontik), yaitu:
IRIGASI
ekstirpasi jaringan yang vital maupun nekrotik. Preparasi saluran akar yang ideal
meliputi 4 tahap, yaitu: (1) menentukan arah saluran akar, (2) membersihkan
saluran akar, (3) membentuk saluran akar, (4) preparasi daerah apikal. Alat yang
digunakan adalah round diamond dan diamond bur. Tujuan dilakukan preparasi
adalah untuk memperoleh akses yang lurus dan membuka atap pulpa. Prinsip dari
tahapan ini adalah outline form yang akan membentuk akses yang tepat, bentuk
75
konvenien dan toilet of cavity, yaitu semua debris, karies, dan jaringan nekrotik
harus bersih dari gigi yang akan dilakukan perawatan saluran akar.
Suatu saluran akar yang telah dibersihkan dan dibentuk harus merupakan
hendaknya meruncing ke arah apeks dan hendaknya bersatu dengan kavitas jalan
masuk untuk memberikan saluran akar yang telah dipreparasi “kualitas aliran”,
yaitu suatu bentuk yang memungkinkan gutta percha yang telah dibuat plastis
PULPEKTOMI
selanjutnya adalah ekstirpasi pulpa dari kamar dan saluran akar. Pulpektomi atau
broach, dengan cara dimasukkan sedalam 2/3 panjang saluran akar diputar 180o
searah jarum jam dan ditarik keluar. Bila gigi telah dibiarkan terbuka untuk
drainase, dan bila sisa makanan dan debris lain telah menumpuk di dalam kavitas
pulpa, di samping sisa debris pulpa nekrotik, pengambilan bahan-bahan ini dari
dari saluran akar waktu diekstirpasi. Prosedur ini meninggalkan suatu luka koyak.
Reaksi terdiri daru perdarahan, inflamasi, dan perbaikan. Meskipun dapat timbul
rasa sakit, biasanya minimal dan dapat ditanggulangi dengan analgesika ringan.
Gigi yang menjalani terapi saluran akar adalah dengan penembusan email
pada tempat kavitas jalan masuk. Isolator karet dipasang, dan medan operasi
76
didisinfeksi; yaitu gigi, penjepit, dan isolator karet digosok dengan aplikator ujung
kapas steril yang dibasahi dengan larutan hipoklorit 5,2%. Pada gigi posterior
seperti pada kasus, setelah pengambilan seluruh atap kamar pulpa, pulpa koronal
alur anatomik yang terletak pada dasar kamar pulpa atau pada sudut titik yang
dibentuk oleh dinding-dinding dan dasar kamar pulpa dan menuju ke saluran akar.
Sekali saluran ditembus, harus diselidiki dengan broach halus atau alat
yang digunakan untuk ektirpasi seluruh pulpa dan untuk pengambikan debris
nekrotik, poin absorben, butiran kapas, dan bahan asing lainnya dari saluran akar.
IRIGASI
membersihkan sisa jaringan pulpa, jaringan nekrotik dan serbuk dentin. Tujuan
irigasi saluran akar yaitu: (1) mengeluarkan debris, (2) melarutkan jaringan smear
suatu pipet plastic disposibel atau alat semprit kaca dengan jarum endodontik
yang bertakik. Larutan yang digunakan untuk irigasi adalah sodium hipoklorit
dimasukkan sampai terjepit. Ruang yang cukup antara jarum dan dinding saluran
77
memungkinkan pengaliran kembali larutan dan menghindari penekanan larutan ke
Bila sudah yakin jarum tidak terjepit, larutan hendaknya disemprotkan dari
alat semprit dengan sedikit atau tanpa tekanan. Tujuannya adalah membersihkan
dapat dihilangkan dari saluran akar dengan menahan jarum alat semprit di dalam
PENENTUAN PANJANG
panjang gigi pada radiograf preoperative = dari titik referensi sampai foramen
(PK = X – 1 mm). Lalu, ukur file yang akan digunakan untuk mengukur panjang
kerja dan diberi stopper sesuai dengan PK, yang telah diukur, kemudian masukkan
file ke dalam saluran akar, rubber stop berada pada titik referensi. Selanjutnya
menentukan initial file (file terbesar yang dapat masuk saluran sesuai PK), lalu
78
file digerakkan secara watch windinf ¼ putaran bolak-balik 2-3 kali. Kemudian,
preparasi apikal diakhiri sampai white dentin (minimal 3 nomer file di atas initial
file sepanjang PK, rekapitulasi nomor file sebelumnya), dan file terakhir adalah
atau 4 nomor file di atas MAF, lalu tiap penambahan nomor file di atasnya PK
nomor di atas nomor file terakhir dan PK terakhir. Untuk menghaluskan dinding
intrasaluran.
