Anda di halaman 1dari 17

Kurnia Bagas

Triwibowo
J2A014029
 1 Apa saja klasifikasi fraktur ?
 2 apa saja faktor predisposisi fraktur?
 3 Jelaskan Patofisiologis pulpitis irreversible e.c fraktur!
 4 Bagaimana control of pain pada kasus scenario?
Klasifikasi Fraktur
 Menurut Ellis dan Davey,
 Kelas 1 : Fraktur mahkota sederhana yang hanya melibatkan jaringan email.
 Kelas 2 : Fraktur mahkota yang lebih luas yang telah melibatkan jaringan
dentin tetapi belum melibatkan pulpa.
 Kelas 3 : Fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan dentin dan
menyebabkan terbukanya pulpa.
 Kelas 4 : Trauma pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi non vital dengan
atau tanpa kehilangan struktur mahkota.
 Kelas 5 : Trauma pada gigi yang menyebabkan kehilangan gigi atau avulsi.
 Kelas 6 : Fraktur akar dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota.
 Kelas 7 : Perubahan posisi atau displacement gigi.
 Kelas 8 : Kerusakan gigi akibat trauma atau benturan pada gigi sulung.
 Menurut Bennet:
 Kelas 1 : Trauma pada gigi tanpa terjadinya fraktur.
 Kelas 2 : Fraktur mahkota
 a) Enamel
 b) Enamel dan dentin
 Kelas 3 : Fraktur mahkota yang menyebabkan tereksposnya pulpa.
 Kelas 4 : Fraktur akar
 a) Dengan fraktur mahkota
 b) Tanpa fraktur mahkota
 Terjadi avulsi.
 Andreasen (1981) berdasarkan ICD (International Classification of Diseases):
 873.60: Fraktur email.Meliputi hanya email dan mencakup gumpilnya email, fraktur tidak
menyeluruh atau retak pada email.
 873.61: Fraktur mahkota yang melibatkan email dan dentin tanpa terbukanya
pulpa.Fraktur sederhana yang mengenai email dan dentin, pulpa tidak terbuka.
 873.62: Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa.Fraktur yang rumit yang
mengenai email dan dentin dengan disertai pulpa yang terbuka.
 873.63: Fraktur akar.Fraktur akar yang hanya mengenai sementum, dentin, dan
pulpa. Juga disebut fraktur akar horizontal.
 873.64: Fraktur mahkota-akar.Fraktur gigi yang mengenai email, dentin, dan
sementum akar. Bisa disertai atau tidak dengan terbukanya pulpa.
 873.66: Luksasi.Pergeseran gigi, mencangkup konkusi (concussion), subluksasi,
luksasi lateral, luksasi ekstruksi, dan luksasi intrusi.
 873.67: Intrusi atau ekstrusi.
 873.68: Avulsi.Pergeseran gigi secara menyeluruh dan keluar dari soketnya.
 873.69: Injuri lain, seperti laserasi jaringan lunak.
 Menurut WHO
 I.Kerusakan pada jaringan keras gigi dan pulpa
 1. Retak mahkota (enamel infraction), yaitu suatu fraktur yang
tidak sempurna pada email tanpa kehilangan struktur gigi dalam arah
horizontal atau vertikal.
 2. Fraktur email yang tidak kompleks (uncomplicated crown
fracture), yaitu fraktur email yang tidak kompleks (uncomplicated
crown fracture) yaitu suatu fraktur yang hanya mengenai lapisan
email saja.
 3. Fraktur email-dentin (uncomplicated crown fracture), yaitu
fraktur pada mahkota gigi yang hanya mengenai email dan
