Anda di halaman 1dari 13

Laporan Kasus

Gambaran Radiologi Lesi Periapikal


Preseptor: Drg. Rizky Tanjung, MM, MSi

Stefani Pangestu 041.216.165 & Tamimah 041.216.173


*Program studi profesi, Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Trisakti, Jakarta,
Indonesia. Jl Kyai Tapa 260, Grogol, Jakarta Barat, Indonesia.

Abstrak
Penyakit periapikal merupakan perubahan patologis yang terjadi pada jaringan di
sekitar akar gigi. Salah satu gambaran dari penyakit periapikal adalah granuloma. Granuloma
merupakan bentuk keradangan kronis akibat infeksi periapikal yang ditandai terbentuknya
jaringan granulasi pada tulang alveolar di daerah apical gigi. Penyebab dari granuloma dapat
berupa trauma, cedera pada pulpa melalui prosedur dental, karies, penyakit periodontal yang
telah mengenai daerah akar dengan parah, atau fraktur pada gigi. Gambaran radiograf
granuloma terlihat ada gambaran radiolusensi disekitar apeks gigi, berbentuk bulat , berbatas
agak jelas dengan ukuran ± 0.5 cm. Ditandai dengan hilangnya lamina dura, dengan atau
tanpa keterlibatan kondensasi tulang. Perawatan pada granuloma yang dapat dilakukan salah
satunya adalah dengan perawatan saluran akar.