Syarat disinfeksi saluran akar adalah sebagai berikut: (1) haru suatu germisidia
dan fungisida yang efektif; (2) harus tidak mengiritasi jaringan periapikal; (3)
harus tetap stabil dalam larutan; (4) harus mempunyai efek antimicrobial yang
lama; (5) harus aktif dengan adanya darah, serum, dan derivat protein jaringan; (6)
perbaikan jaringan periapikal; (8) tidak menodai struktur gigi; (9) harus mampu
79
dinonaktifkan dalam medium biakan dan; (10) harus tidak menginduksi respon
imun berantara-sel.
mengontrol dan mencegah nyeri pasca rawat. Jika menggunakan Ca(OH)2 yaitu
dengan diaplikasikan menggunakan lentulo, lalu dari orifis sampai ujung saluran
akar, kemudian control 1 minggu dan setelah itu mengeluarkan Ca(OH)2 dengan
semua pintu masuk antara periodonsium dan saluran akar. Tujuan mengobturasi
saluran akar sendiri yaitu memasukkan suatu bahan pengisi pengganti lamban
(inert) ke dalam ruangan yang sebelumnya ditempati oleh jaringan pulpa, guna
mencegah infeksi berulang melalui sirkulasi (anakoresis) atau melalui suatu retak
pada keutuhan mahkota gigi. Suatu saluran akar dapat diobturasi bila giginya
asimtomatik dan saluran akar cukup kering dan tejadi penurunan jumlah
Bahan pengisi saluran akar dari bahan utama yang berbentuk padat
misalnya guta perca, dan bahan semipadat yang berbentuk pasta disebut siler
saluran akar. Untuk mendapatkan hasil obturasi yang baik bagian terbesar dari
saluran akar diisi dengan bahan padat seperti konus guta perca dan celah – celah
dinding saluran akar diisi dengan pasta siler saluran akar yang dapat beradaptasi
80
Siler adalah substansi yang membantu menghasilkan perlekatan yang kuat
antara dua permukaan. Tujuan dari siler saluran akar adalah untuk mencegah
rekolonisasi bakteri serta rekontaminasi dari sistem saluran akar, untuk mencegah
pertumbuhan bakteri residu pada sistem saluran akar serta untuk menghilangkan
diklasifikasikan menjadi siler dengan bahan dasar seng oksida eugenol, resin,
Bahan pengisi saluran akar yang ideal adalah: (1) bahan harus dapat
dengan mudah dimasukkan ke dalam saluran akar; (2) harus menutup saluran ke
arah lateral dan apikal; (3) harus tidak mengerut setelah dimasukkan; (4) harus
kedap terhadap cairan; (5) harus bakterisidal atau, paling tidak, harus menghalangi
pertumbuhan bakteri; (6) harus radioopak; (7) tidak menodai struktur gigi; (8)
tidak mengiritasi jaringan periapikal atau mempengaruhi struktur gigi; (9) harus
steril, atau segera disterilkan dengan cepat sebelum dimasukkan; dan (10) bila
Teknik Obturasi
perca dan siler. Cara-cara tersebut meliputi: (1) kondensasi lateral; (2) kondensasi
vertical (guta-perca panas); (3) kondensasi seksional; (4) kompaksi (teknik guta
Adapun teknik yang akan dijelaskan sesuai indikasi kasus adalah teknik
81
1. Pasang isolator karet, dan sterilkan bidang operasi. Keringkan saluran
distandarisasi yang nomornya sama dengan rimer atau kikir terakhir yang
dalam alcohol
3. Letakkan kerucut dalam saluran akar yang kering. Pangkalnya harus rata
6. Campur semen saluran akar pada slab yang baru saja disterilkan dengan
Angkat sejumlah kecil semen dengan broach halus, kikir atau rimer dan
8. Bila kerucut tidak pas pada apeks, dorong pada lokasi asalnya dengan
plugger saluran
82
9. Dengan menggunakan spreader, isi saluran dengan guta perca poin
10. Potong pangkal guta perca dengan instrument panas dan hilangkan
kelebihannya dari kamar pulpa. Usap kamar pulpa dengan kapas yang
Teknik perawatan gigi terinfeksi dapat dibuat garis besarnya sebagai berikut:
Kunjungan Pertama
jalan masuk
2. Kamar pulpa dibuka dengan bur steril sehingga diperoleh jalan masuk
5. Dengan stop instrument atau penanda yang terikat pada instrument dengan
gaya “B” pada panjang gigi sementara +/- 1 mm, masukkan instrument ke
dalam saluran, dan buat radiograf. Hati-hati agar tidak melukai jaringan
83
periapikal. Keluarkan instrument, periksa radiograf, dan pasang kembali
Kunjungan Kedua
2. Keluarkan dan buang dressing, dam bila kondisi klinis memuaskan, ambil
3. Teknik biakan:
ambil tutup dati tabung tes, panaskan bibir tabung dengan nyala
84
api, dan jatuhkan poin absorben ke dalam tabung berisi medium
incubator
e. Tutup medikamen
Kunjungan Ketiga
a. Definisi
dengan tujuan untuk mendapatkan sifat translusensi, pelepasan flour dari semen
silikat dan kemampuan untuk melekat secara kimia pada struktur gigi dari semen
polikarboksilat. GIC merupakan semen yang digunakan sebagai base, liner, filling
(Anusavice,2003)
85
GIC adalah bahan restorasi yang paling akhir berkembang dan
mempunyai sifat perlekatan yang baik. Sifat utama GIC adalah kemampuan utama
untuk melekat pada email dan dentin tanpa ada penyusutan atau panas yang
pulpa, ada pelepasan flour yang berfungsi sebagai antimikroba dan kariostatik,
kontraksi volume pada pengerasan sedikit, koefesien ekspansi termal sama dengan
struktur gigi.
