Anda di halaman 1dari 86

Perawatan / Penanggulangan

Trauma secara Umum


OS 175
Perawatan/ Penanggulangan Trauma
Secara Umum
• Kondisi Saluran
Pernapasan
• Sumbatan Jalur Nafas
• Perdarahan
• Antibiotik
• Kontrol Nyeri
• Perawatan Pendukung
Kondisi Saluran Pernapasan
• Mempertahankan jalan napas
– Kontrol perdarahan dari mulut/hidung
– Membersihkan orofaring
• Kontrol lidah
– menahan lidah untuk tetap pada posisi anterior
– penjahitan menggunakan benang sutera tebal
pada ujung lidah
Sumbatan Jalan Napas

• Pembengkakan atau edema lidah atau faring


• Penatalaksanaan :
– Pemasangan alat bantu pernapasan
– Intubasi endotracheal
– Tracheostomi pada kasus tertentu
Perdarahan
• Lakukan penekanan untuk menghentikan
perdarahan rongga mulut
• Jika diperlukan, gunakan klem atau pengikatan
pembuluh darah yang terlibat
• Periksa golongan darah untuk keperluan
transfusi
Antibiotik
• Terapi antibiotik profilaksis diberikan
berdasarkan pada kondisi individu
• Diperuntukkan bagi :
– Pasien dengan resiko tinggi (fraktur terbuka)
– Pasien yang terkontaminasi
– Pasien dengan perawatan definitive yang harus
ditunda
Kontrol Nyeri

• Terapi untuk menghilangkan rasa sakit diberikan


seminimal mungkin
• Analgesik cenderung menimbulkan edema
serebral dan menyulitkan penentuan tingkat
kesadaran, pemberiannya ditunda sampai pasien
jelas mengalami cedera kranioserebral
• Awal : pemberian obat-obatan intravena atau
intramuscular
• Aplikasi dingin pada bagian yang mengalami
cedera dapat mengurangi ketidaknyamanan dan
mengontrol edema.
Perawatan Pendukung

• Di rumah sakit : pemberian cairan intravena


• Di rumah : pemberian cairan melalui mulut
• Pasien trauma orofasial harus berpuasa
selama menunggu pembedahan.
Perawatan segera
• Pemeriksaan awal
– ada tidaknya pergeseran segmen
– adanya dikontinuitas lengkung rahang dan terjadi
hambatan oklusi
– cedera pada jaringan lunak di atasnya misalnya
luka-luka atau hematom
Penatalaksanaan

• Menenangkan pasien dan memberi sedatif


sesuai
• Berikan anestesi lokal
• Gerakan segmen dengan jari dan periksa
hubungan oklusalnya (reduksi)
• Imobilisasi segmen degan arch bar atau splint
• Lakukan fiksasi maksilomandibular apabila
melibatkan segmen luas
• Teliti hubungan oklusi
• Resepkan obat untuk menghilangkan rasa
sakit, kadang-kadang diperlukan antibiotik
• Intruksikan pengaplikasian es pada bagian
yang fraktur, pemberian makanan lunak dan
cair, serta edukasi oral hygiene
• Jangan mencabut gigi pada segmen kecuali
bila ada kemungkinan terjadi avulsi atau
aspirasi
• Jangan melakukan prosedur di mana harus
membuka flap dan mengangkat periosteum
Fraktur Dentoalveolar
Definisi Traumatic Injury

Traumatic • injury yang bersifat fisik atau


emosional yang dihasilkan oleh
injury luka fisik, mental, atau shock

Traumatic • merupakan injury yang terjadi


dental pada mulut, termasuk gigi, bibir,
gusi, lidah, dan tulang rahang
injury
Fraktur dentoalveolar

• adalah fraktur pada tulang alveolar


Fraktur dengan gigi yang berhubungan
dentoalveolar • umum terjadi pada anak-anak,
remaja, dan dewasa

Etiologi dan • Setiap grup memiliki etiologi yang


berbeda tergantung dengan usia,
insidensi jenis kelamin, dan demografi
Etiologi dan insidensi

