Anda di halaman 1dari 33

Penatalaksanaan Kegawatdaruratan

di Tempat Praktek Gigi


Amalia Rahmawati Sholichah
18/436168/KG/11447
Emergensi Dental

Sinkop/fainting
Intoksikasi obat anestesi lokal
Intoksikasi vasokonstriktor
Syok Anafilaktik
Perdarahan
Sinkop/fainting
 Keadaan  kesadaran akibat ketidakseimbangan sirkulasi/distribusi
darah ke perifer.
Gejala Sinkop
nyeri
weakness
dizziness rasa takut/tegang
Faktor kontributor :
pucat mual
rasa dingin dehidrasi
nadi lemah bau klinik
melihat darah
keadaan hamil
menjelang menstruasi
Penatalaksanaan Sinkop
1.Posisikan pasien dg posisi trendelenberg/baringkan pasien di lantai.

2. Jangan mendorong pasien ke arah depan  menutup jalan nafas.

3. Lepaskan seluruh pakaian yang dapat mengganggu pernafasan

4. Semprotkan air dingin ke wajah pasien

5. Pasien disuruh menghirup bau ammonia

6. Jangan tinggalkan pasien pingsan sendirian.


Intoksikasi obat anestesi lokal
 Obat anestesi
toksik jika kadar dlm darah tinggi utk memberi efek ke korteks serebri dan
sumsum tulang.
 Konsentrasi tinggi dalam darah:
 Dosis obat yg berlebihan
 Penyuntikan trlalu cepat
 Anestesi diabsorbsi terlalu cepat (tidak menggunakan vasokonstriktor)
Bila terjadi kejang
1) Baringkan pasien di lantai

2) Masukkan Rubber wedge di antara gigi untuk


mencegah tongue biting

3) Segera beri oksigen

4) Asisten diminta untuk menghubungi


ambulans/mencari pertolongan

5) Jangan berikan obat analgesik.

Obat yang paling efektik  Valium (diazepam)


Valium dapat diberikan IV, IM, dg menyuntikkan ke dalam /di bawah lidah
dosis 5-10 mg (1-2 ml)
Pencegahan
Periksa pasien sebelum menyuntikkan obat anestesi lokal

Gunakan obat anestesi lokal dg vasokonstriktor konsentrasi


rendah (< 1:100.000)

Gunakan volume anestesi local sekecil mungkin

Gunakan konsentrasi obat anestesi local serendah mungkin

Suntikkan obat anestesi local secara perlahan (2ml dlm 1


menit)

Aspirasi dahulu sebelum penyuntikan.


Intoksikasi Vasokonstriktor
 Obat anestesi lokal  bersifat vasodilator  diabsorbsi cepat ke dalam
pembuluh darah dan meningkatkan kemungkinan terjadinya intoksikasi.
 Efek intoksikasi terjadi  jika obat sampai di dlm darah dg kadar yg tinggi
 Reaksi paling sering terjadi  1.Injeksi mengenai pembuluh darah
2.Dosis obat yang digunakan berlebihan.
 Dosis epinephrine yg tepat tidak boleh lebih dari 0,2 mg
(1,8 ml dg adrenalin 1:100.000, maka mengandung adrenalin sebanyak
0.01mg per cc).
- Dosis maksimum obat anestesi lokal yang diperkenankan adalah 10 ampul.
 Gejala intoksikasi vasokonstriktor
Sakit kepala
Rasa Keringat
Pucat Takikardi Hipertensi dan
takut/cemas dingin
dizziness
Penanganan

Baringkan pasien secara datar

Berikan oksigen u/menghindari hipoksemia di


jantung

Paling efektif : pemberian O2

Tidak perlu diberikan obat-obatan


cardiocirculatory system
Syok Anafilaktik
 Reaksi efek vasodilator dari histamine 
  mengurangi volume heart stroke & tekanan darah
 akibat aliran balik vena ke jantung berkurang  dpt menyebabkan kematian
 Gejala yg timbul
Dispnea

Dizziness

Headache

Itching/urtikaria

Rasa metal dlm mulut/lidah

Nadi lemah dan cepat atau tidak teraba sama sekali,

Nafas cepat dan dalam,


Penanganan
Segera hentikan pemberian anestesi

Baringkan pasien di lantai dengan kepala miring pada


salah satu sisi

Angkat leher pasien, ekstensikan kepala/dagu dan jaga


aliran udara bebas dari obstruksi

Beri oksigen

Jika arteri carotis tidak teraba maka segera lakukan


resusitasi jantung paru (RJP)
 Berikan obat-obat sesuai urutan :

1. Adrenalin 1.1000, 0,5 ml, scr subkutan (ulangi setiap 10 menit) hingga
gejala menghilang dengan adrenalin sebanyak 0,5 mg.