perekat, bahan pengisi untuk restorasi gigi anterior dan posterior, pelapiskavitas,
penutup pit dan fisur, bonding agent pada resin komposit, serta sebagai
semen adhesif pada perawatan ortodontik. Ukuran partikel GIC bervariasi, yaitu
Reaksi yang terbentuk dari GIC adalah reaksi antara glass silicate alumina
b. Komposisi
Bubuk
dengan silikat tetapi perbandingan alumina-silikat lebih tinggi pada semen silikat
(Anusavice, 2003)
86
Sodium fluoride NaF 3.7%
Liquid
Polyacrlic acid 40 %
Itaconic acid 5%
Maleic acid 5%
Tricarboxylic acid 5%
Tartaric acid
Water 50%
Cairan yang digunakan GIC adalah larutan dari asam poliakrilat dalam
konsentrasi kira-kira 50%. Cairan ini cukup kental cenderung membentuk gel
setelah beberapa waktu. Pada sebagian besar semen, cairan asam poliakrilat
adalah dalam bentuk kopolimer dengan asam itikonik, maleic atau asam
(Anusavice, 2003).
2003).
Ketika bubuk dan cairan semen ionomer kaca dicampurkan, cairan asam
87
lapisan semen tipis yang akan mengikuti inti. Selain cairan asam, kalsium,
aluminium, sodium sebagai ion-ion fluoride pada bubuk semen ionomer kaca akan
memasuki partikel kaca yang akan membentuk ion kalsium (Ca2+) kemudian ion
aluminium (Al3+) dan garam fluor yang dianggap dapat mencegah timbulnya
c. Klasifikasi
Type III --- a. Bases & liners --weak with less acidic
- Berdasarkan Skinners
Type I – Luting
- Berdasarkan penggunaan
88
GIC tipe luting semen sangat baik untuk sementasi permanen
komposit. Secara kimiawi berikatan dengan dentin enamel, logam mulia dan
porselen. Memiliki translusensi yang baik dan warna yang baik, dengan
kekuatan tekan tinggi. GIC yang diberikan pada dasar kavitas akan
pulpa dan isolasi. Hal ini mengurangi timbulnya kebocoran mikro ( micro-
leakage) ketika digunakan sebagai semen inlay komposit atau onlay (Craig,
2004).
Type II – Restorasi
hilang seperti abrasi servikal. Abrasi awalnya diakibatkan dari iritasi kronis
89
Type IV – Fissure Sealants
resin komposit. Namun GIC juga memiliki kelebihan tertentu. GIC memiliki
ikatan langsung ke jaringan gigi oleh interaksi ion Polyacrylate dan kristal
atau campuran GIC dan amalgam telah populer. Saat ini, banyak GIC
menganggap GIC tidak cukup kuat untuk menopang inti (core). Maka
direkomendasikan bahwa gigi harus memiliki minimal dua dinding utuh jika
90
Type VII - Fluoride releasing
Hasil dari satu percobaan, dengan salah satu tindak lanjut periode
lima kali lebih banyak daripada kompomer dan 21 kali lebih banyak dari
selama 24 jam periode satu tahun setelah pengobatan, adalah lima sampai
enam kali lebih tinggidari kompomer atau komposit yang mengandung fluor
(Craig, 2004).
namun kebutuhan penduduk tinggi. Hal ini diakui oleh organisasi kesehatan
kekuatan kunyah dan usia gigi. Pada awal tahun 1977, disarankan bahwa
91
gigi susu karena kemampuan GIC untuk melepaskan fluor dan untuk
dalam mengisi kavitas. Hal ini dapat dijadikan keuntungan dalam merawat
GIC Konvensional
GIC secara luas digunakan untuk kavitas Klas V, hasil klinis dari prosedur
ini baik meskipun penelitian in vitro berpendapat bahwa GIC modifikasi resin
dengan ketahanan fraktur yang lebih tinggi dan peningkatan kekuatan perlekatan
memberikan hasil yang jauh lebih baik. Beberapa penelitian berpendapat bahwa
memberikan sifat merekatkan yang lebih baik. Penggunaan GIC telah meluas
antara lain sebagai bahan perekat, pelapis dan bahan restoratif untuk restorasi
konservatif Klas I dan Klas II karena sifatnya yang berikatan secara kimia pada
struktur gigi dan melepaskan fluorida. Selain itu respon pasien juga baik karena
pengeboran sehingga pasien tidak merasakan sakit dan tidak memerlukan anastesi
lokal. Meskipun demikian GIC tidak dianjurkan untuk restorasi Klas II dan klas
IV karena sampai saat ini formulanya masih kurang kuat dan lebih peka terhadap
92
Semen Ionomer Hybrid
Komponen cairan biasan yaterdiri dari air dan asam polyacrylic atau asam
polimerisasi. Reaksi pengerasan awal dari bahan ini terjadi melalui polimerisasi
dari gugus methacrylate. Reaksi asam basayang lambat pada akhirnya akan
Kandungan air secara keseluruhan lebih sedikit untuk tipe ini untuk menampung
Terdiri dari partikel kaca silicate, sodium florida dan monomer yang
