Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gigi dan mukosa yang utuh merupakan pertahanan pertama yang hampir tidak

tertembus apabila sistem kekebalan hospes dan pertahanan seluler yang berfungsi dengan

baik, apabila sifat mikroflora berubah, baik kualitas maupun kuantitasnya; apabila mukosa

mulut dan pulpa gigi terpenetrasi ; apabila sistem kekebalan dan pertahanan seluler

terganggu; atau kombinasi dari hal – hal tersebut diatas, maka infeksi dapat terjadi.

Karies yang berlanjut lambat laun akan mencapai bagian pulpa dan mengakibatkan

peradangan pada pulpa. Walton mengklasifikasikan keradangan pada pulpa terdiri dari

pulpitis reversibel, pulpitis irreversibel, degeneratif pulpa dan nekrosis pulpa. Proses

peradangan pulpa yang berlanjut dapat menyebabkan kelainan periapikal. Lesi periapikal

dikelompokkan menjadi : simptomatik apikal periodontitis, asimptomatik apikal periodontitis

dan abses periapikal. Nobuhara dan del Rio(1) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa

59.3% dari lesi periapikal merupakan granuloma periapikal, 22% kista periapikal, 12%

jaringan parut periapikal dan 6.7% lainnya.

Lesi periapikal adalah suatu lesi yang berada didaerah periapikal seperti abses

periapikal dan granuloma. Tindakan yang benar untuk merawat lesi periapikal agar dapat

mencapai daerah infeksi adalah melalui saluran akar. Namun dalam beberapa keadaan,

tindakan ini tidak dapat dilakukan dengan cara konvensial tetapi harus dengan cara bedah

endodontik. Apabila perawatan endodontik secara konvensional tidak berhasil maka

dilakukan perawatan secara bedah endodontik. Ada dua macam perawatan secarar bedah

endodontik yaitu bedah periapikal, apikoektomi, retrofitting. Dalam makalah ini akan dibahas

1
mengenai lesi periapikal dan tekhnik perawatan pasca bedah lesi periapikal dengan cara

kuratase periapikal.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan lesi periapikal?

2. Bagaimana konsep dan etiolgi terjadinya dari lesi periapikal ?

3. Apa saja macam - macam klasifikasi penyakit dari lesi periapikal ?

4. Apa pengertian dan penyebab dari masing - masing klasifikasi penyakit lesi periapikal ?

5. Apa saja indikasi dari endodontik bedah dari lesi periapikal ?

6. Apa dan Bagaimana Differensial diagnosa dari lesi periapikal ?

7. bagaimana perawatan Lesi Periapikal secara bedah endodontik dengan tekhnik kuretase

periapikal pada lesi periapikal ?

C. Tujuan Makalah

Tujuan dari makalah ini adalah senagai berikut :

1. Mengetahui pengertian dari lesi periapikal

2. Mengetahui konsep dan etiologi terjadinya lesi periapikal

3. Mengetahui macam - macam klasifikasi penyakit dari lesi periapikal

4. Mengetahui pengertian dan penyebab dari masing – masing klasifikasi penyakit dari lesi

periapikal

5. Mengetahui indikasi dari endodontik bedah dari lesi periapikal

6. Mengetahui dan dapat membedakan Differential diagnosa dari lesi periapikal

7. Mengetahui dan memahami bagaimana perawatan Lesi Periapikal secara bedah endodontik

dengan tekhnik kuretase periapikal pada lesi periapikal

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Lesi Periapikal

Lesi periapikal adalah suatu lesi yang berada didaerah periapikal seperti abses

periapikal dan granuloma.

Lesi Periapikal adalah kondisi peradangan jaringan periapikal gigi, dipicu oleh

infeksi pulpa gigi dan ditandai dengan eksudasi sel imun terhadap jaringan yang terkena dan

produksi mediator inflamasi seperti sitokin.

B. Konsep dan Etiologi dari Lesi Periapikal

Pulpa gigi dilindungi oleh enamel dan dentin dari mikroorganisme pada rongga mulut.