Kata kunci : Granuloma, Penyakit periapikal, Radiografi

PENDAHULUAN
Penyakit periapikal merupakan perubahan patologis yang terjadi pada jaringan
di sekitar akar gigi. Di Indonesia, penyakit pulpa dan periapikal termasuk penyakit
yang prevalensinya cukup tinggi. Berdasarkan data dari DTD (Daftar Tabulasi Dasar),
penyakit pulpa dan periapikal menempati posisi ke-11 dari seluruh penyakit dengan
jumlah 30,06% untuk penyakit rawat jalan Rumah Sakit di Indonesia pada tahun
2006. Bahkan pada tahun 2009 dan 2010, berdasarkan pola 10 penyakit terbesar pada
pasien rawat jalan Rumah Sakit di Indonesia, penyakit pulpa dan periapikal
mengalami peningkatan posisi yaitu dari posisi ke-9 menjadi posisi 8 dari seluruh
penyakit dengan jumlah kasus tahun 2009 sebanyak 122.467 kasus dan tahun 2010
sebanyak 208.888 kasus.1
Dari data di atas, dapat diketahui bahwa penyakit pulpa dan periapikal masih
tergolong besar. Selain itu, juga terdapat peningkatan peringkat penyakit pulpa dan
periapikal yang menandakan berkurangnya kesadaran masyarakat mengenai
pentingnya merawat kesehatan gigi. Apabila penyakit pulpa dan periapikal dibiarkan
dan tidak dirawat, penyakit periapikal akan bertambah parah dan dapat menyebar ke
daerah wajah. Hal ini membutuhkan perawatan yang lebih lama, berulang kali, dan
biaya yang lebih mahal. Salah satu gambaran dari penyakit periapikal adalah
granuloma.1
Iritan yang ada di dalam pulpa dan jaringan periapikal dapat menyebabkan
inflamasi. Iritan utama dari jaringan periapikal dapat dibedakan menjadi dua,yaitu
living irritants dan non-living irritants. Yang termasuk living irritants adalah iritan
mikrobial yaitu, bakteri, toksin bakteri, fragmen bakteri, dan virus. Iritan ini masuk ke
jaringan periapikal melewati bagian apikal dari saluran akar dan menyebabkan
inflamasi dan perubahan jaringan. Iritasi pada jaringan periapikal menyebabkan
inflamasi. Inflamasi periapikal umumnya terkait dengan gigi yang non vital dimana
pulpanya yang telah nekrotik menstimulasi respon peradangan pada ligamen
periodontal dan tulang alveolar. Sedangkan non-living irritants adalah iritan mekanis,
suhu, dan kimia. Dari kedua penyebab tersebut, lesi pada jaringan periapikal paling
sering disebabkan oleh elemen bakteri yang berasal dari sistem saluran akar gigi yang
terinfeksi.1
Gejala-gejala lesi inflamasi periapikal berkisar antara spektrum yang luas, dari
tanpa gejala (asimtomatik), sakit gigi sesekali sampai sakit yang parah dengan atau
tanpa pembengkakan pada wajah, demam, dan limfadenopati. Lesi akut seperti abses
alveolar biasanya bermanifestasi dengan nyeri yang parah, mobilitas dan kadang-
kadang terjadi elevasi dari gigi yang terlibat, dan terjadi pembengkakan. Palpasi
daerah apikal menimbulkan rasa sakit. Drainase spontan melalui fistula dapat
meredakan rasa sakit akut. Dalam kasus yang jarang, abses gigi dapat bermanifestasi
gejala sistemik seperti demam, pembengkakan wajah, limfadenopati disertai rasa
sakit. Lesi akut dapat berkembang menjadi kronis yaitu granuloma atau kista dengan
tanda tanpa gejala (asimtomatik). Pasien sering memiliki riwayat sakit yang
intermiten. Lesi yang asimtomatik, mungkin sensitif pada perkusi dan mobilitas.3
Gambaran radiograf normal dari jaringan periapikal sangat bervariasi dari
satu pasien ke pasien lain, bahkan dari satu 4area mulut di satu pasien dengan area
mulut lainnya. Dalam mengobservasi jaringan periapikal pada gigi permanen harus
memperhatikan 3 hal , yaitu : Garis radiolusen yang menunjukkan ruang ligamen
periodontal harus memberntuk garis hitam tipis kontinyu mengelilingi outline akar,
Garis radiopak yang menunjukkan lamina dura dari soket harus membentuk garis
putih kontinyu yang berdekatan dengan garis radiolusen ruang ligamen periodontal,
Pola dan densitas trabekular. Biasanya di maksila, trabekular relatif lebih padat atau
rapat, dan sering berbentuk lurus horizontal. edangkan pada mandibula, trabekular
relatif lebih kecil dan jaraknya cukup luas (tidak rapat).3
Secara umum, dalam menginterpretasi gambaran radiograf pada periapikal
harus memperhatikan 3 hal, yaitu ketebalan, kontinuitas dan radiodensitas. Penyakit
periapikal akan dideteksi dalam radiograf dimulai dari kelainan ruang periodontal
ligamen (pelebaran ruang), diikuti kelainan lamina dura (garis radiopaknya hilang),
baru terjadi resorpsi dan destruksi tulang alveolar. Proses penyakit periapikal dimulai
dari proses inflamasi akut ke kronis dan proses akut bergerak lambat ke proses kronis,
serta bergantung pada tingkat virulensi mikroorganisme yang menyerang apikal dan
juga sistem pertahanan tubuh pejamu.3
Salah satu cara untuk mengidentifikasi granuloma adalah dengan melakukan
pemeriksaan radiografi. Gambaran radiografis dari granuloma yaitu terlihat adanya
gambaran radiolusensi disekitar apeks gigi, bulat , berbatas agak jelas dengan ukuran
± 0.5 cm. Ditandai dengan hilangnya lamina dura, dengan atau tanpa keterlibatan
3
kondensasi tulang. Gambaran ini berbeda dengan gambaran pada abses dan juga
kista. sehingga untuk dapat mengindentifikasi lesi periapikal diperlukan pengetahuan
mengenai gambaran radiologi periapikal yang normal dan lesi periapikal.
Tinjauan Pustaka
A. Lesi periapikal
Lesi periapikal merupakan suatu kelainan yang terjadi di sekitar akar atau di
sekitar jaringan periapikal, seperti abses , granuloma dan kista . Dalam mendiagnosis
suatu penyakit periapikal ada tiga pendekatan yang dapat digunakan sebagai tolak
ukur untuk dapat menilai kesembuhan jaringan periapikal yaitu pendekatan klinik,
Radiologik, dan Histopatologik. Pendekatan Radiologi dasarnya adalah mengecilnya
ukuran lesi pada proses kesembuhan jaringan periapikal seperti yang biasanya terlihat
pada pengamatan foto rontgen. Dimana saat ini, Radiografi masih merupakan salah
satu cara yang tersedia untuk mendiagnosa penyakit periapikal pada praktek klinis
rutin contohnya pada prosedur perawatan saluran akar.4
Gambar 1. Perbedaan gambaran radiografi abses, granuloma dan kista

