Anda di halaman 1dari 8

Learning Issue

1. macam- macam implant? Silvi gambar

Implan gigi biasanya dikategorikan berdasarkan jenis prosedur yang digunakan untuk
menempatkannya:
 Implan Dua Tahap: Prosedur dua tahap melibatkan pembedahan untuk menempatkan
implan ke dalam tulang rahang dan menutup (menjahit) jaringan gusi. Beberapa bulan setelah
penyembuhan, operasi kecil dilakukan untuk mengoleskan abutment dan restorasi sementara.
 Endosteal (Endosseous) Implants: Ditempatkan di tulang rahang, endosteals adalah tipe
yang paling sering digunakan untuk prosedur implan dua tahap. Ditempatkan terutama
sebagai alternatif untuk jembatan atau gigi tiruan yang dapat dilepas, implan endosteal
mencakup jenis sekrup (ulir), jenis silinder (halus) atau tipe berbilah.

Implan Satu Tahap : Prosedur satu tahap melibatkan pembedahan menempatkan implan
yang lebih panjang ke dalam rahang sehingga berada pada tulang rahang, dengan tingkat
teratas menyatu dengan jaringan gusi, setelah jaringan gusi ditutup (dijahit), proses ini akan
meninggalkan kepala implan yang terlihat. Akibatnya, setelah beberapa bulan penyembuhan,
abutment dan restorasi sementara bisa dipasang tanpa perlu dilakukannya operasi minor
untuk mengekspos kepala implan.
 Implan Subperiosteal: Ditempatkan pada tulang rahang dalam jaringan gusi, dengan pos
implan logam yang terpapar menahan restorasi, subperiosti adalah tipe yang paling sering
digunakan untuk prosedur implan gigi tahap tunggal. Subperiostaring terutama digunakan
untuk menahan gigi palsu di tempat pada pasien dengan standar tulang yang tidak
mencukupi.
Tipe Permukaan

Meskipun kebanyakan implan gigi terbuat dari titanium, permukaan – yang mempengaruhi


integrasi jangka panjang dan stabilitas pengobatan – dapat bervariasi. Permukaan berpori
berkontribusi pada kontak dengan tulang yang cenderung lebih besar daripada permukaan
titanium biasa. Permukaan lainnya termasuk permukaan kasar atau terukir dan kasar,
permukaan titanium microgrooved atau plasma serta lapisan hidroksiapatit yang disemprot
plasma

Ukuran Implan
Cara lain untuk mengkategorikan implan didasarkan pada ukurannya (juga
disebut platform), yang menentukan di mana mereka biasanya dapat ditempatkan di mulut.
Namun, setiap kasus akan berbeda, dan kebutuhan jarak dan kemampuan tulang individu
mungkin menentukan penggunaan ukuran yang berbeda.

Platform Standar: Ukuran implan gigi standar berdiameter 3,5 mm sampai 4,2 mm. Implan
yang relatif pendek dan sempit ini paling sering ditempatkan di bagian depan mulut.
Wide Platform: Implan implan platform lebar berkisar dari 4,5 mm sampai 6 mm dan
ditempatkan terutama di bagian belakang mulut.
Mini Implan: Ukuran implan gigi implan mini berukuran 2 mm sampai 3,5 mm dan
ditempatkan terutama pada pasien dengan ruang yang tidak mencukupi antara akar gigi
mereka untuk mengakomodasi ukuran yang lebih besar. Mereka juga dapat ditempatkan saat
pasien memiliki kepadatan tulang yang tidak mencukupi.