Paparan dari mikroorganisme dan hasil produknya terhadap pulpa gigi menyebabkan

terjadinya karies gigi, fraktur, operasi, serta memicu respon inflamasi lokal. Peningkatan

infeksi dan peradangan tersebut menyebabkan nekrosis pulpa dan mengakibatkan keterlibatan

jaringan periapikal yang menghasilkan lesi periapikal [8,9]. Pada lesi periapikal, bermula dari

respon singkat inflamasi akut yang intensitasnya bervariasi disertai dengan nyeri,

penyimpangan pada gigi, serta nyeri pada saat perkusi. Perubahan jaringan ini ditandai

dengan adanya hiperemia dan pengerahan neutrofil yang biasanya terbatas pada ligamen

periodontal. Dengan iritasi yang terjadi secara terus menerus pada periapex, respon akut ini

akan berubah menjadi granulomatosa jaringan dengan inflamasi kronis sel-sel dan fibroblas,

granuloma apikal.Kondisi ini asimptomatik dan disertai dengan pembentukan daerah

radioulsen sebagai akibat dari penyerapan tulang periapikal. Sebuah granuloma bisa

berbentuk laten atau diubah menjadi inflamasi kista yang mekanismenya belum diketahui.

Kista didiagnosis sebagai adanya pembentukkan cavitas yang dibatasi oleh lapisan epitel

skuamous bertingkat dengan ketebalan tertentu dan kapsul fibrosa.

3
Perubahan patologis pada jaringan periapikal merupakan klinis dari reaksi pertahanan tubuh

terhadap bakteri yang berjalan keluar melalui foramen periapikal dari pulpa gigi yang

terinfeksi. Respon ini ditandai oleh perpindahan terus-menerus dari polimorfonuklear,

leukosit, monosit, plasma, dan sel mast ke daerah yang terinfeksi, dan sebagian besar untuk

mencegah masuknya mikroba ke dalam jaringan periapikal. Sepertinya terdapat kemiripan

antara respon imunologi dengan reaksi lain terhadap infeksi bakteri, kecuali pada penyerapan

tulang periapikal.Dalam hal ini, meskipun tanggung jawab dari sel imun dan produksi

mediator inflamasi melindungi sel host dari invasi patogen, ini menjelaskan bahwa terjadi

banyak penyerapan tulang periapikal.

C. Macam – Macam Klasifikasi Penyakit dari Lesi Periapikal

Penyakit pulpa gigi dapat menjalar sampai kejaringan periapikal, dengan adanya

iritasi dari mikroorganisme dan toksin organiknya. Iritasi toksin – toksin mikroorganisme

tersebut dapat diteruskan kejaringan periapikal melalui foramen periapikal dan juga dapat

melalui tubulus-tubulus dentin yang terbuka. Bertahan tidaknya jaringan periapikal dari

adanya sirkulasi kolateral dari ligamen – ligamen periodontal adalah sangat tergantung pada

keadaan jaringan tersebut. Jika keadaan jaringan tersebut menrun pertahanannya, maka akan

terjadi inflamasi.

Beberapa macam kelainan/penyakit jaringan periapikal :

1. Periodontitis apikalis

2. Granuloma periapikal

3. Kista periapikal

4. Abses periapikal

D. Pengertian dan Penyebab Macam - macam dari Kelainan / Penyakit Jaringan Periapikal

1. Periodontitis Apikalis

4
Merupakan permulaan keadan dari eksudatif jaringan periapikal, dimana terjadi

hiperemi jaringan periapikal. Apabila keadaan periodontitis apikalis ini berlanjut selama

pulpa mengalami kontaminasi atau iritasi, yang akan diteruskan ke daerah periapikal. Gigi

tersebut aka bertambah rusak sampai terjadi keadaan yang lebih hebat yaitu abses periapikal

akut.