dimodifikasi polyacid tanpa air. Bahan ini sangat sensitif terhadap cairan,
sehingga biasanya disimpan didalam kantong anti air. Pengerasan di awali oleh
foto polimerisasi dari monomer asam yang menghasil bahan yang kaku. Selama
restorasi digunakan bahan yang telah di pasang menyerap air di dalam saliva dan
menambah reaksi asam basa antara gugus fungsi asam dengan matrix dan partikel
floridakarena tidak adanya air dalam formulasi, pengadukan semen tidak self-
93
GIC yang diperkuat dengan Metal
gayamastikasi yang besar. Semen ini juga tidak tahan terhadap keausan
mencampur bubuk logam campur amalgam yang berpartikel sferis dengan bubuk
glass ionomer tipe II. Semen ini disebut gabungan logam campur perak. Metode II
dilepaskan dari kedua sistem modifikasi logam ini cukup besar. Namun, fluoride
yang dilepaskan dari semen cermet lebih sedikit daripada yang dilepaskan dari
semen ionomer kaca tipe II. Hal ini dikarenakan sebagian partikel glass, yang
melepas lebih banyak fluoride daripada semen tipe II. Tetapi besarnya pelepasan
tidak terikat pada matriks semen, sehingga permukaan antar semen menjadi
Kelebihan:
1) Potensi antikariogenik
2) Translusen
94
3) Biokompatibel
Kekurangan :
Indikasi :
5) Restorasi lesi karies kl. III lebih diutamakan yang pembukaannya arah
lingual
Kontraindikasi :
tinggi
95
3) Lesi karies kelas IV atau fraktur insisal
4) Lesi yang melibatkan area luas pada email labial yang mengutamakan
Sifat Fisis
1) anti karies ion fluor yang dilepaskan terus menerus membuat gigi
Sifat Mekanis
2008).
Sifat Kimia
berupa ikatan kimia antara ion kalsium dari jaringan gigi dan ion COOH
dari semen ionomer kaca. Ikatan dengan enamel dua kali lebih besar
daripada ikatannya dengan dentin. Dengan sifat ini maka kebocoran tepi
tambalan dapat dikurangi. GIC tahan terhadap suasana asam, oleh karena
adanya ikatan silang diantara rantai-rantai semen ionomer glass. Ikatan ini
96
terjadi karena adanya polyanion dengan berat molekul yang tinggi (
Anusavice, 2004).
retak atau disolusi. Kondisi-kondisi ini serupa untuk aplikasi luting, tetapi
pengeluaran. Bubuk dan cairan dikeluarkan pada paper pad atau glass
slab. Bubuk dibagi menjadi dua bagian yang sama. Bagian pertama dari
Semen tidak boleh digunakan dalam bentuk ”kulit” pada permukaan atau
ketika konsistensi terasa menjadi lebih tebal. Hindari kontak dengan air
97
selama aplikasi ruangan harus diisolasi sepenuhnya. Semen set di dalam
poliakrilat)menjadi ion COO- (ion karboksilat) dan ion H+. Ion H+ bereaksi
menyebabkan terlepasnya ion Al3+. Saat fase ini, dilepaskan panas dengan
suhu berkisar antara 3oC sampai 7oC. Semakin besar rasio bubuk dan cairan
GIC maka panas yang dilepaskan akan semakin besar (Craig, 2004).
gigi. Secarafisik GIC terlihat berkilau. Penempatan pada struktur gigi harus
akhir dari fase pelepasan ionini, yang ditandai dengan hilangnya tampilan
98
Fase kedua dari reaksi pengerasan GIC adalah fase hidrogel. Fase
fase ini, ion-ionkalsium yang dilepas dari permukaan kaca akan bereaksi
membentuk ikatan silang ionik. Pada fase hidrogel ini mobilitas rantai
dari lingkungan yang lembab dan kering karena ion kalsium yang bereaksi
dengan rantai poliasam polianionik mudah larutdalam air. Jika GIC tidak
Pada fase hidrogel ini, GIC memiliki bentuk yang keras dan opak.
refraksi antarafiller kaca dan matriks. Opaksitas GIC ini sifatnya sementara
gigi, disebabkan indeks refraksi gel silika yang mengelilingi filler kaca
99
hampir sama dengan matriks. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya
penyebaran cahaya dan opaksitas. Jika GIC masih terlihat opak, maka hal
karena adanya kontaminasi air. GIC yang telah mengeras secara sempurna
terdiri atas tiga komponen, yaitukaca pengisi, gel silika, dan matriks
1. Outline form
Yaitu garis terluar dari hasil preparasi kavitas yang terdapat di permukaan
gigi. Untuk kelas III mengambil jaringan karies yang disertai pembuatan
kedudukan yang tepat sehingga rstorasi dan jaringan gigi yang masih sehat
dan berfungsi sebagai tempat penahan dapat bekerja sama dalam menahan
3. Retention form adalah bentuk dari preparasi kavitas yang tahan terhadap
pergeseran atau hilangnya restorasi dari gaya dorong dan daya angkat.