2. apa perawatan yang dilakukan jika terjadi komplikasi pasca implant? Nada

 Implan yang patah


Patahnya implan merupakan komplikasi yang jarang dilaporkan. Hal ini dapat terjadi
akibat beban yang berlebih dikenakan pada implan. Jenis implan dengan hollow
cylinder dan hollow screw lebih beresiko patah dibandingkan dengan tipe solid.
Implan yang patah bila akan digantikan dengan yang baru harus diangkat, namun bila
tidak dapat dibiarkan saja. (Buser and Maeglin, 1996)
 Hemoragi

Penyebab hemoragi diantaranya perforasi pada lingual cortical plate dan ruptur
pembuluh darah. Morfologi mandibula pada aspek lingual harus diketahui sebelum
dilakukan preparasi (Pedlar dan Frame, 2001). Pada regio maksila, hemoragi berasal
dari pembuluh darah pada dinding sinus dan dapat dikontrol dengan melakukan
penekanan atau menunggu hingga hemostasis alami terjadi. Jika hemoragi berlanjut
dapat dilakukan elektro-kauterisasi

 Terbukanya Sinus Maksilaris


Pada saat merencanakan perawatan implan, hubungan antara implan dengan rongga
hidung atau sinus maksliasis harus ditegakkan dengan foto radiograf. Perforasi sinus
dapat ditegakkan dengan blow test. Jika implanasi telah dilakukan, adanya infeksi dan
sinusitis maksilaris harus dipertimbangkan kemungkinannya. Setelah lubang preparasi
sembuh, dapat dilakukan implanasi yang baru.

 Implan longgar

Faktor yang dapat menyebabkan implan menjadi longgar diantaranya ialah kurangnya
stabilitas primer, adanya infeksi di sekitar implan, dan panas yang berlebih saat
preparasi. Adanya peningkatan mobilitas implan mengindikasikan bahwa implan
harus diangkat untuk menghindari resorbsi tulang yang berlebih (bone loss).

3. pandangan islam pada penggunaan implant? Gemilang

Boleh yang demikian, jika bertujuan untuk kepentingan medis dan bukan untuk kepentingan
make-up/mempercantik/mempertampan diri.
Syaikh Ibnu Utsaimin berkata :

‫ تقويم األسنان على نوعين‬:‫وله‬:


‫ وقد لعن‬،‫ أن يكون المقصود به زيادة التجمل فهذا حرام وال يحل‬:‫النوع األول‬
‫النبي صلى هللا عليه وعلى آله وسلم المتلفجات للحسن المغيرات لخلق هللا‬

“Meratakan gigi itu ada dua jenis :

a. Dimaksudkan untuk memperbagus, ini haram dan tidak boleh.


Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melaknat penambal gigi
untuk mepercantik yang merubah ciptaan Allah.

‫ فإن بعض الناس قد يبرز شيء من أسنانه‬،‫ إذا كان تقويمها لعيب فال بأس بذلك فيها‬:‫النوع الثاني‬
‫إما الثنايا أو غيرها تبرز بروزاً مشينا ً بحيث يستقبحه من يراه ففي هذا الحال ال بأس‬
b. yang kedua jika meratakannya karena ada cacat/aib maka tidak mengapa.