2. Granuloma Periapikal

Periapikal granuloma merupakan lesi yang berbentuk bulat dengan perkembangan

yang lambat yang berada dekat dengan apex dari akar gigi, biasanya merupakan komplikasi

dari pulpitis. Terdiri dari massa jaringan inflamasi kronik yang berprolifersi diantara kapsul

fibrous yang merupakan ekstensi dari ligamen periodontal

Merupakan bentuk lain yang lebih berat dari keadaan periodontitis apikalis yang

kronis . Karakterisitiknya ditandai dengan terbentuknya jaringan granulomatous periapikal,

sebagai reaksi terhadapa iritasi pulpa yang terus-menerus dan dijumpai kapsul jaringan

kolagen dipinggirnya . Kista periapikal adalah suatu ruangan patologis yang biasanya

berkaspul jaringan ikat, berisi cairan kental, semi liquid dan dapat berada dalam jaringan

lunak dan keras.

Granuloma periapikal dapat disebabkan oleh berbagai iritan pada pulpa yang berlanjut

hingga ke jaringan sekitar apeks maupun yang mengenai jaringan periapikal. Iritan dapat

disebabkan oleh organisme seperti: bakteri dan virus; dan non-organisme seperti: iritan

mekanis, thermal, dan kimia.

Penelitian yang dilakukan terhadap spesimen periapikal granuloma, sebagian besar

merupakan bakteri anaerob fakultatif dan organisme yang tersering adalah Veillonella

species (15%), Streptococcus milleri (11%), Streptococcus sanguis(11%), Actinomyces

naeslundii (11%), Propionibacterium,acnes (11%),dan Bacteroidesspecies (10%).3

Sedangkan faktor non-organisme adalah karena iritan mekanis setelah root canal therapy,

5
trauma langsung, trauma oklusi, dan kelalaian prosedur endodontik; dan bahan kimia seperti

larutan irigasi

3. Kista Periapikal

Kista periapikal ini merupakan reaksi inflamasi dari jaringan periapikal, yang

berkembang dari keadaan lesi kronsi dengan menetapnya jaringan granulomatous.

Kista memiliki dinding epitel gepeng berlapis berkeratin dan berisi cairan kental,

berbentuk bundar atau oval yang besarnya bervariasi.

Lamina dura menghilang. Membran periodontal menghilang. Oleh karena cairan yang

bertambah banyak maka kista akan bertambah besar dan menekan ke segala arah sehingga

gambaran radiografisnya berbentuk bundar atau oval, berbatas garis putih yang jelas dan

tegas, dindingnya halus dan teratur sehingga dapat dibedakan dengan daerah sekitarnya yang

normal. Lokasinya dapat mengenai hanya satu gigi atau beberapa gigi sekaligus.

4. Abses Periapikal

Abses Periapikal merupakan pengumpulan nanah yang sudah menyebar dari sebuah

gigi ke jaringan di sekitarnya, biasanya berasal dari suatu infeksi.

Abses periapikal disebabkan oleh serangan sejumlah sel darah putih untuk melawan

infeksi. Sekumpulan sel darah putih dan jaringan yang mati akan menjadi nanah. Biasanya

nanah yang mulanya berasal dari infeksi gigi akan dialirkan ke gusi sehingga timbul

pembengkakan gusi yang berada di dekat akar gigi. Nanah juga bisa menyebar ke mulut,

kulit, tenggorokan, atau tengkorak tergantung lokasi gigi yang terkena.Abses periapikal

ditandai dengan munculnya rasa nyeri saat mengunyah dan gigi terasa sakit. Kemungkinan

disertai demam dan pembengkakan kelenjar getah bening di leher. Bila sudah parah maka

akan terjadi pembengkakan di daerah rahang. Pada pemeriksaan perkusi, penderita akan

mengalami pembengkakan difus dan gigi akan terasa sakit. Gigi juga tidak merespon

terhadap tes pulpa. Pemberian rangsangan es akan sedikit mengurangi rasa sakit, berbeda

6
dengan panas yang mengintensifkan rasa sakit. Gigi tersebut juga dapat menunjukkan adanya

mobilitas.