dentin saja tanpa melibatkan pulpa.
 4. Fraktur mahkota yang kompleks (complicated crown fracture),
yaitu fraktur yang mengenai email, dentin, dan pulpa.
 Menurut WHO
 II.Kerusakan pada jaringan keras gigi, pulpa, dan tulang alveolar
 1.Fraktur mahkota-akar, yaitu suatu fraktur yang mengenai email,
dentin, dan sementum. Fraktur mahkota akar yang melibatkan
jaringan pulpa disebut fraktur mahkota-akar yang kompleks
(complicated crown-root fracture) dan fraktur mahkota-akar yang
tidak melibatkan jaringan pulpa disebut fraktur mahkota-akar yang
tidak kompleks (uncomplicated crown-root fracture).
 2. Fraktur akar, yaitu fraktur yang mengenai dentin, sementum,
dan pulpa tanpa melibatkan lapisan email.
 3. Fraktur dinding soket gigi, yaitu fraktur tulang alveolar yang
melibatkan dinding soket labial atau lingual, dibatasi oleh bagian
fasial atau lingual dari dinding soket.
 4. Fraktur prosesus alveolaris, yaitu fraktur yang mengenai prosesus
alveolaris dengan atau tanpa melibatkan soket alveolar gigi.
 5. Fraktur korpus mandibula atau maksila, yaitu fraktur pada korpus
mandibula atau maksila yang melibatkan prosesus alveolaris,
dengan atau tanpa melibatkan soket gigi.
 Menurut WHO
 III.Kerusakan pada jaringan periodontal
 1.Concusion, yaitu trauma yang mengenai jaringan pendukung gigi
yang menyebabkan gigi lebih sensitif terhadap tekanan dan perkusi
tanpa adanya kegoyangan atau perubahan posisi gigi.
 2.Subluxation, yaitu kegoyangan gigi tanpa disertai perubahan posisi
gigi akibat trauma pada jaringan pendukung gigi.
 3.Luksasi ekstrusi (partial displacement), yaitu pelepasan sebagian gigi
ke luar dari soketnya. Ekstrusi menyebabkan mahkota gigi terlihat lebih
panjang.
 4.Luksasi, merupakan perubahan letak gigi yang terjadi karena pergerakan
gigi ke arah labial, palatal maupun lateral, hal ini menyebabkan kerusakan
atau fraktur pada soket alveolar gigi tersebut. Trauma gigi yang
menyebabkan luksasi lateral menyebabkan mahkota bergerak ke arah
palatal
 5.Luksasi intrusi, yaitu pergerakan gigi ke dalam tulang alveolar,
dimana dapat menyebabkan kerusakan atau fraktur soket
alveolar. Luksasi intrusi menyebabkan mahkota gigi terlihat lebih pendek.
 6.Laserasi (hilang atau ekstrartikulasi) yaitu pergerakan seluruh gigi ke
luar dari soket.
 Menurut WHO
 IV. Kerusakan pada gusi atau jaringan lunak rongga mulut
 1.Laserasi merupakan suatu luka terbuka pada jaringan lunak yang
disebabkan oleh benda tajam seperti pisau atau pecahan luka. Luka
terbuka tersebut berupa robeknya jaringan epitel dan subepitel.
 2.Kontusio yaitu luka memar yang biasanya disebabkan oleh
pukulan benda tumpul dan menyebabkan terjadinya perdarahan
pada daerah submukosa tanpa disertai sobeknya daerah mukosa.
 3.Luka abrasi, yaitu luka pada daerah superfisial yang disebabkan
karena gesekan atau goresan suatu benda, sehingga terdapat
permukaan yang berdarah atau lecet.
Faktor Predisposisi Fraktur

