Anda di halaman 1dari 18

Unit belajar 3 : treatment of fracture anterior teeth

Judul : kembalikan bentuk gigiku


Seorang perempuan usia 19 tahun datang ke dokter gigi mengeluhkan
gigi depatn patah karena terbentur. Gigi tersebut sebelumnya pernah
ditambal tetapi lepas. Pemeriksaan IO terlihat gigi 21 fraktur incisal
dengan bevel pada cavosurface, perkusi -, CE +. Hasil radiografi
tampak ketebalan dentin 3mm diatas atap pulpa. Pasien ingin
mengembalikan bentuk gigi seperti aslinya. Dokter gigi
merencanakan perawatan indirect restoration.
STEP 1.
1. Indirect restoration : restorasi yang dibut diluar mulut pasien
yang diletakkan pada gigi pasien dengan cara disementasi yang
telah dipreparasi. Sebelumnya di cetak untuk dibuat model
kerja.
2. Cavosurface : pertemuan antara permukaan kavitas dengan
permukaan gigi.
3. Bevel : tepi yang menyudut dari permukaan instrumen
pemotong atau preparasi kavitas.
STEP 2.
1. Klasifikasi fraktur gigi ?
2. Interpretasi dan diagnosa dari kasus di skeario ?
3. Apasaja macam macam dari perawatan indirect restoration ?
4. Apasaja Indikasi dan kontra indikasi dari indirect restoration ?
5. Apasaja keuntungan dan kerugian dari indirect restoration ?
6. Bagaimana prosedur dari perawatan indirect restoration?
7. Apasaja macam macam sementasi yang digunakan pada indirect
restoration ?
8. Apasaja faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari indirect
restoratio ?
9. Apasaja tanda keberhasilan dari perawatan indirect restoration ?
10. Faktor apa yang mempengaruhi kegagalan pada
perawatansebelumnya ?
11. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus di skenario ?
12. Komplikasi perawatan pada kasus di skenario ?
13. Bagaimana pandangan islam dalam kegagalan perawatan
restorasi ?
STEP 3.
1. Klasifikasi fraktur gigi disertai gambar ?
Menurut ellis :
- Mencapai enamel
- Mencapai dentin
- Enamel, dentin sampai pulpa
- Gigi non vital disertai discolorisasi gigi
- Avulsi
- Fraktur akar tanpa kerusakan atau dengan kerusakan mahkota
- Displacement of tooth
- Fraktur mahkota keseluruhan melibatkan akar
- Fraktur gigi decidui
Menurut WHO berdasarkan kode:
- Enamel : 873.60
- Enamel dan dentin: 873.61
- Disertai terbukanya pulpa: 873.62
- Fraktur akar hanya mengenai sementum dentin, pulpa disebut
juga fraktur akar horizontal:873.63
- Fraktur mahkota dan akar: 873. 64
- Luksasi : 873.65
- Intrusi/ekstrusi : 873.66
- Avulsi: 873.67
- Injuri seperti laserasi jaringan lunak
Berdasarkan yang melibatkan jariingan periodontal :
Konklusi : pasien merasa tidak nyaman tetpai gigi masih sehat,
pada saat dilakuka perkusi merasa sakit. Tidak ada pergerakan
mobilitas
Subluksasi : mobilitas derajat 2 tidak ada perubahan letak gigi
Luksasi : goyang gigi sudah berubah letak
Intrusi : gigi lebih masuk kedalam soket
Ekstrusi : keluar dari soket
Avulsi : gigi lepas dari soket
1. Sebutkan klasifikasi frakture gigi

 Berikut klasifikasi fraktur ellis yang didasarkan kerusakan pada gigi:

1. Fraktur Ellis Klas I : Tidak ada fraktur atau fraktur mengenai email dengan atau
tanpa memakai perubahab tempat, menunjukkan luka kecil chipping dengan kasar.

2. Fraktur Ellis Klas II : Fraktur mengenai dentin dan belum mengenai pulpa dengan
atau tanpa memakai perubahan tempat. pasien mungkin mengeluh rasa sakit untuk
menyentuh dan kepekaan terhadap udara. Sebuah paparan kuning pucat proses
dentinal, yang berkomunikasi langsung dengan pulp, dapat terjadi. Pasien lebih muda
dari 12 tahun memiliki gigi belum menghasilkan dentin apalagi mencakup ruang
antara pulp dan email. Kesempatan infeksi dan kerusakan pada pulp di kelompok usia
ini jauh lebih besar karena ukuran pulp lebih besar dan lebih pendek jarak dentin
infeksi harus melintasi.