1.) Abses
Abses periapikal merupakan pus terlokalisir yang menghancurkan jaringan
periradikuler akibat dari infeksi dan supurasi jaringan sebagai respon inflamasi
terhadap iritan mikroba dan iritan non mikroba dari pulpa yang nekrosis.
Mikroorganisme yang diidentifikasi pada lesi periapaikal hampir sama dengan bakteri
yang diisolasi dan diidentifikasi dari saluran akar. Hanya beberapa bakteri yang
diisolasi dari saluran akar yang dapat menghasilkan atau menyebabkan abses pada
biakan murni. Beberapa organisme, kadang-kadang sebanyak 5 sampai 10, biasanya
ditemukan pada abses. Awalnya, bakteri aerobik menyerang pulpa nekrotik dan
menciptakan linkungan hipoksia yang memberi keuntungan bagi pertumbuhan bakteri
anaerob. Organisme dominan pada abses adalah Bacteriodes, Fusobacterium,
Peptococcus, dan organisme Peptostreptococcus dan Streptococcus viridans.5
Abses periapikal biasanya terjadi sebagai akibat dari infeksi yang berawal dari
karies gigi dan infeksi pulpa, setelah trauma pada gigi yang mengakibatkan pulpa
nekrosis, iritasi jaringan periapikal baik oleh manipulasi mekanik maupun oleh
aplikasi bahan-bahan kimia di dalam prosedur endodontik, dan dapat berkembang
secara langsung dari periodontitis periapikal akut. Faktor predisposisi yang paling
umum dari pembentukan abses pada gigi adalah karies. Meskipun karies adalah faktor
yang paling predisposisi, setiap proses yang menyebabkan atau merupakan
predisposisi nekrosis pulpa (misalnya trauma, prosedur gigi baru-baru ini ) dapat
menyebabkan pembentukan abses.5
Abses gigi diawali dengan nekrosis pulpa gigi, yang mengarah ke invasi
bakteri dari ruang pulpa dan jaringan yang lebih dalam. Dalam kavitas menyebabkan
nekrosis dengan memicu vasodilatasi dan edema, yang menyebabkan tekanan dan
nyeri pada dinding gigi. Tekanan ini memotong sirkulasi ke pulpa, dan infeksi dapat
menyerang tulang di sekitarnya. Proses inflamasi kemudian meluas ke jaringan
periapikal melalui foramen apikal, yang menyebabkan pembentukan abses periapikal.
Jika terdapat infeksi bakteri di dalam saluran akar, abses periapikal dapat terjadi.5
Abses periapikal dapat bersifat akut atau mungkin ada sebagai abses kronis.
Dalam tahap awal abses tidak terlihat dalam radiograf. Namun, infiltrasi besar sel
inflamasi di daerah periapikal, dan aktivitas osteoklastik selanjutnya dapat
menyebabkan kerusakan tulang terlihat dalam waktu 3-4 minggu yang dapat terlihat
dalam radiografi. Gambaran radiografis abses yaitu adanya gambaran radiolusensi
pada periapikal dengan bentuk bulat dan batas yang tidak jelas atau difus, penebalan
pada ligamen periodontal terutama sekitar apeks, dan terjadi diskontinuitas lamina
dura hingga kerusakan tulang apikal.5 (Gambar 2a & 2b)