2. Chlor-Trimeton (vial 10 mg), histamin, Benadryl (50 mg IV/IM)

3. Solu-cortef (hydrocortisone) 1 vial 100mg x 2 atau lebih secara intravena


atau 50 mg methylprednisolone dan suntikkan secara perlahan.

4. Aminophylline 1 atau 2 vial 10 ml secara intravena (bila


bronkhospasme masih ada).

5. Bawa pasien sesegera mungkin ke RS. Pada kasus edema glottis lakukan
intubasi/trakheostomi.
Perdarahan
 Keluarnya darah dari pembuluh darah.
 Gejala klinis :

penderita lemah,

berkeringat,

pucat,

tekanan darah menurun,

bradikardi,

nadi lemah sampai cepat


Pencegahan Perdarahan
 Anamnesa riwayat perdarahan & obat-obatan yang digunakan
 Bila terjadi perdarahan selama tindakan bedah  kontrol perdarahan, cari
sumber perdarahan, lalu hentikan perdarahan/haemostasis.
 Bila perdarahan lebih dari 1/10 jumlah cairan tubuh 500 cc
 perlu replacement berupa cairan fisiologis (NaCl 0,9%), plasma, whole blood,
packed cell.
 Tindakan transfusi darah dilakukan jika perdarahan > 500 cc,
penyakit kronis dg Hb sangat ↓,
kelainan darah tertentu (trombositopenia & hemophilia)
Evaluasi dan Penatalaksanaan Pasien
Medically compromised di Tempat
Praktek Gigi
Leukemia

Gangguan koagulasi

Diabetes Mellitus (DM)

Gagal Ginjal Kronis (GGK)

Penyakit Kardiovaskular
Leukemia
 Kelainan sel darah putih, terjadi proliferasi sel-sel limfoid atau myeloid di
dalam sum sum tulang.
 Keadaan sel darah putih sangat banyak (≥ 29.000/mm3)
 Leukemia dapat bersifat akut atau kronis, sering ditemukan pada anak usia 3-
4 tahun. Etiologi tidak diketahui
 Pemeriksaan darah :
 anemia, disertai dengan retikulositopenia, leukopenia, dan trombositopenia.
 Adanya blast cell atau sel-sel yang belum matang secara berlebihan menunjukkan
adanya leukemia.
Gejala
Tanda
Demam ringan,
limfadenopati,
nafsu makan kurang,
hepatosplenomegali,
penurunan berat badan,
petechiae,
lemah
ecchymosis,
nyeri pada tulang.
perdarahan gingiva.
Masalah yang sering timbul di rongga mulut
 Akibat kemoterapi dan radioterapi
 Muncul :
- Infeksi, karena supresi pembentukan leukosit,
- Mukositis disertai kemerahan,
- Hilangnya barrier epitel, dan ulserasi, mulut kering,
- Nyeri dan menurunnya sistem kekebalan tubuh.
 Mukositis biasanya terjadi di palatum molle, orofaring, mukosa bukal dan labial,
mukosa dasar mulut, sisi ventral dan lateral lidah.
 Selain itu dapat terjadi kandidiasis, infeksi HSV-1 serta
 Berpengaruh terhadap sel-sel odontoblast yang mengakibatkan mikrodonsia,
pemendekan akar gigi, hipomineralisasi atau hipoplasia email.
Tatalaksana
 Sebelum terapi
 Minimal 1 bulan sebelum terapi awal leukemia,
 pasien dievaluasi untuk mencegah komplikasi pasca kemoterapi.
 Gigi dg infeksi akut atau kronik, goyang atau karies yg dalam  diekstraksi.
 Tind. perawatan saluran akar bila prognosisnya meragukan  tidak boleh
dilakukan.
 Tind. ekstraksi min. 14 hari sebelum terapi awal leukemia dan 21 hari setelah
kemoterapi.
 Bila akan dilakukan tind. pembedahan atau ekstraksi,  diberi antibiotik sebelum
dan sesudah tindakan dan dilakukan penjahitan.
 Piranti ortodontik, gigi tiruan lepasan dan space maintainer harus dilepas.
Selama terapi leukemia,
 Kebersihan mulut dijaga dengan berkumur air steril dingin, atau larutan salin
dingin minimal 6 kali sehari untuk menjaga mukosa mulut tetap bersih dan basah,
membantu menghilangkan debris dan mengurangi resiko infeksi oportunistik.
 Menyikat gigi dengan menggunakan sikat gigi yg lembut setiap selesai makan di
bawah pengawasan staf rumah sakit.
 Jika jumlah platelet ≤ 20.000/mm3 atau bila jumlah netrofil ≤ 500/mm3  tidak
boleh sikat gigi.
 Pasien menggunakan lip balm supaya bibir tetap basah.
 Jika ada infeksi jamur seperti Candida, diberikan fluconazole.
 Semua lesi mucositis harus dibiopsi,
 Jika ada infeksi virus herpes simpleks, diberikan acyclovir.
 Hindari pemakaian obat kumur yang mengandung peroksida atau alcohol karena
dapat menyebabkan gangguan pada penyembuhan luka dan kekeringan mukosa
mulut.
Gangguan Koagulasi darah