3. Fraktur Ellis Klas III : Fraktur mahkota dengan pulpa terbuka dengan atau tanpa
perubahan tempat. ; pasien mengeluh sakit dengan manipulasi, udara, dan suhu. tanda
merah muda atau kemerahan di sekitar dentin sekitarnya atau darah di tengah-tengah
gigi dari pulp terkena mungkin hadir.

4. Fraktur Ellis Klas IV : Gigi mengalami trauma sehingga gigi menjadi non vital
dengan atau tanpa hilangnya struktur mahkota
5. Fraktur Ellis Klas V : Hilangnya gigi sebagai akibat trauma

6. Fraktur Ellis Klas VI : Fraktur akar dengan atau tanpa hilangnya struktur mahkota

7. Fraktur Ellis Klas VII : Perpindahan gigi atau tanpa fraktur mahkota atau akar gigi

8. Fraktur Ellis Klas VIII : Fraktur mahkota sampai akar

9. Fraktur Ellis Klas IX : Fraktur pada gigi desidui

 Klasifikasi menurut World Health Organization (WHO) dan modifikasi oleh


Andreasen.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) pada tahun 1978 memakai
klasifikasi dengan nomor kode yang sesuai dengan Klasifikasi Penyakit Internasional
(International Classification of Diseases), sebagai berikut:
· 873.60: Fraktur email.
Meliputi hanya email dan mencakup gumpilnya email, fraktur tidak menyeluruh atau
retak pada email.
· 873.61: Fraktur mahkota yang melibatkan email dan dentin tanpa terbukanya pulpa.
Fraktur sederhana yang mengenai email dan dentin, pulpa tidak terbuka.
· 873.62: Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa.
Fraktur yang rumit yang mengenai email dan dentin dengan disertai pulpa yang
terbuka.
· 873.63: Fraktur akar.
Fraktur akar yang hanya mengenai sementum, dentin, dan pulpa. Juga disebut fraktur
akar horizontal.
· 873.64: Fraktur mahkota-akar.
Fraktur gigi yang mengenai email, dentin, dan sementum akar. Bisa disertai atau tidak
dengan terbukanya pulpa.
· 873.66: Luksasi.
Pergeseran gigi, mencangkup konkusi (concussion), subluksasi, luksasi lateral, luksasi
ekstruksi, dan luksasi intrusi.
· 873.67: Intrusi atau ekstrusi.
· 873.68: Avulsi.
Pergeseran gigi secara menyeluruh dan keluar dari soketnya.
· 873.69: Injuri lain, seperti laserasi jaringan lunak.

 Klasifikasi ini dimodifikasi oleh Andreasen (1981) menurut contoh berikut:


· 873.64: Fraktur mahkota-akar yang tidak rumit tanpa terbukanya pulpa.
· 873.64: Fraktur mahkota-akar yang rumit dengan terbukanya pulpa.
ü 873.64 (Fraktur mahkota-akar komplit atau tidak komplit)
· 873.66: Konkusi (concussion), injuri pada struktur pendukung gigi yang bereaksi
terhadap perkusi.
· 873.66: Subluksasi, suatu injuri pada struktur pendukung gigi dengan kegoyahan
abnormal tetapi tanpa pemindahan gigi.
· 873.66: Luksasi lateral, pemindahan gigi pada arah lain daripada ke aksial, diikuti
oleh fraktur soket alveolar.
ü 873.66 (Konkusi, subluksasi, lateral luksasi)
 Klasifikasi fraktur mahkota gigi menurut World Health Organization (WHO)
dengan nomor kode yang sesuai dengan klasifikasi Penyakit Internasional
(International Classification of Diseases) tahun 1995, sebagai berikut:
· (S 02.50): Infraksi enamel. Sebuah fraktur tidak utuh atau retaknya enamel tanpa
kehilangan substansi giginya.
· (S 02.50): Fraktur enamel. Sebuah fraktur dengan hilangnya substansi gigi yang
mengenai enamel.
· (S 02.51): Fraktur enamel-dentin. Sebuah fraktur dengan hilangnya substansi gigi
yang melibatkan enamel dan dentin tanpa terbukanya pulpa.
· (S 02.52): Fraktur mahkota yang mengenai enamel dan dentin, dengan terbukanya
pulpa.
· (S 02.53): Fraktur akar. Sebuah fraktur yang mengenai dentin, sementum, dan
pulpa.
· (S 02.54): Fraktur mahkota-akar. Sebuah fraktur yang mengenai enamel, dentin, dan
sementum dengan atau tanpa terbukanya pulpa.