E. Diferensial Diagnosis

Diferensial diagnosis termasuk kista periapikal dan abses periapikal.

Gejala klinis dari granuloma periapikal dan kista periapikal sangat sulit dibedakan, biasanya

pasien tidak mengeluhkan adanya nyeri, dan tes perkusi negatif. Oleh karena berhubungan

dengan pulpa yang telah nekrosis, stimulasi thermal akan menunjukkan nilai yang negatif.

Gambaran radiografi akan menunjukkan adanya radiolusen dengan batas yang jelas.

Meskipun pemeriksaan dengan radiografi merupakan kunci diagnostik, satu satunya cara

untuk dapat membedakan keduanya secara akurat adalah dengan menggunakan pemeriksaan

mikroskopik; gambaran histopatologis granuloma periapikal telah dijelaskan sebelumnya,

sedangkan gambaran histopatologis kista periapikal ditandai dengan adanya suatu rongga

yang berlapiskan epitel jenis non-keratinizing stratified squamous dengan ketebalan yang

bervariasi, dinding epitelium tersebut dapat sangat proliferatif dan memperlihatkan

susunan plexiform. Secara khas dapat dilihat adanya proses radang dengan ditemukannya

banyak sel radang, yaitu sel plasma dan sel limfosit pada dinding kista tersebut. Rousel

body atau round eusinophilic globule banyak ditemukan didalam atau diluar sel plasma

sehingga terjadi peningkatan sintesis imunoglobulin.

Pasien dengan abses periapikal mungkin dapat dengan atau tanpa tanda-tanda peradangan,

yang difus atau terlokalisasi. Pada pemeriksaan perkusi dan palpasi dapat ditemukan tanda-

tanda sensitifitas dengan derajat yang bervariasi. Pulpa tidak bereaksi terhadap stimulasi

thermal karena berhubungan dengan pulpa yang telah nekrosis. gambaran radiografi dapat

bervariasi dari penipisan ligamen periodontal hingga lesi radiolusensi dengan batas yang

tidak jelas.1,10

Table 1. diferensial diagnosa

7
pemeriksaan Granuloma periapikal Kista periapikal Abses periapikal

Nyeri spontan - - +

Tes perkusi - - +

Tes palpasi - - +

Tes vitalitas - - -

Radiologis Radiolusensi batas jelas Radiolusensi batas jelas Radiolusensi difus

Penatalaksanaan

Karena sulitnya diagnosis secara radiografi dan granuloma periapikal mempunyai respon

yang baik terhadap penanganan endodontik non pembedahan, maka pilihan pertama terapi

adalah penanganan endodontik konvensional, namun juga dapat diikuti dengan tindakan

apicoectomy.Apabila lesi menetap setelah beberapa periode lebih dari dua tahun,

direkomendasikan penanganan secara pembedahan.

The American Association of Endodontists mendefinisikan bahwa apicectomy merupakan

eksisi bagian apikal dari akar gigi dan melekatkan jaringan lunak selama pembedahan

periradikular.

Indikasi untuk apicectomy adalah :

Ketidakmampuan untuk melakukan penanganan endodontik konvensional karena defek

anatomis, patologis dan iatrogenik dari saluran akar.

2. Hambatan saluran akar karena metamorfosis kalsifikasi atau restorasi radikular.

3. Alasan medis dan waktu.

4. Infeksi persisten setelah penanganan endodontik konvensional.

5. Memerlukan biopsi.

6. Memerlukan evaluasi dari reseksi saluran akar untuk saluran tambahan atau fraktur.

F. Indikasi Endodontik Bedah

8
Sebelum melakukan perawatan lesi periapikal dengan tekhnik bedah maka hendaknya

kita lebih dahulu memperhatikan benar seleksi kasus, yaitu tentang diagnosa yang tepat. Jika

diagnosa yang ditegakkan telah tepat maka perawatan bedah dapat dilakukan.