 Evaluasi hasil lab darah u/ mencegah komplikasi perdarahan selama dan


setelah prosedur perawatan gigi yang bersifat invasif, khususnya pasien yang
menggunakan obat antikoagulan dan penderita gangguan/penyakit hati kronik
yang disebabkan oleh infeksi virus atau karena alcohol.
 Obat antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan
menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor
pembekuan darah.
 Terdapat 3 macam obat anti koagulan: heparin, anti koagulan oral
(dikumarol, warfarin, obat anti trombolitik (aspirin, sulfinpirazone,
dipiridamol, tiklopidin)
Tatalaksana
 Protokol untuk perawatan gigi bagi pasien yang menerima obat-obat
antikoagulan, belum ada standar perawatan yang definitif.
 Penganjuran penghentian obat antikoagulan tidak dianjurkan.
 Perawatan gigi pada pasien dengan koagulopati lebih terbatas yaitu
 Tindakan skaling hanya bisa dilakukan pada satu sekstan atau kuadran gigi pada
setiap kunjungan, atau ekstraksi hanya satu gigi dari beberapa gigi yang telah
direncanakan untuk diekstraksi dan dilakukan penjahitan.
Resiko perdarahan pengguna obat antikoagulan
 Resiko perdarahan dilihat dari  prothrombin time (PT) = rasio INR.
 Nilai normal INR adalah 1,2-3,5.
 Adanya peningkatan nilai INR menunjukkan potensi adanya penyakit hati.
 Gejala klinis pykit hati : ascites, ikterus, atau ensefalopati dikaitkan dengan
peningkatan INR.
 Pasien dg gejala di atas  pemeriksaan lab :
 uji fungsi hati (SGOT/SGPT),
 prothrombine time (PT),
 partial thromboplastin time (PTT),
 jumlah trombosit,
 albumin dan kadar bilirubin.
Diabetes Mellitus
 Penyakit kronik  akibat gangguan metabolism karbohidrat  kekurangan
insulin absolut atau relative  kadar gula darah > normal (hiperglikemia).
 Gejala Klinis : Manifestasi DM di rongga mulut
Tatalaksana Dental Pasien DM
 Lakukan anamnesis & riwayat keluarga.
 Mengetahui nilai hemoglobin yang terikat dengan glukosa (HbA1C).
 Jika nilai HbA1c > 10% menunjukkan kadar gula darah tidak terkontrol.
 Pasien tidak terkontrol rentan infeksi berat
 butuh penggunaan antibiotic  utk atasi infeksi akut
 tindakan profilaktik  saat akan dilakukan tindakan bedah.
 Periodontitis pada pasien DM terkontrol  respon positif thd terapi non-bedah,
operasi periodontal, dan maintanence yg sama dengan orang tanpa DM.
 DM yg tidak terkontrol  respon kurang baik, perbaikan kesehatan jaringan
periodontal jangka pendek sering diikuti dengan proses regresi dan kambuhnya
penyakit.
Gagal Ginjal Kronik
 Penyakit yg bersifat progresif dan irreversible,
 Terjadi ↓ laju filtrasi glomerular  ↑ kreatinin serum & kadar nitrogen ureum
darah (uremia).
 Penyebab GGK paling sering :
 hipertensi,
 DM,
 glomerulonephritis kronis,
 uropati dan
 penyakit otoimun.
 Pada GGK dijumpai kelainan hematopoietik anemia & masalah hemostasis.
Manifestasi klinis GGK di mulut
OH buruk

Mulut bau amonia

Xerostomia,

Stomatitis,

Gingivitis & periodontitis,

Sensitif terhadap perkusi

Gigi goyang dan maloklusi.