2a 2b
Gambar 2a & 2b. Gambaran radiografi abses periapikal

2.) Granuloma
Granuloma adalah suatu pertumbuhan jaringan granulomatus yang
bersambung dengan ligamen periodontal disebabkan oleh matinya pulpa dan difusi
bakteri dan toksin bakteri dari saluran akar ke dalam jaringan periradikular di
sekitarnya melalui foramen apikal dan lateral. Perkembangan suatu Granuloma adalah
matinya pulpa, diikuti oleh suatu infeksi ringan atau iritasi jaringan periapikal yang
merangsang suatu reaksi selular produktif. Suatu Granuloma hanya berkembang
beberapa saat setelah pulpa mati.6
Penyebab dapat berupa trauma, cedera pada pulpa melalui prosedur dental,
karies, penyakit periodontal yang telah mengenai daerah akar dengan parah, atau
fraktur pada gigi. keseluruhannya dapat berperan pada proses peradangan. Proses
kerusakan tulang pada lesi periapikal belum terlihat jelas namun proses peradangan
mengakibatkan resorbsi tulang disekeliling akar gigi yang terkena.4
Gejala klinis dari periapikal granuloma ini biasanya asimptomatis, yakni tidak
menunjukkan gejala subyektif dan gambaran klinis nyata. Pada anamnesa biasanya
tidak terdapat rasa sakit, dan kemungkinan beberapa waktu sebelumnya gigi tersebut
pernah sakit dan sembuh sendiri. Gigi sudah non vital (gangrene pulpa atau gangrene
radiks) dan biasanya ada rasa sakit ringan (kemeng pada pemeriksaan perkusi) atau
mungkin bahkan tidak ada.2
Gambaran radiograf granuloma terlihat ada gambaran radiolusensi disekitar
apeks gigi, berbentuk bulat , berbatas agak jelas dengan ukuran ± 0.5 cm. Ditandai
dengan hilangnya lamina dura, dengan atau tanpa keterlibatan kondensasi tulang.
(Gambar 3a& 3b) Ukuran lesinya dapat beragam, mulai dari beberapa milimeter
hingga yang berukuran yang lebih besar, lesi yang lebih lanjut menempati daerah
yang lebih besar. Ketika biota menghasilkan respon inflammatory ringan, biasanya
terjadi produksi jaringan granulasi dengan resorpsi lamina dura. Proses kembang biak
dari Granuloma cenderung lambat, apakah dengan tampakan besar ataupun kecil,
iritasi kronis juga dapat menghasilkan tumpukan pus yang menempel pada daerah
apeks gigi.7,8
3a 3b