Indikasi endodontik bedah :

1. Proses pathologi tidak dapat dihambat dengan perawatan non bedah (Konvensional)

Misalnya : - Reccurent Acut Exacerbasi, - Fraktur Akar

2. Tidak munggkin dilakukan pembersihan dan pengisian saluran akar dari jalan koronal

seperti pada perawatan endodontik konvesional.

Misalnya : - Akar gigi yang sangat bengkok;

- Saluran akar yang mengalami kalsifikasi;

- Restorasi – restorasi untuk post dan core;

3. Untuk mengoreksi perawatan endodontik konvensional yang gagal atau kecelakaan pada

waktu preparasi atau pengisian saluran akar.

Misalnya : - perforasi saluran akar

- Patahnya alat preparasi saluran akar

- Pengisian saluran akar yang kurang atau berlebihan

Untuk melakukan perawatan lesi periapikal secara bedah endodontik digunakan

tekhnik kuratase periapikal. Kuratase periapikal ini lebih dulu dikerjakan sebelum melakukan

perawatan bedah lain seperti apikoektomi. Indikasi dari kuretase apikal adalah, bila pada

daerah periapikal dijumpai abses atau lesi yang tidak sembuh dan juga bila ada dijumpai

kelebihan pasta pada perawatan secara konvensional. Kuretase periapikal dilakukan setelah

selesai pengisian saluran akar.

G. Perawatan Lesi Periapikal Secara Bedah Endodontik Dengan Tekhnik Kuretase Periapikal

9
Prinsip perawatan lesi periapikal secara bedah endodontik adalah sama dengan prinsip

bedah secara umum, yakni insisi, pembukaan flap, menjahit kembali flap, dan instruksi

kepada pasien.

Adapun tekhnik perawatan lesi periapikal adalah sebagai berikut :

1. Dilakukan rontgen foto untuk melihat posisi atau keadaan lesi periapikal.

2. Dilakukan anastesi lokal.

3. Lapangan kerja diisolasi dan disterilkan dengan topikal anti septik.

4. Pembuatan flap. Bentuk flap tergantung pada besar, letak lesi dan gigi yang dirawat.

5. Flap dibuka dengan periosteal elevator dan ditahan dengan tissue refraktor.

6. Pembuatan tulang alveolar yang menutup lesi periapikal dengan bar yang tajam.

7. Pengambilan jaringan lesi dengan alat kuret.

8. Daerah operasi diberihkan dan flap ditutup kembali.

9. Flap dijahit, tergantung bentuk flap.

10. Instruksi pada pasien dan kontrol setelah 24 jam. Jahitan dapat dibuka setelah 5 – 7 hari.

11. Dilakukan kontrol secara bertahap dengan mengadakan Rontgen photo untuk meihat

pertumbuhan pada daerah periapikal.

Perlu diketahui juga bahwa perawatan secara bedah ini tidak dapat dilakukan bila :

1. Perawatan secara konvensional akan memberikan hasil yang baik.

2. Kesehatan penderita terganggu ( kesehatan umumnya jelek)

3. Keadaan jariangan anatomi periapikal yang dapat mengakibatkan kegagalan perawatan.

Misalnya : Inferior alveolar nerve terletak lebihke proksimal dan jika pembuluh – pembuluh

darah atau jaringan periodontal yang tidak cukup mendukung gigi tersebut.

4. Operator tidak mempunyai kecakupan dalam melakukan perawatan.

Dalam perawatan dengan kuretase periapikal ini diperlukan diagnosa yang ditegakkan

tidak tepat dapat menyebabkan kegagalan perawatan tersebut.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

- Lesi Periapikal adalah kondisi peradangan jaringan periapikal gigi, dipicu oleh infeksi pulpa

gigi dan ditandai dengan eksudasi sel imun terhadap jaringan yang terkena dan

produksi mediator inflamasi seperti sitokin.