Tata laksana Pasien GGK
 Kondisi hematologi paling sering : perdarahan berlebih dan anemia.
 Untuk menghindari keadaan tersebut, perlu dilakukan :
- evaluasi kadar Hb, kadar serum potasium, CO2 dan glukosa, glomerular
filtration rate (GFR), nitrogen urea darah, serum kreatinin serta pemeriksaan
elektrolit dan asam basa;
- monitor tekanan darah dan frekuensi denyut jantung;
- evaluasi volume intravaskuler;
- penggunaan obat antifibrinolitik, plasma segar beku, vitamin K dan trombosit
dapat diberikan sebagai terapi pengganti atau
dapat digunakan elektrokauterisasi
untuk mengatasi perdarahan selama prosedur invasive;
 Perawatan gigi akan lebih aman jika dilakukan 1 hari setelah hemodialisis
 Perawatan gigi pada pasien ini sebaiknya dilakukan sebelum transplantasi
 Pasien yg akan transplantasi ginjal,  perlu evaluasi sebelum transplantasi,
untuk mencegah terjadinya fokal infeksi dari rongga mulut.
 Gigi dg kerusakan mencapai bifurkasi, abses periodontal, karies luas, gigi
impaksi  indikasi ekstraksi atau odontektomi.
 Pasien dg penurunan fungsi ginjal tanpa tanda dan gejala  dirawat normal.
 Obat yg dimetabolisme di ginjal tdk blh diresepkan  intoksikasi/nefrotoksik
 Evaluasi awal kondisi kesehatan mulut pasien GGK :
 Utk menghilangkan infeksi fokal dari rongga mulut.
 Untuk mencegah infeksi maka diperlukan profilaksis antibiotic.
 Sebelum melakukan tindakan, perlu dilakukan evaluasi dan pemeriksaan EKG,
enzim creatine kinase (CK), pemeriksaan darah lengkap termasuk masa
Penyakit kardiovaskuler
perdarahan dan pembekuan, prothrombin time (PT) dan partial
thromboplastin time (PTT), foto ronsen dada.
 Behrman dan Wright menganjur rumah sakit,
trauma seminimal mungkin,

profilaktik antibiotik sebelum tindakan,

menggunakan gel-foam di soket bekas pencabutan gigi untuk mencegah


terjadi perdarahan,

melakukan penjahitan,

menggigit tampon selama 1-1 ½ jam,

kompres dingin dengan menggunakan ice-pack selama ½ jam selama 2 hari,

diet lunak selama 48-72 jam, dan


 Perawatan gigi pada pasien ini membutuhkan profilaksis antibiotic, diberikan
amoksisilin secara peroral sebanyak 3 gram 1 jam sebelum tindakan.
 Jika alergi terhadap penisilin, dapat diberikan klindamisin peroral 600 mg 1 jam
sebelum tindakan. Sedangkan jika menggunakan anestesi umum, diberikan
amoksisilin iv + amoksisilin peroral sebanyak 1 gram pada saat induksi dan 0,5
gram 6 jam kemudian.
 Jika alergi terhadap penisilin dapat diberikan vankomisin iv (1 gram 1
jam sebelum tindakan) + gentamisin iv (120 mg)

 Perawatan gigi pada pasien ini jika aritmianya terkontrol, maka tidak dibutuhkan
penanganan khusus, yang terpenting adalah hindari pemakaian vasokonstriktor
yang berlebihan. Pemberian vasokonstriktor maksimal sampai 0,04 mg.
 Jika pasien mengalami aritmia, maka perawatan gigi harus ditunda sampai
kondisi pasien stabil kembali dan tindakan dilakukan di
rumah sakit
Penyakit Kardiovaskuler
 Kelainan jantung coroner, kelainan katup jantung, hipertensi serta disritmia.
 Penghentian obat anti koagulan perlu didiskusikan kepada dokter ahli jantung.
Perawatan gigi yang invasive dapat mengakibatkan komplikasi berupa perdarahan.
Penghentian obat dapat berakibat fatal yaitu terjadinya tromboemboli.
 Komplikasi yang mungkin tejadi:
 Endocarditis : infeksi pada jantung akibat bakterimia pada saat perawatan gigi.
 Bakteri penyebabnya: Staphylococcus dan Enterococcus.
 Endocarditis dapat membahayakan jiwa pasien.
 Tanda-tanda endocarditis yaitu demam, menggigil, fatigue, malaise, sakit kepala,
keringat malam, nyeri otot dan sendi, murmur, berat badan turun, nafas pendek,
pembengkakan di lengan, kaki dan abdomen, serta terjadi hematuria.

 Pemeriksaan yang perlu dilakukan


Kultur darah, pemeriksaan C-reactive protein dan EKG.

Anda mungkin juga menyukai