 Klasifikasi menurut Heithersay dan Morile.


Heithersay dan Morile (1982) menganjurkan suatu klasifikasi fraktur subgingival
berdasarkan pada tinggi fraktur gigi dalam hubungannya terhadap berbagai bidang
horizontal periodonsium, sebagai berikut:
Kelas 1 : Dengan garis fraktur tidak meluas di bawah tinggi ginggiva cekat.
Kelas 2 : Dengan garis fraktur meluas di bawah tinggi gingiva cekat, tetapi tidak di
bawah tinggi krista alveolar.
Kelas 3 : Dengan garis fraktur meluas di bawah tinggi krista alveolar.
Kelas 4 : Dengan garis frakturnya terdapat di dalam sepertiga koronal akar, di bawah
tinggi krista alveolar.

 Klasifikasi menurut Garcia-Godoy.


Klasifikasi fraktur gigi akibat trauma menurut Garcia-Godoy adalah sebagai berikut:
1. Retak pada email.
2. Fraktur pada email
3. Fraktur email-dentin tanpa terbukanya pulpa.
4. Fraktur email-dentin dengan terbukanya pulpa.
5. Fraktur email-dentin-sementum tanpa terbukanya pulpa.
6. Fraktur email-dentin-sementum dengan terbukanya pulpa.
7. Fraktur akar.
8. Konkusi.
9. Luksasi.
10. Perpindahan gigi ke lateral.
11. Intrusi.
12. Ekstrusi.
13. Avulsi.

 Klasifikasi menurut Hargreaves dan Craig.


Hargreaves dan Craig (1970) memperkenalkan klasifikasi hanya untuk fraktur
mahkota gigi sulung, yaitu kelas I, II, III dan IV. Klasifikasi tersebut hampir sama
dengan klasifikasi Ellis. Perbedaannya terletak pada kelas IV yaitu fraktur akar
disertai atau tanpa mahkota gigi sulung:5
Klas I: Tidak adanya fraktur atau fraktur hanya pada email dengan atau tidaknya
perubahan posisi pada gigi.
Klas II: Fraktur pada mahkota pada email dan dentin tanpa terbukanya pulpa dan
tanpa perubahan posisi pada gigi.
Klas III: Fraktur pada mahkota dan terbukanya pulpa dengan atau tanpa perubahan
posisi pada gigi.
Klas IV: Fraktur pada akar dengan atau tanpa fraktur koronal, dengan atau tanpa
perubahan posisi pada gigi.
Klas IV: Perubahan posisi total pada gigi.

Sumber: Kapil Loomba, et al: A proposal for classification of tooth fractures based on
treatment need. Journal of Oral Science 52(4): 517-529, 2010.

2. Interpretasi dan diagnosa dari kasus di skeario ?


Interpretasi : adanya fraktur pada gigi 21 ellis klas 2, perkusi
– (tidak ada kelainan jaringan periodontal), CE + ( gigi masih
vital), RO ketebalan 3mm diatas pulpa.
Bevel pada cavosurface : tahapan preparasi pada rk,
Diagnosa : fraktur ellis klas 2
3. Apasaja macam macam dari perawatan indirect restoration pada
kasus di skenario?
a. Ekstrakoronal : menutupi seluruh mahkota. All metal crown
kontraindikasi untuk kasus bruxism, keramik porselain estetis
paling tinggi, ketahanan abrasi baik. IRC ( indirect resin
komposit ). Crown
b. Intrakoronal :
- Inlay : kerusakan sebagian cusp. Tumpatan diantara cusp atau
beberapa cusp. Belum sampai keseluruhan cusp. Menaruh
material pada tengah cusp. Porselain, logam, RK
Klas 1: paling sederhana
Klas 2: pelindungan dengan cara menghilangkan tonjolan
yang lemah untuk dilakukan veneer
Klas 3 dan 4 : untuk jembatan
Klas 5 : untuk pasak
- Onlay : melibatkan beberapa cusp. Kerusakan melibatkan
hampir keseluruhan cusp
c. Intraradikular : mahkota mengalami kerusakan yang parah,
sulit untuk mendapatkan retensi. Kasus dengan gigi yang
telah dilakukan PSA