100
(GIC) melekat di dalam gigi oleh ikatan kimiawi yang timbul antara
kavitas. Sebab jika terjadi kebocoran bakteri yang tinggal didalam kavitas
akan terjadi aktif dan dapat menimbulkan gejala sakit dan masalah
endodontic
untuk membentuk dinding enamel margin yang halus dan rata agar
sampai halus dan rata. Pada kunjungan berikutnya penghalusan akhir bisa
dilakukan dengan menggunakan bur batu putih (white stone), bur tungsten
101
7. Toilet of the cavity merupakan tindakan terakhir dari prinsip preparasi
1. Isolasi
2. Tooth preparation
3. Cement placement
I. Isolation
kontrol dari saliva diperlukan dalam restorasi GIC. Saliva, cairan sulcular
dan gingival haemorrhage harus dikontrol saat prosedur restorasi. Rubber dam,
retraction cord, cotton rolls dengan saliva ejectors biasanya digunakan tetapi
tidak wajib pada restorasi yang lesinya dekat dengan margin gingival dari gigi.
102
3. Membentuk convenience form untuk restorasi
Preparasi gigi untuk kelas V yang besar lebih memerlukan lebih perhatian
untuk retention form daripada defek kelas V yang kecil, terutama saat sedikit
enamel yang ada untuk bonding, area yang hypermineralized (sclerotic) dentin
juga memerlukan perhatian lebih, karena dapat menjadi respon yang berbeda ke
A. Mechanical Preparation
Glass ionomer cement digunakan untuk restorasi kavitas kelas V dan juga
kavitas kelas III yang tersembunyi. Kavitas kelas V biasanya ada dua tipe, „V‟
shaped notch dengan batas tajam yang pasti atau lesi berbentuk piring dengan
bertahan baik juga pada mechanical preparation dengan glass ionomer cement.
Tetapi preparasi gigi tidak didictated oleh semua peraturan yang spesifik dari GV
Black untuk restorasi amalgam. Ini karena sifat adhesive alami dari semen,
Pada kavitas kelas V, lesi dapat hanya berada di enamel atau berada dalam
103
Preparasi gigi untuk kelas V yang besar lebih memerlukan lebih perhatian
untuk retention form daripada defek kelas V yang kecil, terutama saat sedikit
enamel yang ada untuk bonding, area yang hypermineralized (sclerotic) dentin
juga memerlukan perhatian lebih, karena dapat menjadi respon yang berbeda ke
a. Outline form
struktur gigi yang rusak. Karenanya outline form terdeteksi dari karies,
yang membawa restorasi ke area self cleansing. Apapun material gigi yang masih
disupport oleh dentin. Hanya titik yang diperhatikan saat meninggalkan enamel
tipis yang seharusnya tidak boleh terkena beban langsung dari gigi lawan saat
mastikasi.
pertemuan antar gigi dan restorasi terkena stained. Karenanya perlu untuk hai-hati
pada saat mempersiapkan gigi dan meninggalkan dinding ter exposed facially
sepanjang axis gigi dan pada kontur dengan axial angle. Ini dapat menyebabkan
104
Perluasan gingival dari preparasi gigi biasanya ditujukan dengan perluasan
dari lesi. Ini biasanya dekat untuk atau perluasan ke sulkus. Perhatian diperlukan
mempunyai material dalam jumlah besar untuk semen agar dapat menjadi self
untuk memberikan kurang lebih 1 mm jumlah besar untuk semen. Ini juga
c. Convenience form
Pada kavitas kelas III, bagian dinding lingual rusak untuk akses di gigi
maxilla. Gigi mungkin secara mekanis terpisah untuk kenyamanan operasi juga.
gigi tanpa memotong lebih enamel dan dentin. Pada preparasi kavitas kelas V,
retractors bibir dan pipi dan tongue guards diperlukan untuk kenyamanan pada
saat operasi.
dengan semiliquid pumice menggunakan rubber cups, bristle brush atau burlew‟s
brush. Ini akan menghilangkan plak dan pelikel. Perlu dipastikan kembali agar
tidak ada jaringan lunak yang terluka bersanding yang akan menyebabkan situasi
sulit untuk dikontrol dan perdarahan dan staining ke restorasinya. Perdarahan dari
105
jaringan gingiva diperlukan untuk pengaplikasian sangat ringan dari trichloro-
acetic acid.
B. Chemical Preparation
beberapa darinya masih digunakan. Citric acid 50%, phenolic acid, hydrogen
peroxide 3%, tannic acid 25%, dodicin 0,9%, mineralising solutions, EDTA 10%
dan polyacrylic acid 20% adalah beberapa conditioning agents yang disarankan
untuk mendapatkan ikatan yang lebih baik antara semen ke enamel dan dentin.
Diantara itu, polyacrylic acid 10%-20% yang paling sering digunakan dan sudah
disupplied dan disarankan untuk adhesi terbaik. Asam di aplikasikan kurang lebih
Light activated glass ionomer mempunyai step tambahan yaitu priming the
tooth surface. Priming agents diaplikasikan pada dua atau lebih lapisan tipis
dengan embusan udara yang lembut dan light activated selama 20 detik.