Anak-anak
• Etiologi utama  terjatuh
• Child abuse
• Puncak insidensi  usia 2- 4 tahun dan 8-10 tahun
• Presentase pada anak-anak dengan primary
dentition = 11 – 30%,
• Pada anak-anak dengan permanent atau mixed
dentition = 5 – 20%.
• Laki-laki : perempuan = 2 : 1
Etiologi dan insidensi

Remaja
• Penyebab umumnya  olahraga

Dewasa
• Penyebab  kecelakaan kendaraan bermotor,
olahraga, perkelahian, kecelakaan industrial,
dan kesalahan pengobatan medis atau dental
Insidensi
• Gigi yang paling sering terkena trauma  gigi
insisif rahang atas  dihubungkan dengan
klasifikasi maloklusi Kelas II Divisi 1

• Trauma pada gigi sulung  menyebabkan


luksasi (~75%)
• Trauma pada gigi permanen  terjadi fraktur
mahkota atau mahkota-akar (39%)
Klasifikasi Fraktur Dentoalveolar

Klasifikasi Klasifikasi
WHO Ellis
Klasifikasi WHO
• Klasifikasi ini dapat diaplikasikan pada gigi
permanen dan juga gigi sulung

• Termasuk kerusakan pada gigi, struktur yang


mendukungnya, serta gusi dan mukosa oral
Klasifikasi WHO
Kerusakan pada Kerusakan pada Kerusakan pada
Kerusakan pada
jaringan keras gigi jaringan gusi atau mukosa
tulang pendukung
dan pulpa periodontal oral
• Infraksi mahkota ( • Concussion • Pecahnya soket • Laserasi
Enamel Fractures) • Subluxation alveolar • Kontusio
• Uncomplicated • Luxation • Fraktur pada satu • Abrasi
crown fractures • Intrusive Luxation dinding dari soket
• Complicated alveolar
• Extrusive
crown fractures Luxation • Fraktur pada
• Uncomplicated prosesus alveolar
• Lateral Luxation
crown root • Fraktur yang
• Exarticulation
fractures melibatkan
atau avulsi
• Complicated mandibula atau
crown-root maksila
fractures
• Fraktur akar
Kerusakan pada jaringan keras gigi dan
pulpa
1) Infraksi mahkota ( Enamel
Fractures)
– Merupakan suatu fraktur
atau retakan yang terbatas
pada enamel, tanpa
hilangnya struktur gigi

Sumber : Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial


Surgery 2nd Ed, 2004
Kerusakan pada jaringan keras gigi dan
pulpa
2) Fraktur mahkota yang
tidak kompleks
(uncomplicated crown
fractures)
– Merupakan fraktur yang
mengenai enamel, atau
enamel dan dentin tanpa
melibatkan pulpa
Sumber : Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial
Surgery 2nd Ed, 2004
Kerusakan pada jaringan keras gigi dan
pulpa
3) Fraktur mahkota yang
kompleks (complicated
crown fractures)
– Merupakan fraktur
mahkota yang melibatkan
enamel, dentin dan pulpa

Sumber : Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial


Surgery 2nd Ed, 2004
Kerusakan pada jaringan keras gigi dan
pulpa
4) Fraktur mahkota-akar
yang tidak kompleks
(Uncomplicated crown
root fractures)
– Merupakan fraktur yang
mengenai enamel,
dentin, dan cementum
tanpa mengenai pulpa
Sumber : Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial
Surgery 2nd Ed, 2004
Kerusakan pada jaringan keras gigi dan
pulpa
5) Fraktur mahkota-akar
yang kompleks
(Complicated crown-root
fractures)
– Merupakan fraktur yang
mengenai enamel, dentin
dan sementum dengan
melibatkan jaringan pulpa
Sumber : Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial
Surgery 2nd Ed, 2004
Kerusakan pada jaringan keras gigi dan
pulpa
6) Fraktur akar (Root
Fractures)
– Merupakan fraktur pada akar
saja yang mengenai dentin
dan cementum dan
melibatkan jaringan pulpa

Sumber : Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial


Surgery 2nd Ed, 2004
Kerusakan pada jaringan periodontal
1) Concussion
– Merupakan kerusakan pada
periodontium yang
menyebabkan sensitivitas
pada perkusi tanpa
kegoyangan atau perubahan
posisi dari gigi