Macam-macam indirect restoration adalah:


1. Inlay
Inlay adalah restorasi yang digunakan pada gigi yang di preparasi pada bagian
Oklusal Distal (OD), Oklusal Mesial (OM) atau Mesio Oklusal Distal (MOD). Inlay sudah
jarang digunakan untuk kavitas sederhana dan umumnya hanya digunakan untuk gigi-gigi
yang berkebutuhan khusus, seperti gigi yang sudah lemah karena karies dan cenderung
fraktur bila tidak dilindungi atau bila retensi sulit dibuat. Berikut ini merupakan macam klas
pada inlay (JD Eccles, RM Green, 1994).
A. Inlay Klas I
Merupakan klas sederhana , yang jarang digunakan
B. Inlay Klas II
Misalnya digunakan pada gigi yang daerah MOD terkena, sehingga perlu adanya
perlindungan edengan cara menghilangkan tonjolan-tonjolan lemah untuk kemudian di
preparasi dengan menggunakan veneer .
C. Inlay Klas III dan IV
Misalnya digunakan pada jembatan atau attachnment untuk jembatan semi cekat.
D. Inlay Klas V
Misalnya untuk retensi pada geligi tiruan sebagian ,atau dapat digunakan pasak
untuk perawatan kavitas uang dangkal akibat abrasi atau erosi.
2. Onlay
Onlay adalah restorasi pada gigi yang morfologi oklusalnya mengalami perubahan
karena restorasi sebeltorasi inumnya, karies, atau penggunaan fisik. Restorasi ini meliputi
seluruh yang meliputi seluruh daerah oklusal yang meliputi cusp-cusp gigi (Baum, Phillips
Lund, edisi III, 1997)
3. Mahkota/ crown
Restorasi gigi yg menutupi atau mengelilingi seluruh permukaan gigi yg telah
dipreparasi. Restorasi ini dibuat untuk gigi yang mengalami kerusakan sehingga tidak bisa
ditambal lagi tetapi gigi tersebut masih vital. Restorasi ini biasanya digunakan pada gigi
premolar dan molar rahang bawah karena karies yang luas atau tambalan yang rusak (Baum,
Phillips Lund, edisi III, 1997).
4. Mahkota Pigura
Mahkota tuang dimana bagian labial atau bukal diberi facing yang sama
dengan warna gigi. Facing tersebut lebih mirip dengan veneers (JD Eccles, RM Green, 1994).
.
4. Apasaja Indikasi dan kontra indikasi dari indirect restoration ?
Indikasi :
- Adanya karies primer
- Fraktur karna trauma

a. Onlay :
- Pengganti Restorasi amalgam yang rusak
- Karies interproksimal pada gigi posterior
- Restorasi gigi posterior yang menerima tekanan oklusal besar
b. Inlay :
- Kavitas kecil
- Untuk mengembalikan estetik dari post karies sekunder
c. Crown dari RK
- Karies meluas
- Sisa jaringan di mahkota cukup untuk dilakukan crown
Kontra indikasi :
A. inlay :
- OH jelek
B. Onlay
- Mahkota
- OH buruk
- Frekuensi karies tinggi
5. Apasaja keuntungan dan kerugian dari indirect restoration ?
Keuntungan :
a. Crown dari rk :
- Mengurangi proses pengerutan dari polimerisasi
- Membentuk anatomi gigi lebih mudah
b. IRC
c. Poselain
- Daya kompresi tinggi
- Tidak korosif
- Permukaan halus

Kerugian :
a. Crown dari rk :
- Crown dapat menepel pada gigi mengandalkan bahan
sementasi
b. Porselain :
- Biaya mahal
- Mudah retak