Gambar 3a & 3b. Gambaran radiografi granuloma

3.) Kista

Kista merupakan ruang patologi abnormal di dalam tulang yang dibatasi oleh
epitel squamous bertingkat dan berisi cairan atau semi cairan. Kista apikal merupakan
kista pada rahang yang paling umum ditemukan. Kista ini tidak menimbulkan nyeri
kecuali jika terinfeksi. Kista apikal tidak memberi respon terhadap uji pulpa.9
Kista meluas dengan perlahan, cairan yang terbentuk dalam Kista
meningkatkan tekanan interstisial (antar permukaan pada jaringan) yang menekan tepi
tulang sehingga mengakibatkan resorbsi tulang apikal. Pada akhirnya, lesi ini dapat
mencapai ukuran yang besar. Kista apikal biasanya dirawat melalui pengangkatan
iritan pulpa nekrotik dan obturasi penuh sistem saluran akar. 9
Kista merupakan akibat dari keradangan dan nekrosis pulpa, yang biasanya
diawali dengan invasi bakterial. Penentuan vitalitas gigi yang berkaitan dengan lesi
yang diduga kista periapikal sangatlah penting, karena terapi Endodontik atau bedah
periradikular masih sering dipakai sebagai alternatif konservarif dari pada
pencabutan. Pasien dapat tidak merasakan nyeri dan biasanya tidak mengetahui
keberadaan Kista hingga Kista tersebut di diagnosa secara radiografi. 9
Gambaran foto dapat memperlihatkan kejadian resorbsi akar dengan jelas
tergantung ukuran dan tahap perkembangan Kista. Tipe resorbsi akar ini tampak
sebagai permukaan akar yang tumpul yang biasanya pada apeks gigi. Kista apikal
berhubungan dengan gigi non vital, dan penyebab umumnya adalah karies, trauma,
atau penyakit periodontal. Proses peradangan dan nekrose pada pulpa menyebabkan
proliferasi epitel yang dibutuhkan kista untuk berkembang. Epitel sisa tetap tidak aktif
tapi dapat dipicu atau distimulasi untuk berproliferasi jika terjadi proses peradangan
seperti karies atau peradangan pada pulpa.9
Kista radikuler atau kista apikal berasal dari epitel sisa malassez, yang
ditemukan pada struktur gigi yang berkembang di ligament periodontal. Sel-sel dari
epitel sisa malassez ini bertindak sebagai sumber epitel yang membatasi ruang lesi
yang menjadi kista radikuler. Pada awalnya terbentuk Granuloma yang kemudian
menstimulasi sel-sel sisa epitel odontogenik atau epitel sisa dalam ligament
periodontal ( yaitu epitel sisa malassez). Sel epitel sisa tersebut tetap tidak aktif
hingga mekanisme pemicu tertentu seperti inflamsi menyebabkan proliferasi epitel
dan pada akhirnya membentuk kista. 4
Gambaran radiografi kista lebih berbatas tegas dibandingkan dengan
Granuloma Apikal dan biasanya di batasi oleh garis tipis dan tampak garis yang
terputus pada daerah tulang skelorotik. Daerah yang radiolusen umumnya berbentuk
bulat dan berbatas tegas, karena Kista Apikal merupakan rongga dalam tulang yang
berisi cairan pada tulang trabekula dan biasanya lebih besar dari tampakan radiografi
Granuloma Apikal, jika radiolusensi lebih dari 1cm berarti lebih memungkinkan
untuk didiagnosis Kista Apikal.2 (gambar 4a&4b)
4a 4b
Gambar 4a&4b. Gambaran radiografi Kista

Laporan kasus
Seorang pasien wanita berusia 38 tahun datang ke RSGMP USAKTI dengan
keluhan gigi atas depan kanannya yang berubah warna dan patah sehingga pasien
merasa kurang percaya diri. Pada pemeriksaan klinis yang telah dilakukan didapatkan
diagnosis sementara pada kasus tersebut adalah nekrosis pulpa. Berdasarkan hasil
diagnosis sementara tersebut, maka di butuhkan pemeriksaan penunjang berupa
radiografi karena rencana perawatan yang dibutuhkan pada kasus nekrosis pulpa
adalah perawatan endodontik.
Teknik radiologi yang digunakan dalam kasus ini adalah teknik periapikal
bisektris dengan menggunakan radiologi digital sehingga tidak memerlukan proses
pemrosesan film. Pada kasus ini digunakan teknik bisektris dikarenakan pada gigi 11
pasien tersebut terdapat k-file yang menyulitkan apabila menggunakan cone indikator
pada teknik paralel. Pada kasus ini, karena gigi yang akan di exposure adalah gigi
insisif sentral rahang atas maka posisi dari kepala pasien yaitu tragus - ala nasi sejajar
dengan lantai dengan titik penetrasinya yaitu fossa nasalis dengan sudut vertikal dari
cone yang digunakan adalah 55o dan sudut horizontalnya sebesar 0o.
Pada pemeriksaan radiografi ditemukan mahkota gigi 11 terdapat gambaran
radiolusen pada ⅓ insisal, selain itu juga terdapat adanya gambaran radioopak
sepanjang mahkota hingga akar yang menyerupai K-file, ligamen periodontal pada
gigi terseebut melabar pada ⅓ apikal dan lamina dura pada ⅓ apikal terputus,
terdapat juga gambaran radiolusen berbatas tegas pada apikal yang diduga granuloma,
puncak tulang alveolarnya masih dalam batas normal baik pada sisi distal dan mesial,
sehingga dari gambaran tersebut didapatkan radiodiagnosisnya adalah nekrosis pulpa
disertai granuloma. (Gambar 5)

