pertanyaan:
1. bagaimana interpretasi radiograf dr kasus di skenario? Arin
2. bagaimana hubungan dari gigi yang mengalami trauma direstorasi dan muncul
benjolan silvi
Terjadinya benjolan (kista radikuler) dibagi menjadi 3 fase : fase inisiasi fase pembentukan
kista dan fase pembesaran
Dimulai pada gigi 21 dan 22 yang mengalami trauma nantinya akan mengalami nekrosis,
akan produk nekrosis pulpa(sel2 yang mati) akan keluar ke jaringan periapikal nantinya
menginduksi terjadinya respon inflamasi respon tubuh berupa pembentukan
granuloma,epitel yang terjerat dalam granuloma distimulasi untuk berproliferasi lalu massa
sel sel epitel akan terus menerus membentuk dinding kista sampai terjadi pembesaran kista.
3.perawatan? shofie
perawatan yang dapat dilakukan untuk penatalaksanaan kista radikuler, antara lain bedah
endodontik, ekstraksi gigi, enukleasi dengan penutupan primer serta marsupialisasi yang
disertai dengan enukleasi. Penatalaksanaan pasien pada kasus ini adalah enukleasi kantung
kista dan dilanjutkan dengan rehabilitasi pada daerah tersebut.
Perawatan kista ini harus dilakukan dengan cara pembedahan. Salah satu cara perawatan
yang dilakukan dengan metode enukleasi. Dengan cara ini seluruh dinding kista dikeluarkan
sehingga dapat mencegah terjadinya kekambuhan. Selanjutnya luka operasi ditutup kembali
dengan flap mucoperiosteal
Pilihan perawatan untuk kista radikuler dapat berupa perawatan konvensional non-bedah
dengan perawatan saluran akar pada lesi yang terlokalisasi atau perawatan bedah dengan
enukleasi, marsupialisasi atau dekompresi apabila kista berukuran besar. Pilihan perawatan
ini dapat ditentukan dari berbagai faktor seperti perluasan lesi, hubungannya dengan jaringan
sekitar, etiologi, dan sifat klinis dari lesi, serta kerja sama dan kondisi sistemik dari pasien.
Pasien mengalami kista radikuler ditandai adanya gambaran radiografi nya radiolusen
berbentuk bulat(ovoid) berbatas diffuse dan pada pemeriksaan intraoral terlihat adanya
pembengkakan berukuran ukuran 1,5 x 1 cm berbatas tegas
Merupakan kumpulan inflamasi kista yang berkembang dari deposit jaringan epitel pada
ruang periodontal berlanjut dengan nekrosis pulpa makanya pada scenario disebutkan pada
gigi 21 dan 22 sudah tidak nonvital / mengalami nekrosis. Terjadinya kista radikuler bisa
disebabkan oleh gigi yang mengalami trauma seperti terjatuh/terkena pukulan keras
sehingga gigi menjadi nekrosis atau bisa disebabkan perawatan restorasi yang tidak tepat
Pemeriksaan histopatologis
Kista radikuler merupakan kista odontogenik akibat inflamasi yang diawali oleh granuloma
periapikal kronis dan stimulasi sel ERM pada membran periodontal. ERM merupakan sisa-
Kista biasanya timbul dari residu epitel pada ligamen periodontal akibat inflamasi. Umumnya
merupakan hasil dari infeksi pulpa akibat karies gigi, tetapi dalam beberapa kasus ditemukan
kista radikuler pada gigi yang mengalami nekrosis pulpa akibat trauma pada gigi yang tidak
dilakukan perawatan. Terdapat tiga fase utama dalam patogenesis kista radikuler yaitu, fase
awal, pembentukan kista, dan fase pembesaran
Kista radikuler merupakan kista odontogenik akibat inflamasi yang diawali oleh granuloma
periapikal kronis dan stimulasi sel ERM pada membran 16 periodontal. ERM merupakan
sisa- Kista biasanya timbul dari residu epitel pada ligamen periodontal akibat inflamasi.
Umumnya merupakan hasil dari infeksi pulpa akibat karies gigi, tetapi dalam beberapa kasus
ditemukan kista radikuler pada gigi yang mengalami nekrosis pulpa akibat trauma pada gigi
yang tidak dilakukan perawatan. Terdapat tiga fase utama dalam patogenesis kista radikuler
yaitu, fase awal, pembentukan kista, dan fase pembesaran.
Dilihat dari sifat klinisnya, menyerupai beberapa lesi rongga mulut yang sering muncul,
diagnosa banding dari kista radikuler mencakup kista dentigerus, pindborg tumor, sementoma
periapikal, traumatic bone cyst (TBC), ameloblastoma, odontogenik keratosis, dan
odontogenik fibroma. Lesi pada rahang memiliki gambaran seperti kista dan sering kali sulit
dibedakan hanya dari ciri radiografi saja. Diagnosis dapat ditegakkan setelah dilakukan biopsi
dan pemeriksaan histopatologis pada lesi