Karena sebagian manusia ada yang keluar sebagian giginya (guwing/sumbing) baik
diantaranya atau yang lain, ia keluar dengan bentuk keluar yang buruk sehingga orang yang
melihatnya akan menganggap jelek/cacat. Dalam kondisi ini maka tidak mengapa”. Karena
sesungguhnya hal ini menghilangkan cacat dan bukan bertujuan untuk menambah keindahan.
Sumber fatwa :
(Majmu’ Fatawa Syaikh Ibnu Utsaimin jilid 17 fatwa no. 6).
Berdasarkan hadis Urfujah bin As’ad radhiyallahu ‘anhu, bahwa hidungnya pernah terpotong
karena terkena pedang ketika perang. Kemudian ditambal perak, namun luka hidungnya
makin parah. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menasehatkan agar ditambal
dengan emas, dan ternyata cocok. (HR. An-Nasai 5161, Abu Daud 4232, dan dinilai hasan
oleh Al-Albani)
dari hal ini apabila dengan tujuan pengobatan maka diperbolehkan.diskenario juga ditnyakan
terkait hukumnya bila meninggal bagaimana yang perlu diperhatikan yakni ”Mematahkan
tulang mayit, statusnya sama dengan mematahkan tulangnya ketika masih hidup.” (HR. Abu
Daud 3207, Ibnu Majah 1616, dan yang lainnya).
para ulama menegaskan bahwa tidak wajib mengambil benda asing yang ada pada tubuh
mayit. Makna tidak wajib, artinya keberadaan barang itu di tubuh mayit, tidak memberikan
dampak apapun bagi mayit. Keberadaan benda itu, tidaklah menyebabkan si mayit menjadi
tertahan amalnya atau dia tidak tenang, atau keyakinan semacamnya
”Jika tulang seseorang ditambal dengan tulang hewan lain, lalu ditutup, kemudian dia mati,
maka tidak boleh dilepas, jika tulang pasangan itu suci. Namun jika tulang pasangan itu najis,
dan memungkinkan untuk dihilangkan tanpa menyayat mayit maka dia diambil. Karena ini
termasuk benda najis yang mampu untuk dihilangkan tanpa membahayakan. Namun jika
harus menyayat mayit maka tidak perlu dilepas.” (al-Mughni, 2/404).
Dari keterangan di atas, pada prinsipnya melepas benda yang ada di jasad mayit tidak
diperbolehkan, kecuali jika ada 2 pertimbangan Ada maslahat besar untuk mengambil benda
itu, misalnya karena nilainya yang mahal atau karena benda yang ada di tubuh mayit itu najis.
Tidak membahayakan bagi mayit, misal tidak menyebabkan harus menyayat mayit jika benda
itu tidak bernilai, tidak masalah dikubur bersama mayit, seperti gigi yang bukan emas atau
perak, atau hidung palsu yang bukan emas. Namun jika benda itu bernilai, maka boleh
diambil, kecuali jika dikhawatirkan akan merusak badan mayit, misalnya ketika gigi itu
diambil akan merusak rahang, maka gigi itu dibiarkan untuk dikubur bersama mayit.” (as-
Syarh al-Mumthi, 5/283).
kesimpulannya hukum mematahkan tulang mayit statusnya sama seperti ketika masih hidup,
maka dari itu jika barang tersebut berharga seperti emas di ambil dari bagian mayit jika tidak
menyayat dan memungkinkan untuk di ambil boleh saja di ambil, namun jika hal tersebut
mengkhawatirkan kondisi mayit contohnya akan fraktur maka sebaiknya tidak di ambil

4. faktor apa saja yang dapat menyebabkan kegagalan implant gigi? Faiz

• Penempatan implant
Penempatan implan yang terlalu dekat akan menghambat terjadinya integrasi yang
baik. Penempatan yang baik harus ada jarak 2-3 milimeter antar implant. Keluhan
sakit pada pasien ini akan mungkin terjadi akibat terlalu dekat dengan gigi normal,
sehingga pada akhirnya implan harus dilepas
• Teknik pemasangan implant
Panas berlebihan selama tindakan osteotomy (operasi bedah di mana tulang
dipotong untuk memperpendek atau memperpanjang) untuk pemasangan implan
dapat menyebabkan nekrosis.
• Jumlah implant yang akan dipasang
• Gangguan Benda Asing
Terdapatnya benda-benda asing disekitar implan akan dapat menyebabkan terjadinya
kegagalan dalam pemasangan implan. Benda-benda asing sepert i patahan akar gigi,
bahan pengisi saluran akar, instrumen endodontik yang patah dst harus diangkat
tanpa terkecuali sebelum pemasangan implan. Pengambilan benda-benda asing
tersebut harus pula dipertimbangkan apakah akan diambil sebelum pembedahan
implan atau pada saat pemasangan implan tanpa mengganggu tempat dimana implan
akan dipasang.