Gambar 5. Hasil radiografi 11

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan radiografi yang telah dilakukan dapat terlihat
adanya sebuah lesi periapikal dengan gambaran radiolusen berbatas jelas namun tidak
tegas pada apikal gigi 11 yang sesuai dengan ciri-ciri granuloma pada gambaran
radiografi. Granuloma merupakan bentuk keradangan kronis akibat infeksi periapikal
yang ditandai terbentuknya jaringan granulasi pada tulang alveolar didaerah apical
gigi. Penyebab dari granuloma dapat berupa trauma, cedera pada pulpa melalui
prosedur dental, karies, penyakit periodontal yang telah mengenai daerah akar dengan
parah, atau fraktur pada gigi.
Salah satu perawatan yang tepat pada kasus tersebut adalah perawatan saluran
akar yang merupakan perawatan biomekanis dan kimiawi sistem saluran akar dengan
tujuan menghilangkan penyakit pulpa, penyakit periapikal dan mempercepat
penyembuhan serta perbaikan jaringan tersebut.5
Pada kasus ini, granuloma pada gigi 11 disebabkan akibat fraktur yang terjadi
pada gigi pasien, oleh karena itu salah satu perawatan yang tepat pada gigi ini adalah
dengan melaukakan perawatan saluran akar. Pada perawatan saluran akar,
pemeriksaan radiografi saangat dibutuhkan untuk mengevaluasi kedalaman karies
sebelum dilakukannya perawatan, mengukur panjang kerja dari saluran akar,
mengevaluasi hasil pengisian saluran akar atau obturasi, serta pada saat dilakukan
kontrol perawatan saluran akar. Pada kasus ini, pemeriksaan radiografi dibutuhkan
untuk mengukur panjang kerja pada gigi 11.
Saluran akar gigi normalnya steril dan keberadaan mikroorganisme tergantung
pada invasinya. Ketika terdapat inflamasi karena paparan masif bakteri,
pertahanannya akan mengalami penurunan sehingga bakteri dapat menginvasi dan
mengkolonisasi saluran akar. Jalan yang sangat sering dilewati sebagai jalur masuk
mikroorganisme ke dalam saluran akar adalah adanya paparan jaringan pulpa yang
disebabkan oleh karies atau trauma. Jalur-jalur potensial tersebut adalah email dan
dentin yang retak karena trauma, tubuli dentin yang terekspos karena karies, fraktur,
preparasi kavitas atau mahkota, kebocoran marginal disekitar tumpatan, resorpsi akar
atau root planing.10
Kita sebagai dokter gigi harus dapat membedakan gambaran radiografi dari
abses, granuloma dan kista agar dapat menentukan perawatan yang tepat. Abses
memiliki perbedaan gambaran radiografi dengan granuloma dan kista. (gambar 2).
Gambaran radiografis abses yaitu adanya gambaran radiolusensi pada periapikal
dengan bentuk bulat dan batas yang tidak jelas atau difus, penebalan pada ligamen
periodontal terutama sekitar apeks, dan terjadi diskontinuitas lamina dura hingga
kerusakan tulang apikal. Gambaran radiograf granuloma terlihat ada gambaran
radiolusensi disekitar apeks gigi, bulat , berbatas agak jelas dengan ukuran ± 0.5 cm.
Ditandai dengan hilangnya lamina dura, dengan atau tanpa keterlibatan kondensasi
tulang. Secara radiografis kista memiliki gambaran radiolusensi yang biasanya
berbentuk bulat hingga oval dengan batas radiopak menyambung dengan lamina dura
gigi yang bersangkutan. Ukurannya mulai beberapa millimeter hingga beberapa
centimeter, namun kebanyakan tidak lebih dari 1.5 cm.7,8