Sumber : Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial


Surgery 2nd Ed, 2004
Kerusakan pada jaringan periodontal
2) Subluxation
– Merupakan kegoyangan
gigi tanpa disertai
perubahan posisi gigi
akibat trauma pada
jaringan pendukung gigi

Sumber : Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial


Surgery 2nd Ed, 2004
Kerusakan pada jaringan periodontal
3) Luxation
– Merupakan dislokasi atau partial avulse, dimana
gigi berpindah tempat
– Luksasi ini terdiri atas intrusi, ekstrusi, dan lateral
luksasi
Kerusakan pada jaringan periodontal
• Intrusive Luxation
– Merupakan pergerakan gigi
ke dalam tulang alveolar,
dimana dapat menyebabkan
fraktur atau kerusakan pada
soket alveolar

Sumber :
http://www.andersonendo.com/traumatic-
dental-injuries
Kerusakan pada jaringan periodontal
• Extrusive Luxation
– Merupakan pergerakan parsial dari gigi yang
keluar dari soketnya pada arah coronal atau
incisal

Sumber : http://kravitzorthodontics
Kerusakan pada jaringan periodontal
• Lateral Luxation
– Merupakan perpindahan gigi ke banyak arah
(paling sering ke arah lingual)
– Luksasi ini biasanya melibatkan soket tulang
alveolar

Sumber : http://kravitzorthodontics
Kerusakan pada jaringan periodontal
4) Exarticulation atau avulsi
– Merupakan pergerakan
seluruh gigi ke luar dari
soket

Sumber : Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial


Surgery 2nd Ed, 2004
Kerusakan pada tulang pendukung
1) Pecahnya soket alveolar, biasanya terjadi
bersamaan dengan intrusive luxation atau
lateral luxation
2) Fraktur pada satu dinding dari soket alveolar

Sumber : Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial


Surgery 2nd Ed, 2004
Kerusakan pada tulang pendukung
3) Fraktur pada prosesus alveolar

Sumber : Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial


Surgery 2nd Ed, 2004

4) Fraktur yang melibatkan mandibula atau maksila


Kerusakan pada gusi atau mukosa oral
1) Laserasi
– Laserasi merupakan
suatu luka terbuka pada
jaringan lunak yang
disebabkan oleh benda
tajam seperti pisau atau
pecahan luka
Kerusakan pada gusi atau mukosa oral
2) Kontusio
– Kontusio yaitu luka memar
yang biasanya disebabkan
oleh pukulan benda tumpul
dan menyebabkan terjadinya
perdarahan pada daerah
submukosa tanpa disertai
sobeknya daerah mukosa
Kerusakan pada gusi atau mukosa oral
3) Abrasi
– Luka abrasi, yaitu luka
pada daerah superfisial
yang disebabkan karena
gesekan atau goresan
suatu benda, sehingga
terdapat permukaan yang
berdarah atau lecet
Klasifikasi Ellis
• Klas I : Fraktur mahkota sederhana yang hanya
melibatkan jaringan email.
• Klas II : Fraktur mahkota yang lebih luas yang telah
melibatkan jaringan dentin tetapi belum melibatkan
pulpa.
• Klas III : Fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan
dentin dan pulpa.
• Klas IV : Trauma pada gigi yang menyebabkan gigi
menjadi non vital dengan atau tanpa kehilangan
struktur mahkota.
• Klas V : Trauma pada gigi yang menyebabkan
kehilangan gigi atau avulsi.
Klasifikasi Ellis
• Klas VI : Fraktur akar dengan atau tanpa hilangnya
struktur mahkota
• Klas VII : Perubahan posisi atau displacement gigi.
• Klas VIII : Kerusakan gigi akibat trauma pada gigi
yang menyebabkan fraktur mahkota yang besar
tetapi gigi tetap pada tempatnya dan akar tidak
mengalami perubahan
• Klas IX : Kerusakan gigi akibat trauma atau
benturan pada gigi sulung
Tanda – tanda klinis

• Adanya kegoyangan dan pergeseran beberapa gigi


dalam satu segmen
• Laserasi pada gingiva dan vermilion bibir
• Adanya pembengkakan atau luka pada dagu
• Adanya luka pada gingiva dan hematom di atasnya
• Adanya nyeri tekan pada daerah garis fraktur.

Untuk menegakkan diagnosa diperlukan pemeriksaan


klinis yang teliti dan pemeriksaan Radiografi .
Perawatan fraktur Mahkota dan
Akar
Perawatan Fraktur Mahkota

• Fraktur Email
• Fraktur Makhota dengan Pulpa Masih
Tertutup
• Fraktur Mahkota dengan Pulpa Terbuka
• Fraktur Mahkota dengan pulpa nekrotik dan
terbuka
Fraktur Email
• Haluskan bagian email yang kasar akibat
fraktur
• Memperbaiki struktur gigi
• Kontrol sensitivitas
Fraktur Makhota dengan Pulpa Masih
Tertutup

• Menggunakan material komposit untuk


mengembalikan struktur gigi
• Menempelkan kembali fragmen fraktur pada
jaringan gigi yang telah dilakukan etsa asam
dengan bonding agent
Fraktur Mahkota dengan Pulpa Terbuka

• Gigi dengan apeks yang masih terbuka


– Pulpotomi dangkal dengan formokresol
– Pulpcaping
• Gigi dengan apeks yang sudah menutup
sempurna
– Pulpektomi
– Perawatan saluran akar
Fraktur Mahkota dengan pulpa nekrotik dan
terbuka

• Perawatan seperti abses alveolar akut


• Jika terjadi drainease maka biarkan terbuka dan
pasien diminta datang 5-7 hari kemudian
• pada kunjungan berikutnya, dilakukan
pembersihan saluran akar
• Kemudian dikeringkan dengan kertas isap steril
• Pasta campuran CaOH dan CMCP diletakkan di
saluran akar
• Penutupan kavitas dengan semen ZnOe dan Zn
oksifosfat.
• Pasien diminta datang 6 bulan kemudian untuk
pemeriksaan klinis dan radiografik.
Fraktur Akar
Fraktur 1/3 servk • Anestesi lokal
• Lepaskan segmen korona
dg pulpa • Ginggivektomi dan alveoplasti
nekrotik • Perawatan saluran akar -> mahkota pasak

Fraktur 1/3 • Stabilisasi fragmen fraktur


tengah • Implan endosseous

• Stabilisasi kedua fragmen


Fraktur 1/3
• Preparasi fragmen corona, isi gutap,
apeks fragmen apek biarkan ->vital
Fraktur mahkota-akar
Perawatan darurat
stabilisasi fragmen corona dg etsa/resin splin

1. Removal dr fragmen coronal dan restorasi


supraginggival
2. Surgical exposure pada permukaan fraktur
3. Ekstruksi ortodonti dr fragmen apical
AVULSI GIGI DAN
PERAWATANNYA/REPLANTASI
Avulsi
• gigi yang terlepas dari soketnya
• Biasanya terjadi pada anak usia 8-12 thn
• Penyebab khas biasanya krn kecelakaan
bersepeda, bermain skateboard dan olahraga lain
• Prinsip: tindakan mengembalikan gigi ke dalam
soketnya semula
• Replantasi: Tindakan mengembalikan gigi yang
lepas dari soket, baik karena sengaja atau
kecelakaan
Tahap Pertolongan Awal pada Avulsi

Pegang mahkota gigi,


meletakkan gumpalan jangan akar nya karena Cuci gigi dengan kucuran
kapas pada luka , mulut dapat merusak sel-sel air bersih tetapi jangan di
pasien ditutup untuk menempelkan gigi gosok.
ke tulang

Masukan gigi pada mulut


hubungi dokter gigi
antara pipi dan gusi agar
terdekat untuk dilakukan
tetap lembab atau
penanaman kembali
bungkus dengan kasa
(replanted) dan splinting
bersih, masukan ke dalam
(fiksasi gigi).
wadah berisi susu.
Replantasi
• Golden period pengembalian gigi pd tempatnya tdk
lebih dari 2 jam sesudah cedera

• Bila lebih dari 2 jam, dpt terjadi resorbsi akar, gigi jadi
non-vital sehingga perlu dilakukan perawatan
endodontik setelah difiksasi

• Bila tdk segera dirawat, dpt menimbulkan dampak


negatif  gangguan fungsi, estetis, dan psikologi
Replantasi
• Selama gigi terlepas, gigi harus selalu berada
dalam keadaan yang lembab
• Sebaiknya gigi diletakkan pada suatu media untuk
menyimpan gigi dan dibawa ke tempat praktek
drg
• Media yang dapat digunakan :
– Hank’s Balanced Salt Solution (HBSS) atau biasa
disebut “save a tooth”
– Saliva
– Susu
– Air
Syarat Replantasi

Replantasi hrs
seminimum Gigi harus dalam Tidak terdapat
mungkin setelah keadaan bersih karies yang luas
cedera

Tulang alveolar tdk


Ligamen
hancur agar dpt
periodontal tidak
menopang gigi yg
tergores
akan direplantasi
Splinting
• Prosedur penting yang dilakukan setelah
tahap replantasi untuk stabilisasi

• Suatu alat yg digunakan untuk mendukung,


melindungi & menstabilisasi gigi serta
memberikan perlekatan pd saat proses
regenerasi serat-serat ligamen periodontal
Syarat Splinting
• Pasif, tidak menyebabkan
trauma • Nyaman dan mudah

• Fleksibel dibersihkan, sehingga oral

• Memungkinkan higiene tetap terjaga


pemeriksaan tes vitalitas •Dpt dilakukan sesegera mungkin
dan akses endodontik pd •Tidak boleh menyebabkan
gigi yang avulsi pergeseran terhadap gingival
• Mudah digunakan dan • Memperhatikan nilai estetik
dilepaskan
• Harus adekuat
Gigi insisif Cara Pemasangan
sentral kiri atas mengembalikan splint pada gigi
mengalami gigi ke dalam yang sudah
avulsi soket, dengan direplantasi
perlahan
ALAT RESTORASI SEMI TETAP
• Harus protektif, rapat, dan bagus estetik serta
fungsinya.
• Prinsip dan Konsep :
– Mempertahankan struktur gigi
– Retensi
– Proteksi sisa struktur gigi
Fraktur Enamel
• Tidak memerlukan perawatan segera
• Menghaluskan sisa-sisa fraktur yang tajam
dengan bahan restorasi dengan tujuan estetik
seperti komposit resin
• Pada kasus dengan nekrosis pulpa, dibutuhkan
terapi endodontic.
Fraktur Enamel

Menghaluskan permukaan kasar pada sisa-sisa fraktur dengan mata


bor merupakan salah satu tindakan yang cukup untuk menangani
fraktur enamel. Untuk penanganan lebih lanjut, dapat digunakan
komposit resin dan veneer porselen.
Fraktur pada Dentin
• Penutupan dentin yang terbuka dengan GIC.
• Pelekatan kembali fragmen yang lepas dengan
material bonding.
• Manipulasi struktur anatomis awal dengan
komposit atau restorasi porselen
Pulp Exposure

Pulp Partial pulp


capping amputation

Pulp
extirpation
Pulp Capping
• Tujuan melindungi pulpa.
• Kalsium hidroksida diaplikasikan pertama kali
untuk melindungi jaringan pulpa yang
terekspos kemudian baru dapat diaplikasikan
material tambalan yang sesuai.
Pulp Capping

Kiri: Penutupan dengan Kalsium hidroksida


Kanan : Perlekatan kembali fragmen mahkota yang mengalami
fraktur.
Partial Pulp Amputation/Pulpotomy
• Pulpa yang terekspos diperluas dengan
menggunakan mata bor bundar yang tajam
sampai ke kedalaman 2-3 mm.
• Kemudian ditutup dengan kalsium hidroksida
pd kanal akar, kemudian dgn bahan tambal
yang sesuai.
Partial Pulp Amputation/Pulpotomy
Pulp Extirpation
• Mengangkat semua jaringan
pulpa yg nekrotik.