5. Tentanng osteointegrasi implant bisa menjadi satu dengan tulang nya

Definisi osseointegration adalah hubungan langsung antara tulang sehat dan tepi
imlan endoseus pada tingkat mikroskop cahaya ( McGlumphy dan Larsen, 2003).
Empat factor utama yang dibutuhkan untuk mencapai suatu osseointrgration antar dua
permukaan tulang dan implan adalah :

 Bahan yang biokompatibel


Implan yang baeradaptasi dengan tepat pada tulang yang dipreparasi
 Pembedahan yang atraumatik untum meminimalis kerusakan jaringan
 Fase penyembuhan yang tidak terganggu dan adanya imobilitas.
Bahan implan yang biokompatibel diperlukan untuk merangsang penyembuhan tanpa adanya
reaksi tubuh untuk menolak benda asing. Jika bahan yang digunakan tidak biokompatibel
maka tubuh akan berusaha untuk mengisolasi bahan implan impaln yang asing dengan
mengelilinginya denga jaringan granulasi dan jaringan ikat. Bahan implan yang kompatibel
yang sering digunakan adlah titanium dan calcium-phosphate ceramic tertentu.

Ukuran celah antara implan dan tulang setelah penempatan implan sangat berpengaruh
terjadinhya osseointegrasi. Ukuran celah dapat dikendalikan dengan preparasi yang tepat
pada tulang tempat implan akan diletakkan sesuai dengan implan. Pembedahan atraumatik
dibutuhkan untuk untuk meminimalisasi injuri termal dan mekanis yang mungkin muncul.
Maka untuk memperoleh pembedahan atraumatik digunakan bur yang baru dan tajam dengan
kecepatan rendah bertenaga putar tinggi. Selain itu juga dibutuhkan irigasi baik internal
maupun eksternal untuk mempertahankan suhu tulang dibawah 56 derajat Celsius, karena jika
melebihi maka akan terjadi kerusakan tulang permanent. Sedangkan ketika suhu mencapai 47
derajat selama 1 menit tulang mengalami kerusakan. Dengan minimalnya injuri pada tulang
maka memungkinkan lebih cepat sembuh dan mempercepat perlekatan tulang ke implan.

Imobilitas implan tergantung tulang tempat implan tertanam. Komposisi tulang kortikal dan
spongiosa sangat mempengaruhi mobilitas implan. Keberhasilan osseountegrasi dapat diukur
pertama kali pada pembedahan kedua. Setelah abutmen diletakkan ke badan implan,
operatyor harus memeriksa secara hati-hati akan kemungkinan adanya mobilitas yang
terdeteksi secara klinis. Jika mobilitas terdeteksi maka implan harus segera diangkat dan
soket dibiarkan sembuh.

Menurut Block dan Achong (2004) periode penyembuhan tulang setelah pemasangan implan
tanpa protesa maupun abutmen adalah 4 – 6 bulan untuk mandibula dan lebih 6 bulan untuk
maksila. Waktu 4 – 6 bulan adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencegah berkembangnya
kapsulasi fibrosa implan yang sering muncul pada pemasangan protesa terlalu awal. Tetapi
berdasarkan penelitian Cooper dkk (2001) cit. Block dan Achong (2004), menyatakan bahwa
96,2 % implan dinyatakan berhasil tanpa resiko kegagalan osseoinrtgrasi pada 3 minggu
setelah penempatan implan satu gigi dengan satu tahap di maksila anterior. Tulang tempat
implan adalah tulang tipe 3 dan dengan panjang minimal 11 mm.
Sumber :

Nur Fahmi Fauziah, 2008. Prosedur Pemasangan Pada Sistim Implan Osstem SS II, Skripsi,
Fakultas Kedokteran Gigi Unpad, Bandung.

Pedlar,J and Frame, J.W. 2001. Oral and Maxillofacial Surgery ; an Objective Based Tex
Book. Churchill Livingstone

Block, MS. And Achong, RM. 2004. Osseointegration in Peterson’s Oral and Maxillofacial
Surgery. Milloro, M (editor). Edisi ke 2 BC Decker Inc. Ontario.

Manurung, R. 1997. Tinjauan Umum Dental Implan. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas
Padjadjaran.

Renouard, F., and Rangert, B. 1999. Risk Factors in Implant Dentistry ; Simplified Clinical
analysis for Predictable Treatment. Quintessence Pub. Co., Inc

Manurung, R. 1997. Tinjauan Umum Dental Implan. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas
Padjadjaran.

Anda mungkin juga menyukai