1. PORSELEN
Porselen yang digunakan untuk tambalan gigi tersusun atas kristal, alumina dan silica
yang dileburkan secara bersamaan pada temperatur tinggi, untuk membentuk
kekuatan, keseragaman dan material yang terlihat seperti kaca. Porselen digunakan
sebagai inlay, onlay, crown atau veneer, Veneer adalah lapisan porselan sangat tipis
yang ditempatkan pada gigi menggantikan email. Biasanya digunakan untuk
memperbaiki penampilan gigi yang berwarna kurang baik. Bahan porselen sangat
baik secara estetika karena warnanya yang sangat mirip dengan warna gigi.
Pemasangan restorasi porselen beresiko pecah bila diletakkan dengan tekanan atau
bila terbentur. Kekuatannya tergantung pada ketebalan porselen dan kemampuannya
melekat pada gigi. Setelah melekat pada gigi, porselen sangat kuat, tapi akan
mengikis gigi antagonisnya bila permukaannya kasar.
2. LOGAM BERLAPIS PORSELEN
Dibandingkan dengan porselen, restorasi ini sangat kuat karena kombinasinya dengan
kekuatan logam, karena itu sering digunakan untuk membuat crown atau jembatan.
Banyak struktur gigi yang harus diambil untuk memberi tempat bagi restorasi jenis
ini. Kadang-kadang muncul rasa tidak nyaman bila terkena rangsang panas atau
dingin di awal penggunaan dan beberapa orang menunjukkan reaksi alergi terhadap
beberapa jenis logam yang digunakan dalam restorasi.
3. ALLOY EMAS
Alloy emas terdiri dari emas, tembaga dan logam lain, terutama digunakan untuk
crown, inlay, onlay dan jembatan. Alloy ini tahan karat. Kekuatannya yang besar
sehingga sulit pecah maupun terkikis, memungkinkan dokter gigi untuk mengambil
sesedikit mungkin struktur gigi yang akan direstorasi. Alloy ini tidak merusak gigi
antagonis dan tidak pernah memunculkan reaksi alergi. Namun, warnanya tidak bagus
karena tidak seperti warna gigi.
4. ALLOY LOGAM
Alloy logam tampak seperti perak, digunakan sebagai crown, jembatan atau rangka
gigi palsu. Bahan ini tahan karat, sangat kuat dan tidak mudah patah atau terkikis.
Beberapa orang menunjukkan reaksi alergi terhadap bahan ini, dan merasa tidak
nyaman terhadap panas dan dingin di awal penggunaan. Warnanya pun tidak baik
karena tidak seperti warna gigi.

5. CROWN, INLAI ATAU ONLAI DARI KOMPOSIT


Restorasi yang terbuat dari komposit ini dibuat di laboratorium gigi. Bahan yang
digunakan sama dengan yang digunakan sebagai bahan tambalan. Keunggulannya
dibanding porselen adalah tidak menyebabkan terkikisnya gigi lawan. Selain itu
restorasi ini mudah pecah dan berubah warna.
ONLEI dan INLEI
a. Inlei
Tumpatan intrakoronal yang dibentuk di luar mulut dengan cara membuat model
malam terlebih dahulu, kemudian dibuat dari logan atau bukan logam
(porselin/akrilik) dan disemenkan pada kavitas yang telah dipreparasi. Indikasi inlei
adalah karies luas tidak mungkin direstorasi amalgam kavitas kurang dari 1/3-1/2
antar tonjol gigi, resistensi tonjol gigi yang ada masih kuat.
b. Onlei
Restorasi tumpatan tuang yang tersiri dari sebagian intra koronal dan sebagian ekstra
koronal dengan tujuan untuk melindungi tonjol gigi. Indikasi onlei adalah lebar
kavitas lebih dari 1/3-1/2 jarak antar tonjol gigi dan perlindungan tonjol diperlukan.
Ratio panjang oklusoginggival: lebar tonjol palato/ linguobukal 1:1 tetapi tidak
mencapai 2:1 perlindungan tonjol dipertimbangkan. Ratio panjang oklusoginggival :
lebar tonjol lingual bukal lebih dari 2:1 perlindunan tonjol diharuskan.