- Beberapa macam kelainan/penyakit jaringan periapikal :

1. Periodontitis apikalis

2. Granuloma periapikal

3. Kista periapikal

4. Abses periapikal

-Sebelum melakukan tindakan bedah endodontik dengan tekhnik kuretase periapikal maka

harus dapat menegakkan diagnosa yang tepat. Kalau diagnosa tidak tepat dapat menyebabkan

kegagalan perawatan ini.

- Apabila perawatan endodontik secara konvensional gagal maka diperlukan perawatan

secara bedah untuk dapat menunjang keberhasilan perawatan endodontik.

- Bedah endodontik diindikasikan bila terdapat saluran akar yang mengalami kalsifikasi, akar

gigi yang bengkok. Tetapi perawatan bedah ini di kontra indikasikan bila perawatan secara

konvensional akan memberikan hasil yang baik.

B. Saran

Menghindari kerusakan gigi sangat penting untuk mencegah terjadinya lesi periapikal. Kunci

utama untuk menghindari kerusakan gigi adalah dengan merawat gigi. Hal ini termasuk:

a.Menggunakan air minum fluoride

b.Menyikat gigi minimal dua kali sehari dengan pasta gigi berfluoride

11
c. Menggunakan benang gigi atau pembersih interdental untuk membersihkan sela-sela gigi

anda setiap hari

d.Mengganti sikat gigi anda setiap tiga atau empat bulan, atau pada saat bulu sikat telah

usang

e.Pola makan yang seimbang, dan membatasi makanan manis serta membatasi makanan

ringan

f.Mengunjungi dokter gigi untuk pemeriksaan rutin dan pembersihan profesional .

Segera temui dokter gigi jika memiliki tanda-tanda atau gejala lesi periapikal. Jika

mengalami demam dan pembengkakan di wajah, sedangkan Anda tidak dapat mengakses

dokter gigi, pergilah ke ruang gawat darurat. Demam dan pembengkakan dapat

mengindikasikan bahwa infeksi telah menyebar lebih dalam ke rahang dan jaringan di

sekitarnya. .

Inisisi dan drainase melalui kulit biasanya dilakukan oleh seorang ahli bedah,

sedangkan dokter gigi umum biasanya melakukan inisisi melalui mulut. Antibiotik

praoperatif dimaksudkan untuk mengurangi terjadinya bakterimia dan inokulasi lokal yang

lebih luas. Prinsip-prinsip drainase perkutaneus sama dengan drainase oral untuk abses yaitu

denga memilih daerah yang bebas berdasarkan pertimbangan estetik.

12
Daftar Pustaka

1.http://Renungan Miss Pinky: Infeksi Orofacialnitnotpinky.blogspot.com (diakses: 12


Januari 2014)
2.http://ilmugreen.blogspot.com/2012/07/konsep-dasar-abses.html(diakses : 12 Januari 2014)
3.Danudiningrat CP. 2006. kista odontogen dan nonodontogen. Airlangga University Press.
Surabaya
4.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1169/1/fkg-cut2.pdf(diakses: 12 Januari
2014)
5.http://maisy-dentist.blogspot.com/2012/05/dentinogenesis-imperfekta.html. (diakses: 13
Januari 2014)
6. http://sunardi.net/blog/2013/04/08/abses-di-rongga-mulut-dan-rahang/(diakses: 13 Januari
2014)
7. http://doktersehat.com/gusi-bernanah-waspadai-abses-periapikal/(diakses: 12 Januari 2014)
8. http://ilmucutpz.blogspot.com/2012/11/penyakit-jaringan-periradikular.html(diakses: 12
Januari 2014)
9. https://luv2dentisha.wordpress.com/category/bedah-mulut/(diakses: 12 Januari 2014)
10. http://luvcifer69.blogspot.com/2010/12/penyebaran-infeksi-pada-jaringan.html(diakses:
12 Januari 2014)

13

Anda mungkin juga menyukai