a. Pencampuran semen
hati-hati. Rasio yang tepat antara bubuk dan liquid harus dipastikan dan
Pencampuran dapat dilakukan pada paper pad atau glass slab. Keuntungan
106
memperpanjang waktu kerja. Meskipun untuk restoratif semen tipe spatula
yang digunakan tidak dianggap sangat penting, tetapi harus diakui bahwa
sepenuhnya dalam larutan. Ini harus dicatat bahwa tidak cairan yang cukup
Serbuk dibagiakan pertama pada slab dan dibagi menjadi dua bagian
mengeluarkan rasio liquid yang diperlukan yaitu hanya satu tetes dalam
satu waktu, tanpa masuknya gelembung udara. Jika cairan menjadi lebih
kental dari waktu ke waktu, maka dapat diredakan dengan cara merendam
botol dalam air dengan suhu 70 derajat dalam waktu 15 menit. Biarkan
107
untuk membasahi permukaan partikel bubuk. Jangan terlalu berlebihan
bagian atas tumpukan semen dengan spatula. Semen terputus dan merosot
kembali. Akan ada titik ketika semen akan terputus tetapi tidak merosot
kembali. Waktu kerja biasanya sekitar 60-90 detik untuk gic tradisional
dan 3 menit untuk gic resin modified. Sensitivitas air selam asatu jam
pertama sangatlah penting, oleh karena semen dilapisi dengan baik leh
c. Restorasi
restorasi pada dasarnya sama. Setelah pencampuran, baik chemical cure cement
dan light cure cement dilakukan dalam satu ukuran besar untuk penempatan
kedalam kavitas. Kotoran yang berlebih harus dihilangkan dengan cepat dan
membantu dalam penempatan positif dari semen pada permukaan gigi dan juga
108
Sebuah jarum suntik dispenser seperti jarum suntik centrix merupakan
alternative yang sangat baik dan unggul. Menyemprotkan keluar semen kedalam
kavitas dapat membantu untuk mengisi kavitas tanpa adanya jebakan gelembung
udara di semen dan memberikan control mutlak dari kuantitas semen yang
ditempatkan di gigi. Ujung dari jarum suntik ditempatkan ke lantai kavitas dan
matrix sampai mencapai kekerasan awal dan light cure cement. Hal ini tidak
mungkin untuk masa penyembuhan dengan aktivasi cahaya yang berlebihan. Jadi
Bahan yang disediakan dalam bentuk compule atau sebagai single paste
tidak memerlukan pencampuran, hal ini tidak dapat memiliki reaks asam basa dan
karna juga bukan glass ionomer. Tidak aka nada adhesi kimia untuk struktur gigi
Konturing awal dapat dilakukan dengan alat tajam seperti pisau Bard
Parker, pisau foil emas atau poin diamond pada kecepatan tinggi. Pemolesan akhir
dilakukan setelah 24 jam. Banyak dokter lebih memilih untuk melakukan initial
Finishing akhir dilakukan dengan menggunakan cakram atau disc Sof-lex‟ atau
disc dengan abrasive gradasi yang berbeda dari kasar ke halus, dalam satu
109
dengan berbagai bentuk dan strip abrasive yang tersedia untuk menyelesaikan
kondisi lembab.
awal semen. Pada akhir initial contouring serta finishing akhir dari permukaan,
permukaan semen harus dilindungi dengan varnish, proprietary coats atau bahan
glasir resin.
V. Surface Protection
permukaan dan memberikan hasil akhir yang halus untuk jangka waktu yang lebih
panjang dibandingkan dengan varnish dan petroleum jelly. Resin juga lebih
petrolatum mudah di bersihkan pada jangka waktu pendek saat waktu proteksi
untuk mencegah pertukaran air. Jika seal tetap bertahan pada 24 jam pertama
menjadi translusensi penuh. Pada kasus jika permukaannya tidak terlindungi pada
menggunakan viskositas sangat rendah, light aktivasi, resin enamel bond sebagai
110
sealant daripada sebagai varnish yang direkomendasi, yang dapat menyebabkan
Dokter Umum
Dokter Hewan, terbtas pada pengobatan pada hewan/ pasien hanya hewan.
tanpa keraguaan.
111
5. Umur pasien harus dicantumkan dengan jelas, terutama padaanak. Ini
penting bagi apoteker untuk mengkalkulasi apakah dosis obat yang ditulis
kebetulan sama.
Contoh: untuk obat yang diberikan dalam jumlah kurang dari satu gram
maka ditulis dalm miligram; misalnya jika obat diberikan setengah gram
8. Untuk obat yang dinyatakan dengan satuan unit jangan disingkat menjadi
U.
9. Untuk obat atau jumlah obat berupa cairan, dinyatakan dengan satuan ml,
112
1. Inscriptio
praktek.
c. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep. Tanda ini adalah
2. Praescriptio
obat, dan jumlah bahan obat ( mg, g, ml, I ) dengan angka Arab. Untuk
penulisan jumlah obat dalam satuan biji ( tablet, kapsul, botol ) dalam
angka Romawi.
a. Remedium cardinale : obat pokok yang mutlak harus ada, dapat berupa
umumnya air.
113
Perintah pembutan bentuk sediaan obat yang dikehendaki,
3. Signatura
dengan S.
4. Subscriptio
Tidak boleh ada tanda iter ( iterasi ), m. i ( mihi ipsi ), dan u. c ( usus
Resep tidak boleh diulang, harus dengan resep asli, resep baru.