KESIMPULAN
Granuloma adalah suatu pertumbuhan jaringan granulomatus yang
bersambung dengan ligamen periodontal disebabkan oleh matinya pulpa dan difusi
bakteri dan toksin bakteri dari saluran akar ke dalam jaringan periradikular di
sekitarnya melalui foramen apikal dan lateral. Perkembangan suatu Granuloma adalah
matinya pulpa, diikuti oleh suatu infeksi ringan atau iritasi jaringan periapikal yang
merangsang suatu reaksi selular produktif. Suatu Granuloma hanya berkembang
beberapa saat setelah pulpa mati. Penyebab dapat berupa trauma, cedera pada pulpa
melalui prosedur dental, karies, penyakit periodontal yang telah mengenai daerah akar
dengan parah, atau fraktur pada gigi.
Salah satu cara untuk mengidentifikasi granuloma adalah dengan melakukan
pemeriksaan radiografi sebagai pemeriksaan penunjang agar dapat membantu dalam
menentukan diagnosis dan perawatan yang tepat. Oleh karena itu kita harus memiliki
pengatahuan tentang gambaran radiografi gigi yang sehat dan gigi yang memiliki
kelainan seperti granuloma. Gambaran radiografi dari granuloma terlihat ada
gambaran radiolusensi disekitar apeks gigi, berbentuk bulat , berbatas agak jelas
dengan ukuran ± 0.5 cm. Ditandai dengan hilangnya lamina dura, dengan atau tanpa
keterlibatan kondensasi tulang.
Kita sebagai dokter gigi juga harus dapat membedakan gambaran radiografi
dari abses, granuloma dan kista agar dapat menentukan perawatan yang tepat, karna
apabila penyakit pulpa dan periapikal dibiarkan dan tidak dirawat, penyakit periapikal
akan bertambah parah dan dapat menyebar ke daerah wajah. Hal ini membutuhkan
perawatan yang lebih lama, berulang kali, dan biaya yang lebih mahal. Salah satu
perawatan yang tepat terhadap granuloma yang disebabkan oleh fraktur pada gigi
adalah perawatan saluran akar.

DAFTAR PUSTAKA
1. Matriani AA, Kamizar dan Usman M. Distribusi Penyakit Periapikal
Berdasarkan Etiologi dan Klasifikasi di RSKGM Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia Tahun 2009-2013. 2014:1-15.
2. Yuwono B. Penatalaksanaan Pencabutan Gigi Dengan Kondisi Sisa Akar
(Gangren radiks). stomaytognatic (J.K.G UNEG). 2010:7(2):89-95.
3. Sousa ELR, Gomes BPFA, Jacinto RC, Zaia AA, Ferraz CCR.
Microbiological profil and antimicrobial susceptibility pattern of infected root
canals associated with periapical abscesses. Eur J Clin Microbiol Infect Dis.
2013; 32 : 573-580.
4. Yandi TN. Distribusi Kasus Kelainan Periapikal Pada Pasien Konsul Di
Bagian Radiologi Rumah Sakit Gigi Mulut Pendidikan Universitas
Hasanuddin. Makasar. 2013.
5. Baumann MA and Beer R, 2010. Endodontology. USA: Thieme.
6. Garcia CC, Sem Pere, Diago MP, dkk. The Post Endodontic Periappical
Lession; Histology and Ethiopathogenic Aspect. Med oral pathol oral cir
bucal. 2007;1:1-12.
7. Ingle J I., et al. Endodontics, 5th ed. London: BC Decker.2002.
8. Regezi JA, Sciubba JJ. Oral pathology : clinical pathologic correlations 5th
ed. Philadelphia: W.B. Saunders Company, 2012 : 246-249.

9. Langland OE, Langlais RP, Preece JW. Radiologic diagnosis of periapical


disease. In: principles of dental imaging. Second Edition. Philadelphia,
Pennsylvania. USA: Lippincott Williams & Willcins; 2002: 411-416.
10. Bergenholtz G, Bindslev PH, Reit C. Textbook of Endodontology. 2nd ed.
UK: John Wiley & Sons; 2010. p. 95-97, 113, 123-125.
11. http://intranet.tdmu.edu.ua/data/kafedra/internal/stomat_ter/classes_stud/en/sto
mat/ptn/Propaedeutics%20of%20Therapeutic%20dentistry/2%20year/10.%20
Endodontics%20-
%20its%20objectives%20and%20goals.%20.files/image010.jpg (diakses
tanggal 25- 9-2017 20.00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai