Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

Intrusi Gigi Insisivus 1 Kiri Atas dan Avulsi Gini Insisivus 2 Kiri Atas
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mengikuti ujian di SMF
Gigi dan Mulut Rumah Sakit Umum Jayapura

Oleh:
Ratna C. S Dewi
Grace I.J Samosir

PEMBIMBING:
drg. Meiske, Sp.BM

SMF GIGI DAN MULUT


RUMAH SAKIT UMUM JAYAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA-PAPUA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

Secara umum trauma adalah sebuah luka atau jejas baik fisik maupun
psikis dengan kata lain di sebut injury atau wound yang berarti kerusakan atau
luka yang biasanya disebabkan oleh tindakan-tindakan fisik dengan terputusnya
kontinuitas normal suatu struktur. Trauma gigi adalah kerusakan jaringan keras
gigi dan atau periodontal karena sebab mekanis. Trauma gigi anterior merupakan
kerusakan jaringan keras gigi dan atau periodontal karena kontak yang keras
dengan benda yang tidak terduga pada gigi anterior baik pada rahang atas maupun
rahan bawah atau keduanya. Gigi geligi yang tersusun rapi akan mempermudah
rahang bawah beroklusi dengan rahang atas, namun adakalannya posisi gigi dalam
keadaan tersusun kurang baik. Beberapa penelitian menunjukkan adanya pengaruh
stabilitas dan kegoyangan gigi terhadap penyembuhan jaringan periodontal setelah
pembedahan flap. Penelitian klinis menunjukkan bahwa penyembuhan setelah
perawatan penyakit periodontal berupa pembentukan dan maturasi jaringan lebih
baik pada gigi yang tidak mengalami kegoyangan dibandingkan dengan gigi yang
goyang. Gigi goyang cenderung memiliki prognosis yang lebih buruk dan respon
yang kurang baik terhadap terapi periodontal. Splinting diharapkan dapat
membantu peningkatan perlekatan jaringan periodontal pada kasus-kasus
periodontitis dan kasus truma. Selama pembedahan, splin membantu
mengimobilisasi dan melindungi gigi goyang agar memudahkan perawatan
selama dilakukan tindakan skeling, kuretase, bedah, gingivektomi, dan lain-lain,
sehingga membantu penyembuhan. Penyembuhan jaringan dapat terjadi dan
progresivitas serta prognosis perawatan dapat dievaluasi dengan lebih baik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Trauma Gigi


Isidensi truma gigi desidui dan gigi permanen di Indonesia, meskipun
belum ada catatan resmi diduga cukup tinggi. Kebanyakan kasus belum
mendapat perawatan semestinya. Di Negara lain, misalnya Sewdia tercatat
28 dari 1000 anak yang mengalami truma gigi tiap tahunnya dan hampir dua
kali lipat terjadi pada anak laki-laki dibandingkan pada anak perempuan.
Sekitar 0,5-0,6% trauma pada gigi permanen dan 7-13% pada gigi susu
berakibat lepasnya gigi dari soket atau avulse dan kerusakan meluas pada
ligament periodontal dan sementum. Tingkat kerusakan jaringan
perodontium saat avulse dan pemeliharaan viabilitas sel-sel ligament
periodontal pada permukaan akar gigi yang masih hidup sangt menentukan
keberhasilan replantasi gigi avulse. Lamanya gigi berada diluar soket dan
kondisi penyimpanan sangat berpengaruh terhadap sel-sel ligament
periodontal agar tetap viatal. Replantasi atau rekonstruksi gigi bertujuan
untuk mengembalikan fungsi normal gigi serta mencegah terjadinya
ankilosis dan reabsorbsi akar. Replantasi dilakukan segera yang dilakukan
menjanjikan penyembuhan dan reformasi ligament periodontal sampao
90%.6
Trauma pada gigi anterior merupakan kerusakan jaringan keras gigi dan
atau periodontal karena kontak yang keras dengan suatu benda yang tidak
terduga sebelumnya pada gigi anterior baik pada rahang atas maupun rahang
bawah atau kedua-duanya. Para ahli mengklasifikasikan berbagai macam
kelainan akibat trauma gigi anterior. Klasifikasu trauma gigi yang telah
diterima secara luas adalah klasifikasi menurut Ellis dan Davey (1970) dan
klasifikasi yang direkomendasikan dari WHO dalam Application of
Internationak Classification of Diseases to Dentistry and Stomatology.1
2.1.1 Klasifikasi Truma Gigi
Para ahli mengklasifikasikan berbagai macam kelainan akibat
trauma gigi anterior. Klasifikasi trauma gigi yang telah diterima secara
luas adalah klasifikasi menurut Ellis dan Davey (1970) dan klasifikasi
yang direkomendasikan dari World Health Organization (WHO)dalam
Application of International Classification of Diseases to Dentistry and
Stomatology.2 Ellis dan Davey menyusun klasifikasi trauma pada gigi
anterior menurut banyaknya struktur gigi yang terlibat, yaitu :2
- Kelas 1 : Fraktur mahkota sederhana yang hanya melibatkan jaringan
email.
- Kelas 2 : Fraktur mahkota yang lebih luas yang telah melibatkan
jaringan dentin tetapi belum melibatkan pulpa.
- Kelas 3 : Fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan dentin dan
menyebabkan terbukanya pulpa.
- Kelas 4 : Trauma pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi non vital
dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota.
- Kelas 5 : Trauma pada gigi yang menyebabkan kehilangan gigi atau
avulsi.
- Kelas 6 : Fraktur akar dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota.
- Kelas 7 : Perubahan posisi atau displacement gigi.
- Kelas 8 : Kerusakan gigi akibat trauma atau benturan pada gigi sulung.
Klasifikasi yang direkomendasikan dari World Health Organization
(WHO) dalam Application of International Classification of Diseases to
Dentistry and Stomatology diterapkan baik gigi sulung dan gigi tetap, yang
meliputi jaringan keras gigi, jaringan pendukung gigi dan jaringan lunak
rongga mulut yaitu sebagai berikut :2
Kerusakan pada jaringan keras gigi dan pulpa
1) Retak mahkota (enamel infraction), yaitu suatu fraktur yang tidak
sempurna pada email tanpa kehilangan struktur gigi dalam arah
horizontal atau vertikal.
2) Fraktur email yang tidak kompleks (uncomplicated crown
fracture), yaitu fraktur email yang tidak kompleks (uncomplicated
crown fracture) yaitu suatu fraktur yang hanya mengenai lapisan
email saja.
3) Fraktur email-dentin (uncomplicated crown fracture), yaitu fraktur
pada mahkota gigi yang hanya mengenai email dan dentin saja
tanpa melibatkan pulpa.
4) Fraktur mahkota yang kompleks (complicated crown fracture),
yaitu fraktur yang mengenai email, dentin, dan pulpa.
Kerusakan pada jaringan keras gigi, pulpa, dan tulang alveolar
1) Fraktur mahkota-akar, yaitu suatu fraktur yang mengenai email,
dentin, dan sementum. Fraktur mahkota akar yang melibatkan
jaringan pulpa disebut fraktur mahkota-akar yang kompleks
(complicated crown-root fracture) dan fraktur mahkota-akar yang
tidak melibatkan jaringan pulpa disebut fraktur mahkota-akar yang
tidak kompleks (uncomplicated crown-root fracture).
2) Fraktur akar, yaitu fraktur yang mengenai dentin, sementum, dan
pulpa tanpa melibatkan lapisan email.
3) Fraktur dinding soket gigi, yaitu fraktur tulang alveolar yang
melibatkan dinding soket labial atau lingual, dibatasi oleh bagian
fasial atau lingual dari dinding soket.
4) Fraktur prosesus alveolaris, yaitu fraktur yang mengenai prosesus
alveolaris dengan atau tanpa melibatkan soket alveolar gigi.
5) Fraktur korpus mandibula atau maksila, yaitu fraktur pada korpus
mandibula atau maksila yang melibatkan prosesus alveolaris,
dengan atau tanpa melibatkan soket gigi.
Kerusakan pada jaringan periodontal
1) Concusion, yaitu trauma yang mengenai jaringan pendukung gigi
yang menyebabkan gigi lebih sensitif terhadap tekanan dan perkusi
tanpa adanya kegoyangan atau perubahan posisi gigi.
2) Subluxation, yaitu kegoyangan gigi tanpa disertai perubahan posisi
gigi akibat trauma pada jaringan pendukung gigi.
3) Luksasi ekstrusi (partial displacement), yaitu pelepasan sebagian
gigi ke luar dari soketnya. Ekstrusi menyebabkan mahkota gigi
terlihat lebih panjang.
4) Luksasi, merupakan perubahan letak gigi yang terjadi karena
pergerakan gigi ke arah labial, palatal maupun lateral, hal ini
menyebabkan kerusakan atau fraktur pada soket alveolar gigi
tersebut. Trauma gigi yang menyebabkan luksasi lateral
menyebabkan mahkota bergerak ke arah palatal
5) Luksasi intrusi, yaitu pergerakan gigi ke dalam tulang alveolar,
dimana dapat menyebabkan kerusakan atau fraktur soket alveolar.
Luksasi intrusi menyebabkan mahkota gigi terlihat lebih pendek.
6) Laserasi (hilang atau ekstrartikulasi) yaitu pergerakan seluruh gigi
ke luar dari soket

Gambar 1. Presentasi Kejadian Fraktur


Kerusakan pada gusi atau jaringan lunak rongga mulut
1) Laserasi merupakan suatu luka terbuka pada jaringan lunak yang
disebabkan oleh benda tajam seperti pisau atau pecahan luka. Luka
terbuka tersebut berupa robeknya jaringan epitel dan subepitel.
2) Kontusio yaitu luka memar yang biasanya disebabkan oleh pukulan
benda tumpul dan menyebabkan terjadinya perdarahan pada daerah
submukosa tanpa disertai sobeknya daerah mukosa.
3) Luka abrasi, yaitu luka pada daerah superfisial yang disebabkan
karena gesekan atau goresan suatu benda, sehingga terdapat
permukaan yang berdarah atau lecet.

Trauma pada gigi sulung dapat menyebabkan beberapa kelainan pada


gigi tetap, antara lain hipoplasia email, hipokalsifikasi, dan dilaserasi.
Beberapa reaksi yang terjadi pada jaringan pulpa setelah gigi mengalami
trauma adalah hiperemi pulpa, diskolorisasi, resorbsi internal, resorpsi
eksternal, metamorfosis kalsifikasi pulpa gigi, dan nekrosis pulpa
2.2 Avulsi Gigi
Avulsi merupakan keadaan trauma gigi ketika gigi terlepas dari
tempatnya (soketnya) secara utuh dan menghasilkan luka kompleks, serta
mempengaruhi beberapa jaringan pendukung gigi. Avulsi juga diartikan
sebagai gigi yang sama sekali keluar dari soket alveolarnya. Kecelakaan
dapat menyebabkan luka traumatik pada wajah dan gigi dengan disertai
pendarahan, pembengkakan dan laserasi pada jaringan serta terjadinya
fraktur dinding soket alveolar dan luka pada bibir.1,3,2
Gambar 2.
Gigi anterior atas (Insisivus sentralis kiri rahang atas) yang
mengalami avulsi

2.2.1 Etiologi Avulsi


Faktor etiologi yang utama yang menyebabkan terjadinya avulsi
adalah karena terjadinya kecelakaan lalu lintas, luka karena peralatan
dalam industri atau pertanian, dan pada pasien dengan luka tembak ringan.
Penyebab trauma gigi pada anak-anak yang paling sering adalah karena
jatuh saat bermain, baik di luar maupun di dalam rumah dan saat
berolahraga. Trauma gigi anterior dapat terjadi secara langsung dan tidak
langsung, trauma gigi secara langsung terjadi ketika benda keras langsung
mengenai gigi, sedangkan trauma gigi secara tidak langsung terjadi ketika
benturan yang mengenai dagu menyebabkan gigi rahang bawah
membentur gigi rahang atas dengan kekuatan atau tekanan besar dan tiba-
tiba.
Menurut suatu penelitian prevalensi tertinggi trauma gigi anterior
pada anak-anak terjadi antara usia 13 tahun karena pada usia tersebut, anak
mempunyai kebebasan serta ruang gerak yang cukup luas sehingga sering
terjatuh dari tempat tidur, kereta dorong, atau kursi yang tinggi. Beberapa
penyebab trauma yang paling sering terjadi pada periode dewasa karena
adanya peningkatan aktifitas fisik mereka. Beberapa penyebab trauma
yang paling sering terjadi adalah kecelakaan di tempat bermain, bersepeda,
sepak bola, kecelakaan lalu lintas, lomba lari dan bermain sepatu roda.2

2.2.2 PENATALAKSAAN
Pertolongan pertama dilakukan untuk semua luka pada wajah dan
mulut.Jaringan lunak harus dirawat dengan baik. Pembersihan luka dengan
baik merupakan tolak ukur pertolongan pertama. Pembersihan dan irigasi
yang perlahan dengan saline akan membantu mengurangi jumlah jaringan
yang mati dan resiko adanya keadaan anerobik. Antiseptik permukaan juga
digunakan untuk mengurangi jumlah bakteri, khususnya stafilokokus dan
streptokokus patogen pada kulit atau mukosa daerah luka.
Pertolongan pertama untuk gigi avulsi adalah
1) Gigi dicuci dengan air dingin yang mengalir (10 detik)

Gambar 3. Gigi dicuci dengan air dingin yang mengalir


2) Gigi jangan disentuh
3) Gigi diletakkan kembali kedalam soketnya menggunakan jari dengan
yang tekanan ringan.
Gambar 4. Gigi di letakkan ke dalam soket

4) Gigi dipertahankan (atau pasien yang menahan) pada posisinya

Gambar 5. Gigi di pertahankan pada posisinya

5) Mencari perawatan dokter gigi dengan segera


Cara terbaik untuk merawat gigi avulsi adalah dengan
memasukkan kembali ke dalam soketnya (replantasi) sesegera
mungkin. Ketika terjadi kejadian avulsi pasien sebaiknya disuruh
membungkus gigi dengan kain atau tisu yang bersih dan basah serta
datang ke praktek untuk perawatan segera.Pengamatan membuktikan
bahwa makin singkat waktu waktu gigi berada diluar mulut, makin
besar kemungkinan keberhasilan replantasi.4,3
Pada gigi matang yang mengalami avulsi, bila direplantasi, tidak dapat
diharapkan terbentuknya kembali vaskularisasi suplai darah ke
pulpa.Vaskularisasi kembali dapat terjadi pada gigi dengan apeks yang masih
terbuka lebar, walaupun hal ini tidak dipastikan. Gigi ini harus dimonitor secara
radiografi selama beberapa waktu untuk melihat terjadinya nekrosis pulpa. Pada
gigi dewasa yang direplantasi, perawatan saluran akar merupakan indikasi yang
harus dilakukan kira-kira 1-2 minggu setelah replantasi4 Dalam melakukan
perawatan saluran akar pada gigi yang mengalami avulsi perlu dilakukan
pertimbangan seperti:2
a. Perawatan saluran akar dapat dilakukan setelah 7-10 hari kemudian atau
setelah splint dilepas
b. Saluran akar diisi pasta kalsium hidroksida untuk sementara
c. Pada gigi dengan foramen apikal yang masih terbuka kemungkinan akan
terjadi revaskularisasi pada pulpa sehingga perawatan saluran akar
hendaknya ditangguhkan
d. Apabila pada foto rontgen terlihat tanda-tanda nekrosis pulpa dan adanya
gambran radiolusen daerah apikal dengan atau tanpa disertai resorpsi akar
eksternal maka perwatan saluran akar harus segera dilakukan.
e. Pada gigi dengan apeks belum tertutup dianjurkan untuk dilakukan foto
rontgen setiap 2 minggu sekali sampai terlihat pulpa tidak sampai terlihat
pulpa tidak nekrosis dan penutupan apeks terjadi.

Perhatian utama perawatan awal gigi avulsi adalah untuk mempertahankan


vitalitas jaringan ligamen periodontal pada permukaan akar. Semakin lama gigi
berada di luar mulut, semakin kecil kemungkinan sel-sel jaringan ligament
periodontal untuk dapat bertahan hidup. Hal ini terjadi karena gigi tersebut
menjadi kering sehingga banyak sel-sel ligamen periodontal yang mati. Stabilitas
sel-sel ligamen periodontal perlu dijaga. Media penyimpanan merupakan media
tempat gigi avulsi disimpan, bila perawatan replantasi gigi tidak dapat dilakukan
segera setelah terjadinya trauma. Tujuan penempatan gigi avulsi pada media
penyimpanan ini dapat memelihara ligamen periodontal pada waktu terbatas
sebelum replantasi gigi Perhatian utama perawatan awal gigi avulsi adalah untuk
mempertahankan vitalitas jaringan ligamen periodontal pada permukaan akar.
Semakin lama gigi berada di luar mulut, semakin kecil kemungkinan sel-sel
jaringan ligament periodontal untuk dapat bertahan hidup. Hal ini terjadi karena
gigi tersebut menjadi kering sehingga banyak sel-sel ligamen periodontal yang
mati. Stabilitas sel-sel ligamen periodontal perlu dijaga.
Media penyimpanan merupakan media tempat gigi avulsi disimpan, bila
perawatan replantasi gigi tidak dapat dilakukan segera setelah terjadinya trauma.
Tujuan penempatan gigi avulsi pada media penyimpanan ini dapat memelihara
ligamen periodontal pada waktu terbatas sebelum replantasi gigi.
Ada beberapa jenis media penyimpanan gigi avulsi, berdasarkan yang paling
baik digunakan adalah larutan garam isotonik, susu, saliva, dan air kelapa (cocos
nucifera).5.6
1) Hanks balanced salt solution
Hanks balanced salt solution (HBSS) merupakan larutan salin standar,
yang biasanya digunakan dalam penelitian biomedis untuk mendukung
pertumbuhan berbagai sel. HBSS bersifat biocompatible dengan sel-sel
ligamen periodontal karena mempunyai osmolalitas yang ideal yaitu 270
sampai 320 mOsm, PH yang seimbang. HBSS mengandung berbagai nutrient
yang penting, seperti kalsium, fosfat, kalium dan glukosa yang diperlukan
untuk mempertahankan metabolisme sel yang normal untuk waktu lama.
Penelitian telah membuktikan bahwa media penyimpanan yang terbaik
untuk gigi yang avulsi adalah media kultur sel seperti HBSS karena dapat
menjaga sel-sel ligamen periodontal tetap hidup dalam 24 jam dibandingkan
dengan saliva dan susu. Namun, HBSS hanya dapat diperoleh di apotik, toko-
toko obat dan farmasi, biasanya tersedia dengan nama dagang yang disebut
save-a-Tooth. Larutan ini tidak membutuhkan pendinginan dan tersedia
dalam sebuah wadah yang steril.
Gambar 6. Media penyimpanan save-a-tooth
2) Saline fisiologis
Saline fisiologis merupakan larutan yang mengandung 0,9% NaCl
yang dapat digunakan sebagai media penyimpanan gigi avulsi. Penelitian
menunjukan saline fisiologis lebih baik digunakan sebagai media
penyimpanan daripada air atau saliva, apabila gigi harus disimpan untuk
waktu lebih dari 30 menit sebelum replantasi.Penyimpanan pada saline
fisiologis tidak menyebabkan pembengkakan struktur sel. Namun
kebutuhan metabolit dan glukosa untuk mempertahankan metabolisme sel
yang normal tidak dapat terpenuhi oleh saline. Penggunaan larutan saline
sebagai media penyimpanan gigi avulsi tidak direkomendasikan apabila
gigi harus disimpan selama lebih dari satu atau dua jam. Hal ini
disebabkan karena kebutuhan sel untuk mempertahankan metabolisme
tidak terpenuhi.
3) Susu
Penelitian laboratorium pada tahun 2005 menunjukan bahwa susu
merupakan suatu media optimal untuk menyimpan gigi avulsi. Hal ini
didukung kuat oleh suatu penelitian terhadap transport organ dan sel yang
disimpan di dalam susu dengan temperature 39 F. Keuntungan lain adalah
susu mudah didapat sehingga gigi dapat segera ditempatkan di media susu.
Tekanan osmolalitas gigi dapat mempertahanan vitalitas sel ligament
periodontal dibandingkan saliva, saline dan air. Susu mempunyai
kemampuan mendukung kapasitas klonogenik sel-sel ligamen periodontal
pada suhu ruang sampai 60 menit. Pada temperature yang lebih rendah,
susu dapat mengurangi pembengkakan sel, meningkatkan viabilitas sel dan
perbaikan penyembuhan sel. Hal ini didukung oleh penelitian fisiologi sel
yang menunjukkan efek perlindungan susu terhadap sel-sel ligamen
periodontal yang disimpan di media penyimpanan pada temperature
rendah. Kemampuan susu temperatur rendah untuk mendukung
klonogenik sel ligamen periodontal pada gigi avulsi lebih lama 45 menit
dibandingkan dengan media penyimpanan susu pada temperatur ruang
yang melindungi viabilitas sel selama 60 menit.
4) Air
Air mengandung bermacam-macam mineral, seperti sodium,
klorid, kalsium, magnesium, potassium, fluorin besi, dan kloramin (pH
7,5), dengan konsentrasi yang bervariasi antara satu tempat dengan tempat
lainnya. Hasil analisis histometrik 8 minggu pasca replantasi gigi avulsi
yang direndam dalam air selama 120 menit menunjukan hanya sekitar
33% dalam kondisi normal dan 35% resorbsi akibat inflamasi, hampir
sama dengan kondisi gigi avulsi yang dibiarkan kering selama 120 menit.
5) Saliva
Saliva dapat digunakan sebagai media penyimpanan karena
mempunyai suhu yang sama dengan suhu kamar. Beberapa penelitian
mendukung pengunaan saliva sebagai media menyimpanan sampai 30
menit pertama dari waktu cedera.Penyimpanan gigi avulsi pada saliva
lebih dari 30 menit dapat menimbulkan masalah karena saliva secara
alamiah mengandung mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi
berat pada akar gigi.Infeksi dapat menyebabkan kematian sel-sel liagamen
periodontal. Penelitian lainnya kemampuan sel-sel ligamen periodontal
untuk berikatan, mengadakan proliferasi dan kolonisasi kembali dengan
permukaan akar (kapasitas klonogenik 7,6%) selama 30 menit berada
dalam saliva. Setelah 30 menit kapasitas fungsional ligamen periodontal
akan menurun dengan cepat.
Beberapa penelitian telah menganjurkan bahwa menyimpan gigi
dalam mulut pasien (saliva) adalah baik bagi kelangsungan hidup ligamen
periodontal. Gigi dapat ditahan pada vestibulum bukal atau dibawah lidah.
Namun, penyimpanan gigi dalam mulut dapat menimbulkan masalah bagi
anak, seperti tertelannya gigi, terhirup atau kemungkinan anak mengunyah
giginya. Untuk menghindari keadaan tersebut, saliva (besama dengan
darah yang mungkin juga ada di dalamnya) dikumpulkan di dalam sebuah
wadah kecil sehingga gigi dapat dimasukkan ke dalamnya.
6) Air kelapa (cocos nucifera)
Air kelapa (Cocos nucifera), pada umumnya dikenal sebagai "Tree
of Life", adalah minuman alami yang dihasilkan secara biologis dan
dikemas kedap udara di dalam buah kelapa. Komposisi elektrolit dari air
kelapa menyerupai cairan intraseluler yang lebih erat dari plasma
ekstraseluler. Zat-zat utama yang terkandung dalam air kelapa antara lain
kalium, kalsium, dan magnesium. Sedangkan natrium, klorida, dan fosfat,
ditemukan dalam jumlah konsentrasi yang lebih rendah.Air kelapa
merupakan cairan hipotonik dibandingkan plasma, dan memiliki gravitasi
spesifik sekitar 1,020, sebanding dengan plasma darah. Air kelapa
memiliki osmolaritas tinggi karena adanya kandungan gula didalamnya,
terutama glukosa dan fruktosa, juga kaya akan banyak asam amino
esensial antara lain lisin, sistin, fenilalanin, histidin, dan tryptophan. Air
kelapa mudah diterima oleh tubuh manusia dan merupakan sarana yang
aman untuk rehidrasi terutama pada pasien yang menderita defisiensi
kalium. Air kelapa telah terbukti memiliki efektivitas yang sebanding
dengan cairan elektrolit komersial dalam memperpanjang waktu bertahan
pada pasien sakit. Air kelapa juga unggul dalam melakukan pemeliharaan
untuk kelangsungan hidup sel-sel ligamen periodontal karena adanya
berbagai nutrisi di dalamnya seperti protein, asam amino, vitamin, dan
mineral.
Replantasi Gigi
Replantasi atau reimplantasi merupakan suatu tindakan dibidang
kedokteran gigi yang merujuk pada pemasangan insersi dan fiksasi sementara
gigi yang mengalami avulsi, baik sebagian atau keseluruhan akibat suatu
trauma.Replantasi merupakan perawatan pilihan untuk penanganan gigi avulsi,
yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi fisiologis gigi.Istilah avulsi gigi
dapat digunakan untuk menunjukan suatu keadaan terlepasnya gigi alami
trauma dari soketnya akibat trauma Replantasi adalah insersi gigi ke dalam
soketnya setelah avulsi menyeluruh yang disebabkan oleh injuri traumatik.
Pertimbangan suatu perawatan merupakan hal yang penting dilakukan
untuk mengetahui perlu atau tidaknya dalam melakukan suatu tindakan, ini
dilakukan agar mencapai suatu prognosis yang baik dalam setiap tindakan yang
akan dikerjakan.
Indikasi replantasi adalah sebagai berikut :7,8
1) Tulang alveolar masih baik
2) Soket alveolar dapat menyediakan tempat untuk gigi avulsi
3) Tenggang waktu antara terjadinya trauma dengan pelaksanaan perawatan
adalah 15-30 menit lebih dari 2 jam kemungkinan besar akan terjadi
komplikasi yaitu resorbsi dari akar gigi dan gigi akan menjadi non vital,
kecuali sebelum direplantasi gigi tersebut dirawat endodontik terlebih
dahulu.
Kontraindikasi replantasi adalah sebagai berikut :
1) Gigi permanen dimana foramen apikal sudah menyempit
2) Integritas yang tidak mendukung dari gigi avulsi atau jaringan pendukung
3) Adanya fraktur akar
4) Kondisi medis yang tidak mendukung (gangguan imun, anomali jantung
kongenital berat, diabetes tidak terkontrol
5) Resorpsi pada tulang alveolus
6) Memiliki penyakit periodontal
7) Gigi yang terlalu lama diluar soket
8) Pada gigi sulung
Syarat-Syarat Replantasi
Syarat syarat replantasi adalah sebagai berikut :8
1) Faktor pasien dan keterbatasan fisik
2) Faktor anatomi gigi dan endodontik
3) Gigi yang avulsi sebaiknya sehat tidak terdapat karies yang luas, untuk
mencegah kerusakan ligament periodontal
4) Tulang alveolar harus tetap utuh agar dapat menahan gigi, tidak terdapat
fraktur atau penyakit jaringan periodontal
5) Lamanya gigi diluar mulut harus dipertimbangkan. Gigi yang sudah lebih
dari dua jam berada diluar mulut dapat menyebabkan mudahnya terjadi
resorbsi akar dan sebaiknya dipertimbangkan sebagai gigi dengan resiko
yang buruk
6) Cara menyimpan gigi yang avulsi sebelum replantasi sangat
mempengaruhi kesuksesan perawatan. Hal ini berhubungan dengan
pencegahan terhadap terjadinya dehidrasi sisa ligamen periodontal pada
akar gigi setelah keluar dari soket sampai menuju praktek dokter gigi
7) Faktor operator (faktor operator merupakan hal yang penting sebagaimana
seorang praktisi harus memiliki kemampuan dan kepercayaan diri dalam
perawatan replantasi serta memiliki kemampuan dan ketersediaan bahan
dental).

Tindakan yang dilakukan saat pasien datang dengan gigi yang telah keluar
dari soket alveolar dalam waktu 2 jam yaitu :4
Gigi di letakkan di dalam tempat berisi salin fisiologis
Daerah cedera di foto, untuk mencari tanda-tanda adanya fraktur alveolaris.
Daerah avulsi di periksa secara teliti untuk melihat apakah ada fragmen
tulang yang dapat di angkat jika alveolusnya menutup,bukalah secara hati-hati
dengan instrument.
Soket secara hati-hati di irigasi dengan salin untuk mengangkat bekuan darah
yang terkontaminasi.
Gigi dari mangkuk yang berisi salin tadi di pegang dengan tang cabut agar
tidak terkontaminasi dengan tangan.
Gigi di periksa dan bila ada debris di bersihkan dengan kasa yang di basahi
dengan salin.
Gigi di masukkan kembali dalam soket dengan menggunakan tang,setelah
masuk sebagian pakailah tekanan ringan dengan jari atau suruhlah pasien
menggigit kasa sampai gigi kembali pada kedudukannya.
Ketepatan letak gigi di periksa dan hindari hiperoklusi.Laserasi jaringan
lunak di jahit rapat-rapat terutama pada bagian servikal.
Gigi di pasang splint selama 1 sampai 2 minggu untuk stabilisasi.
Resep obat antibotik di ajurkan untuk di berikan dengan dosis yang sama
seperti yang di pakai pada infeksi mulut ringan atau sedang.Suntikan tetanus
booster juga di anjurkan untuk di berikan,jika suntikan tetanus terakhir di
lakukan lebih dari 5 tahun yang lalu.
Pasien di beri perawatan pendukung,makanan lunak dan analgesik ringan di
anjurkan sesuai kebutuhan

Apabila gigi telah keluar dari soket alveolar untuk lebih dari 2 jam (dan tidak
di upayakan tetap basah dengan media yang sesuai),sel-sel dan serabut
ligamentum tidak akan bertahan hidup sampai di mana pun stadium pertumbuhan
akarnya.Resorbsi replacement(ankilosis)kemungkinan besar akan terjadi setelah
replentasi. Oleh karena itu, upaya yang harus di lakukan sebelum replantasi
adalah perawatan akar untuk mengurangi/memperlambat proses resorbsi.4
Tindakan replantasi ketika pasien datang lebih dari 2 jam yaitu :4
- Daerah avulsi gigi dan radiograf di periksa barang kali terjadi fraktur alveolar.
- Debris dan serpihan jaringan lunak yang menempel pada permukaan akar di
bersihkan.
- Gigi di rendam dalam larutan natrium fluoride 2,4 %(di asamkan sampai pH
5,5) selama 5-20 menit.perendaman dalam senyawa fluor ini tidak perlu bila
gigi telah di simpan dalam medium fisiologis
- Pulpa di ekstirpasi, dan saluran akar di bersihkan, di bentuk,dan di isi,
sedangkan gigi di pegang dengan kain yang di basahi cairan fluor.
- Soket alveolar dengan hati-hati di hisap untuk mengambil bekuan darah.Soket
di irigasi dengan salin.pertama kali perlu di lakukan anastesi untuk
menghilangkan rasa sakit pada pasien.
- Gigi dengan hati-hati di masukkan kembali (replantasi) ke dalam soket,periksa
ketepatan letak dan oklusinya.
- Gigi di pasangi splin selama 3-6 minggu

Replantasi dapat di katakan berhasil apabila dalam kontrol berkala terlihat


perbaikan yang nyata(setelah 2 minggu) antara lain 1,9
- Gigi tidak goyang
- Tidak ada keluhatan sakit spontan dari penderita
- Perkusi cenderung berkurang
- Warna gingiva normal

Splinting Gigi
Splinting merupakan suatu usaha untuk mempertahankan, mengikat atau
mengfiksasi gigi agar tetap pada posisi yang di inginkan saat replantasi,untuk
memberikan kesempatan agar gigi dapat melekat pada asalnya.20
Tujuan splinting20
- Memberi dukungan pada jaringan penyangga yang dapat menguntungkan
perbaikan jaringan
- Mengurangi derajat kegoyangan gigi.
- Mendistribusikan tekanan.
- Mengstabilkan kontak permukaan.
- Mencegah migrasi dan ekstrusi gigi.
- Memperbaiki fungsi penguyahan
- Retensi pack periodontal.
Splin periodontal adalah alat yang digunakan untuk mengimobilisasi atau
menstabilkan gigi-gigi yang mengalami kegoyangan dan memberi hubungan
yang baik antara tekanan oklusal dengan jaringan periodontal, dengan cara
membagi tekanan oklusal ke seluruh gigi secara merata sehingga dapat
mencegah kerusakan lebih lanjut akibat kegoyangan tersebut. Splin
periodontal digunakan jika kapasitas adaptasi periodonsium telah terlampaui
dan derajat kegoyangan gigi tidak kompatibel dengan fungsi pengunyahan.
Pemakaian splin periodontal dapat dilakukan saat sebelum, selama, atau
setelah dilakukan perawatan jaringan periodontal pada gigi goyang. Splin
sementara atau splin provisional merupakan bagian dari terapi awal atau fase I
saat sebelum pembedahan periodontal. Splin dapat mencegah kerusakan lebih
lanjut akibat kegoyangan gigi-geligi.2
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam prosedur splinting
sementara, yaitu penyesuaian oklusi gigi-geligi meliputi stabilisasi gigi
goyang pada posisi yang benar, kecukupan jumlah gigi sehat yang
dilibatkan untuk menyebarkan gaya yang merata, termasuk pertimbangan
spin cross-arch, kemungkinan adanya iritasi splin terhadap jaringan
gingiva, pipi, bibir, atau lidah, estetika splin, kebersihan gigi yang
dilakukan splin.2
Splinting gigi melibatkan penggabungan dua gigi atau lebih dengan
cara yang lebih atau kurang kaku. Sehingga gerakan relatif mereka dibatasi
dan gaya yang diterapkan pada salah satu splinted teeth ditransmisikan ke
sistem akar dari semua gigi yang terhubung.1
Splinting masih digunakan dalam berbagai situasi klinis:
- Luka traumatis pada gigi
- Disfungsi TMJ
- Pencegahan keausan gigi
- Permanen post-orthodonticretention
- Perawatan pra-restoratif
- Gerakan berlebihan atau migrasi gigi
Beberapa jenis splint yang sering di gunakan untuk kasus avulsi antara lain adalah
1. Band orthodonsi
Tipe splint ini biasanya diindikasikan untuk gigi geligi dalam fase
gigi campuran, cara pembuatan dari alat splint ini dengan terlebih dahulu
menyatukan secara bersamaan band ortodonsi yang belum terbentuk,atau
dapat juga dengan memasang secara langsung bond ortodonsi yang belum
terbentuk dengan beberapa bracket atau hanya satu bracket pada
permukaan labial,lalu di satukan dengan cold curing resin. Splint ini juga
kadang di rentangkan dengan jarak yang panjang untuk menjangkau gigi
tetangganya yang kuat, sehingga gigi premolar dan kaninus biasanya
menempati kedua sisi dari gigi yang mengalami trauma.

Gambar 7. Orthodontik bands dan bracket

2. Arch bars splint dan essigs splint


Jenis splint ini bertujuan untuk mengstabilkan gigi yang telah di reposisi
dengan atau tanpa fraktur alveolar, serta untuk melindungi bekuan yang
terorganisir pada apeks guna mempertinggi revaskularisasi dari
gigi.Adapun jika terjadi fraktur alveolar maka splint tipe ini akan
memberikan posisi yang fungsional dengan daya tarik yang elastis dan
lambat pada fraktur alveolar.
Gambar 8. Arch bars splint

3. Cold curing acrylic brackets splint


Tipe splint ini di pergunakan untuk mengurangi retensi plak serta
mencegah adanya retensi dari sisa-sisa makanan pada tepi servikal gigi
yang direplantasi.

Gambar 9. Cold curing acrylic brackets splint

4. Acid etza resin splint(etza asam resin- komposit kawat)


Bertujuan untuk mencegah terjadinya trauma yang lebih lanjut
pada pulpa atau periodontium serta memberikan kestabilan dan estetik
yang baik.adapun hal yang pertama di lakukan sebelum pengetsaan yaitu
jika pada gigi di replantasi terdapat fraktur mahkota dengan dentin
terbuka,harus segara di tutup dengan kalsium hydroxide(dycal) untuk
mencegah kerusakan pulpa. Namun jika tidak terjadi fraktur ada gigi yang
di replantasi maka pengetsaan dapat langsung di lakukan.

Setelah melakukan replantasi, instruksi yang diberikan kepada pasien


adalah sebagai berikut :8
1. Anjurkan pasien pergi ke dokter umum untuk penyuntikan serum
antitetanus jika ada indikasi.
2. Berikan resep analgetik untuk menanggulangi nyeri
3. Anjurkan untuk makan makanan yang lunak sampai gigi cekat kembali

Pasien ini mengalami kesulitan makan dan kebutuhan nutrisi mereka yang
tinggi, perencanaan jadwal makan adalah wajib. Selama proses penyembuhan
jaringan baru diproduksi oleh tubuh sehingga terjadi peningkatan kebutuhan untuk
kolagen dan pergantian sel.
Untuk meningkatkan penyembuhan dan perawatan pemulihan pasca
operasi harus diberikan suplemen nutrisi seperti berikut:
Protein: Membantu mempercepat perbaikan fraktur
Vitamin A: Untuk epitelisasi permukaan, diferensiasi fibroblast, sintesis
kolagen dan lintas menghubungkan mereka.
Vitamin C & Vitamin E: Membantu persediaan Anti-oksidan dalam
penyembuhan luka.
Vitamin D & Kalsium: penyembuhan jaringan keras.
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. J P
Umur : 15 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Jenis Kelamin : Laki-laki
No DM : 18 81 14
Alamat : APO Kali

3.2 Data Subyektif


Anamnesis
Autoanamnesis pada tanggal 12 juli 2017 pukul 11.00 WIT di poli gigi dan
mulut RSUD Jayapura.
a. Keluhan utama
Gigi masuk ke dalam gusi
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan gigi masuk ke dalam gusi 3 minggu yang
lalu, pasien mengaku mengalami kecelakaan lalulintas di tabrak dengan
motor dari arah berlawanan dengan pasien. Pasien mengaku keluar darah
dari mulut, pasien merasa gigi depannya terdorong ke arah gusi juga salah
satu gigi pasien terlepas dan kedua gigi depan bagian bawah berubah
tidak sejajar, pasien juga mengaku gigi bawahnya berubah posisi tidak
sejajar. pasien mengalami luka robek di daerah dagu dan bawah bibir dan
patah tulang lengan atas kiri dan mengalami perawatan dan penanganan
fraktur brachialis sinistra di RSUD Dok II Jayapura selama 2 minggu.
c. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat sakit seperti ini sebelumnya disangkal


Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat diabetes mellitus disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat trauma wajah disangkal
d. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit dalam keluarga di sangkal
e. Riwayat sosial ekonomi
Pasien seorang pelajar dan tinggal bersama kedua orang tuanya
Kesan : sosial ekonomi cukup
3.3 Data Obyektif
Pemeriksaan Fisik
Dilakukan tanggal 14 juli 2017 pukul 12.00 WIT di poli gigi dan mulut
RSUD Dok 2.
Status generalis
a. Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
b. Tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
HR : 85x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : Afebris
c. Pemeriksaan ekstraoral
RegioFacialis
Inspeksi : simetris, deformitas (-), fraktur (-), edema (-), tampak luka
di lokasi simpul benang (+), krusta (+)
Palpasi : Nyeri tekan (-), krepitasi (-), pembesaran KGB (-)

d. Pemeriksaan intraoral
Inspeksi :
Mukosa pipi : edema (-/-), hiperemis (-/-)
Mukosa palatum : edema (-), masaa (-), hiperemis (-)
Mukosa dasar mulut : edema (-), hiperemis (-), kotor (-)
Gingiva atas : edema -/-, hiperemis -/-, massa (-)
Gingiva bawah : edema -/-, hiperemis (+)
Karang gigi : (+)
Gigi
Inspeksi :
- Gigi rahang atas :
Gigi insisivus |1 : intrusi ke ginggiva
Gigi insisivus [2: Missing teeth
- Gigi rahang bawah :
Insisivus 3|1 : terjadi malposisi
Insisivus 2|2 : terjadi luksasi dan tampak kalkulus
Insisivus 1|2 : terjadi luksasi dan tampak kalkulus
Palpasi :
Gig insisivus 11| kanan atas : terjadi luksasi
Insisivus 14|31 terjadi malposisi
Insisivus 42 41|3132 : terjadi luksasi dan tampak kalkulus
Insisivus 41|42 : terjadi luksasi dan tampak kalkulus
Molar 47 48|37 : terjadi karies profunda
GAMBARAN KLINIS
3.5 Diagnosis Kerja
Diagnosis utama : intrusi gigi insisivus |1 + avulsi |2
3.6 Rencana Terapi
Pro splinting rekonstruksi
Relokasi gigi |1
Terapi konservatif :
- Clindamicin 300 mg/8 jam No. XV
- Asam mefenamat 500 mg/8 jam No. XV
Pro:
1. Foto panoramic
Laporan Operasi
(13 juli 2017)

1. SIO DI ISI
2. ANTISEPTIK INTRA DAN EKSTRA ORBITAL
3. LAPANG OPERASI DIPERSEMIT DENGAN DUK STERIL
4. ANASTESI LOKAL / MA3 CC PEHACAIN : LIDOCAIN = 1:1 = 2CC DI
LABIAL DAN PALATINAL GINGIVA GIGI |1
5. SPLINTING GIGI 2 1|1 3 DENGAN ARCH BAR DAN KAWAT
6. REPLANTASI GIGI [1 FIKSASI KE ARCHBAR DENGAN 3 KAWAT
7. REKONTRUKSI FLAP LABIAL UNTUK MENUTUP DEFEK GINGIVA
SERVICAL
8. FLAP DIKEMBALIKAN DAN DIJAHIT DENGAN BENANG
MONOFILAMEN ABSROBABLE 4,0
9. OPERASI SELESAI

Instruksi post op :
- Menghindari makanan panas/hangat 1 x 24 jam
- Menghindari mengunyah dengan gigi seri
- Klindamisin 3x 300 mg No. XV
- Asama mefenamat 3 x 500 mg No. XV
- Control poli gigi 2 hari kemudian
DAFTAR PUSTAKA

1. Pedersen, GW. Buku Ajar Praktis (Bedah Mulut). Alih bahasa, Purwanto,
Basoesono.Edisi 1. Jakarta.1996: hal.221-33
2. Riyanti E. Penatalaksanaan Trauma Gigi Pada Anak. Jurnal Kedokteran Gigi
Anak Universitas Padjajaran;2010.
3. Grossman I.L, Oliet S, Rio E.C. Ilmu endodontik dalam praktek. Alih bahasa
Abyono R.edisi 11.Jakarta.1995:hal.358-378)
4. Richard E.W, Mahmoud T. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsi. Alih bahasa,
Narlan, Winiati, Bambang.Edisi 2.Jakarta.1999: hal.573-77.
5. Aan M.A, Amatul F.R. Coconut Water (cocos nucifera) as Storage Media For
The Avulsed Tooth. Jurnal of dentistry Indonesia;2010:17(3) : 74-79.
6. Sri Kuswandari. Efekvitas Media Dalam Melindungi Sel-Sel Ligament
Periodontal Sebelum Replantasi Gigi Avulsi. Jurnal Kedokteran Gigi Anak Edisi
Khusus Pertemuan Ilmiah PDGI Jateng September 2004.
7. Saeed A, Laleh AM, Alireza K. Indications And Case Series Of International
Replantation Of Teeth. Iranion Endodontic Journal. Tehran,Iran. 2014 : 9(1)
:71-78
8. Andersen L. Internasional Association of Dental Traumatology Guidelines for
the management of traumatic Dental Injuries: 2. Avulsion of Permanent Teeth.
Dental Traumatology Journal.2012
9. Simanjuntak,R.M.Gigi avulsi traumatik dan permasalahannya.PABMI,Surabaya.
2000;hal 81-83
10. Sophie J. et all. Periodontal Splinting in General Dental Practice. Dental Update-
July/August 2000
11. Mora O,et all. Adjunctive Intracoronal Splint in Periodontal Treatment:
Report of Two Cases. Journal of Dentistry Indonesia 2014, Vol. 21, No. 3,
94-99

Anda mungkin juga menyukai