Anda di halaman 1dari 32

Fraktur Dentoalveolar

Diskusi Stase Bedah Mulut


Florencia |Lydia | Listy | Adnan | Sela RSUD Kab Tangerang
2019
PENDAHULUAN

FRAKTUR  terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau


tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh trauma.

FRAKTUR DENTOALVEOLAR  kerusakan atau putusnya


kontinuitas jaringan keraspada stuktur gigi
dan alveolusnya disebabkan trauma
PEMERIKSAAN DAN
DIAGNOSA
Evaluasi awal secara general
1. Anamnesa yang tepat  misalnya : mekanisme terjadinya kecelakaan

2. Pemeriksaan klinis :

Inspeksi jaringan lunak Luka ekstra oral Fraktur dari gigi-geligi

Inspeksi jaringan keras Oklusi gigi


Test vitalitas gigi
abnormal
MANIFESTASI KLINIS
o adanya kegoyangan dan pergeseran beberapa gigi dalam satu
segmen atau maloklusi
o laserasi pada gingiva dan vermilion bibir
o adanya pembengkakan atau luka pada dagu
o Rasa sakit
Evaluasi Radiologis
Melingkupi sebuah radiografis panoramik dan periapikal dari gigi yang
bersangkutan

Informasi yang didapatkan :


1. Keberadaan fraktur akar gigi
2. Derajat ekstrusi atau intrusi
3. Penyakit pre-existing periodontal
4. Derajat pertumbuhan akar
5. Ukuran ruang pulpa dan slauran akar
6. Keberadaan fraktur-fraktu rahang
7. Fragmen gigi dan bneda asing yang tersangkut dalam jaringan lunak
Klasifikasi trauma dental pada anak berdasarkan
rekomendasi WHO :

Injuri pada jaringan Injuri pada jaringan


keras dan pulpa pendukung

Injuri pada jaringan Injuri pada gingiva


periodontal atau mukosa oral
The Classification Of Dento-alveolar Injuries Based On
The World Health Organization (WHO) System.
Injuri pada jaringan keras dan pulpa
• Enamel infraction  Fraktur sebagian enamel tanpa disertai
hilangnya substansi gigi.
• Enamel fracture (uncomplicated crown fracture)  Fraktur
disertai hilangnya substansi yang berbatasan dengan enamel.
• Enamel-dentin fracture (uncomplicated crown fracture)  Fraktur
disertai hilangnya substansi yang berbatasan dengan enamel dan
dentin, namun tidak melibatkan pulpa.
• Complicated crown fracture  Fraktur melibatkan enamel dan
dentin, dan terbukanya pulpa.
• Uncomplicated Crown- Root Fracture  Fraktur yang
melibatkan enamel dan dentin, dan cementum namun tidak
melibatkan pulpa.
• Complicated Crown-Root fracture  Fraktur yang melibatkan
enamel dan dentin, dan cementum dan melibatkan pulpa.
• Root Fracture  Fraktur yang melibatkan enamel dan dentin,
dan cementum dan melibatkan pulpa. Fraktur akar dapat
diklasifikasikan terkait dengan perpindahan fragmen koronal
(horizontal, oblique, dan vertikal).
Injuri pada jaringan periodontal
• Concussion  Injuri pada struktur pendukung gigi tanpa adanya
abnormal loosening atau perpindahan gigi, namun terdapat reaksi
saat di perkusi.
• Subluxation (loosening)  Injuri pada struktur pendukung gigi
dengan abnormal loosening, tetapi tidak ada perpindahan gigi.
• Extrusive luxation (peripheral dislocation, peripheral avultion) 
Perpindahan gigi ke arah aksial, biasanya disertai dengan fraktur
soket alveolar.
• Intrusive luxation (central dislocation)  Perpindahan gigi ke dalam
tulang alveolar, disertai dengan fraktur soket alveolar.
• Lateral luxation  Perpindahan gigi pada
sumbu axial, disertai dengan communition atau
fraktur soket alveolar.
• Avulsion (exarticulation)  Perpindahan gigi
total  gigi keluar dari soket.
Injuri pada jaringan pendukung

• Communition of the mandibular / maxillary alveolar socket


Penghancuran dan kompresi soket. Kondisi ini bersamaan
dengan luksasi intrusive dan lateral.
• Fracture of the mandibular /maxillary alveolar socket wall 
Fraktur pada processus alveolaris yang melibatkan soket
alveolar.
• Fracture of the mandibular /maxillary alveolar process  Fraktur
pada processus alveolaris yang mungkin/tidak melibatkan soket
alveolar.
• Jaw fracture  Fraktur melibatkan basis mandibula atau
maksila dan prosesus alveolar yang melibatkan atau tidak
melibatkan soket alveolar.
Injuri pada gingiva atau mukosa oral

• Laserasi gingiva atau mukosa oral  Luka dangkal atau


dalam pada mukosa, biasanya disebabkan oleh benda tajam.
• Contusion pada gingiva atau mukosa oral  disebabkan oleh
benda tumpul dan tidak terdapat kerusakan pada mukosa,
biasanya menyebabkan perdarahan submukosa.
• Abrasion pada gingiva atau mukosa oral  Luka superfisial
berasal dari rubbing (menggosok) atau scrapping mukosa,
menjadi raw (lecet) dan berdarah.
Types of Dental Trauma
Alveolar Bone fracture Classification
Class I fracture :
fracture of the edentulous
segment.