CITO ( segera )
STATIM ( penting )
114
URGENT ( sangat penting )
Penulisan tanda segera di atas digarisbawahi dan diberi tanda seru, kemudian
teh ( 5 ml )
115
4. penulisan jadwal dosis/aturan pemakaian:
= pemakaian diketahui )
5. setiap selesia penulisan resep diberi tanda penutup berupa garis penutup
atau tanda pemisah diantara dua R/ dan paraf atau tanda tangan.
atas dari resep apabila diulang/tidak diulang seluruhnya. Bila tidak semua
resep diulang, maka ditulis dibawah setiap resep. Demikian juga untuk N.I
kanan atas.
Istilah – istilah dan singkatan Latin yang berkaitan dengan penulisan resep
116
collyr. = collyrium = obat cuci mata
mata kiri
g. = gramma = gram
117
gtt.ophth. = guttae ophthalmicae = tetes mata
h. = hora = jam
m. = misce = campurlah
semestinya
118
p.c. = post coenam = sesudah makan
R/ = recipe = ambillah
S = sigma = tanda
obat )
makan
makan
119
contoh resep sesuai case yang dibahas
makan.
PUSKESMAS JATINANGOR
S.t.d.d.p.c
S.2.d.d.p.c
Umur : 35 Tahun
120
2.13 Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs) / Obat Anti-
obat sangat berbeda secara kimia. Walaupun demikian, obat-obat ini mempunyai
banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping.15 Prototip obat
golongan ini adalah aspirin, karena itu OAINS sering juga disebut sebagai obat-
obat mirip aspirin (aspirin-like drug). Aspirin-like drugs dibagi dalam lima
golongan, yaitu:
diflunisal
5. Obat pirai, dibagi menjadi dua, yaitu (i) obat yang menghentikan proses
121
obat yang mempengaruhi kadar asam urat, misalnya probenesid,
1. AINS dengan waktu paruh pendek (3-5 jam), yaitu aspirin, asam
ketoprofen.
2. AINS dengan waktu paruh sedang (5-9 jam), yaitu fenbufen dan
piroprofen.
3. AINS dengan waktu paruh tengah (kira-kira 12 jam), yaitu diflunisal dan
naproksen.
4. AINS dengan waktu paruh panjang (24-45 jam), yaitu piroksikam dan
tenoksikam.
5. AINS dengan waktu paruh sangat panjang (lebih dari 60 jam), yaitu
fenoprofen, oxaprozin
122
6. Asam antranilat (fenamat): asam mefenamat, asam meklofenamat
8. Alkanon: nabumeton
4. Sulfonanilid: nimesulid
Diklofenak
1. Definisi
2. Farmakokinetik
a. Absorbsi
Bioavailabilitas
123
natrium diklofenak tertunda-release), atau 5,25 jam (natrium
sistemik.
Onset
Durasi
124
Makanan
diperpanjang-release tablets.
b. Distribusi
> 99%
c. Metabolisme
d. Eliminasi
Rute Eliminasi
Walktu Paruh
Populasi khusus
125
Pada pasien dengan gangguan ginjal, plasma clearance
3. Farmakodinamik
Kalium diklofenak adalah suatu zat anti inflamasi non steroid dan
sodium dari sodium diklofenak diganti dengan ion kalium. Zat aktifnya
yang cepat.
waktu bergerak serta bengkak dan luka dengan edema. Kalium diklofenak
manusia.
4. Indikasi
berikut:
126
Nyeri inflamasi setelah trauma seperti terkilir.
tulang.
Sebagai adjuvant pada nyeri inflamsi yang berat dari infeksi telinga,
5. Kontraindikasi
asma, urtikaria atau rhinitis akut akibat obat-obat anti nonsteroid lainnya
6. Efek samping
Saluran pencernaan :
kembung, anoreksia.
berdarah )
127
Jarang : perasaan ngantuk
Kulit :
Jarang : urtikaria
lainnya.
7. Mekanisme kerja
Kalium diklofenak adalah suatu zat anti inflamasi non steroid dan
sodium dari sodium diklofenak diganti dengan ion kalium. Zat aktifnya
yang cepat.
128
mekanisme kerja kalium diklofenak. Prostaglandin mempunyai peranan
waktu bergerak serta bengkak dan luka dengan edema. Kalium diklofenak
manusia.
8. Interaksi obat
serum.
129
lainnya, diklofenak dalam dosis tinggi (200 mg ) dapat menghambat
bersamaan dengan anti diabetic oral tanpa mempengaruhi efek klinis dari
dengan methotrexate dalam darah dapat meningkat dan toksisitas dari obat
ini bertambah.
9. Dosis
kasus-kasus yang sedang, juga untuk anak-anak di atas usia 14 tahun 75-
diberikan dengan dosis terbagi 2-3 kali. Tablet harus diberikan dengan air,
130
BAB III
PEMBAHASAN
Tutorial 1
Part 1
Seorang laki-laki bernama Tn. Ipul Pulperi berusia 35 tahun datang ke RSGM
dengan keluhan gigi premolar kiri bawah berlubang dan terasa sakit berdenyut
spontan sejak 3 hari yang lalu. Sakit bertambah ketika minum dingin dan ketika
malam hari. Pasien sudah mengonsumsi parasetamol namun sakitnya tidak hilang.