6. Bagaimana prosedur dari perawatan indirect restoration?


Crown
Inlay
Onlay
Pasak
Porselain fused metal :
3x kunjungan
Pertama : PSA
Kedua : palpasi dan perkusi
Ketiga : dibuat pasak, dibuat mahkota

7. Apasaja macam macam sementasi yang digunakan pada indirect


restoration ?
KLASIFIKASI SEMEN KEDOKTERAN GIGI

1. Semen Seng Oksida Eugenol


Fungsi:
a. Sebagai bahan perekat restorasi sementara dan permanen
b. Sebagai basis dan pelapik
c. Sebai bahan pengisi saluran akar (sealer) pada perawatan pulpotomi

Komposisi:
Bubuk semen ini terdiri atas oksida seng.Magnesium oksida
dapatdijumpai dalam jumlah yang kecil, zinc asetat dalam jumlah hingga
1%dipergunakan sebagai akselerator untuk reaksi seting.Cairannya terdiri
dari eugenol yang merupakan konstitusi utama minyak cengkeh.Minyak
olive juga dapat ditemukan dalam jumlah hingga 15%,kadang-kadang
diberi asam asetat sebagai akselerator.

Klasifikasi :
a. Tipe1 digunakan untuk semen sementara.
b. Tipe2 digunakan untuk semen permanen dari restorasi atau alat-alat
yangdibuat di luar mulut.
c. Tipe3 digunakan untuk restorasi sementara dan basis penahan panas.
d. Tipe4 digunakan untuk pelapik kavitas.
Sifat :
a. Meminimalkan kebocoran mikro
b. Memberikan perlindungan terhadap pulpa
c. Daya antibakteri
d. PH-nya mendekati 7 yang membuatnya menjadi salah satu semen
dentalyang paling mempunyai potensi iritasi terhadap jaringan
e. Rasio bubuk cairan akan mempengaruhi kecepatan peng erasan
f. Kekuatannya berkisar 3 – 55 Mpa

2. Semen Zinc Phosphat

Fungsi:
a. Sebagai bahan tambalan sementara
Sebagai tambalan sementara, semen ini didasari oleh Seng okside
yang dicampur dengan cairan asam fosfat 50%. Bila menggunakan
Seng phosphate maka kavitas tidak terlalu besar dan kekuatan
pengunyahan yang dipusatkan pada daerah gigi tersebut tidak boleh
terlalu besar. Untuk menjamin kestabilan dan kekuatan tambalan
sementara serta mencegah fraktur dari sisa cups di sekeliling kavitas
yang besar, bahan ini di gunakan bersama dengan plat tembaga
lembut yang dipotong dan dibentuk yang kemudian disemenkan di
sekliling mahkota.

b. Sebagai Bahan Basis dan Pelapik


Sedangkan sebagai basis, digunakan dalam bentuk dempul dan
bentuk lapisan yang relative tebal untuk menggantikan dentin yang
sudah rusak dan untuk melindungi pulpa dari iritasi kimia dan fisik serta
menghasilkan penyekat terhadap panas dan menahan tekanan yang
diberikan selama penempatan bahan restorative.
c. Sebagai Bahan Perekat Inlay, Jembatan dan Pasak Inti.
Sebelum memulai penyemenan, terlebih dahulu dilakukan
pembersihan dan pengeringan daerah kerja, semen fosfat dnegn slow
setting dibuatdengan menmbah bubuk dalam jumlah secukupnya
dalam cairan sekitar 1-1,5 menit pada glass slab yang dingin, semen
yang telah dicampur dioleskan pada bahan resatoratif dan dimasukkan
kedalam kavitas emudian ditekan secara intermitten sampai posisinya
benar-benar baik.Semen yang telah benar-benar mengeras, sangat
penting untuk membersihkan sisa-sisa semen di bagian proksimal dan
servikal untuk menghindari iritasi gingival.

Komposisi:
Komposisi terdiri dari powder seng oksida 90% dan Magnesium 10 %
dan asam phorporic, garam logam dan air sebagai liquid. Penggunaan
sebagaibasis, konsistensi harus seperti dempul, campuran bubuk dan
liquiddengan ratio 6:1 atau sesuai kebutuhan, membentuk adonan
yang tidak cairtidak padat, aduk dengan putaran melawan jarum jam,
tempatkan adonanpada tumpatan yang telah diberi semen eugenol
sebagai subbasis. Waktupengerasan sekitar 5-9 menit dan kelebihan
tumpatan dibuang.

Sifat :
a. Insolator panas yang baik
b. Daya larut relatif rendah di dalam air
c. Keasamanan semen cukup tinggi
d. Compressive strength yang tinggi
e. Iritatif terhadap pulpa

3. Semen Silicat
Semen Silikat dibuat dengan mencampur powder yang terbuat dari
alumino-Fluoro - Silikat glass dengan liquid 37% asam fosfat. Secara kimia
asammelarutkan dan menggabungkan sebagian kaca. Hal ini menciptakan
suatu matriks yang sangat keras dan rapuh. Campuran cairan semen ini
sama dengan semen Seng fosfat, bagaimanapun, penggunaan utama
dalam kedokteran gigia dalah sebagai material yang sewarna dengan gigi.
Karena matriks sangat keras, rapuh dan kurangnya ketahanannya
terhadap abrasi membatasi penggunaannya sebagai bahan basis
restorative. Sampai munculnya komposit resin, silikat adalah material gigi
hanya mengisi warna yang tersedia, dan satu-satunya alternatif untuk
amalgam perak sebagai (non emas) sederhana bahan pengisi permanen.
Penggunaannya terbatas pada gigi depan, atau daerah kerusakan tidak
pada permukaan gigi belakang yang mempunyai kekutan tekan besar.

Keuntungan dari semen ini, selain warnanya, adalah terdapat fluoride dari
glass, (komponen dari bahan matriks karena reaksi kimia yang terlibat
dalam pencampuran bubuk dengan cairan), fluoride cenderung mencegah
karies lebih lanjut di sekitar margin, (kenyataannya, merupakan
karakteristik dari semua formulasi menggunakan Al-Fl-Si glass dan asam
kombinasi). Masalah utama dengan semen silikat sebagai bahan
restoratif adalah tampilannya. Partikel-partikel kaca rentan terhadap
tekanan, mudah berubah warna dan kasar. Kesulitan lain adalah
kerapuhan dari matriks estetik karena menyebabkan

8. Apasaja faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari indirect


restoratio ?
9. Apasaja tanda keberhasilan dari perawatan indirect restoration ?
10. Faktor apa yang mempengaruhi kegagalan pada
perawatansebelumnya ?
11. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus di skenario ?
1. Persiapan
Alat-alat dan Instrumen dibutuhkan untuk mempersiapkan mahkota porselen
sebagai berikut:
 Bur diamond taper, ujung bulat, runcing,kekasaran regular seperti pasir (0,8
mm)
 Bur diamond taper, ujung square, berlian meruncing, kekasaran regular (1.0
mm)
 Bur diamond bentuk bulat
 Finishing stone dan karbida
 Mirror
 Probe periodontal
 Eksplorer
 Chisel dan hatchet
 Handpieces kecepatan tinggi dan rendah.

2. Tahapan Prosedur
Urutan preparasi untuk mahkota all porselen sama dengan untuk mahkota
metalporselen; perbedaan utama adalah kebutuhan untuk :
1 mm chamfer sirkumferensial.
1 mm chamfer sirkumferensial.
2) (Fig.

Fig.2 Perhatikan lebar chamfer seragam 1 mm pada preparasi

Pengurangan Insisal (oklusal). Pengurangan tepi insisal yang selesai harus


memberikan clearance 1,5 sampai 2 mm untuk porselen di semua gerakan ekskursif
mandibula. Hal ini akan memungkinkan pembuatan restorasi kosmetik yang baik
dengan kekuatan memadai. Jika restorasi yang digunakanuntuk gigi posterior (jarang),
clearance 1,5 sampai 2 mm diperlukan pada semua cusp.
A. Tempatkan tiga alur di tepi insisal, awalnya menjaga sekitar kedalaman 1,3 mm
untuk memungkinkan pengurangan tambahan struktur gigi saat fi nishing. Alur
berorientasi tegak lurus terhadap sumbu panjang gigi antagonis untuk memberikan
dukungan yang memadai untuk mahkota porselen.(Fig.3)

Fig.3 Pembuatan groove orientasi dengan fl at-end tapered diamond

B. Pengurangan insisal selesai, mengurangi setengah permukaan sekaligus, dan


memverifikasi pengurangan setelah selesai. (Fig.4)
Fig.4 Reduksi incisal dengan fl at-end tapered diamond

C. Setelah menempatkan alur, kurangi permukaan fasial atau permukaan bukal dan
memverifikasi bahwa terdapat pengurangan memadai 1 mm dari ketebalan
porselen. Salah satu alur ditempatkan di tengah dinding fasial, dan masing-masing
di garis transisi sudut mesiofasial dan distofasial. (Fig.5)

Fig.5 Reduksi labial ( s e t e n g a h i n c i s a l ) dengan fl at-end tapered diamond


D. Penurunan tersebut kemudian dilakukan dengan komponen paralel servikal untuk
disesuaikan dengan jalan penarikan dan komponen insisal sejajar dengan kontur
asli dari gigi. Kedalaman alur ini harus kira-kira 0,8 mm untuk memungkinkan
finishing. Pengurangan tersebut dilakukan pada setengah permukaan fasial
sekaligus.
E. Lakukan pengurangan besar dengan bur diamond tapered ujung bulat (yang akan
menghasilkan margin chamfer). Pastikan untuk menjaga irigasi berlebihan di
seluruh. (Fig.6)

Fig.6 Reduksi labial ( s e t e n g a h g i n g i v a ) dengan fl at-end tapered


diamond
Pengurangan Lingual
F. Gunakan bur diamond berbentuk bola untuk pengurangan lingual setelah
menempatkan alur sekitar 0,8 mm. Pengurangan lingual dilakukansampai
clearance 1 mm di semua gerakan ekskursif mandibula telah diperoleh. Ruang
memadai harus ada untuk porselen di semua daerah.(Fig.7)
Fig.7 Reduksi lingual dengan small wheel diamond
G. Setelah jalan penarikan yang dipilih telah dipindahkan dari dinding servikal dari
preparasi fasial, tempatkan alur pada dinding tengah cingulum.
H. Ulangi preparasi bahu, kali ini dari pusat dinding cingulum ke proksimal, sampai
bahu
lingual bertemu bahu fasial. Margin ini harus mengikuti puncak gingiva bebas dan
tidak harus diperpanjang terlalu jauh subgingiva. (Fig.8)

Fig.8 Reduksi aksial lingual dengan flat-end tapered diamond


Preparasi chamfer
I. Untuk margin subgingiva, memindahkan jaringan dengan pita sebelum
melanjutkan
dengan preparasi chamfer. Tujuan utama adalah untuk mengarahkan tekanan
optimal langsung pada restorasi porselen yang selesai. Hal ini dilakukan ketika
margin chamfer atau bahu bulat sepenuhnya mendukung mahkota; maka setiap
kekuatan yang diberikan pada mahkota akan berada dalam arah sejajar dengan
jalurnya penarikan.
J. Sebuah bahu miring akan mengakibatkan beban yang tidak menguntungkan dari
porselen, dengan kemungkinan yang lebih besar dari kegagalan tensile. Sudut
cavosurface 90 derajat adalah optimal. Perawatan harus dilakukan, akan tetapi,
tidak ada sisa email yang tidak didukung yang diabaikan, karena mungkin bisa
pecah. Chamfer yang selesai harus 1 mm lebarnya, halus, kontinyu, dan bebas dari
ketidakteraturan
Finishing
K. Selesaikan preparasi permukaan untuk kehalusan akhir seperti yang dijelaskan
untuk preparasi gigi lainnya. Pastikan untuk membulatkan sudut garis yang tajam
untuk
mencegah tindakan aksi wedging, yang dapat menyebabkan fraktur.
L. Lakukan penghalusan margin tambahan yang diperlukan, menggunakan bur
diamond dan hasil akhir preparasi.(Fig.9,10)
Fig.9 Penyelesaian dinding aksialFig.10 Preparasi mahkota all porselen
dan akhiran servikal shoulder
dengan radial fi ssure bur

Bagaimana pandangan islam dalam kegagalan perawatan restorasi ?

Anda mungkin juga menyukai