Class II :
dentulous segment fracture with
little or no displacement.

after William D Clark, MD


• Class III fracture :
The fracture of dentulous segment
with moderate-to-severe
displacement.

• Class IV fracture :
fracture shares one or more
fracture lines with other fractures
of the tooth-bearing facial
skeleton.
TATALAKSANA
Fraktur Mahkota Gigi (tidak melibatkan pulpa)

Perawatan Pembuatan mahkota


Penghalusan gigi
yang fraktur konservatif tiruan pada gigi
(Penambalan gigi) yang fraktur
Fraktur Mahkota Gigi (yang sudah melibatkan pulpa)

Dilakukan pulp capping (bila pulpa terbuka <24jam)

Pada anak-anak dilakukan pulpotomy

Pada kasus yang kompleks, misalnya pulpa-nya sudah terinfeksi


dilakukan PSA
Fraktur Akar Gigi
1. Fraktur Mahkota-Akar Gigi

Jika garis fraktur di


atas atau sedikit • Dapat dilakukan
dibawah margin pembuatan restorasi
servikal gigi dan gigi
pulpa tidak terbuka

Jika fraktur-nya
terletak di bawah • Dilakukan ekstraksi
dari tulang
alveolar/terbelah gigi
secara vertikal
Fraktur Akar Gigi
2. Fraktur Horizontal

Garis • Fragmen mahkota dapat


fraktur di diekstraksi dan
dilakukan perawatan
dekat endodontik serta pembuatan
mahkota pasak
gingiva

Garis • Sebagiknya
fraktur jauh dilakukan ekstraksi
ke apikal gigi
3. Fraktur Akar Gigi (belum terjadi kegoyangan
gigi)

• Fraktur yang terjadi di


daerah 2/3 koronal
akar gigi, dilakukan
splinting 3 bulan

• Fraktur yang terjadi di


daerah 1/3 apikal akar
gigi, bila terjadi nekrosis
gigi  perawatan
syaraf gigi
4. Fraktur Akar Gigi (sudah terjadi kegoyangan gigi)

Bila sudah
Bila gigi yang terjadi
Bila fraktur 1/3
apikal akar gigi : fraktur sudah displaced
non vital : gigi :
Dilakukan
spilinting gigi Dilakukan Dilakukan
selama 9-12 perawatan ekstraksi
minggu endodontik gigi
Gigi yang mengalami Displacement

Gigi yang
• Dilakukan reposisi dan
ekstrusi dan imobilisasi selama 6-8 minggu
luksasi

Gigi yang • Diobservasi selama 3 minggu,


kalau tidak ada perubahan
intrusi dilakukan perawatan orthodonti

Gigi sulung • Dilakukan ekstraksi gigi


Avulsi Gigi

Pada gigi permanen dapat dilakukan replantasi

Replantasi dilakukan maksimal 48 jam (jika


intraalveolar) setelah trauma dentoalveolar

Pada gigi sulung tidak dilakukan perawatan

Jika extraalveolar  Sebaiknya dipastikan bahwa sel ligamen periodontal tidak


mengering) tidak lebih dari 30 menit  Kemudian imobilisasi dgn pemasangan splint.
5 faktor yang harus dipertimbangkan untuk mereplantasi gigi yang
avulsi
Gigi yang avulsi tidak memiliki advanced periodontal disease

Alveolar socket harus intact


• Untuk menyediakan tempat untuk gigi yang avulsi

Tidak boleh ada kontraindikasi orthodontik


• Seperti gigi yang crowded

Periode extraalveolar
• Jika berada di luar alveolar >2 jam biasanya memiliki prognosis yang buruk
• Jika gigi direplantasi dalam 30 menit pertama, dapat menghasilkan prognosis yang baik

Perkembangan akar
• Pulpa dapat diselamatkan pada gigi yang pembentukan akarnya belum complete jika replantasi
dilakukan selama 2 jam sebelum injury
Trauma pada prosesus alveolaris
Fraktur pada prosesus alveolaris yg
tidak memiliki gigi (edentulous ridge)

Dilakukan :
Debridement
Reposisi
Difiksasi dengan pemasangan Gunning’s Splint Gunning’s Splint
Fraktur pada prosesus alveolaris
yang memiliki gigi

Dilakukan : Atau :
1. Debridement Dilakukan splinting dengan
2. Reposisi kawat, minimal dipertahankan
6 minggu
3. Fiksasi dengan
Interdental Wiring NB: Golden periode 24 jam,
(Archbar) >24 jam harus dilakukan
4. Imobilisasi dengan IMF alveolektomi
Interdental Wiring (dengan arch bar)
Penanganan pada cedera jaringan lunak

• Dilakukan debridement
dengan bantuan larutan
clorhexidine + H2O2

• Setelah debridement
dilakukan nekrotomi di
daerah yang nekrotik, dan
dilakukan suture primer
KOMPLIKASI
 Infeksi
 Kerusakan saraf
 Gigi yang berpindah tempat
 Komplikasi pada daerah gingival dan periodontal
 Reaksi terhadap obat
 Maloklusi
DAFTAR PUSTAKA

1. Fonseca, 2005. Oral And Maxillofacial


Trauma, Volume 2. 3th edition. Elsivier
Saunders (USA).
2. Pederson, 1996. Oal Surgery. 1st Edition.
WB Saundersw Company. Philadelphia.
3. Peterson, 2003. Contemporary Oral And
Maxillofacial Surgery. 4th Edition.
Elsivier Saunders (USA)

Anda mungkin juga menyukai