Part 2
Pasien memiliki kondisi umum yang baik. Hasil pemeriksaan ekstraoral tidak
adanya karies di servikal mencapai pulpa dengan tes dingin (+), tes perkusi (-),
tekan (-), dan hasil EPT (+). Hasil pemeriksaan bakteriologis pulpa ditemukan
mencapai pulpa, jaringan periapikal dan periodontal tidak ada kelainan. Dokter
kontaminasi bakteri
Tutorial 2
Dokter gigi melakukan perawatan saluran akar karena pasien masih sakit maka
131
diberikan sebanyak 3x sehari dikombinasikan dengan diklofenak 50 mg sebanyak
6 tablet sebanyak 2x sehari sesudah makan. Pasien diminta datang kembali 3 hari
132
1. IDENTITAS PASIEN
2. TERMS
- Parasetamol
- EPT
- diklofenax
3. PROBLEMS
- Gigi premolar kiri bawah berlubang dan terasa sakit berdenyut spontan
4. HIPOTESIS
- Pulpitis Irreversible
5. MEKANISME
133
Pemeriksaan fisik baik
Pemeriksaan IO
EPT (+)
Pemeriksaan Bakteriologis
Pemeriksaan Radiografis
Pulpitis Irreversble
6. MORE INFO
- Pemeriksaan EO, IO
- Pemeriksaan Bakteriologi
- Pemeriksaan Radiologi
7 I DON‟T KNOW
134
- Penggolongan analgesic
- Penggolongan OAINS/NSAID
8. LEARNING ISSUES
a. Farmakodinamik
b. Farmakokinetik
c. Mekanisme kerja
d. Efek samping
f. Dosis
g. Interaksi obat
8. Jelaskan reaksi yang terjadi pada daerah perbatasan dentin dan pulpa!
135
14. Bagaimana kesan serta suspect hasil radiografi (dugaan diagnose)?
a. Definisi
c. Jenis/macam
a. Definisi
b. Komposisi
c. Tipe/klasifikasi
e. Reaksi polimerisasi
f. Prinsip adhesi
g. Cara manipulasi
a. Farmakodinamik
b. Farmakokinetik
c. Mekanisme kerja
d. Efek samping
f. Dosis
g. Interaksi obat
136
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Reversible. Ditandai dengan adanya inflamasi pada pulpa dan dengan gejala
Tindakan yang diambil oleh dokter untuk Tn. Ipul Pulperi ini adalah
dengan teknik perawatan saluran akar, serta diberikan obat anti inflamasi sesuai
indikasi.
137
DAFTAR PUSTAKA
Grossman, Louis I., Oliet S., dan Del Rio C.E. 1995. Ilmu Endodontik Dalam
Walton dan Torabinejad. 2008. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia. Edisi 3.
Jakarta:EGC.
Powers, J.M. dan Sakaguchi, R.L. 2006. Craig’s Restorative Dental Materials.
Roberson, T.M., Heyman, H.O. dan Swift, E.J. 2006. Studervant’s Art and
Cohen, S. dan Burn. 2011. Pathway of the Pulp. Edisi ke-10. St. Louis Missouri:
Mosby Inc.
Seltzer and Bender. 2002. Dental Pulp. Edisi ke-3. Chicago: Quintessence
138
Ignes Nathania (160110140114)
Seltzer and Bender. 2002. Dental Pulp 3rd ed. Chicago: Quintessence Publishing
Co, Inc.
Makalah:
Internet:
http://www.academia.edu/13230618/Patogenesis_kelainan_pulpa_
Brunton, L.L., J.S. Lazo, K. Parker. 2005. Goodman and Gillman’s The
Yagiela, J.A., Dowd, F.J., Neidle, E.A. 2005. Pharmacology and Therapeutics for
Singh, S. 2007. Pharmacology for Dentsitry. New Delhi: New Age International
Publisher
Cohen, S. dan Burn. 2011. Pathway of the Pulp. Edisi ke-10. St. Louis Missouri:
Mosby Inc.
139
Seltzer and Bender. 2002. Dental Pulp. Edisi ke-3. Chicago: Quintessence
Brunton, L.L., J.S. Lazo, K. Parker. 2005. Goodman and Gillman’s The
Yagiela, J.A., Dowd, F.J., Neidle, E.A. 2005. Pharmacology and Therapeutics for
Singh, S. 2007. Pharmacology for Dentsitry. New Delhi: New Age International
Publisher
Haring, Joen Iannuci and Laura Jansen Howerton. 2006. Dental Radiography
Pasler, Friedrich A. and Heiko Visser. 2007. Pocket Atlas of Dental Radiology.
White, Stuart C. and Michael J. Pharoah. 2009. Oral Radiology Principles and
140
Nadiya Mujaheda Alwafa (160110140119)
Powers, J.M. dan Sakaguchi, R.L. 2006. Craig’s Restorative Dental Materials.
Roberson, T.M., Heyman, H.O. dan Swift, E.J. 2006. Studervant’s Art and
Gladwin, Marcia dan Bagby Michael. 2012. Clinical Aspect of Dental Materials.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28136/4/Chapter%20II.pdf
Brunton, L.L., J.S. Lazo, K. Parker. 2005. Goodman and Gillman’s The
141
Yagiela, J.A., Dowd, F.J., Neidle, E.A. 2005. Pharmacology and Therapeutics for
142