• Aplikasi desinfektan pd saluran


akar penting sbg upaya
preventif sblm diaplikasikannya
bhn tambalan saluran akar &
restorasi gigi.
PENANGGULANGAN GIGI SULUNG
YANG TERKENA TRAUMA
Trauma Pertolongan Pertama Perawatan pada Praktek

Dokter Gigi
Avulsi Tidak dianjurkan
melakukan reimplantasi
Tooth displacement  Menempatkan kain yang  Ekstraksi, mencegah
(luxation, lateral basah dan dingin pada kerusakan saat
displacement, extrusion) mulut. pertumbuhan gigi
 Mengurangi rasa sakit permanen
diberikan Tymol  Splint  mengembalikan
gigi pada posisi normal
menggunakan GIC
modifikasi resin.
Fraktur Gigi (infraction, Berkumur dengan air direct pulp capping,
Ellis Klas I, Klas II atau III) hangat, dikompres dengan cervical-depth pulpotomy,
kain yang dingin atau es pulpectomy, atau
extraction.
Trauma Pertolongan Pertama Perawatan pada Praktek

Dokter Gigi
Tooth pushed up (dental Berkumur dengan air  Tidak terjadi kecelakaan
intrusion) dingin dan letakkan batu es pada benih gigi
di bawah bibir dan mulut permanennya Biarkan
untuk mengurangi bengkak gigi sulung tersebut erupsi
(2-3 bulan)
 Ektraksi  gigi
mengalami intrusi terlalu
dalam hingga mengenai
gigi permanen

Tooth was hit =  Pemeriksaan radiografi


(subluxation, dental  Pasien diinstruksikan
concussion) makan makanan yang
lembut
Trauma Pertolongan Pertama Perawatan pada Praktek

Dokter Gigi
Root fracture (apical, mid- Berkumur dengan air  Sembuh sendiri jika tidak
root, cervical) dingin dan letakkan batu es ada abses
di bawah bibir dan mulut  Ekstraksi jika ada abses
dan mobilitas gigi tinggi
Dental bone fracture =  Anti inflamasi (mortri),
(alveolar process fracture) analgetik(Tylenol 3), dan
antibiotik (Penicillin) 
lukalisasi parah
 Splint 
MACAM-MACAM ALAT STABILISASI
UNTUK FRAKTUR DENTOALVEOLAR
• Splinting yaitu menstabilkan satu gigi atau lebih
dengan menyelipkan kawat, band, atau splint tuang
dari logam atau plastik ke gigi sebelah yang masih
kuat

• Tujuan : melindungi perlekatan agar memungkinkan


adanya perbaikan atau regenerasi serat periodontal
Rigiditas dari Splint

Flexible dan • untuk pulpa dan periodontal healing


semi-rigid • Lebih mobility

• cervical root fracture dan replantasi gigi


Rigid • Kurang dari mobilitas
Tipe Splinting
a. Suture splint

b. Arch bar

c. Orthodontic appliance

d. Composite

e. wire-composite

f. Resin

g. Metal splint
Suture splint
• Fiksasi sementara, hanya beberapa hari.

• Jahitan dilewatkan dari jaringan labial ke jaringan


lingual dengan benang melintasi tepi insisal, sehingga
mencegah gigi bergerak dari soketnya
Arch Bar/Cap Splint
• Rigid splint
• menyebabkan kerusakan pada gigi
dikarenakan reposisi tidak akurat
• Resiko invasi bakteri
Orthodontic Appliance
• Dapat mengakibatkan iritasi pada mukosa
oral, gangguan pada oral hygiene dan
ketidaknyamanan
Composite
• Untuk fraktur pada daerah interdental
• Fragile dan bersifat rigid
• dianjurkan untuk splint pada gigi luxasi
dengan hanya satu gigi yang berdekatan.
Wire-composite Splint
• bersifat fleksible
• mudah dimodifikasi menjadi splint yang kaku
• Tidak menimbulkan iritasi pd mukosa oral
Resin
• Penempatan splint resin penuh pada
permukaan gigi
• Secara estetik dan hygiene dapat diterima
Metal Splint
• Terbuat dari titanium
• Adaptasi baik
• Mempertahankan mobilitas fisiologis gigi

Anda mungkin juga menyukai