 Faktor predisposisi terjadinya fraktur gigi anterior yaitu posisi dan


keadaan gigi tertentu
 Misalnya kelainan dentofasial seperti maloklusi kelas I tipe 2, kelas II
divisi 1 atau yang mengalami overjet lebih dari 3 mm,
 Keadaan yang memperlemah gigi seperti hipoplasia
email, kelompok anak penderita cerebral palsy,
 dan anak dengan kebiasaan mengisap ibu jari yang
menyebabkan gigi anterior protrusif.
Pulpitis Irreversibel Akut
 Gigi dengan diagnosis pulpitis ireversibel akut sangat responsif
terhadap rangsang dingin, rasa sakit berlangsung bermenit-menit
sampai berjam-jam, kadang-kadang rasa sakit timbul spontan,
mengganggu tidur atau timbul bila membungkuk. Perawatan
darurat yang lebih baik dilakukan adalah pulpektomi daripada
terapi paliatif untuk meringankan rasa sakit.
 Pada beberapa kasus, terutama pada gigi saluran ganda,
biasanya dokter gigi tidak cukup waktu untuk menyelesaikan
seluruh ekstirpasi jaringan pulpa dan instrumentasi saluran akar,
maka dilakukan pulpotomi darurat, mengangkat jaringan pulpa
dari korona dan saluran akar yang terbesar saja. Biasanya saluran
saluran akar terbesar merupakan penyebab rasa sakit yang hebat,
saluran-akar yang kecil tidak menyebabkan rasa sakit secara
signifikan. Pada kasus dengan saluran akar yang kecil sebagai
penyebabnya, pasien akan merasa sakit setelah efek anestesi
hilang. Jika hal ini terjadi, harus direncanakan perawatan darurat
lagi dan seluruh saluran akar harus dibersihkan
Nyeri
 Setiap pasien yang mengalami trauma berat (tekanan, suhu, kimia)
atau pasca pembedahan harus dilakukan penanganan nyeri yang
sempurna, karena dampak dari nyeri itu sendiri akan menimbulkan
respon stres metabolik (MSR) yang akan mempengaruhi semua sistem
tubuh dan memperberat kondisi pasiennya. Hal ini akan merugikan
pasien akibat timbulnya perubahan fisiologi dan psikologi pasien itu
sendiri, seperti-Perubahan
 kognitif (sentral) : kecemasan, ketakutan, gangguan tidur dan putus asa
 Perubahan neurohumoral : hiperalgesia perifer, peningkatan kepekaan luka
 Plastisitas neural (kornudorsalis) : transmisi nosiseptif yang difasilitasi
sehingga meningkatkan kepekaan nyeri.
 Aktivasi simpatoadrenal : pelepasan renin, angiotensin, hipertensi, takikard
 Perubahan neuroendokrin : peningkatan kortisol, hiperglikemi, katabolisme
 Patofisiologi nyeri pada gigi
 Nyeri gigi dapat disebabkan oleh aktivasi reseptor nyeri pada
pulpa gigi oleh rangsangan termal, mekanik, kimia, ataupun elektrik.
Selain itu, pengeluaran mediator inflamasi juga dapat merangsang
reseptor nyeri pada serabut yang menghantarkan rasa nyeri
(serabut aferen nosiseptif). Serabut ini tersebar di seluruh tubuh
dan ditemukan paling banyak pada nervus trigeminalis yang
mempersarafi pulpa dan jaringan periapikal gigi. Pada pulpa
ditemukan dua serabut aferen nosiseptif, yaitu serabut C dan serabut
A-delta. Bila kedua serabut tersebut dirangsang, maka sinyal nyeri
akan dihantarkan melalui gangliontrigeminalis ke subnukleus
kaudalis yang terletak di medula pada susunan saraf pusat melalui
penglepasan substansi P dan asam amino glutamate. Lalu
subnukleuskaudalis atau tanduk dorsal medula menyampaikan sinyal
nyeri ke thalamus melalui jalur trigeminotalamik. Selanjutnya, sinyal
nyeri diteruskan ke korteks serebral melalui jalur talamokortikal. Sinyal
yang sampai di korteks inilah yang akan dipersepsikan oleh otak
sebagai rasa nyeri.
Skala nyeri
 Pasien menandai angka pada garis yang menggambarkan
intensitas nyeri yang dirasakan.
 Keuntungan menggunakan metode ini adalah sensitif untuk
mengetahui perubahan intensitas nyeri, mudah di mengerti dan
dikerjakan, dan dapat digunakan dalam berbagai kondisi klinis.
 Kerugiannya adalah tidak dapat digunakan pada anak-anak
dibawah 8 tahun dan mungkin sukar diterapkan jika pasien
sedang berada dalam nyeri hebat.
 Analgesik
 1. analgesik non-opioid atau non-narkotik (misalnya NSAID dan
paracetamol) dan analgesik opioid atau narkotik. Adapun
analgesik nonnarkotik yang paling banyak digunakan dalam
bidang kedokteran gigi adalah aspirin, ibuprofen, dan
parasetamol. Obat-obat NSAID (non-steroid
antiinflammatorrydrugs) bekerja sangat baik dalam menangani
nyeri. Obat NSAID yang bekerja dengan menghambat
siklooksigenase yang mensintesis mediator nyeri seperti prostaglandin,
tromboksan, dan prostasiklin, digunakan sebagai obat pilhan utama
dalam mengatasi nyeri akibat inflamasi. Bila pasien mempunyai
riwayat alergi NSAID, nefropati, peradangan mukosa saluran
pencernaan, dan kehamilan, maka parasetamol merupakan
alternatif untuk mengatasi nyeri.
 2. Tetapi bila nyeri terus berlanjut atau tidak responsif terhadap
NSAID atau parasetamol, maka harus dipertimbangkan
penggunaan analgesik opioid untuk jangka pendek. Opioid dapat
menghambat nyeri lebih kuat daripada NSAID dengan mengaktifkan
reseptor μ yang tersebardi berbagai tempat di otak, sehingga sinyal
nosiseptif dihambat secara sentral. Pada bidang kedokteran gigi
penggunaan analgesik opioid hampir selalu dikombinasikan
dengan parasetamol, aspirin, atau ibuprofen untuk mengurangi efek
samping dari analgesik opioid.
Dalil

 Surat Al-Isra’ ayat 11:

 ‫ع ُجوال‬ ُ ‫س‬
َ ‫ان‬ َ ‫عا َءهُ بِ ْال َخي ِْر َو َكانَ اإل ْن‬ َّ ‫ان بِال‬
َ ُ‫ش ِ ِّر د‬ ُ ‫س‬َ ‫ع اإل ْن‬
ُ ‫َويَ ْد‬

 Artinya: “Dan manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia


berdoa untuk kebaikan. Dan manusia itu bersifat tergesa-gesa.”

Anda mungkin juga menyukai